• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Padi Sawah

Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun demikian sebagai bahan makanan pokok padi dapat digantikan atau disubsitusikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain. Keadaan pangan di suatu negara dapat menjadi tidak stabil apabila antara kebutuhan dan penyediaan tidak seimbang. Hal ini akan mendorong para petani untuk lebih giat mengerjakan sawahnya dengan ditanami padi (AAK, 1990).

Padi tumbuh di berbagai lingkungan produksi, diantaranya sawah irigasi, lahan kering tadah hujan, pasang surut dan lebak atau rawa. Dari berbagai tipologi ini, lahan sawah irigasi (teknis, setengah teknis, sederhana, desa) mendominasi area produksi padi di Indonesia (Novizar, 2000).

Tumbuhan padi sawah adalah tumbuhan yang tergolong tanaman air (Water Plant). Sebagai tanaman air bukanlah berarti bahwa tanaman padi itu hanya bisa tumbuh diatas tanah yang terus menerus digenangi air, baik penggenangan itu terjadi secara ilmiah yang disebut rawa-rawa, maupun penggenangan itu disengaja yang disebut tanah sawah. Padi juga dapat tumbuh di tanah kering asalkan curah hujan mencukupi kebutuhan tanaman akar air (Utomo dan Nazarudin, 2003).

(2)

Upaya peningkatan produksi padi sawah telah menjadi pengertian dan keinginan mendalam pada petani sangat ditentukan oleh penggunaan bibit yang baik. Terhadap semua kegagalan yang dialami, jeleknya benih yang selalu dijadikan lebih utama. Bagi petani umumnya, telah menjadi kesadaran kalau benihnya sudah bagus keberhasilan produksi sudah pasti ada ditangan. Dengan produksi benih yang berlimpah maka benih petani dapat diganti dalam jumlah yang terus menerus mencukupi, dan dapat produksi secara lebih teratur. Kondisi demikian tidak mungkin dipenuhi kalau pengadaan benih diserahkan kepada petani untuk memproduksi secara mandiri (Sadjad, dkk, 2001).

Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan pertanian adalah sebagai kegiatan non fprmal yang mencakup masalah masalah pertanian, mulai dari teknis agronomis sampai pada aspek sosial ekonominya. Dalam bidang agronomis tenaga penyuluhan diharapkan mampu menularkan ilmu pengetahuan praktisnya seperti tentang cara usahatani, pasca panen dan sebagainya, sedangkan dalam aspek ekonominya para penyuluh pertanian sangat diharapkan mampu memberikan bimbingan tentang suasana pasar, suasana permintaan dan penawaran, suasana teknoligi dan informasi serta hal lain yang erat hubungannya dengan pasar dan bidang agronomisnya, sehingga suatu saat nanti petani akan dapat merasakan kehidupan yang lebih baik lagi (Sastraatmadja, 1993).

Menurut Kartasapoetra (1994), penyuluhan pertanian adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah perilaku petani dan keluarganya, agar mereka mengetahui dan

(3)

mempunyai kemauan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau kegiatan kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya.

Pentingnya penyuluhan pada masa sekarang ini terasa sekali, sebab pendidikan formal di sekolah-sekolah hanya dapat menampung beberapa individu saja daripada tamatan sekolah dasar menjadi pengikut sekolah lanjutan dan sedikit saja yang tertampung di perguruan tinggi (Ginting, 2008).

Program penyuluhan pertanian merupakan hasil pemikiran tentang sesuatu yang akan dilakukan dalam kegiatan penyuluhan pertanian di suatu tempat tertentu, sebagai langkah lanjutan untuk kegiatan usahatani atau pengelolaan pertanian yang akan dating di tempat tersebut, dengan harapan kegiatan penyuluhan yang dilakukan dapat mencapai tujuan yang telah digariskan (Kartasapoetra, 1994).

Pelaksanaan program kegiatan penyuluhan merupakan pelaksanaan kegiatan penyuluhan itu, yang jenis dan waktu penyuluhannya tidak boleh menyimpang dari yang telah ditentukan pada program tersebut. Jadi apa yang dikerjakan oleh seorang penyuluh haruslah sesuai dengan rencananya (Kartasapoetra, 1994).

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan program penyuluhan yang dilaksanakan di Desa Kolam Kecamatan Percut Seituan Kabupaten Deli Serdang sejak tahun 2006. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah suatu pendekatan dalam pengembangan padi dengan menerapkan beberapa komponen teknologi teruji.

(4)

Secara Nasional PTT telah dikembangkan dalam paket program P3T, yang merupakan suatu sistem dalam upaya peningkatan produktivitas padi terpadu

(BPP Percut Seituan, 2003).

Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) bersifat spesifik lokasi dengan memperhatikan penerapan teknologi (mengintegrasikan teknologi asli petani dengan teknologi maju) dan keseimbangan ekologis tanaman dengan lingkungannya sehingga usahatani dapat berkelanjutan dan menguntungkan dari segi ekonomi (BPTP Sumatera Utara, 2004).

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) diartikan sebagai penerapan teknologi secara terpadu dan tepat pada seluruh rangkaian usahatani mulai dari pengolahan lahan, pembibitan, sampai pada rangkaian pengolahan hasil yang bertujuan untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan daya tahan tanaman dari gangguan organisme pengganggu tanaman serta memanfaatkan sumberdaya alam dengan menerapkan teknologi yang disesuaikan dengan kondisi daerah, kebutuhan petani, dan ramah lingkungan (BPTP Sumatera Utara, 2004).

Dalam hal ini, pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dilaksanakan dengan beberapa kegiatan, yaitu kegiatan penggunaan varietas unggul, penggunaan benih bermutu, perlakuan benih, penanaman bibit umur muda, penanaman bibit umur perumpun, penggunaan pupuk organik, penggunaan fosfat dan kalium, penanganan panen dan penanganan pasca panen.

Pada kegiatan penggunaan varietas unggul, tersedianya beberapa varietas padi, kini petani dapat memilih varietas yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat, berdaya hasil dan bernilai jual tinggi. Oleh karena itu, uji adaptasi varietas

(5)

di suatu tempat perlu dilakukan oleh instansi terkait dalam upaya mendapatkan varietas yang sesuai di suatu tempat

(Yusuf dan Harnowo, 2010).

Menurut Yusuf dan Harnowo (2010), penggunaan benih bermutu dan berlabel dengan vigor tinggi bersertifikat sangat dianjurkan, karena benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak, benih yang baik menghasilkan perkecambahan dan pertumbuhan yang seragam, ketika ditanam pindah, bibit akan tumbuh lebih cepat dan tegar, serta benih yang baik akan memperoleh hasil yang tinggi.

Menurut Sriyanto (2010), pupuk menyediakan nutrisi yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Adapun pupuk organik yang dapat digunakan, seperti pupuk kandang (padat dan cair), pupuk kompos atau pupuk daun yang dibuat dari bahan-bahan pertanian.

Panen dilakukan dengan memotong batang padi dengan menggunakan sabit bergerigi (reaper). Sabit ini berfungsi untuk meningkatkan kapasitas pemanen dan menekan kehilangan gabah dibandingkan menggunakan sabit biasa. Batang padi dipotong pada bagian tengah atau pada bagian atas jika nantinya akan dirontokkan dengan power thresher. Namun, tanaman padi harus dipotong pada bagian bawah batang jika akan dirontokkan menggunakan pedal (Sriyanto, 2010).

(6)

Landasan Teori

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah suatu program penyuluhan bagi petani dalam menerapkan berbagai teknologi usahatani melalui penggunaan input produksi yang efisien menurut spesifik lokasi sehingga mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi untuk menunjang peningkatan produksi secara berkelanjutan (Yusuf dan Harnowo, 2010).

Untuk meningkatkan produksi beras dalam rangka pencapaian swasembada pangan, diperlukan upaya terobosan rekayasa teknologi, sosial, ekonomi dan kelembagaan yang dapat diterapkan dalam waktu segera. Salah satunya adalah peningkatan produktivitas melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Tujuan utama pengembangan teknologi PTT adalah :

1. Untuk meningkatkan produktivitas

2. Untuk meningkatkan keuntungan usahatani melalui efisien input

3. Untuk melestarikan sumberdaya untuk berkelanjutan sistem produksi padi (Firdaus, 2008).

Dalam menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi secara efektif dan penyuluh bertindak sebagai jembatan sekaligus penghantar teknologi. Teknologi yang dimaksudkan adalah teknologi pertanian yang berarti bagaimana cara penyebaran benih, pemeliharaan tanaman, memungut hasil serta termasuk pula benih pupuk, obat-obatan, pemberantasan hama, alat-alat, sumber tenaga kerja dan kombinasi jenis usaha oleh

(7)

para petani dalam fungsinya selaku pengelola untuk mengambil keputusan (Suhardiyono, 1992).

Menurut Husodo (2004), teknologi yang diterapkan dalam mendukung pembangunan pertanian Indonesia merupakan teknologi untuk meningkatkan produktivitas, peningkatan mutu dan diversifikasi produk olahan di sektor hilir, baik untuk skala kecil, menengah, maupun besar. Teknologi digunakan baik pada kegiatan

on farm maupun off farm. Pada kegiatan on farm, pemanfaatan teknologi meliputi teknologi biologis untuk menghasilkan benih, varietas unggulan termasuk penggunaan teknologi untuk pertanian organik serta pengadaan peralatan dan mesin pertanian. Sementara pada kegiatan off farm, teknologi yang diterapkan meliputi teknologi pengolahan, pengawetan, pengemasan, pengepakan, dan distribusi.

Dalam mendukung pertanian Indonesia yang berkelanjutan, peningkatan pemanfaatan teknologi pertanian sangat penting dengan memformulasikannya menjadi suatu strategi teknologi yang sesuai dengan visi, misi, dan tujuan dari pembangunan pertanian Indonesia. Dalam upaya memanfaatkan tenologi ini perlu mempertimbangkan faktor eksternal dan internal serta komponen teknologi. Strategi tersebut kemudian diimplementasikan dalam kebijakan pertanian Indonesia yang akan diterapkan pada berbagai sektor pertanian, baik pertanian pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan, maupun peternakan (Husodo,2004).

Pelaksanaan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dilakukan pada usahatani padi sawah. Ilmu usahatani merupakan cara-cara yang menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi

(8)

seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2008).

Menurut Tohir (1983), berdasarkan tujuan dan prinsipnya sosial ekonomi, perkembangan usahatani digolongkan dalam 3 golongan yaitu, usahatani yang memiliki ciri-ciri ekonomi kapitalis, usahatani yang memiliki dasar ekonomis- sosialistis-komunitas dan usahatani yang memiliki ciri-ciri ekonomis.

Dalam pelaksanaan suatu program penyuluhan tentu ada hubungan dengan faktor-faktor sosial ekonomi petani sebagai pelaksana program. Adapun faktor sosial ekonomi yang berhubungan antara lain:

1. Tingkat Partisipasi

Partisipasi adalah peran serta atau keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan atau program, bersama dengan orang lain untuk mencapai tujuan. Partisipasi bukanlah sekedar soal hasil. Partisipasi adalah suatu proses dengan meliputi banyak tingkat dan dimensi perubahan yaitu perubahan dalam kapasitas organisasi, komunitas dan individu, perubahan dalam akses sumberdaya (Ife dan Frank, 2008).

Menurut Mikkelsen (1999), partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak sosial, partisipasi juga berarti suatu proses yang aktif dimana orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.

Partisipasi dibagi menjadi 2 macam yaitu partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Partisipasi aktif diwujudkan dalam keikutsertaan seseorang dalam suatu

(9)

kegiatan dalam bentuk yang diharapkan (tenaga, uang, materi, pikiran dll) dari masyarakat. Sedangkan partisipasi pasif adalah bentuk keikutsertaan seseorang hanya dengan melibatkan dirinya sendiri tanpa memberikan sesuatu baik tenaga, pikiran, materi dan sebagainya (Van Den Ban dan Hawkins, 1999).

2. Tingkat Gotong Royong

Gotong royong adalah bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu dengan azas timbal balik yang mewujudkan adanya keteraturan sosial di dalam masyarakat. Gotong royong dapat terwujud dalam bentuk yang spontan tanpa dilandasi pamrih atau karena memenuhi kewajiban sosial. Wujud daripada kerjasama itu beraneka ragam sesuai dengan bidang dan kegiatan sosial itu. Unsur utama gotong royong adalah kerjasama antara individu di dalam suatu masyarakat

(Depatemen Pendidikan&Kebudayaan, 1983). 3. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan

Menurut Hasyim (2003), semakin tinggi frekuensi petani mengikuti penyuluhan maka keberhasilan penyuluhan pertanian disampaikan semakin tinggi pula. Frekuensi petani dalam mengikuti penyuluhan yang meningkat disebabkan karena penyampaian yang menarik dan tidak membosankan serta yang disampaikan sangat bermanfaat bagi petani dan usahataninya.

Agen penyuluhan dapat membantu petani memahami besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan menemukan cara mengubah struktur atas situasi yang menghalangi untuk mencapai tujuan tersebut (Soekartawi, 1999).

(10)

4. Modal

Dalam arti ekonomi perusahaan, modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk memproduksi kembali dan modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pendapatan petani (Suratiyah, 2008).

Menurut Tohir (1983), berdasarkan pengertian tersebut maka tanah bukan termasuk faktor produksi modal, tetapi masuk faktor alam yang memiliki nilai modal dengan berbagai pertimbangan seperti tanah tidak dapat dipendah-pindahkan, tanah selalu terikat dengan iklim dan tanah tidak mudah diperbanyak.

5. Penggunaan Kredit

Pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain dengan mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Iskandarini, 2008).

Kredit produksi dengan suku bunga yang layak dapat membantu akan tetapi tidak dapat menggantikan teknologi baru yang mampu menaikkan produksi dengan menyolok. Banyak petani memiliki uang simpanan, dan banyak pula malah sanggup membayar bunga yang tinggi kepada sumber kredit yang ada sekarang, jika sarana dan alat produksi yang tersedia untuk dibelinya itu, sangat produktif (Mosher, 1987).

Namun, kredit yang diharapkan untuk dilaksanakan berupa penggunaan saprodi dan alsintan dari KUD yang dapat memudahkan petani dalam menjalankan

(11)

usahatani padi sawahnya dimana apabila penggunaan kredit sering dilakukan maka pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dapat berjalan lancar. 6. Harga

Harga merupakan suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter dan sebagai salah satu penentu keberhasilan suatu perusahaan karena harga menentukan besar keuntungan dari penjualan produknya (Mubyarto, 1985).

Harga yang berlaku dalam pelaksanaan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah harga gabah karena apabila harga gabah yang tinggi menjadikan pendapatan petani tinggi pula sehingga mampu melaksanakan program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).

Kerangka Pemikiran

Petani padi sawah merupakan seseorang yang menjalankan dan bertanggungjawab pada usahatani dengan komoditi padi mulai dari penanaman hingga proses panen hasil pertanian serta memasarkan hasil produksinya.

Usahatani padi sawah sangat diperlukan penerapan teknologi yang tepat dan sangat membantu petani. Dengan begitu, petani dapat memperoleh hasil yang tinggi dari usaha pertaniannya. Dalam pertimbangan tersebut, para petani harus yakin mampu mengelola usahataninya semaksimal mungkin.

Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah suatu sistem pertanian yang melibatkan berbagai disiplin ilmu yang mendukung terlaksananya agroekosistem yang mantap yang terdiri dari berbagai subsistem dengan menerapkan

(12)

teknologi tertentu yang bertujuan untuk memberikan hasil, pendapatan yang tinggi, dan kesejahteraan petani beserta keluarganya.

Dalam melakukan usahatani padi sawah, para petani memiliki faktor-faktor sosial ekonomi petani antara lain tingkat partisipasi, tingkat gotong royong, frekuensi mengikuti penyuluhan, modal, penyaluran kredit, dan harga.

Teknologi yang digunakan dan dikelola secara terpadu terdiri dari: penggunaan varietas unggul baru padi sawah, penggunaan benih bermutu, perlakuan benih dipersembahkan sebelum ditanam di lapangan, penanaman bibit umur muda, penanaman bibit umur perumpun, pemberian kompos atau pupuk organik, penggunaan urea/ZA berdasarkan kebutuhan tanaman dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD), penggunaan fosfat dan kalium berdasarkan analisa tanah dan perbaikan penanganan panen dan pasca panen. Disamping itu beberapa komponen lain yang telah teruji efektif adalah cara tanam legowo 4:1, sistem pengairan terputus-putus dan pemberantasan hama dan penyakit secara terpadu.

Hubungan faktor sosial ekonomi dengan pelaksanaan program Pengelolaan Teknologi Terpadu (PTT) dianalisis dengan Korelasi Rank Spearman dengan alat Bantu SPSS 17 dapat digambarkan sebagai berikut :

(13)

Gambar 1. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah Dengan Pelaksanaan Program PTT

Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut: Faktor Sosial Ekonomi Tingkat Partisipasi Modal Awal Frekuensi mengikuti Penyuluhan Penggunaan Kredit Harga Gabah Pelaksanaan Program PTT Tingkat Gotong Royong

(14)

Keterangan:

: Menyatakan Hubungan

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah Dengan Pelaksanaan Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Usahatani Pelaksanaan Program Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Masalah Upaya

Sangat Berhasil Berhasil Tidak Berhasil

Petani Padi Sawah Faktor Sosial Ekonomi Petani : 1. Tingkat Partisispasi 2. Tingkat Gotong Royong 3. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan 4. Modal 5. Penggunaan Kredit 6. Harga Variabel PTT: 1. Penggunaan varietas unggul 2. Penggunaan benih bermutu 3. Perlakuan benih 4. Penanaman bibit umur muda, 5. Penanaman bibit umur perumpun, 6. Pemberian kompos

atau pupuk organik, 7. Penggunaan urea/ZA 8. Penggunaan fosfat

dan kalium 9. Penanganan panen 10. Pasca panen

Gambar

Gambar 1.  Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah Dengan  Pelaksanaan Program PTT
Gambar 2.  Skema Kerangka Pemikiran Hubungan Faktor Sosial Ekonomi       Petani  Padi Sawah Dengan Pelaksanaan Program Pengelolaan  Tanaman Terpadu (PTT)  Usahatani  Pelaksanaan Program  Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Masalah Upaya

Referensi

Dokumen terkait

ACWH yang ada saat ini mempunyai efektivitas yang rendah dimana suhu air panas tidak bisa terlalu tinggi dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu tersebut cukup lama.

Metode apa yang ibu gunakan dalam mendisiplinkan ibadah shalat pada anakf. Menurut ibu apa faktor pendukung dan penghambat dalam pendisiplinan ibadah shalat pada

Asupan makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak yang tidak terpakai akan disimpan sebagai cadangan makanan di jaringan adiposa, jika tubuh memerlukan energi maka

Perbedaan tersebut terjadi pada karakter jumlah tanaman yang tumbuh mengalami penurunan setelah diberi perlakuan kolkisin, terjadi pemendekan tinggi tanaman, lingkar

Kita juga beberapa waktu lalu memperkenalkan produk kita kepada khalayak yang mungkin belum mengenal produk kita melalui media televisi yaitu CNN yang

Meningkatkan kapasitas dukungan pemerintah 1.. Meningkatkan kapasitas dukungan pemerintah

Setelah pengakuan awal, pinjaman dan utang yang dikenakan bunga selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Keuntungan

Peningkatan yang terjadi setelah dilakukan integrasi metode klasifikasi dan clustering untuk data numerik dengan menggunakan algoritme C4.5 dan naive bayes untuk