• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESILIENSI PADA PASIEN GAGAL GINJAL TERMINAL DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESILIENSI PADA PASIEN GAGAL GINJAL TERMINAL DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

RESILIENSI PADA PASIEN GAGAL GINJAL TERMINAL

DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL

Diajukan Untuk Memenuhi Prasyarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana (Stara-1) Pada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

Oleh : Meli Septriani

13320155

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2017

(2)

i

RESILIENSI PADA PASIEN GAGAL GINJAL TERMINAL

DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL

SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Mendapatkan Gelar Sarjana S1 Psikologi

Oleh : Meli Septriani

13320155

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2017

(3)

iii

(4)
(5)
(6)

v

HALAMAN MOTTO

Dalamsebuah hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam bersabda;

“Orang yang kuat bukanlah orang yang pandai berkelahi,tetapi orang yang mampu menguasai dirinya ketika marah"

-Hadits Riwayat Al-Bukhari-

Sesungguhnya Didunia Kita Hanyalah Sendirian, Maka Jangan Terlalu Menggantunngkan Diri Sepenuhnya Kepada Orang Lain, Berusahalah Mandiri

Dan Bangkit (Muhammad Novvaliant Filsuf Tasaufi)

Lakukanlah Apapun Yang Ingin Engkau Lakukan, Dan Lakukanlah Selagi Engkau Mampu (Meli Septriani)

(7)

vi

vi

HALAMAN PRAKATA

Assalamu’alaikum Warahmattullahi Wabarakauh

Alhamdulillah puji syukur bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah memberikan rahmat dan hidayah sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam peneliti tunjukan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membukakan cahaya islam kepada umat muslim. Selama melakukan peneliti skripsi dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan pengarahan Bapak/ibu dosen serta kelurga maupun teman-teman yang membantu, untuk itu saya ucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. rer. nat. Arief Fahmie, S.Psi., MA., Psikolog , selaku Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, yang telah mendukung setiap kesempatan bagi mahasiswa mahasiswi untuk menggali ilmu sebanyak-banyaknya.

2. Dr. Hepi Wahyuningsih, S.Psi., MSi, selaku Wakil Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, yang telah turut serta mendukung segala acara dan memberikan bimbingan yang sangat berarti bagi masa depan dan keilmuan mahasiwa dan mahasiswinya.

3. Yulianti Dwi Astuti, S.Psi., M.Soc. Sc selaku Dosen pembimbing Skripsi yang telah sangat sabar dalam membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini dan telah merelakan waktu luang untuk membantu saya.

4. Ahmad Rusdi,Dr,S.Psi.,S.Sos.,MA.Si sekalu Dosen Pembimbing akademik, yang telah menjadi inspirasi saya dalam mempelajari ilmu Psikologi.

5. Rr. Indahria Sulidtyarini, S.Psi., MA., Psikolog selaku dosen penguji dua yang telah banyak memberikan masukan, kritik serta saran agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik dan sempurna

6. Endah Puspita Sari, S.Psi., M.Si., Psikolog selaku dosen penguji tiga yang telah banyak memberikan masukan, kritik serta saran agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik dan sempurna

(8)

vii

7. Semua Dosen dan Karyawan dilingkungan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia

8. Direktur beserta karyawan Rumah Sakit Siti Aisyah Kota Lubuklinggau 9. Semua Pasien Penderita gagal ginjal Rumah Sakit Siti Aisyah Kota

Lubuklinggau

10. Ayah Nasrowi dan Ibu Ratna orang tuaku tercinta yang tidak henti-hentinya mendoakan anaknya agar selalu dapat menyelesaikan akademiknya, menyelesaikan permasalahannya dengan baik, menjadi anak yang soleh, dan tiada hentinya memberikan semangat, motivasi serta dukungan.

11. Harika Winarta Ronadlan, Nora Nurul Fitri, dan Mela Septriana saudarah kandung saya yang selalu memberikan motivasi, dukungan serta sebagai penyemangat dalam pengerjaan skripsi ini.

12. Endah Wiraswati dan Herman saudarah ipar yang selalu memberikan semangat, motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

13. Bapak Sahal dan ibu Ary selaku paman dan bibik yang telah mendampingi dan mengarahkan selama menjalankan pendidikan di Kota Yogyakarta 14. Lara Suci, Damil Nugrawan Suci, Lidyana HB, Nafa Rupita, Selaku kakak

dan adik sepupu yang telah mendampingi dan menjadi teman selama menempuh pendidikan di Kota Yogyakarta

15. Farah Dina, Risa Prahandini, Lysta Afrita, Ponti Indah sari, Olvia Prihandini, Erdha Gema Imawan, dan Rifki Rinaldi, sahabat-sahabat saya Raj’s Family selama dibangkuh Perkuliahan yang selalu saling menyemangati dan mengingatkan satu sama lain, serta yang selalu bawel dengan kesibukan saya.

16. Safitri Villy Utami, Rina, Putri Andini sehabat-sahabat saya yang jauh dari Pulau Jawa yang selalu bawel memberikan dukungannya, serta semangat. 17. Teman-teman Lembaga Eksekutif Mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu

Sosial Budaya Periode 2014/2015

18. Putri, Risti, Ode, Irfan, Candra, Fariz, Febri teman-teman KKN Unit 406 Bantul

(9)

viii

viii

19. Teman-teman Psikologi angkatan 2013 terima kasih unttuk kebersamaanya selama ini, semoga Psikologi 2013 selalu kompak

20. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas segala dukungannya.

Demikian beberapa kata yang bisa saya sampaikan, mohon maaf jika masih ada yang belum tersebut. Bahwasanya dalam menyelesaikan skripsi ini peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun, agar dalam penyusunan ilmiah berikutnya akan lebih baik. Peneliti berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Yogyakarta, 2017

(10)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ETIKA AKADEMIK ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PRAKATA ... ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

INTISARI ... xiv BAB I PENGANTAR ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan Penelitian ... 7 C. Manfaat Penelitian ... 8 D. Keaslian Penelitian ... 9 1. Keaslian Topik ... 10 2. Keaslian Teori ... 11

3. Keaslian Alat Ukur ... 11

4. Keaslian Subjek Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

(11)

x

x

1. Pengertian Resiliensi ... 12

2. Aspek - aspek Resiliensi ... 13

3. Faktor - faktor Resiliensi ... 16

B. Dukungan Sosial ... 18

1. Pengertian Dukungan Sosial ... 18

2. Aspek - aspek Dukungan Sosial ... 19

3. Gagal Ginjal Terminal ... 21

C. Hubungan antara Kecerdasan Emosidengan Kontrol Diri ... 23

D. Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Identifikasi Variabel ... 28

B. Definisi Operasional Variabel ... 28

1. Resiliensi ... ... 28

2. Dukungan Sosial ... 29

C. Subjek Penelitian... 29

D. Metode Pengumpulan Data ... 30

1. Skala Resiliensi ... ... ... 30

2. Skala Dukungan Sosial ... 31

E. Metode Analisis Data... . ... 32

F. Validitas dan Reabilitas ... 32

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ... 34

A. Orientasi Kancah dan Persiapan ... 34

(12)

xi

2. Persiapan Penelitian ... 34

B. Laporan Pelaksanaan Penelitian ... 37

C. Hasil Penelitian ... 38

1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 38

2. Deskripsi Data Penelitian ... 39

3. Uji Asumsi ... 40

4. Uji Hipotesis ... 42

D. Pembahasan ... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

A. Kesimpulan ... ...47

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA... 49 LAMPIRAN

(13)

xii

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Butir Skala Resiliensi Sebelum Uji Coba ... 31

Tabel 2 Distribusi Butir Dukungan Soaial Sebelum Uji Coba ... 32

Tabel 3 Distribusi Butir Skala Resiliensi Setelah Uji Coba ... 36

Tabel 4 Distribusi Butir Skala Dukungan sosial Setelah Uji Coba ... 37

Tabel 5 Deskripsi Responden Penelitian berdasarkan jenis kelamin ... ...38

Tabel 6 Deskripsi Responden Penelitianberdasarkan usia ... 39

Tabel 7 Persentil untuk Kategorisasi... 40

Tabel 8 Rumus Kategorisasi Menurut Data Persentil ... 40

Tabel 9 Norma Data Penelitian ...40

Tabel 10 Hasil Uji Normalitas ... 41

Tabel 11 Hasil Uji Linieritas ... 42

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Try Out... 51

Lampiran 2 Tabulasi Data Resiliensi Try Out ...59

Lampiran 3 Tabulasi Data Dukungan Soaial Try Out...62

Lampiran 4 Hasil Analisis Aitem Try Out... 64

Lampiran 5 Skala Data Penelitian... 69

Lampiran 6 Tabulasi Data Resiliensi... 76

Lampiran 7 Tabulasi Data Dukungan Sosial... 79

Lampiran 8 Hasil Analisis Data Penelitian... 81

Lampiran 10 Surat ijin Penelitian... ..85

(15)

xiv

xiv

RESILIENSI PADA PASIEN GAGAL GINJAL TERMINAL DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL

Meli Septriani Yulianti Dwi Astuti

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara resiliensi pada penderita gagal ginjal terminal ditinjau dari dukungan sosial. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara dukungan sosial terhadap resiliensi pada pasien gagal ginjal. Untuk menguji hipotesis ini, peneliti melakukan pengambilan data menggunakan skala resiliensi (Connor dan Davidson,2003) dan skala dukungan sosial (Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley, 1998). Skala tersebut disebarkan kepada 40 pasien gagal ginjal terminal. Hasil penelitian ini adalah adanya hubungan positif yang signifikan antara resiliensi terhadap dukungan sosial (r = 0,348 p<0.05), sehingga hipotesis diterima.

(16)

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah

Ginjal merupakan organ tubuh yang berfungsi untuk mengeluarkan urine, dimana urine merupakan sisa hasil metabolisme tubuh dalam bentuk cairan. Ginjal manusia terletak pada dinding bagian luar rongga terbesar dalam tubuh manusia, tepatnya di sebelah kanan dan kiri tulang belakang. Bentuk ginjal menyerupai biji kacang dengan panjang 6 sampai 7,5 sentimeter dan memiliki ketebalan 1,5 sampai 2,5 sentimeter (Pearce, Kartika 2012). Ginjal berfungsi sebagai pengatur keseimbangan air dalam tubuh, mengatur garam dalam darah, mengatur keseimbangan asam-asam sekaligus mengatur ekskresi bahan tidak terpakai dan kelebihan garam dalam tubuh.

Apabila ginjal gagal menjalankan fungsinya, maka akan terjadi gangguan pada keseimbangan air serta metabolisme dalam tubuh sehingga mengakibatkan penumpukan zat-zat yang berbahaya dalam darah dan tentunya hal ini akan menganggu sistem kerja organ-organ tubuh lainnya sehingga menyebabkan pasien memerlukan pengobatan sesegera mungkin. Gangguan pada fungsi ginjal dapat diklarifikasi ke dalam 4 tahapan yaitu hilangnya fungsi ginjal, insufisiensi ginjal, gagal ginjal, dan gagal ginjal terminal (Raharjo, Ratna 2012). Pada tahap akhir gangguan ginjal yaitu gagal ginjal terminal, sisa fungsi ginjal sudah tidak seperti pada umumnya sehingga gejala dan komplikasi penyakit pada pasien sudah

(17)

2

2

sedemikian nyata dan tindakan perawatan harus segera dilakukan untuk menyelamatkan pasien.

Gagal ginjal terminal adalah kerusakan fungsi ginjal yang progresif, yang berakhir fatal pada uremia (kelebihan urea dan sampah nitrogen lain didalam darah) (Bangkit, 2013). Gagal ginjal terminal merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit (Brunner & Suddarth, Bangkit 2013) Gagal ginjal, ginjal terminal, ginjal tahap akhir (end sage) adalah tingkat gagal ginjal yang dapat mengakibatkan kematian kecuali jika dilakukan terapi pengganti (Perhimpunan Nerfrologi Indonesia, 2003). Berdasarkan data statistik Kementeria Kesehatan Republik Indonesia tahun 2016, pasien gagal ginjal terminal di indonesia mencapai 150.000 orang, selain itu juga dari Perhimpunan Netrologi Indonesia (Pernefri) melaporkan, setiap tahunya terdapat 200.000 kasus baru gagal ginjal stadium akhir, selain itu berdasarkan diagnosa dokter pada provinsi sumatera selatan pasien gagal ginjal terminal mencapai 0,1% dari jumlah keseluruhan penduduk indonesia.

Didukung dengan wawancara pada pasien gagal ginjal terminal yang mengatakan bahwa untuk mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dalam dirinya membutuhkan waktu yang lama, dimana pasien menjelaskan bahwa dengan belum mampunya dirinya beradaptasi dengan perubahan dirinya membuat usaha yang pasien miliki menjadi tidak berjalan lagi, selain itu juga membuat dirinya sendiri menjadi menjauhi lingkungannya, serta merasakan bahwa dirinya sudah tidak memiliki arti kehidupan lagi, walaupun pada saat pasien mengalami

(18)

3

keterpurukan pasien mendapatkan banyak motivasi dari istri dan anakknya. Namun seberjalanya waktu pasien menjelaskan bahwa diriya mampu kembali bangkit dan mampu beradaptasi dengan perubahan hidupnya dikarenakan adanya motivasi, dukungan dari keluarga, lingkungan yang ada disekitar dirinya yang begitu banyak dan kuat untuk mendukung pasien dalam menjalani kehidupannya.

Hasil wawancara dari keluarga pasien gagal ginjal terminal juga menjelaskan bahwa pada awalnya pasien tidak mampu menerima kondisi kehidupanya yang baru, pasien tidak mampu beradaptasi dengan perubahan hidunya, serta membuat pasien menjauhi lingkungannya. Namun akan tetapi dengan ada banyaknya dukungan, motivasi dari semua anggota keluarga inti dan juga keluarga besar, beserta dukungan dan moviasi dari linggkungan terdekat individu, menjadikan pasien mampu untuk bangkit dan mampu untuk beradaptasi dengan perubahan kehidupannya, dan juga mampu untuk untuk terus menjalankan kehidupannya seperti biasa. Dari gejala-gejala tersebutlah menimbulkan gejala resiliensi seperti pasien mampu beradaptasi dengan perubahannya, dan mampu bangkit dari keterpurukannya.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada pasien gagal ginjal sering kali membuat Pasien gagal ginjal memiliki tekanan psikologi, rasa sedih, takut dan putus asa, akan penyakit yang diderita, selain itu juga membuat pasiennya merasa dirinya tidak berharga, tidak memiliki harapan, serta merasa tidak berguna bagi kehidupannya sendiri ataupun orang lain. Sebagian pasien gagal ginjal merasa kesulitan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada kehidupannya, sehingga membuat pasien gagal ginjal menjadi merasa tidak

(19)

4

4

percaya diri, dan menutup diri dari lingkungan. Selain itu pasien gagal ginjal juga menjadi tidak memiliki motivasi untuk terus menjalankan kehidupannya. Sebagian dari individu yang menderita gagal ginjal menganggap hal ini sebagai suatu permasalahan yang besar, yang mungkin dapat mengancam dirinya, sehingga membuat mereka pasien gagal ginjal ini menjauhi lingkungannya.

Namun disetiap permasalahan ataupun penyakit bukanlah suatu hal yang harus benar-benar membuat pasiennya terpuruk, karena suatu permasalahan dan penyakit pasti ada solusinya sendiri. sebagian pasien gagal ginjal terminal, mampu bangkit dari keterpurukannya, dan mampu beradaptasi dengan perubahan kehidupnya dan individu yang mampu bangkit dan mampu beradaptasi dengan perubahan kehidupannya inilah individu yang dikatakan resiliensi, dan sebagian dari pasien juga merasa tidak mampu bangkit dari keterpurukan dan tidak mampu beradaptasi dengan perubahan yang ada didalam kehidupan yang mereka alami, ada banyak yang menjadi penyebab pasien gagal ginjal terminal tidak dapat bangkit dari keterpurukannya dari kesengsarahan yang mereka alami, seperti adanya perubahan-perubahan yang membuat pasiennya memiliki tekanan rasa sedih, rasa takut, putus asa akan penyakit yang dialami, se merasa dirinya tidak berguna lagi bagi dirinya dan orang lain. Selain itu juga sebagian pasien gagal ginjal termina mampu bangkit dari keterpurukannya, adapun penyebabnya mereka mampu menghadapi semuanya, diantaranya seperti adanya dukungan keluarga, lingkungan, sosial, dan juga adanya kebermaknaan hidup yang tinggi yang dialaminya. Penelitian ini akan mengkaji lebih jauh mengenai resiliensi pada Pasien gagal ginjal.

(20)

5

Resiliensi merupakan kapasitas individu untuk menghadapi, mengatasi, memperkuat diri, dan tetap melakukan perubahan sehubungan dengan ujian yang dialami (Grotberg, 1995). Bobey (1999) mengatakan orang-orang yang disebut sebagai individu yang resilien, yaitu individu yang dapat bangkit di atas pederitaan, dan memperbaiki kekecewaan yang dihadapinya. Orang-orang yang resilien adalah individu yang mampu bangkit dari penderita permasalahan yang individu terima, selain itu juga individu yang memiliki permasalahan dan terpuruk, maka individu tersebut mampu mengatasi permasalahannya dan bangkit dari keterpurukanya yang terjadi dalam dirinya.

Resiliensi menjadi sangat penting bagi pasien gagal ginjal terminal karena kehidupan Pasien gagal ginjal terminal sangat bergantung akan obat-obatan dan juga terapi yang harus dilakukan seumur hidupnya. Pasien gagal ginjal terminal setidaknya harus melakukan 2 hingga 3 kali hemodialisa setiap minggunya. Ketergantungan pasien gagal ginjal akan hemodialisa menyebabkan pasiennya harus mengatur ulang pola hidup sehatnya, selain itu pasien gagal ginjal terminal juga harus selalu menjaga stamina tubuhnya. Banyak perubahan yang harus dialami pasien gagal ginjal terminal, seperti perubahan pola hidup sehat meliputi mengharuskan pasien gagal ginjal termninal tidak diperboehkan untuk mengkonsumsi buah-buahan dan juga makanan yang memiliki kolestrol tinggi, dan perubahan aktivitas sehari-hari, seperti meliputi mengharuskan pasien menjalanin hemodialisa, serta mengurangi aktivistas harian kehidupnya agar stamina pasien tetap stabil, tidak banyak pasien gagal ginjal terminal yang siap atau bisa menerima keadaannya hidupnya yang sudah mengalami banyak

(21)

6

6

perubahan. Sebuah penyakit pasti ada cara atau pengobatannya sendiri. Setiap individu yang mengalami penyakit sebaiknya tetap dapat menerima kondisinya dan menjalankan kehidupannya seperti biasa. Walaupun pada akhirnya individu yang mengalami penyakit seperti ini menjadi menderita dan terpuruk, individu tersebut sebaiknya dapat bangkit dari keterpurukan atau bangkit dari Penderitaan yang mereka alami.

Pasien gagal ginjal yang memiliki resiliensi tentunya adalah indivivu yang mampu bangkit dari penderitaanya, mampu mengatasi permasalahanya, mampu menghadapi permasalahan, mampu bangkit dari keterpurukan yang mereka alami, mampu beradaptasi dengan perubahan yang baru dalam hidupnya, dan memperkuat diri agar tetap dapat bertahan hidup. Orang-orang yang resilien akan mampu dan mudah menjalani kehidupannya yang saat ini, kehidupan yang mengharuskannya untuk bergantung dengan obat-obatan dan terapi. Orang-orang yang tidak memiliki resiliensi adalah orang-orang tidak mampu bangkit dari penderitaannya, tidak mampu mengatasi permasalahannya, tidak dapat memperkuat dirinya agar tetap dapat bertahan hidup. Individu yang resilien adalah individu yang mampu bangkit dari keterpurukannya, mampu bertahan dan menghadapi pemasalahan yang dialami dalam kehidupannya.

Holaday & Mcphearson (Kartika, 2012), menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya resiliensi pada seseorang yaitu, Social Support, yaitu berupa (community support, personal support, family support), serta budaya dan komunitas dimana individu tersebut tinggal, kemampuan kognitif, diantaranya intelegensi, cara memecahkan masalah, kontrol pribadi dan pemaknaan,

(22)

7

psychological resources yang meliputi locus of control internal, empati dan rasa ingin tahu, mencari pengalaman.

Bagi Pasien gagal ginjal terminal, kehadiran orang-orang di sekitarnya banyak menimbulkan perasaan tenang, dan perasaan bahwa mereka tidak sendirian, perasaan dicintai, dan perasaan diterima lingkungan sekitarnya dengan keadaannya yang sudah tidak seperti biasanya. Kondisi tersebut ini lah sering terjadi tekanan psikologi bagi pasien gagal ginjal terminal, sehingga menyebabkan pasien gagal ginjal menjadi terpuruk, tidak bisa menghadapinya dan menghindar dari lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, berdasarkan itu banyak permasalahan yang muncul, diantaranya permasalahan resiliensi pada pasien gagal ginjal terminal, permasalahan dukungan sosial yang diterima pasien gagal ginjal terminal.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial berkaitan dengan resiliensi yang individu miliki didalam dirinya. Dari kasus-kasus dan hasil latar belakang diatas, peneliti bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan resiliensi pada pasien gagal ginjal terminal

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial terhadap resiliensi pada Pasien gagal ginjal terminal.

(23)

8

8

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara praktis dan teoritis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang psikologi khususnya psikologi klinis, psikologi perkembangan, dan psikologi sosial yang berhubungan dengan hubungan antara dukungan sosial dengan resiliensi pasien Pasien gagal ginjal terminal.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi masyarakat pada umumnya serta khususnya bagi pasien Pasien gagal ginjal, bahwa dengan dukungan sosial dapat meningkatkan kemampuan resiliensi seseorang dimana resiliensi amatlah penting bagi kehidupannya, dan mampu mengubah Pasienan yang dialami menjadi suatu tantangan untuk mengembangkan dirinya menjadi individu yang jauh lebih baik.

(24)

9

D. Keaslian Penelitian

Adapun penjelasan rinci keaslian penelitian akan dijelaskan sebagai berikut, Adapun penelitian-penelitian sebelumnya, yang pernah dilakukan mengenai resiliensi antara lain dilakukan Hadiningsih (2014) Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Pada Remaja Di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta, alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala dukungan sosial dan skala resiliensi. Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment. pada penelitian ini didapatkan hasil yaitu terdapat adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan resiliensi remaja di Panti Asuhan keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta, dukungan sosial berperan sebesar 32,9% dan koefisien determinan (r2)= 0,329 dalam mempengaruhi resiliensi remaja di panti asuhan, tingkat dukungan sosial tergolong tinggi dan tingkat resiliensi tergolong tinggi.

Penelitian Amalia (2015) dengan judul Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Resiliensi Remaja Pada Keluarga Orang Tua Tunggal, pada penelitian ini teori yang digunakan adalah teori Reivich & Shatte, alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala konsep diri dan skala resiliensi. Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment. Pada penelitian ini terdapat adanya hubungan positif yang sangat signifikan dengan resiliensi remaja pada keluarga orang tua tunggal, konsep diri berkisaran 48,9% dan koefisien determinan (r2) = 0,699 dalam mempengaruhi resiliensi remaja.

(25)

10

10

Penelitian lain mengenai resiliensi juga pernah dilakukan oleh peneliti Hidayati (2014) dengan judul Hubungan Antara Self-Esteem Dengan Resiliensi Pada Remaja Di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta, penelitian ini menggunakan teori Reivich & Shatee, Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan skala, yaitu skala self-esteem dan skala resiliensi dan dianalisis menggunakan teknik analisis product moment dan part whole correction, pada penelitian ini didapatkan hasil, ada hubungan positif yang sangat signifikan antara self-esteem dengan resiliensi pada remaja di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta ditunjukkan dengan nilai (r) = 0,660 dan (p) = 0,000 (p < 0,01).. Sumbangan efektif self-esteem terhadap resiliensi pada remaja di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta sebesar 43,6%, ditunjukkan oleh koefisien determinan (r²) = 0,436.

Penelitian lainnya mengenai resiliensi pernah dilakukan oleh peneliti Purnomo (2014) dengan judul Resiliensi Pada Pasien Stroke Ringan Ditinjau Dari Jenis Kelamin, Alat pengumpulan data menggunakan skala resiliensi-14. Analisa data pada penelitian ini menggunakan uji non paramatetrik dengan teknik uji mann-whitney u. Dan penelitian ini menggunakan teori Wagnild dan Young, dari penelitian ini didapatkan hasil tidak ada perbedaan resiliensi diantara pasien stroke ringan laki-laki dan perempuan dengan nilai asyp sig, (2-tailed) 0,480 > 1/2 α, α= 0,01.

1. Keaslian Topik

Dalam hal keaslian topik penelitian, dari beberapa peneliti yang telah dilakukan sebelumnya terdapat penelitian sudah ada menggunakan dari

(26)

11

variabel-variabel penelitian ini, selain itu juga terdapat penelitian perbedaan dari variabel-variabel penelitiannya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan sosial dan variabel tergantung dalam penelitian ini adalah resiliensi.

2. Keaslian teori

Dari segi keaslian teori, teori yang digunakan pada variabel Resiliensi, peneliti menggunakan teori Connor dan Davidson, 2003 berbeda dengan teori yang digunakan oleh penelitian Hadiningsih (2014) Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Pada Remaja Di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta.

3. Keaslian Alat Ukur

Penelitian ini menggunakan skala yang digunakan mengacu pada aspek-aspek dari resiliensi yang dikemukakan oleh Connor danDavidson (2003), sedangkan skala yang digunakan untuk mengukur dukungan sosial menggunakan skala dukungan sosial yang dikemukakan oleh Sarafino (1998) 4. Keaslian Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan subjek yang telah di diagnosa menderita gagal ginjal minimal 6 bulan dan menjalani pengobatan secara rutin. Subjek dalam penelitian ini sama dalam hal jenis kelamin dengan penelitian sebelumnya, namun berbeda dengan penyakit yang diderita.

(27)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensi

Resiliensi merupakan kapasitas individu untuk menghadapi, mengatasi, memperkuat diri, dan tetap melakukan perubahan sehubungan dengan ujian yang dialami Grotberg, (1995). Resiliensi menurut Richardson, (2002) adalah istilah psikologi yang digunakan untuk mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengatasi dan mencari makna dalam peristiwa seperti tekanan yang berat yang dialaminya, di mana individu meresponnya dengan fungsi intelektual yang sehat dan dukungan sosial. Resiliensi menurut Ungar, (2008) memiliki makna sebagai suatu kemampuan individu untuk mengatasi kesulitan dan melanjutkan perkembangan normalnya seperti semula.

Connor dan Davidson, (2003) menyatakan resiliensi sebagai suatu karakerisik multidimensional yang bervariasi terhadap konteks, waktu, usia, jenis kelamin, dan budaya asal serta karakeristik dalam diri individual dalam berbagai kejadian hidup. Menurut Wagnild dan Young (1993)resiliensi adalah kekuatan dari dalam diri individu yang mengambarkan keberanian dan kemampuan untuk beradaptasi dalam menghadapi kondisi sulit dan kemalangan yang menimpanya.

(28)

13

13

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini mengacu pada teori Connor dan Davidson (2003), yang menyebutkan bahwa resiliensi adalah kemampuan individu untuk mampu bangkit dari keterpurukannya, bangkit dari kesengsaraan hidupnya dan bangkit penderitaannya, dan tetap menjalankan kehidupannya, resiliensi sebagai suatu karakerisik multidimensional yang bervariasi terhadap konteks, waktu, usia, jenis kelamin, dan budaya asal serta karakeristik dalam diri individual dalam berbagai kejadian hidup,

2. Aspek-Aspek Resiliensi

Connor dan Davidson (2003), mengemukakan lima aspek yang membangun resiliensi, antara lain:

a. Kompetensi personal, standar yang tinggi dan keuletan (tenancity) Keuletan menggambarkan sikap optimis, tidak mudah putus asa dan berani atau mampu mencapai tujuan walaupun dalam situasi yang penuh dengan tekanan.

b. Percaya pada diri sendiri, toleransi pada emosi negatif dan tegar menghadapi stres. Aspek ini menggambarkan seseorang yang resilien adalah orang yang mampu tetap fokus pada pekerjaan atau tugas walaupun sedang mengalami masalah dan meyakini kemampuannya mengatasi masalahnya tersebut.

c. Penerimaan yang positif terhadap perubahan dan menjalin hubungan yang aman dengan orang lain. Hal ini menggambarkan perlunya kemampuan beradaptasi terhadap situasi baru dan menjalin serta saling memberikan dorongan motivasi dengan orang lain.

(29)

14

14

d. Kontrol diri, kemampuan dalam mengatur perilaku dan perasaan atau emosi ketika menghadapi masalah. Seseorang yang memiliki kontrol diri yang baik mampu untuk mengendalikan perasaan emosinya meskipun dalam keadaan sulit

e. Spiritualitas, meyakini adanya Tuhan dan mampu mengambil hikmah dari bencana atau permasalahan yang dialami.

Resiliensi menurut Reivich & Shatte (Amalia, 2015) mencakup tujuh aspek, yaitu:

a. Regulasi emosi, adalah kemampuan untuk tetap tenang dalam kondisi yang penuh tekanan. Individu yang memiliki kemampuan meregulasi emosi dapat mengendalikan dirinya apabila sedang kesal dan dapat mengatasi rasa cemas, sedih, atau marah sehingga mempercepat dalam pemecahan suatu masalah. Pengekspresian emosi, baik negatif ataupun positif, merupakan hal yang sehat dan konstruktif asalkan dilakukan dengan tepat. Pengekpresian emosi yang tepat merupakan salah satu kemampuan individu yang resilien.

b. Pengendalian impuls, merupakan kemampuan mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri seseorang. Individu dengan pengendalian impuls rendah sering mengalami perubahan emosi dengan cepat yang cenderung mengendalikan perilaku dan pikiran. Individu mudah kehilangan kesabaran, mudah marah, impulsif, dan berlaku agresif pada situasi situasi kecil yang tidak terlalu penting,

(30)

15

15

sehingga lingkungan sosial di sekitarnya merasa kurang nyaman yang berakibat pada munculnya permasalahan dalam hubungan sosial.

c. Optimisme, individu yang resilien adalah individu yang optimis. Individu memiliki harapan di masa depan dan percaya dapat mengontrol arah hidupnya. Dibandingkan dengan individu yang pesimis, individu yang optimis lebih sehat secara fisik, tidak mengalami depresi, berprestasi lebih baik di sekolah, lebih produktif dalam kerja, dan lebih berprestasi dalam olahraga. Optimisme mengimplikasikan bahwa individu percaya dapat menangani masalah-masalah yang muncul di masa yang akan datang. d. Empati, menggambarkan bahwa individu mampu membaca tanda-tanda

psikologis dan emosi dari orang lain. Empati mencerminkan seberapa baik individu mengenali keadaan psikologis dan kebutuhan emosi orang lain. e. Analisis penyebab masalah, yaitu merujuk pada kemampuan individu

untuk secara akurat mengidentifikasi penyebab penyebab dari permasalahan individu. Jika individu tidak mampu memperkirakan penyebab dari permasalahannya secara akurat, maka individu akan membuat kesalahan yang sama.

f. Efikasi diri, merupakan keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif. Efikasi diri juga berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. Individu dengan efikasi diri tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan itu tidak berhasil. Individu yang memiliki efikasi diri yang

(31)

16

16

tinggi akan sangat mudah dalam menghadapi tantangan. Individu tidak merasa ragu karena memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan dirinya. Individu ini akan cepat menghadapi masalah dan mampu bangkit dari kegagalan yang dialami.

g. Peningkatan aspek positif. Resiliensi merupakan kemampuan yang meliputi peningkatan aspek positif dalam hidup. Individu yang meningkatkan aspek positif dalam hidup, mampu melakukan dua aspek ini dengan baik, yaitu: (1) mampu membedakan risiko yang realistis dan tidak realistis, (2) memiliki makna dan tujuan hidup serta mampu melihat gambaran besar dari kehidupan. Individu yang selalu meningkatkan aspek positifnya akan lebih mudah dalam mengatasi permasalahan hidup, serta berperan dalam meningkatkan kemampuan interpersonal dan pengendalian emosi.

Berdasarkan uraian aspek-aspek diatas maka peneliti akan menggunakan aspek-aspek berdasarkan aspek Cannor dan Davidson (2003) yaitu, kompetensi personal, percaya pada diri sendiri, penerimaan yang positif, kontrol diri, spiritualitas.

3. Fakor-Faktor Yang Mempengaruhi Resiliensi

Everall (2006) mengemukakan ada tiga faktor yang mempengaruhi resiliensi, yaitu:

a. Faktor individual, faktor individual meliputi kemampuan kognitif individu, konsep diri, harga diri, dan kompetensi sosial yang dimiliki individu.

(32)

17

17

b. Faktor keluarga, faktor keluarga meliputi dukungan yang bersumber dari orang tua, yaitu bagaimana cara orang tua untuk memperlakukan dan melayani anak. Selain dukungan dari orang tua struktur keluarga juga berperan penting bagi individu.

c. Faktor komunitas, faktor komunitas meliputi kemiskinan dan keterbatasan kesempatan kerja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi Menurut Holaday & Phearson, (1997) ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi resiliensi, yaitu:

1. Psychological Resources termasuk di dalamnya locus of control internal, empati dan rasa ingin tahu, cenderung mencari hikmah dari setiap pengalaman, dan selalu fleksibel dalam menghadapi situasi.

2. Social Support termasuk di dalamnya pengaruh budaya, dukungan komunitas, individu, keluarga. Budaya dan komunitas dimana individu tinggal juga dapat mempengaruhi resiliensi.

3. Cognitive Skills termasuk di dalamnya intelegensi, gaya coping, kemampuan untuk menghindarkan dari menyalahkan diri sendiri, kontrol personal, dan spritualitas.

Dukungan sosial dari beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi resliensi dukungan sosial terdapat di fakor keluarga, yang dimana faktor keluarga meliputi dukungan yang bersumber dari orang tua, struktur keluarga dan juga orang-orang yang berada disekitar lingkungan. Karena fakor keluarga berperan penting bagi dukungan sosial individu.

(33)

18

18

B. Dukungan Sosial 1. Pengertian Dukungan sosial

Sarafino (1998) yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah suatu kesenangan yang dirasakan sebagai perhatian, penghargaan dan pertolongan yang diterima dari orang lain atau suatu kelompok. Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley, (1988) dukungan sosial adalah diterimanya dukungan yang diberikan oleh orang-orang terdeka individu meliputi dukungan keluarga, dukungan pertemanan, dan dukungan dari orang-orang yang berarti disekitar individu.

Dukungan sosial merupakan hubungan interpersonal yang di dalamnya berisi pemberian bantuan yang melibatkan aspekaspek yang terdiri dari informasi, perhatian emosi, penilaian dan bantuan instrumental yang diperoleh individu melalui interaksi dengan lingkungan, dimana hal itu memiliki manfaat emosional atau efek perilaku bagi penerima, sehingga dapat membantu individu dalam mengatasi masalahnya, Kumalasari dan Ahyani 2012.

Menurut House (1994) dukungan sosial merupakan hubungan interpersonal yang didalamnya berisi pemberian bantuan yang melibatkan aspekaspek yang terdiri dari informasi, perhatian emosional, penghargaan dan bantuan instrumental yang diperoleh individu melalui interaksi dengan lingkungan. Menurut Johnson & Jhonson (1991), Dukungan sosial didefinisikan sebagai keberadaan orang lain yang dapat diandalkan untuk memberi bantuan, semangat, penerimaan dan perhatian, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan hidup bagi individu yang bersangkutan.

(34)

19

19

Taylor, (2000) menjelaskan, dukungan sosial akan lebih berarti bagi seseorang apabila diberikan oleh orang-orang yang memiliki hubungan signifikan dengan individu yang bersangkutan, dengan kata lain, dukungan tersebut diperoleh dari orangtua, pasangan (suami atau istri), anak dan kerabat keluarga lainnya. Johnson dan Jhonson (1991) juga mengemukakan bahwa dukungan sosial adalah suatu usaha pemberian bantuan kepada individu dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan mental, meningkatkan rasa percaya diri, doa, semangat atau dorongan, nasihat serta sebuah penerimaan.

Berdasarkan uraian diatas dukungan sosial adalah keberadaan, keperdulian dari orang-orang sekitar yang dapat diandalkan dan juga selalu ada untuk menyayangi dan menghargai kita, maka berdasarkan itu peneliti akan menggunakan teori dari Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley (1998).

2. Aspek-aspek Dukungan sosial

Menurut Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley, (1988) ada 3 aspek dukungan sosial yaitu,

1. Dukungan keluarga (familly support) atau bantuan-bantuan yang diberikan oleh kelurga terhadap individu seperti membantu dalam membuat keputusan maupun kebutuhan secara secara emotional

2. Dukungan teman (friends support) atau bantuan-bantuan yang diberikan oleh teman-teman individu seperti membantu dalam kegiatan sehari-hari maupun bantuan dalam bentuk lainya.

(35)

20

20

3. Dukungan orang yang istimewah (significant other sopport) atau bantuan-bantuan yang diberikan oleh seseorang yang berarti dalam kehidupan individu seperti membuat individu merasa nyaman dan merasa dihargai.

Menurut Sarafino (1998) ada 4 aspek dukungan sosial yaitu,

1. Dukungan emosional. Dukungan ini melibatkan ekspresi rasa empati dan perhatian terhadap individu, sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan. Dukungan ini meliputi perilaku seperti memberikan perhatian dan afeksi seta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain

2. Dukungan penghargaan. Dukungan ini melibatkan ekspresi yang berupa pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang lain.

3. Dukungan instrumental. Bentuk dukungan ini melibatkan bantuan langsung, misalnya yang berupa bantuan finansial atau bantuan dalam mengerjakan tugas - tugas tertentu

4. Dukungan yang bersifat informasi ini dapat berupa saran, pengarahan dan umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan persoalan.

Berdasarkan uraian-uraian aspek di atas maka peneliti akan menggunakan aspek-aspek dari Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley (1998).

(36)

21

21

C. Gagal Ginjal Terminal

Gagal ginjal terminal terjadi bila fungsi ginjal sudah sangat buruk dan penderita mengalami gangguan metabolisme protein, lemak dan karbohidrat. Ginjal yang sakit tidak bisa menahan protein darah (albumin) yang seharusnya dilepaskan ke urine awalnya terdapat dalam jumlah sedikit (mikro-albuminuria). Gagal ginjal terminal adalah kerusakan fungsi ginjal yang progresif, yang berakhir fatal pada uremia (kelebihan urea dan sampah nitrogen lain didalam darah). (Bangkit 2013). Gagal ginjal terminal merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit (Brunner & Suddarih, 2002).

Gagal ginjal ginjal terminal ginjal tahap akhir (end sage) adalah tingkat gagal ginjal yang dapat mengakibatkan kematian kecuali jika dilakukan terapi pengganti (Perhimpunan Nerfrologi Indonesia, 2003). Selanjutnya gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang bersifat ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Tandi, 2014). Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia dan kini diakui sebagai suatu kondisi umum yang dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit dan GGK (Ratnawati, 2014). Berdasarkan estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO), secara global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik. Sekitar 1,5 juta orang harus menjalani hidup bergantung pada cuci darah (hemodialisis). (Ratnawati 2014).

(37)

22

22

Gagal ginjal kronik terbagi menjadi empat stadium berdasarkan laju filtrasi glomerulus (LFG) diantaranya adalah,

1. Gagal ginjal kronik ringan : LFG 30 – 50 ml/menit 2. Gagal ginjal kronik sedang : LFG 10 – 29 ml/menit 3. Gagal ginjal berat : LFG <10 ml/menit

(38)

23

23

D. Hubungan Antara Dukungan Sosial Terhadap Resiliensi Pada Penderita Gagal Ginjal Terminal

Gagal ginjal terminal merupakan tahap paling akhir dari penyaki gagal ginjal. Kondisi fisik yang terus menurun pada penderita gagal ginjal terminal pada umumnya akan jauh menurun terlihat dari fisik penderita gagal ginjal seperti menurunnya berat badan, warna kulit yang berubah menjadi memucat dan juga pastinya stamina yang menurun. Pada tahap ini mewajibkan penderita gagal ginjal terminal unuk selalu mendapatkan perawatan medis, seperti selama hidupnya harus selalu bergantung pada obat-obatan dan juga menjalani terapi, penderita gagal ginjal terminal setidaknya harus melakukan 2 hingga 3 kali hemodialisa setiap minggunya. Ketergantungan penderita gagal ginjal akan hemodialisa menyebabkan penderitanya harus mengatur ulang pola hidup sehatnya, selain itu juga penderita gagal ginjal harus selalu menjaga stamina ketahanan tubuhnya. Banyak perubahan yang harus dialami penderita gagal ganjal, mulai dari perubahan pola hidup, perubahan aktivitas sehari-hari. Pada tahap ini, pasien diwajibkan untuk melakukan pengobatan rutin diantaranya dengan dialisa Carpentez & Lazarus, 1998 (Kartika, 2012).

Untuk terus mempertahankan hidupnya, penderita gagal ginjal terminal harus bergantung pada terapi medis, seperti hemodialisa (cuci darah), biaya yang tinggi serta resiko kematian yang tinggi, yang mana hal ini turut berdampak pada masalah-masalah psikologis seperti stress, cemas, depresi dan putus asa. Namun sebenarnya penderita gagal ginjal terminal mampu membuat caranya sendiri agar dapat bangkit dari tekanan yang dialami dalam dirinya dan menjadi individu yang

(39)

24

24

dapat menjalankan hidupnya sama seperti sebagaimana individu lain yang sehat secara psikologis. Gutman (Kartika, 2012) menanyakan bahwa istilah untuk kondisi yang sulit yang akhirnya menghasilkan suatu kesuksesan, dalam hal ini beraktifitas seperti kebanyakan orang, disebut dengan resiliensi.

Grotberg (1995), berpendapat bahwa resiliensi merupakan kapasitas individu untuk menghadapi, mengatasi, memperkuat diri, dan tetap melakukan perubahan sehubungan dengan ujian yang dialami. Resiliensi sangat beperan penting dalam proses penerimaan atau adaptasi penderita gagal ginjal dalam menghadapi kondisi kesehatannya hingga penderita mampu kembali menjalin aktifiasnya sehari-hari seperi biasanya dengan baik. Penderita gagal ginjal dapat mengatasi stres yang dialami dengan resiliensi yang dimiliki. Orang yang resilien akan mampu bertahan dengan kehidupannya yang tertekan ataupun kesedihan dan tidak meneunjukan suasana hatinya yang negatif secara terus menerus dan juga berlebihan. Apabila reliensi dalam diri seseorang itu tinggi ataupun meningkat, maka ia mampu untuk menghadapi masalah-masalah apapun yang terjadi dengan dirinya, dan juga mampu meningkatkan potensi-potensi dalam dirinya, munculnya rasa optimis yang tinggi, muncul keberanian.

Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley, (1988) mengemukakan 3 aspek dukungan sosial diantaranya, dukungan keluarga dukungan ini melibatkan bantuan-bantuan yang diberikan oleh kelurga terhadap individu seperti membantu dalam membuat keputusan maupun kebutuhan secara secara emotional. Dukungan ini meliputi perilaku seperti memberikan perhatian dan bersedia mendengarkan keluh kesah individu. Pada aspek dukungan keluarga pengaruh terhadap resiliensi

(40)

25

25

yaitu individu dapat berbagi beban, dan berbagi pemikiran saling bertukar pemikiran sehingga penderita merasa seolah-olah bebannya berkurang, dan individu akan lebih mudah menentukan apa yang harus ditentukan. Dukungan teman dukungan ini melibatkan bantuan-bantuan yang diberikan oleh teman-teman individu seperti membantu dalam kegiatan sehari-hari maupun bantuan dalam bentuk lainya. Pada dukungan teman pengaruh terhadap resiliensi ialah penderita dapat berbagi tugas kegiatan sehari-harinya, sehingga penderita dapat menerima dan merasakan keringanan dan kelegahan atas kegiatan-kegiatan yang biasa individu lakukan sehari-hari, selain itu juga penderita dapat lebih mudah untuk menjalani kehidupannya. Dukungan orang yang istimewa, meliputi bantuan-bantuan yang diberikan oleh seseorang yang berarti dalam kehidupan individu seperti membuat individu merasa nyaman dan merasa dihargai. Pada dukungan orang yang istimewah, pengaruh terhadap tingkat resiliensi ialah individu dapat merasakan kenyaman dan dihargai terlebih apabila penderita menerima hal tersebut dari orang yang istimewa bagi penderita.

Selain itu juga didukung oleh hasil penelitian sebelumnya seperti hasil penelitian dari Hadiningsih (2014) Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Resiliensi Pada Remaja Di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta, alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala dukungan sosial dan skala resiliensi. Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment, pada penelitian ini didapatkan hasil yaitu terdapat adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan resiliensi pada remaja di Panti Asuhan keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta,

(41)

26

26

dukungan sosial berperan sebesar 32,9% dan koefisien determinan (r2)= 0,329 dalam mempengaruhi resiliensi remaja di panti asuhan, tingkat dukungan sosial tergolong tinggi dan tingkat resiliensi tergolong tinggi. Selain itu juga didukung hasil penelitia sebelumnya yang dilakukan oleh Kartika (2012) Resiliensi pada penderita gagal ginjal terminal ditinjau dari dukungan sosial dan kebermaknaan hidup, alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan korelasi product moment, pada penelitian ini didapatkan hasil yaitu terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dan resiliensi, dukungan sosial berperan sebesar 26,6 % dan koefisien determinan (r2)= 0,266 dalam mempengaruhi resiliensi, tingkat dukungan sosial tergolong sedang dan tingkat resiliensi tergolong sedang.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya aspek-aspek diatas dapat meningkatkan resiliensi seseorang. Bagi penderita gagal ginjal mendapatkan dukungan-dukungan dari aspek-aspek diatas sangatlah penting, terutama pada saat proses adaptasi dengan kondisi kehidupannya yang baru diketahuinya, karena dengan kondisi kesehatan yang tidak sehat seperti dahulu lagi, akan membuat penderita menjadi terpuruk dengan kehidupannya, maka dengan begitu dukungan-dukungan sosial sangatlah berharga untuk memotivasi kehidupannya agar tetap dapat terus berjuang dan terus menjalani kehidupannya seperti biasanya, sebagaimana orang-orang yang sehat secara medis ataupun psikologis.

(42)

27

27

E. Hipotesis

Ada hubungan yang positif antara dukungan sosial dan resiliensi pada penderita gagal ginjal, semakin tinggi tingkat dukungan sosial yang diterima individu maka semakin tinggi tingkat resiliensi individu.

(43)

28

28

BAB III

Metode Penelitian

A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian

Variabel Tergantung : Resiliensi

Variabel Bebas : Dukungan Sosial

B. Definisi Operasional

1. Resiliensi

Resiliensi adalah kemampuan individu untuk mampu bangkit dari keterpurukannya, bangkit dari kesengsaraan hidupnya dan bangkit penderitaannya, dan tetap menjalankan kehidupannya. Aspek-aspek reliensi yaitu diantaranya kompetensi personal, percaya pada diri sendiri, penerimaan yang positif terhadap perubahan dan menjalin hubungan yang aman dengan orang lain. Pada penelitian ini resiliensi diukur dengan menggunakan skala resiliensi dari teori Connor dan Davidson (2003). Semakin tinggi skor dari pernyataan-pernyataan yang ada maka semakin tinggi pula resiliensi seseorang, sebaliknya, semakin rendah skor yang dimiliki maka semakin rendah tingkat resiliensinya.

(44)

29

29 2. Dukungan Sosial

Dukungan sosial adalah keberadaan, kepedulian dari orang-orang sekitar yang dapat diandalkan dan juga selalu ada untuk menyayangi dan menghargai kita. Dukungan sosial menurut Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley, (1988) adalah diterimanya dukungan yang diberikan oleh orang-orang terdeka individu meliputi dukungan keluarga, dukungan pertemanan, dan dukungan dari orang-orang yang berarti disekitar individu. Aspek-aspek dukungan sosial adalah Dukungan keluarga, Dukungan teman, Dukungan orang yang istimewah, pada penelitian ini dukungan sosial diukur berdasarkan aspek -aspekl yang diatas, pada penelitian ini apabila semakin tinggi individu menerima bantuan dari lingkungan sekitarnya maka semakin tinggi tingkat dukungan sosialnya, serta semakin rendah individu menerima bantuan dari lingkungan sekitar, maka semakin rendah tingkat dukungan sosialnya. Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan skala dukungan sosial dari Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley,(1988).

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah pasien penderita gagal ginjal terminal, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

(45)

30

30

D. Metode Pengumpulan data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala. Skala yaitu kumpulan pertanyaan yang disusun dengan cara tertentu mengenai satu objek yang akan diteliti. Dua macam jenis skala yang digunakan yaitu Resiliensi dan Dukungan sosial. Penelitian ini menggunakan skala yang diadaptasi dari teori Cannor and Davidson (2003), dan Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley (1988)

1. Resiliensi

Skala yang digunakan oleh peneliti merupakan skala resiliensi dari Connor-Davidson Resilience dimana peneliti menerjemahkan skala resiiensi yang berjumlah 25-item. Skala ini digunakan untuk mengetahui tingkat resiliensi pada penderita gagal ginjal terminal, yang dapat diukur melalui single factor yang diperoleh dari analisis confirmatory factor.

Peneliti menggunakan metode skala Likert dengan memberikan 5 alternatif pernyataan, antara lain: (sangat sesuai) dengan skor 5, (sesuai) dengan skor 4, (netral) dengan skor 3, (tidak sesuai) dengan skor 2 dan (sangat tidak sesuai) dengan skor 1. Butir pernyataan dalam skala resiliensi ini terdiri dari butir favourable Distribusi skala resiliensi dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

(46)

31

31 Tabel 1

Distribusi Aitem Skala Resiliensi

Aspek Butir favourable Butir unfavourable Nomor Butir Jumlah Nomor Butir Jumlah Kompetensi Personal 5, 6, 8, 11, 12, 18, 23, 24, 25 9 Percaya Diri 10, 14, 15, 16, 17, 21, 22 7 Penerimaan yang positif 1,2, 4, 13 4 Kontrol Diri 7, 19, 2 20 1 Spiritual 3, 9 2 0 24 1 2. Dukungan Sosial

Skala yang digunakan oleh peneliti merupakan skala dukungan sosial yang diadaptasi dari 12-item. Skala ini digunakan untuk mengetahui tingkat dukungan sosial pada penderita gagal ginjal, yang dapat diukur melalui single factor yang diperoleh dari analisis confirmatory factor.

Peneliti menggunakan metode skala Likert dengan memberikan 5 alternatif pernyataan, antara lain: (sangat sesuai) dengan skor 5, (sesuai) dengan skor 4, (netral) dengan skor 3, (tidak sesuai) dengan skor 2 dan (sangat tidak sesuai) dengan skor 1. Butir pernyataan dalam skala resiliensi ini terdiri dari butir favourable dan unfavourable. Distribusi skala dukungan sosial dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

(47)

32

32 Tabel 2

Distribusi Aitem Skala Dukungan Sosial

Aspek Butir favourable

Nomor Butir Jumlah

Dukungan Keluarga 3, 4, 8, 11 4

Dukungan Teman 6, 7, 9, 12 4

Dukungan orang yang istimewah

1, 2, 5, 10 4

12

E. Metode Analisis Data

Hasil data yang telah dikumpulkan dengan menggunakan teknik statistik. Model statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu dengan analisi product moment. Analisis product moment digunakan karena merupakan teknik analisis korelasional yang dapat digunakan untuk menguji hubungan antara dua variabel. Dalam melakukan perhitungan uji validitas dan reabilittas, maka peneliti menggunakan komputasi melalui program SPSS 17.0 for windows.

F. Validitas dan Reabilitas

1. Validitas

Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Suatu tes atau instrumen pengukuran dikatakan memiliki validitas tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi dan ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran tersebut. Suatu tes

(48)

33

33

dikatakan mempunyai validitas rendah apabila tes tersebut menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran. Validitas biasanya dinyatakan secara empiris oleh suatu koefisien, yaitu koefiisen validitas (Azwar, 2004).

2. Reabilitas

Reabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran.Pengukuran yang memiliki reabilitas tinggi, yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya, disebut sebagai reliabel (Azwar, 2009). Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh faktor kesalahan daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya. Pengukuran yang tidak reliabel tentu tidak akan konsisten. Adapun untuk mencari reliabilitas alat ukur pada kedua skala dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha.

(49)

34

34

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan resiliensi pada pasien gagal ginjal terminal. Penelitian ini melibatkan 40 orang dengan usia 17 tahun ke atas, terdiagnosa gagal ginjal minimal 6 bulan dan menjalani terapi hemodialisa secara rutin baik laki-laki maupun perempuan, dilihat dari kondisi pasien ketika sedang menjalani hemidialisa atau cuci darah tidak semua pasien yang memiliki kondisi yang cukup baik, ada beberapa dari pasien yang kondisinya sedang tidak cukup baik pada saat sedang menjalanin hemodialisa seperti kondisi pasien mengalami penurunan, tekanan darah pasien yang menjadi semakin menurun. Semua subjek merupakan pasien dari rumah sakit Siti Aisyah kota Lubuklinggau. Rumah sakit Siti Aisyah berlokasi di jalan Lapter Silampari, Air Kuti Lubuklinggau Timur 1, Sumatera Selatan. Rumah sakit ini memiliki 62 pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa secara rutin. Berdasarkan informasi yang didapatkan oleh peneliti, pasien gagal ginjal yang menjalani pengobatan di rumah sakit ini berasal dari berbagai daerah.

2. Persiapan penelitian

a. Persiapan Administrasi

Sebelum melaksanakan penelitian, penelii melakukan persiapan administrasi dengan mengajukan surat permohonan ijin penelitian di

(50)

35

35

instansi terkait, dalam hal ini Rumah Sakit Siti Aisyah Lubuklinggau. Peneliti meminta surat ijin penelitian skripsi secara formal padan pihak Dekan Fakultas Psiikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia yang ditunjukan kepada Direktur Rumah Sakit Siti Aisyah Lubuklinggau dengan nomor surat 1262/Dek/70/Div.Um.RT/XII/2016. Peneliti menjelaskan mengenai karakteristik subjek yang akan diteliti, yaitu penderita gagal ginjal, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, sudah terdiagnosa penyakit gagal ginjal minimal 6 bulan serta menjalani terapi hemodialisa secara rutin. Kemudian pihak rumah sakit melakukan koordinasi dengan bagian dari ruangan hemodialisa serta menentukan bagaimana baiknya agar pengambilan data dapat berjalan dengan baik tanpa mengganggu proses terapi hemodialisa pada pasien gagal ginjal terminal.

b. Pesiapan Alat ukur

Uji coba sekaligus pengambilan data menggunakan alat ukur, dilaksanakan di rumah sakit Siti Aisyah Lubuklinggau pada tanggal 9 Januari- 16 Januari 2017 dengan subjek sebanyak 40 orang penderita gagal ginjal terminal.

1) Skala Resiliensi

Berdasarkan hasil uji validitas diketahui bahwa beberaa pernyataan dinyatakan tidak valid yang ditunjukan oleh nilai corrected aitem total correlation kurang dari 0,3. Pada skala ini, 20 aitem sahih dan gugur 5 aitem dengan koefisiensi aitem korelasi yang

(51)

36

36

bergerak antara 0,320 – 0,745. Adapun distribusi butir skala Resiliensi dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3

Distribusi Butir Skala Resiliensi

Aspek Butir favourable Butir unfavourable Nomor Butir Jumlah Nomor Butir Jumlah Kompetensi Personal 5, 6, 8, 11, 12, 18, 23, 24, 25 9 0 0 Percaya Diri 10, 14, 15, 16, 17, 21, 22 7 0 0 Penerimaan yang positif 1,2, 4, 13 4 0 0 Kontrol Diri 7, 19, 2 20 1 Spiritual 3, 9 2 0 0 24 1

Keterangan: Aitem yang dicetak tebal adalah item gugur

Uji reliabilitas terhadap skala Resiliensi menunjukkan nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,848 yang artinya skala ini termasuk reliabel dan memenuhi syarat untuk digunakan sebagai alat ukur pengambilan data penelitian.

2) Skala Dukungan Sosial

Berdasarkan hasil uji validitas diketahui bahwa beberapa pernyataan dinyatakan tidak valid yang ditunjukkan oleh nilai corrected aitem total correlation kurang dari 0,3. Pada skala ini, 10 aitem sahih dan gugur 2 aitem dengan koefisiensi aitem korelasi yang bergerak antara 0,320 – 0,562. Adapun distribusi butir skala Resiliensi dapat dilihat pada tabel 4.

(52)

37

37 Tabel 4.

Distribusi Butir Skala Dukungan Sosial

Aspek Butir favourable

Nomor Butir Jumlah

Dukungan Keluarga 3, 4, 8, 11 4

Dukungan Teman 6, 7, 9, 12 4

Dukungan orang yang istimewah

1, 2, 5, 10 4

12 Keterangan: Aitem yang dicetak tebal adalah item gugur

Uji reliabilitas terhadap skala Dukungan Sosial menunjukkan nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,735 yang artinya skala ini termasuk reliabel dan memenuhi syarat untuk digunakan sebagai alat ukur pengambilan data penelitian.

B. Laporan Pelaksanaan Penelitian

Uji coba alat pengukuran Skala Resiliensi, Skala Dukungan sosial dilakukan pada pasien gagal ginjal Rumah Sakit Siti Aisyah Lubuklinggau. Uji coba sekaligus pengambilan data dilakukan pada tanggal 09 Januari – 16 Januari 2017. Selama pengambian data peneliti selalu berada di ruangan hemodelisa pada saat pagi hari guna menitipkan skala kepada pihak ruangan hemodelisa sekaligus mengambil skala yang sudah diisi oleh pasien penderita gagal ginjal terminal. Pada saat pengambilan data angket dibagikan kepada pasien gagal ginjal terminal oleh perawat yang berada di ruangan hemodialisa, dikarenakan peneliti tidak diperbolehkan untuk berinteraksi langsung dengan pasien dikarenakan pasien tengah menjalain hemodialisa aau cuci darah. Skala tersebut dilengkapi dengan data diri subjek yaitu nama (boleh inisial), jenis

(53)

38

38

kelamin, usia, pekerjaan, serta data mengenai frekuensi dialisa. Dari 60 angket yang dibagikan hanya 40 angket yang dapat terkumpul kembali. Subjek yang diberikan skala penelitian ini sesuai dengan karakteristik yang ditentukan.

c. Hasil Penelitian

Setelah semua data penelitian telah terkumpul, dilakukan penghitungan dan dimasukkan dalam tabulasi data, kemudian dilakukan analisis data untuk menguji hipoesis. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi product-moment dari spearman.

1. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pasien penderita gagal ginjal dengan usia 17 tahun ke atas dan merupakan pasien Rumah Sakit Siti Aisyah Lubuklinggau. Dalam penelitian ini terdapat 40 subjek yang sesuai dengan kriteria, berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan, dan sudah menikah. Berikut adalah identitas subjek penelitian pada tabel 5:

Tabel 5

Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N Prosentase

laki-laki 26 65

Perempuan 14 35

Total 40 100%

Dalam penelitian ini, peneliti mengelompokkan subjek penelitian yang menderita penyaki gagal ginjal di Rumah Sakit Siti Aisyah Lubuklinggau

(54)

39

39

berdasarkan usia. Pengelompokan subjek berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 6 berikut :

Tabel 6

Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

No Rentang usia N Prosentase

1 21-30 tahun 1 2,5% 2 31-40 tahun 7 17,5% 3 41-50 tahun 13 32,5% 4 51-60 tahun 14 35% 5 61-70 tahun 3 7,5% 6 71-80 tahun 2 5% Total 40 100%

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa subjek penelitian berusia 21-30 tahun berjumlah 1 orang atau sebesar 2,5%, subjek yang berusia 31-40 tahun berjumlah 7 orang atau sebesar 17,5%, subjek yang berusia 41-50 tahun berjumlah 13 orang atau sebesar 32,5%, subjek yang berusia 51-60 tahun berjumlah 14 orang atau sebesar 35%, subjek 61-70 tahun berjumlah 3 orang atau sebesar 7,5%, subjek yang berusia 71-80 tahun berjumlah 2 atau sebesar 5%. Dengan demikian, subjek penelitian paling banyak berusia 51-60 tahun dan subjek yang paling sedikit berusia 21-30 tahun.

2. Deskripsi Data Penelitian

Berdasarkan analisis data yang ada, maka diperoleh gambaran atau data deskripsi data penelitian yang berisi fungsi-fungsi dasar statistika hal ini dapat dilihat pada tabel 7.

(55)

40

40 Tabel 7

Data persentil Untuk Kategorisasi

persentil Resiliensi Dukungan Sosial

20 75.2 38.0

40 80.0 40.0

60 83.6 43.0

80 86.8 44.0

Dari data penelitian (tabel 7) akan disajikan 5 pernormaan yang akan diungkap, yaitu “sangat rendah” “rendah” “sedang” “tinggi” “sangat tinggi”.

Tabel 8

Rumus Kaegori Menurut Data Persenil

Rumus Resiliensi Kategorisasi Rumus Dukungan

Sosial X<75.2 Sangat Rendah X<38.0 75.2≤X<80.0 Rendah 38.0≤X<40.0 80.0≤X<83.6 Sedang 40.0≤X<43.0 83.6≤X<86.8 Tinggi 43.0≤X<44.0 X>86.8 Sangat Tinggi X>44.0 Tabel 9

Deskripsi Psikologis Subjek Penelitian

Resiliensi Kategorisasi Dukungan Sosial (%) Frekuensi Frekuensi (%) 10% 4 Sangat Rendah 6 15% 25% 10 Rendah 9 22,5% 17,5% 7 Sedang 8 20% 20% 8 Tinggi 3 7,5% 27,5% 11 Sangat Tinggi 14 35% 100% 40 40 100%

Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa persentase terbesar untuk resiliensi berada pada kategori sangat tinggi (27,5%), sementara persentase tertinggi Dukungan sosial pada kategori sangat tinggi (35%).

3. Uji Asumsi

sebelum melakukan analisis data penelitian, maka terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis, yaitu uji normalitas dan uji linieritas sebagai

(56)

41

41

syarat untuk pengetesan nilai korelasi agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran seharusnya, uji asumsi saat ini dilakukan dengan bantuan komputer program spss 17.0 For windows.

a. Uji Normalitas

Uji asumsi normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabelyang diukur memiliki sebaran normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan teknik Kolmogorov-Smirnov Z. Pedoman atau kaidah yang dunakan untuk normal tidaknya sebaran jika nilai р > 0,05 maka sebaran dinyatakan normal. Namun sebaliknya, jika nilai р < 0,05 maka sebaran dinyatakan tidak normal.

Tabel 10

Hasil Uji Normalitas

Variabel Skor K-SZ P Keterangan

Resiliensi 0.092 0.711 Normal

Dukungan Sosial 0.173 0.016 Tidak

Normal Hasil uji normalitas memperlihatkan bahwa resiliensi menunjukan sebaran datanya mengikuti distribusi normal, sedangkan dukungan sosial menunjukkan sebaran datanya tidak normal.

b. Uji Linieritas

Uji asusmi linieritas digunakan untuk melihat apakah hubungan antara variabel bebas, resiliensi dengan variabel tergantung, dukungan sosial membentuk garis linier. Hubungan antara kedua variabel dikatakan linier apabila nilai р dari F Linierity kurang dari 0,.05 (p < 0.05) dan nilai dari f Deviation from Linierity lebih besar dari 0.05 (p > 0.05).

(57)

42

42 Tabel 11.

Hasil Uji Linieritas

Variabel F p Ket Resileinsi dan dukungan sosial F Linearity F Deviation from Linearity 5.274 0.623 0.029 0.789 Linier Linier

Hasil uji linieritas memperlihatkan bahwa resiliensi dan dukungan sosial membentuk garis linier. Dengan demikian asumsi linieritas hubungan terpenuhi.

4. Uji Hipotesis

Setelah melalui uji asumsi yaitu uji normalitas dan uji linieritas, peneliti melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis untuk mengetahui apakah ada hubungan atau tidak antara variabel resiliensi dan variabel dukungan sosial. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik statistika yaitu uji korelasi spearman. Hipotesis diterima jika nilai p lebih kecil dari nilai r (p < 0,05). Nilai p < 0,05 menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antar variabel. Hasil uji hipotesi antara resiliensi dengan dukungan sosial yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12

Hasil Uji Hipotesis

Variabel Pearson

R Sig. r2

Resiliensi dan Dukungan Sosial 0.348 0,014 0.12

Dari hasil analisis koefisiensi ada tabel diatas,maka diproleh koefesiensi korelasi r = 0,348 dengan nilai signifikan p = 0,014 yang berarti nilai p lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05). Dengan demikian, hipotesis pada penelitian ini

Referensi

Dokumen terkait

kebenaran pernyat aan besarnya kom ponen dalam negeri barang/ j asa dan m elam pirkan rincian dan nilai bahan baku/ bahan penolong, baik dari dalam negeri m aupun im por,

Bila pasangan batu tersebut cukup kuat, dan tidak lebih cepat dari 14 hari setelah penyelesaian pekerjaan pemasangan, urugan kembali akan dilaksanakan sebagaimana ditetapkan,

Strategi manajemen SI/TI diperoleh dari hasil identifikasi solusi SI/TI sehingga dibutuhkanrekrutmen SDM pada struktur organisasi yaitu unit kerja IT yang terdiri dari

Adanya sikap penerimaan dari seluruh masyarakat sekolah terhadap peserta didik berkebutuhan khusus, kurikulum yang fleksibel di sesuaikan dengan kemampuan peserta didik,

gratis yang disediakan oleh UMM sejak tahun 2005 dan tujukan kepada seluruh mahasiswa UMM guna mendukung akses internet dan intranet dengan menggunakan fasilitas WIFI..

pencegahan dan perawatan ODHA yang terbukti dengan semakin meningkatnya penyuluhan melalui seminar, diskusi mengenai HIV/AIDS, selain itu terjadi peningkatan akses universal

2013 yang mengatur mengenai pajak penghasilan dari usaha yang diperoleh. wajib pajak dengan peredaran

Kencana Print, Ngemplak Boyolali tersebut, dapat diketahui bahwa perusahaan memerlukan perbaikan sistem manajemen mutu dengan penambahan alat pendokumentasian sistem