• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBAIKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBAYA DI KELAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBAIKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBAYA DI KELAS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

63

PERBAIKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI

POKOK BANGUN RUANG MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR

SEBAYA DI KELAS IV-b SD NEGERI 104188 MEDAN KRIO

INGAN TARIGAN

Guru Bidang Studi Matematika SD Negeri 104188 Medan Krio ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat peningkatan prestasi belajar siswa antara lain. Subjek penelitian ini diambil di kelas IV-b SD Negeri 104188 Medan Krio dengan jumlah siswa 37 orang. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe tutor sebaya. Tujuan penelitian ini adalah; 1) untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe tutor sebaya dapat meningkatkan aktivitas belajar Matematika siswa kelas IV-b SD Negeri 104188 Medan Krio, Tahun Pembelajaran 2012/2013, 2) untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas IV-b SD Negeri 104188 Medan Krio, Tahun Pelajaran 2012/2013.Dari hasil penelitian diperoleh data-data hasil belajar dan aktifitas belajar siswa selama kegiatan belajar mengajar matematika pada siswa kelas IV-b SD Negeri 104188 Medan Krio dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe tutor sebaya kemudian dianalisis sehingga dapat disimpulkan antara lain; 1) pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe tutor sebaya memiliki dampak positif dalam memperbaiki prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu pada Siklus I (64,9%) naik pada Siklus II (86,4%); 2) data aktifitas siswa menurut pengamatan pengamat pada Siklus I antara lain membaca/menulis (42% ), mengerjakan LKS (25,5%) bertanya sesama teman (6%), menjawab pertanyaan teman (6%), bertanya kepada guru (10,5%), dan yang tidak relevan dengan KBM (10%), data aktifitas siswa menurut pengamatan pada Siklus II antara lain membaca/menulis (23%), mengerjakan LKS (42%), bertanya sesama teman (12%), menjawab pertanyaan teman (14%), bertanya kepada guru (4%), dan yang tidak relevan dengan KBM (4%). Kata kunci : Perbaikan Prestasi Belajar Matematika, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tutor Sebaya PENDAHULUAN

Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar mengajar bagi siswanya dan kualistas mengajarnya. Guru seharusnya membantu siswa mengubah persepsi yang negatif terhadap belajar mengajar menjadi menyenangkan karena di dalam proses pembelajaran Matematika merupakan pelajaran yang paling penting

dan disegani siswa dan tidak heran Matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit. Banyak siswa yang memiliki nilai rendah pada pembelajaran Matematika termasuk di sekolah tempat peneliti mengajar.

Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengajar, peneliti jarang sekali menggunakan metode dan model pembelajaran yang bervariasi. Peneliti lebih sering menggunakan metode belajar konvensional yakni metode ceramah. Peneliti bertindak sebagai sumber informasi dan siswa menjadi objek belajar.

(2)

64

Memang di akhir pembelajaran peneliti

selalu memberikan soal sebagai evaluasi dari pembelajaran. Namun hasil yang peneliti peroleh tidak cukup memuaskan, hanya 10-20% siswa yang benar-benar menguasai materi yang diajarkan guru dalam bentuk pengerjaan soal. Dilihat dari hasil ulangan harian siswa hal serupa juga terjadi. Hanya 45% siswa yang lulus kriteria ketuntasan minimum yang telah ditetapkan sekolah. Sedangkan sisanya harus mengikuti program remedial.

Sebagai seorang tenaga pendidik yang merupakan ujung tombak kemajuan pendidikan nasional, maka peneliti merasa bahwa peneliti ikut bertanggung jawab dalam penyelesaian masalah-masalah yang timbul dalam dunia pendidikan, termasuk masalah yang di hadapi oleh guru di sekolah seperti masalah yang peneliti hadapi. Bekerja sama dengan beberapa Sekolah Dasar di daerah Jalan Binjai, peneliti dan beberapa rekan sesama pendidik membentuk kelompok pelatihan keprofesionalan guru yang dibimbing oleh LPMP dan juga tutor dari UNIMED. Adapun materi yang di bahas dalam kelompok ini dalah upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas mengajar guru. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yakni pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model-model dan metode-metode pembelajaran yang inovatif. Melalui penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan guru akan menemukan strategi belajar mengajar yang sesuai dan cocok dengan kondisi dan kebutuhan siswa yang akan mengakibatkan motivasi, minat, aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat. Guru juga akan menjadi lebih terampil dalam mengajar karena mampu mengolah pembelajaran dengan baik, dan

memberikan inovasi dalam proses pembelajarannya.

Salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas dan kerja sama siswa yakni model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru, karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan”.

Tutor sebaya adalah sumber belajar selain guru yaitu teman sebaya yang lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah.

Bantuan belajar oleh teman

sebaya dapat menghilangkan

kecanggungan, lebih mudah dipahami, tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu dan sebagainya untuk bertanya ataupun minta bantuan. Seperti yang dikemukakan oleh Longstreth (Suherman, dkk,2003 : 277) tentang hubungan anak dengan anak sebagai berikut :

“Interaksi kawan membukakan mata anak terhadap pola tingkah laku yang berlaku dalam kebudayaan itu, yang sering dilakukan dan dengan demikian ia condong untuk mempelajari bentuk-bentuk tingkah laku yang dipakai untuk pergaulan yang berlaku.”

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan tutor sebaya di dalam kelas; 1) beberapa siswa yang pandai dipilih guru disuruh pelajari topik tertentu sambil diberi penjelasan guru seperlunya, 2) kelas dibagi dalam kelompok kecil

(3)

65

(kelompok yang terbentuk heterogen), 3)

siswa yang pandai disebar ke setiap kelompok (satu kelompok satu tutor sebaya), 4) guru memberi bimbingan khusus jika diperlukan, 5) jika ada masalah dalam kelompok di jelaskan tutor sebaya sambil diskusikan jika tidak bisa baru guru, 6) Guru memberi evaluasi. Pelaksanaan di luar kelas, 1) Beberapa siswa terpandai yang sudah dipilih, dibekali topik tertentu dan sudah diberi penjelasan serta arahan guru ditunjuk untuk pimpin kelompok belajar di luar kelas (di luar jam pelajaran), 2) guru beri tugas rumah pada masing-masing kelompok yang sudah dibuat guru, 3) pada waktu yang ditentukan hasil kerja kelompok dibahas di sekolah, 4) guru memberi evaluasi, 5) kelompok yang berhasil diberi penghargaan.

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan suatu maslaah sebagai berikut; 1) apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe tutor sebaya dapat meningkatkan aktivitas belajar Matematika siswa kelas IV-b SD Negeri 104188 Medan Krio, Tahun Pembelajaran 2012/2013?; 2) apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas IV-b SD Negeri 104188 Medan Krio, Tahun Pelajaran 2012/2013?

Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk; 1) untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe tutor sebaya dapat meningkatkan aktivitas belajar Matematika siswa kelas IV-b SD Negeri 104188 Medan Krio, Tahun Pembelajaran 2012/2013; 2) Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe tutor sebaya dapat meningkatkan

prestasi belajar Matematika siswa kelas IV-b SD Negeri 104188 Medan Krio, Tahun Pelajaran 2012/2013.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Jalan Sei Mencirim Medan Krio. Materi Pembelajaran yang diterapkan selama pengambilan data di kelasIV-b SD Negeri 104188 Medan Krio adalahBangun Ruang. Penelitian ini dlaksanakan mulai bulan Mei 2013 sampai denganJuli 2013. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini sebanyakI (satu) kelas yaitu kelas IV-b SD Negeri 104188 Medan Kriosebanyak 37 orang. Adapun Kelas IV-b dijadikan sebagai subjek penelitian karena peneliti merupakan guru kelas di kelas IV-b. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalammelaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997:6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan

(4)

66

reflection (refleksi). Langkah pada siklus

berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada Siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

Instrumen Penelitian

Instrumen selama penelitian antara lain:

a. Instrumen Tes hasil Belajar b. Instrumen aktivitas belajar siswa

Instrumen aktivitas belajar siswa terdiri dari 5 aktivitas antara lain; membaca, bekerja, bertanya sesama siswa, bertanya sama guru, dan yang tidak relevan denga KBM. Waktu siswa belajar sesuai dengan di RPP berkelompok selama 20 menit ditentukan oleh peneliti/guru maka ada 10 ceklis yang dilakukan oleh pengamat dalam lembar aktivitas belajar siswa

Teknik Analisis Data

Data-data yang terkumpul selama penelitian ini adalah:

a. Data Pretessiswa b. Data Formatif pertama c. Data Formatif kedua d. Data aktivitas siswa

e. Data Sikap siswa selama Kegiatan Belajar Mengajar

Untuk menganalisis data-data tersebut di atas digunakan:

1. Teknik persentase, untuk menganalisis tingkat keberhasilan tes hasil belajar. 2. Teknik deskriptif, untuk menganalisis

data-data presnetase. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

kondisi awal siswa kelas IV-b yang menyangkut hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Untuk mempertegas identifikasi tersebut dilakukan Pretes. Data hasil Pretes menunjukkan nilai terendah untuk Pretes adalah 20 dan tertinggi adalah 40 dengan KKM (kriteria ketuntasan minimum) sebesar 70 maka tidak seorang pun mendapat nilai diatas ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah 0 %. Nilai rata-rata kelas adalah 32,7 yang juga tidak tuntas. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa tidak belajar di rumah sebelum memulai pembelajaran di sekolah dengan demikian berarti aktivitas belajar siswa rendah.

Siklus I

Penilaian aktivitas diperoleh dari lembar observasi aktivitas dilakukan pada saat siswa bekerja dalam kelompok diskusi. Pengamatan dilakukan oleh dua pengamat selama 20 menit kerja kelompok dalam setiap kegiatan belajar mengajar (KBM).Hasil observasi aktivitas siswa disajikan dalam Tabel 2

Tabel 1. Skor Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

No Aktivitas Skor Persentase 1 Menulis,membaca 84 42% 2 Mengerjakan LKS 51 25,5% 3 Bertanya pada teman 12 6% 4 Menjawab Pertanyaan Teman 12 6% 5 Bertanya pada guru 21 10,5% 6 Yang tidak relevan 20 10% Jumlah 200 100%

Data pada Tabel 2 dapat dituliskan kembali dalam histogram seperti gambar 1 berikut:

(5)

67

Gambar 1.Grafik Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

 Data hasil belajar siswa

Setelah berakhirnya pelaksanaan siklus I diadakan tes hasil belajar kognitif yang selanjutnya disebut sebagai formatif I.Hasil belajar kognitif yang diperoleh pada siklus I selama dua pertemuan disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 2 Distribusi Hasil Formatif I Nilai Frekuensi Rata-rata

100 7 76,2 80 17 60 12 40 1 Jumlah 37

Data pada Tabel 3 dapat dituliskan kembali dalam histogram seperti gambar 2 berikut:

Gambar 2. Grafik Hasil Formatif 1 Siswa

Merujuk pada Tabel 2 tersebut, nilai terendah formatif I adalah 40 dan tertinggi adalah 100. Merujuk pada KKM

sebesar 70 maka hanya 24 dari 37 orang siswa mendapat nilai ketuntasan atau ketuntasan klasikal tercapai sebesar 64,9 %. Nilai ini berada di bawah kriteria ketuntasan klasikal sebesar 85 % sehingga dapat dikatakan KBM siklus I gagal memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 76,2 sudah di atas KKM. Dengan demikian maka peneliti berusaha melakukan tindakan perbaikan dalam melaksanakan pembelajaran siklus II yang dirasa perlu. Refleksi

Berdasarkan hasil belajar kognitif dan pengamatan siklus I menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa permasalahan/kekurangan dalam pelaksanaan tindakan yang perlu diperbaiki secara lanjut. Beberapa kelemahan pada siklus I yang ditemukan dari faktor siswa yaitu:

1. Kemampuan siswa dalam berkelompok masih kurang terlihat. Siswa belum memahami bahwa belajar kelompok adalah usaha belajar bersama dan oleh karena itu siswa harus saling membantu serta bekerjasama dalam pelaksanaan tugas. Siswa masih lebih banyak melakukan tindakan individual terbukti dengan tingginya aktivitas membaca dan menulis (42%) 0% 10% 20% 30% 40% 50% Menulis, membac a Mengerj akan LKS Bertanya pada teman Menjaw ab Pertanya an Teman Bertanya pada guru Yang tidak relevan Persentase 42% 25,50% 6% 6% 10,50% 10% A xi s Ti tl e Persentase 0 10 20 1 2 3 4 7 17 12 1 Nilai Formatif I Nilai 100 80 60 40 …

(6)

68

sedangkan aktivitas mengerjakan LKS

hanya (25,5%).

2. Tutor belum mampu membimbing temannya dengan baik. Tutor bekerja sangat dominan dalam menyelesaikan masalah (LKS) tanpa memikirkan kemampuan teman satu kelompoknya yang lain.

3. Siswa masih kurang antusias dalam pembelajaran dimana siswa masih kurang serius, bermain pada saat diskusi, dan ada juga siswa yang tidak enggan mengganggu temannya. Hal ini terlihat dari tingginya aktivitas yang tidak relevan dengan KBM yakni 10%. 4. Guru masih kurang dalam memotivasi

siswa agar lebih aktif selama pembelajaran, oleh karena itu guru harus menyiapkan beberapa tindakan perbaikan untuk memotivasi siswa agar lebih aktif selama pembelajaran. Tindakan Perbaikan

Berdasarkan data yang diperoleh dan juga refleksi yang dilakukan, maka peneliti melakukan diskusi dengan tutor dari UNIMED dan LPMP, teman sejawat dan pengamat peneliti, serta dengan pendamping peneliti dari UNIMED. Adapun yang menjadi tujuan diskusi yakni untuk menentukan tindakan perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I. Berdasarkan diskusi tersebut maka diputuskan tindakan perbaikan sebagai berikut:

1. Sebelum memulai pembelajaran KBM 3 siklus II, guru terlebih dahulu menjelaskan sistem belajar kelompok dengan model kooperatif tipe tutor sebaya kepada siswa. Hal ini bertujuan agar siswa memahami tanggung jawabnya baik sebagai tutor maupun

sebagai anggota kelompok agar terselenggara proses belajar yang baik. 2. Guru membimbing tutor di luar sekolah

sebelum KBM 3 dan 4 dilakukan. Dan guru juga memotivasi tutor agar menjadi tutor yang baik. Tutor berkewajiban membantu teman satu kelompoknya agar dapat menguasai materi ajar, dan tutor diharapkan tidak bersifat egois dan individual melainkan bersifat kooperatif.

3. Guru memberi peringatan kepada seluruh siswa untuk aktif selama pembelajaran. Siswa yang tidak serius, atau yang bermain dan terkhusus siswa yang membuat keributan dengan mengganggu temannya akan di beri hukuman.

4. Guru memotivasi siswa untuk lebih giat dan aktif selama diskusi dengan menjajikan hadiah pada kelompok yang paling kooperatif dan kondusif selama proses diskusi.

Siklus II

Aktivitas siswa pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan siklus I. Hasil pengamatan aktivitas belajar siswa pada siklus II disajikan pada tabel 4.

Tabel 3. Skor Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

No Aktivitas Skor Persentase 1 Menulis,membaca 40 23% 2 Mengerjakan LKS 71 42% 3 Bertanya pada teman 21 12% 4 Menjawab Pertanyaan Guru 23 14% 5 Bertanya pada guru 8 5% 6 Yang tidak relevan 7 4% Jumlah 170 100% Data pada Tabel 3. dapat dituliskan kembali dalam histogram seperti gambar 3 berikut:

(7)

69

Gambar 3. Grafik Aktivitas Belajar Siswa

 Data hasil belajar siswa

Diakhir siklus II diberikan tes hasil belajar sebagai formatif II dengan jumlah soal 5 item.Data formatif II disajikankan dalam Tabel 5.

Tabel 4. Distribusi Hasil Formatif II Nilai Frekuensi Rata-rata

100 13

84,1

80 19

60 5

Jumlah 37

Merujuk pada Tabel 5, nilai terendah untuk formatif II adalah 60 dan tertinggi adalah 100 dengan 5 orang siswa mendapat nilai dibawah KKM atau ketuntasan klasikal adalah sebesa 86,4 %. Nilai ini berada di atas 85% sehingga dapat dikatakan KBM siklus II telah berhasil memberi ketuntasan belajar pada siswa dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 84,1 dan telah memenuhi KKM.

Data pada Tabel 5. dapat dituliskan kembali dalam histogram seperti gambar 4. berikut:

Gambar 4. Grafik Hasil Formatif II

Refeleksi dan Tindakan Perbaikan Setelah berlangsungnya siklus II, peneliti melakukan tes akhir siklus II yakni formatif II dengan perolehan nilai rata-rata 84,1 dan ketuntasan klasikal 86,4 %. Dengan demikian hasil formatif II menyatakan bahwa pembelajaran siklus II telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa dan memberikan ketuntasan rata-rata hasil belajar serta mampu memberikan ketuntasan belajar secara klasikal. Aktivitas belajar siswa pada siklus II juga mengalami peningkan yang cukup signipikan yakni menurunnya aktivitas yang tidak relevan dengan KBM dari 10 % menjadi 4 %. Berdasarkan dari seluruh data siklus II dapat disimpulkan bahwa siklus II berhasil meningkatkan aktivitas yang bermuara pada peningkatan hasil 0% 10% 20% 30% 40% 50% Menulis ,memba ca Menger jakan LKS Bertany a pada teman Menjaw ab Pertany aan Guru Bertany a pada guru Yang tidak relevan Persentase 23% 42% 12% 14% 5% 4% A xi s Ti tl e Persentase 0 100 1 2 3 100 80 60 13 19 5 Nilai Frekuensi

(8)

70

belajar siswa.Sedangkan untuk perbaikan

pembelajaran sudah tidak banyak yang harus di revisi. Hanya saja guru harus selebih terampil dalam membagi waktu dan menyiapkan media sebaik dan semanarik mungkin.

B. Pembahasan

Merujuk pada Gambar 1 dan 3 terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa.Perbandingan aktivitas antara siklus I dansiklus II dijabarkan sebagai berikut: aktivitas menulis dan membaca turun dari 42 % menjadi 23 %. Penurunan aktivitas menulis,membaca ini baik menurut peneliti karena mengindikasikan menurunnya sikap individual siswa dalam berdiskusi. Aktivitas mengerjakan LKS dalam diskusi yang meningkat dari 25,5 % menjadi 42 % menunjukkan perbaikan yang terjadi dalam proses pembelajaran di mana siswa lebih aktif dalam pelaksanaan diskusi. Sementara aktivitas bertanya pada teman naik dari 6 % menjadi 12 %, hal ini mengindikasikan bahwa siswa telah lebih mandiri dalam berpikir dan lebih kooperatif sehingga siswa tidak enggan bertanya pada tutor. Aktivitas menjawab pertanyaan teman meningkat dari 6 % menjadi 14% hal ini menunjukkan bahwa tutor lebih kooperatif dan kemampuan tutor untuk membimbing teman satu kelompoknya. Aktivitas bertanya pada guru turun dari 10,5 % menjadi 5 %. Hal ini dikarenakan peningkatan daya pikir siswa dan koperatif siswa, sehingga ketergantungan siswa terhadap guru mengalami penurunan. Aktivitas yang tidak relevan dengan KBM turun dari 10 % menjadi 4% yang menandakan perbaikan aktivitas belajar siswa.

Hasil belajar kognitif pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 76,2 dengan ketuntasan belajar yang dicapai 64,9 %,

karena kurang dari 85% siklus I dikatakan tidak tuntas. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II diperoleh rata-rata hasil belajar sebesar 84,1 dengan ketuntasan klasikal mencapai 86,4 %, karena lebih besar dari 85 % maka siklus II dikatakan berhasil memberikan ketuntasan belajar klasikal.

Berdasarkan hasil belajar kognitif dan pengamatan siklus I menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa permasalahan/kekurangan dalam pelaksanaan tindakan yang perlu diperbaiki secara lanjut. Beberapa kelemahan pada siklus I terlihat dari aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, diantaranya;

1. Kemampuan siswa dalam berkelompok masih kurang terlihat. Siswa belum memahami bahwa belajar kelompok adalah usaha belajar bersama dan oleh karena itu siswa harus saling membantu serta bekerjasama dalam pelaksanaan tugas. Siswa masih lebih banyak melakukan tindakan individual terbukti dengan tingginya aktivitas membaca dan menulis (42%) sedangkan aktivitas mengerjakan LKS hanya (25,5%).

2. Tutor belum mampu membimbing temannya dengan baik. Tutor bekerja sangat dominan dalam menyelesaikan masalah (LKS) tanpa memikirkan kemampuan teman satu kelompoknya yang lain,

3. Siswa masih kurang antusias dalam pembelajaran dimana siswa masih kurang serius, bermain pada saat diskusi, dan ada juga siswa yang tidak enggan mengganggu temannya. Hal ini terlihat dari tingginya aktivitas yang tidak relevan dengan KBM yakni 10%. 4. Guru masih kurang dalam memotivasi

(9)

71

pembelajaran, oleh karena itu guru

harus menyiapkan beberapa tindakan perbaikan untuk memotivasi siswa agar lebih aktif selama pembelajaran.

Berdasarkan data yang diperoleh dan juga refleksi yang dilakukan, maka peneliti melakukan diskusi dengan tutor dari UNIMED dan LPMP, teman sejawat dan pengamat peneliti, serta dengan pendamping peneliti dari UNIMED. Adapun yang menjadi tujuan diskusi yakni untuk menentukan tindakan perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I. Berdasarkan diskusi tersebut maka diputuskan tindakan perbaikan sebagai berikut:

1. sebelum memulai pembelajaran KBM 3 siklus II, guru terlebih dahulu menjelaskan sistem belajar kelompok dengan model kooperatif tipe tutor sebaya kepada siswa. Hal ini bertujuan agar siswa memahami tanggung jawabnya baik sebagai tutor maupun sebagai anggota kelompok agar terselenggara proses belajar yang baik. 2. Guru membimbing tutor di luar sekolah

sebelum KBM 3 dan 4 dilakukan. Dan guru juga memotivasi tutor agar menjadi tutor yang baik. Tutor berkewajiban membantu teman satu kelompoknya agar dapat menguasai materi ajar, dan tutor diharapkan tidak bersifat egois dan individual melainkan bersifat kooperatif.

3. Guru memberi peringatan kepada seluruh siswa untuk aktif selama pembelajaran. Siswa yang tidak serius, atau yang bermain dan terkhusus siswa yang membuat keributan dengan mengganggu temannya akan di beri hukuman,

4. Guru memotivasi siswa untuk lebih giat dan aktif selama diskusi dengan

menjajikan hadiah pada kelompok yang paling koperatif dan kondusif selama proses diskusi.

Dengan demikian pembelajaran menggunakan model tutor sebaya memberikan ketuntasan belajar Matematika siswa pada siklus II. Pembelajaran tutor sebaya selain meningkatkan hasil belajar siswa ternyata juga telah mampu menumbuhkan sikap koperatif disamping tumbuhnya minat belajar siswa terhadap pembelajaran Matematika yang berimplikasi pada meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa.

PENUTUP Kesimpulan

Setelah data-data tes hasil belajar, dan aktivitas belajar siswa terkumpul kemudian data tersebut dianalisis. Hasil analisis tersebut dapat disimpulkan sesuai dengan rumusan masalah, yaitu :

1. Data aktivitas siswa menurut pengamatan pengamat pada siklus I antara lain membaca/menulis (42%), mengerjakan LKS (25,5%), bertanya sesama teman (6%), menjawab pertanyaan teman (6%), bertanya kepada guru (10,5%), dan yang tidak relevan dengan KBM (10%).Data aktivitas siswa menurut pengamatan pada siklus II antara lain membaca/menulis (23%), mengerjakan LKS (42%), bertanya sesama teman (12%), menjawab pertanyaan teman (14), bertanya kepada guru (5%), dan yang tidak relevan dengan KBM (4%). 2. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajarantutor sebaya mengalami peningkatan.Pada siklus I ketuntasan sebesar 64,9 % dengan rata-rata 76,2 dan belum tuntas secara klasikal dan pada siklus II

(10)

72

sebesar 86,4% dengan rata-rata 84,1

menunjukkan tuntas secara individu dan kelas.

Saran

Setelah melakukan kegiatan belajar mengajar selama empat kali atau disebut dua siklus maka data-data dianalisis. Selama pengambilan data dengan menerapkan model pembelajaran Tutor Sebaya, masih ada kelemahan-kelemahan. Beberapa saran yang dapat peneliti berikan yakni:

1. Agar penerapan model pembelajaran kooperatif tipe tutor sebaya dapat terlaksana dengan baik, maka guru harus jelas dalam memberi intruksi kepada siswa mengenai proses belajar dengan penerapan model pembelajaran ini. Hal ini bertujuan agar siswa dapat memahami apa yang menjadi tugas mereka dalam pembelajaran.

2. Penerapkan Model Pembelajaran Tutor Sebaya perlu di sesuaikan dengan sintak model itu sendiri, bila sarana dan perasarana tidak sesuai perlu dimodifikasi agar tujuan model tersebut sesuai dengan tujuan.

3. Guru harus sangat selektif dalam memilih siswa yang akan berperan sebagai tutor. Hal ini karena tutor sangat berperan penting dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe tutor sebaya ini.

RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: BumiAksara.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: RineksaCipta.

Degeng, I N. S. 1988. Ilmu Pengajaran: Taksonomi variabel. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti P2LPTK. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Balai Pustaka.

Djamarah, SyaifulBahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Hamalik, Oemar. 1994.

MetodePendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988.The Action Research Planner.Victoria Dearcin University Press.

Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta. Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa

untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya. Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Sudjana, Dr.Nana.1998. Dasar-Dasar

Proses Belajar

Mengajar.Bandung:Sinar baru Algensindo

Sumadi Suryabrata.1993.Psikologi Pendidikan. Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT Rasda karya.

Gambar

Tabel 1. Skor Aktivitas Belajar Siswa  Siklus I
Gambar 2. Grafik Hasil Formatif 1  Siswa
Tabel 3. Skor Aktivitas Belajar Siswa  Siklus II
Gambar 3. Grafik Aktivitas Belajar Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil gambaran dan analisis system yang telah berjalan di atas, yang ditinjau melalui use case dan Activity diagram dapat digambarkan beberapa

Untuk kendaraan bermotor tipe baru serta kendaraan bermotor yang sedang diproduksi kategori L3 (roda dua dengan kapasitas silinder > 50 cm3 atau kecepatan maksimum >

Hasil Simulasi Geometri Rekahan Setelah Operasi Mini Frac Pada Masing-Masing Stage.... Hasil Main Frac Pada Masing-Masing

Beberapa jenis batu kapur dengan kandungan tanah liat menghasilkan kapur mentah dengan sifat-sifat hidrolis (mengeras jika tercampur air), dan ternyata lebih awet. Johnson

 Memberikan sebuah media pembelajaran yang baru untuk mempelajari Bahasa Jawa dengan mudah dan menyenangkan.  Melestarikan Bahasa Jawa sebagai bahasa daerah dan

Drug Related Problems pada pasien yang Obat Tidak Efektif di Unit Stroke RSUD Banyumas pada tahun 2010... Drug Related Problems pada pasien yang

Pompa air energi termal dengan evaporator 44 cc dan pemanas 78 watt, dari data yang diperoleh menunjukkan daya pompa (Wp) maksimum adalah 0,167 watt pada variasi ketinggian head

Bila nilai variabel sama dengan nilai yang ada dalam daftar konstanta 1 maka pernyataan 1 dikerjakan, bila sama dengan nila yang ada dalam daftar konstanta 2 maka pernyataan