PADA LEMBAGA DAKWAH PENGURUS BESAR NAHDLATUL ULAMA DALAM PERSPEKTIF
KOMUNIKASI PERSUASIF
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
ABDULLAH FAQIHUDDIN ULWAN NIM. 11160510000008
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1441 H/2020 M
i ABSTRAK
Abdullah Faqihuddin Ulwan 11150610000008
Konstruksi Makna Islam Nusantara pada Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam Perspektif Komunikasi Persuasif
Kemajemukan bangsa Indonesia dapat memicu konflik antar umat seagama ataupun antar umat beragama. Nahdlatul Ulama menggagas konsep Islam Nusantara sebagai wujud penerapan dakwah tsaqofah/berkebudayaan yang menjadikan budaya sebagai infrastruktur agama agar dapat menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam pelaksanaan dakwah, hal tersebut ada pada Lembaga Dakwah PBNU
Penelitian ini untuk menjawab bagaimana konstruksi makna Islam Nusantara pada Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam perspektif komunikasi persuasif? dan apa tahapan strategi komunikasi persuasif pada konsep meaning construction yang dilakukan Lembaga Dakwah PBNU?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma konstruktivis. Metode yang digunakan penelitian adalah deskriptif. Teori yang digunakan adalah teori strategi komunikasi persuasif Melvin L DeFleur dan Sandra J Ball Rokeach dengan konsep the meaning construction strategy, yaitu strategi komunikasi persuasif dengan tiga tahapan, memberi pengetahuan, memengaruhi untuk bertindak, dan membentuk makna.
Hasil penelitian diketahui bahwa Lembaga Dakwah PBNU mengonstruk makna Islam Nusantara dalam perspektif komunikasi persuasif dengan cara pengkaderan dai dan memanfaatkan media sosial dengan arus komunikasi ke bawah (dari atasan ke bawahan). Dalam penerapan meaning construction strategy, dengan cara melakukan sosialisasi melalui media sosial, memberikan edukasi secara langsung dan tidak langsung, dan membuat perumpamaan bentuk meme. Penerapan meaning construction strategy dengan arus komunikasi ke bawah dan dengan metode lisan dan tulisan.
Kata Kunci: Lembaga Dakwah PBNU, Pesan Islam Nusantara, Dakwah Tsaqofah, Strategi Komunikasi Persuasif, Meaning Construction Strategy.
ii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan nikmat sehat secara lahir maupun batin sehingga peneliti dapat memulai dan menyelesaikan penelitian ini dengan sebaik-baiknya. Sholawat serta salam senantiasa terhaturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya sehingga Islam rahmatan lil ‘alamin masih membumi di bumi ini. Dengan kerendahan hati dan kesadaran diri, dalam melaksanakan penelitian yang berjudul “Konstruksi Makna Islam Nusantara
pada Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam Perspektif Komunikasi Persuasif”. Peneliti sadar bahwa
masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karenanya peneliti membuka kritik serta saran yang membangun untuk panggung akademisi yang akan datang.
Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, dipastikan tidak lepas dari dukungan berbagai pihak sehingga peneliti dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang ada dalam proses penulisan skripsi ini. Dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A sebagai Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag, BSW. MSW sebagai Wakil Dekan 1 Bidang Akademik, Dr. Sihabbudin Noor, M.Ag sebagai Wakil Dekan II Bidang
iii
Administrasi Umum, serta Drs. Cecep Castrawijaya, M.A sebagai Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
3. Dr. Armawati Arbi, M.Si sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Dr. H. Edi Amin, S.Ag., M.A sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Kalsum Minangsih, M.A, sebagai Dosen Penasihat Akademik yang telah memberikan nasihat serta arahan kepada penulis.
5. Zakaria, M.Ag sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan waktu serta pikirannya dalam mengarahkan, membimbing serta memberi masukan kepada penulis selama penulisan skripsi ini berlangsung. Semoga Allah SWT selalu menberikan kekuatan, keberkahan, dan kesehatan kepada beliau dan keluarga. 6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Terimakasih telah mengajarkan dan memberikan ilmunya kepada seluruh mahasiswa khususnya penulis. Semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat serta menjadi amal sholeh bagi bapak dan ibu dosen.
7. Keluarga peneliti, orang tua tercinta, ayahanda Drs. Sahrudin dan ibunda Dian Rivian, S.Ag. Skripsi ini penulis persembahkan untuknya yang telah berdedikasi penuh sampai saat ini serta doa dan dukungan yang selalu diberikan untuk kebaikan anak-anaknya. Semoga peneliti mampu menjadi anak kebanggaan keluarga. Teruntuk
adik-iv
adik saya, Himma, Fawwaz, dan Huwaida yang selalu memberikan semangat dan doa tanpa henti untuk penulis sehingga penulis sampai pada tahap ini. Semoga kalian menjadi adik yang bisa lebih baik, baik dalam hal prestasi maupun perilaku.
8. Drs. KH. Agus Salim sebagai Ketua Lembaga Dakwah PBNU yang telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian dan wawancara di Lembaga Dakwah PBNU. KH. Abdul Manan Abdul Ghani sebagai Ketua PBNU yang mengizinkan saya untuk wawancara dan diskusi perihal Islam Nusantara. Semoga kebaikan para Kiai dibalas dengan keberkahan yang diberikan Allah SWT.
9. Seluruh pengurus Lembaga Dakwah PBNU, terimakasih atas penerimaan selama penelitian serta keramahan dalam menerima saya saat melakukan penelitian.
10. Keluarga Besar KPI 2016, terkhusus untuk KPI A, kelas yang dipenuhi dengan orang-orang hebat dan kritis. Terutama kepada teman dekat penulis, yaitu Hanip, Fariz, dan Maya. Terimakasih sudah menjadi teman yang selalu mengisi hari hari di masa perkuliahan.
11. Keluarga Sisi Remang Sana, terkhusus Aldi, Jorgy, Putra, Ilham, dan Arnold yang selalu siap menjadi tempat berkeluh kesah dan menghibur saya selama melakukan penelitian. Semoga kelimpahan rezeki dan keberkahan selalu bersama kalian.
12. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam masa studi empat tahun ini dan juga dalam tahap
v
penyelesaian skripsi, yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun tidak mengrangi rasa hormat peneliti. Semoga atas seluruh bantuannya diberikan keberkahan oleh Allah SWT.
Demikian ucapan terimakasih yang dapat peneliti sampaikan. Rasa terima kasih hingga rasa syukur yang teramat dalam karena dikelilingi orang-orang baik sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian ini. Semoga penelitian ini mampu memberikan manfaat bagi pembacanya.
Jakarta, 20 Juli 2020
vi DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix BAB I ... 1 PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 15 C. Batasan Masalah... 15 D. Rumusan Masalah ... 16
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 16
F. Tinjauan Kajian Terdahulu ... 17
G. Metodologi Penelitian ... 20
H. Sistematika Penulisan... 28
BAB II ... 30
KAJIAN TEORITIS ... 30
A. Komunikasi Persuasif... 30
1. Strategi Komunikasi Persuasif Melvin L. De Fleur dan Sandra J. Ball-Roeach ... 31
B. Islam Nusantara ... 42
C. Dakwah Tsaqofah... 61
D. Kerangka Konsep ... 64
BAB III ... 65
GAMBARAN UMUM ... 65
A. Sejarah Lembaga Dakwah PBNU ... 65
vii
C. Struktur dan Susunan Kepengursan ... 70
D. Program Lembaga Dakwah PBNU ... 71
E. Lambang ... 75
F. Penghargaan yang diperoleh ... 75
BAB IV ... 77
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 77
A. Pemanfaatan Media Sosial dan Program Pengkaderan Lembaga Dakwah PBNU ... 83
B. Konten Islam Nusantara ... 91
BAB V ... 123
PEMBAHASAN ... 123
A. Konstruksi Makna Islam Nusantara ... 123
B. Meaning Construction Lembaga Dakwah PBNU dalam Mengonstruksi Makna Islam Nusantara ... 129
BAB VI ... 153
PENUTUP ... 153
A. Simpulan ... 153
B. Saran ... 153
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tinjauan Perbandingan Penelitian Sejenis Terdahulu
dengan Penelitian yang Dilakukan ... 17
Tabel 1.2 Teknik Analisis Data ... 26
Tabel 1.3 Teknik Keabsahan Data ... 27
Tabel 2.1 Strategi Psikodinamika ... 34
Tabel 2.2 Strategi Persuasi Sosiokultural... 38
Tabel 2.3 Strategi The Meaning Construction ... 40
Tabel 2.5 Tahun Kedatangan Islam di Daerah Nusantara... 58
Tabel 2.6 Kerangka Konsep ... 64
Tabel 3.1 Periode Kepemimpinan Ketua LD PBNU ... 68
Tabel 3.2 Struktur Kepengurusan LD-PBNU ... 70
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Lambang LD-PBNU ... 75
Gambar 4.1 Pendidikan Dai Penggerak NU (PDP NU) ... 86
Gambar 4.2 Pelatihan Dai Milenial NU ... 87
Gambar 4.3 Pelatihan Dai Milenial NU dan Seamolec... 88
Gambar 4.4 Pelatihan Khotib dan Mubaligh NU ... 89
Gambar 4.5 Silaturrahmi Rohis... 90
Gambar 4.6 Standarisasi Kompetensi Dai LD-PBNU ... 91
Gambar 4.7 Flyer Istigasah LD-PBNU ... 92
Gambar 4.8 Istigasah dan Maulid Nabi Saw ... 93
Gambar 4.9 Ceramah Agama khas Islam Nusantara ... 94
Gambar 4.10 Surat Edaran Pembacaan Shalawat Thibbil Qulub 95 Gambar 4.11 Tampilan Tag Islam Nusantara pada Website dakwahnu.id ... 98
Gambar 4.12 Tampilan Artikel Islam Nusantara ... 98
Gambar 4.13 Tampilan Artikel Islam Nusantara ... 100
Gambar 4.14 Tampilan Artikel Islam Nusantara ... 103
Gambar 4.15 Tampilan Berita Tentang Islam Nusantara... 105
Gambar 4.16 Tampilan Berita Tentang Islam Nusantara... 108
Gambar 4.17 Tampilan Berita Tentang Islam Nusantara... 109
Gambar 4.18 Tampilan Konten Informasi Pengkaderan Dai Islam Nusantara pada Facebook ... 110
Gambar 4.19 Tampilan Konten Informasi Ngaji Kitab Kuning pada Facebook ... 111
Gambar 4.20 Tampilan Konten Informasi Halal bi Halal dan Tausyiah Agama pada Facebook ... 112
Gambar 4.21 Tampilan Konten Informasi Panduan Shalat Berjma'ah Masa Normal Baru pada Twitter ... 112
Gambar 4.22 Tampilan Konten Informasi Istigasah pada Facebook ... 113
Gambar 4.23 Tampilan Konten Informasi Webinar Dialog Ustadz pada Facebook ... 114
Gambar 4.24 Tampilan Konten Informasi Standarisasi Kompetensi Dai pada Facebook... 114
Gambar 4.25 Tampilan Konten Edukasi Ngaji Kitab Kuning .. 116
Gambar 4.26 Tampilan Grup Whatsapp untuk Menyebarkan Tautan Ngaji Daring ... 117
Gambar 4.27 Tampilan Konten Edukasi melalui Webinar pada Facebook ... 117
x
Gambar 4.28 Tampilan Konten Edukasi Ngaji Kitab Kuning
Daring ... 118
Gambar 4.29 Tampilan Konten Edukasi Ijazah pada Instagram ... 118
Gambar 4.30 Tampilan Konten Edukasi Ijazah pada Instagram ... 119
Gambar 4.31 Tampilan Konten Meme Islam Nusantara pada Instagram ... 121
Gambar 5.1 Pengkaderan Dai oleh Lembaga Dakwah PBNU .. 126
Gambar 5.2 Tampilan Sosialisasi di Facebook ... 130
Gambar 5.3 Tampilan Sosialisasi di Twitter ... 132
Gambar 5.4 Tampilan Sosialisasi di Whatsapp... 133
Gambar 5.5 Tampilan Edukasi melalui Kegiatan ... 135
Gambar 5.6 Tampilan Edukasi melalui Berita ... 138
Gambar 5.7 Tampilan Edukasi melalui Artikel ... 140
Gambar 5.8 Tampilan Edukasi melalui Media Sosial ... 142
Gambar 5.9 Tampilan Edukasi melalui Media Sosial ... 143
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangKemajemukan bangsa Indonesia memiliki potensi bagi terjadinya disintegrasi atau perpecahan bangsa. Kemajemukan ini sering kali dijadikan alat untuk memicu konflik suku bangsa, agama, ras, dan antar golongan (SARA).1 Kemajemukan ini dapat dilihat dari keberagaman budaya yang ditandai dengan perbedaan bahasa, suku bangsa (etnis), dan keyakinan agama serta kebiasaan-kebiasaan kultural lainnya. Kemajemukan juga merupakan modal yang sangat besar bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan kedewasaan dalam menjalani hidup secara berdampingan, saling menghormati, saling menghargai satu sama lain dalam lintas SARA.2
Kerukunan hidup antar atau internal umat beragama di Indonesia sangat penting karena agama bagi masyarakat Indonesia adalah sistem acuan nilai (system of referenced values) yang menjadi dasar dalam bersikap dan bertindak bagi para pemeluknya.3 Namun, kehidupan beragama merupakan salah satu permasalahan yang berkaitan dengan kemajemukan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti membahas
1 Turnomo Rahardjo, Memahami Kemajemukan Masyarakat
Indonesia, Jurnal Antropologi, Vol. 1 No. 2, tahun 2010, h. 4, diakses melalui
http://eprints.undip.ac.id/19642/1/memahami_kemajemukan_masyarakat_indo nesia.pdf, pada 18 Februari 2020 pukul 01.34 WIB.
2 Ramadiva Muhammad Akhyar, Pesan-Pesan Nirkekerasan dalam
Islam, (Kuningan: Nusa Litera Inspirasi, 2017), h. 157.
3 Ramadiva Muhammad Akhyar, Pesan-Pesan Nirkekerasan dalam
sebuah konsep yang disuarakan Nahdlatul Ulama yakni Islam Nusantara, sebuah konsep yang digunakan untuk menjawab kemajemukan bangsa Indonesia dan mampu digunakan sebagai ide untuk mewujudkan nilai Islam yakni dengan menggali nilai-nilai yang terdapat dalam Islam di Nusantara.4
Islam Nusantara merupakan upaya menemukan benang merah Islam dalam konteks masyarakat yang beragam. Islam Nusantara datang untuk berdialektika dengan tradisi lokal budaya setempat. Sebab itu, Islam Nusantara mampu bertahan dan berkembang sehingga membawa khas ekspresi Islam yang berkarakter.5 Dapat
disederhanakan bahwa Islam Nusantara adalah Islam yang memiliki karakter dan bercorak nusantara yang mengakomodasi tradisi-tradisi dan alam pikiran masyarakat nusantara dengan tetap dan berangkat dari titik pijak Islam.6
Islam Nusantara memiliki artian secara terpisah, Islam dan Nusantara. Ditinjau dari segi bahasa, Islam berarti tunduk, patuh, atau berserah diri. Islam sebagai agama adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada para nabi sejak nabi Adam hingga nabi Muhammad SAW, berupa ajaran yang berisi perintah, larangan,
4 HZ Arifin Junaidi, Islam Nusantara: Meluruskan Kesalahpahaman,
(Jakarta: LP Ma’arif Pusat, 2015), h. 6.
5 Luqman Nurhisam, Islam Nusantara: A Middle Way?, Jurnal
Nurhisam, Vol. 1 No. 2, tahun 2016, h. 176, diakses melalui
https://ejournal.iainsurakarta.ac.id/index.php/shahih/article/view/241/119, pada 11 Februari 2020 pukul 07.32 WIB.
6 Nur Khalik Ridwan,dkk, Gerakan Kultural Islam Nusantara,
dan petunjuk untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat.7
Nusantara merupakan konsep kerajaan Majapahit yang ditemukan dari manuskrip berbahasa Jawa kisaran abad ke-12 sampai ke-16. Pada pengertian lain, Nusantara memiliki arti kepulauan Melayu yang sebagian besarnya adalah wilayah Indonesia, maka sering disamakan dengan Indonesia. Ki Hajar Dewantara juga memakai istilah tersebut untuk merekomendasikan sebuah nama Hindia Belanda.8
Nusantara secara geografis merupakan kawasan yang terbentang antara Benua Asia dan Australia, serta antara Samudera Pasifik dengan Samudera Hindia. Nusantara merupakan pusat pertemuannya budaya (encounter culture) dari seluruh bagian dunia mulai dari budaya Arab, India, Turki, Persia, Cina termasuk dari budaya Barat, sehingga melahirkan budaya dan tata nilai yang sangat khas.9
Islam yang hadir di Nusantara dipadukan dengan konteks budaya oleh para wali dan ulama. Konsep Islam itu yang digagas sebagai basis pengembangan budaya dan peradaban. Dalam tradisi Islam Ahlusunnah wal Jama’ah yang berkembang di Nusantara,
7 Deni Irawan, Islam dan Peace Building, Jurnal Religi, Vol. 10 No.
2, tahun 2014, h.160, diakses melalui
http://digilib.uin-suka.ac.id/18645/1/deni%20irawan%20-%20islam%20dan%20peace%20build ing%20-%20religi%20juli%202014-2.pdf, pada 23 Februari 2020 pukul 18.22 WIB.
8 Khabibi Muhammad Luthfi, Islam Nusantara: Relasi Islam dan
Budaya Lokal, Jurnal Shahih, Vol. 1 No. 1, tahun 2016, h.3, diakses melalui
http://ejournal.iainsurakarta.ac.id/index.php/shahih/article/viewFile/53/45, pada 2 Februari 2020 pukul 22.41 WIB.
9 Said Aqil Siroj, Islam Sumber Inspirasi Budaya Nusantara: Menuju
sanad atau ketersambungan mata rantai ilmu itu merupakan syarat dan rukun dalam pengembangan ilmu pengetahuan, sehingga ketersambungan sanad itu ikut menentukan integritas keilmuan itu sendiri10
Kajian Islam Nusantara merupakan kajian terhadap tata nilai Islam yang ada di kawasan Nusantara yang telah tumbuh dan berkembang selama berabad-abad.11 Islam Nusantara merupakan metode dan konsep dakwah yang diwariskan ulama-ulama terdahulu yang tersambung dengan model dakwah ulama Walisongo. Inilah yang menjadi tipikal khas dakwah Islam Nusantara yang membumikan Islam yang berkarakter lokal, dengan tradisi dan budaya setempat.12
Islam Nusantara mengintegrasikan nilai-nilai budaya dengan nilai Islam dengan memegang teguh prinsip Pancasila. Sebab nilai-nilai Islam Nusantara diadopsi dari nilai-nilai-nilai-nilai budaya yang ada di Indonesia. Islam hadir untuk melengkapi dan menyempurnakan tradisi Nusantara. Pancasila adalah pengejawantahan Islam Nusantara.13 Pada umumnya masyarakat akan patuh terhadap nilai-nilai budaya yang berlaku di daerahnya, bahkan cenderung melestarikan dengan mewariskannya kepada generasi selanjutnya. Abdurrahman Mas’ud menilai budaya adalah energi potensial dari
10 Said Aqil Siroj, Islam Sumber Inspirasi Budaya Nusantara: Menuju
Masyarakat Mutamaddin, h. 205.
11 Said Aqil Siroj, Islam Sumber Inspirasi Budaya Nusantara: Menuju
Masyarakat Mutamaddin, (Jakarta: LTN NU, 2015), h. 204.
12 Ahmad Musthofa Haroen, Meneguhkan Islam Nusantara: Biografi
dan Kiprah Kebangsaan Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA, (Jakarta: PT
Khairu Jalisin Kitabun, 2015), h.112.
13 HZ Arifin Junaidi, Islam Nusantara: Meluruskan Kesalahpahaman,
sistem pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup di atas nilai-nilai yang membawa kelangsungan hidup yang berperadaban. Nilai budaya seperti itu merupakan nilai kultur lokal yang tumbuh dari dalam lubuk hati masyarakat.14
Artikel pribumisasi Islam karya Abdurrahman Wahid mengatakan bahwa pribumisasi Islam sudah terjadi sejak Walisongo menyebarkan ajaran Agama Islam di Nusantara ini, Masjid Demak adalah sebuah contoh yang kongkrit dari upaya akomodasi itu. Atap pada masjid tersebut diadopsi dari konsep meru yang terdiri dari sembilan susun pada masa Hindu-Budha. Sunan Kalijaga mengadopsinya menjadi tiga susun, melambangkan iman, Islam, dan ihsan bagi muslim.15
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj menerangkan bahwa Islam Nusantara bukanlah mazhab atau aliran tertentu, melainkan khosois atau tipologi. Islam yang mengakomodir serta melestarikan budaya setempat selama tidak bertentangan dengan syariat Islam.16 Islam Nusantara adalah gabungan nilai Islam teologis dengan nilai-nilai tradisi lokal, budaya, dan adat istiadat di Indonesia. Umat Islam Indonesia sangat dekat dengan budaya di tempat mereka tinggal dan inilah yang menjadi landasan
14 Abdurrahman Mas’ud, Menuju Paradigma Islam Humanis,
(Yogyakarta: Gama Media, 2003), h.206.
15 Akhmad Sahal, Munawir Aziz, Islam Nusantara Dari Ushul Fiqh
Hingga Paham Kebangsaan, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2015), h.34.
16 “MUKTAMAR KE-33 NU- 'Islam Nusantara Bukan Aliran'
”, diakses pada 18 Februari 2020 di
https://www.republika.co.id/berita/koran/nusantara-koran/15/08/03/nsiabv1-muktamar-ke33-nu-islam-nusantara-bukan-aliran
munculnya konsep Islam Nusantara17. Sedangkan pribumisasi Islam dalam pandangan Abdurrahman Wahid merupakan pertemuan saripati Islam kekhasan kultur dan adat masyarakat setempat. Dengan demikian, Islam Nusantara memadukan antara ajaran agama dengan nuansa kultural.18
Nahdlatul Ulama dalam mewujudkan peradaban yang damai dan toleran menggelar Muktamar ke-33 di Jombang, Jawa Timur pada tahun 2015 dengan mengangkat sebuah tema Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia. Bersamaan dengan itu Muhammadiyah sebagai saudara tua Nahdliyin bertekad untuk memberikan pencerahan dengan menggelar muktamar ke-47 di Makassar pada tahun 2015 dengan tema Gerakan Perubahan Menuju Indonesia Berkemajuan. Gerakan pencerahan Muhammadiyah merupakan wujud Islam berkemajuan yang memiliki komitmen untuk mengembangkan relasi sosial yang berkeadilan, memajukan kehidupan, dan memuliakan martabat manusia yang memberikan jawaban atas permasalahan struktural dan kultural serta bentuk kejahatan manusia.19
Intelektual Muhammadiyah Najib Burhani menilai Islam Nusantara dan Islam berkemajuan merupakan respon yang berbeda
17 Mohamad Sofwan, Konstruksi Identitas Islam Nusantara, (Malang:
Penerbit Arahbaca, 2020), h. 9.
18 Ahmad Musthofa Haroen, Meneguhkan Islam Nusantara, (Jakarta:
PT. Khalista, 2015), h.113.
19 Saiful Musthofa, Meneguhkan Islam Nusantara untuk Islam
Berkemajuan: Melacak Akar Epistemologis dan Historis Islam Nusantara,
Jurnal Episteme, Vol. 10 No. 2, tahun 2015, h.410, diakses melalui
http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/epis/article/view/187/132, pada 18 Februari 2020 pukul 04.12 WIB.
terhadap hal yang sama. Islam Nusantara yang ia nilai adalah pengejawantahan sikap menghadapi globalisasi dengan memanfaatkan keragaman budaya. Sedangkan Muhammadiyah, menurutnya dalam menghadapi globalisme lebih menekankan universalisme dan kosmopolitanisme. Akhmad Sahal, dalam perspektif ushul fikih, Islam Nusantara maupun Islam berkemajuan sama-sama memertimbangkan perubahan situasi dan kondisi masyarakat untuk kemaslahatan. Islam Nusantara sebagai konsep pemahaman Islam karena perubahan konteks wawasan dan geografis, sedangkan Islam Berkemajuan sebagai pembaruan Islam karena perubahan zaman menuntut pembaruan (tajdid).20
Direktur Eksekutif Maarif Institute Fajar Riza Ul Haq, pada gagasannya di Kolom Kompas yang berjudul, Kepemimpinan Muhammadiyah, mengatakan bahwa Islam Berkemajuan sebagai formula atas kompleksitas persoalan kebangsaan dan kemanusiaan. Selain itu sejarawan UGM, Bambang Purwanto mengatakan pembentukan kesadaran dan identitas Muhammadiyah berlangsung dalam proses modernisasi masyarakat Indonesia abad ke-20. Kosmopolitanisme merupakan gerakan Muhammadiyah dalam merespon keragaman bangsa Indonesia.21
20 Akhmad Sahal, Munawir Aziz, Islam Nusantara Dari Ushul Fiqh
Hingga Paham Kebangsaan, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2015), h.28.
21 Saiful Musthofa, Meneguhkan Islam Nusantara untuk Islam
Berkemajuan: Melacak Akar Epistemologis dan Historis Islam Nusantara,
Jurnal Episteme, Vol. 10 No. 2, tahun 2015, h.412, diakses melalui
http://ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/epis/article/view/187/132, pada 18 Februari 2020 pukul 04.12 WIB.
Sidang Tanwir Muhammadiyah di Makassar tahun 2003 menyetujui konsep dakwah kultural. Keputusan ini menandai adanya reorientasi visi dan strategi dakwah sesuai realitas kemajemukan budaya dan perbedaan identitas sosial masyarakat. Sebab model kosmopolitan Muhammadiyah memaknai ruang lingkup dakwah harus lebih kontekstual.22 Muhammadiyah juga menggelar khittah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang diputuskan dalam Sidang Tanwir Muhammadiyah pada tahun 2002 di Denpasar, Bali. Khittah tersebut menegaskan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang melaksanakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar sebab Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin.23
Hajriyanto Y Tohari dalam catatannya yang bertajuk, Muhammadiyah di Abad Kedua yang dimuat di harian Kompas. Pentingnya memiliki strategi dalam mengakomodir budaya untuk menyikapi keragaman budaya. Sebab tanpa budaya, Muhammadiyah tidak bisa menghadapi problem dalam memobilisasi gerakan secara sistematis dan dinamis.24 Jelas sudah bahwa Nahdlatul Ulama maupun Muhammadiyah adalah ormas Islam yang mewarisi tradisi Islam Nusantara secara tempat dan
22 “Kepemimpinan Muhammadiyah
”, diakses pada 18 Februari 2020 di
https://nasional.kompas.com/read/2015/08/04/17174241/Kepemimpinan.Muha mmadiyah?page=all
23 Hajriyanto Y. Tohari, Muhammadiyah dan Pergulatan Politik
Islam Modernis, (Jakarta: PSAP Muhammadiyah, 2005), h.xxi.
24 “Muhammadiyah di abad ke dua
”, diakses pada 18 Februari 2020 di
https://nasional.kompas.com/read/2015/08/03/16000031/Muhammadiyah.di.A bad.Kedua?page=all
karakter. Mereka adalah representasi dari Islam yang berwatak Nusantara.
Terorganisirnya dakwah Islam pada keadaan masyarakat yang majemuk merupakan tujuan yang tepat sebab akan berat apabila dakwah dilaksanakan secara perorangan. Maka dari itu diperlukannya sebuah lembaga dakwah yang dapat memfasilitasi masyarakat agar pesan dakwah yang disampaikan dapat tersampaikan dengan efektif dan efisien. Lembaga dakwah yang berperan aktif dalam dakwah dengan ciri khas yang ramah dan berkebudayaan seperti halnya dakwah Islam Nusantara adalah Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU). Lembaga Dakwah PBNU juga bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan dakwah Islam yang menganut paham Ahlusunnah wal Jama’ah.25
Ahlusunnah wal Jama’ah memiliki empat prinsip yang menjadikannya rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil ‘alamin) diantaranya, tawassuth (moderat) yakni mengambil jalan tengah, tawazun (seimbang) harmonis (luwes) dalam segala aspek, tasamuh (toleran) terhadap perbedaan, dan i’tidal (adil) menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Sikap moderasi pemikiran ini harus dijadikan pedoman dalam berpikir, bersikap, dan bertindak.26
Lembaga Dakwah PBNU adalah organisasi sosio-religius, lembaga yang bergerak dalam bidang dakwah Islam yang berskala
25 Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga NU, (Jakarta: Lembaga Ta’lif wan Nasyr PBNU, 2015), h.71.
global dan merupakan organisasi yang memberikan informasi, edukasi, dan pengajaran khusus keagaman dan menciptakan kader pendakwah dan meningkatkan komunikasi dengan mengadakan berbagai pertemuan dalam bentuk seminar dalam rangka mengefektifkan kegiatan dakwah.27
Lembaga Dakwah PBNU juga sebagai organisasi pengkaderan sekaligus pelopor gerakan dakwah dan dengan segala potensi yang dimilikinya berkewajiban mewujudkan cita-cita masyarakat madani, khususnya pembinaan yang berkelanjutan kepada generasi muda muslim untuk dijadikan motivator dan penggerak sebagai bagian dari proses terwujudnya masyarakat madani.28
Lembaga Dakwah PBNU merupakan lembaga dakwah berkebudayaan dan berperadaban yang bisa dikategorikan ke dalam dakwah tsaqofah sebagaimana ditarik kesimpulan dari definisi yang diberikan pakar linguistik Indonesia, WJS Purwodarminto, bahwa tsaqofah adalah hasil aktivitas dan kreativitas akal sehat, meliputi aspek seni, kepercayaan, adat-istiadat, dan sebagainya, dibahasa Indonesia-kan sebagai kebudayaan.29 Tsaqofah merupakan gambaran hidup bagi masyarakat yang membentuk karakter kepribadian dan eksistensi
27 Moh. Nur Huda, Keputusan-Keputusan Musyawarah Nasional
Lembaga Da’i Nahdlatul Ulama (LDNU), (Jakarta: Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Forum Komunikasi Da’i Muda Indonesia, 2012), Cet. Ke
1, h. 14.
28 Moh.Nur Huda, Keputusan-Keputusan Musyawarah Nasional
Lembaga Da’i Nahdlatul Ulama (LDNU), h. 38.
29 W.J.S. Poerwardarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,
diri yang dapat mengatur jalannya hidup. Sehingga tsaqofah akan menjadi semacam akidah yang dipercayai, prinsip-prinsip yang dijaga, perilaku yang dipegang, tradisi yang selalu dijaga kelestariannya, dan pemikiran yang diharapkan selalu berkembang tanpa batas.
Relevansi antara agama dengan tsaqofah adalah keduanya sama-sama mengikat dan mengakar di masyarakat serta memengaruhi moral mereka. Agama sebagai pilar kebudayaan suatu umat atau masyarakat. Agama Islam merupakan dasar utama bagi tsaqofah umat Islam, karena Islam yang menentukan dan membentuk arah orientasi tsaqofah umat Islam. Tsaqofah yang tidak bersumber dari nilai-nilai agama hanya akan menjerumuskan manusia dalam pola kehidupan yang tidak bermoral.30
Dakwah sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengalaman terhadap ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur pemaksaan.31 Sedangkan pada ilmu komunikasi, dikenal adanya komunikasi persuasif yaitu upaya memengaruhi komunikan
30 Abdul Jalil, Makna Tsaqofah dalam Konteks Kontemporer, Jurnal
Studi Al Quran, Vol. 8 No. 1, tahun 2012, h.53-54, diakses melalui
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jsq/article/download/4703/3512/, pada 18 Februari 2020 pukul 05.57 WIB.
melalui transmisi beberapa pesan agar sesuai dengan yang diharapkan komunikator.32
Komunikasi persuasif merupakan sebuah keniscayaan yang dapat mengubah perilaku seseorang.33 Persuasi bukan hanya sebuah istilah tindakan membujuk seseorang atau kelompok untuk menerima pendapat dan melakukannya, tetapi sebuah upaya untuk memengaruhi manusia dengan menggunakan data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari persuade agar sesuai yang diharapkan persuader34. Simon berpendapat, persuasi merupakan proses komunikasi manusia yang didesain untuk memengaruhi orang lain dengan memodifikasi hal yang mereka percayai tentang nilai-nilai dan dapat mengubah tingkah laku.35. Hal ini semakin diperkuat dalam firman Allah SWT tentang berkomunikasi dengan metode persuasif pada surah An-Nahl ayat 125:
ُْلِداَجَو ِةَنَسَْلْا ِةَظِعْوَمْلاَو ِةَمْكِْلِْبِ َكِ بَر ِلْيِبَس ىلِٰا ُعْدُا
ُنَسْحَا َيِه ِْتَِّلِبِ ْم
َّنِا
َّبَر
َك
هِلْيِبَس ْنَع َّلَض ْنَِبِ ُمَلْعَا َوُه
َوُهَو
ُمَلْعَا
َنْيِدَتْهُمْلِبِ
١٢٥
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang
32 Ezi Hendri, Komunikasi Persuasif; Pendekatan dan Strategi,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2019), h.66.
33 Slamet, Efektivitas Komunikasi dalam Dakwah Persuasif, Jurnal
Dakwah, Vol. 10 No. 2, tahun 2009, h. 181, diakses melalui http://digilib.uin-suka.ac.id/8374/1/slamet%20efektifitas%20komunikasi%20dalam%20dakwah %20persuasif.pdf, pada 2 Februari 2020 pukul 21.32 WIB.
34 Astrid Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung:
Bina Cipta, 1988), h.17.
35 Ezi Hendri, Komunikasi Persuasif; Pendekatan dan Strategi,
lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”
Kemajemukan suatu bangsa merupakan sebuah tantangan dan motivasi bagi Lembaga Dakwah PBNU untuk memaksimalkan potensi Islam Nusantara. Untuk menjawab tantangan tersebut, Lembaga Dakwah PBNU menerapkan strategi komunikasi persuasif yang diusung oleh Melvin L. DeFleur dan Sandra J. Ball Rocecah. Sebab dengan menerapkan strategi komunikasi yang tepat dapat memiliki dampak jangka panjang yang positif bagi lembaga, terutama dalam hal kepercayaan konsep dakwah Islam yang dilakukan.36
Melvin L. DeFleur dan Sandra J. Ball Roceach mengemukakan tiga strategi komunikasi persuasif yaitu, strategi psikodinamika, sosiokultural, dan meaning construction. Strategi psikodinamika menekankan aspek dari internal seseorang. Strategi ini mengarah pada pemahaman bagaimana karakter personal manusia menentukan arah perubahan sikap. Strategi sosiokultural berasumsi perilaku manusia dipengaruhi oleh kekuatan luar diri individu. Strategi ini menekankan bahwa individu terpengaruh orang lain baik oleh institusi sosial atau kekuatan sosial dari dunia yang mengelilinginya. Meaning construction strategy menekankan pada permainan kata. Bahasa digunakan sedemikian rupa hingga menarik perhatian komunikan.37
36 Hasil observasi di kantor Lembaga Dakwah PBNU, pada tanggal
19 Februari 2020 pukul 14.12 WIB.
37 Melvin L. DeFleur dan Sandra J. Ball-Rokeach, Theories of Mass
Communication,(NewYork & London: Longman,1989),5th Edition, h.275-293.
Lembaga Dakwah PBNU menerapkan konsep strategi tersebut dalam dakwah Islam Nusantara dengan mengorganisir para pendakwah dengan mengadakan kegiatan kegiatan pelatihan, berdakwah dengan pendekatan kemasyarakatan dan kebudayaan, dan juga memanfaatkan dinamika penamaan acara di media dalam berdakwah. Dengan istilah “Islam Nusantara”, Lembaga Dakwah PBNU berupaya membentuk pemahaman di masyarakat bahwa dakwah Islam merupakan bekal diri dan juga merupakan media menjaga keutuhan kebudayaan masyarakat Indonesia.
Lembaga Dakwah PBNU dalam berdakwah memaksimalkan berbagai kegiatan pelatihan pendakwah seperti pendidikan kader dai, pendidikan dakwah penggerak nu, pelatihan khotib dan mubaligh, mengirim dai ke luar negeri dalam rangka mengenalkan paham aswaja, mengorganisir dai entrepreneur, bekerjasama dengan Elshinta TV dalam program Risalah Iman, dan juga melaksanakan kegiatan kegiatan dakwah yang berskala global.38
Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti memberikan judul, “Konstruksi Makna Islam Nusantara pada Lembaga
Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam Perspektif Komunikasi Persuasif”
38 Hasil observasi di kantor Lembaga Dakwah PBNU, pada tanggal
B. Identifikasi Masalah
Kemajemukan bangsa Indonesia dapat memicu konflik antar umat seagama ataupun antar umat beragama. Organisasi-organisasi Islam sadar akan perannya dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia salah satunya dengan mengonsep sebuah ide dakwah Islam. Seperti halnya yang dilakukan Nahdlatul Ulama menggagas konsep Islam Nusantara sebagai wujud penerapan dakwah tsaqofah/berkebudayaan yang menjadikan budaya sebagai infrastruktur agama. Berbeda dengan Muhammadiyah yang menggagas konsep Islam Berkemajuan, menekankan universalisme dan kosmopolitanisme dalam menanggapi globalisasi. Baik Islam Nusantara maupun Islam Berkemajuan sama-sama mempertimbangkan perubahan situasi dan kondisi masyarakat, dengan menjadikan prinsip kemaslahatan sebagai tolak ukurnya.
C. Batasan Masalah
Fokus kajian penelitian atau pokok soal yang akan diteliti harus mengandung penjelasan mengenai dimensi-dimensi apa saja yang menjadi pusat perhatian serta pusat kajian yang kelak akan dibahas secara mendalam, spesifik, terstruktur dan jelas.39 Setelah diidentifikasi, agar penelitian ini terfokus pada satu permasalahan yang ada, maka penulis membatasi penelitian ini pada bagaimana upaya yang dilakukan Lembaga Dakwah PBNU dalam mengonstruksi Islam Nusantara kepada audiens secara persuasif
39 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT.
dengan menggunakan konsep strategi persuasif meaning construction.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Konstruksi Makna Islam Nusantara pada Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam Perspektif Komunikasi Persuasif?
2. Apa tahapan strategi komunikasi persuasif pada konsep meaning construction yang dilakukan Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama?
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat dan tujuan penelitian, yakni:
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui konstruksi makna Islam Nusantara pada Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam perspektif komunikasi persuasif.
b. Mengetahui tahapan meaning construction dari komunikasi persuasif yang dilakukan Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua aspek, yakni manfaat akademis dan manfaat praktis.
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi baru untuk penelitian-penelitian berikutnya mengenai strategi komunikasi persuasif pada lembaga dakwah Islam dan dapat memberikan
konstribusi dalam pengembangan studi ilmu komunikasi melalui pendekatan kajian strategi komunikasi persuasif Melvin L DeFleur dan Sandra J. Ball-Rokeach.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi baru kepada masyarakat yang ingin mengetahui lebih dalam tentang strategi komunikasi persuasif pada lembaga dakwah Islam serta diharapkan dapat menjadi sebuah masukan bagi Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam menjalankan komunikasi yang lebih efektif kepada audiens.
F. Tinjauan Kajian Terdahulu
Tinjauan kajian terdahulu dimaksudkan untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan kajian yang diangkat dengan kajian lainnya, sehingga tidak terjadi duplikasi.40 Berdasarkan penelusuran peneliti, belum ada satupun peneliti yang pernah melakukan penelitian skripsi di Lembaga Dakwah PBNU. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang telah ditelusuri oleh peneliti:
Tabel 1.1 Tinjauan Perbandingan Penelitian Sejenis Terdahulu dengan Penelitian yang Dilakukan Judul Penelitian Strategi Komunikasi Persuasif Lembaga Program Pembibitan Penghafal Al- Qur‘an Daarul Strategi Dakwah Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (LDNU Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Islam Nusantara pada MediaIndonesia.com dan Republika.co.id Konstruksi Makna Islam Nusantara pada Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul
40 Lihat di, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Qur‘an dalam Meningkatkan Minat Donatur Sedekah Online Melalui New Media. PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta DIY 2006-2010 Ulama dalam Perspektif Komunikasi Persuasif Peneliti Muhammad Zaki Muhtarom
Zaenul Barkah Ahmadi Abdullah Faqihuddin Ulwan Lembaga dan Tahun UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2020 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2010 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2018 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2020 Masalah Penelitian Bagaimana strategi Meaning Construction Lembaga PPPA Daarul Qur’an dalam Meningkatkan Minat Donatur Sedekah Online melalui New Media Bagaimana Strategi dakwah LDNU di PWNU DIY dalam menghadapi gerakan transnasional, aliran sesat dan kristenisasi Bagaimana Mediaindonesia.com dan Republika.co.id memengaruhi kognisi sosial, mengkonstruk teks dan menyajikan konteks pada pemberitaan tentang Islam Nusantara? Bagaimana konstruksi makna Islam Nusantara pada Lembaga Dakwah PBNU dalam perspektif komunikasi persuasif Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana strategi meaning construction Lembaga PPPA Daarul Qur’an dalam Meningkatkan Minat Donatur Sedekah Online melalui New Media Untuk mengetahui Strategi dakwah LDNU di PWNU DIY dalam menghadapi gerakan transnasional, aliran sesat dan kristenisasi Untuk Mengetahui bagaimana Mediaindonesia.com dan Republika.co.id memengaruhi kognisi sosial, mengkonstruk teks dan menyajikan konteks pada pemberitaan tentang Islam Nusantara? Untuk mengetahui konstruksi makna Islam Nusantara pada Lembaga Dakwah PBNU dalam perspektif komunikasi persuasif Teori Strategi Komunikasi Persuasif Melvin Asas-Asas Strategi Dakwah Islamiyah dan Faktor Analisis Wacana Kritis Model Teun Van Djik
Strategi Komunikasi Persuasif Melvin
L.DeFleur dan Sandra J. Ball- Rokeach. Pendukung dan Penghambat Dakwah L.DeFleur dan Sandra J. Ball- Rokeach. Konsep Meaning Construction Metode Kualitatif dan
Deskriptif Kualitatif dan Deskriptif Kualitatif dan Deskriptif Kualitatif dan Deskriptif Hasil Penelitian Strategi Meaning Construction diterapkan dengan melakukan promosi dan sosialisasi melalui media sosial dan kanal berita, memberikan edukasi melalui media sosial, membuat perumpamaan dengan meme. Membuat program sedekah Jum’at Indonesia yang mengandung pesan persuasive dalam penggunaan norma agama. Membuat program bantuan kemasyarakatan yang mengandung pesan persuasif dalam Strategi dakwah LDNU dengan memperkuat dakwah baik secara kultuural maupun struktural. Dalam melaksanakan dakwah secara kultural LDNU memaksimalkan dan mengembangkan tradisi -tradisi yang ada dalam masyarakar seperti tahlilan, ziarah kubur, solawatan dan lainnya. Secara struktural LDNU memaksimalkan dakwahnya dengan memperkuat kader pemegang tradisi dengan memberikan pelatihan dan monitoring secara intensif baik yang ada di tingkat wilayah,
Struktur teks ini memaparkan dari segi semantik, seperti
pendeskripsian latar, detail, dan maksud secara keseluruhan teks. Pada kognisi sosial, memosisikan sebagai pendukung Islam Nusantara. Teks berita tidak
murni hasil produksi penulis, namun telah melalui tahapan produksi. Pada Republika.co.id, produksi berita memiliki tiga tahapan, yaitu redaktur melihat sebuah isu tertentu, lalu rapat redaksi untuk mengungkap isu yang menarik, dan pencarian informasioleh reporter. Pada
Mediaindonesia.com, berawal dari tim editorial, dilanjutkan ke editorBahasa,dan berakhir di pemimpin redaksi yang memiliki Hasil penelitian diketahui bahwa Lembaga Dakwah PBNU mengonstruk makna Islam Nusantara dalam perspektif komunikasi persuasif dengan cara mengkader para dai dan memanfaatkan media sosial. Dalam penerapan meaning construction strategy, dengan cara melakukan sosialisasi melalui media sosial, memberikan edukasi, dan membuat perumpamaan dengan meme.
penggunaan norma masyarakat untuk meningkatkan donatur.41 cabang, wakil cabang, ranting. Hal yang diperkuat adalah syari’ah, aqidah, dan fikrah Nahdliyah42 otoritas tertinggi untukmengubah isi teks. Dalamkontek Sosial, Islam Nusantara cocok untuk umat Islam di Indonesia, karena Islam Nusantara menekankankultur43
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian studi deskriptif. Studi deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena yang ada yang berlangsung saat ini atau saat lampau.44
Studi deskriptif kualitatif digunakan bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi atau fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan menarik realitas itu ke permukaan sebagai
41 Muhammad Zaki Muhtarom, “Strategi Komunikasi Persuasif
Lembaga Program Pembibitan Penghafal Al- Qur‘an Daarul Qur‘an dalam Meningkatkan Minat Donatur Sedekah Online Melalui New Media”, KPI, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
42 Zaenul Barkah, “Strategi Dakwah Lembaga Dakwah Nahdlatul
Ulama Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (LDNU PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta DIY 2006-2010”, MD, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.
43 Ahmadi, “Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Islam Nusantara
pada MediaIndonesia.com dan Republika.co.id”, KPI, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2018.
44 Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu.45
2. Paradigma dan Pendekatan Penelitian a. Paradigma Penelitian
Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma bersifat normatif yaitu menunjukkan kepada praktisnya apa yang perlu dilakukan. Paradigma juga disebut sebagai ideologi atau praktik suatu komunitas ilmuwan yang menganut suatu pandangan yang sama atas realitas, memiliki seperangkat kriteria yang sama untuk menilai aktivitas penelitian dan menggunakan metode serupa46
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah konstruktivis, Menurut paradigma konstruktivis, pengetahuan dapat digambarkan sebagai hasil atau konsekuensi dari aktivitas manusia, pengetahuan merupakan konstruksi manusia, tidak pernah dipertanggungjawabkan sebagai kebenaran yang tetap tetapi akan terus berkembang.47
Paradigma konstruktivisme individu selalu berusaha mengembangkan makan subjektif atas pengalaman-pengalaman di mana mereka hidup dan bekerja. Dengan begitu, peneliti dituntut untuk lebih mencari kompleksitas pandangan daripada
45 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta:Kencana, 2007), h.68.
46 Deddy Mulyana. Metodologi Penelitian Kualitatif ,(Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2010), h.9.
47 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi
memersempit makna-makna menjadi sejumlah kategori dan gagasan.48
Paradigma konstruktivis digunakan karena peneliti ingin megetahui dan mengamati secara mendalam pada subjek utama penelitian, yaitu Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
b. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian dengan pendekatan kualitatif menekankan analisis proses berpikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah. Penelitian kualitatif bukan berarti tanpa menggunakan dukungan dari data kuantitatif, tetapi lebih ditekankan pada kedalaman berpikir formal dari peneliti dalam menjawab permasalahan yang dihadapi.49
Bogdan dan Taylor memaknai pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari individu atau orang-orang dan perilaku yang diamati.50
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Sedangkan yang menjadi objek
48 John W. Creswell, Research Design: Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan Mixed, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h.
49 Imam Gunawan, Metode penelitian Kualitatif (Jakarta:bumi Aksara
2013) h 80.
50 Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
penelitian adalah Konstruksi Makna Islam Nusantara dalam Perspektif Komunikasi Persuasif
4. Tahapan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini melalui beberapa tahapan penelitian, yaitu teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
a. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, diantaranya:
1) Observasi
Metode observasi adalah pengumpulan data yang menggunakan pengamatan atau penginderaan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses, aktivitas atau perilaku.51 Penelitian ini menggunakan metode observasi dengan terjun langsung ke lapangan dan mengamati fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan.
Peneliti menggunakan observasi karena dengan pengamatan dapat memungkinkan untuk melihat dan mengamati secara langsung, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang sebenarnya dan menghindari kerancuan yang mungkin dapat terjadi. Peneliti juga mengumpulkan data dengan mengamati melalui website, dan media sosial Facebook Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Peneliti juga mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan PBNU maupun LD-PBNU.
2) Telaah Pustaka (Literatur Buku)
51 Sanafiah, Format-format Penelitian sosial: Dasar-Dasar dan
Teknik ini digunakan dengan cara mengumpulkan data-data dari literatur buku-buku yang dijadikan sebagai bahan referensi dan penunjang keberhasilan penelitian melalui studi kepustakaan pada perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Perpustakaan pusat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan halaman jurnal online dari Institutuional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan sebagainya.
3) Wawancara
Peneliti menggunakan wawancara mendalam (dept interview), melalui metode tanya jawab berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan langsung baik dengan menggunakan atau tanpa pedoman wawancara. Peneliti melakukan wawancara kepada narasumber yang berhubungan dan menguasai tema yang relevan dengan substansi utama penelitian agar mendapatkan data yang lengkap, akurat dan mendalam. Peneliti melakukan wawancara kepada narasumber yaitu Abdul Manan Abdul Ghani sebagai Ketua PBNU, Agus Salim sebagai Ketua Lembaga Dakwah PBNU.
b. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Patton yang dikutip Moelong merupakan proses pengurutan data, mengorganisasikan ke dalam pola, kategori dan uraian dasar.52 Peneliti mengacu pada tahapan menurut Miles dan Huberman yakni reduksi data (data reduction), paparan data (data display) dan penarikan kesimpulan
(conclusion) sebagaimana dikutip Pawito dalam bukunya Penelitian Komunikasi Kualitatif:53
1) Reduksi Data
Tahap ini setiap data berupa catatan lapangan lapangan (field notes) sebagai bahan mentah, dirangkum, diikhtisarkan atau diseleksi oleh peneliti. Dengan kata lain, laporan yang berasal dari lapangan sebagai bahan mentah disingkat dan dirangkum, di-edit, disusun lebih sistematis, lalu difokuskan pada pokok-pokok yang penting agar lebih mudah dikendalikan dan memermudah peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh jika nanti sewaktu-waktu diperlukan.
2) Penyajian Data
Peneliti melakukan kegiatan pengumpulan informasi dalam bentuk tabel, dan bagan yang bertujuan untuk mempertajam pemahaman penelitian terhadap informasi yang dipilih kemudian disajikan dalam uraian penjelasan atau tabel.
3) Penarikan dan Pengajuan Kesimpulan
Peneliti melakukan verifikasi atau penarikan kesimpulan berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan di lapangan, menguji kesimpulan dari data-data yang didapatkan, sehingga akan menghasilkan suatu temuan deskriptif mengenai gambaran suatu objek setelah dilakukan penelitian. Miles dan Huberman menggambarkan proses analisis data penelitian kualitatif sebagai berikut:54
53 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: Pelangi
Aksara Yogyakarta, 2007), h. 104-106.
54 Ahmad Rijali, Analisis Data Kualitatif, Jurnal Alhadharah, Vol. 17
Tabel 1.2 Teknik Analisis Data
Gambar tersebut memperlihatkan sifat interaktif pengumpulan data dengan analisis data, pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data. Reduksi data adalah upaya menyimpulkan data, kemudian memilah-milah data dalam satuan konsep tertentu, kategori tertentu, dan tema tertentu.
Hasil reduksi data diolah sedemikian rupa supaya terlihat sosoknya secara lebih utuh. Ia boleh berbentuk sketsa, sinopsis, matriks, dan bentuk lainnya, itu sangat diperlukan untuk memudahkan pemaparan dan penegasan kesimpulan. Prosesnya berinteraksi berkali-kali dalam penelitian, tergantung kompleksitas permasalahan yang hendak dijawab.55
c. Teknik Keabsahan Data
Peneliti menggunakan satu cara untuk menguji keabsahan data, yaitu teknik triangulasi. Peneliti merasa perlu menggunakan
https://www.researchgate.net/publication/331094976_analisis_data_kualitatif, pada 13 Februari 2020 pukul 19.04 WIB.
55 Ahmad Rijali, Analisis Data Kualitatif, Jurnal Alhadharah, Vol. 17
No. 33, tahun 2018, h. 83, diakses melalui
https://www.researchgate.net/publication/331094976_analisis_data_kualitatif, pada 17 Februari 2020 pukul 16.53 WIB.
Pengumpulan Data Reduksi Data Penyajian Data Penarikan Kesimpulan / Verifikasi
teknik ini karena langsung dapat direkomendesikan dari hasil pengumpulan data peneliti ketika berada di lapangan. Menurut Wiliam Wiersma, teknik pengecekan keabsahan data dengan cara triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dalam hal ini peneliti menggunakan triangulasi teknik pengumpulan data. Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut:56
Tabel 1.3 Teknik Keabsahan Data
Peneliti melakukan pengecekan dengan menggunakan triangulasi teknik pengumpulan data. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Pengecekan data dengan triangulasi teknik pengumpulan data diperoleh dari metode wawancara, observasi, dan dokumentasi yang akan dibandingkan hasilnya.
5. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kantor Lembaga Dakwah PBNU yang berlokasi di Gedung PBNU lantai 6 Ruang 602, Jl. Kramat
56 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R& D, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 273-274.
Dokumentasi Observasi
Raya No. 164 Jakarta Pusat. Telp & Fax (021) 23951375, email:
H. Sistematika Penulisan
Bagian ini memberikan penjelasan secara singkat tentang skema dan sistematika penulisan skripsi sesuai dengan aturan yang berlaku, yaitu:
BAB I : Pendahuluan
Bagian ini merupakan bagian pembukaan yang terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : Kajian Teori dan Konsep
Bagian ini berisi uraian teori secara komprehensif terutama tentang teori stratego komunikasi persuasif serta teori-teori dakwah. Pada bagian ini juga dijelaskan beberapa konsep seperti lembaga dakwah pengurus besar nahdlatul ulama, dakwah, islam nusantara, dan strategi.
BAB III : Gambaran Umum
Bagian ini mencoba menguraikan tentang objek serta subjek penelitian yakni lembaga dakwah pengurus besar nahdlatul ulama secara komprehensif dan terperinci mengenai profil, kelembagaan, latar belakang, pendirian, tujuan, visi misi, sejarah serta berbagai gambaran lainnya yang berkaitan dengan lembaga dakwah pengurus besar nahdlatul ulama.
Bagian ini menguraikan tentang berbagai macam data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumen yang dilakukan baik di kantor lembaga dakwah PBNU maupun secara tidak langsung dengan mengobservasi pergerakan aktivitas lembaga dakwah PBNU.
BAB V : Analisis dan Pembahasan
Bagian ini merupakan bagian yang inti yang menguraikan tentang analisis dan pembahasan penelitian berupa uraian jawaban dari rumusan masalah di awal serta analisis antara teori, konsep, latar belakang dengan data-data yang ditemukan di lapangan terutama perihal strategi komunikasi persuasif lembaga dakwah PBNU dalam meneguhkan Islam Nusantara.
BAB VI : Penutup
Bagian terakhir ini berisi kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan saran baik untuk pribadi peneliti, pembaca, subjek penelitian, dan sivitas akademik kampus
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Komunikasi PersuasifKomunikasi persuasif diartikan sebagai usaha persuasi yang memusatkan perhatian pada upaya mengubah atau memperkuat sikap atau kepercayaan khalayak atau pada upaya mengajak mereka bertindak dengan cara tertentu. Persuasi juga dapat dipahami sebagai usah merubah sikap melalui pengguna pesan dan berfokus pada karakteristik komunikator dan pendengar.1
Persuasi adalah bentuk dari komunikasi. Faktor yang memperkuat argumen ini adalah adanya kesamaan unsur keduanya. Sama dengan komunikasi, persuasi memiliki unsur-unsur berupa persuader, persuade, pesan, saluran, dampak(efek), umpan balik, dan faktor lingkungan. Dilihat dari tujuan manusia berkomunikasi, persuasi adalah salah satu tujuan komunikasi. Maka komunikasi itu integral dari proses persuasi.2 Tiga alat utama melakukan komunikasi persuasif, yaitu: Pertama, memperkuat argumen dan bukti. Kedua, daya tarik psikologis yang dipusatkan pada motif yang menyemangati seseorang untuk mengembangkan, mengubah, atau memerkuat sikap atau cara perilaku tertentu. Ketiga, daya tarik kredibilitas yang mengacu pada kualitas daya persuasi persuader.3
1 Joseph A. De Vito. Komunikasi Antarmanusia, (Jakarta: Karisma
Publishing Group, 2011), h. 499.
2 Ezi Hendri, Komunikasi Persuasif; Pendekatan dan Strategi,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2019), h.59-60.
3 Ezi Hendri, Komunikasi Persuasif; Pendekatan dan Strategi,
1. Strategi Komunikasi Persuasif Melvin L. De Fleur dan Sandra J. Ball-Roeach
Melvin L. De Fleur dan Sandra J.Ball-Rokeach mengemukakan tiga strategi komunikasi persuasif, antara lain sebagai berikut:
a. Strategi Psikodinamika
The Psychodynamic Strategy atau strategi psikodinamika adalah strategi komunikasi persuasif yang memusatkan pada faktor emosional atau kognitif dan tidak mengubah faktor-faktor biologis. Konsep strategi psikodinamika didasari oleh tiga asumsi, ciri-ciri biologis manusia adalah hal yang diwariskan, terdapat sekumpulan faktor yang mendasari bagian dari biologis dan merupakan hasil dari belajar seperti pernyataan dan kondisi emosional, ada sekumpulan faktor yang diperoleh atau dipelajari untuk membentuk struktur kognitif individu. Faktor-faktor kognitif berpengaruh besar pada perilaku manusia. Jika faktor-faktor kognitif dapat diubah, maka perilaku manusia juga dapat diubah.4
Strategi psikodinamika dipusatkan pada faktor emosional ataupun faktor kognitif. Salah satu asumsi dasarnya bahwa faktor-faktor kognitif berpengaruh besar pada perilaku manusia. Esensinya bahwa pesan yang efektif mampu mengubah fungsi psikologis individu dengan berbagai cara, dimana sasaran merespon secara terbuka dengan bentuk perilaku seperti yang diinginkan komunikator.
4 Melvin L. DeFleur dan Sandra J. Ball-Rokeach, Theories of Mass
Karakteristik personal adalah ciri(sifat) milik seseorang atau masyarakat yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap, dan pola tindak terhadap lingkungannya. Ia sering digunakan untuk membedakan seseorang atau kelompok masyarakat dari yang lain. Kunci persuasi terletak pada modifikasi struktur psikologis internal dan individu.5
Komunikasi persuasif yang efektif terletak dalam belajar hal yang baru, dengan dasar informasi yang diberikan oleh komunikator. Asumsi tersebut akan mengubah struktur internal psikologis individu, seperti kebutuhan, rasa takut, sikap, dan lain-lain yang hasilnya tampak pada perilaku yang tampak6
Kondisi psikologis internal yang berpengaruh pada perubahan perilaku merupakan bentuk disonasi kognitif. Artinya, kebutuhan untuk menjalani hidup yang konsisten adalah faktor motivasi yang kuat dalam membentuk perilaku manusia. Jika seseorang mendeteksi adanya ketidakkosistenan dalam keyanikan, sikap, atau perilaku maka hal tersebut menjadi dorongan untuk mengubah apa yang sedang dilakukan untuk mengembalikan konsistensi.
Pendekatan kognitif sebagai strategi persuasi menekankan struktur internal jiwa sebagai hasil belajar. Dalam penekanan ini memungkinkan menggunakan media massa untuk mengubah struktur tersebut seperti perubahan perilaku. Dengan begitu, inti dari strategi psikodinamika untuk persuasi adalah pesan persuasif yang efektif mampu mengubah fungsi psikologis individual
5 Ezi Hendri, Komunikasi Persuasif; Pendekatan dan Strategi,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2019), h.290-291.
6 Soleh Soemirat dkk, komunikasi persuasif, (Jakarta: Universitas
melalui berbagai macam cara, sehingga mereka akan merespons seperti yang diinginkan persuader ke dalam bentuk perilaku. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi persuasif yang efektif terletak pada mempelajari hal-hal yang baru, dengan dasar informasi yang diberikan oleh persuader. Hal tersebut akan mengubah struktur internal psikologis individu, seperti kebutuhan, rasa takut, sikap, dan lain-lain yang hasilnya akan tampak pada perilaku nyata.7
Pesan-pesan komunikasi persuasi akan efektif apabila pesan tersebut memiliki kemampuan mengubah secara psikologis baik minat maupun perhatian individu, sehingga persuade akan menanggapi pesan tersebut sesuai dengan keinginan persuader. Jadi, agar komunikasi persuasi dapat menimbulkan efek maka seorang persuader harus mampu memodifikasi struktur psikologis internal yang laten seperti motivasi dan sikap, dengan perilaku yang diwujudkan akan sesuai dengan keinginan persuader.8 Untuk
model strategi persuasi psikodinamika dapat dilihat pada tabel berikut:
7 Melvin L. DeFleur dan Sandra J. Ball-Rokeach, Theories of Mass
Communication, 5th Edition, h. 276-277.
8 Melvin L. DeFleur dan Sandra J. Ball-Rokeach, Theories of Mass
Tabel 2.1 Strategi Psikodinamika
Faktor psikologis memberikan dasar pada strategi persuasif psikodinamika yang berasumsi jika sasaran audiens dapat diubah, maka keinginan untuk bertindak akan segera mengikutinya.
b. Strategi Persuasi Sosiokultural
Asumsi pokok dari strategi persuasi sosiokultural adalah perilaku manusia dipengaruhi oleh kekuatan luar individu. Perspektif sosiokultural menekankan bahwa individu terpengaruh orang lain baik oleh institusi sosial atau kekuatan sosial dari dunia yang mengelilinginya. Perubahan sikap dan perilaku dapat dipengaruhi oleh masyarakat(lingkungan), bukan karena dorongan dari dalam diri seseorang. Strategi sosiokultural yang efektif membutuhkan pemahaman faktor luar diri individu, yakni lingkungan dari persuade.9
Strategi Persuasi Sosialkultural adalah strategi komunikasi persuasif yang didasari asumsi bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh kekuatan yang ada di luar diri individu. Perilaku seseorang dikendalikan oleh harapan sosial yang ada dalam sistem sosial di mana seseorang berinteraksi dengan orang lain lebih dari
9 Ezi Hendri, Komunikasi Persuasif; Pendekatan dan Strategi,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2019), h.292.
Faktor pengubah atau aktivitas kognitif
Faktor penggerak perubahan kognitif atau bentuk-bentuk perilaku yang terbuka
kecenderungan internalnya. Setiap kelompok di mana seseorang menjadi anggota memberikan serangkaian kendali yang kuat untuk orang tersebut, seperti halnya norma, peran yang diberikan, sistem rangking, serta menyetujui sistem kontrol sosial.10
Pendekatan sosiokultural dalam komunikasi adalah bagaimana pengertian, makna, norma, peran, dan aturan yang bekerja dan saling berinetraksi dalam proses komunikasi. Suatu realitas dibangun melalui proses interaksi yang terjadi di kelompok, masyarakat, dan budaya. Makna dari kata-kata dalam situasi sosial yang sesungguhnya menjadi sangat penting, juga pola-pola perilaku dan apa yang dihasilkan dari interaksi.11
Strategi sosiokultural dalam menetapkan kelompok sosial harus menyediakan pengertian kultur tentang perilaku yang cocok, yang melukiskan harapan-harapan dalam suatu tindakan agar seseorang mendapatkan tempat. Kuncinya adalah pesan harus ditentukan dalam keadaan konsensus bersama. Selain itu, hal lain yang penting untuk diperhatikan dalam strategi sosiokultural adalah seseorang akan termotivasi untuk bergabung ke dalam kelompok yang paling menarik atau memberikan keuntungan di mana ia menjadi anggota, dan kelompk di mana ia berasal dan berada akan menunjukkan identitas sosialnya.12
10 Melvin L. DeFleur dan Sandra Ball-Rokeach, Theories of Mass
Communication, th Edition, h.281.
11 Morissan, Teori Komunikasi Individu hingga Massa, (Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, 2014), hal.51-52.
12 Melvin L. DeFleur dan Sandra Ball-Rokeach, Theories of Mass
Strategi sosiokultural pun banyak digunakan dalam promosi produk komersial, oleh karena itu dalam strategi ini seringkali pengertian tentang kultur, pengharapan sosial, serta semua kompenan organisasi sosial ditetapkan sebagai dasar konseptual untuk merancang strategi yang efektif bagi penjualan barang-barang.13
Strategi sosiokultural yang efektif dibutuhkan karena pesan persuasif menegaskan pada individu tentang aturan- aturan bagi pelaku sosial atau syarat-syarat kultur untuk bertindak, yang akan mengatur aktivitas yang ingin dikomunikasikan oleh komunikator. Dalam hal ini, persuader menegaskan kepada persuade tentang aturan- aturan bagi pelaku sosial, jika pengertian telah dicapai, tugas berikutnya adalah mendefinisikan kembali syarat tersebut.
Pola perilaku individu sulit untuk ditafsirkan secara tepat hanya dengan didasarkan pada variabel psikologis belaka. Berbeda dengan strategi psikodinamika yang memusatkan pada kondisi psikologis internal. Hal ini disebabkan karena sikap individu dipengaruhi oleh lingkungan sosial budayanya.14 Dengan demikian, untuk dapat menjelaskan, memprediksi atau bahkan memanipulasi perilaku individu, paling tidak harus mempertimbangkan aspek-aspek norma sosial, peranan, kontrol sosial, nilai-nilai dan harapan kepercayaan. Sehingga dalam strategi sosiokultural, untuk mempersuasi seseorang agar mengikuti apa yang diharapkan oleh persuader, persuader harus
13 Melvin L. DeFleur dan Sandra Ball-Rokeach, Theories of Mass
Communication, th Edition, h.286.
14 Melvin L. DeFleur dan Sandra Ball-Rokeach, Theories of Mass