• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS POLA SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN AYAM BURAS (Studi Kasus pada Peternakan Ayam Buras Jimmy s Farm, Cipanas Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS POLA SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN AYAM BURAS (Studi Kasus pada Peternakan Ayam Buras Jimmy s Farm, Cipanas Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS POLA SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN AYAM

BURAS

(Studi Kasus pada Peternakan Ayam Buras Jimmy’s Farm, Cipanas Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

MARKETING CHANNEL AND MARGIN ANALYSIS OF NATIVE

CHICKEN

(Case Study on Jimmy’s Farm Native Chicken Ranch, Cipanas Cianjur Regency, West Java)

Gihon Poltak Eduardo Hutasoit*, Taslim**, Maman Paturochman**

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung – Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2017

**Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran email: gihonhutasoit@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan di Peternakan Ayam Buras Jimmy’s Farm, Cipanas Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, pada tanggal 11 Oktober sampai tanggal 11 November 2016. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pola saluran pemasaran dan menganalisis besar marjin serta nilai efisiensi ekonomis pemasaran ayam buras Jimmy’s Farm. Metode yang digunakan adalah studi kasus. Data diperoleh melalui teknik wawancara kepada pelaku pemasaran (peternak, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer) serta dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pola saluran pemasaran ayam buras di Jimmy’s Farm terdiri dari beberapa jenis yaitu I A, I B, II A, II B, IV A1, IV A2, dan IV B yang tergolong ke dalam saluran tingkat satu serta saluran pemasaran III yang tergolong ke dalam saluran tingkat dua. Marjin pemasaran per ekor ayam buras saluran pemasaran I A, I B, II A, II B, III, IV A1, IV A2 dan IV B secara berturut-turut adalah Rp1.775,00; Rp1.775,00; Rp2.175,00; Rp1.515,00; Rp2.615,00; Rp2.330,00; Rp3.830,00 dan Rp1.313,00. Terdapat lima saluran pemasaran yang tergolong efisien (Eps < 5%) yaitu saluran pemasaran I A, I B, III, IV A1 dan IV B. Saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran I A dan I B dengan nilai Eps sebesar 3,17%.

Kata kunci : ayam buras, saluran pemasaran, marjin pemasaran

ABSTRACT

This research was conducted on Jimmy’s Farm Native Chicken Ranch, Cipanas Cianjur Regency, West Java, on 11th October until 11th November 2016. This study aims to determine the marketing channels and analyze the margins and economic efficiencies value of native chicken marketing on Jimmy's Farm. The method used was case study. Data obtained through interview technique to marketing actors (farmer, wholesalers and retailers) and analyzed descriptively. Results of this study showed that the native chicken marketing channel on Jimmy’s Farm consists of several types that are I A, I B, II A, II B, IV A1, IV A2 and IV B belong to channel level one and marketing channel III belongs to channel level two. Marketing margins for each native chicken of marketing channel I A, I B, II A, II B, III, IV A1, IV A2 and IV B respectively are Rp1.775,00; Rp1.775,00; Rp2.175,00; Rp1.515,00; Rp2.615,00;

(2)

2 Rp2.330,00; Rp3.830,00 and Rp1.313,00. There are five marketing channels which belong efficient (Eps < 5%) that are marketing channel I A, I B, III, IV A1 and IV B. The most efficient marketing channels are marketing channel I A and I B with value of 3.17% Eps.

Keywords : native chicken, marketing channel, marketing margin.

PENDAHULUAN

Perkembangan usaha ternak unggas di Indonesia relatif lebih maju dibandingkan usaha ternak lain, tercermin dari kontribusinya yang cukup besar dalam memperluas lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan terutama sekali dalam pemenuhan tuntutan makanan bernilai gizi tinggi. Salah satu usaha perunggasan yang cukup berkembang di Indonesia adalah pada ayam lokal atau yang sering disebut ayam buras. Dibandingkan dengan ternak unggas yang lain, ayam buras memiliki kelebihan yaitu cara pemeliharaannya tidak memerlukan persyaratan berat, karena daya adaptasinya tinggi dan mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi. Selain itu, memiliki daya tahan terhadap penyakit, kondisi lingkungan ekstrem, perubahan iklim maupun cuaca lebih besar daripada ayam ras. Kelebihan tersebut, membuat pemeliharaan ayam buras lebih sederhana dibandingkan dengan ayam ras, sedangkan dari pendapatan sangat menguntungkan.

Usaha ternak ayam buras hingga saat ini sudah banyak dilirik oleh pengusaha peternakan, ada peluang pasar yang cukup besar dan dapat dijadikan sebuah lahan usaha baru. Salah satunya yaitu Jimmy’s Farm yang berlokasi di Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Jimmy’s Farm merupakan perusahaan peternakan skala besar yang berkonsentrasi pada pembibitan, penetasan (hatchery) dan budi daya ayam buras. Perusahaan ini sebelumnya bergerak pada komoditas ayam broiler, namun adanya krisis moneter tahun 1998 menyebabkan perusahaan bangkrut dan beralih ke komoditas ayam buras dengan populasi awal 500 ekor. Hingga saat penelitian populasi Jimmy’s Farm mencapai rata-rata populasi 18.324 ekor ayam buras betina pembibit, 9.172 ekor ayam buras pejantan, 7.295 ekor DOC buras dan 44.480 ekor ayam buras pedaging.

Kesuksesan Jimmy’s Farm tentunya tidak terlepas dari baiknya hubungan yang dijalin dengan para konsumennya. Pemasaran menjadi salah satu kunci utama dalam keberlangsungan usaha yang dijalankan. Hal tersebut dapat dipastikan melalui data rata-rata pemasaran ayam buras setiap bulan pada tahun 2015 sebesar 18.956 ekor dan meningkat pada tahun 2016 menjadi 20.964 ekor.

(3)

3 Dilihat dari keseluruhan saluran pemasaran ayam buras yang ada di Jimmy’s Farm beberapa diantaranya masih kurang mengedepankan efisiensi pemasaran. Faktor yang menjadi penyebabnya yaitu jauhnya lokasi pemasaran, sehingga mengakibatkan banyak lembaga pemasaran terlibat didalamnya serta tingginya biaya pemasaran. Tidak hanya itu, permasalahan yang kerap timbul pula yaitu tidak adilnya pembagian harga yang dibayarkan konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut berperan dalam kegiatan produksi dan pemasaran akibat kekuasaan penetapan harga pada lembaga-lembaga pemasaran tertentu.

Berdasarkan uraian terdahulu, maka timbul gagasan penulis untuk melakukan penelitian dengan tujuan melakukan analisis pola saluran dan marjin pemasaran ternak ayam buras pada perusahaan peternakan Jimmy’s Farm, Cipanas Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

OBJEK DAN METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah Jimmy’s Farm, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer yang terlibat dalam saluran pemasaran ayam buras di peternakan Jimmy’s Farm Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

2. Metode Penelitian

Penelitian menggunakan metode studi kasus. Studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu. Penelitian studi kasus menggunakan berbagai sumber data untuk mengungkap fakta dibalik kasus yang diteliti (Creswell, 1998).

3. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di peternakan Jimmy’s Farm yang berlokasi di Jalan Gadog I, No. 10A, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan salah satu perusahaan pembibitan dan budi daya ayam buras dengan jumlah populasi ayam buras cukup besar di daerah Jawa Barat.

4. Penentuan Informan

Informan yang dipilih adalah pihak Jimmy’s Farm dan pedagang pengumpul serta pedagang pengecer ayam buras Jimmy’s Farm Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

5. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung dari informan melalui wawancara mendalam (indepth interview) secara langsung dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan serta melakukan observasi ke

(4)

4 daerah penelitian. Data sekunder diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya.

6. Model Analisis

Guna mengetahui biaya pemasaran dan marjin pemasaran di tingkat lembaga dalam saluran pemasaran, maka alat analisis biaya dan marjin pemasarannya (cost margin analysis) yaitu melalui besarnya biaya, keuntungan dan marjin pemasaran pada setiap lembaga perantara pada berbagai saluran pemasaran dengan menggunakan model analisis sebagai berikut :

a. Marjin Pemasaran

MP = Harga Jual – Harga Beli (Rasyaf, 1995) M = He – Hp

Keterangan :

MP : Marjin parsial pemasaran ayam buras (Rp) M : Marjin total pemasaran ayam buras (Rp) He : Harga ayam buras di tingkat pengecer (Rp) Hp : Harga ayam buras di tingkat produsen (Rp) b. Persentase Marjin Parsial

Persentase Marjin Parsial =Marjin Parsial

Marjin Total x 100% (Rasyaf, 1995)

c. Keuntungan Pemasaran Π = M – Bp (Rasyaf, 1995) Keterangan :

Π : Keuntungan pemasaran ayam buras (Rp) M : Marjin pemasaran ayam buras (Rp) Bp : Biaya pemasaran ayam buras (Rp) d. Farmer’s Share

Fs =Hp

He x 100% (Kohls dan Uhls, 2002) Keterangan :

Fs : Bagian harga yang diterima produsen (%) Hp : Harga ayam buras di tingkat produsen (Rp) He : Harga ayam buras di tingkat pengecer (Rp)

(5)

5 e. Efisiensi Ekonomis Pemasaran

Efisiensi ekonomis pemasaran ayam buras pada masing-masing lembaga pemasaran dapat diketahui digunakan rumus sebagai berikut (Soekartawi, 2002) :

Eps =Bp

He x 100% Keterangan :

Eps : Efisiensi ekonomis pemasaran (%) Bp : Biaya pemasaran ayam buras (Rp)

He : Harga ayam buras di tingkat pengecer (Rp)

Kriteria yang dapat digunakan sebagai indikator bahwa pemasaran dianggap efisien adalah apabila Eps < 5%. Jika Eps > 5% maka pemasaran dianggap tidak efisien (Soekartawi, 2002).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Saluran Pemasaran Ayam Buras

Berdasarkan hasil penelusuran dan pengamatan langsung, diketahui beberapa lembaga pemasaran yang terlibat yaitu peternak, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Setiap lembaga pemasaran tentu memiliki peran dan fungsi masing-masing dalam kegiatan pemasaran ayam buras hingga sampai kepada konsumen. Dari hasil wawancara, diketahui bahwa terdapat empat bentuk saluran pemasaran. Pada penelitian ini ditemukan beberapa informan memiliki peran sama dalam suatu bentuk saluran pemasaran, sehingga bentuk saluran pemasaran tersebut dibedakan kembali berdasarkan jumlah informan yang memiliki peran sama didalamnya, berikut merupakan ilustrasi dan penjelasannya :

Ilustrasi 1. Bagan Saluran Pemasaran Ayam Buras Jimmy’s Farm

a. Saluran Pemasaran I A dimana Bapak Yudiaris berperan sebagai pedagang pengecer. Produsen/ Peternak Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer Konsumen Akhir Restoran I A, I B II A, II B III IVA1, IVA2, IVB II A, II B IV A1, IV A2, IV B III III I A, I B

(6)

6 b. Saluran Pemasaran I B dimana Bapak H. Aceng berperan sebagai pedagang pengecer. c. Saluran Pemasaran II A dimana Bapak Ferdy berperan sebagai pedagang pengumpul. d. Saluran Pemasaran II B dimana Bapak Rohim berperan sebagai pedagang pengumpul. e. Saluran Pemasaran III dimana Ibu Hj. Nuningsih berperan sebagai pedagang pengumpul

dan Bapak Dodi sebagai pedagang pengecer.

f. Saluran Pemasaran IV A1 dimana CV Jambu Raya berperan sebagai pedagang pengumpul dengan produk yang dijual yaitu daging ayam buras beku.

g. Saluran Pemasaran IV A2 dimana CV Jambu Raya berperan sebagai pedagang pengumpul dengan produk yang dijual yaitu daging ayam buras berbumbu.

h. Saluran Pemasaran IV B dimana Bapak Rohim berperan sebagai pedagang pengumpul.

2. Fungsi Lembaga Pemasaran

Fungsi lembaga pemasaran sangat besar dalam melancarkan distribusi ayam buras dari peternak ke pasar dan konsumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah dan Saeffudin (1986), dimana lembaga pemasaran adalah badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi pemasaran dengan mana barang-barang bergerak dari pihak produsen sampai pihak konsumen. Fungsi pemasaran dilaksanakan oleh lembaga pemasaran demi kelancaran pemasaran ayam buras dari peternak hingga konsumen. Berdasarkan hasil penelitian maka fungsi pemasaran yang dilakukan lembaga pemasaran ayam buras Jimmy’s Farm tersaji dalam Tabel 1.

Tabel 1. Fungsi Lembaga Pemasaran Ayam Buras Jimmy’s Farm

No Lembaga Pemasaran Fungsi Pemasaran Kegiatan/Hubungan Fungsi

1. Peternak

Fungsi Pertukaran Penjualan

Fungsi Fisik Pengangkutan

Fungsi Penyediaan Sarana Penanggungan risiko Pembiayaan

2. Pedagang Pengumpul

Fungsi Pertukaran Penjualan Pembelian Fungsi Fisik

Pengangkutan Penyimpanan Pemrosesan Fungsi Penyediaan Sarana Penanggungan risiko

Pembiayaan

3. Pedagang Pengecer

Fungsi Pertukaran Penjualan Pembelian Fungsi Fisik

Pengangkutan Penyimpanan Pemrosesan Fungsi Penyediaan Sarana Penanggungan risiko

(7)

7

3. Marjin Pemasaran

Besaran marjin pemasaran berbeda di setiap saluran pemasaran ayam buras Jimmy’s

Farm dikarenakan lembaga pemasaran melakukan fungsi pemasaran dan menetapkan jumlah

keuntungan berbeda satu dengan lainnya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sudiyono (2001) bahwa komponen marjin pemasaran terdiri dari biaya pemasaran (marketing cost) dan keuntungan (profit) lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran dengan marjin paling tinggi adalah pedagang pengumpul pada saluran pemasaran IV A2 yaitu CV Jambu Raya sebesar Rp32.940,00 per ekor. Besarnya marjin dikarenakan CV Jambu Raya melakukan fungsi pemasaran berupa pemrosesan ayam buras hingga bentuk ayam buras berbumbu yang tentunya membutuhkan biaya pemasaran lebih tinggi dibandingkan lembaga pemasaran lainnya. Hal itu menjadikan saluran pemasaran IV A2 sebagai saluran dengan marjin tebesar. Sedangkan lembaga pemasaran dengan marjin paling rendah adalah pedagang pengumpul pada saluran pemasaran III yaitu Ibu Hj. Nuningsih sebesar Rp4.250,00 per ekor. Hal tersebut dikarenakan bobot per ekor ayam buras yang dijual rendah serta tidak dilakukannya fungsi pemrosesan sehingga tidak memerlukan biaya pemasaran dalam jumlah besar. Total marjin saluran pemasaran terendah dimiliki saluran II B yaitu sebesar Rp6.550,00 per ekor. Penyebabnya adalah bobot per ekor ayam buras yang dijual rendah serta pendeknya rantai pemasaran dengan hanya melibatkan satu perantara yaitu pedagang pengumpul.

4. Biaya Pemasaran

Pada saluran pemasaran I A dan I B, lembaga pemasaran yang terlibat yaitu pedagang pengecer mengeluarkan biaya transportasi, penampungan, pemotongan, dan retribusi dengan total yang sama dikarenakan kesamaan lokasi penjualan. Sedangkan pada saluran pemasaran II A dan II B masing-masing pedagang pengumpul mengeluarkan biaya pemasaran meliputi biaya transportasi, tenaga kerja, pemotongan dan pengemasan. Namun jumlah biaya pemasaran diantara kedua pedagang pengumpul tersebut berbeda dikarenakan perbedaan jumlah tenaga kerja serta jumlah ayam buras sebagai faktor pembagi dalam perhitungan biaya transportasi. Berbeda dengan pedagang pengumpul pada saluran pemasaran II A dan II B, pedagang pengumpul pada saluran pemasaran III mengeluarkan biaya tambahan untuk penampungan dan retribusi.

Pada saluran pemasaran IV A1 dan IV A2 terlihat bahwa pedagang pengumpul mengeluarkan biaya pengemasan yang besar dikarenakan produk ayam buras mereka jual di toko bahan segar sehingga perlu dikemas dengan baik. Serta pada saluran pemasaran IV A2

(8)

8 komponen biaya pemasaran terbesar adalah biaya pemrosesan oleh pedagang pengumpul, dikarenakan ayam buras dijual dalam bentuk sudah dibumbui dan siap masak. Saluran pemasaran IV B adalah saluran pemasaran dengan biaya paling rendah. Rendahnya biaya dikarenakan pedagang pengumpul sebagai satu-satunya lembaga pemasaran dalam saluran pemasaran ini hanya mengeluarkan biaya transportasi, tenaga kerja dan penampungan.

5. Keuntungan Pemasaran

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa saluran pemasaran IV A2 merupakan saluran pemasaran dengan keuntungan paling besar. Menurut Semito (1993) hal tersebut dapat dimaklumi sebab setiap mata rantai menginginkan keuntungan yang layak sebagai imbalan atas jasa mereka. Sedangkan keuntungan pemasaran pedagang pengumpul pada saluran II A, II B dan III tergolong rendah dikarenakan ketiganya melakukan pemasaran ayam buras dalam jumlah besar, sehingga dengan jumlah keuntungan per ekor yang rendah mereka tetap mendapatkan keuntungan besar. Sesuai dengan pendapat Daniel (2002) bahwa untuk mencapai keuntungan yang besar, maka lembaga pemasaran dapat melakukan langkah-langkah seperti menentukan harga jual sedemikian rupa sesuai dengan keuntungan yang dikehendaki dan meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin.

6. Farmer’s Share

Tabel 2. Farmer’s Share Pemasaran Ayam Buras Jimmy’s Farm

Saluran Pemasaran Harga Jual Peternak (Rp/ekor) Harga Jual Pedagang Pengecer (Rp/ekor) Farmer’s Share (%) I A 29.750 56.000 53,13 I B 29.325 56.000 52,37 II A 26.400 35.000 75,43 II B 21.450 28.000 75 III 22.750 53.000 42,92 IV A1 27.060 55.000 49,2 IV A2 27.060 60.000 45,1 IV B 21.450 40.000 53,63 Nilai Terbesar 29.750 60.000 75,43 Nilai Terkecil 21.450 28.000 42,92 Rata-rata 25.655,63 47.875 55,85

Tabel 2 menunjukkan bahwa saluran pemasaran III memiliki farmer’s share terendah yaitu sebesar 42,92% dikarenakan melibatkan dua perantara yakni pedagang pengumpul dan pedagang pengecer serta harga jual peternak yang rendah tidak dikuti dengan rendahnya harga jual pedagang pengecer. Sedangkan saluran pemasaran dengan farmer’s share tertinggi adalah saluran pemasaran II A yaitu sebesar 75,43% dikarenakan harga tersebut bukan merupakan

(9)

9 harga jual kepada konsumen melainkan kepada pihak restoran sehingga menyebabkan marjin pemasaran kecil dan harga jual yang rendah.

7. Efisiensi Ekonomis Pemasaran

Tabel 3. Efisiensi Ekonomis Pemasaran Ayam Buras Jimmy’s Farm

Saluran Biaya Pemasaran

(Rp/ekor) Harga Eceran (Rp/ekor) Eps (%) I A 1.775 56.000 3,17 I B 1.775 56.000 3,17 II A 2.175 35.000 6,21 II B 1.515 28.000 5,41 III 2.615 53.000 4,94 IV A1 2.330 55.000 4,24 IV A2 3.830 60.000 6,38 IV B 1.313 40.000 3,28

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa saluran pemasaran yang tergolong efisien dengan nilai Eps < 5% diantaranya yaitu saluran pemasaran I A, I B, III, IV A1 dan IV B. Saluran pemasaran I A dan I B merupakan saluran pemasaran yang paling efisien, hal ini dikarenakan saluran pemasaran tersebut hanya melibatkan satu lembaga pemasaran yakni pedagang pengecer sehingga tidak memerlukan biaya pemasaran yang besar. Sedangkan saluran pemasaran II A, II B dan IV A2 memiliki nilai Eps > 5% sehingga dapat dikatakan tidak efisien. Tidak efisiennya saluran pemasaran II A dan II B dikarenakan harga ayam buras yang dipakai pada penghitungan Eps saluran pemasaran II A dan II B adalah harga jual ayam buras ke restoran sehingga harga tersebut bukan merupakan harga eceran. Saluran pemasaran paling tidak efisien adalah saluran pemasaran IV A2. Hal tersebut dikarenakan ayam buras pada saluran pemasaran IV A2 dijual dalam bentuk karkas berbumbu atau siap masak sehingga membutuhkan biaya pemasaran yang besar.

SIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat dua pola saluran pemasaran ayam buras Jimmy’s Farm yaitu saluran pemasaran tingkat satu dan saluran pemasaran tingkat dua.

2. Peternak melakukan fungsi pemasaran berupa penjualan, pengangkutan, penanggungan risiko dan pembiayaan, sedangkan fungsi pemasaran pedagang pengumpul dan pedagang pengecer secara umum sama yaitu penjualan, pembelian, pengangkutan,

(10)

10 penyimpanan, pemrosesan dan penanggungan risiko, serta fungsi pembiayaan yang juga dilakukan oleh pedagang pengumpul.

3. Rata-rata biaya, marjin, keuntungan dan farmer’s share pemasaran ayam buras Jimmy’s

Farm secara berturut-turut adalah Rp2.166,00; Rp22.219,38; Rp20.178,38 dan 55,85%.

4. Saluran pemasaran ayam buras Jimmy’s Farm secara keseluruhan tergolong efisien dengan nilai rata-rata Eps sebesar 4,6%; saluran pemasaran paling efisien adalah I A dan I B (Eps : 3,17%) sedangkan saluran pemasaran IV A2 (Eps : 6,38%) merupakan saluran pemasaran paling tidak efisien.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diberikan saran sebagai berikut:

1. Peternak hendaknya terus mengembangkan usaha ternak ayam buras melalui penambahan input produksi (kandang, bibit, pakan, dsb), agar kuantitas output meningkat sehingga dapat memenuhi peningkatan kebutuhan ayam buras seiring perkembangan jaman.

2. Lembaga pemasaran ayam buras diharapkan mampu meminimalisir biaya pemasaran serta bijak dalam menetapkan harga jual sebanding dengan biaya pemasaran sehingga efisiensi ekonomis pemasaran meningkat dan konsumen dapat membeli ayam buras dengan harga yang wajar.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Taslim, MP dan Prof. Dr. Ir. H. Maman Paturochman, MS selaku pembimbing yang telah memberikan segala bentuk dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Terimakasih juga disampaikan kepada Bapak Yohan selaku manajer Jimmy’s Farm, Ibu Fauzia dan seluruh pegawai Jimmy’s Farm atas kesempatan dan bantuan yang diberikan selama penelitian berlangsung.

(11)

11

DAFTAR PUSTAKA

Alex S. Niti Semito. 1993. Marketing. BPFE UGM, Yogyakarta.

Creswell, J. W. (1998). Qualitative inquiry and research design : choosing among five

tradition. London : Sage Publication.

Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Hanafiah, A.M. dan A.M. Saefuddin. 1986. Tataniaga Hasil Pertanian. Penerbit UI. Jakarta. Kohls, R.L. and J.N. Uhl. 2002. Marketing of Agricultural Products. A Prentice-Hall Upper

Saddle River, New Jersey.

Rasyaf, M. 1995. Memasarkan Hasil Peternakan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soekartawi, DR. 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasran Hasil-hasil Pertanian. PT. Raja Grafindo. Jakarta.

(12)

12

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING DAN PERNYATAAN PENULIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Gihon Poltak Eduardo Hutasoit

NPM : 200110120088

Judul Artikel : Analisis Pola Saluran dan Marjin Pemasaran Ayam Buras (Studi Kasus

pada Peternakan Ayam Buras Jimmy’s Farm, Cipanas Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

Menyatakan bahwa artikel ini merupakan hasil penelitian penulis, data dan tulisan ini bukan hasil karya orang lain, ditulis dengan kaidah-kaidah ilmiah dan belum pernah dipublikasikan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa tekanan dari pihak manapun. Penulis bersedia menanggung konsekuensi hukum apabila ditemukan kesalahan dalam pernyatan ini.

Dibuat di Jatinangor, tanggal 12 Januari 2017

Mengetahui, Penulis,

Pembimbing Utama,

(Dr. Ir. Taslim, MP) (Gihon Poltak Eduardo Hutasoit) Pembimbing Anggota,

(Prof. Dr. Ir. H. Maman Paturochman, MS)

Pembimbing Anggota,

Gambar

Ilustrasi 1. Bagan Saluran Pemasaran Ayam Buras Jimmy’s Farm

Referensi

Dokumen terkait

Kartini Teh Nasional (CV. Freshbrew Mels Beverages dan PT. Kartini Teh Nasional adalah dua perusahaan dengan pemilik yang sama namun berbeda manajemen). Produk Mary Teh yang

Sekarang setelah kita membahas jasa kompilasi dan kaji ulang untuk perusahaan non public, dan juga kaji ulang dari informasi keuangan interim untuk perusahaan public, kita

[r]

Berdasarkan hasil analisis dapat diambil kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap kinerja, motivasi berpengaruh terhadap kinerja, budaya organisasi

proporsi mereka yang kurang atau tidak puas sama sekali dengan proporsi mereka yang kurang atau tidak puas sama sekali dengan respon pemerintah dalam menangani masalah ledakan

wajib pajak dikarenakan adanya wajib pajak yang melakukan pelanggaran ketentuan perpajakan, khususnya wajib pajak masih belum sadar atas kewajiban mereka dalam

Aspek Infrastruktur Teknologi meliputi aksesbilitas teknologi, ketersediaan fitur, sistem pengamanan, dan perlindungan data: Aksesbilitas teknologi adalah kemampuan teknologi yang

Soho akan banyak diminati karena harga jualnya lebih murah dibandingkan ruko, tidak hanya itu fasilitas SOHO juga dinilai lebih baik jika dibandingkan ruko.. “Jika dibandingkan