• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PANEN KELAPA SAWIT DI PT. AGROJAYA TIRTA KENCANA KECAMATAN MUARA KAMAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROPINSI KALIMANTAN TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PANEN KELAPA SAWIT DI PT. AGROJAYA TIRTA KENCANA KECAMATAN MUARA KAMAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROPINSI KALIMANTAN TIMUR."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

NATA DEPARI

NIM. 110 500 091

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(2)

Oleh :

NATA DEPARI

NIM. 110 500 091

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(3)

Oleh

NATA DEPARI

NIM. 110 500 091

Kajian Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(4)

Kutai Kartanegara Propinsi Kalimantan Timur

Nama Mahasiswa : Nata Depari

NIM : 110 500 091

Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan

Jurusan : Manajemen Pertanian

Lulus ujian pada tanggal :

Penguji II, Sri Ngapiyatun, SP, MP NIP. 197708272001122002 Penguji I, Rusmini, SP,MP NIP. 19811130 200812 2 002 Pembimbing, Nurlaila, SP, MP NIP. 19711030 200112 2 001 Menyetujui, Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan

Nur Hidayat, SP. M.Sc NIP. 19650706 200112 1 001 Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Ir. Hasanudin, MP NIP. 19630805 198903 1 005

(5)

tepatnya di blok Alfa dengan luas areal 890 ha. (Dibawah bimbingan Nurlaila) Perkembangan perkebunan kelapa sawit saat ini semakin pesat, hal ini didukung oleh besarnya potensi kebutuhan manusia di Indonesia. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui cara dan pengunaan alat saat melaksanakan panen kelapa sawit.

Pelaksanaan Kajian ini adalah di mulai dari kriteria matang panen,cara penen,sistim panen, rotasi panen, kebutuhan tenaga panen dan penggunaan alat-alat panen.

(6)

Merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Salem Depari dan Ibu Mutiara br Sitepu.

Tahun 1998 memulai pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 040506 munte Kecamatan Munthe, Kabupaten karo, Provinsi Sumatra Utara dan lulus pada tahun 2004. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Munte hingga lulus pada tahun 2007. Selanjutnya melanjutkan ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMA) Swasta Katolik 1 Kabanjahe dan lulus pada tahun 2010. Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2011 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.

Pada tanggal 11 Maret 2014 sampai dengan 1 April 2014 mengikuti Praktek Kerja Lapang di PT. Agrojaya Tirta Kencana Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur.

(7)

menyelesaikan Kajian ini sebagai syarat untuk memperoleh sebutan Ahli Madya pada program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Keberhasilan dan kelancaran penyusunan karya ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Nurlaila, SP, MP selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak arahan dan bimbingan kepada penulis.

2. Ibu Rusmini, SP, MP selaku dosen penguji karya ilmiah. 3. Ibu Sri Ngapiyatun, SP,MP selaku dosen penguji karya ilmiah.

4. Bapak Ir. Syarifuddin, MP selaku Ketua Progam Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.

5. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.

6. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

7. Seluruh staf dosen dan teknisi Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan yang telah banyak membagikan ilmunya selama perkuliahan. 8. Keluarga yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis.

9. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan Kajian ini masih terdapat kekurangan, namun penulis berharap semoga karya ilmiah ini tetap dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.

Penulis

(8)

DAFTAR ISI ... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar belakang... 1 B. Tujuan Kajian……….. 1

II. TINJAUAN PUSTAKA... 2

A. Tinjauan Umum Kelapa Sawit ... 3

B. Tinjauan Budaya Tanaman Kelapa Sawit ... 11

C. Tinjauan Umum Panen Kelapa Sawit ... 28

III. METODE KAJIAN ... 31

A. Tempat dan Waktu Kajian... 31

B. Alat dan Bahan……… ... 31

C. Rancangan Kajian.. ... 31

D. Prosedur Kajian ... 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Hasil... 34

B. Pembahasan ... 40

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

A. Kesimpulan... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(9)

1. Penyusunan Pelepah……… 25

(10)

1. Lokasi kajian ... 44

2. Denda tukang Panen ... 45

3. Keriteria Matang Panen ... 46

(11)

I. PENDAHULAUAN

A. Latar Belakang

Kelapa sawit di usahakan secara komersial di Afrika, Amerika Selatan,

Asia Tenggara, dan Pasifik Selatan, serta beberapa dareah lain dengan

sekala yang lebih kecil. Tanaman kelapa sawit berasal dari Afrika dan

Amerika Selatan, tepatnya di Berasillia, tanaman ini di temukan tumbuhan

liar atau setengah liar di tepi sungai (Pahan, 2011).

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman multiguna. Tanaman

tersebut mulai banyak menggantikan posisi penanaman komoditas

perkebunan lain, seperti tanaman karet. Tanaman kelapa sawit kini tersebar

di berbagai daerah. Secara umum, dapat diindikasikan bawa perkembangan

perkebunan kelapa sawit masih mempunyai prospek harga, ekspor, dan

pengembangan prodok (Suwarto dan Octaviaty, 2010)

Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan penting pengasil minyak

makan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (Biodiesel). Indonesia

adalah pengasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Pelaku

usah tani kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perusahaan besar swasta dan

perkebunan negara (Inti-Plasma) (Kriswanto et al. 2008).

Panen merupakan salah satu kegiatan penting dalam pengelolaan

tanaman kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanam (bibit) dan

pemeliharaan tanaman, panen juga merupakan faktor penting dalam

pencapain produktivitas. (Setyami+djaja, 2006).

Kajian ini bertujuan mengetahui tentang cara panen dan penanganan

pasca panen pada tanaman kelapa sawit yang ada di PT. Agrojaya Tirta

(12)

Hasil yang diharapkan dalam kajian ini adalah informasi bagi

pemerhati perkebunan mengenai pelaksanaan cara panen dan penggunaan

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tanaman Kelapa Sawit

Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh subur sudah

dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3,5

tahun jika dihitung mulai dari penanaman biji kecambah di pembibitan.

Namun jika dihitung mulai penanaman di lapaangan maka tanaman berbuah

dan siap panen pada umur 2,5 tahun. Buah terbentuk setelah terjadi

penyerbukan dan pembuahan. Waktu yang diperlukan mulai dari

penyerbukan sampai buah matang dan siap panen kurang lebih 5-6 bulan.

Tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilakan buah 20-22

tandan/tahun. Pada tanaman yang semakin tua produktivitasnya semakin

menurun menjadi 12-14 tandan/tahun. Banyaknya buah yang terdapat dalam

satu tandan tergantung pada faktor genetik, umur, lingkungan dan teknik

budidaya. Jumlah buah pertandan pada tanaman yang cukup tua mencapai

1600 buah.

Proses pematangan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan

warna kulit buahnya. Buah akan berubah menjadi merah jingga ketika

masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah

maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari

tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol. Proses

pemanenan kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak,

memungut brondolan dan mengangkut buah ke tempat penampungan hasil

(TPH)

serta ke pabrik. Pelaksanaan pemanenan tidak dilakukan

secara sembarang. Perlu memperhatikam beberapa kriteria tertentu sebab tujuan

(14)

tinggi dengan kualitas minyak yang baik. Kriteria panen yang harus

diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen, rotasi panen,

sistem panen serta mutu panen.

1. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit a. Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit

Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk

memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian

nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus.

Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut.

Divisi : Embryophyta siphonagama

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Family : Arecaceae

Subfamili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : E.guineensis jacq

E. oleifera (H.B.K ) Cortes E. odora

b. Morfologi Akar

Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki

akar tunggang. Radikula pada bibit terus tumbuh memanjang ke arah

bawah selama enam bulan terus-menerus dan panjang akarnya

mencapai 15 cm. Akar primer kelapa sawit terus berkembang (

Anonim, 2010 ).

Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang

tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke samping. Serabut

primer ini akan bercabang menjadi akar sekunder ke atas dan ke

(15)

menjadi akar tersier, begitu seterusnya. Kedalaman perakaran

tanaman kelapa sawit bisa mencapai 8 meter dan 16 meter secara

horizontal.

c. Morfologi Batang

Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak

bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling)

terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan

internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk

batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan

enak dimakan.

Di batang tanaman kelapa sawit terdapat pangkal

pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun

telah kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah

yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang

kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas ( Anonim, 2010 ).

d. Daun

Tanaman kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai

bulu burung atau ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk

dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisisnya.

Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung

daun. Di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang

daun (Anonim, 2010).

e. Bunga dan Buah

Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai

(16)

Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina

agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyrbukan silang

(cross pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi

oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin

dan atau serangga penyerbuk.

Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras

(epicrap), daging buah (mesocrap) dari susunan serabut (fibre) dan

mengandung minyak, kulit biji (endocrap) atau cangkang atau

tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm)

yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta lembaga

(embryo).

1) arah tegak lurus ke atas ( fototropy), di sebut dengan pluma

yang selanjutnya akan menjadi batang dan daun

2) arah tegak lurus ke bawah (geotrophy) di sebut radicula

yang selanjutnya menjadi akar

Plumula tidak keluar sebelum radikulanya tumbuh sekitar 1 cm.

Akar-akar adventif pertama muncul di sebuah ring di atas sambungan

radikula-hipokotil dan seterusnya membentuk akar-akar sekunder sebelum daun pertama muncul ( Anonim, 2010 ).

Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat. Semakin tua

warnanya berubah menjadi hijau kehitaman, kemudian menjadi kuning

muda, dan setelah matang menjadi merah kuning (oranye). Jika

sudah berwarna oranye, buah mulai rontok dan berjatuhan (buah

(17)

f. Biji

Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang

berbeda. Biji dura Afrika panjangnya 2-3 cm dan bobot rata-rata

mencapai 4 gram, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji dura Deli

memiliki bobot 13 gram per biji, dan biji tenera Afrika rata-rata memiliki

bobot 2 gram per biji.

Biji kelapa sawit umumnya memiliki periode dorman (masa

non-aktif). Perkecambahannya dapat berlangsung lebih dari 6 bulan

dengan keberhasilan sekitar 50%. Agar perkecambahan dapat

berlangsung lebih cepat dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, biji

kelapa sawit memerlukan pre-treatment (Anonim, 2010).

2. Syarat Tumbuh a. Iklim

1) Curah hujan.

Curah hujan berhubungan dengan jaminan ketersediaan air

dalam tanah sepanjang pertumbuhan tanama

n. Tanaman kelapa

sawit praktis

berproduksisepanjang tahun sehingga membutuhkan suplai air relatif

sepanjang

tahun pula. Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan yaitu jumlah curah hujan tahunan (mm) dan

distribusi curah hujan bulanan. Curah hujan yang ideal berkisar

2.000–3.500 mm/th yang merata sepanjang tahun

dengan minimal

100

mm/bulan Di luar kisaran tersebut tanaman akan mengalami hambatandalam pertumbuhan dan berproduksi. Curah hujan antara

1700 – 2.500 dan 3.500–4.000 tanaman akan mengalami sedikit

(18)

dan lebih dari 5.000 mm/th sudah tidak sesuai untuk sawit.

Rendahnya curah hujan tahunan berkaitandengan defisit air dalam

jangka waktu relatif lama sedangkan curah hujan yang tinggi

berkaitan dengan rendahnyaintensitas cahaya.

2) Suhu.

Suhu rata-rata tahunan untuk pertumbuhan dan produksi

sawit berkisar antara 24-290C, dengan produksiterbaik antara 25–

270C. Di daerah tropis, suhu udara sangat erat kaitannya dengan

tinggi tempat di atas permukaan laut (dpl). Tinggi tempat optimal

adalah 200 m dpl, dan disarankan tidak lebih dari 400 m dpl,

meskipun di beberapa daerah, seperti di Sumatera Utara, dijumpai

pertanaman sawit yang cukup baik hingga ketinggian 500 m dpl.

Suhu minimum dan maksimum belum banyak diteliti, tetapi

dilaporkan bahwa sawit dapat tumbuh baik pada kisaran suhu

antara 8 hingga 380C.

3) Intensitas cahaya matahari.

Intensitas cahaya matahari menentukan laju fotosintesa pada

daun yang pada akhirnya menentukan tingkat produksi. Intensitas

matahari juga erat kaitannya dengan perawanan, curah hujan,

ketinggian tempat(altitude), dan lintang lokasi (Latitude). Di daerah

yang banyak berawan menyebabkan intensitas matahari yang

diterima daun sawit menjadi lebih rendah. Sebaliknya meskipun

curah hujan relatif tinggi tetapi lebih banyak terjadi sore hingga

malam dan perawanan kurang, maka intensitas matahari bisacukup

(19)

makin rendah dan biasanya disertai perawanan yang lebih lama

atau curah hujan yang tinggi dan makin

menjauh dari garis

khatulitiwa penyinaran matahari makin berkurang. Kelapa sawit

memerlukan lama penyinaran antara5 dan 12 jam/hari.

b. Tanah

1) Kondisi Tanah

Kelapa sawit tumbuh baik pada tanah Podsolik (Ultisol),

Latosol (Oxisol), Resosol (Entisol), Aluvial dan Hidromorfik

(Inceptisol), Andosol (Andisol) dan gambut (Histosol) Kondisi tanah

yang baik mengurangi pengaruh buruk curah hujan yang kurang

sesuai. Sifat fisik yang relatif sukar diubah lebih penting untuk

penilaian kesesuaian lahan untuk kelapa sawit. Sifat kimia akan

lebih berguna untuk pemupukan untuk menghasilkan produktivitas

kelapa sawit yang tinggi

2) Tekstur Tanah

Tekstur tanah menggambarkan kandungan fraksi pasir, debu

dan liat di dalam tanah. Tekstur tanah yang ideal adalah lempung

liat berpasir yang mengandung fraksi pasir ± 45 % dan fraksi liat 20

– 35 %. Kandungan fraksi pasir yang relatif cukup tinggi berguna

untuk respirasi perakaran tanaman kelapa sawit. Kandungan liat

yang relatif cukup tinggi berguna untuk memegang air dan hara

(kapasitas tukar kation/KTK tanah).

3) Kemasaman Tanah

Kemasaman atau PH tanah digunakan untuk mewakili sifat

(20)

ketersediaan hara di dalam tanah, kelarutan unsur yang bersifat

racun seperti aluminium (Al). Kondisi pH tanah yang optimum untuk

tanaman kelapa sawit berkisar 5,0 – 6,0. Kondisi pH tanah < 5,0

mencerminkan kandungan kation K, Ca dan Mg dapat ditukar dan

kejenuhan basa yang rendah, kelarutan Al yang tinggi, dan fiksasi

hara P yang tinggi. Kondisi pH tanah > 7,0 dikhawatirkan akan

mencerminkan ketersediaan hara mikro yang rendah dan fiksasi

hara P yang tinggi. Kondisi pH tanah gambut sekitar 3,5 – 4,0.

Kondisi pH tanah gambut sekitar 4,5 – 5,0 sudah tergolong baik.

3. Jenis Kelapa Sawit

Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit

dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut :

a) Dura memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis, dan

rendemen minyak 15-17%.

b) Tenera memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal,

dan rendemen minyak 21-23%.

c) Pisifera memiliki cangkang yang sangat tipis, tetapi daging buahnya

tebal dan bijinya kecil. Rendemen minyaknya tinggi (lebih dari 23%).

Tandan buahnyahampir selalu gugur sebelum masak, sehingga

jumlah minyak yang dihasilkan sedikit.

B. Tinjauan Budidaya Tanaman Kelapa Sawit 1. Persiapan dan Pengolahan Lahan

Persiapan atau pembukaan lahan merupakan kegiatan fisik awal

terhadap areal lahan pertanaman. Pembukaan lahan sangat tergantung

(21)

Sebelum membuka lahan disarankan melakukan studi kesesuaian lahan

untuk menilai lahan tersebut sesuai atau tidak untuk pertumbuhan

kelapa sawit dan mendukung produktivitas tanaman. Kesesuaian lahan

bis di nilai berdasarkan kesesuaian lahan actual dan kesesuaian lahan

potensial. Kesesuaian lahan actual adalah kesesuaian lahan tanpa

perbaikan karakteristik utama lahan. Dalam hal ini karakteristik lahan

dinilai apa adanya. Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan

setelah dilakukan upaya perbaikan karakteristik utama lahan

(kesesuaian lahan actual ditambah teknologi dan modal). Sementara itu,

karakteristik lahan merupakan sifat fisik dan kimia suatu lingkungan

yang dapat diukur secara langsung berhubungan dengan penggunaan

lahan untuk perkebunan.

a. Pembukaan Lahan

1) Menentukan klasifikasi hutan primer, sekunder, dan atau tersier.

2) Menggambar topografi lahan (datar, bergelombang, atau

berbukit).

3) Menggambar letak sungai, rawa, kampung, dan lainnya.

4) Membuat jalan rintisan untuk pengukuran.

5) Memeriksa tempat sumber air dan mengambil contoh tanah.

6) Membuat peta orientasi dan membuat petak-petak hektaran

(blok).

7) Membuat lorong-lorong (peta blok kebun) dari patok batas areal.

b. Pengolahan Tanah

Mengolah tanah dilakukan dengan cara membersihkan lahan

(22)

perakaran dan mendukung pertumbuhan tanaman kelapa sawit.

Mengolah tanah untuk menanam kelapa sawit lebih di anjurkan

menggunakan traktor (jika lahan yang diolah cukup luas). Jika

mengolah tanah menggunakan traktor, antara dua rotasi yang

berurutan berupa pembajakan dan penggarukan, arahnya harus

tegak lurus atau paling tidak sedikit menyilang. Sementara itu,

interval antara rotasi minimum dilakukan dalam dua minggu.

c. Pembuatan Jalan, Parit, dan Teras

1) Pembuatan jalan

Kegiatan yang termasuk dalam pekerjaan ini diantaranya

mengorek, menimbun, mengeraskan bagian lapangan,

membuat bentang, dan membuat parit di sebelah kiri-kanan

jalan. Berikut ini jenis jalan beserta ukurannya.

a) Jalan utama (main road) merupakan jalan induk yang

menghubungkan afdeling yang satu dengan yang lainnya,

dan dengan pabrik. Lebar jalan utama 8 meter.

b) Jalan traspor, submain road, jalan primer, jalan

afdeling atau jalan produksi yang menghubungkan

jalan utama dengan jalan koleksi. Lebar jalan traspo 6

meter.

c) Jalan koleksi (colleting road) atau jalan sekunder (jalan

tengah) merupakan jalan yang terletak di dalam

blok-blok penanaman yang berfungsi sebagai tempat

pengumpulan hasil atau produksi kebun. Lebar

(23)

d) Jalan control atau jalan tersier merupakan jalan di

dalam kebun yang berfungsi sebagai sarana

mengontrol kegiatan di kebun. Lebar jalannya 2-3

meter.

2) Pembuatan Parit (saluran air)

Parit drainase merupakan saluran yang

menghubungkan lembah bukit yang satu dengan yang lainnya

agar air dapat dialirkan menuju aerah bawah dan akhir nya

masuk ke saluran pembuangan. Pembuatan parit dikerjakan

dengan menggali tanah sesuai ukuran dasar. Tanah galiannya

di buang ke tempat tertentu. Saluran air di daerah berbukit

berupa saluran kebun dan saluran utama yang menyalurkan

air ke saluran drainase alam (sungai). Saluran kebun di buat

setiap 16 baris tanaman kelapa sawit dan di buat menurut

kontur lahan. Saluran utama di buat dengan lebar bagian atas

150 cm, lebar bagian bawah 80 cm. saluran kebun di buat

dengan lebar bagian atas 90 cm, lebar bagian bawah 60 cm,

dan kedalaman 60 cm.

3) Pembuatan Teras

Berdasarkan derajat kemiringan lahan dikenal teras

kontur (bersambung) dan teras individu (tapak kuda). Teras

bersambung untuk laham memiliki kemiringan 4-29o dan teras

individu 30-40o. Teras individu di buat menggunakan mal

berbentuk tapak kuda dengan muka teras menhadap kea rah

(24)

tanaman dan tepi muka teras selebar 1,25 m. Pembuatan

teras dikerjakan dengan menggali dan menimbun tanah

lereng, sehingga tempat tersebutmenjadi rata dan agak datar.

Teras individu dibuat menurut kemiringan lahan. Contohnya,

pada tingkat kemiringan 15o, jari-jari teras bias dibuat

1,5-2 m.

2. Pembibitan

a. Penyemaian

Tahapan pekerjaan dalam penyemaian benih meliputi:

1) Benih yang sudah berkecambah disemai dalam polybag kecil,

kemudian diletakkan pada bedengan-bedengan yang lebarnya

120 cm dan panjang bedengan secukupnya.

2) Ukuran polybag yang digunakan adalah 12 cm x 23 cm atau 15

cm x 23 cm (lay flat).

3) Polybag diisi dengan 1,5-2,0 kg tanah atas yang telah diayak.

Tiap polybag diberi lubang untuk drainase.

4) Kecambah ditanam sedalam ± 2 cm dari permukaan tanah dan

berjarak 2 cm.

5) Setelah bibit dederan yang berada di prenursery telah berumur

3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai, bibit dederan sudah dapat

dipindahkan ke pesemaian bibit (nursery).

6) Keadaan tanah di polybag harus selalu dijaga agar tetap

lembab tapi tidak becek. Pemberian air pada lapisan atas tanah

(25)

7) Penyiraman dengan sistem springkel irrigation sangat

membantu dalam usaha menghasilkan kelembaban yang

diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap kerusakan

karena siraman. Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan

dibutuhkan polybag yang lebih besar, berukuran 40 cm x 50

cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat), tebal 0,11 mm dan diberi

lubang pada bagian bawahnya untuk drainase.

8) Polybag diisi dengan tanah atas yang telah diayak sebanyak

15-30 kg/polybag, disesuaikan dengan lamanya bibit yang akan

dipelihara (sebelum dipindahkan) dipesemaian bibit.

9) Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar

berada pada permukaan tanah polybag besar dan tanah sekitar

bibit dipadatkan agar bibit berdiri tegak. Bibit pada polybag

besar kemudian disusun di atas lahan yang telah diratakan,

dibersihkan dan diatur dengan hubungan sistem segitiga sama

sisi dengan jarak misalnya 100 cm x 100 cm x100 cm.

b. Pemeliharaan Pembibitan

Bibit yang telah ditanam di polibag dipelihara dengan baik

agar pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat

dipindahkan ke lapang sesuai dengan umur dan saat tanam yang

tepat. Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman, penyiangan,

pengawasan dan seleksi, serta pemupukan.

c. Penyiraman

Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila

(26)

untuk menyiram bibit harus bersih dan cara menyiramnya harus

dengan semprotan halus agar bibit dalam polybag tidak rusak dan

tanah tempat tumbuhnya tidak padat. Kebutuhan air siraman ± 2

lt/polybag/hari, disesuaikan dengan umur bibit.

d. Penyiangan

Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antara

polybag harus dibersihkan, dikored atau disemprot dengan

herbisida. Penyiangan gulma harus dilakukan 2-3 kali dalam

sebulan, atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.

e. Pengawasan dan Seleksi

Pengawasan bibit dilakukan untuk mengamati pertumbuhan

bibit dan perkembangan gangguan hama dan penyakit. Bibit yang

tumbuh kerdil, abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan

genetis harus dibuang. Pembuangan bibit (thinning out) dilakukan

pada saat pemindahan ke main nursery, yaitu pada saat bibit

berumur 4 bulan dan 9 bulan, serta pada saat pemindahan bibit ke

lapangan. Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang, yakni

dengan ciri-ciri.

3. Penanaman

a. Penentuan Pola Tanam

Pola tanam kelapa sawit dapat monokultur ataupun

tumpangsari. Pada pola tanam monokulltur, sebaiknyapenanaman

tanaman kacang-kacangan (LCC) sebagai tanaman penutup tanah

dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai. Tanaman

(27)

kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat

fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan

kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman

pengganggu (gulma). Sedangkan pada pola tanam tumpangsari

tanahdiantara tanaman kelapa sawit sebelum menghasilkan dapat

ditanami tanaman ubi kayu, jagung atau padi (Eka, 2006).

b. Pengajiran

Maksud pengajiran adalah untuk menentukan tempat yang

akan ditanami kelapa sawit sesuai dengan jarak tanam yang

dipakai. Ajir harus tepat letaknya, sehingga lurus bila dilihat dari

segala arah, kecuali di daerah teras dan kontur. Sistem jarak

penanaman yang digunakan adalah segitiga sama sisi, dengan

jarak 9x9x9 m. Dengan sistem segi tigasama sisi ini, pada arah

Utara – Selatan tanaman berjarak 8,82 m dan jarak untuk setiap

tanaman adalah 9 m, jumlahtanaman 143 pohon/ha.

c. Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum menanam.

Ukurannya adalah 50x40x40 cm. Pada waktu menggali lubang,

tanah bagian atas dan bawah dipisahkan, masingmasing di sebelah

Utara dan Selatan lubang.

d. Cara Penanaman

Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, setelah hujan

turun dengan teratur. Adapun tahapan penanaman sebagai berikut:

1) Letakkan bibit yang berasal dari polibag di masing-masing

(28)

2) Siram bibit yang ada pada polybag sehari sebelum ditanam

agar kelembaban tanah dan persediaan air cukup untuk bibit.

3) Sebelum penanaman dilakukan pemupukan dasar lubang

tanam dengan menaburkan secara merata pupuk fosfat seperti

Agrophos dan Rock Phosphate sebanyak 250 r/lubang.

4) Buat keratan vertikal pada sisi polybag dan lepaskan polybag

dari bibit dengan hati-hati, kemudian dimasukkan ke dalam

lubang.

5) Timbun bibit dengan tanah galian bagian atas (top soil) dengan

memasukkan tanah ke sekeliling bibit secara berangsur-angsur

dan padatkan dengan tangan agar bibit dapat berdiri tegak.

6) Penanaman bibit harus diatur sedemikian rupa sehingga

permukaan tanah polybag sama ratanya dengan permukaan

lubang yang selesai ditimbun, dengan demikian bila hujan,

lubang tidak akan tergenang air.

7) Pemberian mulsa sekitar tempat tanam bibit sangat dianjurkan.

e. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, penanaman

tanaman penutup tanah, membentuk piringan (bokoran),

pemupukan, dan pemangkasan daun.

f. Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati

atau tumbuh kurang baik. Penyulaman yang baik dilakukan pada

musim hujan. Bibit yang digunakan harus seumur dengan tanaman

(29)

sekitar 3-5% setiap hektarnya. Cara penyulaman sama dengan cara

menanam bibit.

4. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Setelah selesai penanaman maka dimulai masa pemeliharaan

tanaman. Disini dibedakan tanaman belum menghasilkan atau disingkat

TBM dan tanaman menghasilkan atau TM. (Sastrosayono 2003).

Masa TBM ini berlangsung selama 2,5 tahun atau 30 bulan yaitu

sampai tanaman mulai dipanen. Pada Kegiatan di areal TBM

dilaksanakan selama 4 hari yaitu pada tanggal 24 Juli – 27 Juli 2012,

kegiatan di areal TBM difokuskan di areal kebun TBM afdeling II Unit

Usaha Rejosari. Jenis kegiatan di areal TM meliputi kegiatan sebagai

berikut :

a. Konsolidasi

Konsolidasi dimaksud adalah pemeriksaan situasi blok demi

blok yang sudah ditanam untuk melihat kekurangannya, kemudian

memperbaikinya dengan cara menegakkan tanaman dan

memadatkan tanah serta pelepah kering diputus atau dipotong.

Sekaligus dilakukan inventarisasi tanaman dan permasalahn lainnya.

Bibit yang mati, abnormal, tumbang, terserang berat hama atau

penyakit harus disisip, teras yang rusak diperbaiki dan lain – lain.

Konsolidasi dilakukan pada saat TBM.

b. Penyisipan / Penyulaman

Tanaman yang mati, rusak berat, sakit dan abnormal perlu

disisipi dengan segera. Penyisipan maksudnya adalah mengganti

(30)

tanaman yang baru. Makin cepat disisipi makin baik agar

pertumbuhannya tidak ketinggalan dan sebaiknya digunakan bibit

yang telah khusus disiapkan untuk sisipan. Makin lama dilakukan

penyisipan maka biaya investasi akan meningkat karena

pemeliharaan akan lebih lama. Penyisipan hanya dilakukan pada

TBM 1 dan awal mula padaTBM2 dan tidak dianjurkan untuk TBM3.

Bibit abnormal akan baru terlihat setelah 6 – 12 bulan ditanam dan

harus diganti demikian pula dengan tanaman yang terserang landak,

babi dan gajah, tetapi di unit usaha rejosari tidak mengalami

serangan hama ini. Tanaman yang terserang oryctes dan tikus tidak

perlu untuk diganti karena akan pulih kembali. Tanaman yang sudah

terserang ditandai dengan ditancapkan pelepah yang tinggi di sekitar

pohon pokok sehingga pencarian dilapangan mudah karena letak

tanaman sisipan berserak.

c. Memelihara LCC

LCC (Legume Cover Crop) merupakan tanaman penutup tanah

dalam perkebunan kelapa sawit, pola tanam dapat monokultur

ataupun tumpangsari. Tanaman penutup tanah (legume cover crop

LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat

memperbaiki sifat-sifat fisika, menambah unsur N, kimia dan biologi

tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan

menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Penanaman

tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah

(31)

diperlukan perawatan intensif selama enam bulan pertama (Eka,

2006).

Dilapangan yang penulis temukan bahwa semua LCC yang

digunakan di unit usaha rejosari adalah jenis mucuna, dengan

sifatnya yang dapat tumbuh dengan cepat, dalam 1 hari mucuna

mampu bertambah panjang 20 – 30 cm dengan masa hidup 2 tahun.

Jenis – jenis LCC yang biasa digunakan pada perkebunan kelapa

sawit diantaranya : Centrosema pubescens, Pueraria javanica dan

Calopoginium mucunoides d. Merambet

Merambet adalah pekerjaan membersihkan tanaman mukuna

yang merembet ke tanaman kelapa sawit, karena perkembangan

mukuna yang sangat cepat, dalam interval 1 hari tanaman mukuna

yanhg berfungsi sebagai LCC bisa tumbuh dan bertambah panjang

20 – 30 cm, sehingga tanaman mukuna harus ditarik keluar dari

tanaman kelapa sawit. Tujuannya agar tanaman pokok tidak

terganggu dalam perkembagannya. Merambet hanya dilakukan pada

awal masa tanaman belum menghasilkan (TBM),Merambet

e. Bokor (Piringan)

Pada awal pembangunan Legume Cover Crop (LCC) biasanya

bokoran dikerjakan secara bersamaan. Bokoran atau yang biasa

disebut merumput piringan merupakan kegiatan penyiangan dengan

cara membersihkan piringan sekitar tanaman pokok dari gulma liar.

Tujuannya agar penyerapan unsur hara dan pupuk oleh tanaman

(32)

penggarukan piringan ini maka lebar radiusnya diperbesar menurut

perkembangan tajuk (0,6m – 3m). Diameter yang digunakan pada

TBM adalah 1 – 1,5m. Pembokoran biasanya digunakan dengan 2

metode,dengan cara manual (menggunakan cangkul) dan chemis

(bahan kimia seperti glphosate dan herbisisda). Pembersihan

piringan tanaman kelapa sawit secara manual menggunakan cangkul

lebih baik dari pada menggunakan bahan kimia,karena tidak

mematikan perakaran disekitar bokoran kelapa sawit.

f. Ablasi / Kastrasi

Ablasi atau kastrasi kegiatan membuang bunga-bunga muda

baik jantan maupun betina pada tanaman belum menghasilkan

sebelum panen perdana dimulai. Tujuannya adalah untuk memacu

pertumbuhan vegetatif tanaman induk,sehingga setelah memasuki

TM1 akan menghasilkan tandan yang sempurna dan beratnya

optimal, kondisi tanaman menjadi lebih bersih sehingga mengurangi

kemungkinan serangan hama penyakit seperti marasmius dan tikus.

Ablasi atau kastrasi dimulai pada tanaman berumur 14 bulan dan

berlangsung selama 10 -12 bulan. Tanaman yang baik biasanya

berbungan paada umur 8 – 14 bulan. Bunga muda umumnya masih

kecil belum sempurna sering aborsi dan tidak efisien dipertahankan

untuk menghasilkan tandan. Pada proses ablasi alat yang digunakan

adalah kaki kambing dengan rotasi 1 kali dalam 1 bulan selama 30

bulan. 6 bulan sebelum tanaman menghasilkan dilakukan kegiatan

tunas pasir,tunas pada pelepah tua tanaman kelapa sawit yang tidak

(33)

menggunakan dodos. Dalam melaksanakan kastrasi dan abslasi ini

pelepah dauh diusahakan tidak terluka dan terpotong,karena pelepah

harus terjaga minimal 64 sampai 72 pelepah.

g. Pemupukan

Pemupukan pada tanaman kelapa sawit belum menghasilkan

membutuhkan biaya yang cukup besar yaitu sekitar 40% – 60% dari

total pemeliharaan. Oleh karena itu, agar tercapai hasil pemupukan

yang optimal maka pupuk yang digunakan harus sesuai dengan

rekomendasi yang telah ditetapkan. Jenis pupuk yang digunakan

adalah pupuk majemuk NPK Mg, dengan rotasi pemupukan dibagi

menjadi 2 periode dalam waktu 1 tahun. Agar pupuk yang diberikan

unsur hanya dapat diserap oleh tanaman secara maksimal maka

perlu diperhatikan pengaplikasiannya sesuai dengan pengertian 4

tepat yaitu :

a. Tepat Jenis : Pupuk yang diberikan sesuai unsur hara yang

diperlukan oleh tanaman.

b. Tepat Dosis : Jumlah pupuk yang diberikan sesuai dengan

kebutuhan tanaman.

c. Tepat Waktu dan Frekuensi : Pelaksanaan pemupukan harus

sesuai jadwal yang telah ditetapkan

d. Tepat Cara : Penempatan pupuk harus sesuai dengan ketentuan

sehingga penyerapan unsur hara akan maksimal.

Ada dua cara aplikasi pupuk yaitu sistem pocket (benam) dan

sistem tebar. Sistem benam dengan membuat 4 lubang pada

(34)

dimasukkan ke dalam lubang yang telah dibuat dan setelah itu lubang

ditutup kembali. Sistem tebar cukup hanya dengan menebarkan

pupuk di dalam piringan pokok 1 meter dari pangkal batang tanaman.

Menentukan jenis pupuk yang akan diberikan pada tanaman

kelapa sawit menghasilkan dengan melakukan penelitian seperti

analisa daun yang biasa disebut Leaf Sample Unit (LSU) untuk

mengetahui unsur – unsur yang kurang , analisa tanah dengan

memperhatikan kondisi alam yang dilakukan oleh dengan dosis pada

setiap blok dan pemakaian pupuk sesuai dengan hasil dari analisa

tanah dan daun.

5. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)

a. Sensus pohon pada areal TM diperlukan untuk mengetahui jumlah

pohon(kerapatan tanaman) per hektar dilakukan setiap 5 tahun, hal

ini agar data jumlah pohon termonitor, sehingga tidak salah dalam

menentukan kebijaksanaan operasional, terutama

pemupukan. Monitoring dengan menggunakan stipple card dilakukan

setiap bulan.

b. Perawatan Piringan, Jalan Rintis dan Jalan Tengah Memelihara

akses ke dalam blok dan ke pohon untuk mempermudah aktivitas

panen, pemupukan, penunasan dan pengawasan, serta mengurangi

kompetisi dengan gulma dalam penyerapan hara, air dan cahaya

matahari. Ketentuan :

1) Piringan, jalan rintis dan jalan tengah bebas dari semua gulma.

(35)

3) Perawatan piringan, jalan rintis, jalan tengah dan TPH harus

dilakukan dalam satu paket.

c. Perawatan Gawangan

Mengendalikan gulma-gulma pengganggu baik terhadap

kepentingan operasional maupun persaingan dengan tanaman.

Secara lebih terperinci jenis gulma terdapat pada sesi hama dan

penyakit.

d. Pemberantansan Lalang

Kondisi TM harus sudah terkendali dari lalang. Apabila masih

ditemukan lalang dalam jumlah sedikit , tindakan yang dilakukan

berupa spot spraying dan wiping. Pengendalian lalang secara rinci

dapat dilihat pada sesi management gulma (Perangin-angin, 2006).

e. Penunasan dan Penyusunan Pelepah

1) Penunasan

Tujuan kegiatan ini adalah untuk mempermudah aktivitas panen

dan membantu penyerbukan . Pada waktu penunasan pelepah

yang mati dan hampir mati serta pelepah yang tidak lagi memiliki

daun harus dipotong tunas plepah juga dilakukan pada saat

tanaman belum menghasilkan TBM pada postingan sebelumnya

sudah saya jelaskan mengenai Tunas Pokok Tanaman Kelapa

Sawit.

Ketentuan dalam penunasan adalah :

a) Pelepah dipotong serapat mungkin ke pohon agar brondolan

(36)

b) Jumlah pelepah yang dipertahankan adalah : TM umur < 12

tahun dua lingkaran pelepah di bawah tandan

dipertahankan (songgo 2). TM umur > 12 tahun satu

lingkaran pelepah di bawah tandan dipertahankan ( songgo

1)

c) Apabila tidak terdapat tandan yang matang atau kondisi

pohon hanya mempunyai bunga jantan untuk sementara,

maka pemangkasan harus dilakukan sedemikian rupa untuk

tetap mempertahan jumlah pelepah tersebut

Penunasan sebaiknya dilakukan pada saat periode produksi

rendah kecuali tenaga kerja cukup. Pelepah hasil tunasan

harus disusun pada gawagan mati. Selama musim produksi

rendah harus diperhatikan untuk tidak melakukan

pemangkasan berlebihan karena biasanya tandan terendah

terletak jauh tinggi dan dekat dengan mahkota.

2) Penyusunan Pelepah

Tujuan penyusunan pelepah untuk mengendalikan erosi,

menjaga kelembaban dan menekan pertumbuhan gulma serta

berfungsi sebagai mulsa yang dapat merangsang pertumbuhan

akar dan sumber hara.

Cara penyusunan pelepah sbb :

a) Harus disusun rapi menyebar di gawangan mati dan di

antara pohon. Penyebaran pelepah tidak boleh mengganggu

jalan rintis dan piringan (Setyamidjaja, 2006).

(37)

c) Pelepah yang akan diletakkan diantara pohon dalam barisan

, pangkal pelepahnya harus dipotong dan diletakkan di

gawangan mati. Sedangkan bagian daun diletakkan di

antara pohon.

d) Pada areal yang curam, peletakan pelepah mengikuti jalan

kontur sehingga dapat menahan air.

Gambar : Penyusunan pelepah.

C. Tinjauan Panen Kelapa Sawit 1. Pengertian Panen

Panen merupakan salah satu kegiatan penting dalam pengelolaan

tanaman kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanam (bibit) dan

pemeliharaan tanaman, panen juga merupakan faktor penting dalam

pencapain produktivitas.

Panen adalah pemotongan tandan buah dari pohon sampai

dengan pengangkutan ke pabrik yang meliputi kegiatan pemotongan

tandan buah matang, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah,

pengangkutan hasil ke TPH, dan pengangkutan hasil ke pabrik (PKS).

Sistem panen yang digunakan adalah sistem borongan satu paket,

artinya pemanen diharuskan mengutip brondolan yang ada di piringan

maupun di pelepah. Cara pembayaran satu kali dalam satu bulan yaitu

tutup buku setiap akhir bulan dihitung tonase yang dipanen berdasarkan

(38)

hasil timbangan Netto 2 (berat bersih setelah digrading).

Grading TBS dilakukan berdasarkan kondisi TBS pada saat TBS

dibongkar dari truk di loading ramp PKS berdasarkan Pedoman Grading

TBS yang dikeluarkan oleh Departemen Pabrik HO, sedangkan

ketentuan denda panen dan SOP Panen pada umumnya secara teknis

berdasarkan Pedoman Panen yang dikeluarkan oleh Departemen

Tanaman HO (Setyamidjaja, 2006).

Setiap kontraktor akan dibuatkan surat perjanjian kerja (SPK) yang

berlaku enam bulan ke depan, selanjutnya akan dievaluasi oleh

kelompok dan penguurus koperasi (KUD), serta penanggung jawab

panen (Manager Site) untuk menetapkan layak dan tidaknya kontraktor

tersebut. Dalam surat perjanjian kerja dicantumkan mengenai spesifikasi

pekerjaan panen atau kriteria panen, dan lain-lainnya yang dipandang

perlu (Sastrosayono 2003).

2. Kriteria Matang Panen dan Ciri- Ciri Tandan Matang a. Kriteria Kematangan Panen

Matang panen kelapa sawit dapat dilihat secara visual dan

secara fisiologi. Secara visual dapat dilihat dari perubahan warna

kulit buah menjadi merah jingga, sedangkan secara fisiologi dapat

dilihat dari kandungan minyak yang maksimal dan kandungan asam

lemak bebas yang minimal. Pada saat matang tersebut dicirikan

pula oleh membrondolnya buah (Setyamidjaja, 2006).

Jumlah brondolan buah inilah yang dijadikan dasar untuk

memanen tandan buah, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10

(39)

umur lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Namun

secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg

tandan buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan.

Syarat suatu areal sudah dapat dipanen adalah :

1) Tanaman sudah berumur 30 bulan di lapangan

2) 60 % pokok dalam 1 blok telah mempunyai buah yang siap

panen

3) Berat TBS = 3 kg.

4) Penyebaran panen minimal 1 : 5

b. Ciri-ciri tandan matang

1. Warna buah orange kemerahan (jenis Nigrescens).

2. Sudah ada buah yan lepas (membrondol) Areal datar 2

(40)

III. METODE KAJIAN

A. Tempat dan Waktu

Kegiatan kajian ini dilakukan di PT. Agrojaya Tirta Kencana. Afdeling

Alfa dengan luas

1057,89 Ha

yang dilaksanakan di blok K 21 dengan umur tanaman 3 tahun dengan luas areal 45 ha, dan di blok K23 dengan umur

tanaman 5 tahun dengan luas areal 50 ha.

Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, terhitung sejak Januari sampai dengan Juli 2014 sejak pembuatan

proposal sampai penyusunan laporan

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang di gunakan berupa pulpen, buku tulis dan kamera

C. Rancangan kajian 1. Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap cara panen, rotasi panen dan

pengangkutan buah segar ( TBS)

2. Wawancara

Wawancara yang dilakukan berupa mengajukan pertanyaan kepada

mandor atau petugas di lapangan yang mengawasi tentang panen kelapa

sawit.

3. Penyusunan Kajian

Hasil dan informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan dan

wawancara disusun secara deskriptif dalam bentuk laporan kajian.

D. Prosedur Kajian

1. Pengumpulan Data Primer

Pengambilan data primer dilakukan dengan cara pengamatan

(41)

yang ada di kantor. Data primer terdiri dari : kriteria matang panen, rotasi

panen, sistem panen, sistem pengupahan, menghitung tenaga kerja

panan, persiapan panen kelapa sawit dan pengangkutan kelapa sawit.

Prosedur pengambilan data primer yang di lakukan sebagai berikut :

a. Penentuan areal kajian

Pengamatan dilakukan pada areal yang akan dilakukan pemanenan

kelapa sawit. Areal pemanenan ditentukan oleh oleh mandor 1.

b. Persiapan alat dan bahan

Alat dan bahan harus telah siap dan dalama keadaan yang baik agar

memudahkan dalam melakukan pemanenan , alat dan bahan seperti

kamera, alat tulis menulis disiapkan oleh mahasiswa , sedangkan

alat seperi dosos, gancu,tojok, dan karung brondol disiapkam oleh

perusahaan yang telah diberikan kepada para pekerja.

c. Persiapan tenaga kerja

Tenaga kerja yang melakukan panen memiliki syarat keterampilan

yang baik dan terampil. Tenga kerja yang melakukan panen kelapa

sawit adalah karyawan perusahan sebanyak 3 orang dalam 1 blok

dengan luas areal 50 ha atau lebih.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Pengambilan data dilakukan di tempat praktek kajian panen dan di

perpustakaan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Data sekunder

terdiri dari kriteria matang panen.rotasi panen,sistim panen, sisitim

pengupahan, sistim menghitung tengaga kerja, periapan panen kelapa

(42)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil yang di dapat di PT. Agrojaya tirita Kencan yaitu dengan

mengamati 2 blok saat panen kelapa sawit, yaitu tanaman berumur 3 tahun

dengan luas areal 45 Ha dan 5 tahun dengan luas areal 50 Ha.

1. Kriteria Matang Panen

Kriteria matang panen yang ada di PT. Agrojaya Tirta Kencana yaitu

3 Brondolan yang jatuh dari di piringan untuk berumur 3 tahun

sendangkan untuk berumur 5 tahun 5 brondolan, Brondolan di piringan

yang kecil ukurannya (partenocarp), brondolan kering atau yang sakit

tidak bisa dijadikan dasar sebagai kriteria matang panen, Pengecekan

berondolan yaitu dengan cara melihat di piringan yang di cek oleh pekerja

yang panen.

2. Rotasi Panen

Rotasi panen yang ada di PT. Agrojaya Tirta Kencana diatur dan

disesuaikan dengan hari kerja pabrik. Rotasi panen kelapa sawit secara

umum adalah: Pusingan 5/7 :5 hari memanen dengan rotasi 7 hari (Senin

– Jum’at) Pusingan 6/7 :6 hari memanen dengan rotasi 7 hari (Senin –

Sabtu) biasanya hanya dilakukan waktu musim panen puncak.

3. Sistem Panen

Sistem panen yang di gunakan di PT. Agrojaya Tirta Kenana ada

dua cara yaitu antara lain:

a. Ancak tetap yaitu setiap pemanen melaksanakan panen pada areal

(43)

jawab menyelesaikan sesuai dengan luas yang ditentukan setiap hari

tanpa ada yang tertinggal. Apabila pemanen tidak bekerja, maka

mandor panen harus mencari penggantinya.

b. Ancak giring yaitu setiap pemanen melaksanakan panen pada ancak

panen yang telah ditetapkan setiap harinya oleh mandor panen.

Pembagian areal selalu berubah disesuaikan dengan kerapatan

panen dan kehadiran para pemanen.

4. Persiapan Alat Panen

Persiapan alat panen sudah di sediakan oleh perusahaan dan di

ambil oleh mandor panen, dan di berikan kepada setiap pekerja yang

panen Alat yang di berikan yaitu antara lain:

a. Dodos yang berukuran 14 cm

Kegunaan dodos yaitu untuk memotong buah kelapa saiwit yang

berumur 3 tahun lebih (Lampiran 2. Gambar 1).

b. Gancu

Keguanaannya yaitu untuk mengangkat buah kelapa sawit ke argo (

Lampiran 2. Gambar 2).

c. Tojok

Keguanaan tojok ini yaitu untuk mengangkat buah ke truk dan jonder

pada saat loding ( Lampiran 2. Gambar 3).

d. Arco

Keguanaannya untuk mengambil buah kelapa sawit yang sudah di

panen, yang di letak kan di jalan pikul ( Lampiran 2. Gambar 4)

(44)

Karung ini fungsi nya untuk mengambil berondolan yang tertinggal di

piringan atau pun di TPH ( Lampiran 2. Gambar 5 )

f. Jhon Deere

Untuk mengangkut buah ke tepat ke tempat pekerja (Lampiran 2.

Gambar 6)

g. Truk

Untuk mengagkut buah dari tempat tinggal pekerja dan menuju ke

pabrik (Lampiran 2. Gambar 7)

5. Sistem Pengupahan

a. Upah untuk pemanen

Harga yang ditetap oleh perusahaan yaitu seharga Rp. 82000, target

janjang yang harus di dapat pekerja yaitu 325 janjang untuk umur 3

tahun lebih dengan berat janjang 3 kg dan untuk umur 5 tahun lebih

yaitu 164 jajang degan berat janjang 7 kg. Jika lebih di dari 164

janjang/325 janjang maka di hitung premi.

b. Upah untuk pengambil brondol

Harga yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu Rp.5000 untuk 1

karung,dengan berat karung 20 kg.

c. Upah untuk loding ( pemuatan ke Jhon Deere/Truk) untuk harga

loding tidak di bayar oleh perusahaan, karena tanggung jawab

pemanen.

6. Menghitung Kebutuhan Tenaga Kerja Panen

a. Menentukan luas areal dipanen

Prestasi pemanen per hari (7 jam) = 700 kg/hari atau = 100kg/ jam

(45)

Untuk menyediakan 5 ton buah/2 jam = 5.000 kg/200 kg x 1

pemanen= 25 pemanen

b. Menentukan luas areal dipanen

Produksi buah per ha per tahun = 20 ton/ha/tahun, pusingan panen

5/7 hari ( 52 pusingan / tahun), Maka jumlah buah per pusingan =

20.000 kg/52 = 385 kg, Untuk menyediakan 5 ton buah = 5.000

kg/385 kg x 1 ha 12,99 ha/ tahun atau Untuk 1 hari kerja truk (10

jam) = 5 x 12,99 ha = 64,95 ha.

7. Persiapan Panen Kelapa Sawit

a. memasuki lokasi yang ditetapkan oleh mandor panen.

b. Setiap pemanen di beri jumlah baris untuk di panen yaitu

164 janjang/HK untuk umur 7 tahun degan BJR 7 kg sedangkan

untuk umur tanaman 3 tahun jumlah basis yang di panen yaitu 325

janjang, sesuai dg sistem panen yg dierapkan di Perusahaan, apabila

lebih maka mendapatkan premi tambahan dari Perusahaan.

c. Tandan matang harus di panen semuanya dg kriteria minimal 3

brondolan buah yang jatuh di piringan. ( Lampiran 2. Gambar. 8)

d. Pelepah daun yg menyangga buah di potong terlebih dahulu dan

diatur rapi di tengah gawangan mati,

e. Tandan buah akan dodos sedekat mungkin dengan pangkalnya

maxsimal 2 cm, dan buah yg telah di potong diletakkan teratur di

piringan, dan brondolan harus bersih dan tidak tercampur tanah atau

kotoran lain ( Lampiran 2. Gambar. 8)

f. brondolan yang dipiringan dikutip bersih dan dimasukan tersendiri

(46)

g. Buah yang sudah ada di panen yang berada di piringan diangkat ke

argo, dan membawakan ke tempat pengumpulan buah (TPH)

h. Buah yang sudah samapi di TPH di turun kan pelan-pelan dari argo

dengan mengunakan gancu,

i. Gagang TBS yang panjang di potong serapat mungkin dan harus

memotong yang masih panjang seblum melaksanakan pengangkutan

ke truk.

j. Penyusunan TBS harus disusun rapi sebelum dilaksanakan

pengangkutan oleh truk, disusun 5-10 tandan per-baris.

8. Persiapan Pengangkutan

Pengagkutan yang ada di PT. Agrojaya Tirta Kencan yaitu dengan

dua kali pengangkutan buah pertama di muat oleh john deere dan di

tempat kan di cam pekerja ( tempat tinggal pekerja) setelah itu di muatkan

ke truk

a. Pengangakutan buah ke jonder ( Lampiran 2. Gambar …….

1) Sebelum melaksanakan pengagkutan buah ke Jhon Deere, buah

yang sudah di panen tadi harus semua berada di TPH tersusun

rapi, biasanya pengagkutan TBS dilaksanakan jam empat sore

atau sesudah selesai panen, dan atas persetujuan mandor panen.

2) Pengagkutan buah ke Jhon Deere yaitu mempunyai satu supir dan

tiga orang untuk memuat buah ke jhonder.

3) Pemuatannya yaitu dengan posisi satu di atas dua dibawah.

Pemuatannya yaitu dengan menggunakan alat tojok. dengan cara

(47)

4) pekerja yang memuat di bawah, dan satu untuk merapikan buah di

atas.

5) Pemuatan brondolan yang sudah berada di TPH dengan

menggunakan karung goni dimuat ke Jhon Deere bersamaan

dengan TBS.

6) Untuk roling pemuatan buah ke Jhon Deere dengan posisi dua di

bawah dan satu diatas, dilakukan setelah pekerja merasa capek

yang di bawah.

7) Pemuatanya buah dilakukan seterusnya hingga memindahkan

buah ke truk dengan posisi dua dibawah dan satu di atas dengan

sistem roling.

b. Pengangkutan Buah ke Truk

1) Pengangkutan buah ke truk dimuat setelah buah terkumpul

semua di cam pekerja.

2) Pengagkutan buah ke truk dilaksanakan apa bila sudah di setujui

oleh mandor panen.

3) Pelaksanaan pemuatannya buah ke truk di awasi oleh mandor

panen.

4) Sebelum melakukan pemuatan buah ke truk, buah yang masih

panjang gagangnya harus di potong sebelum memuat buah ke

truk

5) Sistem pemuatan buah ke Truk sama seperti pemuatan ke Jhon

Deere, yaitu sistem satu diatas untuk merapikan susunan buah,

(48)

6) Setelah selesai pemuatan buah ke truk, maka supir truk dan

mandor panen melaksanakan penimbangan ke Afdeling bravo

untuk mengetahui jumlah ton yang di dapat.

7) Setelah selesai penimbangan maka krani panen membuatkan

surat jalan dan diberikan kepada supir buah.

8) Dan supir melanjutkan perjalanan ke pabrik setelah medapatkan

persetujuan dari krani panen dan mandor panen.

B. Pembahasan

Panen yang di PT. Agrojaya Tirta Kencan yaitu dilakukan Rotasi

panen disesuaikan dengan hari kerja pabrik. Untuk rotasi panen yang di

laksanakan yaitu dengan Pusingan 6/7 :6 hari memanen dengan rotasi 7 hari

(Senin – Sabtu). Untuk Kriteria matang panen yang ada di PT. ATK yaitu 3

brondolan yang jatuh di pokok tanaman. Rotasi panen dan kreiteria matang

panen yang di lakukan di PT. Agrojaya Tirta Kencana sudah sesuai dengan

(49)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Panen yang dilakukan di PT. Agrojaya Tirta Kencana pada tanaman

kelapa sawit yang berumur 3 tahun lebih.

2. Panen yang dilakukan telah memenuhi syarat panen dan sesuai teori

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Kelapa sawit. http://elaeisjack.blogspot.com/2010/12/ syarat- tumbuh

Anonim. 1992. Budi Daya Kelapa Sawit. Dinas Perkebunan Dati I Provinsi Irian Jaya Jayapura: Balai Informasi Irian Jaya.

Eka, N. 2006. Penggunaan LCC dalam konservasi alam.Gramedia: Jakarta http://kabarsawit.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 20 Maret 2012. Kiswanto, Purwanta JH, dan Wijayanto B. 2008. Teknologi Budi Daya Kelapa

Sawit. Bandar Lampung: Agro Inovasi

Pahan. 2011. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir.Jakarta: Penebar Swadaya

Perangin-angin, S.A. 2006. Pengendalian Gulma di Kebun Kelapa Sawit (Elaeis Sastrosayono, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta. Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta.

Suwarto dan Octavianty Y. 2010. Budi Daya 12 Tanaman Perkebunan Unggulan. Jakarta: Penebar Swadaya

(51)
(52)

Lampiran 1. Lokasi Kajian PT . Agrojaya Tirta Kencana

PT. Agro Jaya Tirta Kencana adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang usaha perkebunan kelapa sawit. Terletak di Desa Puan Cepak, Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.

Visi PT. Agrojaya Tirta Kencana adalah: menjadi pimpinan minyak kelapa sawit yang berkelanjutan dan ramah lingkungan serta memperkuat tanggung jawab sebagai perusahaan yang baik. Sedangkan Misi PT. Agrojaya Tirta Kencana adalah: mengembangkan usaha perkebunan melalui praktek pengelolahan terbaik yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

PT. Agrojaya Tirta Kencana memiliki luas 8308,3 Ha, dibagi menjadi dua kebun yaitu Agrojaya Tirta Kencana I dan Agrojaya Tirta Kencana II. dan dibagi tiga belas afdeling yaitu: Afdeling Alpa dengan luas areal 1057,89 Ha, Afdeling Bravo dengan luas areal 1069,68 Ha, Afdeling Carlie dengan luas areal 1110,68 Ha, Afdeling Delta dengan luas areal 913,43 Ha, Afdeling Indian dengan luas areal 961,53 Ha, Afdeling Fanta dengan luas areal 822,32 Ha, Afdeling Golf dengan luas areal 909,44 Ha, Afdeling Juliet dengan luas areal 211,24 Ha, Afdeling Hotel dengan luas areal 961,53 Ha, Afdeling Plasma Btsp dengan luas areal 256,37 Ha, Afdeling Btsl II dengan luas areal 573,55 Ha, Afdeling Lima dengan luas areal 546 Ha dan Afdeling Kilo dengan luas areal 500 Ha.

Catatan kaki :

Sumber : Laporan Kegiatan Praktek Kerja Lapang di PT. Agrojaya Tirta Kencana tahun 2014.

(53)

Lampiran 2. Denda Tukang Panen

Denda tukang panen Dalam denda rupiah

Memotong buah setiap satu janjang RP. 200

Tidak memotong buah yang masak RP. 200

Menyusun buah yang tidak teratur RP. 100

Gagag terlalu panjang atau tidak di potong

RP. 100

(54)

Lampiran 3. Kriteria matang buah Fraksi Kematangan Buah

Keterangan :

Tingkat kematangan yang baik adalah pada fraksi 2 dan 3 (1 atau 2 brondolan per kg TBS). Komposisi panen yang baik adalah Fraksi (2 + 3 + 4) 80 %, Fraksi (1) 15 %, dan fraksi (5) 5 %

Fraksi Berondolan lepas dari tandan buah Kriteria

kematangan

00 Belum ada, Warna buah hitam pekat Sangat mentah

0 < 12,5 berondolan/Kg TBS, warna buah hitam kemerahan

Mentah

1 12,5 – 25,5 % buah luar, warna buah kemerahan Kurang Matang 2 25 – 50 % buah luar, warna buah merah mengkilat Matang 1 3 50 – 75 % buah luar, warna buah orange mengkilat Matang 2 4 75 – 100 % buah luar, warna buah dominan orange Lewat Matang

(55)

Lampiran 4. Dokumentasi Kajian Kegiatan Panen Kelapa Sawit

Gambar 1. Dodos Gambar 2. Gancu

(56)

Lampiran 5. Dokumentasi Kajian Kegiatan Panen Kelapa Sawit (Lanjutan)

Gambar 5. Karung brondol yang 6. Jhon Deere pengangkut buah sudah di kutip Gambar

(57)

Lampiran 6. Dokumentasi Kajian Kegiatan Panen Kelapa Sawit (Lanjutan)

Gambar 9. Pemuatan Buah ke Jhon Gambar 10. Pemuatan Buah Ke Truk Deere

Gambar

Gambar 5.  Karung brondol yang                  6. Jhon Deere pengangkut buah                     sudah di kutip   Gambar
Gambar 9. Pemuatan Buah ke Jhon          Gambar 10. Pemuatan Buah Ke Truk                         Deere

Referensi

Dokumen terkait

Selain pupuk kascing merupakan bahan organik yang dapat meningkatkan produksi tanaman karena dapat menyediakan unsur hara untuk memperbaiki sifat fisik kimia dan biologi

Rendahnya nilai bobot isi tanah pada lahan kebun kelapa sawit yang menerapkan teras dan LCC dikarena adanya legume cover crop yang mampu menambah sumber bahan

Interaksi antara tingkat kemiringan dan penggunaan LCC Mucuna bracteata tidak mempengaruhi semua variabel sifat fisik tanah dan pertumbuhan akar tanaman kelapa

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk menganalisis kelayakan, mengetahui layak tidaknya usaha pembibitan kelapa sawit di Desa Badak Mekar Kecamatan Muara Badak

Oleh karena itu diperlukan perbaikan tanah dipembibitan kelapa sawit dengan meningkatan ketersediaan unsur hara dan sifat kimia tanah, melalui pemberian atau

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui nilai pengujian sifat fisika dan sifat kimia yang terkandung pada briket arang dari limbah kelapa sawit (tandan kosong kelapa sawit dan

Kemampuan lahan dalam menyediakan unsur hara secara terus menerus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawir yang berumur panjang sangatlah terbatas. Keterbatasan

Posisi strategi kebijakan peningkatan usahatani kelapa sawit rakyat di Desa Menamang Kanan berada pada kuadran III yaitu mendukung strategi turn around atau strategi WO