• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANGGARAN DASAR IKATAN PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR INDONESIA ( I P K B I ) PEMBUKAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANGGARAN DASAR IKATAN PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR INDONESIA ( I P K B I ) PEMBUKAAN"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

ANGGARAN DASAR

IKATAN PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR INDONESIA

( I P K B I )

PEMBUKAAN

Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, serta dilandasi dengan semangat kebangsaan dan kejuangan untuk menjangkau masa depan sebagai wujud penghormatan terhadap para pahlawan bangsa, setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab untuk mengisi kemerdekaan dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

Para penguji kendaraan bermotor yang tergabung dalam Ikatan Penguji Kendaraan Bermotor Indonesia (IPKBI) berdasarkan hasil keputusan musyawarah Nasional ke I pada tanggal 29 Agustus 2002, bertekad memberikan dharma bhaktinya dalam pembangunan sumber daya manusia khususnya dibidang profesi penguji kendaraan bermotor sesuai dengan disiplin ilmu, dan profesi yang ditekuni.

Tekad dan tujuan tersebut dapat dicapai dengan upaya bersama yang teratur berencana dan penuh kearifan, dengan menyatukan pandangan, bahasa, gerak langkah, dan tindakan para penguji kendaraan bermotor melalui wadah organisasi profesi Ikatan Penguji Kendaraan Bermotor Indonesia (IPKBI).

Atas dasar pemikiran tersebut, mutlak diperlukan organisasi profesi untuk menghimpun seluruh penguji kendaraan bermotor di Indonesia, dengan Anggaran Dasar sebagai berikut :

BAB I

NAMA, WAKTU, KEDUDUKAN DAN SIFAT Pasal 1

Organisasi ini bernama Ikatan Penguji Kendaraan Bermotor, selanjutnya disingkat dengan IPKBI.

(2)

Pasal 2

IPKBI didirikan di Jakarta pada tanggal 29 Agustus 2002. Pasal 3

(1) Sekretariat IPKBI pusat berkedudukan di Ibukota Negara (2) Sekretariat IPKBI Daerah berkedudukan di daerah propinsi.

Pasal 4

IPKBI merupakan organisasi profesi penguji kendaraan bermotor, bersifat bebas dan dijiwai oleh semangat profesionalisme rasa persatuan dan kesatuan.

BAB II AZAS Pasal 5 1. Pancasila sebagai Landasan Idiologi;

2. Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Landasan Konstitusional; 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang

lalu lintas dan angkutan jalan;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang kendaraan; 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2012 tentang Sumber Daya Manusia di Bidang Transportasi

7. Peraturan Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara No,150/KEP/M.PAN/11/2003

8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 52 Tahun 2007 tentang Pendidikan dan Pelatihan Transportasi, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 64 Tahun 2009; 9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 60 Tahun 2010 tentang

(3)

BAB III

MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 6

Maksud dibentuknya IPKBI adalah untuk mempersatukan penguji kendaraan bermotor se Indonesia dalam wadah organisasi profesi.

Pasal 7 IPKBI dibentuk dengan tujuan :

a. Mempunyai visi, misi, dan persepsi terhadap peraturan perundang undangan yang berkaitan dengan Pengujian Kendaraan Bermotor, meningkatkan produktifitas dan memupuk jiwa korsa penguji, kedisiplinan dan mental para penguji.

b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Penguji Kendaraan Bermotor, berkaitan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

c. Mendukung terselenggaranya sistem transportasi nasional dalam menunjang mobilitas orang maupun barang yang selamat, aman, tertib, efisien, cepat, dan nyaman serta kelestarian lingkungan.

d. Membina mental, memelihara rasa persatuan dan kesatuan serta kekeluargaan dilingkungan para anggota, gina mewujudkan kerjasama yang bulat dan jiwa pengabdian yang tinggi kepada masyarakat. e. Berperan aktif dalam meningkatkan hubungan fungsional yang ada,

sehingga bisa terwujud profesionalisme kerja penguji kendaraan bermotor dalam satu kesatuan berfikir, dan bertindak.

f. Memberikan masukan kepada pemerintah dalam rangka peningkatan pelaksanaan sebagai mitra pemerintah untuk penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor dan atau memberikan saran tindak positif terhadap permasalahan yang dihadapi penguji.

(4)

BAB IV KEANGGOTAAN

Pasal 8 IPKBI terdiri dari :

a. Anggota Biasa b. Anggota Kehormatan c. Anggota Luar Biasa

BAB V

Pasal 9

PEMBINA, PENASIHAT, PENGARAH IPKBI

(1) Pembina IPKBI adalah Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri untuk Tingkat Pusat, Gubernur untuk Tingkat Daerah Propinsi. (2) Penasihat IPKBI adalah Direktur Jenderal Perhubungan Darat dan Direktur Jenderal pembinaan umum otonomi daerah untuk Tingkat Pusat, Bupati/Walikota dan Kepala Dinas Perhubungan/LLAJ Propinsi untuk Tingkat Daerah.

(3) Pengarah IPKBI adalah Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Jalan untuk tingkat pusat, Kepala Dinas/Kepala Kantor Perhubungan untuk Tingkat Daerah.

BAB VI

ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN Pasal 10

ORGANISASI

Organisasi IPKBI terdiri dari :

(1) Organisasi pusat untuk seluruh wilayah Indonesia disebut IPKBI Pusat. (2) Organisasi daerah untuk daerah propinsi disebut IPKBI daerah.

(5)

Pasal 11 KEPENGURUSAN

(1) Pengurus Pusat :

a. Pengurus pusat merupakan badan eksekutif tertinggi yang bersifat kolektif

b. Pengurus IPKBI pusat dipimpin oleh pengurus pusat yang dipilih melalui Musyawarah Nasional (Munas).

(2) Pengurus Daerah :

a. Pengurus daerah merupakan badan eksekutif yang bersifat kolektif. b. Kepengurusan IPKBI daerah dipimpin oleh pengurus daerah yang

dipilih dan disahkan melalui musyawarah daerah dan dikukuhkan oleh pengurus pusat.

c. Setiap anggota pengurus daerah berdomisili di daerah propinsi masing- masing.

BAB VII

MUSYAWARAH DAN RAPAT RAPAT Pasal 12

MUSYAWARAH

(1) Organisasi IPKBI terdiri dari Musyawarah Nasional (Munas), Musyawarah Daerah (Musda), Pengurus Pusat, Pengurus Daerah, Badan Pertimbangan Pusat, Badan Pertimbangan Daerah, dan Badan-badan Khusus.

(2) Pengurus pusat masih dapat menjalankan tugasnya dan fungsinya sebelum ada pengantian pengurus baru yang ditetapkan.

(3) Musyawarah Nasional (Munas) dan Musyawarah Daerah (Musda), adalah lembaga tertinggi pada pusat dan daerah.

(4) Pengurus daerah masih dapat menjalankan tugas dan fungsinya sebelum ada penggantian pengurus baru yang ditetapkan

(5) Pengurus Pusat adalah pengurus yang dipilih berdasarkan Musyawarah Nasional dan pengurus daerah yang dipilih berdasarkan Musyawarah Daerah.

(6)

(6) Untuk pertama kali Pengurus Pusat IPKBI ditentukan oleh Presidium secara formatur.

(7) Untuk periode selanjutnya Pengurus Pusat IPKBI dipilih oleh Musyawarah Nasional.

Pasal 13

MUSYAWARAH LUAR BIASA

(1) Musyawarah Nasional luar biasa dapat diadakan oleh pengurus pusat apabiladiminta sekurang kurangnya dua pertiga dari jumlah pengurus daerah.

(2) Musyawarah Daerah luar biasa dapat diadakan oleh pengurus daerah apabila diminta oleh sekurang kurangnya dua pertiga dari jumlah anggota IPKBI Daerah.

(3) Wewenang musyawarah luar biasa diatur dalam anggaran rumah tangga.

Pasal 14 RAPAT-RAPAT

(1) Rapat kerja terdiri dari :

a. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) b. Rapat Kerja Daerah (Rakerda)

(2) Rapat kerja diadakan minimal setiap satu tahun sekali.

(3) Wewenang rapat-rapat akan diatur dalam anggaran rumah tangga. Pasal 15

PENGURUS BADAN PERTIMBANGAN

Badan Pertimbangan terdiri dari Ketua Badan Pertimbangan, Ketua Pembelaan Anggota, Ketua Kode Etik Penguji, Ketua Bidang Evaluasi Pelaksanaan Tugas, Ketua Bidang Disiplin Organisasi dengan Beberapa Anggota.

(7)

BAB VIII KEGIATAN

Pasal 16

Untuk mencapai tujuan tersebut IPKBI melakukan usaha atau kegiatan antara lain :

(1) Menyelenggarakan pertemuan berkala antar anggota dan antara anggota dengan masyarakat dibidang profesi maupun dibidang sosial dan budaya.

(2) Tukar menukar informasi dalam rangka memperlancar usaha pencapaian tujuan organisasi.

(3) Membina kerjasama dengan kelompok profesi dan organisasi lain sepanjang tidak bertentangan dengan AD/ART IPKBI

(4) Mengadakan pertemuan ilmiah serta menerbitkan karya ilmiah.

(5) Mangadakan usaha usaha lain yang dianggap perlu untuk mengembangkan organisasi, sesuai dengan peraturan perudang undangan yang berlaku.

Pasal 17

IPKBI tidak melakukan politik praktis BAB IX

SUMBER DANA Pasal 18

Sumber dana IPKBI diperoleh dari : a. Iuran Anggota

b. Kegiatan lain yang syah dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

c. Sumbangan yang tidak mengikat.

d. Badan usaha dapat berbentuk koprasi atau badan usaha lainnya yang syah dan tidak bertentangan dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

(8)

BAB X

BENDERA DAN LAMBANG ORGANISASI Pasal 19

(1) Bendera IPKBI adalah bendera dengan tulisan Ikatan Penguji Kendaraan Bermotor Indonesia dibagian atas dan IPKBI pada bagian segi lima dengan warna dasar biru dengan rumbai kuning mas pada pinggirnya.

(2) Logo / lambang IPKBI adalah lambang kualifikasi penguji dengan lambang IPKBI dalam segi lima.

(3) Hymne diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB XI

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR Pasal 20

Perubahan Anggaran Dasar IPKBI dapat dilakukan berdasarkan Musyawarah Nasional.

BAB XII PEMBUBARAN

Pasal 21

Pembubaran IPKBI dilaksanakan berdasarkan Musyawarah Nasional yang diselenggarakan khusus untuk itu.

BAB XIII PENUTUP

Pasal 22

(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar akan diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga IPKBI sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar IPKBI.

(2) Anggaran Dasar IPKBI untuk pertama kali ditetapkan oleh Munas IPKBI pada tanggal Jakarta, 29 Agustus 2002.

(9)

ANGGARAN RUMAH TANGGA

IKATAN PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR INDONESIA ( I P K B I )

BAB I KEANGGOTAAN

Pasal 1

PENGGOLONGAN ANGGOTA

(1) Anggota IPKBI terdiri dari : a. Anggota Biasa

b. Anggota Kehormatan c. Anggota Luar Biasa

(2) Anggota Biasa adalah tenaga penguji kendaraan bermotor yang mempunyai ijazah diklat pengujian kendaraan bermotor yang dikeluarkan oleh Pusat Pengembangan SumberdayaManusia Perhubungan Darat dan/atau sertifikat kompetensi Penguji Kendaraan Bermotor yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat.Penguji kendaraan Bermotor terdiri dari Penguji Kendaraan Bermotor Aparatur Sipil Negara, Bukan Aparatur Sipil Negara dan/atau swasta.

(3) Anggota Kehormatan adalah orang yang karena jasanya terhadap bidang Pengujian Kendaraan Bermotor.dan / atau mempunyai disiplin ilmu yang berhubungan dengan Pengujian Kendaraan Bermotor dan Pengembangan Pengujian Kendaraan Bermotor

(4) Anggota Luar Biasa adalah orang yang diangkat karena kedudukannya, dan / atau karena jabatannya dan pekerjaannya yang berhubungan dengan Pengujian Kendaraan Bermotor

Pasal 2

TATA CARA PENERIMAAN ANGGOTA

(1) Angota biasa diterima oleh pengurus pusat atau pengurus daerah setempat melalui pendaftaran tertulis dan pernyataan persetujuan terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IPKBI.

(10)

(2) Anggota Kehormatan dan Anggota Luar Biasa Daerah diusulkan oleh pengurus daerah dan disahkan oleh pengurus daerah

(3) Anggota Kehormatan dan Anggota Luar Biasa Pusat diusulkan oleh pengurus pusat

(4) Anggota IPKBI wajib memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) dan hanya dikeluarkan oleh pengurus IPKBI Pusat.dan ditanda tangani oleh ketua umum DPP serta mempunyai nomor tanda anggota dipasang photo anggota dengan latar merah, serta unsur pengaman lainnya.

Pasal 3 HAK ANGGOTA

(1) Anggota Biasa berhak mengeluarkan pendapat dengan lisan atau tulisan kepada pengurus, mengikuti semua kegiatan organisasi dan memilih serta dipilih.

(2) Anggota Kehormatan berhak mengeluarkan pendapat dengan lisan atau tulisan kepada pengurus, mengikuti kegiatan organisasi mempunyai hak memilih tapi tidak mempunyai hak dipilih.

(3) Anggota Luar Biasa berhak mengeluarkan pendapat, mengajukan usul atau pernyataan dengan lisan atau tulisan kepada pengurus, mengikuti semua kegiatan organisasi, tetapi tidak mempunyai hak memilih dan dipilih.

(4) Setiap anggota IPKBI mempunyai hak dan kedudukan yang sama terhadap segala fasilitas yang disediakan bagi anggota dalam mengikuti ketentuan yang berlaku.

(5) Anggota IPKBI yang menduduki jabatan struktural atau di bidang lain maka keanggotaannya tidak gugur.

Pasal 4

KEWAJIBAN ANGGOTA

(1) Setiap anggota wajib memenuhi/mematuhi segala peraturan dan ketentuan yang berlaku.

(2) Setiap anggota wajib menjunjung tinggi keberadaan dan kehormatan IPKBI.

(11)

(3) Menaati dan memegang teguh serta melaksanakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Kode Etik, Norma-norma maupun ketentuan-ketentuan lain termasuk semua keputusan yang syah.

(4) Setiap anggota wajib memakai kartu anggota IPKBI pada saat melaksanakan tugas yang berhubungan dengan pekerjaan ataupun yang berhubungan dengan organisasi

(5) Berperan aktif dalam semua kegiatan program IPKBI. Pasal 5

SANKSI PELANGGARAN

(1) Pelanggaran yang dilakukan oleh anggota dapat dikenakan sanksi berupa :

a. Peringatan lisan b. Peringatan tertulis c. Pemberhentian sementara

d. Pemberhentian sebagai anggota, dengan pencabutan Kartu Tanda Anggota IPKBI.

(2) Pelaksanaan sanksi organisasi sebagaimana diatur dalam ayat (1) diatas dilakukan setelah mendengar dan menerima laporan dari Ketua Badan Pertimbangan Pusat dan atau Daerah.

(3) Pelanggaran sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas dapat menjadi pertimbagan pencabutan kompetensi dan tanda kualifikasi penguji kendaraan bermotor.

Pasal 6

TATA CARA PEMBERHENTIAN ANGGOTA

(1) Pemberhentian anggota dengan atas permintaan sendiri hanya dapat dilakukan dengan pemberitahuan secara tertulis kepada pengurus Pusat dan atau Daerah sekurang-kurangnya satu bulan sebelumnya.

(2) Seorang anggota dapat dikenakan pemberhentian sementara oleh pengurus Pusat dan atau Daerah sesudah didahului peringatan.

(3) Paling lama 6 (enam) bulan sesudah pemberhentian sementara oleh pengurus Daerah dapat merehabilitasi atau mengusulkan pemberhentian kepada pengurus pusat untuk dikukuhkan.

(12)

(4) Dalam hah-hal luar biasa pengurus Pusat dapat melakukan pemberhentian langsung, dan memberitahukannya kepada pengurus daerah.

Pasal 7

PENINJAUAN KEMBALI/ KEHILANGAN KEANGGOTAANNYA

(1) Keanggotaan ditinjau kembali apabila yang bersangkutan/anggota: a. Menganut ideologi yang tidak sepaham dengan dasar Negara RI. b. Terlibat perkara pidana dengan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum yang tetap dengan masa hukuman diatas 2 (dua) tahun.

c. Melakukan hal-hal yang tidak terpuji, yang dapat mencemarkan nama baik IPKBI.

d. Meninggal dunia.

e. Berakhirnya masa kedudukan dari jabatan untuk anggota luar biasa.

(2) Peninjauan kembali keanggotaan hanya dapat dilaksanakan oleh pengurus Pusat setelah mendengar pendapat dari Badan Pertimbangan.

Pasal 8 PEMBELAAN

(1) Anggota yang dikenakan pemberhentian sementara dapat membela diri dihadapan pengurus daerah dan atau di hadapan Badan Pertimbangan IPKBI Daerah.

(2) Anggota yang dikenakan pemberhentian diberi kesempatan meminta bantuan kepada Ketua Badan Pertimbangan dan apabila dipandang peru anggota yang dikenakan pemberhentian dapat mengajukan pembelaannya sampai pada tingkat DPP IPKBI.

(3) Keputusan DPP IPKBI dapat membatalkan atau memperkuat tindakan pemberhentian tersebut dengan ketentuan bahwa keputusan yang syah adalah keputusan yang disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah pengurus.

(13)

(4) Apabila anggota terkena sanksi ekstern, maka IPKB bias membentuk tim pembela dari unsur advokasi dalam hal pembelaan.

BAB II ORGANISASI

Pasal 9

MUSYAWARAH NASIONAL DAN MUSYAWARAH DAERAH (1) Status

a. Musyawarah Nasional atau Musyawarah Daerah merupakan Lembaga Tertinggi IPKBI.

b. Musyawarah Nasional atau Musyawarah Daerah dilaksanakan 3 (tiga) tahun sekali.

c. Musyawarah Nasional merupakan musyawarah utusan IPKBI Daerah.

d. Apabila dipandang perlu sewaktu waktu dapat dilakukan Musyawarah Luar Biasa Nasional dan atau Musyawarah Luar Biasa Daerah yang mempunyai derajat dan kekuatan hukum yang sama.

e. Musyawarah Nasional Luar Biasa dilaksanakan atas usulan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari seluruh DPD IPKBI. f. Musyawarah Daerah Luar Biasa dilaksanakan atas usulan

sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota IPKBI Daerah.

(2) Kekuasaan dan Kewenangan

a. Musyawarah Nasional menetapkan Anggaran Dasar dan Anggran Rumah Tangga, Pedoman-pedoman Pokok dan Program Kerja IPKBI

b. Menilai pertanggung jawaban pengurus IPKBI dan Badan Pertimbangan mengenai amanat yang diberikan musyawarah nasional.

c. Memilih, mengangkat dan mengukuhkan Pengurus IPKBI Pusat dan Badan Pertimbangan IPKBI

d. Mengukuhkan Badan-badan khusus kelengkapan IPKBI. (3) Tata Tertib Musyawarah Nasional dan Musyawarah Daerah.

a. Musyawarah Nasional dan Musyawarah Daerah diselenggarakan oleh Pengurus Pusat dan Pengurus Daerah.

(14)

b. Panitia pelaksana Musyawarah Nasional dan Musyawarah Daerah bertanggung jawab atas penyelenggaraan musyawarah.

c. Musyawarah Nasional dan Musyawarah Daerah dinyatakan syah apabila dihadirir oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah DPD IPKBI yang hadir untuk Munas, atau 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota IPKBI di daerahnya untuk Musda, apabila persyaratan tersebut tidak terpenuhi maka pelaksanaan Musyawarah Nasional atau Musyawarah Daerah diundur paling lama dalam waktu 1 x 4 jam dan setelah itu Musyawarah Nasional dan Musyawarah Daerah dianggap syah dengan jumlah peserta yang hadir.

d. Hal-hal yang belum tercamtum dalam tata tertib ini diatur dalam suatu peraturan tersendiri sepanjang tidak bertentangan dengan tata tertib ini.

(4) Rapat Kerja Nasional/Rapat Kerja Daerah

a. Rapat Kerja Nasional / Rapat Kerja Daerah merupakan musyawarah anggota pada tingkat Pengurus Pusat/Daerah yang dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam satu tahun. b. Rapat Kerja Nasional /Rapat Kerja Daerah diadakan untuk

memberikan masukan serta kendala-kendala terhadap pelaksanaan program yang telah ditetapkan pada Musyawarah Nasional/Daerah.

Pasal 10

DEWAN PENGURUS PUSAT IPKBI

(1) Status

a. Dewan Pengurus Pusat adalah Pengurus tertinggi IPKBI. b. Masa jabatan pengurus IPKBI selama 3 (tiga) tahun.

c. Susunan pengurus IPKBI Pusat sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum, Ketua I, Ketua II, Ketua III, Sekretaris Jenderal, Wakil Sekretaris Jenderal I, Wakil Sekretaris Jenderal II, Bendahara Umum, Wakil Bendahara I, Wakil Bendahara II, dan ketua-ketua bidang lainnya sesuai dengan kebutuhan organisasi dan setiap pengurus mempunyai tugas dan fungsi masing-masing yang ditetapkan oleh dewan pengurus pusat.

(15)

d. Susunan IPKBI Daerah sekurang kurangnya terdiri dari Ketua Umum, Wakil Ketua I, Wakil Ketua II, Sekretaris Umum, Wakil Sekretaris I, Wakil Sekretaris II, Bendahara Umum, Wakil Bendahara I, Wakil Bendahara II, dan ketua-ketua biro lainnya sesuai dengan kebutuhan daerah.dan setiap pengurus mempunyai tugas dan fungsi masing-masing yang ditetapkan oleh dewan pengurus daerah.

(2) Kekuasaan dan Kewenangan

a. Dewan Pengurus Pusat adalah mitra dan bertanggung jawab penuh kepada dirjen perhubungan darat.

b. Dewan Pengurus Daerah adalah bertanggung jawab kepada dewan pimpinan pusat IPKBI dan Mewakili Pengurus Pusat pada tingkat Propinsi.

c. Membina hubungan dengan Dinas Perhubungan / DLLAJ /Pengujian Swasta/Pengujian APM dan Instansi terkait di daerah. (3) Tata Cara Pemilihan

a. Pengurus Daerah dipilih melalui Musyawarah Daerah dan disyahkan oleh pengurus Pusat.

b. Ketentuan tentang pembentukan Pengurus Daerah mengacu kepada AD/ART IPKBI.

c. Pengurus Daerah berkedudukan di Ibukota Propinsi.

d. Untuk menyelenggarakan kegiatan, Pengurus Daerah harus melaksanakan Rapat Kerja Daerah dan diadakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan.

e. Yang dapat menjadi pengurus daerah adalah anggota biasa IPKBI. f. Hal-hal yang belum tercantum dalam point a sampai dengan e

diatur dalam peraturan sendiri sepajang tidak bertentangan dengan AD/ART.

Pasal 11

DEWAN PERTIMBANGAN IPKBI (1) Status

a. Dewan Pertimbangan adalah Dewan yang memberikan pertimbangan untuk masalah Pembelaan Anggota, Kode Etik Penguji, Evaluasi Pelaksanaan Tugas, dan Disiplin anggota IPKBI.

(16)

b. Dewan Pertimbangan bersifat otonomi.

c. Dewan Pertimbangan mengkoordinasikan bidang hukum dan bidang organisasi.

d. Dewan Pertimbangan dibentuk pada tingkat Pengurus Pusat dan Pengurus Daerah.

(2) Kekuasaan dan Kewenangan

a. Memberikan Pertimbangan, nasihat dan bimbingan baik diminta atau tidak diminta kepada pengurus dan anggota.

b. Melaksanakan musyawarah atau rapat untuk memberikan masukan kmasukan kepada DPP/DPD IPKBI.

(3) Tata Cara Pemilihan Ketua dan Anggota Dewan Pertimbangan.

Dewan Pertimbangan dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih oleh Musyawarah Nasional pada tingkat Pusat dan Musyawarah Daerah pada tingkat Daerah.

Pasal 12 BADAN KHUSUS (1) Status

Badan-badan khusus adalah badan-badan yang dibentuk secara khusus oleh Rapat Kerja Nasional atau Rapat Kerja Daerah untuk melaksanakan amanat Musyawarah Nasional atau Musyawarah Daerah. (2) Kekuasaan dan Kewenangan

Kekuasaan dan Kewenangan badan khusus diatur kemudian oleh DPP IPKBI

BAB III Pasal 13

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

(1) Pengembangan SDM Penguji kendaraan bermotor dapat dilakukan melalui :

a. Diklat yang diselenggarakan oleh pemerintah;

(17)

(2) Pengembangan SDM sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat mengikuti setelah mendapat rekomendasi atau persetujuan dari IPKBI.

(3) Setiap penguji harus melampirkan Sasaran Kinerja Penguji dan Penilaian kinerja penguji sebagai dasar untuk mendapatkan kompetensi;

BAB IV Pasal 14

TIM UJI KOMPETENSI DAN AKREDITASI

(1) Tim uji kompetensi adalah tim yang melaksanakan uji kompetensi terhadap penguji kendaraan bermotor yang dibentuk dan ditunjuk oleh ketua DPP IPKBI yang disesuaikan dengan kemampuan dan disiplin ilmu yang dimilikiya serta mendapat surat perintah dari ketua DPP IPKBI;

(2) Tim Akreditasi adalah Tim yang melaksanakan Akreditasi Unit Pelayanan Pengujian yang dibentuk dan ditunjuk oelh ketua DPP IPKBI yang disesuikan dengan kemampuan dan disiplin ilmu dan yang dimilikinya serta mendapat surat perintah dari ketua DPP PKBI;

(3) Tim sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), dapat memberikan rekomendasi Temuannya kepada ketua DPP IPKBI, dan akan menjadi dasar Rekomendasi berikutnya Kepada Dirjen Perhubungan Darat.

BAB V KEPUTUSAN

Pasal 15

(1) Semua keputusan diambil secara musyawarah dan mufakat.

(2) Jika musyawarah dan mufakat tidak dapat dilaksanakan, maka keputusan diambil atas dasar perhitungan terbanyak.

(18)

BAB VI SUMBER DANA

Pasal 16 (1) Sumber dana organisasi berasal dari :

a. Iuran wajib sebesar ( 25 %) dari; (iuran anggota yang ditetapkan oleh DPD )

b. Iuran Anggota disesuaikan dengan kemampuan DPD atau daerah masing-masing.

c. Sumbangan yang tidak mengikat dan sumber lain yang sah

(2) Besarnya uang pangkal dan iuran ditetapkan oleh DPP IPKBI.yaitu sebesar dua kali dari iuran anggota

(3) Pengurus Daerah diwajibkan menyerahkan sebagian uang pangkal dan uang iuran yang diterimanya kepada Pengurus Pusat.

(4) Penarikan sumbangan dan sumber dana yang lainnya dilaksanakan sepenuhnya oleh pengurus.

(5) Pengelolaan dana IPKBI sepenuhnya digunakan untuk menunjang kelancaran organisasi.

BAB VII ATRIBUT

Pasal 17

ATRIBUT ORGANISASI

(1) IPKBI mempunyai atribut, organisasi yang terdiri dari bendera, lambang, dan lagu.

(2) Bendera IPKBI berukuran dalam perbandingan 2 X 3 dasar warna biru benhur dengan rumbai-rumbai kuning mas dan lambing organisasi di tengahnya.

(3) Bentuk, gambar dan ukuran bendera IPKBI adalah sebagaimana dirinci dalam lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Anggaran Rumah Tangga ini.

(19)

Pasal 18

LAMBANG ORGANISASI

(1) Lambang organisasi IPKBI berbentuk roda gigi bersayap dengan tulisan IPKBI, dengan komposisi warna dasar kuning mas tulisan biru.

(2) Bentuk, gambar dan ukuran lambing organisasi IPKBI adalah sebagaimana dirinci di dalam lampran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Anggaran Rumah Tangga ini.

Pasal 19

PAKAIAN SERAGAM DAN UPACARA ORGANISASI

(1) Pakaian seragam organisasi setelan kemeja tangan pendek warna putih dengan Lambang IPKBI dan celana panjang berwarna hitam

(2) Pakaian upacara hanya dapat dipakai pada saat pelantikan dan serah terima jabatan pengurus,dengan bentuk jas dan lambang IPKBI, jas dan celana berwarna biru tua,serta kemeja dalam berwarna putih.

Pasal 20 MARS DAN HYMNE

(1) Mars dan Hymne IPKBI ditetapkan oleh pengurus pusat.dan apabila belum ada maka dapat menggunakan Mars dan Hymne Perhubungan. (2) Mars dan hymne IPKBI adalah sebagaimana dirinci di dalam lampiran

II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Anggaran Rumah Tangga ini.

BAB VIII

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR, ANGGARAN RUMAH TANGGA DAN PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 21

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

(20)

(1) Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IPKBI hanya dilaksanakan dalam Musyawarah Nasional.

(2) Rencana perubahan tersebut diajukan oleh Pengurus Pusat atau Pengurus Daerah.

(3) Rencana perubahan telah disampaikan kepada Pengurus Pusat selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum pelaksanaan Musyawarah Nasional.

Pasal 22

PEMBUBARANORGANISASI

(1) Pembubaran IPKBI hanya dapat dilakukan oleh Musyawarah Nasional yang dilaksanakan khusus untuk itu.

(2) Keputusan pembubaran IPKBI harus disetujui sekurang kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari seluruh DPD IPKBI.

BAB IX KEUANGAN

Pasal 22

LAPORAN KEUANGAN

(1) Setiap permulaan tahun kerja oleh pengurus pusat / pengurus daerah disusun anggaran pendapatan dan belanja organisasi.

(2) Setiap akhir tahun Pengurus Pusat, Pengurus Daerah membuat laporan keuangan organisasinya.

(3) Laporan tersebut pada ayat (1) dan (2) disampaikan oleh : a. Pengurus Pusat kepada Rapat Kerja.

b. Pengurus Daerah kepada Pusat.

(4) Laporan pertanggung jawaban akhir jabatan Ketua DPP/Ketua DPD. (5) Dengan peraturan pengurus pusat ditetapkan cara-cara pembuatan

laporan tersebut.

BAB X PENUTUP

(21)

(1) Setiap anggota dianggap telah mengetahui isi dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

(2) Perselisihan dalam penafsiran Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini akan dibuat dalam peraturan tersendiri sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Rumah Tangga.

(3) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga akan diatur lebih lanjut dalam peraturan tersendiri, sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

Ditetapkan : Di Jakarta

Pada Tanggal : 19 Nopember 2015 Dewan Pengurus Pusat

Ikatan Penguji Kendaraan Bermotor Indonesia Ketua Umum,

(22)

SUMBER DAYA MANUSIA

PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

I. PENDAHULUAN

Pengujian Kendaraan Bermotor adalah serangkaian kegiatan menguji dan / atau memeriksa bagian-bagian kendaraan, kereta gandengan, kereta tempelan dan kendaraan khusus dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan.

Untuk hal tersebut maka setiap unit pengujian kendaraan bermotor harus mempunyai tenaga penguji yang akan melaksanakan tugas-tugas pengujian yang telah memiliki tanda kualifikasi penguji.

Tanda kualifikasi tekhnik menunjukan kualifikasi penguji kendaraan bermotor yang diberikan kepada setiap tenaga penguji yang telah dinyatakan memenuhi persyaratan sebagaimana tercamtum didalam sertifikat teknis tenaga penguji berkala kendaraan bermotor berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat.

II. SASARAN KINERJA PENGUJI

A. Penguji Kendaraan Bermotor Pelaksana Pemula

Sasaran :

a. Memeriksa kelengkapan administrasi uji berkala jenis kendaraan bermotor untuk uji pertama;

b. Memeriksa kelengkapan administrasi uji berkala jenis kendaraan bermotor untuk uji reguler;

c. Memeriksa identitas kendaraan bermotor denganhasil identitas kendaraan bermotor sesuai;

d. Memeriksa identitas kendaraan bermotor dengan hasil identitas kendaraan bermotor tidak sesuai;

e. Melakukan verifikasi / validasi persyaratana dministrasi terhadap identitas kendaraan bermotor konfirmasi hasil verifikasi / validasi;

f. Melakukan verifikasi / validasi persyaratan administrasi terhadap identitas kendaraan bermotor penetapan pelaksanaan pengujian;

(23)

g. mengumpulkan data hasil pengujian dan pemeriksaan setiap unit kendaraan bermotor;

h. mengisi dan mengesahkan tanda samping kendaraan bermotor; i. memasang dan mengesahkan plat uji;

j. memeriksa kelengkapan persyaratan, administrasi uji kendaraan bermotor;

k. menetapkan pelaksanaan uji tipe; l. memeriksa identitas kendaraan bermotor;

m. melakukan verifikasi / validasi persyaratan administrasi terhadap identitas kendaraan bermotor;

n. menyiapkan alat uji kendaraan bermotor dengan memeriksa, menghidupkan, dan memastikan unjuk kerja alat uji kebisingan(noise);

o. menyiapkanalat uji kendaraan bermotor dengan memeriksa dan menyiapkan peralatan uji radius putar;

p. memeriksa peralatan dan perlengkapan kendaraan bermotor; q. membawa dan mengoperasikan kendaraan bermotor selama

proses pengujiandilakukan;

r. mengumpulkan seluruh hasil pengujian dan pemeriksaan setiap unit kendaraan bermotor;

s. memasukan data hasil pelaksanaan pengujian kedalam data base bagi yang sudah dilengkapi dengan sistem informasi manajemen.

t. Memeriksa kelengkapan persyaratan administrasi rancang bangun dan rekayasa kendaraan bermotor;

u. Menimbang kendaraan bermotor;

v. Melaksanakan perawatan alat bantu pengujian kendaraan bermotor:

1) Melaksanakan administrasi dibidang PKB; 2) Memeriksa kondisi teknis kendaraan bermotor;

3) Membuat laporan hasil pengujian / pemeriksaan kendaraan bermotor.

B. Penguji Kendaraan Bermotor Pelaksana

Sasaran :

a. Menyiapkan alat uji kendaraan bermotor dengan memeriksa, menghidupkan, dan memastikan unjuk kerja genset;

b. menyiapkan alat uji kendaraan bermotor dengan memeriksa, menghidupkan, dan memastikan unjuk kerja kompresor; c. menyiapkan alat uji kendaraan bermotor dengan memeriksa,

(24)

asap (smoketester);

d. menyiapkan alat uji kendaraan bermotor dengan memeriksa, menghidupkan, dan memastikan unjuk kerja alat uji emisi gas buang(CO-HCtester);

e. menyiapkan alat uji kendaraan bermotor dengan memeriksa, menghidupkan, dan memastikan unjuk kerja alat uji speedometer;

f. Menyiapkan alat uji kendaraan bermotor dengan memeriksa, menghidupkan, dan memastikan unjuk kerja alat uji kebisingan (noise);

g. Menyiapkan alat uji kendaraan bermotor dengan memeriksa, menghidupkan, dan memastikan unjuk kerja alat uji sideslip;

h. menyiapkan alat uji kendaraan bermotor dengan memeriksa, menghidupkan, dan memastikan unjuk kerja alat uji rem (braketester);

i. menyiapkan alat uji kendaraan bermotor dengan memeriksa, menghidupkan, dan memastikan unjuk kerja axle load meter; j. menyiapkan alat uji kendaraan bermotor dengan memeriksa,

menghidupkan, dan memastikan unjuk kerja alat uji suspensi; k. menyiapkan alat uji kendaraan bermotor dengan memeriksa,

menghidupkan, dan memastikan unjuk kerja alat uji joint play detektor;

l. menyiapkan alat uji kendaraan bermotor dengan memeriksa, menghidupkan, dan memastikan unjuk kerja alat uji lampu utama(headlighttester);

m. mengukur dimensi panjang kendaraan bermotor (overalllength);

n. mengukur dimensi lebar kendaraan bermotor (overallwidth); o. mengukur dimensi tinggi kendaraan bermotor (overallheight); p. mengukur dimensi jarak sumbu roda kendaraan bermotor

(wheelbase);

q. mengukur dimensi julur depan kendaraan bermotor (frontoverhang);

r. mengukur dimensi julur belakang kendaraan bermotor (rear overhang);

s. mengukur dimensi jarak bebas/ terendah kendaraan bermotor(groundclearance);

t. memeriksa fisik kendaraan bermotor, kondisi rumah-rumah kendaraanbermotor;

(25)

u. memeriksa visual fisik kendaraan bermotor, kelengkapan lampu-lampu kendaraan bermotor (rem, penunjuk arah, mundur, posisi);

v. memeriksa visual fisik kendaraan bermotor penghapus kaca depan kendaraan bermotor;

w. memeriksa visual fisik kendaraan bermotor, kaca-kaca kendaraan bermotor;

x. memeriksavisualfisikkendaraanbermotor,rodadanbankendaraan bermotor;

y. memeriksa visual fisik kendaraan bermotor, interior / kabin / ruang kemudi;

z. memeriksa visual fisik kendaraan bermotor, kaca spion; aa. memeriksa visual fisik kendaraan bermotor, panel indikator /

instrumen kendaraan bermotor;

bb. memeriksa visual fisik kendaraan bermotor, pedal-pedal, tuas tombol di ruang kemudi;

cc. memeriksa visual fisik kendaraan bermotor, tempat duduk; dd. memeriksa visual fisik kendaraan bermotor, sabuk

keselamatan;

ee. menguji speedometer;

ff. menguji tingkat suara klakson (noise); dd. menguji kincup roda depan (sideslip);

hh. menguji radius putar (turning radius) kekanan; ii. menguji radius putar kiri;

jj. menguji perhitunganradiusputar;

kk. menguji beratsumbukendaraanbermotor(axleload); ll. memeriksa dimensi jarak tempat duduk;

mm. memeriksa dimensi lebar pintu;

nn. memeriksa dimensi jarak lantai keatap bagian dalam kendaraan bermotor;

oo. memeriksa dimensi lebar gang;

pp. memeriksa dimensi panjang,lebar dan tinggi bak muatan; qq. memeriksa dimensi lebar dan panjang jendela terlebar; rr. memeriksa dimensi lebar dan tinggi pintu i/o;

pp. memeriksa dimensi jarak terendah antara anak tangga dengan tanah;

qq. memeriksa kendaraan bermotor, konstruksi rumah-rumah kendaraan bermotor;

uu. memeriksa kendaraan bermotor, konstruksi landasan kendaraan bermotor;

(26)

lampu-lampu (rem,penunjukarah,mundur,posisi);

ww. memeriksa konstruksi kendaraan bermotor, fungsi penghapus kaca kendaraan bermotor;

xx. memeriksa konstruksi kendaraan bermotor, jenis kaca - kaca kendaraan bermotor;

yy. memeriksa konstruksi kendaraan bermotor, ukuran roda dan ban kendaraanbermotor;

zz. memeriksakonstruksikendaraan bermotor, konstruksi interior / kabin / ruang kemudi kendaraan bermotor;

aaa. memeriksa konstruksi kendaraan bermotor, jenis dan posisi kacaspionkendaraanbermotor;

bbb. Memeriksa konstruksi kendaraan bermotor, fungsi panel indikator / instrumen kendaraan bermotor;

ccc. memeriksa konstruksi kendaraan bermotor, fungsi pedal-pedal / tuas / tombol diruang kemudi;

ddd. Memeriksa konstruksi kendaraan bermotor, konstruksi tempat duduk;

eee. memeriksa konstruksi kendaraan bermotor, jenis dan konstruksi sabuk keselamatan;

fff. memeriksa konstruksi kendaraan bermotor, konstruksi dan jenis suspensi;

ggg. memeriksa konstruksi kendaraan bermotor, jenis rangka dasar kendaraanbermotor;

hhh. Memeriksa konstruksi kendaraan bermotor, konstruksi sistem pembuangan;

iii. memeriksa konstruksi kendaraan bermotor, konstruk sisistem rem;

jjj. Memeriksa konstruksi kendaraan bermotor, konstruksi sistem kelistrikan;

kkk. memeriksa konstruksi kendaraan bermotor, konstruksi, sistem bahan bakar;

lll. memeriksa konstruksi kendaraan bermotor sistem dan jenis transmisiserta alat penerus daya;

mmm.memeriksa konstruksi kendaraan bermotor, sistem motor pengerak;

nnn. memeriksa konstruksi kendaraan bermotor, ukuran dan jumlah keluar tempat darurat;

ooo. memeriksa dan mengkaji fisik kendaraan hasil rancang bangun dan rekayasa;

ppp. Menghitung JBI dan kelas jalan;

(27)

rrr. Memperbaiki minor peralatan pengujian kendaraan bermotor; sss. Memperbaiki minor alat bantu peralatan pengujian kendaraan; ttt. Memperbaiki mayor alat bantu peralatan pengujian kendaraan.

C. Penguji Kendaraan Bermotor Pelaksana Lanjutan Sasaran :

a. Menyiapkan alat uji kendaraan bermotor dengan memeriksa, menghidupkan, dan memastikan unjuk kerja ABS system;

b. Menguji kepekatan asap gas buang; c. Menguji emisi gas buang (CO-HC);

d. menguji lampu utama kendaraan bermotor kekuatan pancar lampu utama;

e. menguji penyimpangan (deviasi) lampu utama;

f. menguji bagian bawah kendaraan bermotor (undercarried) dengan pit;

g. menguji bagian bawah kendaraan bermotor (under carried) sistem kemudi dengan joint play detector;

h. melakukan evaluasi komperhensif terhadap pemenuhan kelaikan jalan;

i. menyiapkan alat uji kendaraan bermotor dengan memeriksa, menghidupkan, dan memastikan unjuk kerja alat uji performansi kendaraan bermotor;

j. menyiapkan alat uji kendaraan bermotor dengan memeriksa, menghidupkan, dan memastikan unjuk kerja wheel alignment tester; k. menguji speedometer;

l. menguji lampu utama jauh kendaraan bermotor; m. menguji lampu utama dekat kendaraan bermotor;

n. menganalisa data hasil pengujian tipe kendaraan bermotor;

o. memeriksa dan mengkaji spesifikasi gambar teknik kendaran bermotor berdasarkan perhitungan teknis, teknis penyambungan kendaraan bermotor;

p. memeriksa dan mengkaji spesifikasi gambar teknik kendaraan bermotor berdasarkan perhitungan teknis, teknis daya tahan, daya dukung dan komponen;

q. memeriksa dan mengkaji spesifikasi gambar teknik kendaraan bermotor berdasarkan perhitungan teknis, jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) dan kelas jalan;

(28)

r. validasi dan penetapan hasil pemeriksaan fisik; s. memperbaiki mayor peralatan pengujian;

t. melakukan kalibrasi peralatan pengujian CO - HC tester; u. melakukan kalibrasi peralatan pengujian speedometer tester; v. melakukan kalibrasi peralatan pengujian, sideslip tester; w. melakukan kalibrasi peralatan pengujian, axle load tester; x. melakukan kalibrasi peralatan pengujian, noise tester.

D. Penguji Kendaraan Bermotor Penyelia

Sasaran :

a. Menguji rem kendaraan bermotor ( brake ) gaya rem utama; b. Menguji rem kendaraan bermotor (brake), rem parkir; c. Menganalisa data hasil pengujian;

d. Menghitung dan menetapkan jumlah berat yang diizinkan

e. Menghitung dan menetapkan jumlah daya angkut orang dan barang;

f. Menghitung dan menetapkan jumlah, muatan sumbu terberat (MST);

g. Menetapkan kelas jalan yang akan dilalui; h. Menetapkan masa berlaku uji berkala berikutnya; i. Mengisi dan menandatangani buku uji;

j. Menghitung dan penilaian kondisi teknis kendaraan bermotor berdasarkan hasil pemeriksaan fisik kendaraan bermotor yang dilakukan;

k. Menguji kepekatan asap gas buang; l. Menguji emisi gas buang (CO-HC);

m. Menguji efisiensi rem utama kendaraan bermotor; n. Menguji rem parkir arah maju kendaraan bermotor; o. mengujiremparkirarahmundurkendaraanbermotor; p. menguji posisi roda depan (wheelalignment);

q. menguji prestasi kendaraan bermotor dengan menyesuaikan beban alat uji (Inersia alat uji) dengan kendaraan bermotor;

r. menguji prestasi kendaraan bermotor dengan mengamati, mencatat dan melakukan perhitungan hasil;

s. menguji prestasi kendaraan bermotor dengan mengamati grafik performansi kendaraan bermotor berdasarkan data hasil uji; t. menghitung power weight ratio;

u. mengkonfirmasikan spesifikasi teknis sesuai data teknis yang disampaikan;

(29)

w. menghitung dan menetapkan daya angkut orang dan barang; x. menghitung dan menetapkan muatan sumbu terberat (mst); y. menetapkan kelas jalan yang akan dilalui;

z. melakukan evaluasi komprehensif terhadap pemenuhan kelaikan jalan;

aa. melakukan validasi untuk pengesahan gambar teknis tentang rancang bangun dan rekayasa kendaraan bermotor;

bb. melakukan kalibrasi peralatan pengujian diesel smoke tester; cc. melakukan kalibrasi peralatan pengujian brake tester; dd. melakukan kalibrasi peralatan pengujian head light tester; ee. melakukan kalibrasi peralatan pengujian chasis dynamometer; ff. melakukan kalibrasi peralatan pengujian flat track tire; gg. melakukan kalibrasi peralatan pengujian road wheel tester; hh. melakukan kalibrasi peralatan pengujian suspension tester;

ii. melakukan kalibrasi peralatan pengujian dynamic wheel alignment tester;

jj. melakukan kalibrasi peralatan pengujian static wheel alignment tester.

E. Peningkatan Profesi

Untuk meningkatkan profesi penguji harus membuat inopasi dan kreativitas yang bermanfaat untuk perkebangan pengujian kendaraan bermotor antara lain :

a. Membuat karya ilmiah, penelitian, pengkajian dalam bentuk buku, majalah, yang dipublikaikan secara cetak maupun online dan mendapat persetujuan dari organisasi;

b. Mengikuti seminar, lokakarya, konfrensi baik sebagai Pemasrana, moderator, Peserta;

c. Menjadi Anggota IPKBI sebagai anggota dan pengurus

III. PERSYARATAN PENGUJI

Sedangkan persyaratan untuk menjadi Penguji Pelaksana Pemula, Penguji Pelaksana, Penguji Pelaksana Lanjutan, Penguji Penyelia adalah :

1. PNS dan Non PNS Penguji Kendaraan Bermotor serta memiliki Kompetensi bidang Pengujian

2. Ijasah Sekolah Teknik Menengah, D.II PKB, D. III PKB, D.III ALL, D. IV TD, S1/S2 Otomotif/Mesin.

3. Lulus Diklat PKB dasar dan lanjutan 4. Memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM) B.I

(30)

5. Tes evaluasi di bidang Pengujian Kendaraan Bermotor untuk evaluasi berdasarkan kriteria :

a. Memiliki pengetahuan dibidang administrasi PKB dan pengetahuan teknis Pengujian Kendaraan Bermotor

b. Profesional dibidang Teknis Otomotif

c. Profesional dibidang administrasi Pengujian Kendaraan Bermotor

IV. KODE ETIK

Sebagai pedoman pelaksanaan tugas bagi penguji kendaraan bermotor agar terciptanya suasana kerja yang kondusif sesuai dengan prosedur dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, seluruh penguji kendaraan bermotortidak dibenarkan :

1. Melakukan hal-hal yang tidak terpuji, yang dapat mencemarkan wibawa instansi, aparat dan/atau merugikan masyarakat pada waktu melaksanakan tugas.

2. Melaksanakan tugas menyimpang dari ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

3. Merusak dengan sengaja peralatan pengujian dan fasilitas penunjang lainnya.

4. Dengan sengaja dan bukan kedinasan menghindari kegiatan wajib yang harus diikuti oleh tenaga penguji.

5. Untuk maksud maksud tertentu dengan sengaja tidak memasang/ mengenakan tanda kualifikasi penguji pada waktu melaksanakan tugas.

6. Memberikan informasi pada siapapun, dari pihak manapun, dalam bentuk apapun, sesuai dengan sifatnya harus dirahasiakan.

(31)

Referensi

Dokumen terkait

keputusan diambil dalam rapat paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah yang hadir,

(2) Pengurus Harian Pusat dipimpin oleh seorang Ketua Umum yang dipilih dalam Musyawarah Nasional atau Musyawarah Luar Biasa.. (3) Pengurus Harian Pusat dilengkapi

(2) Dalam keadaan luar biasa Musyawarah Provinsi dapat dipercepat atas permintaan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Dewan Pengurus Kabupaten/Kota/Kotamadya dan 2/3 dari jumlah

MUNAS dinyatakan memenuhi quorum dan dapat mengambil keputusan yang sah pada setiap sidang, apabila dihadiri oleh sekurang- kurangnya ½ (setengah) dari jumlah yang

PKL ini dilaksanakan sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan. Penulis berharap dengan kegiatan PKL ini lulusan Diploma-3 Hukum tidak hanya mengetahui teori ilmu hukum saja tetapi

Pergantian antar waktu Ketua Majelis Tuha Peut Aceh Partai dilakukan oleh Majelis Musyawarah tingkat Aceh dan dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) anggota

1) Rapat Umum Nasional, disingkat RUN yang diselenggarakan Pengurus Pusat. 2) Rapat Umum Provinsi, disingkat RUP yang diselenggarakan Pengurus Provinsi. 3) Rapat Umum

Dilakukan pada musyawarah besar mahasiswa Jurusan Teknik Industri dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari pengurus HMJ-TI Fakultas Teknologi Industri