• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERAN ORANGTUA DALAM MENGATASI PERILAKU SIBLING RIVALRY ANAK USIA DINI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERAN ORANGTUA DALAM MENGATASI PERILAKU SIBLING RIVALRY ANAK USIA DINI"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Vol. 2, No.1, April 2021 |

P-ISSN

E-ISSN

Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Volume 2, Nomor 1, April 2021

ANALISIS PERAN ORANGTUA DALAM MENGATASI PERILAKU

SIBLING RIVALRY ANAK USIA DINI

Rizki Ocha Santina*1, Fitri Hayati2, dan Riza Oktarina3

1,2,3Universitas Bina Bangsa Getsempena

Abstrak

Hubungan antara adik dan kakak yang masih kecil merupakan salah satu interaksi yang berpotensi menimbulkan konflik dan bisa menyebabkan perilaku sibling rivalry. Hasil observasi menunjukkan terjadinya perilaku sibling rivalry di pada beberapa keluarga Gampong Rukoh Banda Aceh. Rumusan masalah dalam penelitian yaitu bagaimana bentuk perilaku sibling rivalry yang terjadi di Gampong Rukoh, bagaimana strategi pengasuhan orangtua terhadap perilaku sibling rivalry pada anak usia dini di Gampong Rukoh. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bentuk perilaku sibling rivalry yang terjadi di Gampong Rukoh, dan untuk mengetahui strategi pengasuhan orangtua terhadap perilaku sibling rivalry pada anak usia dini di Gampong Rukoh. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, subjek penelitian sebanyak 3 keluarga. Data dikumpulkan melalui wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif model Miles & Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku sibling rivalry yang terjadi pada anak usia dini di Gampong Rukoh yaitu pertengkaran antar saudara, sikap berkuasa kakak atau adik, saling merebutkan perhatian orang tua, sikap cemburu dan rasa tersaingi oleh saudaranya. Strategi pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua Gampong Rukoh adalah orangtua mengajarkan sikap mandiri pada anak, orangtua memberikan pengertian pada anak, orangtua mendampingi anak, orangtua mencarikan solusi kepada anak, orangtua membiarkan anak, dan orangtua mengajarkan disiplin pada anak

Kata Kunci: Peran orangtua, sibling rivalry

Abstract

The relationship between younger siblings and siblings is one of the interactions that has the potential to cause conflict and can lead to sibling rivalry behavior. The results of observations indicate the occurrence of sibling rivalry behavior in several Rukoh Gampong families in Banda Aceh. The formulation of the problem in the research is what is the form of sibling rivalry behavior that occurs in Gampong Rukoh, how is the parenting strategy for sibling rivalry behavior in early childhood in Gampong Rukoh. The purpose of this study was to determine the form of sibling rivalry behavior that occurs in Gampong Rukoh, and to determine parenting strategies for sibling rivalry behavior in early childhood in Gampong Rukoh. This study used a qualitative approach, the research subjects were 3 families. Data were collected through interviews and documentation. Data were analyzed using qualitative analysis techniques, the Miles & Huberman model. The results showed that the behavior of sibling rivalry that occurred in early childhood in Gampong Rukoh was

*correspondence Addres E-mail: ochasartina@gmail.com

(2)

quarrels between siblings, brother or sister power, grabbing parental attention, jealousy and feelings of rivalry by their siblings. The parenting strategy carried out by the parents of Gampong Rukoh is that parents teach their children independent attitudes, parents give understanding to children, parents accompany children, parents find solutions to children, parents let children, and parents teach discipline to children.

Keywords: The role of parents, sibling rivalry. PENDAHULUAN

Anak usia dini adalah sosok individu yang menjalani suatu proses perkembangan yang fundamental sangat pesat untuk tahap kehidupan selanjutnya. Pada masa ini proses pertunbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang waktu kehidupan manusia. Anak usia dini terlibat secara aktif dalam aktifitas fisik motorik, yang ditandai dengan motivasi dan kesiapan yang tinggi, maka dari itu orang tua dan guru perlu memberikan berbagai kesempatan dan pengalaman yang dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak usia dini secara optimal.

Anak usia dini merupakan peserta didik yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Menurut Trianto (2011:14) menyatakan bahwa masa usia dini (0-6 tahun) merupakan masa keemasan (golden age) dimana stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. Pada masa ini pertumbuhan otak mengalami perkembangan sangat pesat (eksplosif), begitu pula dengan perkembangan fisiknya.

Perkembangan anak usia dini mencakup berbagai asfek. Di dalam Peraturan Mentri Pendidikan dan kebudayaan nomor 146 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini pada pasal 5 dinyatakan bahwa aspek-aspek pengembangan dalam kurikulum PAUD mencakup: nilai agama, nilai moral, kognitif, bahasa, sosial-emosional, seni dan fisik motorik (Masganti, 2015:5).

Perilaku-perilaku yang akan muncul dari seorang anak pertama pada saat pertama kali mempunyai adik baru yaitu umumnya menimbulkan kecemburuan yang sangat besar, karena semua perhatian yang sebelumnya diberikan seluruhnya untuk seorang kakak yang belum pernah mempunyai adik, tiba-tiba dibagi oleh adik barunya. Hal tersebut sangat membuat seorang kakak sakit hati apabila tidak diberikan pengertian sebelumnya oleh orang tuanya mengenai penerimaan adik baru. Biasanya orang tua itu sering pilih kasih kepada anak-anaknya yang lebih mempunyai kelebihan khusus salah satunya berprestasi di sekolah.

Fakta tersebut bisa disebut juga dengan sibling rivalry atau kecemburuan antar saudara kandung, baik dalam penerimaan adik baru maupun persaingan untuk

(3)

mendapatkan sesuatu dari orang tuanya. Sibling rivalry bisa terjadi karena faktor kecemburuan dan ketakutan yang besar pada seorang anak apabila tidak diberikan kasih sayang maupun perhatian yang seperti sebelumnya, hal tersebut akan mengganggu perkembangan emosi anak. Sibling rivalry yang sering terjadi pada anak antara usia 4-6 tahun yaitu masa-masa egosentris yaitu dimana seorang anak ingin mendapatkan perhatian yang lebih dari orang tuanya maupun orang dewasa disekitarnya, apabila merasa perhatiannya direbut oleh saudara kandungnya maka anak tersebut akan muncul perilaku seperti agresif, membangkang, rewel (Choiriyah, 2015:13). Sepaham dengan dengan pendapat dari Priatna dan Yulia (2010:43), reaksi sibling rivalry yang sering terjadi pada anak-anak yaitu agresif, membangkang, rewel, mengalami kemunduran (misalnya semula tidak mengompol sekarang mengompol lagi), sering marah yang meledak-ledak, sering menangis, tanpa sebab, menjadi lebih manja atau lengket kepada ibunya.

Sebagian besar keluarga mengalami kondisi sibling rivalry, suatu keadaan dua saudara kandung saling membenci dan selalu bermusuhan. Mereka sering sekali ribut mulai dari hal kecil hingga besar. Semua bisa timbul dari persaingan dalam merebut perhatian, perasaan cemburu dan sebagainya. Terlepas dari semua alasan tersebut, jangan biarkan kondisi ini berlarut-larut. Perilaku sibling rivalry tak hanya membuat orang tua pusing, tetapi merugikan kesehatan mental anak kelak. Hubungan antara saudara kandung yang negatif sangat terkait dengan perilaku agresif, anti-sosial, dan nakal. Penelitian ini juga menemukan hubungan saudara yang positif mengarah pada keberhasilan dalam banyak aspek lain dari kehidupan, seperti keberhasilan akademis.

Hubungan antara adik dan kakak yang masih kecil merupakan salah satu interaksi yang berpotensi menimbulkan konflik dan bisa menyebabkan perilaku sibling rivalry terjadi, yaitu permusuhan dan kecemburuan antar saudara kandung yang dapat menimbulkan ketegangan diantara mereka. Sibling rivalry dapat berbeda intensitasnya tergantung pada jarak usia anak, usia anak itu sendiri, jenis kelamin anak serta urutan kelahiran. Saudara kandung dengan jarak usia yang pendek akan sering terjadi bertengkar yang hebat dibandingkan dengan jarak usia yang jauh.

Hasil observasi awal di Gampong Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh ditemukan prilaku sibling rivalry seperti pada keluarga Ibu EY, beliau memiliki dua orang anak laki-laki berusia 7 tahun dan adiknya berusia 2,5 tahun. Ketika peneliti mengunjungi rumah Ibu EY sekaligus sebagai tempat usahanya, peneliti melihat adiknya memukul abang dengan tangan serta melempar dengan mainan yang dipegangnya. Menurut pengakuan ibu EY abang tidak pernah membalas memukul atau melempar adiknya,

(4)

artinya dia sabar dan tidak mau membalas prilaku adiknya tersebut. Ibu EY juga mengemukakan bahwa semua yang dibeli untuk abangnya harus ada untuk adiknya juga jika tidak adiknya akan marah-marah dan menangis.

Selain kasus bu EY, masih banyak kasus-kasus lainnya yang terjadi di Gampong Rukoh, oleh karenaya peneliti bermaksud melakukan penelitian di Gampong Rukoh yang dilatarbelakngi oleh ditemukannya orang tua di Gampong Rukoh yang belum mengetahui bagaimana perilaku sibling rivalry itu bisa terjadi pada anak-anak mereka, misalnya anak-anak berebut mainan atau saling memukul dengan saudara kandungnya menurut orang tua adalah hal yang biasa saja.

Berdasarkan masalah di atas maka penting untuk diketahui bagaimana sikap yang harus dilakukan terhadap perilaku sibling rivalry yang sering terjadi salah satunya pada anak usia dini. Peneliti ingin mencari tahu bagaimana sebagai orang tua mengambil sikap yang baik untuk anak-anaknya. Ada orang tua yang memilih memarahi anaknya yang sedang bertengkar, menyalahkan anak yang lebih tua dari adiknya.

Permasalahan-permasalahan tersebut menjadi hal yang sangat umum yang terjadi di masyarakat, untuk menghilangkan sikap orang tua yang seperti itu maka membutuhkan pengertian dan pemahaman untuk para orang tua agar mengerti bagaimana perilaku sibling rivalry.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian kualitatif menurut pendapat Sugiyono (2012:295) disebutkan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.

Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif bertujuan agar dapat menggambarkan bagaimana perilaku yang terjadi pada persaingan antar saudara dalam keluarga dan bagaimana strategi pengasuhan orang tua terhadap perilaku sibling rivalry pada anak usia dini di Gampong Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Pendapat lain menurut Moleong (2010:11) penelitian kualitatif ini merupakan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan berupa naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.

(5)

Penentuan sampel penelitian ini peneliti mencari beberapa sumber yang dapat mendukung dan bisa mendapatkan informasi dari berbagai sumber agar mendapatkan hasil yang sebagaimana mestinya. Subjek penelitian atau disebut dengan sampel penelitian menurut pendapat Menurut Sugiyono (2012:298) dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif juga disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori.

Data awal yang penulis kumpulkan di Gampong Rukoh, khususnya di Dusun Lam Ara dan Dusun Lamnyong, ditemukan 11 keluarga yang mengalami perilaku sibling rivalry, jumlah ini tentu lebih banyak jika ditambah dari Dusun Silang, Dusun Meunasah Tuha dan Dusun Meunasah Baro. Mengingat jumlahnya terlalu banyak dan tidak memungkinkan dalam proses pengumpulan data, maka penulis menggunakan teknik sampling dalam menentukan subjek penelitian ini.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling. Teknik non-probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2012:53). Jenis non-probability sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling yaitu teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan samplenya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu.

Dari pendapat tersebut peneliti mendapatkan simpulan untuk menentukan sampel penelitian yaitu diantaranya yang dijadikan narasumber adalah orang tua yang meliputi ayah atau ibu dan subjek paling penting yaitu anak usia dini. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah 3 keluarga Gampong Rukoh Syiah Kuala, 1 diantaranya berdomisili di Dusun Lamnyong dan 2 lainnya berdomisili di Dusun Lam Ara.

Penentuan sampel penelitian ini peneliti mencari beberapa sumber yang dapat mendukung dan bisa mendapatkan informasi dari berbagai sumber agar mendapatkan hasil yang sebagaimana mestinya. Subjek penelitian atau disebut dengan sampel penelitian menurut pendapat Menurut Sugiyono (2012:298) dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke

(6)

populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif juga disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori.

Data awal yang penulis kumpulkan di Gampong Rukoh, khususnya di Dusun Lam Ara dan Dusun Lamnyong, ditemukan 11 keluarga yang mengalami perilaku sibling rivalry, jumlah ini tentu lebih banyak jika ditambah dari Dusun Silang, Dusun Meunasah Tuha dan Dusun Meunasah Baro. Mengingat jumlahnya terlalu banyak dan tidak memungkinkan dalam proses pengumpulan data, maka penulis menggunakan teknik sampling dalam menentukan subjek penelitian ini.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling. Teknik non-probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2012:53). Jenis non-probability sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling yaitu teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan samplenya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu.

Dari pendapat tersebut peneliti mendapatkan simpulan untuk menentukan sampel penelitian yaitu diantaranya yang dijadikan narasumber adalah orang tua yang meliputi ayah atau ibu dan subjek paling penting yaitu anak usia dini. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah 3 keluarga Gampong Rukoh Syiah Kuala, 1 diantaranya berdomisili di Dusun Lamnyong dan 2 lainnya berdomisili di Dusun Lam Ara.

Dalam analisis data kualitatif, menurut Bogdan dalam Sugiyono (2012:244) menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan.

Menurut Sugiyono (2012:335) menjelaskan bahwa analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan

(7)

membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.Teknik analisis data yang diambil menggunakan analisis data kualitatif Miles dan Huberman, karena dilakukan secara interaktif terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh.

Tahap ini adalah proses adalah proses memasuki lingkungan penelitian dan melakukan pengumpulan data penelitian.

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitive yang memerlukan kecerdasan dan keleluasaan serta wawasan yang tinggi (Sugiyono, 2012:249). Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai karena tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya (Sugiyono, 2012:249). Tahap ini adalah tahap penyajian informasi untuk penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan aka berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Apabila kesimpulan yang ditemukan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2012:252).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemaparan hasil dan pembahasan dapat ditulis ke dalam beberapa sub judul yang Sibling rivalry melibatkan komponen-komponen dalam diri individu yang melibatkan Pikiran, perasaan dan tingkah laku (emosi) seperti perasaan favoritisme orang tua terhadap saudaranya, perhatian dan perlakuan orang tua yang tidak adil menurut dirinya, serta sikap membandingkan orang tua yang dapat menimbulkan dirinya menjadi individu yang tidak berguna. Pembedaan orang tua tersebut sedianya dapat menimbulkan persaingan yang memunculkan persaingan atau konflik antar saudara kandung. Sibling rivalry mengarah pada permusuhan dan kecemburuan terhadap saudara kandung laki-laki maupun perempuan.

Sibling rivalry bisa diartikan sebagai kompetisi antar saudara kandung, baik antar saudara kandung yang berjenis kelamin sama ataupun berbeda. Kompetisi ini diwarnai oleh rasa iri, cemburu, dan persaingan. Bersaing untuk mendapatkan sesuatu, seperti perhatian ibu, mainan baru, dan lain-lain. Bersaing bisa pula untuk membuktikan

(8)

sesuatu, seperti menjadi yang paling berprestasi, paling disayang orangtua, paling banyak teman, dan lain-lain. Hasil penelitian di Gampong Rukoh menunjukkan bahwa bentuk-bentuk perilaku sibling rivalry yang muncul diantaranya adalah pertengkaran antar saudara, sikap berkuasa kakak atau adik, saling merebutkan perhatian orang tua, sikap cemburu dan rasa tersaingi oleh saudaranya.

Pertengkaran antar saudara yang ditunjukkan oleh anak-anak di Gampong Rukoh merupakan salah satu perilaku agresif yang meningkat antara usia 2 dan 4 tahun dan kemudian menurun. Serangan-serangan fisik mulai diganti dengan serangan verbal dalam bentuk memaki-maki atau menyalahkan orang lain. Keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang-orang lain sudah tampak pada usia empat tahun. Ini dimulai di rumah dan kemudian berkembang dalam bermain dengan anak di luar rumah.

Perilaku berkuasa ditunjukkan oleh anak-anak di Gampong Rukoh mulai muncul sekitar usia 3 tahun dan semakin meningkat dengan bertambah banyaknya kesempatan untuk kontak sosial. Anak perempuan cenderung lebih meraja daripada anak laki-laki. Beberapa anak pertama akan menunjukkan sikap senang dengan calon adik baru namun beberapa mulai menunjukkan sikap makin rewel, menolak berpisah dengan ibu, dan lain-lain. Setelah anak kedua lahir, anak pertama melihat kasih sayang dan perhatian orangtua tercurah pada anggota baru di keluarga. Ia tidak lagi menjadi paling istimewa dan berkuasa.

Perilaku saling merebutkan perhatian orang tua yang ditunjukkan oleh anak-anak di Gampong Rukoh mengindikasikan bahwa mereka butuh simpati dari orangtua. Simpati membutuhkan pengertian tentang perasaan-perasaan dan emosi orang lain maka hal ini hanya kadang-kadang timbul sebelum tiga tahun. Semakin banyak kontak bermain, semakin cepat simpati akan berkembang. Selain simpati tentunya mereka juga butuh empati yaitu membutuhkan pengertian tentang perasaan dan emosi orang-orang lain tetapi di samping itu juga membutuhkan kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lain. relatif hanya sedikit anak yang dapat melakukan hal ini sampai awal masa kanak-kanak berakhir.

Sikap cemburu yang ditunjukkan oleh anak-anak di Gampong Rukoh merupakan salah satu bentuk sibling rivalry. Cemburu adalah emosi yang mengarah pada pikiran negatif dan perasaan tidak aman, takut dan cemas tak punya relasi dengan seseorang. Setiap orang tua terutama ibu pasti mengenal dengan baik karakter dan perilaku anak-anaknya. Mencari tahu penyebab si adik cemburu pada kakaknya adalah hal penting dan

(9)

utama yang harus dilakukan supaya kita dapat memperbaiki situasi. Bersheid dalam Setiawati, 2007: 28 mengemukakan bahwa rasa cemburu seringkali berasal dari rasa takut kehilangan yang dikombinasi dengan rasa marah karena adanya ancaman terhadap harga diri seseorang dan terhadap hubungan itu sendiri.

Bentuk sibling rivalry yang muncul dalam penelitian ini adalah rasa tersaingi oleh saudaranya. Anak 3-4 tahun pada dasarnya senang dengan hadirnya si adik. Tapi, sejak kehadiran adik bayi, seringkali si kakak sering merasa terabaikan karena perhatian ibu tercurah untuk mengurus dan merawat adik bayi. Hal ini dikarenakan cakrawala sosial anak terutamaterbatas di rumah, maka anak seringkali memikirkan dan mementingkan dirinya sendiri. Dengan meluasnya cakrawala lambat laun perilaku memikirkan diri sendiri berkurang tetapi perilaku murah hati masih sangat sedikit.

Kecemburuan atau persaingan yang terjadi antara saudara kandung terjadi apabila anak merasa bahwa dirinya telah kehilangan kasih sayang dan merasa saudaranya adalah saingan bagi dirinya dalam mendapatkan kasih sayang dan perhatian orang tua. Kondisi ini menimbulkan sikap jengkel kakak pada adiknya. Namun anak tidak berani untuk memunculkan sikap jengkel atau kesal yang dirasakan terhadap orang tua. Untuk menghilangkan rasa jengkel dan kesal itu, adik/kakak yang sering menjadi sasaran marahnya (Setiawati dan Anita, 2014:28).

Faktor-faktor yang mempengaruhi sibling rivalry yaitu terdiri faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari temperamen individu, sikap anak dan perbedaan usia dan jenis kelamin. Sedangkan faktor eksternal muncul karena anak merasa bahwa orang tuanya bersikap tidak adil terhadapnya, anak merasa selalu dibanding-bandingkan dan munculnya perasaan dimana adanya favoritisme (anak emas) dari orang tua/keluarga. Oleh karenanya diperlukan strategi pengasuhan orngtua untuk mengatasi perilaku sibling rivalry.

Berdasarkan hasil di Gampong Rukoh, menunjukkan bahwa strategi pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua diantaranya adalah orang tua mengajarkan sikap mandiri pada anak, orang tua memberikan pengertian pada anak, orang tua mendampingi anak, orang tua mencarikan solusi kepada anak, orang tua membiarkan anak, dan orang tua mengajarkan disiplin pada anak.

Menurut pendapat Gunarsa (2012:82) yang mengemukakan bahwa pola asuh orang tua merupakan cara mendidik anak sesuai dengan sifat dan titik berat orang tua dalam hubungan antar orang tua dan anak. Pendapat lain yaitu menurut Lestari (2012:66) menjelaskan kesadaran pengasuhan merupakan kesadaran terhadap pentingnya peran

(10)

pengasuhan sebagai sarana untuk mengoptimalkan proses tumbuh kembang anak sesuai dengan tahapan perkembangannya.

Pengasuhan merupakan pengalaman, keterampilan, kualitas, dan tanggung jawab sebagai orang tua dalam mendidik dan merawat anak. Dalam proses pengasuhan adalah suatu proses panjang dalam kehidupan seorang anak dan pengasuhannya mulai dari masa prenatal hingga masa kanak-kanak berakhir, masa usia sekolah, masa remaja dan dewasa. Dalam kehidupan sehari-hari pengasuhan setiap orang terhadap anak-anaknya mempunyai karakteristik sendiri-sendiri sesuai dengan kondisi maupun keadaan dari keluarganya.

Pengasuhan orang tua yang ditunjukkan oleh orangtua di Gampong Rukoh pada dasarnya mempunyai gaya-gaya tertentu, menurut Collins & Steinberg dalam (Santrock, 2008:100) mengatakan bahwa gaya pengasuhan orang tua yaitu pola asuh otoriter, pola asuh otoritatif, pola asuh yang mengabaikan, dan pola asuh yang memanjakan. Beberapa gaya pola asuh orang tua tersebut ada yang membawa dampak positif dan negatif bagi perkembangan anak. Pola asuh itu harus berjalan seimbang tidak selalu salah satu saja yang diterapkan dalam mengasuh anak, tetapi semuanya harus diterapkan dengan baik oleh orang tua agar anak tidak merasa cemburu dengan saudara satu sama lain.

Novairi dan Bayu (2012: 20) berpendapat bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya sibling rivalry antara lain: 1) Anak merasa bahwa orang tuanya bersikap tidak adil terhadapnya, misalnya oran tua memberikan perhatian yang lebih besar kepada salah satu anak, sering memarahi anak yang satu namun membela yang lainya, dan lain sebagainya. 2) Adanya perbedaan usia, jenis kelamin,dan karakter dasar yang menimbulkan konflik di antara saudara 3) Anak berlomba mencari perhatian dan pujian dari orang tua 4) Saling goda dan saling ejek satu sama lain.

Pada pengasuhan orang tua selain ada gaya pola pengasuhan, ada juga pola perlakuan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak yaitu menurut Hurlock (Yusuf LN, 2012: 48) pola perlakuan terhadap anak:

1. Overprotectif (terlalu melindungi). Perilaku orang tua yaitu dengan kontak yang berlebihan dengan anak, perawatan atau pemberian bantuan kepada anak yang terus menerus meskipun anak sudah mampu merawat dirinya sendiri, mengawasi kegiatan anak secara berlebihan, dan memecahkan masalah anak.

2. Permissiveness (pembolehan). Perilaku orang tua yaitu dengan memberikan kebebasan untuk berfikir atau berusaha, menerima gagasan atau pendapat, membuat anak merasa diterima dan merasa kuat, toleran dan memahami

(11)

kelemahan anak, serta cenderung lebih suka memberi yang diminta anak daripada menerima.

3. Reception/ Acception (penerimaan). Perilaku orang tua yaitu dengan memberikan perhatian dan cinta kasih yang tulus kepada anak, menempatkan anak dalam posisi yang penting di dalam rumah, mengembangkan hubungan yang hangat dengan anak, mendorong anak menyatakan perasaan atau pendapatnya, serta berkomunikasi dengan anak secara terbuka dan mau mendengarkan masalahnya. 4. Domination (dominasi). Perilaku orang tua yaitu dengan mendominasi anak, dengan

kata lain orang tua hanya meberikan perlakuan khusus kepada anak yang disayangi dan biasanya anak tersebut termasuk anak berbakat.

5. Submission (penyerahan). Perilaku orang tua yaitu orang tua dengan senantiasa memberikan sesuatu yang diminta anak adan membiarkan anak berperilaku semuanya di rumah.

Dari beberapa pola pengasuhan dan perlakuan orang tua tersebut maka dapat disimpulkan bahwa orang tua yang mempunyai peranan sebagai pengasuh seharusnya menjalankan dari beberapa pola seperti terlalu melindungi, pembolehan, penerimaan, dominasi, dan penyerahan terhadap anak dilaksanakan dengan seimbang dan semestinya.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang Analisis Peran Orangtua dalam Mengatasi Perilaku Sibling Rivalry Anak Usia Dini (Studi Kasus di Gampong Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh) dapat disimpulkan bahwa: (1) Perilaku sibling rivalry yang terjadi pada anak usia dini di Gampong Rukoh Syiah Kuala Banda Aceh yaitu pertengkaran antar saudara, sikap berkuasa kakak atau adik, saling merebutkan perhatian orang tua, sikap cemburu dan rasa tersaingi oleh saudaranya. (2) Strategi pengasuhan yang dilakukan oleh orangtua Gampong Rukoh Syiah Kuala Banda Aceh adalah orangtua mengajarkan sikap mandiri pada anak, orangtua memberikan pengertian pada anak, orangtua mendampingi anak, orangtua mencarikan solusi kepada anak, orangtua membiarkan anak, dan orangtua mengajarkan disiplin pada anak.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disampaikan saran-saran yang berkaitan dengan peran orangtua dalam mengatasi perilaku sibling rivalry anak usia dini di Gampong Rukoh Syiah Kuala Banda Aceh, yaitu:

(12)

Mengingat perilaku sibling rivalry yang terjadi pada anak itu cukup tinggi terutama oleh faktor teman sebaya, maka orangtua harus lebih ekstra dalam memberikan pengarahan pada anak baik di rumah maupun di sekolah. Orang tua hendaknya lebih banyak waktu untuk mengawasi anak-anak di rumah, dan orangtua harus lebih memberikan perhatian dan kasih sayang secara adil kepada anak-anaknya sesuai masa perkembangannya agar munculnya perilaku sibling rivalry pada diri anaknya dapat diminimalisir seoptimal mungkin.

2. Bagi pendidik

Mengingat anak-anak bersekolah di tempat yang sama maka pendidik juga harus lebih mengawasi anak, karena perilaku sibling rivalry juga sering muncul di sekolah dan sebagai adik yang selalu mengalah dengan kakaknya sehingga pendidik harus lebih sering memberikan nasehat pada kakak agar adik tidak selalu dibully oleh kakak saat di sekolah.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya yang tertarik melakukan kajian sejenis dapat mengambil variabel perilaku sibling rivalry pada anak kembar atau yang lain yang diduga turut mempengaruhi munculnya perilaku Sibling Rivalry agar diperoleh informasi yang semakin lengkap terkait faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya perikalu sibling rivalry.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta Rineka Cipta. Choiriyah, Tarwiyatul. 2015. Strategi Pengasuhan Orangtua Mengatasi Perilaku Sibling Rivalry

Anak Usia 4-6 Tahun (Penelitian di Kelurahan Ngijo, Kecamatan Gunungpati, Semarang). Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.

Gunarsa, Yulia Singgih D. & Singgih D Gunarsa. 2012. Psikologi untuk Keluarga. Jakarta: Libri. Hurlock, E. B. 2012. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan

(terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga. Jakarta: Kencana.

Masganti. 2015. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, Medan: Perdana Publishing. Moleong, L.J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nursalam. 2012. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba.

Priatna, Charlotte & Anna Yulia. 2010. Persaingan Saudara Kandung pada Anak-Anak. Jakarta: Kelompok Gramedia.

Salistina, Dewi. 2016. Hubungan Antara Favoritisme Orangtua dan Sibling Rivalry dengan Harga Diri Remaja. Jurnal Tarbiyah, Vol. 23, No. 1, Januari-Juni 2016.

Santrock, J.W. 2011. Child Development (Perkembangan Anak). Edisi 11 Jilid 2,. Penerjemah: Rachmawati dan Kuswanti. Jakarta: Erlangga.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok siswa yang tinggi dapat diturunkan ke kategori rendah dengan menggunakan konseling pendekatan rational

Penanganan tindak pidana pemilu sama dengan tindak pidana umumnya, namun terkadang diperlukan penanganan-penanganan khusus,.. bersinggungan dengan masalah politik yang rawan

Jadi, untuk mengetahui apakah penerapan penghitungan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan pasal 21 pegawai, sudah dilakukan sesuai Undang-Undang perpajakan

Hasil pengujian yang dilakukan pada variabel employee engagement dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel employee engagement memediasi atas variabel

makanan yang dijajankan di lingkungan sekolah SD Inpres Bontomanai Makassar, maka ditemukan cara pengolahan yang kurang baik yaitu sebelum dilakukan pengelolahan pada

Sektor ekonomi tersier (dikenal sebagai sektor jasa atau industri jasa) adalah satu dari tiga sektor ekonomi, yang lainnya adalah sektor sekunder (manufaktur) dan sektor

Untuk mengetahui pengaruh investasi dan upah riil terhadap penyerapan tenaga. kerja sektor industri pengolahan menggunakan analisis regresi