• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAJALAH KEDOKTERAN NUSANTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAJALAH KEDOKTERAN NUSANTARA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

MAJALAH KEDOKTERAN

NUSANTARA

The Journal of Medical School

*Corresponding author, Email: gontarsir@gmail.com 153

Hubungan Helicobacter Pylori Cytotoxin-Associated Gene

A (CagA) Positif dan Negatif dengan Derajat Keparahan

Gastritis Berdasarkan Histopatologi

Fithria Alaina Dja’far

1

, Lidya Imelda Laksmi

2

, Masrul Lubis

3

, Gontar Alamsyah Siregar

3*

1Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara

2 Departemen Patologi Anatomik, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara

3 Divisi Gastroenterohepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera

Utara

Abstract. Introduction: Helicobacter pylori (H.pylori) is the commonest cause of chronic active

gastritis in the world that is around 80%. Risk of prolonged chronic gastritis into atrophy and metaplasia in gastric mucosa which leads to the occurrence of gastric cancer. H.pylori carry different virulence factors such as urease, flagellar, Vaca, and CagA, which plays an important role in the invasion, colonization and proliferation. Objective: To identify the relationship H.pylori CagA (+) and CagA (-) to the severity of gastritis by histopathology. Methods: The study was conducted with a cross-sectional design of the 30 patients with dyspepsia based on Rome III criteria, using PADYQ scores. Results: Of the 30 subjects, 18 men and 14 women with a mean age of 53.3 years, were found more subjects with gastritis H. pylori CagA (+) 21 (70%) and CagA (-) 9 (30% ). Then found a significant association between CagA status with the degree of chronic inflammation (p = 0.032) in which patients with H.pylori CagA (+) at risk of 3.43 x experiencing gastritis with chronic inflammation, the degree of infiltration of neutrophils (p = 0.037) with the risk of 4.5 x experience gastritis with infiltration of neutrophils, and the degree of atrophy (p=0.041) risk of atrophic gastritis 2.17x experiencing moderate + severe. But the absence of statistically significant relationship between CagA status with the degree of intestinal metaplasia (p = 0.077). Conclusion: There is a significant relationship between H.pylori CagA status with the degree of chronic inflammation, neutrophil infiltration degree and the degree of atrophy. There is no significant relationship between CagA status with the degree of intestinal metaplasia.

Keyword:Gastritis, H.pylori, CagA, Histopathology

Abstrak. Pendahuluan: Helicobacter pylori (H.pylori) merupakan penyebab tersering gastritis kronik aktif di seluruh dunia yaitu sekitar 80%. Gastritis kronis yang berkepanjangan beresiko menjadi atrofi dan metaplasia pada mukosa lambung yang mengarah terjadinya karsinoma gaster. H.pylori membawa faktor virulensi yang berbeda seperti urease, flagellar, VacA dan CagA yang memegang peranan penting dalam invasi, kolonisasi dan proliferasi. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan H.pylori CagA positif dan negaatif dengan derajat keparahan gastritis berdasarkan histopatologi. Metode: Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional terhadap 30 penderita dyspepsia berdasarkan kriteria Roma III, menggunakan PADYQ skore. Hasil: Dari 30 subyek 18 orang pria dan 14 orang perempuan dengan rerata umur 53.3 tahun, didapati lebih banyak subjek dengan gastritis H.Pylori CagA(+) 21 orang(70%) dan CagA(-) 9 orang(30%). Maka didapati hubungan yang signifikan antara status CagA dengan derajat inflamasi kronik (p=0.032) di mana pasien H. pylori dengan CagA (+) beresiko 3.43 x mengalami gastritis dengan inflamasi kronik, derajat infiltrasi neutrofil (p=0.037) dengan resiko 4.5 x mengalami gastritis dengan infiltrasi neutrofil, dan derajat atrofi (p=0.041) resiko 2.17x mengalami gastritis dengan atrofi derajat sedang+berat. Tetapi tidak didapati hubungan yang signifikan secara statistic antara status CagA dengan derajat metaplasia intestinal (p=0.077). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan

(2)

antara status H.pylori CagA dengan derajat inflamasi kronik, derajat infiltrasi neutrofil dan derajat atrofi. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status CagA dengan derajat metaplasia intestinal.

Kata Kunci: Gastritis, H.pylori, CagA, Histopatologi

1.

Pendahuluan

Gastritis merupakan proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung sebagai respon terhadap jejas (injury) yang dapat bersifat akut maupun kronik dimana faktor-faktor proinflamasi,atau disebut dengan sitokin, teraktivasi dan menyebabkan terjadinya inflamasi mukosa . Infeksi dengan kuman Helicobacter pylori merupakan penyebab tersering gastritis kronik aktif di seluruh dunia. 1

Gastritis kronis yang berkepanjangan beresiko menjadi atrofi dan metaplasia pada mukosa lambung yang mengarah terjadinya karsinoma gaster. Gastroskopi dan biopsi jaringan lambung merupakan metode skrining yang paling akurat dalam melihat derajat keparahan gastritis dan menilai resiko terjadinya metaplasia. H.pylori membawa faktor virulensi yang berbeda seperti urease, flagellar, vacuolating cytotoxin A,dan cytotoxin associated gene A (CagA), yang memegang peranan penting dalam invasi, kolonisasi dan proliferasi Protein ini kita kenal dengan CagA yang juga dikaitkan pada peningkatan inflamasi, proliferasi sel, dan metaplasia mukosa gaster.2 CagA dapat mengaktifkan sejumlah jalur transduksi yang menyerupai sinyal yang dilepaskan oleh reseptor faktor pertumbuhan,terjadi secara terus-menerus, terlibat pada ikatan dan menggangu epithelial junction sehingga menghasilkan kelainan pada tight junction, polaritas sel dan difrensiasi sel.3-5

Studi sebelumnya melaporkan prevalensi tinggi (93.9%) dari CagA (+) H.pylori di Cina. Menurut Hou et al., H.pylori CagA memiliki prevalensi tinggi 93.2% di Shanghai (Bagian selatan Cina). Negara-negara tetangga China juga dilaporkan memiliki prevalensi tinggi CagA misalnya India memiliki prevalensi CagA tinggi 96.2%. Rasheed et.al. melaporkan bahwa 52% dari strain H. pylori dilakukan gen CagA (+) dari 80% di GC, 74% di GU, 63% di ulkus duodenum (DU), dan 11% dalam kasus normal dari Pakistan. Sebaliknya, di Eropa Barat, CagA (+) strain kurang lazim dan lebih sering ditemukan di GU atau pasien GC.

Berdasarkan informasi di atas disusunlah penelitian ini untuk mengetahui hubungan status virulensi CagA pada H. pylori dengan derajat keparahan gastritis berdasarkan histopatologi.

2.

Metode

Desain yang dipakai adalah cross sectional dengan variabel independen adalah H.pylori CagA (+) dan CagA(-), dan variabel dependen adalah derajat gastritis H.pylori berdasarkan histopatologi. Penelitian akan dilakukan di Unit Endoskopi RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring FK USU setelah mendapat persetujuan Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan dan instansi terkait.

Subyek penelitian ini diambil dari populasi penderita gastritis H.pylori yang memenuhi kriteria inklusi yaitu pria dan wanita yang sedang tidak hamil usia 18-70 tahun yang didiagnosis gastritis H.pylori dan menerima pemberian informasi dan persetujuan partisipasi bersifat sukarela dan tertulis untuk menjalani pemeriksaan fisik, laboratorium, gastrokopi dan biopsi yang diketahui serta disetujui oleh Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan.

Dan ekslusi Pasien yang pernah mendapat terapi eradikasi H.pylori dalam 6 bulan terakhir atau sedang dalam terapi antibiotika yang lazim dipakai dalam terapi eradikasi, mengkonsumsi Proton Pump Inhibitor, H2 receptor antagonist, NSAID, steroid, alkohol selama 48 jam terakhir, penderita penyakit sistemik, dan pasien tidak kooperatif.

Terhadap pasien dilakukan wawancara mengenai karakteristik responden (meliputi jenis kelamin, umur, suku, agama, tingkat pendidikan,pekerjaan) dan menggunakan The Porto Alegre Dyspeptic Symptoms Questionnaire (PADYQ) yang merupakan instrumen analisis kuantitatif dari gejala dispepsia. Selanjutnya dilakukan endoskopi dan biopsi untuk melihat gastritis, pemeriksaan CLO untuk melihat adanya H.pylori, pemeriksaan PCR untuk pemeriksaan virulensi CagA dan pemeriksaan Histopatologi untuk pemeriksaan inflamasi kronik, infiltrasi neutrofi, atrofi dan metaplasia.

Untuk menetapkan besar sampel penelitian digunakan rumus perhitungan besar sampel dengan analitik komparatif katagorik tidak berpasangan 2 kelompok. Analisis data menggunakan uji chi square, di mana variabel dependen dan independen merupakan data kategorik, untuk menilai

(3)

ringan, sedang + berat; metaplasia normal + ringan, sedang + berat. Bila tidak memenuhi syarat uji chi square, dimana tabel 2 x 2 yaitu B x K tidak layak untuk diuji karena sel yang nilai expectednya kurang dari 5 maka digunakan uji alternatif yaitu uji fisher. Nilai probabilitas ( p > 0.05).

3.

Hasil

Karakteristik Subjek Penelitian

Dari hasil penjumlahan besar sampel yang menggunakan pilot study maka didapatkan jumlah minimal sampel untuk ni1 = na2 sebanyak 12 orang. Maka pada penelitian diikuti oleh 30 orang pasien yang telah memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria ekslusi.

Tabel 1. Karakteristik Demografi dan Klinis Subjek Penelitian

Variabel n = 30 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur Suku Batak Jawa Aceh Melayu India Agama Islam Kristen Hindu Tingkat pendidikan SD SMP SMA S1 18 (60%) a 12 (40%) 53.5 (20 – 68) b 16 (53.3%) a 6 (20%) 5 (16.7%) 2 (6.7%) 1 (3.3%) 23 (76.7%) a 6 (20%) 1 (3.3%) 3 (10%) a 4 (13.3%) 20 (66.7%) 3 (10%) Pekerjaan Wiraswasta Ibu rumah tangga Pegawai Mahasiswa CagA Positif Negatif 14 (46.7 %) a 12 (40 %) 3 (10 %) 1 (3.3 %) 21 (70%) a 9 (30%) a Data kategorik: n(%)

b Data numerik, distribusi tidak normal: median (minimum – maksimum)

Tabel 2. Distribusi Inflamasi Kronik, Infiltrasi Neutrofil, Atrofi, dan Metaplasia Intestinal

Variabel Derajat Total

0 (Normal) 1 (Ringan) 2 (Sedang) 3 (Berat)

Inflamasi Kronik 0 (0%) 20 (66.7%) 7 (23.3%) 3 (10%) 30 (100%) Infiltrasi Neutrofil 15 (50%) 8 (26.7%) 5 (16.7%) 2 (6.6%) 30 (100%)

Atrofi 9 (30%) 10 (33.3%) 8 (26.7%) 3 (10%) 30 (100%)

Metaplasia Intestinal 13 (43.3%) 6 (20%) 11 (36.7%) 0 (0%) 30 (100%)

(4)

Tabel 3. Karakteristik Demografi dan Klinis Subjek Penelitian Variabel CagA(+) (n=21) CagA(-) (n=9) Total P Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur Suku Batak Jawa Aceh Melayu India Agama Islam Kristen Hindu Tingkat pendidikan SD SMP SMA S1 12 (66.7%) 9 (75%) 50.5 + 12.3 10 (62.5%) a 6 (100%) 2 (40%) 2 (100%) 1 (100%) 15 (65.2%) 5 (83.3%) 1 (100%) 2 (66.7%) 3 (75%) 15 (75%) 1 (33.3%) 6 (33.3%) 3 (25%) 52.3 + 12.8 6 (37.5%) 0 (100%) 3 (60%) 0 (0%) 0 (0%) 8 (34.8%) 1 (16.7%) 0 (0%) 1 (33.3%) 1 (25%) 5 (25%) 2 (66.7%) 18 (100%) 12 (100%) 51.1 + 12.3 16 (100%) 6 (100%) 5 (100%) 2 (100%) 1 (100%) 23 (100%) 6 (100%) 1 (100%) 3 (100%) 4 (100%) 20 (100%) 2 (100%) 0.626 0.718 Pekerjaan Wiraswasta

Ibu rumah tangga Pegawai Mahasiswa 3 (100%) 9 (75%) 8 (57,1%) 1 (100%) 0 (0%) 3 (25%) 6 (42,9%) 0 (0%) 3 (100%) 12 (100%) 14 (100%) 1 (100%)

Tabel 4. Hubungan antara Status CagA dengan derajat inflamasi kronik dan infiltrasi neutrofil

Variabel

Inflamasi Kronik Infiltrasi Neutrofil

Sedang + Berat Normal + Ringan OR (95% CI) P Sedang + Berat Normal + Ringan OR (95% CI) p CagA (+) 10 (47.6%) 11 (52.4%) 3.43 (1.12-14.05) 0.032* 8 (38.1%) 13 (61.9%) 4.5 (1.08-18.77) 0.037* CagA (-) 1 (11.1%) 8 (88.9%) 1 (11.1%) 8 (88.9%) *p<0.05

Tabel 5. Hubungan antara Status CagA dengan derajat atrofi dan metaplasia intestinal

Variabel

Atrofi Metaplasia Intestinal

Sedang + Berat Normal + Ringan OR (95% CI) P Sedang + Berat Normal + Ringan OR (95% CI) P CagA (+) 11 (52.4%) 10 (47.6%) 2,17 (0.98-4.79) 0.041* 10 (47.6%) 11 (52.4%) 2 (0.89-4.49) 0.077 CagA (-) 2 (22.2%) 7 (77.8%) 2 (22.2%) 7 (77.8%) *p<0.05

(5)

4.

Pembahasan

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa jumlah laki-laki yang menderita gastritis dengan H.pylori (+) lebih besar dari pada perempuan yaitu 18 orang (60 %) dan 12 orang (40 %). Hasil ini sesuai dengan penelitian Goh et al.yang menyebutkan bahwa mayoritas penderita gastritis H.pylori berjenis kelamin laki-laki, sesuai dengan penelitian Ali et al (2005) yang mendapati dari 174 pasien yang diperiksa 100 orang adalah laki-laki. Dengan median umur pasien yang menderita H.pylori (+) adalah 53.5 (20-68) ini sesuai dengan penelitian Deassy et (2014) didapati dari 30 pasien dengan H.pylori (+) sebanyak 26.7 % antara usia 51-60 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahdy et al dan Woodward et al. Angka kejadian gastritis kronik yang disebabkan oleh H.pylori pada usia tua lebih tinggi dibandingkan dengan usia muda. Hal ini menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya usia, mukosa gaster cenderung menjadi tipis sehingga lebih rentan terhadap infeksi bakteri khususnya H.pylori dan etiologi gastritis yang lain seperti obat-obatan (NSAID), makanan yang dapat merangsang asam lambung dan stress.

Terdapat hubungan yang signifikan antara strain CagA dengan derajat Inflamasi kronik (p=0.032) dimana gastritis H.pylori CagA (+) mempunyai resiko 3.43 x untuk mengalami gastritis dengan Inflamasi kronik derajat sedang bera. Hal ini sesuai dengan studi sebelumnya, Deassy et al (2014) dimana didapati sel radang limfosit pada gastritis kronik paling banyak derajat berat. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Qamar et al. dan penelitian Manxhuka et al pada tahun 2009 dari 103 kasus didapati derajat inflamasi kronik dengan derajat sedang-berat 15% dari 26.5% dengan H.pylori (+) dengan P < 0.05.

Infiltrasi neutrophilic dan kehadiran folikel limfoid dengan pusat germinal adalah dua tanda khas pada gambaran histologis pada infeksi H.pylori, dan eraikasi menyebabkan hilangnya neutrofil dengan cepat. Selanjutnya komponen-komponen ini menjadi permanen dan menginfeksi mukosa lambung. Ini sesuai dengan hasil penelitian, Infiltrasi neutrofil didapati hubungan yang sugnifikan dengan CagA (+) pasien beresiko 4.5 x mengalami gastritis dengan derajat sedang-berat P = 0.037.

Pada studi sebelumnya menunjukkan hasil yang beragam Garg et al, mendapati inflamasi kronik terjadi pada 100% subyek, infiltrasi neutrofil sebesar 33.33%, atrofi pada 12.33%, dan metaplasia intestinal pada 7%. Sedangkan Zhang et al, mendapati inflamasi kronis 90.3%, infiltrasi neutrophil 56.2%, atrofi 36.8%, dan metaplasia intestinal 37%. Pada penelitian Hashemi et al, dijumpai pada gastritis kronis aktif inflamasi 47.1%, perubahan atrofi 25%, dan metaplasia intestinal 8.9%. Hasil penelitian ini sesuai dengan Anderson et al. dan Weiss et al. yang melaporkan adanya hubungan antara limfosit yang tinggi dengan H. pylori positif.

Maka didapati hubungan yang signifikan antara status CagA dengan derajat atrofi (p=0.041), di mana pasien H. pylori dengan CagA (+) beresiko 2.17x mengalami gastritis dengan atrofi derajat sedang + berat. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status CagA dengan derajat metaplasia intestinal (p=0.077). Hal ini sejalan dengan studi Weck et al. dimana terdapat hubungan yang signifikan antara infeksi H. pylori dengan gastritis atropi kronik.

Adanya faktor virulen yang menginfeksi strain H.pylori dikenal sebagai faktor penentu infeksi. Infeksi dengan CagA (+) dikaitkan dengan perkembangan karsinoma gaster, sementara Infeksi CagA (-) tidak meningkatkan risiko karsinoma dan berhubungan dengan persistensi nonatrophic gastritis.

5.

Kesimpulan

Terdapat hubungan yang signifikan antara status Cag A dengan derajat inflamasi kronik, deraja infiltrasi neutrofil dan derajat atrofi. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status Cag A dengan derajat metaplasia intestinal.

Ucapan Terima Kasih

Tidak ada conflict of interest untuk laporan tulisan ini.

Daftar Pustaka

1.

El-Zimaity HMT. Recent advances in the histopathology of gastritis. Current Diagnostic Pathology. 2007;13:340-8.

2.

Djojoningrat D. Dispepsia Fungsional. Dalam: Sudoyo AW, editor. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I edisi IV. Jakarta: BP FKUI; 2006: 354-6.

(6)

3.

Rugge M, Genta RM. Staging and grading of chronic gastritis. Human pathology. 2005;36:228-33.

4.

Hirlan, Gastritis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5, Internal Publishing : 2009 ; 509-512

5.

Pratomo BW. Gastritis dan gastropati dalam buku ajar gastroenterologi. Edisi I. Internal publishing. 2011:307-311.

6.

Mayo clinic. Gastritis.2014 [diunduh 20 Maret 2015]. Tersedia dari : http://www.mayoclinic.org

7.

Rugge M, Pennelli G, Pilozzi E, Fassan M, Ingravallo G, Russo VM, et al. Gastritis: the histology report. Digestive and Liver Disease. 2011; 43S:373–84.

8.

Adibi P. Gastritis. [Diunduh 19 Mei 2015]. Tersedia dari: http://med.mui.ac.ir

9.

Szoke D. Genetic factors related to the histological and macroscopic lesions of the stomach. [disertasi]. Budapest: Semmelweis University; 2009: 61-7.

10.

Toljamo K. Gastric erosions – clinical significance and pathology. A long-term follow-up study. University of Oulu, Finland:Acta Univ Oul; 2012:80-1.

11.

Zakaria Z. The role of interleukin-10 in Helicobacter pylori infection. Master [Tesis]. Nottingham,UK: University of Nottingham; 2010: 55.

12.

Fox JG, Megraud F. Helicobacter. In: Murray PR, editor. Manual of clinical microbiology. 9th ed. Pensylvania: Elsevier Mosby; 2007 : 947-62.

13.

Cesar ACG, Cury PM, Payao SLM. Comparison of histological and molecular diagnosis of Helicobacter pylori in benign lesions and gastric adenocarcinoma. Braz J Microbiol. 2005;36(1):261-6.

14.

Banerjee A, Mukhopadhyay AK, Paul S, Bhattacharyya A and Swarnakar S. Unveiling the Intricacies of Helicobacter pylori-induced Gastric Inflammation: T Helper cells and Matrix Metalloproteinases at a Crossroad. In: Mozsik G, editor. Current Topics in Gastritis. Croatia: InTech Publishers; 2013: Chapter 7.

15.

Hindawi Publishing Corporation BioMed Research International Volume 2014, Article ID

142980, 7 pages [diunduh 20 Februari 2016]. Tersedia dari:

http://dx.doi.org/10.1155/2014/142980

16.

Rehnberg-Laiho L, Rautelin H, Koskela P, Sarna S, Pukkala E, Aromaa A, et al. Decreasing prevalence of helicobacter antibodies in Finland, with reference to the decreasing incidence of gastric cancer. Epidemiol Infect. 2001;126:3P42-37.

Gambar

Tabel 3. Karakteristik Demografi dan Klinis Subjek Penelitian  Variabel  CagA(+)  (n=21)  CagA(-) (n=9)  Total  P  Jenis Kelamin        Laki-laki        Perempuan  Umur  Suku        Batak        Jawa        Aceh         Melayu        India  Agama        Is

Referensi

Dokumen terkait

dimengerti yang meliputi cara kerja, fungsi serta beberapa komponen utama yang digunakan pada alat peraga sistem penerima ( receiver ) sehingga dapat membantu mahasiwa teknik

Defisit motorik yang lebih jelas pada lengan (daripada tungkai) dapat dijelaskan akibat rusaknya sel motorik di kornu anterior medulla spinalis segmen servikal

The test of the impact of various multimedia glosses including textual, pictorial, and textual-pictorial on the learning of lexical items in the second language

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 25 /POJK.03/2015 Tentang Penyampaian Informasi Nasabah Asing Terkait Perpajakan Kepada Negara Mitra Atau Yurisdiksi Mitra, Pasal 1

Katakanlah misalnya, seseorang yang dalam hatinya berpandangan bahwa Indonesia mengalami banyak masalah (ekonomi, pendidikan, hukum dan politik) disebabkan Indonesia

menikmati jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah, ia harus membayar retribusi yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila ada sebuah pungutan

Bahwa nilai konstanta sebesar 14.097 memiliki arti, meskipun tidak ada pengaruh dari variabel kompensasi dan motivasi, dosen di Lingkungan Universitas Pamulang tetap

Operating profit dari usaha budi daya ikan Nila sistem karamba jaring tancap di Desa paslaten Kecamatan Remboken sebesar Rp. 73.564.000 merupakan keuntungan yang diperoleh dan