BAB I
KONSEP DASAR AKUNTANSI BIAYA
A. pengertian Biaya dan Akuntansi Biaya 1. Pengertian Biaya
Pengertian baiya dalam arti sempit, biaya adalah sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Jumlah yang dikorbankan tersebut secara tidak langsung disebut harga pokok dan dicatat pada neraca sebagai aktiva.
Sedangkan pertain biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi untuk tujuan tertentu. Unsur-unsur biaya :
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi 2. Biaya dapat diukur dalam satuan uang
3. Biaya merupakan pengorbanan yang telah terjadi maupun akan terjadi 4. Biaya merupakan pengorbanan yang mempunyai tujuan tertentu 2. Pengertian Akuntansi Biaya
Pada perusahaan industri tugas bagian akuntansi selain menyediakan informasi keuangan juga menyediakan informasi biaya produksi untuk kepentingan manajemen.
Kegiatan perusahaan industri meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Membeli bahan baku untuk sementara disimpan
b. Mengolah bahan baku menjadi produk jadi. Dalam pengolahan bahan baku hinga produk selesai memerlukan jasa tenaga kerja
c. Menyimpan sementara produk jadi d. Menjual produk jadi
Proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi disebut proses produksi, sedangkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjadi produk jadi disebut biaya-biaya produk barang jadi. Biaya produksi meliputi, biaya bahan baku; biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik (biaya lain-lain yang terjadi di pabrik).
Biaya yang terjadi tersebut perlu dikumpulkan untuk menentukan harga pokok produksi melalui proses akuntansi yang disebut Akuntansi Biaya
Jadi akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya-biaya pembuatan produk, penjualan produk atau peneyerahan jasa dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadap hasilnya. Akuntansi biaya dapat ditujukan untuk memnuhi pemakai di dalam perusahaan maupun pemakai di luar perusahaan. Sasaran akuntansi biaya adalah transaksi keuangan yang berhubungan dengan biaya secara umum dan tujuan akuntansi biaya menyediakan informasi biaya untuk kepentingan manajemen.
B. Hubungan antara Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen.
1. Akuntansi Keuangan.
Akuntnasi keuangan adalah akuntansi yang bertujuan menghasilkan informasi keuangan untuk kepentingan pihak luar. Yang dimaksud pihak luar adalah pihak-pihak diluar manajemen perusahaan.
Informasi keuangan perusahaan disajikan dalam bentuk laporan keuangan yang mencakup neraca; laporan laba-rugi; laporan perubahan modal atau laporan laba yang ditahan serta laporan lainnya. Oleh karena itu laporan keuangan merupakan alat komunikasi bagi pihak luar perusahaan dengan kegiatan perusahaan. Dengan menganalisis neraca mereka akan mengetahui posisi keuangan perusahaan. Sedangkan laporan laba-rugi dapat diketahui hasil usaha dan perkembangan perusahaan. Laporan keuangan menyangkut kepentingan pihak ekstern perusahaan. Oleh karena itu transaksi yang menjadi obyek akuntansi keuangan adalah transaksi perusahaan yang sifatnya umum ( perubahan harta, utang dan modal perusahaan)
2. Akuntansi Manajemen.
Akuntansi manajemen adalah akuntansi yang bertujuan menghasilkan informasi keuangan untuk pihak manajemen. Jenis informasi yang diperlukan manajem,en dalam banyak hal berbeda dengan informasi yang diperlukan pihak luar. Umumnya informasi untuk keperluan manajemen bersifat sangat mendalam dan tidak dipublikasikan kepada umum. Kegiatan akuntansi manajemen meliputi bidang-bidang sebagai berikut :
a. Merancang system pengumpulan data
b. Menyediakan data yang relevan dengan keputusan manjemen yang akan diambil c. Membantu manajemen dalam menentukan alternative (pilihan) tindakan
d. Membantu manajemen dalam menenetukan alternative yang lebih baik untuk memecahkan suatu masalah.
e. Membantu manajemen dalam merencanakan kegiatan di masa yang akan datang Kedua akuntansi tersebut mempunyai persamaan dan perbedaan yang antara lain : Perasamaan:
1. Keduanya merupakan pengolah informasi yang menghasilkan informasi keuangan. 2. Keduanya berfungsi sebagai penyedia informasi keuangan yang bermanfaat bagi yang
berkepintingan Perbedaan :
1. Akuntansi keuangan terutama ditujukan untuk menyajikan informasi keuangan bagi pemakai di luar perusahaan, seperti pemegang saham, kreditur, pemerintah dl
2. Akuntansi manajemen ditujukan untuk menyediakan informasi keuangan bagi keperluan manajemen.
Adapun akuntansi biaya mempunyai tujuan menghitung biaya produksi untuk menetapkan harga pokok produksi dan menyusun laporan biaya guna memenuhi keperluan manajemen, karena akuntansi biaya hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai di dalam perusahaan, maka akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.
C. Penggolongan Biaya.
1. Menurut obyek pengeluaran.
a. Pembelian bahan baku disebut biaya bahan baku b. Pembayaran tenaga kerja disebut biaya tenaga kerja
c. Pembayaran biaya-biaya lain yang terjadi di pabrik disebit biaya overhead pabrik 2. Atas dasar fungsi pokok dalam perusahaan
a. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk mengolah bahan baku menajdai produk jadi.
b. Biaya administrasi dan umum adalah biaya dalam hubungannya dengan pengatu ran atau koordinasi kegiatan produksi
c. Biaya penjualan/ pemasaran adalah biaya yang berhubungan dengan kegiatan pe masaran/ penjualan.
a. Biaya bahan langsung adalah semua bahan untuk membentu suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan produk jadi
b. Biaya tenga kerja langsung upah para pekerja yang secara langsung membuat pro duk dan jasanya dan langsung dihituing kedalam harga pkok produk.
c. Biaya produksi tidak langsung adalah biaya selain bahan langsung dan tenaga ker ja langsung yang terjadi di pabrik, macam biaya ini disebut biaya overhead pabrik 4. Tingkah laku terhadap peubahan volume produksi
a. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dan tidak terpengaruh terhadap vo lume produksi
b. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah sebanding dengan perubahan volume produksi.
c. Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah tidak sebanging dengan volume produksi.
5. Menurut waktu manfaat
a. Pengeluaran modal (capital expenditure) adalah biaya yang dapat dinikmati lebih dari satu periode akuntansi atau satu tahun
Pada saat terjadinya pengeluaran modal dicatat sebagai harga pokok aktiva dan di bebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaat dengan mengalokasikan se bagian harga pkok aktiva tersebut sebagai penyusutan.
b. Pengeluaran penghasilan (revenue expenditure) adalah biaya yang hanya mempu nyai manfaat dalam satu periode akuntansi dimana biaya tersebut terjadi.
D. Tujuan Akuntansi Biaya.
1. Menyajikan informasi biaya untuk mengitung harga okok produksi 2. Menyajikan informasi biaya dalam rangka pengendalian
3. Menyajikan informasi biaya untuk membantu manajemen dalam pembuatan angga ran dan perencanaan laba.
4. Menyajikan informasi biaya untuk pengambilan keputusan E. Metode Pengumpulan Biaya
1. Cara memproduksi atas dasar pesanan.
Pada perusahaan yang memproduksi atas dasar pesanan cara pengumpulan biaya produksi dengan menggunakan metode harga pokok pesanan, biaya produksi yang
dikumpulkan untuk setiap jenis pesanan dan harga pokok persatuan yang dihutng dengan rumus
Jumlah produksi settiap pesanan Harga Pokok per Satuan = ___________________________
Jumlah produk yang dipesan 2. Cara memproduksi atas dasar produksi masa
Pada perusahaan yang memproduksi masa cara pengumpulan biaya produksi dengan menggunakan metode harga pokok proses.
Dalam metode ini biaya produksi dikumpulkan selama periode tertentu. Sedangkan harga pokok per satuan produk yang dihasilkan pada periode tertentu dihutng dengan rumus :
Harga pokok per satuan = Jumlah produksi selama satu periode Jumlah produk yang dihasilkan F. Sistimatika Akuntansi Biaya
Perhitungan Biaya Produksi
1. Perhitungan biaya produksi sebelum proses produksi dilakukan, dalam menghitung biaya produksi sebelum proses produksi dilakukan biasanya biaya produksi ditetapkan berdaarkan pengeluaran yang telah lalu, kemudian diperhitungan kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan datang, perhitungan ini dipergunakan untuk menentukan harga pokok produksi.
2. Perhitungan biaya setelah prose produksi selesai, perhitungan biaya produksi semacam inin dengan mendasarkan atas pencatatan biaya-biaya yang sesungguhnya terjadisehingga diperoleh jumlah biaya untuk produksi tertentu.
Contoh :
Perusahaan Gadjah Oleng dalam mengerjakan produk tertentu berdasarkan pengalaman ditetapakan biaya-biaya sebagai berikut :
Biaya bahan baku Rp.1.000.000,-Biaya tenaga kerja langsung Rp. 750.000,-Biaya overhead pabrik Rp.1.250.000,-Jumlah biaya produksi
Rp.3.000.000,-Setelah produk selesai dikerjakan dipeoleh data biaya sebagai berikut : Biaya bahan baku
Rp.1.100.000,-Biaya tenaga kerja langsung Rp.1.000.000,-Biaya overhead pabrik Rp. 800.000,-Jumlah biaya produksi
Rp.2.900.000,-Bab II
PERHITUNGAN DAN PENCATATAN BIAYA PRODUKSI
A. Pendahuluan.
Dalam perusahaan industri terdapat tiga fungsi pokok yaitu fungsi produksi; pemasaran dan administrasi umum.
Berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan, biaya digolongkan menjadi biaya produksi; biaya pemasaran dan biaya administrasi umum. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi dalam hubungan dengan proses pengolahan bahan baku sampai pada produk jadi. Biaya produksi dikelompokkan menjadi biaya bahan baku; biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Komponen yang mencakup biaya produksi adalah :
1. Biaya bahan baku, bahan baku adalah bahan yang membentuk suatu kesatuan yang tak terpisahkan dari produk jadi dan merupakan biaya utama dalam proses pembuatan produk. Harga pokok bahan baku yang dikorbankan dan diolah dalam proses produksi disebut biaya bahan baku.
2. Biaya tenaga kerja adalah jasa sumber daya manusia yang dinilai dengan satuan uang, yang dikorbankan dalam usaha memperoleh pendapatan bagi karyawan.
3. Biaya Overhead Pabrik (BOP) adalah biaya produksi selain bahan baku dan biaya tenaga kerja, seperti : biaya listrik dan telepon, biaya perawatan mesin, biaya penyusutan mesin, biaya pelatihan dan sebagainya.
B. Biaya Bahan Baku
1. Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli
Dalam menentukan harga poko bahan baku yang dibeli dengan mendasarkan : a. Harga faktur
b. Biaya angkut pembelian
c. Biaya-biaya lain yang berhubungan untuk mendapatkan bahan baku tersebut Sementara potongan pembelian, jumlah ptongan pembelian diberlakukan sebagai pengurang harga pokok bahan baku yang dibeli.
Mengenai baiaya angkut pembelian, dalam hal bahan baku yang dibeli hanya satu jenis tidak ada kesulitan dalam membebankan biaya angkut pembelian bahan baklu yang dibeli. Tetapi bila perusahaan membeli lebih dari satu jenis bahan baku maka perhitungan harga pokok bahan baku yang dibeli dengan mendasarkan :
1. Berdasarkan perbandingan kuantitas tiap jenis bahan baku, cara ini hanya dapat dilakukan apabila satuan bahan baku yang dibeli sama atau disamakan.
Contoh :
Perusahaan Medro membeli dua jenis bahan baku sebagai berikut : Bahan A 30.000 kg @ Rp.800,- Rp.24.000.000,-Bahan B 20.000 kg @ Rp.700,-
Jumlah 50.000 kg
Biaya angkut pembelian untuk ke dua jenis bahan baku tersebut Rp.2.500.000 Jumlah ini dialokasikan pada bahan baku A dan B dengan perhitungan : Bahan A = 30.000 x Rp.2.500.000,- = Rp.1.500.000
50.000
Bahan B = 20.000 x Rp.2.500.000,- = Rp.1000.000 50.000
2. Berdasarkan perbandingan harga faktur
Bahan A = 24.000.000 x Rp.2.500.000,- = Rp.1.578.947,36
38.000.000
Bahan B = 14.000.000 x Rp.2.500.000,- = Rp. 921.052,64 38.000.000
2. Perhitungan Harga Pokok Bahan Baku Yang dipakai
1. Biaya Bahan Baku, adalah harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi. Perhitungan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi tergantung pada system pencatatan pencatatan persediaan dan metode penilaian persediaan bahan baku yang diterapkan. Terdapat dua system pencatatan persediaan yaitu system fisik dan system perfectual. Sementara metode penilaian bahan baku yang biasa digunakan adalah metode FIFO; LIFO dan Rata-rata tertimbang.
Harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi pada dasarnya adalah hasil kuantitas dengan harga satuan bahan baku yang dipakai. Penentuan kuantitas bahan baku
tergantung pada system pencatatan dan penentuan harga satuannya tergantung pada metode penilaian persediaan yang digunakan.
Contoh :
Data bahan baku PT KAPILUX selama bulan Maret 2008 adalah sebagai berikut : Maret 1. Persediaan 5.000 kg @
Rp.1.200,-Maret 10 Pembelian 8.000 kg @ Rp. 1.000,-Maret 15 Pemakaian proses produksi 10.000 kg Maret 23 Pembelian 7.000 kg @ Rp. 1.500,-Maret 28 Pemakaian proses produksi 6.000 kg
Harga pokok bahan baku yang dipakai dapat dihitung dengan metode : 1. Metode FIFO (masuk pertama keluar pertama)
Menurut metode FIFO bahan baku yang masuk pertama dianggap bahan baku yang pertama dipakai dalam proses produksi. Dari contoh diatas harga pokok bahan baku yang dipakai sebesar :
Pemakaian pada tanggal 15 Maret sebanyak 10.000 Kg adalah : 5000 Kg @ Rp.1.200,- =
Rp.6.000.000,-5000 Kg @ Rp.1.000,- =
Rp.11.000.000,- Pemakaian pada tanggal 28 Maret sebanyak 6.000 Kg :
3000 Kg @ Rp.1.000,- = Rp. 3.000.000,-3000 Kg @ Rp.1.500,- = Rp.
Rp. 7.500.000,-Biaya Bahan Baku Rp.18.500.000, 2. Metode LIFO ( Masuk Terakhir Keluar Pertama)
Pada metode LIFO bahan baku yang masuk terakhir dianggap yang pertama kali dipakai dalam proses produksi.
Contoh :
Pemakaian pada tanggal 15 Maret 10.000 Kg adalah : 8000 Kg @ Rp. 1.000,- = Rp.
8.000.000,-2000 Kg @ Rp. 1.200,- = Rp.
Rp. 10.400.000,- Pemakaian pada tanggal 28 Januari 6.000 Kg adalah
6000 Kg @ Rp.1.500,- = Rp. 9.000.000,-Biaya Bahan Baku Rp.19.400.000,-3. Metode Rata-rata tertimbang
Pada metode rata-rata tertimbang, harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi adalah hasil kali kuantitas bahan baku yang dipakai dan harga pokok rata-rata per unit. Dari contoh diatas harga pokok bahan baku yang
dipakai adalah :
Harga pokok rata-rata tiap Kg.
5.000 kg @ Rp.1.200,- = Rp. 6.000.000,-8.000 kg @ Rp.1.000,- = Rp. 8.000.000,-7.000 kg @ Rp.1.500,- =
Rp.10.500.000,-20.000 kg =
Rp.24.500.000,-Harga pokok rata-rata tiap kg = Rp.24.500.000,- : 20.000 kg = Rp.1.225,-Harga pokok pemakaian bahan baku adalah :
= 16.000 kg X Rp.1.225,- = Rp.19.600.000,-3. Pencatatan Biaya Bahan Baku
Pencatatanbahan baku meliputi pencatan pemebelian dan pemakaian bahan baku dalam proses produksi. Sementara teknis pencatatannya tergantung sistem pemcatatatan persediaan yang diterapkan. sistem pencatatan dibedakan antara lain :
a.Pencatatan sistem Fisik, dalam pencatatan sistem fisik harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi dihitung dan dicatat pada setiap periode, setelah lebih dulu dihitung harga pokok bahan baku pada akhir periode. Dengan demikian selama periode berjalan tidak ada pencatatan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi.
Harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi selama periode dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
Harga pokok bahan baku yang dibeli…Rp.xx (+) Hp. BB yang tersedia untuk dipakai Rp.xx Harga pokok bahanakhir………Rp.xx (-) Hp. BB yang dipakai dalam proses Prod. Rp.xx
4. Prosedur Pencatatan Baya Bahan Baku
1. Transaksi pembelian bahan baku dicatat di (D) pada akun persediaan bahan baku dan (K) pada akun Hutang/ Kas. Bahan baku hanya berfungsi sebagai tempat mencatat harga pokok persediaan BB pada awal periode. Pada akhir periode, saldo akun persediaan BB dipindahkan pada akun BDP atau akun ikhtisar produksi. Dengan demikian, harga pokok BB yang tersedia untuk dipakai akan nampak disisi (D) akun BDP. Sementara akun persediaan BB dan akun pemebelaian BB menjadi nol
2. Harga pokok bahan baku pada akhir periode adalah dihitung secara fisik dicatat idsebelah (D) pada akun persediaan BB, dan (K) pada akun persediaan BDP.
Sehubungan dengan pencatatan bahan diatas, saldo akun BDP menunjukkan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi (biaya bahan baku) selama periode yang bersankutan. Metode FIFO , LIFO atau rata-rata Dalam pencatatan sistim fisik, namapak harga pokok BB yang dipakai dalam proses produksi baru dapat ditentukan setelah Harga pokok BB akhir periode diketahui. Nilai persediaan BB pada akhir periode tergantung pada metode penilaian persediaan yang diterapkan, dalam artian menggunakan tertimbang
Contoh metode penilaian persediaan FIFO
PT. Kolang Kaling mempunyai data Bahan Baku untuk bulan Juli 2007 sebagai berikut : Juli 1, Persediaan 12.000 Kg@ Rp.1.000
Juli 5, Pembelian 12.000 Kg@ Rp.1.250 Juli 12, Pembelian 6.000 Kg@ Rp.1.250 Juli 31, Persediaan 1.000 Kg
1. Jurnal untuk mencatat BB yang dibeli selama bulan Juli 2007 ( secara kolektif) sebagai berikut :
Juli 31,Pembelian BB Rp. 23.400.000(D) Hutang Dagang Rp.23.400.000(K)
Jurnal yang dibuat pada akhir periode Juli 31, BDP Rp. 23.400.000 (D)
Pembelian BB Rp.23.400.000 (K)
Untuk memindahkan akun Persediaan BB ke akun BDP sebagai berikut : Juli 31, BDP Rp.12.000.000 (D)
Persediaan BB Rp.12.000.000 (K)
2. Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan BB akhir periode.
Harga pokok persediaan 31 Juli 2007 sebanyak 1000 Kg, dihitung menerapkan FIFO, bahan baku yang dibeli dianggap yang lebih dulu dipakai dalam proses produksi, maka BB yang belum dipakai pada akhir periode sebanyak 1000 Kg terdiri :
6000 Kg @ Rp1.400,- = Rp.8.400.000,- ( Pembl.12 Juli) 4000 Kg @ Rp.1.250,- = Rp 5.000.000,- (Pembl 5 Juli)
Jurnal tanggal 31 Juli 2007 sebagai berikut :
Persediaan BBRp. 13.400.000,- (D)
Prosedur pecatatan biaya bahan baku ke dalam Buku Rekening
Persediaan BB Barang Dalam Proses
Pembelian BB Hutang Dagang
Akun BDP pada bagan buku rekening menunjukkan saldo debit Rp.22.000.000 (12.000.000 + 23.400.000 – 13.400.000) jumlah tersebut menunjukkan bahwa biaya BB yang terjadi bulan Juli 2007 adalah sebesar = 22.400.000
Pencatatan Sistem Perfectual
Menurut pencatatan sistem perfectual, harga pokok bahan baku yang dibeli dan harga pokok bahan baku yang diproses dalam produksi dicatat dalam akun BDP (D) dan akun persediaan BB (K).
Dengan demikian, metode penilaian persediaan diterapkan untuk menghitung harga pokok bahan baku yang diproses.
Berikut contoh pencatatan sistem perfectual dengan metode FIFO, LIFO dan rata-rata tertimbang Data Persediaan BB PT Rebah Semangat selama bulan Juli 2007 adalah sebagai berikut :
1. Juli, persediaan 6.500 Kg
@Rp.4.250,-5. Juli, pembelian 8.500 Kg @ Rp.4.550,- pembayaran n/30 10. Juli, masuk dalam proses 10.000 Kg.
1. Pencatatan sistem perfectual LIFO. Juli 5. Persediaan BB Rp.38.675.000 (D)
Hutang Dagang Rp.38.675.000 (K)
6.500 Kg @ Rp.4.250,- = Rp.27.625.000,-3.500 Kg @ Rp.4.550,- =
Rp.15.925.000,-Jumlah = Rp.43.550.000,-2. Pencatatan sistem perfectual LIFO
Pencatatan transaksi pemeblian bahan baku dicatata sama dengan diatas. Sementara harga pokok bahan baku yang diproses seanyak 10.000 Kg dihitung dengan metode LIFO sebagai berikut :
8.500 Kg @ Rp.4.550 = Rp.38.675.000,-1.500 Kg @ Rp.4.250,- = Rp.
6.375.000,-Jumlah =
Rp.43.050.000,-Jumlah ini dicatata dalam akun BDP seperti pada contoh diatas. 3. Pencatatan sistem perfectual rata-rata tertimbang
Perbedaan dengan pencatatan diatas, terletak pada perhitungan harga pokok bahan baku yang diproses dalam produksi. Harga pokok bahan yang yang diproses pada contoh diatas jika dihitung dengan metode rata-rata tertimbang sebagai beikut :
Persediaan 6.500 Kg @ Rp.4.250.000,- = Rp.27.625.000,-Pembelian 8.500 Kg @ Rp.4.550.000,- = Rp.38.675.000,-Jumlah 15.000 Kg =Rp.
66.300.000,-Harga pokok rata-rata tertimbang tiap Kg pada saat terjadi transaksipemakaian bahan baku dalam produksi adalah Rp.66.300.000 =
15.000
Hara pokok bahan baku yang masuk dalam proses produksi 10 Juli 2007 sebesar 10.000 X 4.420 = 44.200.000
Dalam penerapan sistem Perfectual, baik transaksi pembelian maupun pemakaian bahan baku dicatat juga dalam kartu persediaan. Kartu ini disediakan untuk setiap jenis bahan baku dan berfungsi sebagai buku pembantu untuk persediaan bahan baku.
contoh: Pencatatan bahan baku dalam kartu persediaan.
Kartu persediaan bahan baku C-1 PT Wijaya bulan Oktober 2006. Oktober 1 Persediaan 18.000 Kg @
Rp.2.500,-Oktober 5 Pembelian 12.000 Kg @ Rp.3.000,-Oktober 8 Masuk dalam proses produksi 20.000 Kg
Oktober 15 Pembelian 10.000 Kg @ Rp.3.200,-Oktober 20 Masuk dalam proses produksi 15.000 Kg
Dari mutasi persediaan BB C-1, dengan menggunakan metode FIFO sebagai berikut :
Tanggal Pemeblian Pemakaian Saldo
Unit H/unit Jumlah Unit H/unit Jumlah Unit H/unit Jumlah
1-Oct - - - 18000 Rp 2,500 Rp 45,000,000 5-Oct 12000 Rp 3,000 Rp 36,000,000 12000 Rp 3,000 Rp 36,000,000 8-Oct 18000 Rp 2,500 Rp45,000,000 - Rp - Rp - 2000 Rp 3,000 Rp 6,000,000 10000 Rp 3,000 Rp 30,000,000 15-Oct 10000 Rp 3,200 Rp 32,000,000 10000 Rp 3,000 Rp 30,000,000 10000 Rp 3,200 Rp 32,000,000 20-Oct 10000 Rp 3,000 Rp30,000,000 - - - 5000 Rp 3,200 Rp16,000,000 5000 Rp 3,200 Rp 16,000,000
C. Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja merupakan unsur utama yang digunakan untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi. Oleh karenanya, pemahaman terhadap elemen biaya tenaga kerja mutlah berdampak terhadap pembayaran gaji dan upah, oleh karena itu kebutuhan tenaga kerja harus disesuaikan dengan tingkat volume kegiatan.
Untuk memahami biaya tenaga kerja ada beberapa hal yang perlu dibahas : 1. Pengertian biaya tenaga kerja
2. Daftar gaji dan upahuntuk dipahami. Hal ini sangat berguna euntuk efisiensi Perusahaan. Terutama untuk merekrut tenaga kerja akan
3. pembebanan gaji dan upah
4. Menerapkan tentang pencatatan biaya tenaga kerja Pengertian Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja adalah jasa sumber daya manusia yang dinilai dengan satuan uang yang dikorbankan dalam usaha memeperoleh pendapatan. Gaji dan upah karyawan dihitung dari jumlah jam kerja dikalikan tariff upah setelah dikurangi potongan-potongan
Penggolongan Tenaga Kerja
1. Penggolongan tenaga kerja menurut fungsi pokok dalam perusahaan.
a. Tenaga kerja bagian produksi adalah tenaga kerja yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam kegiatan produksi sehingga jasa yang diberikan kepada
tenaga kerja bagian produksi akan dimasukkan unsur harga pokok produksi sebagai biaya tenaga kerja langsung atau tidak langsung yang berhubungan dengan pabrik. b. Tenaga kerja bagian pemasaran adalah tenaga kerja yang berhubungan dengan
distribusi/ penjualan hasil produksi, sehingga jasa yang diberikan kepada tenaga kerja bagian pemasaran tidak termasuk unsur biaya produksi tetapi dimasukkan dalam unsur biaya penjualan.
c. Tenaga kerja bagian Umum dan Administrasi adalah tenaga kerja yang berhubungan dengan kegiatan administrasi dan umum yang ada di kantor sehingga jasa yang diberikan kepada tenga kerja atau pegawai umum bagian administrasi termasuk kelompok biaya umum dan administrasi.
2. Penggolongan tenaga kerja menurut hubungannya dengan Produk.
a. Tenaga kerja langsung adalah tenga kerja yang secara langsung menangani proses pengolahan bahan baku hinga produk jadi.
b. Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang secara tidak langsung menangani proses pengolahan bahan tetapi membantu atas peneyelesaian produk dalamperusahaan.
3. Penggolongan tenaga didik kerja menurut Pendidikan/ kemampuan.
a. Tenaga kerja ter adalah tenaga kerja yang untuk menduduki profesinya kareana adanya pendidikan secara formal.
b. Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja yang untuk menduduki profesinya karena adanya ketrampilan yang diperoleh dari pendidikan non formal
c. Tenaga kerja tidak terdidik adalah tenaga kerja yang tidak mempunyai keahlian khusus (baiasanya sebagai tenaga kasar) tenaga harian.
Akuntansi Biaya Tenaga Kerja
1. Pencatatan dan Perhitungan waktu kerja, kegiatan pertama yang dilakukan dalam akuntansi tenaga kerja adalah menmcatat waktu kerja. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh bagian personalia dengan dibuatkan kartu jam hadir bulanan atau dapat pula didasarkan pada satuan produkyang dihasilkan pekerja yang bersangkutan.
Contoh :
KARTU JAM KERJA
Nama :………..
Periode :……….. Unit kerja :………….
Hari/Tanggal MasukJam IstirahatJam KembaliJam pulangJam Jumlahjam regulerJam lemburJam
Senin 9 7 2 Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Jumlah
Pencatatan dan perhitungan waktu/ jam kerja diatas dikirim ke bagian pembuatan daftar gaji sebagai dasar untuk penyusunan daftar gaji dan upah.
2. Perhitungan jumlah biaya tenaga kerja, dari perhitungan waktu kerja dapat dipakai dasar untuk penyusunan daftar gaji, baik untuk tenaga kerja langsung maupun tidak langsung ataupun tenaga kerja bagian pemasaran, administrasi dan umum.
Contoh :
No. Nama Jam
Kerja Terif/ jam Gaji Kotor
Potongan Gaji Bersih PPh. Ps.21 Pinjaman 1 Sukiman 50 Rp 4.500 Rp 225.000 Rp 2.813 Rp 17.000 Rp 205.188 2 Sukimun 45 Rp 5.000 Rp 225.000 Rp 2.813 Rp 20.000 Rp 202.188 3 Sukinah 49 Rp 3.800 Rp 186.200 Rp 2.328 Rp 12.000 Rp 171.873 J u m l a h Rp 636.200 Rp 7.953 Rp 49.000 Rp 579.248
Pencatatan dan perhitungan waktu jam kerja tersebut dikirim ke bagian pembuatan daftar gaji, baik untuk tenaga kerja langsung maupun tenaga kerja tidak langsung, maupun tenaga kerja bagian pemasaran, administrasi dan umum.
Daftar upah secara umum dapat dicatat dalam jurnal sebagai berikut : 1. Pada saat upah dan gaji ditetapkan/ diperhitungkan
Gaji dan Upah Rp.xxxxx
Utang asuransi Rp.xxxxx Piutang Karyawan Rp.xxxxx Utang gaji dan upah Rp.xxxxx 2. Pada saat upah dan gaji dibayarkan.
Utang gaji dan upah Rp.xxxxx
Kas Rp.xxxxx
3. Pada saat PPh. karyawan dan asuransi tenaga kerja disetor ke kas Negara dan kantor asuransi.
Utang gaji dan upah Rp.xxxxx
Utang astek Rp.xxxxx
Kas Rp.xxxxx
Pembebanan Biaya Tenaga Kerja
Jumlah gaji dan upah yang telah dihitungoleh petugas pembuat daftar gaji dan upah kemudian dialokasikan / dibebankan ke masing-masingjenis biaya, dengan mendebet masing-masing biaya dan mengkredit gaji dan upah dengan jurnal sebagai berikut :
BDP- Biaya tenaga kerja langsung Rp.xxxxx Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya Rp.xxxxx
Biaya Pemasaran Rp.xxxxx
Gaji dan Upah Rp.xxxxx
Catatan :
1. Rekening BDP-biaya tenaga kerja langsung (D) untuk mencatat pembebanan gaji dan upah tenaga kerja yang langsung mengerjakan proses produksi.
2. Rekening BOP sesungguhnya untuk mencatat pembebanan gaji dan upah tenaga kerja tidak langsung menangani proses produksi, tetapi menagani proses produksi.
3. Rekening biaya pemasaran untuk mencatat alokasi/ pembebanan gaji dan upah tenaga kerja dibidang distribusi hasil produksi.
4. Rekening biaya umum dan administrasi untuk mencatat pembebanan gaji dan upah tenaga kerja di bagian kantor (adm. Dan umum).
D. Biaya Overhead Pabrik
Biaya produksi tidak langsung atau Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi selain bahan baku dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Dalam perhitungan harga pokok biaya overhead yang terjadi sangat sulit untuk dibebankan langsung kepada produk sehingga BOP yang dibebankan kepada produk biasanya atas dasar tarif BOP tunggal dan tarif BOP Departemen.
Pembahasan ini antara lain :
1. Pengertian Biaya Overhead Pabrik 2. Tarif BOP tunggal dan BOP Departemen 3. Perhitungan selisih BOP
4. Penerapan pencatatan BOP ke dalam perhitungan harga pokok produksi A. Pengertian Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik adalah biaya-biaya selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya tersebut antara lain : biaya bahan penolong; biaya tenaga kerja tidak langsung; penyusutan aktiva tetap pabrik; biaya sewa gedung; biaya listrik dan telepon; biaya pemeliharaan ; dan lain-lain.
B. Jenis-jenis Biaya Overhead Pabrik.
1. Biaya bahan penolong, biaya bahan penolong adalah biaya bahan yang digunakan untuk membantu penyelesaian suatu produk yang jumlahnya relative kecil, sehingga biaya tersebutdigolongkan ke dalam biaya produksi tidak langsung.
2. Biaya tenga kerja tidak langsung, adalah biaya tenagakerja yang diberikan kepada pekerja yang tidak menagani secara langsung dalam proses produksi.
3. Biaya penyusutan aktiva tetap adalah biaya penyusustan atas biaya yang dipergunakan di pabrik untuk penyelesaian produk baik secara langsung maupun tidak tidak langsung. 4. Biaya reparasi dan pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan
perwatan mesin dan peralatan pabrik.
5. Biaya asuransi pabrik adalah biaya yang dikeluarkan untuk membagi risiko yang terjadi dalam proses produksi di pabrik.
6. Biaya jasa kepada pihak lain adalah biaya yang timbul karana penggunaan jasa kepada pihak lain salam penyelesaian dan kelancaran proses produksi
7. Biaya-biaya lain yang sifatnya tidak langsung merupakan biaya yang berhubungan dengan proses produksi yaitu biaya yang dikeluarkan pada departemen pembantu.
Macam-macam Biaya Overhead Pabrik.
1. Biaya Overhead Pabrik variabel adalah BOP yang jumlahnya berubah sesuai dengan perubahan volume produksi, sehingga BOP per unit tetap meskipun terdapat perubahan volume produksi.
2. Biaya Overhead Pabrik tetap adalah BOP yang jumlahnya tidak terpengaruh perubahan volume produksi, sehingga BOP per unit mengalami perubahan sebanding sebalaik dengan volume produksi.
3. Biaya Overhead Pabrik semi variabel adalah BOP yang jumlahnya berubah tidak sebanding dengan volume produksi, biaya ini mengandung unsur tetap dan variabel. C. Tarif Biaya Overhead Pabrik
Dalam menentukan besarnaya biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk didasarkan atas tarif yang ditentukan dimuka. Besarnaya biaya overhead pabrik tidak berdasarkan BOP yang sesungguhnya.
Penentuan Biaya Overhead Pabrik berdasarkan sifat biaya antara lain :
1. Biaya overhead pabrik yang terjadi tidak menetu/ tidak merata setiap waktu sehingga bila didasarkan atas biaya yang sesungguhnya terjadi akan mengakibatkan harga poko produksi lebih besar saat terjadi, pengeluaran harga pokok produk lebih rendah saat tidak terjadi pengeluaran BOP
2. Biaya overhead pabrik yang sifatnya tetap sehingga biala didasarkan atas biaya yang sesungguhnya terjadi akan mengakibatkan pembebanan biaya overhead yang mana biaya per unitnya akan berubah sesuaia dengan perubahan volume produksi setiap periode, maka pada saat volume produksi rendah biaya overhead per unit akan lebih besar dan sebaliknya.
3. Biaya Overhead Pabrik yang jumlahnya baru diketahui pada waktu-waktu tertentu sehingga perubahan BOP pada produk tertentu telah selesai akibatnya harga pokok produksi yang selesai pada pertengahan bulan tidak dibebani atas BOP yang belum diketahui jumlahnya.
1. Menyusun anggaran Biaya overhead pabrik, dalam menyusun anggaran BOP yang harus diperhatikan tingkat produksi (kapasitas) yang digunakan sebagai dasar penaksiran jumlah anggaran BOP. Kapasitas tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kapasitas teoritis (kapasitas ideal) adalah kapasitas maksimum yang dapat dihasilkan oleh suatu departemen atau pabrik dalam kondisi yang sempurna tanpa adanya hambatan baik dari intern maupun ekstern perusahaan.
b. Kapasitas praktis (kapasitas realistis) adalah kapistas yang dapat dicapai oleh departemen atau pabrik setelah diperhitungkan adanya hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan dari intern perusahaan.
c. Kapasitas normal (kapasitas jangka panjang) adalah kapasitas yang dapat dicapai oleh departemen atau pabrik stelah dikurangi dengan hambatan-hambatan yang terjadi pada intern perusahaan untuk jangka panjang.
d. Kapasitas jangka pendek, kapasitas jangka pendek merupakan kapasitas sesungguhnya yang diharapkan. Oleh karena itu, kapasitas jangka pendek merupakan kapasitas yang yang diharapkan dapat dicapai oleh departemen pada masa yang akan datang selama satu periode. Dalam praktek kapasitas yang dipakai sebagai dasar penyusunan anggaran BOP adalah kapasitas normal dan kapasitas sesungguhnya yang diharapkan.
2. Menentukan Dasar Pembebanan Biaya Overhead Pabrik kepada Produk Dasar Pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada Produk sebagai berikut: a. Satuan Produksi
b. Biaya bahan baku
c. Biaya tenaga kerja langsung d. Jam tenaga kerja langsung e. Jam mesin
3. Menghitung Tarif Biaya Overhead Pabrik
a. Atas dasar satuan produk, untuk menentukan tarif BOP atas dasar satuan produk dapat dihitung dengan cara membagi taksiran BOP dengan taksiran jumlah produk yang diahsilkan dan hasilnya tarif BOP per unit. Sedangkan pembebannya tarif BOP per unit dikalikan jumlah produk yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan.
Tarif BOP = Taksiran BOP = Tarif BOP per unit Taksiran Jumlah produk yang dihasilkan
Contoh :
Taksiran BOP pada satu periode Rp. 7.500.000,- dan taksiran produk yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan 15.000 unit dan produk yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan 12.000 unit.
Tarif BOP = Rp.7.500.000 = 15.000 unit
BOP yang dibebankan pada produk = 12.000 unit x Rp.500,- =
Rp.6.000.000,-b. Atas dasar Biaya bahan baku, adalah perbandingan antara taksiran BOP dalam satu periode dengan taksiran Biaya bahan baku pada periode yang bersangkutan
Tarif BOP = Taksiran BOP x 100% = …..% Taksiran Biaya Bahan Baku
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik prosentase BOP yang dianggarkan dari biaya bahan baku dikalikan dengan Biaya bahan baku yang terjadi pada periode yang bersangkutan.
Contoh :
Taksiran BOP dalam satu periode Rp.250.000,- taksiran biaya bahan baku yang dipakai pada periode yang bersangkutan Rp.2000.000,- menurut catatan biaya bahan baku yang dikeluarkan pada periode yang bersangkutan
Rp.1500.000,-Tarif BOP = 250.000 x 100% = 12,5% 2.000.000
BOP yang dibebankan pada produk = 12,5% x 1500.000 =
Rp.187.500,-c. Atas dasar biaya tenaga kerja langsung adalah perbandingan antara taksiran BOP dalam satu periode dengan taksiran biaya tenaga kerja langsung pada periode yang bersangkutan yang dinyatakan dalam prosentase.
Pembebanan BOP prosentase anggaran biaya tenaga kerja langsung dikalikan dengan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan pada periode yang bersangkutan.
Tarif BOP = Taksiran BOP x 100% = …..% Taksiran Biaya TKL
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik prosentase BOP yang dianggarkan dari biaya tenaga kerja langsung dikalikan dengan Biaya tenaga kerja yang terjadi pada periode yang bersangkutan
Contoh :
Taksiran BOP dalam satu periode Rp.1.000.000,- taksiran biaya tenaga kerja pada periode yang bersangkutan Rp.1.250.000,- menurut catatan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan pada peride yang bersangkutan
Rp.400.000,-Tariff BOP = 1.000.000 x 100% = 80% 1.250.000
BOP yang dibebankan pada produk = 80% x 400.000 =
Rp.320.000,-d. Atas dasar jam tenaga kerja langsung, bila tatif BOP didasarkan atas jam tenaga kerja langsung, maka tariff tersebut dihtung dengan cara membagi taksiran BOP dengan taksiran jam tenaga kerja langsung.
Tarif BOP = Taksiran BOP = tarif jam kerja Taksiran jam kerja
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik prosentase BOP yang dianggarkan dari jam tenaga kerja dikalikan dengan jam tenaga kerja yang terjadi pada periode yang bersangkutan
Contoh :
Taksiran BOP dalam satu periode Rp.1.000.000,- taksiran jam tenaga kerja pada periode yang bersangkutan 2500 jam menurut catatan jam tenaga kerja yang terjadi pada peride yang bersangkutan 2000 jam
Tariff BOP = 1.000.000 = 2.500
BOP yang dibebankan pada produk = 2000 x Rp.400,- =
Rp.800.000,-e. Atas dasar jam kerja mesin, bila tatif BOP didasarkan atas jam a kerja mesin, maka tariff tersebut dihitung dengan cara membagi taksiran BOP dengan taksiran jam kerja mesin.
Tarif BOP = Taksiran BOP = tarif jam kerja mesin Taksiran jam mesin
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik prosentase BOP yang dianggarkan dari jam tenaga kerja dikalikan dengan jam tenaga kerja yang terjadi pada periode yang bersangkutan
Contoh :
Taksiran BOP dalam satu periode Rp.1.000.000,- taksiran jam mesin pada periode yang bersangkutan 4.000 jam menurut catatan jam kerja mesin yang terjadi pada peride yang bersangkutan 3.000 jam
Tariff BOP = 1.000.000 = 4.000
BOP yang dibebankan pada produk = 3000 x Rp.250,- =
Rp.750.000,-Untuk menghitung analisis selisih BOP baik selisih anggaran maupun selisih kapasitas penentuan tariff BOP sering juga dibedakan atas tiga jenis yaitu :
1. Tarif BOP total adalah tariff BOP secara keseluruhan baik BOP Tetap maupun BOP variabel, rumus yang digunakan untuk menghitung BOP total adalah :
Tarif BOP Total = Taksiran BOP Total Ukuran Kapasitas
2. Tarif BOP Tetap adalah tariff BOP yang tidak dipengaruhi oleh perubahan volume produksi, untuk menghitung tariff BOP ini dengan menggunakan
3. Rumus.
Tarif BOP Tetap = Taksiran BOP Tetap Ukuran Kapasitas
4. Tarif BOP variabel adalah tariff BOP yang berubah sebanding dengan volume produksi. Untuk menghitung tariff ini dengan menggunakan rumus :
Tarif BOP Variabel = Taksiran BOP Variabel Ukuran Kapasitas Contoh :
Perusahaan Industri Maju menetapkan tariff BOP atas dasar jam tenaga kerja langsung sebagai berikut :
Anggaran BOP tetap Rp.2.000.000,-Anggaran BOP variabel Rp.3.000.000,-Jumlah jam kerja langsung 10.000 jam
Hitung tarif BOP tetap dan tarif BOP variabel Jawab :
Tarif BOP Tetap = 2.000.000 = 10.000 jam
Tarif BOP Variabel = 3.000.000 = Rp.300,- (+) 10.000 jam
Total Tarif BOP
Rp.500,-4. Tarif BOP Departemen
Bila dalam pengolahan produksi suatu perusahaan menggunakan beberapa departemen produksi dan beberapa departemen pembantu, maka untuk menentukan tarif BOP per Departemen dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menyusun anggaran Biaya Overhead Pabrik per Departemen.
Untuk mengadakan penyusunan anggaran BOP per departemen terlebih dahulu harus mendistribusikan BOP tidak langsung ke Departemen yang menikmati manfaat biaya tersebut. Dasar pendistribusian BOP tidak langsung Departemen ke Departemen yang menikmati secara umum sebagai berikut : BOP Tidak Lansung Dasar Pendistribusian ke Departemen yang
menikmati 1. Biaya listrik
2. Biaya penyusutan gedung 3. Biaya gaji pegawai 4. Biaya Overhead lainnya
Pemakaian KWH Departemen yang bersankutan Luas lantai Departemen yang bersangkutan Jumlah karyawan Departemen
Contoh :
Peursahaan Teka Teki dalam menyusun anggaran BOP per Departemen terdapat data sebagai berikut :
1. Data Departemen yang menikmati BOP tidak langsung
Departemen BOP langsung Luas lantai KWH Juml. Karyawan
Produksi A Rp.5.600.000,- 5.000 350.000 25
Produksi B Rp.4.400.000,- 3.000 150.000 20
Pembantu X Rp.3.500.000,- 1.500 75.000 15
PembanttuY Rp.1.500.000,- 500 125.000 15
2. Data BOP tidak langsung Departemen
Jenis Biaya Jumlah Dasar
a. Biaya listrik
b. Biaya penyt.gedung c. Biaya gaji pegawai
Rp.420.000,- Rp.580.000,- Rp.300.000,-Pemakaian KWH Luas lantai Jumlah karyawan
Dari data diatas, pendistribusian BOP tidak langsung Departemen pada Departemen yang menikmati adalah sebagai berikut :
Dep. yang Menikmati
BOP Jumlah
Dep.Produksi Dep.Pembantu
A B X Y
BOP langsung 15.000.000 5.600.000 4.400.000 3.500.000 1.500.000 BOP tak langsung
Biaya listrik 420.000 210.000 90.000 45.000 75.000
Biya penyusutan gedung 580.000 290.000 174.000 87.000 29.000 Biaya gaji pegawai 300.000 100.000 80.000 60.000 60.000 Jumlah 16.300.000 6.200.000 4.744.000 3.692.000 1.664.000
Keterangan :
1. Pendistribusian biaya listrik Rp.420.000,- ke Departemen yang menikmati atas dasar pemakaian KWH Dep. Produksi A = 350.000 x Rp.420.000,- = 700.000 Dep. Produksi B = 150.000 x Rp.420.000,- = Rp. 700.000 Dep. Pembantu X = 75.000 x Rp.420.000,- = Rp. 700.000
Dep. Pembantu Y = 125.000 x Rp.420.000,- = Rp. 75.000,- 700.000
2. Pendistribusian biaya penyusutan gedung pabrik Rp.580.000,- ke Departemen yang menikmati atas dasar luas lantai.
Dep. Produksi A = 5.000 x Rp.580.000,- = 10.000 Dep. Produksi B = 3.000 x Rp.580.000,- = 10.000 Dep. Pembantu X = 1.500 x Rp.580.000,- = Rp. 10.000 Dep. Pembantu Y = 500 x Rp.580.000,- = Rp. 29.000,- 10.000
3. Pendistribusian Biaya Gaji pegawai Rp.300.000,- ke Departemen yang menikmati atas dasar jumlah karyawan. Dep. Produksi A = 25 x Rp.300.000,- = 75 Dep. Produksi B = 20 x Rp.300.000,- = Rp. 75 Dep. Pembantu X = 15 x Rp.300.000,- = Rp. 75 Dep. Pembantu Y = 15 x Rp.300.000,- = Rp. 60.000,- 75
b. Alokasi Biaya Overhead Pabrik Departemen Pembantu ke Departemen produksi
Setelah diadakan pendistribusian BOP tidak langsung Departemen ke Departemen yang menikmati (baiki Departemen produksi maupun departemen pembantu). Selanjutnya mengalokasikan BOP Departemen Pembantu ke Departemen Produksi.
Ada dua metode yang dapat dipakai untuk mengalokasikan BOP Departemen Pembantu ke Departemen Produksi antara lain :
Bila digunakan metode alokasi langsung, maka pembebanan BOP departemen pembantu dialokasikan langsung ke Departemen produksi yang menikmati. Biasanya metode ini diterapkan karena jasa departemen pembantu hanya dinikmati oleh departemen produksi, sehingga tidak dialokasikan ke departemen pembantu lainnya. Contoh :
Suatu perusahaan industri dalam kegiatan produksi dilakukan melalui dua departemen produksi dan dua departemen pembantu
Data anggaran BOP sebelum alokasi adalah sebagai berikut : Departemen Produksi A
Rp.4.350.000,-Departemen Produksi B Rp.2.500.000,-Departemen Pembantu X Rp.1.000.000,-Departemen Pembantu Y
Rp.1.200.000,-Dari data diatas alokasi BOP dari departemen pembantu ke departemen produksi bila digunakan metode alokasi langsung dengan ketentuan berikut :
Departemen Pembantu Deptemen Produksi
A B Departemen X Departemen Y 60% 30% 40% 70%
Alokasi BOP Departemen Pembantu ke departemen Produksi dengan metode alokasi langsung adalah sebagai berikut :
Keterangan Departemen Produksi Departemen Pembantu
A B X Y
BOP Dept.Sblm Alokasi Dep.Pembantu Dep.X(A.60%,B.40%) Dep.Y(A.30%,B.70%) 4.350.000 600.000 360.000 2.500.000 400.000 840.000 1.000.000 (1.000.000) -1.200.000 -(1.200.000)
BOP Dep. Produksi ssdh
alokasidari Dep.pembantu 5.310.000 3.740.000 0 0
Keterangan :
1. Alokasi BOP departemen pembantu X Rp.1.000.000,-ke departemen A.60% dan Departemen B.40%
Dep. Produksi A = 60% x Rp.1000.000,- = Rp.600.000,-Dep. Produksi B = 40% x Rp.1000.000,- =
Rp.400.000,-2. Alokasi BOP Dep.Pembantu X Rp.1.200.000,- ke Dep. A.30% dan Dep.B.70% Departemen A = 30% X Rp.1.200.000,-
Rp.360.000,-Departemen B = 70% X Rp.1.200.000,- Rp.840.000,-B. Metode Alokasi Bertahap.
Bila digunakan metode alokasi bertahap, maka perbedaan BOP Departemen Pembantuke departemen Produksi dilakukan secara bertahap. Hal ini disebabkan karena jasa departemen pembantu disamping dinikmati deparemen produksi juga dinikmati oleh deparemen pembantu lainnya, sedangkan pelaksanaannya alokasi bertahap bisa dilakukan dengan dua cara seperti yang dinikmati oleh departemen pembantu, alokasi tersebut adalahsebagai beikut :
1. Aloksi bertahap tidak timbale balik 2. Alokasi bertahap timbal balik
Dalam alokasi bertahap timbal balik pelaksanaannya adalah departemen produksi A serta departemen produksi B , dan BOP departemen pembantu Y, setelah menrima alokasi dari departemen X akan dialokasikan ke departemen produksi A dan B. dalam hal bisa digambarkan sebagai berikut :
Keterangan Departemen Pembantu Departemen Produksi
X Y A B
BOP Sebelum alokasi Dept X Dept Y XXX XXY XX XXX XXY XX XX XXX XX XY
Contoh :
Dari contoh diatas buatlah alokasi BOP dari departemen pembantu ke departemen produksi bila digunakan alokasi bertahap tidak timbale balik dengan ketentuan berikut :
Keterangan Dep. Pembantu Departemen Produksi
Y A B
Departemen Pembantu X Departemen Pembantu Y sesudah alokasi dari Dept pembantu X 10% 50% 60% 40% 40% Jawab :
Daftar alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi dengan metode bertahap tidak timbale balik adalah sebagai berikut:
Keterngan Departemen Pembantu Departemen Produksi
X Y A B
BOP sebelum alokasi BOP dari Departemen pembantu Departemen X (Y.10%;A.50%, B.40%) Departemen Y (A.60%; B.40%) 1.000.000 (1.000.000) -1.200.000 100.000 (1.300.000) 4.350.000 500.000 780.000 2.500.000 400.000 520.000 BOP Departemen Produksi
setelah alokasi dari Depart.
pembnatu 0 0 5.630.000 3.420.000
Perhitungan :
1. Alokasi BOP Departemen pembantu X Rp.1.000.000,- ke dept.pembantu Y.10%; Dept.Prodoksi A.50%; Dept. PProduksi B. 40%
Departemen Pembantu Y = 10% X Rp.1.000.000,- Rp.100.000,-Departemen Produksi A = 50% X Rp.1.000.000,- Rp.500.000,-Departemen Produksi B = 40% X Rp.1.000.000,-
Rp.400.000,-2. Alokasi BOP Dep.Pembantu Y setelah menerinma alokasi dari Dep.Pembantu X (Rp.1.200.000,- + Rp.100.000,-) ke Dep.Prod. A.60% dan B.40% adalah ke Dep prod A= 60% X Rp.1.300.000,- = Rp.780.000,- , ke Dep. Prod. B = 40% X Rp.1.300.000,- =
Rp.520.000,-C. Perhitungan Tarif BOP per Departemen.
Setelah mengadakan alokasi BOP Departemen pemantu ke departemen produksi maka akan didapat anggaran BOP departemen produksi setelah alokasi. Sedangkan untuk menghitung tariff BOP departemen Produksi dapat dilakuakan dengan menggunakan Rumus tariff sebagai berikut :
Tarif BOP Departemen Produksi setelah menerima alokasi dari Departemen Pemantu
Dasar Pembebanan BOP Contoh :
Pada contoh alokasi langsung diatas bila BOP dibebankan atas dasar jam tenaga kerja langsung dimana jam tenaga kerja langsung Departemen A adalah 10.000 jam dan B adalah 5000 jam maka besarnya tariff BOP per departemen adalah :
Departemen Produksi A = Rp.5.310.000,- = Rp.531,- per jkl 10.000
Departemen Produksi B = Rp.3.740.0000 = Rp.748,- per jkl 5.000
D. Selisih Biaya Overhead Pabrik
Sebagaimana telah disebutkan dimuka bahwa BOP dibebankan pada produk atas dasar tariff yang ditetapkan, jumlah pembebanan ini serng tidak sama dengan BOP yang sesungguhnya terjadi, maka akan timbul selisih BOP. Bila BOP yang sesungguhnya lebih besar dari BOP yang dibebankan, maka akan timbul selisih rugi yang dicatat pada rekening BOP kurang dibebankan dan sebaliknya bila BOP yang sesungguhnya lebih kecil dari BOP yang dibebankan, maka akan timbul selisih yang menguntungkan dan dicatata pada Rekening BOP lebih dibebankan. Untuk selanjutnya selisih BOP tersebut dapat diperlakukan sebagai rugi/laba atau dibebankan ke Harga Pokok Penjualan. Secara umum pencatatan Jurnal BOP yang dibebankan, BOP sesungguhnya dan selisih BOP adalah sebagai berikut :
1. Jurnal pembanan BOP kepada produk
BDP – BOP Rp. xxx
BOP dibebankan Rp.xxx 2. Jurnal pengumpulan BOP sesungguhnya :
BOP sesungguhnya Rp.xxx
Persediaan Bahan Pembantu Rp.xxx Biaya Tenaga Kerja tidak langsung Rp.xxx Penyusutan Gedung Pabrik Rp.xxx Penyusutan Mesin Pabrik Rp.xxx
Apabila BOP tidak disebutkan secara rinci jurnalnya sebagai berikut : BOP – Sesungguhnya Rp.xxx
Macam-macam rekening yang harus di kredit Rp.xxx 3. Saat pencatatan selisih BOP :
a. BOP lebih dibebankan
BOP dibebankan Rp.xxx
BOP sesungguhnya Rp.xxx BOP selisih dibebankan Rp.xxx b. BOP kurang dibebankan
BOP Sesunggunya Rp.xxx
BOP kurang dibebankan Rp.xxx BOP Dibebankan Rp.xxx 4. Jika selisih BOP dibebankan ke rekening Laba-rugi
a. Jurnal BOP lebih dibebankan BOP lebih dibebankan Rp.xxx
Laba-rugi Rp.xxx
b. Jurnal BOP kurang dibebankan
Laba-rugi Rp.xxx
BOP kurang dibebankan Ep.xxx
Apabila selisih BOP dibebankan ke Rekening Harga Pokok Penjualan : a. Jurnal selisih BOP dibebankan
BOP lebih dibebankan Rp.xxx
Harga Pokok Penjualan Rp.xxx b. Jurnal BOP kurang dibebankan
Harga Pokok Penjualan Rp.xxx
Contoh :
Suatu perusahaan industri pada periode tertentu memiliki data sebagai berikut : Taksiran BOP tetap
Rp.8.100.000,-Taksiran BOP variabel
Rp.9.900.000,-Jam mesin normal 45.000 jam
Jam mesin sesungguhnya 40.000 jam BOP sesungguhnya Rp.16.300.000,-Diminta :
Buat Jurnal yang diperlukan untuk mencatat BOP bila atas dasar jam mesin Jawab :
1. Jurnal untuk mencatat pembebanan BOP : BDP-BOP
Rp.16.000.000,-BOP – dibebankan Rp.16.000.000,-Keterangan :
Tariff BOP = 18.000.000 = Rp.400,- per jam 45.000
Jam mesin sesungguhnya terjadi 40.000 jam
BOP dibebankan = 40.000 X Rp.400,- = Rp.16.000.000,-2. Jurnal untuk mengumpulkan BOP sesungguhnya :
BOP sesungguhnya
Rp.16.300.000,-Macam-macam rekening di kredit Rp.16.300.000,-3. Jurnal untuk mencatat selisih BOP ;
BOP dibebankan Rp.16.000.000,-BOP kurang dibebankan Rp.
300.000,-BOP sesungguhnya Rp.16.300.000,-4. Jurnal pembebanan selisih BOP kepada laba – rugi :
Laba-rugi
Rp.300.000,-BOP kurang dibebankan
Rp.300.000,-5. Jurnal pembebanan selisih BOP kepada Harga Pokok Penjualan : Harga pokok penjualan
Rp.300.000,-BOP kurang dibebankan Rp.300.000,-E. Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik
Terjadinya selish Biaya Overhead Pabrik disebabkan adanya perbedaan antara BOP yang dibebankan dengan BOP sesungguhnya.
Selisih BOP tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan metode selisih anggaran dengan selisih kapasitas.
1. Selisih anggaran adalah selisih BOP dari perbedaan antara BOP yang sesungguhnya dengan taksiran biaya yang seharusnya dikeluarkan menurut anggaran. Selisih ini pada umumnya disebasbkan karena perubahan pada BOP variabel, sehingga selisih anggaran dapat dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah BOP sesungguhnya dengan anggaran BOP pada kapasitas yang ditetapkan. Secara umum selisih anggaran dapat dihitung dengan rumus :
BOP sesungguhnya Rp.xxxx
BOP yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya :
BOP tetap Rp.xxxx
BOP variabel (kapasitas sesunggunya X tarif) Rp.xxxx + Rp.xxxx
Selisih anggaran Rp.xxxx
2. Selish kapasitas.
Selisih kapasitas adalah selisih BOP dari perbedaan antara BOP tetap yang dianggarkan dengan BOP tetap yang dibebankan kepada produk. Secara umum selisih kapasitas dapat dihitung dengan rumus :
BOP tetap yang dianggarkan Rp.xxxx BOP tetap yang dibebankan pada produk Rp.xxxx (-)
BAGAIAN III
HARGA POKOK PESANAN
Pendahuluan :
Salah satu metode pengumpulan biaya produksi adalah harga pokok pesanan, metode harga pokok ini banyak digunakan oleh perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk sehingga produk yang dihasilkan sangat beragam baik dari segi mode, bentuk , ukuran maupun mutu tergantung bagaimana permintaan konsumen.
Metode harga pokok pesanan merupakan metode perhitungan harga pokok setelah produk selesai dikerjakan. Pengumpulan biaya harga pokok tersebut untuk setiap jenis produk dicatat dalam kartu harga pokok pesanan.
A. Pengertian, Ciri, dan Tujuan Harga Pokok Pesanan.
Metode harga pesanan adalah suatu cara pengumpulan biaya produksi untuk pesanan tertentu. Harga pokok produk yang dihasilkan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
Tujuan pengumpulan biaya dalam metode harga pokok pesanan adalah untuk mengetahui harga pokok pesanan setiap barang jadi yang dipesan dan diserahkan ke pemesan. Pengumpulan dalam suatu perusahaan dipengaruhi oleh cirri-ciri kegiatan produksi suatu perusahaan. Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan mengolah bahan baku menjadi produk jadi berdasarkan pesanan.
Cirri-ciri Perusahaan yan gproduksinya berdasarkan pesanan adalah sebagai berikut :
2. Produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan oleh pemesan
3. Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan dan bukan untuk memenhi persediaan di gudang.
Ciri-ciri metode pengumpulan biaya produksi dalam harga pokok pesanan :
1. Digunakan jika perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dhitung harga pokoknya secara individual.
2. Biaya produksi harus dipisahkan menjadi dua golongan yaitu biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.
3. Biaya produksi langsug terdiri dari biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung biaya produksi tidal angsung disebut juga Biaya Overhead Pabrik yang diperhitungkan atau dibebankan kepada harga pokok pesanan.
4. Harga pokok per unit produk dihitung pada saat produk pesanan selesai dikerjakan dengan membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesaan tersebut dengan jumlah produk yang duhasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.
B. Cara Pembebanan Harga Pokok Pesanan
Sesuai dengan cirri-ciri metode pengumpulan biaya produksi dalam harga pokok pesanan, maka komponen harga pokok pesanan dapat dikelompokkan dalam Biaya bahan baku, Biaya tenaga kerja dan Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Biaya produksi langsung (Biaya bahan bakudan Biaya tenaga kerja langsung) dibebankan pada pesanan berdasarkan baiaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya produksi tidak langsung (BOP) dibebankan pada produk berdasarkan tariff yang ditentukan dimuka ( % ) dikalikan dengan biaya tenaga kerja langsung.
Untuk menentukan harga pokok produksi berdasarkan pesanan, siklus akuntansinya dapat dikelompokkan dalam biaya bahan baku dan bahan penolong, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, produk selesai, produk dalam proses dan penjualan produk.
1. Pembelian dan Pemakaian Bahan Baku
Akuntansi bahan baku dan bahan penolong meliputi pembelian dan pemakaian yang dijurnal sebagai berikut :
Jurnal untuk mencatat pembelian bahan baku dan bahan penolong Persediaan bahan baku Rp.xxx
Utang/ Kas Rp.xxx
Jurnal untuk mencata pemakaian bahan baku BDP-Biaya bahan baku Rp.xxx
Persediaan bahan baku Rp.xxx 2. Biaya Tenaga Kerja
Akuntansi biaya tenaga kerja meliputi pemakaian tenaga kerja pembayaran dan pengalokasian biaya tenaga kerja.
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja Gaji dan upah Rp.xxx
Utang gaji dan upah Rp.xxx Pada saat pembayaran gaji dan upah
Utang gaji dan Upah Rp.xxx
Kas Rpxxx
Pengalokasian Gaji dan Upah
BDP – Biaya TK langsung Rp.xxx BOP – sesungguhnya Rp.xxx
Biaya Pemasaran Rp.xxx
Gaji dan upah Rp.xxx
Penjelasan :
1. Rekening BDP-biaya tenaga kerja langsung digunakan untuk mencatat jumlah biaya tenaga kerja langsung pada departemen produksi.
2. BOP sesungguhnya digunakan untuk mencatat jumlah biaya tenaga kerja tidak langsung departemen produksi, seperti upah mandor, teknisi alat-alat prodiksi, petugas laboratorium, petugas kebersihan dibagian produksi dan lain-lain.
3. Biaya pemasaran untuk mencatat jumlah biaya tenaga kerja bagian pemasaran
III. Biaya Ovethead Pabrik (BOP)
Pembebanan BOP ke harga pokok pesanan dihitung berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka. Sedangkan BOP yang sesungguhnya dikeluarkan dan dicatat dalam rekening BOP sesungguhnya.
Pada waktu penutupan buku perbedaan antara BOP yang dibebankan dengan BOP yang sesungguhnya dicatat dalam rekening selisih BOP. Selisih BOP ini ditutup ke rekening harga pokok penjualan atau rugi/laba sehingga akutansi BOP meliputi akutansi pembebanan BOP berdasarkan tariff, akutansi BOP yang sesungguhnya terjadi, penutupan rekening BOP, dan penutupan selisih BOP.
a. Jurnal untuk mencatat Pembebanan BOP berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka BDP-Biaya Overhead Pabrik Rp xx
BOP yang dibebankan Rp xx
b. Jurnal untuk mencatat BOP yang sesungguhnya terjadi
BOP sesungguhnya Rp xx
Berbagai rekening di kredit Rp xx c. Jurnal untuk menutup BOP
Jika BOP yang sesungguhnya sama dengan BOP yang dibebankan (tidak terjadi selisih)
BOP yang dibebankan Rp xx
BOP sesungguhnya Rp xx
d. Jika BOP yang sesungguhnya lebih besar dari BOP yang dibebankan (selisih rugi) BOP yang dibebankan Rp xx
Selisih BOP Rp xx
BOP sesungguhnya Rp xx
e. Jika BOP yang sesungguhnya lebih kecil dari BOP yang dibebankan (Selisih laba) BOP yang dibebankan Rp xx
Selisih BOP Rp xx
BOP sesungguhnya Rp xx f. Jurnal untuk menutup selisih BOP
1. Jika BOP yang sesungguhnya lebih besar dari BOP yang dibebankan (selisih rugi)
Rugi-laba / harga pokok penjualan Rp xx
Selisih BOP Rp xx
2. jika BOP yang sesungguhnya lebih kecil dari BOP yang dibebankan (selisih laba)
Selisih BOP Rp xx
Rugi-laba
/harga pokok penjualan Rp xx IV. Produk Jadi (Selesai)
Setelah pesanan selesai dikerjakan dipindahkan ke gudang oleh bagian produksi, harga pokok pesanan yang telah selesai diproduksi dapat dihitung dari informasi biaya yang dikumpulkan dalam kartu harga pokok pesanan yangbersangkutan dan dicatat dalam rekening persediaan produk jadi.
Jurnal untuk mencatat produk jadi
Persediaan produk Jadi Rp.xxx
BDP – Biaya bahan baku Rp.xxx BDP – Biaya tenaga Kerja Rp.xxx
BDP – BOP Rp.xxx
V. Produk Dalam Proses
Pada akhir periode tertentu (terutama akhir bulan diadakan stock opname) inventarisasi baik bahan jadi maupun produk/ barang dalam proses, produk yang belum selesai tersebut dicatat dalam rekening persediaan Barang Dalam Proses.
Jurnal Persediaan Barang Dalam Proses
Persediaan Barang dalam Proses Rp.xxx
BDP – Biaya Bahan Baku Rp.xxx BDP – Biaya Tenaga Kerja Rp.xxx BDP – Biaya Overhead Pabrik Rp.xxx VI. Penjualan/ Penyerahan Produk Jadi
Penjualan/ Penyerahan produk jadi kepada pemesan dicatat dalam rekening Penjualan sebesar nilai yang dijualnyadilakukan dengan mendebit rekening Harga Pokok Barang Jadi sehingga jurnal yang dibuat pada waktu penyerahan produk jadi adalah ;
Kas/ Piutang Dagang Rp.xxx
Harga Pokok Penjualan Rp.xxx Persediaan Barang Jadi Rp.xxx C. Rekening Kontrol dan Rekening Pembantu
Rekening kontrol adalah rekening yang terdapat pada buku besar. Rekening tersebut diisi berdasarkan Jurnal, sedangkan rekening pembantu adalah rincian dari rekening kontrol dan diisi berdasarkan sumber dokumen / transaksi
Contoh :
Untuk memproduksi batako diperlukan bahan baku yang terdiri dari semen dan pasir, maka rekening kontrolnya adlah bahan baku, sedangkan rekening pembantunya adalah semen dan pasir.
Dari uaraian tersebut dapat disimpulkan bahwa rekening pembantu merupakan bagian dari rekening control.
Rekening buku besar disebut rekening control karenan fungsingya mengontrolo rekening pembantu. Jumlah nilai seluruh bahan baku yang digunakan (semen dan pasir) harus sama dengan jumlah yang ditulis pada buku bahan baku
D. Kartu Harga Pokok Pesanan
Dalam kartu harga pokok pesanan, kartu harga pokok mempunyai peranan yang penting, karena dalam kartu harga pokok itulah dicatat biaya produksi setiap pesanan secara rinci. Oleh karena itu kartu harga pokok pesanan berfungsi sebagai rekening pembantu.
PT YUYUKU JAKARTA
KARTU HARGA POKOK PESANAN No. Pesanan : Pesanan : Jenis Porduksi : Sifat Pesanan : Tgl. Pesan : Jumlah : Tgl Selesai : Harga Jual :
Biaya Bahan Baku (Rp.000) Biaya Tenaga Kerja(Rp000) Biaya Overhead Pabrik (Rp.000)
Tgl No Keterangan Jumlah Tgl J.Kerja Jumlah Tgl Ds.Pembn. Tarif Jumlah 5/6 Kayu ukuran :
D. Siklus Akuntansi Harga Pokok Pesanan
Siklus akuntansi harga pokok pesanan merupakan aliran biaya produksi yang diawali dengan pencatatan pembelian bahan, pencatatan gaji dan upah, pembayaran gaji dan upah, Biaya Overhead Pabrik, pemakaian bahan dan pembebanan biaya produksi ke barang dalam proses, rekening persediaan produk jadi dan persediaan barang dalam proses yang berakhir pada penyerahan pesanan ke dalam rekening harga pokok pesanan.
Siklus akuntansi harga pokok pesanan dapat digambarkan dalam bentuk rekening sebagai berikut :
Utang Gaji Gaji&Upah BDP-BTK BDP
Berbagai Rek. BOP (S) BOP dibebankan BDP-BOP
Contoh :
CV TRI WINDU adalah perusahaan dalam bidang mebeuler memproduksi alat-alat rumah tangga serta alat-alat perabtoran berdasarkan pesanan.
Pada bulan Desember 2008 mendapat pesanan dari FE-Unsera untuk membuat 100 set meja kuliah dengan harga setiap set sebesar Rp.175.000,- untuk memproduksi pesanan tersebut :
1. Membeli bahan baku dan bahan penolong Bahan baku
Kayu dengan ukuran :
4 cm x 6 cm x 300 cm 250 pt @ Rp.18.000,- = Rp.4.500.000,-2 cm x Rp.4.500.000,-20 cm x 300 cm 200 pt @ Rp.30.000,- = Rp.6.000.000,-2 cm x 3 cm x 300 cm 100 pt @ Rp.5.000,- = Rp. 500.000,-Triplex 25 lb @ Rp.15.000,- = Rp. 375.000,-Cat 50 Kl @ Rp.10.000,- = Rp.
500.000,-Jumlah Bahan Baku Yang dibeli
Rp.11.875.000,-Bahan Penolong
Paku 5 kg @ Rp.10.000,- = Rp.50.000,-Dempul 10 kg @ Rp.5000,- = Rp.50.000,-Amplas 200 lb @ Rp.200,- =
Rp.40.000,-Jumlah Bahan Penolong yang dibeli Rp. 2.900.000,-Jumlah Bahan Baku dan Bahan Penolong yang dibeli Rp.12.015.000,-Pemakaian Tenaga Kerja
Upah langsung 1.000 jam @ Rp. 2.000,- =
Rp.2.000.000,-Upah tidak langsung = Rp.
Rp.2.400.000,-Gaji karyawan bagian Adm. dan Umum = Rp. 500.000,-Jumlah Biaya Tenaga Kerja =
Rp.2.900.000,-Pembebanan BOP selain pemakaian bahan penolong dan biaya tenaga kerja tidak langsung.
Biaya penyusutan mesin = Rp. 100.000,-Biaya penyusutan gedung = Rp. 250.000,-Biaya pemeliharaan mesin = Rp. 50.000,-Biaya pemeliharaan gedung = Rp.
50.000,-Jumlah = Rp.
450.000,-Diminta :
1. Jurnal untuk mencatat pembelian bahan baku dan bahan penolong
2. Kartu harga pokok, jika BOP yang dibebankan 60% dari biaya tenaga kerja langsung. 3. Jurnal untuk mencatat pemakaian / pembebanan bahan baku, bahan penolong, tenaga
kerja dan BOP ke dalam BDP
4. Perhitungan harga pokok produk jadi dan jurnalnya 5. Jurnal penjualan produk jadi
6. Jurnal untuk menutup rekening BOP dan selisih BOP
Jawab :
1. Jurnal untuk mencatat bahan baku dan bahan penolong Persediaan bahan baku
Rp.11.875.000,-Persediaan bahan penolong Rp.
140.000,-Utang dagang Rp.12.015.000,-2. Kartu Harga Pokok
PT YUYUKU JAKARTA
KARTU HARGA POKOK PESANAN
No. Pesanan : 00458 Pesanan : FE-Unsera Jenis Porduksi : Meja kuliah Sifat Pesanan : Segera Tgl. Pesan : 24 Desember 2008 Jumlah : 100 set Tgl Selesai : 28 Februari 2009 Harga Jual :
Rp.175.000,-Biaya Bahan Baku (Rp.000) Biaya Tenaga Kerja (Rp000) Biaya Overhead Pabrik (Rp.000)
Tgl No Keterangan Jumlah Tgl J.Kerja Jumlah Tgl Ds.Pembn. Tarif Jumlah 5/6 Kayu ukuran : 4x6x300=250 pt 4.500 1.000 jam 2000 BTKL 60% 1.200 2x20x300=200 pt 6.000 2x3x300=100 pt 500 Triplex 25 lb 375 cat = 50 klg 500 11.875 2.000 1.200
Jumlah Biaya Produksi 15.075
3. Jurnal pemakaian/ pembebanan bahan, tenaga kerja dan BOP ke dalam BDP Pemakaian bahan baku
BDP-Biaya Bahan Baku
Rp.11.875.000,-Persediaan Bahan Baku Rp.11.875.000,-BOP sesungguhnya
Rp.140.000,-Persediaan Bahan Penolong Rp.140.000,-Pemakaian Tenaga Kerja
BDP-Biaya Tenaga Kerja Rp. 2.000.000,-BOP –sesungguhnya Rp. 400.000,-Biaya adm&Umum Rp.
500.000,-Gaji dan Upah
Rp.2.900.000,-Pemakaian BOP selain bahan penolong dan tenaga kerja tidak langsung BOP sesungguhnya
Rp.450.000,-Biaya penyusutan mesin Rp.100.000,-Biaya penyusutan gedung
Rp.250.000,-Biaya pemeliharaan mesin Rp. 50.000,-Biaya pemeliharaan gedung Rp. 50.000,-Pembebanan BOP ke dalam BDP
BDP-BOP
Rp.1.200.000,-BOP yang dibebankan Rp.1.200.000 4. Perhitungan Harga Pokok Produk jadi dan Jurnalnya
Perhitungan Harga Pokok Produk
Biaya Bahan Baku Rp.11.875.000,-Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 2.000.000,-Biaya Overhead Pabrik Rp.
1.200.000,-Jumlah
Rp.15.075.000,-Jurnal untuk mencatat Produk jadi
Persediaan Produk Jadi
Rp.15.075.000,-BOP – BBB
Rp.11.875.000,-BDP – BTKL Rp.
2.000.000,-BDP – BOP Rp.
1.200.000,-5. Jurnal Penjualan/ Penyerahan Produk Jadi Piutang Dagang
Rp.17.500.000,-Penjualan Rp.
17.500.000,-Harga Pokok Penjualan
Rp.15.075.000,-Persediaan produk Jadi Rp.15.075.000,-6. Jurnal menutup rekening BOP dan selisih BOP
BOP yang dibebankan
Rp.1200.000,-Selisih BOP
Rp.210.000,-BOP sesungguhnya Rp. 990.000,- Jurnal untuk menutup rekening BOP
Selisih BOP
Rp.2.10.000,-Harga Pokok Penjualan
Rp.2.10.000,-Penjeleasan :
Rp.1.200.000,-BOP yang sesungguhnya
a. Bahan penolong Rp. 140.000,-b. Biaya TK tidak langsung Rp. 400.000,-c. BOP yang lain Rp.
450.000,-Rp.
990.000,-Selisih BOP Rp.
210.000,-BAGIAN IV
METODE HARGA POKOK PROSES A. Pengertian Metode Harga Pokok Proses
Metode harga pokok proses adalah metode penentuan harga pokok produk dengan cara mengumpulkan biaya produksi yang terjadi selama satu periode, kemudian dibagi sama rata dengan jumlah produk yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan.
Metode harga pokok proses biasanya dipakai oleh perusahaan industri yang memproduksi secara masal dan terus menerus.
B. Perbedaan Harga Pokok Proses dengan Harga Pesanan
Metode harga pokok proses berbeda dengan harga pokok pesanan. Perbedaan tersebut antara lain berdasarkan pengumpulan biaya produksi, menghitung harga pokok per satuan, penggolongan biaya produksi dan cara membebankan Biaya Overhead Pabrik.
Berdasarkan pengumpulan biaya produksi perbedaan harga poko pesanan dan harga poko proses adalah apabila menurut metode harga pokoko pesanan biaya produksi dikumpulkan berdasarkan pesanan, sedang harga pokok proses biaya produksi dikumpulkan di setiap departemen produksi selam satu periode.
2. Menghitung Harga Pokok per satuan
Pada harga pokok proses per satuan dihitung dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang telah dikeluarkan dalam satu periode tertentu.
Rumus Mnehitung HP Per Satuan :
Jumlah Biaya Produksi yang telah dikeluarkan Jumlah Produk yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan Contoh :
PT AIR MANCUR yang bergerak dalam bidang Jamu tradisional berpusat di Wonogiri selama bulan Januari 2009 telah mengeluarkan biaya produksi sebagai berikut :
Rincian biaya : Biaya
bahan baku Rp.
900.000,-Biaya bahan penolong Rp. 400.000,-Biaya tenaga kerja Rp.2.200.000,-Biaya overhead pabrik Rp. 500.000,-
Rp.4.000.000,-Produk yang dihasilkan selama bulan Januari 2009 sebanyak 8000 bungkus, harga pokok setiap bungkusnya adalah : Rp.4.000.000 =
8.000 3. Penggolongan Biaya Produksi
Di dalam metode harga pokok pesanan biaya produksi digolongkan menjadi biaya produksi langsung, biaya produksi tidak langsung dan biaya overhead pabrik. Sedangkan pada harga pkpk proses biaya produksi digolongkan menjadi biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik
a. Biaya Bahan, biaya bahan dibedakan atas biaya bahan baku dan biaya bahan penolong. Pada metode harga pokok proses biaya bahan penolong tidak dikelompokan kedalam Biaya Overhead Pabrik tetapi merupakan kelompok biaya tersendiri atau dikelompokan kealam biaya bahan baku.