• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indonesian Institute Of Certified Public Accountants TECHNICAL newsflash

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Indonesian Institute Of Certified Public Accountants TECHNICAL newsflash"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TECHNICAL

newsflash

TECHNICAL SUMMARY:

PENERAPAN ISAK 8 DAN

PSAK 30

Is

AK 8 yang berlaku di Indonesia mengharuskan

perjanjian yang secara substansial menyerahkan hak

untuk menggunakan aset sebagai imbalan atas

pembayaran atau serangkaian pembayaran dicatat

dan dilaporkan dalam laporan keuangan sebagai

sewa, meskipun bentuk legal perjanjian bukan

berbentuk hukum sewa-menyewa.

AGUSTUS 2016

Indonesian Institute Of Certified Public Accountants

entuk hukum perjanjian tersebut dapat berupa perjanjian jual-beli produk atau perjanjian lainya. Untuk

memenuhi perjanjian tersebut, penjual harus menyediakan atau membangun suatu aset berwujud sehingga produk tersebut dapat diserahkan untuk memenuhi transaksi yang diperjualbelikan sesuai

perjanjian tersebut. Keharusan untuk mengadakan aset berwujud tersebut dapat dinyatakan secara eksplisit maupun implisit dalam perjanjian tersebut.

ISAK 8 yang ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) – Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) memberikan suatu panduan untuk menentukan suatu perjanjian jual beli atau perjanjian lainya apakah

mengandung sewa atau tidak. Dalam hal perjanjian jual-beli

produk tersebut mengandung sewa, maka transaksi jual beli tersebut dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan berdasarkan PSAK 30 (2012): Sewa, meskipun bentuk hukumnya bukan perjanjian sewa-menyewa. Namun jika perjanjian jual-beli tersebut tidak mengandung suatu sewa, maka transaksi jual-beli yang diatur dalam perjanjian tersebut dicatat dan dilaporkan dalam laporan keuangan sebagai transaksi jual-beli produk seperti biasanya.

PSAK 30 (2012) yang ditetapkan oleh DSAK – IAI, mengatur bahwa, suatu sewa

diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa

mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Sedangkan apabila

dalam perjanjian sewa tersebut

tidak terdapat pengalihan secara substansial seluruh risiko atau manfaat terkait dengan kepemilikan suatu aset kepada penyewa, maka perjanjian tersebut dianggap sebagai sewa operasi. Paragraf 10 PSAK 30 menjelaskan bahwa

klasifikasi sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi didasarkan pada substansi ekonomi suatu transaksi dan bukan pada bentuk hukum kontraknya (substance over form).

Dalam menentukan apakah suatu perjanjian mengandung suatu sewa atau tidak, entitas harus menggunakan panduan dalam ISAK 8: “Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Suatu Sewa” yang mengadopsi IFRIC 4

“Determining Whether an Arrangement Containts a Leases”. IFRIC 4 tersebut

diterbitkan oleh International

B

(2)

Accounting Standards Board (IASB). DSAK-IAI mengadopsi IFRIC 4 sebagai bagian dari proses konvergensi SAK di Indonesia terhadap IFRS. Paragraf 1 ISAK 8 menjelaskan bahwa suatu entitas dapat melakukan suatu perjanjian, yang terdiri dari satu atau serangkaian transaksi terkait, dimana bentuk legal perjanjian tersebut bukan sewa, namun perjanjian itu memberikan hak kepada pihak lain untuk menggunakan suatu aset, dengan imbalan suatu atau serangkaian pembayaran. Guna menentukan apakah suatu perjanjian merupakan perjanjian sewa atau suatu perjanjian yang mengandung sewa, perlu diperhatikan substansi perjanjian dan dilakukan evaluasi

sebagaimana dijelaskan dalam paragraf 6 - 9 ISAK 8, apakah: a. Pemenuhan perjanjian bergantung pada

penggunaan aset tertentu. Aset bukan merupakan subjek sewa jika pemenuhan perjanjian tidak sepenuhnya

bergantung pada aset tersebut, walaupun secara eksplisit diidentifikasikan seperti itu di dalam perjanjian.

b. Perjanjian memberikan hak untuk menggunakan aset. Suatu perjanjian dianggap memberikan hak untuk menggunakan aset jika perjanjian tersebut

memberikan hak kepada Lessee untuk mengendalikan penggunaan aset tersebut. Sedangkan kondisi-kondisi yang mengindikasikan suatu

perjanjian memberikan hak untuk menggunakan aset menurut ISAK 8, yaitu apabila memenuhi salah satu dari berikut ini:

a. Lessee mempunyai

kemampuan atau hak untuk mengoperasikan aset atau mengarahkan pihak lain untuk mengoperasikan aset tersebut sesuai dengan cara ditentukan pembeli dan pada saat yang bersamaan, pembeli mendapatkan atau mengendalikan keluaran

(output) atau kegunaan lainnya atas aset tersebut, dalam jumlah yang lebih dari tidak signifikan.

b. Pembeli mempunyai

kemampuan atau hak untuk mengendalikan akses fisik terhadap aset tersebut dan pada saat yang bersamaan, pembeli mendapatkan atau mengendalikan keluaran atau kegunaan lainnya atas aset tersebut, dalam jumlah yang lebih dari tidak

signifikan.

c. Fakta dan kondisi yang ada menunjukkan bahwa kecil kemungkinan bagi satu atau lebih pihak lain selain

pembeli akan mengambil keluaran atau kegunaan lainnya dalam jumlah yang lebih dari tidak signifikan yang akan diproduksi atau dihasilkan oleh aset tersebut selama masa perjanjian; dan harga yang dibayar pembeli untuk keluaran tersebut bukan harga yang secara kontraktual tetap untuk setiap unit keluaran ataupun harga yang sama dengan

(3)

LAPORAN KEUANGAN LESSEE

(Awal perjanjian)

Aset Sewa Pembiayaan xxx

Liabilitas Sewa Pembiayaan xxx

(Pada saat membayar sewa pokok dan bunga kepada Lessor) Liabilitas Sewa Pembiayaan xxx

Beban Bunga Sewa Pembiayaan xxx

Bank xxx

LAPORAN KEUANGAN LESSOR

(Awal perjanjian)

Piutang Sewa Pembiayaan xxx

Aset Sewa Neto xxx

(Pada saat menerima pembayaran pokok dan bunga dari Lessee) Bank xxx

Piutang Sewa Pembiayaan xxx Pendapatan keuangan (bunga) xxx (Penyusutan aset sewa)

Beban penyusutan xxx

Akumulasi penyusutan xxx

harga pasar per unit keluaran pada saat penyerahan keluaran tersebut.

Setelah ditetapkan bahwa suatu perjanjian mengandung sewa, maka ketentuan dalam PSAK 30 (2012) “Sewa” berlaku, perjanjian sewa harus

diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi sesuai paragraf 7-19. Klasifikasi pada akuntansi sewa ini memiliki dampak yang signifikan. Lessee dalam sewa pembiayaan akan mengakui aset tetap dan liabilitas sewa dalam neraca.

Sesuai PSAK 30 “Sewa”,

perlakuan akuntansi atas sewa pembiayaan dan sewa operasi sangatlah berbeda. Pada sewa pembiayaan, Lessee

mengakui aset dan liabilitas sewa di Laporan posisi keuangan serta melakukan amortisasi atas aset yang dicatat sepanjang umur ekonomis sewa. Kemudian, apabila timbul bunga atas pembayaran cicilan sewa, maka diakui sebagai biaya bunga di Laporan Laba/Rugi. Sedangkan atas sewa operasi, Lessee tidak perlu mengakui aset atau liabilitas pada laporan posisi keuangan dan hanya perlu mengakui setiap pembayaran sewa sebagai biaya sewa di Laporan Laba/Rugi.

Dampak dari penerapan ISAK 8 dan PSAK 30 (2012) bagi suatu perusahaan yang melakukan perjanjian dan mengandung unsur sewa sesuai dengan

kondisi dalam ISAK 8 serta terklasifikasi sebagai sewa pembiayaan adalah manfaat positif bagi pengguna laporan keuangan, yaitu adanya penyajian secara penuh yang lebih mencerminkan substansi ekonomi mengenai perjanjian yang mengandung unsur sewa tersebut. Pencatatan dan penyajian sebagai “sewa” atas suatu transaksi juali beli atau transaksi lain yang memaksa, baik secara implisit atau eksplisit, untuk

menggunakan suatu aset berwujud untuk memenuhi perjanjian tersebut akan lebih mencerminkan substansi ekonomi transaksi tersebut. Secara substansi ekonomi, aset yang digunakan untuk

(4)

produk tersebut telah “disewa” oleh pembeli karena pembeli mengambil seluruh output aset, mengendalikan penggunaan atau operasi aset, termasuk mengendalikan fisik dan outputnya. Sebagian

pembayaran yang dilakukan oleh pembeli akan dialokasikan sebagai komponen “sewa” aset dan sebagian yang lain sebagai biaya produksi.

Ketika “sewa” dalam perjanjian tersebut memenuhi kriteria sebagai sewa pembiayaan karena secara substansial mengalihkan seluruh risiko dan manfaat aset kepada pembeli output, maka sewa dalam perjanjian tersebut dicatat dan diakui sebagai sewa

pembiayaan. Pembeli akan mencatat dan melaporkan aset yang dimiliki penjual

produk sebagai aset tetap dan mengakui hutang sewa

pembiayaan dalam laporan keuangan. Pembeli akan mencatat beban penyusutan aset tetap tersebut dan beban bunga amortisasi hutang sewa pembiayaan. Hutang sewa pembiayaan tersebut

merupakan hutang pembeli kepada penjual, yang ditentukan jumlahnya

berdasarkan estimasian nilai kini dari pembayaran produk yang dialokasikan sebagai

komponen sewa. Ketika terdapat pembayaran atas penyerahan produk sesuai perjanjian, maka pembeli akan mengurangi hutang sewa pembiayaan sesuai porsi sewa, tentu saja akan

mengalokasikan sebagian sewa tersebut untuk pokok dan bunga sesuai PSAK 30 (2012). Tidak ada pencatatan ganda atau duplikasi atas beban penyusutan dan beban bunga, karena penyusutan aset tetap dihitung berdasarkan nilai kini

amortisasi atas nilai kini tersebut.

Penerapan ISAK 8 menuntut konsistensi penerapan baik oleh pembeli maupun penjual. Demikian juga klasifikasi

sebagai sewa pembiayaan sesuai kriteria dalam PSAK 30 (2012) juga menuntut

perlakukan pencatatan yang konsisten antara pembeli dan penjual produk. Oleh karena itu, ketika perjanjian tersebut mengandung sewa sesuai dengan ISAK 8, maka penjual juga akan mengakui sebagai transaksi sewa. Demikian juga ketika sewa tersebut

merupakan sewa pembiayaan, maka penjual akan mencatat aset berwujud sebagai aset keuangan berupa piutang sewa pembiayaan dan tidak mengakui aset tetap. Piutang sewa pembiayaan tersebut merupakan piutang kepada pembeli produk, yang akan berkurang sesuai dengan porsi sewa pada saat pembayaran atas penyerahan produk. Oleh karena itu konsistensi

pencatatan. Hutang sewa pembiayaan pada sisi pembeli produk merupakan lawan transaksi atas piutang sewa pembiayaan pada sisi penjual produk, selayaknya transaksi hutang piutang diantara dua entitas. Demikian juga beban penyusutan aset berwujud juga hanya terjadi pada pihak pembeli, tidak terjadi pada pihak penjual.

Dalam hal sewa dalam perjanjian sesuai ISAK 8 tidak memenuhi sebagai sewa pembiayaan sesuai PSAK 30 (2012), maka sewa tersebut merupakan sewa operasi. Dalam hal ini baik penjual maupun pembeli akan sama-sama memperlakukan porsi pembayaran atas transaksi jual beli produk

tersebut sebagai sewa operasi. Pembeli produk mengakui beban sewa dalam laporan laba rugi, sedangkan penjual mengakui pendapatan sewa dan mengakui aset tetap atas aset berwujud tersebut.

(5)

Ketika terdapat perbedaan ketentuan dalam ISAK 8 dan PSAK 30 (2012) dibandingkan dengan ketentuan sewa pembiayaan menurut ketentuan perpajakan di Indonesia, maka perbedaan tersebut berpotensi

menimbulkan perbedaan temporer atau perbedaan permanen yang kemungkinan entitas perlu menentukan apakah perlu mencatat dan melaporkan pajak tangguhan. Demikian pula ketika perjanjian transaksi jual-beli dinyatakan dalam mata uang yang berbeda dengan mata uang pelaporan dan/atau mata uang fungsional, maka dapat menimbulkan keuntungan atau kerugian akibat perubahan nilai tukar. Demikian juga timbulnya penyajian aset tetap dan hutang sewa pembiayaan dalam neraca yang

dinyatakan dalam mata uang tertentu kemungkinan dapat mengakibatkan perubahan kriteria dalam menentukan mata uang fungsional entitas tersebut. Entitas perlu

mengevaluasi perlakuan pencatatan dan pelaporan atas dampak lanjutan

penerapan ISAK 8 dan PSAK 30 (2012), termasuk melakukan

transaksi tertentu untuk mitigasi risiko fluktuasi nilai tukar.

Selain itu, perlakuan aset yang digunakan oleh pihak penjual produk ketika perjanjian

tersebut ternyata mengandung sewa sesuai ISAK 8 dan

memenuhi kriteria sebagai sewa pembiayaan sesuai PSAK 30 (2012), juga akan konsisten jika dibandingkan dengan perlakuan aset kelolaan pada pemegang konsesi pada perjanjian konsesi jasa sesuai ISAK 16. Pada ISAK 16, pemegang konsesi selaku entitas yang membangun dan mengoperasikan aset berwujud tidak mengakui aset tersebut sebagai aset tetap, namun mengakui aset yang dibangun dan dioperasikan tersebut sebagai aset takberwujud atau aset keuangan berdasarkan kriteria ada tidaknya risiko harga yang ditanggung oleh pemegang konsesi. Pada perjanjian konsesi, aset yang dibangun dan dioperasikan pemegang konsesi pada akhir perjanjian akan diserahkan kepada pemilik konsesi, yang pada umumnya adalah pemerintah.

Perlakuan pencatatan transaksi jual beli atau transaksi lain

berdasarkan suatu perjanjian yang mengandung sewa sebagai suatu transaksi sewa sesuai ISAK 8 akan lebih mencerminkan substansi ekonominya. Pencatatan dan pelaporan tersebut akan menghasilkan suatu laporan keuangan yang lebih

transparan dalam menyajikan keadaan siapa yang

menikmati manfaat dan menanggung risiko atas aset berwujud yang digunakan untuk memenuhi perjanjian jual beli atau perjanjian lainya. Perlakuan akuntansi sesuai ISAK 8 dan PSAK 30 (2012) memang akan berdampak pada

perubahan pada jumlah aset, kewajiban, dan kinerja

keuangan serta rasio-rasio keuangan terutama dalam jangka pendek. Entitas atau manajemen yang sangat perhatian terhadap kinerja jangka pendek sangat mungkin menghadapi dilema. Namun dalam jangka panjang tidak terdapat perbedaan signifikan. Selain itu perlakuan transaksi sesuai ISAK 8 dan PSAK 30 akan lebih mencerminkan substansi dan lebih transparan dalam menyajikan risiko dan manfaat suatu skema perjanjian.

(6)

DISCLAIMER

Publikasi ini disusun oleh Divisi Teknis dan Standar – Institut Akuntan Publik Indonesia. Publikasi ini bukan pernyataan resmi dari Pengurus Institut Akuntan Publik Indonesia.

Institut Akuntan Publik Indonesia tidak bertanggungjawab atas kerugian yang dialami oleh pihak yang melakukan atau menahan diri suatu tindakan dengan mendasarkan pada materi publikasi ini

INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA (IAPI)

Office 8 Building 12th Floor, Unit 12I - 12J Sudirman Central Business District (SCBD) Lot 28, Senopati Raya

Jalan Jendral Sudirman Kav.52-53, Jakarta 12190

Telp: (021) 29333151 – hunting / (021) 72795445 – hunting Fax: (021) 29333154-55, 72795441 Email: [email protected] www.iapi.or.id

TECHNICAL

newsflash

AGUSTUS 2016

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menganalisis sumber-sumber sejarah yang penulis peroleh tersebut adalah dengan menyusun dan mendaftar sumber sejarah yang diperoleh, selanjutnya penulis

Pengguna akan memasukan url domain ke dalam form input kemudian sistem yang ada pada aplikasi akan melakukan analisis terhadap semua parameter dalam satu waktu,

Dengan metode pengikatan ke muka untuk survey hidrografi dapat dilakukan penentuan posisi kapal yang memanfaatkan pengukuran jarak dan sudut dari dua buah titik yang telah

 Asesmen awal medis yang dilakukan sebelum pasien di rawat inap, atau sebelum tindakan pada rawat jalan di rumah sakit, tidak boleh lebih dari 30 hari, atau riwayat

Menurut Badria, (2007) laju pertumbuhan daun Enhalus acoroides pada substrat berlumpur lebih baik dari pada substrat berpasir maupun substrat berpasir bercampur pecahan

Judul Skripsi : Analisis Penentuan Sektor Unggulan Dan Perubahan Struktur Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 2011-2015 Untuk melaksanakan pembangunan dengan sumber daya yang

dan penggaraman ikan (perikanan sekunder) keterkaitan yang lebih besar dari satu. Sedangkan kelompok sektor jenuh adalah Indikasi penguatan keterkaitan ke belakang

Kencolepot adalah aplikasi mobile yang dirancang dan dibuat untuk membantu wisatawan, warga Bandung, ataupun pelajar yang sedang menuntut ilmu di Bandung jika mereka