• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT. Keywords: frozen shoulder, traction oscillations, ultrasound, application kontraplanar SWD, ROM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRACT. Keywords: frozen shoulder, traction oscillations, ultrasound, application kontraplanar SWD, ROM."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Penambahan SWD Aplikasi Modifikasi Kontraplanar pada Intervensi

Ultrasound dan Traksi Osilasi Shoulder terhadap Peningkatan Jumlah Range

Of Motion (Rom) Shoulder Bidang Frontal dan Bidang Transversal Penderita

Frozen Shoulder

Ade Irma N1 Rida Yulianda2.

(1) Program Studi D3 Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pekalongan (2) Fisioterapi, Rumah Sakit Permata Hijau, Jakarta

ABSTRACT

Background : This study aims to determine the effect of adding modifications kontraplanar SWD applications, combined with a provision of ultrasound and traction oscillations shoulder toward Increasing Number of Range of motion (ROM), shoulder frontal plane and transverse On Frozen Shoulder Patients. Methode : The sample taken is the installation of physiotherapy patients Hospital physiotherapy Mintohardjo Navy Hospital, Jakarta totaling 14 people who are selected based on purposive sampling techniques were then divided into two intervention groups using the assessment tables are available. This was a kind of quasi-experimental research to determine effect of an intervention undertaken to research object. This research ststistik analysis used t-test to determine the effect of therapy related to the research sample at the same treatment group, and independent t-test as a test to compare differences between control and treatment groups.

Result :Based on the results of independent t-test showed that there was no significant difference in effect between the intervention and traction oscillations Ultrasound Ultrasound and shoulder with shoulder with the addition of traction oscillations SWD kontraplanar modification application on Frozen Shoulder condition with P = 0.070 for the frontal plane and P = 0.185 for field trasnversal (P> 0.05). The intervention ultrasound and traction oscillations shoulder or shoulder ultrasound and traction oscillations with the addition of the modification application kontraplanar SWD had shown to increase due to frozen shoulder ROM, which can be used as an effective intervention selected that can be applied and developed in frozen shoulder condition.

Keywords: frozen shoulder, traction oscillations, ultrasound, application kontraplanar SWD, ROM. PENDAHULUAN

Shoulder joint merupakan sendi yang sangat kompleks yang penting bagi aktivitas sehari-hari. Penurunan mobilitas dari shoulder joint merupakan masalah yang serius. Frozen Shoulder merupakan penyakit yang mempunyai karakteristik nyeri dan menurunnya range of motion atau kekakuan dari sendi bahu. Penyakit ini menyerang sekitar 2% dari populasi umum dan umumnya terjadi pada wanita berusia 40-60 tahun dan lebih banyak pada wanita. Penyebab frozen shoulder diklasifikasikan menjadi primer dan

sekunder. Penyebab primer tidak diketahui (idiopatic), sedangkan penyebab sekuder diduga penyakit ini merupakan respon autoimmobilisasi terhadap hasil-hasil rusaknya jaringan lokal seperti cidera sendi bahu pada otot-otot rotator cuff (tendinitis supraspinatus, bursitis acromialis) yang diikuti dengan immobilisasi pada sendi bahu yang mengakibatkan terjadinya kekakuan pada sendi bahu karena adanya perlengketan kapsul dan mengkerutnya kapsul sendi sehingga gerakan sendi bahu mengalami keterbatasan dan bertambah nyeri.

(2)

Sendi bahu merupakan sendi sinovial dengan tipe ball & socked. Dilihat dari anatomi sendi bahu, gerakan-gerakan yang terjadi pada sendi bahu dimungkinkan oleh sejumlah sendi yang saling berhubungan erat, misalnya costovertebral joint, akromioclavicular joint, sternoclavicular joint, scapulothoracal joint dan glenohumeral joint. Glenohumeral joint dibentuk oleh caput humerus dan cavitas glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional sehari-hari seperti menyisir, menggaruk kepala, mengambil dompet dan sebagainya atas kerjasama yang harmonis dan simultan dengan sendi-sendi lainnya. Cavitas glenoidal sebagai mangkok sendi bentuknya agak cekung tempat melekatnya caput humeri dengan diameter cavitas glenoidalis yang pendek kira-kira hanya mencakup sepertiga bagian dan kepala tulang yang lebih besar, keadaan ini otomatis membuat sendi tersebut tidak stabil namun mempunyai gerakan yang paling luas. Dengan melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu lebih mudah mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan sendi lainnya. Sendi bahu yang kompleks menyebabkan terjadinya scapulo humeral rhytm, yaitu selama gerakan shoulder abduction elevation (juga flexion) terjadi gerak proporsional antara humerus dan scapula. Pada awal gerak abduksi 0º-30º terjadi gerakan humerus 30º dan scapula pada posisi tetap atau dapat juga sedikit adduksi. Pada 30º -60º terjadi gerak proporsional antara abduksi humerus-scapula sebesar 2 : 1 lalu pada abduksi 60º -120º terjadi eksternal rotasi humerus secara bertahap sebesar 90º guna menghindari benturan antara akromion dengan kaput humerus, sementara gerak proporsional 2 : 1 tetap. Saat abduksi 120º -180º mulai terjadi

gerakan intervertebral dan costa dan gerakan ini bermakna pada akhir ROM. Pada frozen shoulder gerak scapula dan humerus berbanding terbalik menjadi 1 : 2 yang disebut reverse scapulo humeral rhytm, dimana ini menunjukkan adanya pemendekan kapsul ligament.

Pembatasan gerak yang terjadi pada frozen shoulder mempunyai pola tertentu yang dikenal dengan capsular pattern, dimana ROM rotasi eksternal lebih terbatas daripada abduksi dan abduksi lebih terbatas daripada rotasi internal. Pasien umumnya mengeluh kesulitan mengangkat lengan, tidak dapat menyisir, tidak dapat mengambil dompet. Oleh karena itu tindakan fisioterapi ditujukan untuk mengatasi rasa nyeri pada bahu, meningkatkan ROM bahu dan mengembalikan aktifitas fungsional bahu.

Dalam melakukan tindakan fisioterapi seorang fisioterapis harus mampu melakukan asuhan fisioterapi sehingga dapat melakukan intervensi sesuai dengan struktur jaringan spesifik yang terkena dan patologi penyebabnya. Dimana asuhan fisioterapi terdiri dari asesmen fisioterapi, diagnosa fisioterapi, planning fisioterapi, intervensi fisioterapi evaluasi/re-evaluasi/er-asesmen. Keluhan nyeri pada sendi bahu dapat bersifat lokal, regional maupun segmental. Secara segmental gangguan atau kelainan pada cervical dan struktur jaringan sendi shoulder girdle sangat memungkinkan sebagai penyebab keluhan nyeri pada sendi bahu. Dari aspek regional maka kelainan struktur sendi yang mempengaruhi pergerakan sendi bahu juga dapat menyebabkan keluhan pada sendi bahu tersebut. Sedangkan kelainan yang bersifat lokal biasanya terjadi oleh gangguan pada sendi bahu itu sendiri (glenohumeral). Sehingga, pemeriksaan sendi

(3)

bahu juga meliputi cervical dan regio bahu itu sendiri. Faktor-faktor yang membatasi ROM shoulder akibat frozen shoulder antara lain karena adanya kontraktur capsule ligament dimana pada capsule bagian anterior menebal dan perlengketan pada lipatan kapsul sendi bagian inferior, adanya peningkatan refleks spasme pada otot-otot rotator cuff dan karena pengaruh dari gangguan microsirkulasi yang menyebabkan penurunan nutrisi pada otot dan capsul ligamen sehingga terjadi ishemik dan timbul nyeri lalu mengakibatkan respon autoimmobilisasi. Untuk menentukan ketepatan diagnosa pada kasus frozen shoulder dilakukan tes spesifik atau tes khusus berupa Joint Play Movement (JPM).

Pemberian modalitas short wave diathermy sebelum manual terapi mempunyai pengaruh terhadap penurunan nyeri, penurunan ketegangan otot dan peningkatan elastisitas kapsul sendi yang ditimbulkan oleh efek pemanasan local, yang akan meningkatkan sirkulasi jaringan pada sendi glenohumeralis berupa vasodilatasi capilair dan arteriole sehingga terjadi peningkatan suhu dan perbaikan sirkulasi jaringan dapat menurunkan aktivitas saraf sensorik bermielin tipis A delta dan tak bermielin C karena pengaruh modulasi nyeri level sensorik dan level spinal, dengan demikian nyeri berkurang. Perbaikan sirkulasi darah pada kapsuloligamenter juga berpengaruh terhadap peningkatan jumlah matriks jaringan ikat yang meningkatkan ekstensibilitas dari waving position serabut kolagen dan elastisitas serabut elasitn akibat peningkatan air dalam matriks. Dan pada keadaan ini ikatan kimiawi abnormal crosslink kasus kontraktur lebih mudah dimobilisasi sehingga diperoleh peningkatan lingkup gerak sendi oleh kemudahan gerak. Kekakuan sendi

bahu pada frozen shoulder akan membuat otot-otot disekitar sendi bahu akan menjadi spasme (m. Trapezius, m. Rhomboideus dll) karena mendapat persyarafan yang sama dengan yang mempersyarafi otot-otot lengan atas. Otot sekitar bahu yang spasme akan membuat suplai aliran darah yang menuju otot-otot lengan atas akan berkurang dan dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan atropi. Berdasarkan pengamatan tersebut penulis tertarik untuk memberikan intervensi berupa modifikasi dari aplikasi contraplanar pada SWD yaitu dengan meletakkan elektroda pada bagian lokal (bagian depan sendi bahu) dan bagian segmen yang mempersyarafi otot-otot sendi bahu (pada segmen C5-C6). Dengan adanya perbaikan sirkulasi yang lebih baik maka akan melenturkan kapsul sendi dan akan mempermudah dilakukannya traksi osilasi pada sendi bahu yang pada akhirnya akan meningkatkan range of motion pada sendi bahu.

Selain itu, intervensi ultrasound yang menggunakan gelombang suara ultra frekuensi 1 dan 3 MHz juga diberikan untuk memperbaiki sirkulasi darah dari vasodilatasi pembuluh darah sehingga mempermudah pengangkutan sisa metabolisme, penambahan sari makanan dan oksigen ke jaringan. Ultrasound juga bertujuan untuk rileksasi otot melalui efek panas dan tekanan mekanis, meningkatkan permeabilitas jaringan sehingga elastisitas otot menjadi bertambah, mengurangi nyeri melalui efek sedatif dan analgetik pada ujung-ujung syaraf sensoris, dan mempercepat penyembuhan.

Intervensi manual terapi terdiri atas manipulasi dan mobilisasi sendi. Teknik mobilisasi sendi yang dapat diaplikasikan bermacam-macam yang bertujuan untuk

(4)

mengembalikan fungsi sendi yang normal tanpa nyeri pada waktu melakukan aktifitas gerak sendi. Salah satu teknik mobilisasi sendi adalah traksi osilasi dapat meregang atau mengulur kapsul ligament tanpa nyeri melalui pelepasan abnormal cross link antara serabut-serabut kolagen sehingga terjadi perbaikan lingkup gerak sendi sampai mencapai tahap fungsional dari sendi sehingga diperoleh peningkatan lingkup gerak sendi.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui perbedaan pengaruh penambahan SWD aplikasi modifikasi contraplanar pada intervensi Ultrasound dan traksi osilasi terhadap peningkatan jumlah ROM Shoulder bidang frontal (abduksi-adduksi) dan transversal (eksternal rotasi-internal rotasi) akibat frozen shoulder.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini bersifat Quasi Eksperiment yang bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan teknik SWD aplikasi modifikasi kontraplanar pada intervensi Ultrasound dan traksi osilasi shoulder untuk meningkatkan Jumlah ROM Shoulder Bidang Frontal dan Bidang Transversal pada kondisi frozen shoulder.

Pada penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yakni . Kelompok pertama berjumlah 7 orang yang diberikan Ultrasound dan traksi osilasi shoulder sedangkan kelompok yang kedua juga berjumlah 7 orang yang diberikan Ultrasound, traksi osilasi shoulder dan SWD aplikasi modifikasi kontraplanar. Secara keseluruhan jumlah sampel sebanyak 14 orang sebagai berikut:

KELOMPOK KONTROL

Pada kelompok kontrol ini subjek penelitian diberikan intervensi Ultrasound dan traksi osilasi sampai 6 kali dengan frekuensi 3-6 kali seminggu. Sebelum perlakuan dilakukan pengukuran ROM shoulder bidang frontal dan bidang transversal dengan menggunakan instrumen goniometer untuk mengetahui keterbatasan range of motion akibat frozen shoulder. Selanjutnya dilakukan evaluasi kembali dengan melihat hasil peningkatan ROM dengan menggunakan goniometer. Peningkatan ROM tersebut dilakukan dan dicatat hasilnya pada format fisioterapi pada setiap perlakuan yang diberikan.

KELOMPOK PERLAKUAN

Pada kelompok perlakuan sampel pasien frozen shoulder dilakukan pengukuran ROM shoulder bidang frontal dan bidang transversal dengan menggunakan goniometer, kemudian diberikan Ultrasound, traksi osilasi shoulder dan diberikan penambahan SWD aplikasi modifikasi kontraplanar selama 6 kali intervensi dengan frekuensi 3-6 kali seminggu.

Selanjutnya dilakukan evaluasi kembali dengan melihat hasil pengukuran ROM dengan menggunakan goniometer. Pengukuran ini dilakukan dan dicatat hasilnya pada format fisioterapi pada setiap perlakuan yang diberikan.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan ssampel yang benar-benar mewakili suatu kelompok yang diambil sebagai sampel. Dalam menganalisisa data yang nanti akan diperoleh maka, peneliti menggunakan uji statistik.

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel dari Rumah Sakit Angkatan Laut Mintohardjo Jakarta yang datang ke Instansi Fisioterapi dengan keluhan frozen shoulder.

Sampel terdiri dari laki-laki dan perempuan

berusia 40-70 tahun. Secara keseluruhan sampel berjumlah 14 orang yang diperoleh dari hasil questioner, pemeriksaan dan wawancara. Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan.

Tabel 1 : Distribusi data berdasarkan usia pada kelompok Kontrol

Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa usia yang paling dominan mengalami/menderita frozen shoulder adalah terjadi pada usia 51-60 tahun. Hal ini disebabkan karena pada usia tersebut terjadi

respon automobilisasi akibat proses degenerasi. Dapat disimpulkan bahwa usia menjadi salah satu faktor terjadinya frozen shoulder.

Tabel 2 : Distribusi data berdasarkan Jenis Kelamin

Kelompok Control Kelompok Perlakuan

Jenis Kelamin

Jmlh % Jmlh %

Pria 1 14,29% 1 14,29%

Wanita 6 85,71% 6 85,71%

Jumlah 7 100% 7 100%

Berdasarkan data tabel 2, dapat dilihat jumlah persentase wanita yang menderita frozen shoulder lebih besar dibandingkan dengan laki-laki yang sebanyak 85,71%. Hal ini menandakan bahwa wanita memiliki resiko terkena frozen shoulder lebih besar dibandingkan laki-laki. UJI HIPOTESA

Uji hipotesis yang digunakan pada penelitian ini ada 2 jenis yaitu uji t-test related Untuk

menguji kemaknaan dua sampel yang saling berpasangan (related) pada kelompok control dan juga kelompok perlakuan. Jenis uji hipotesis ke 2 yang digunakan adalah uji t-test independent untuk menguji kemaknaan dua sampel yang saling tidak berpasangan (independen) pada kelompok control dan perlakuan.

Tabel 3: Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang

Frontal Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok Kontrol

Kelompok Control Kelompok Perlakuan

Usia N % n % 41-45 1 0 0 14,28 46-50 0 28,57 2 0 51-55 1 42,86 3 14,28 56-60 3 0 0 42,86 61-65 1 28,57 2 14,28 66-70 1 0 0 14,28 Jumlah 7 100 7 100

(6)

Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang Frontal Sebelum dan sesudah Intervensi

kelompok control Sampel Sebelum Sesudah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 42 65 62 60 65 54 70 60 88 85 78 88 67 90 Mean 59.71 79.42 SD 9.25 11.71

Dari tabel 3 dapat dilihat mean nilai ROM shoulder bidang frontal pada kelompok Kontrol sebelum intervensi adalah 59.71 dengan SD : 9.25 nilai mean sesudah intervensi adalah 79.42 dengan SD : 11.71 Berdasarkan hasil uji t-test related dari data tersebut didapatkan nilai P = 0.00 dimana P < 0.05, hal ini berarti Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ada pengaruh pemberian intervensi Ultrasound dan Traksi Oscilasi shoulder terhadap peningkatan Jumlah ROM shoulder bidang frontal pada kondisi frozen shoulder.

Tabel 4: Perbandingan ROM Shoulder Bidang

Transversal Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok Kontrol

Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang Transversal Sebelum dan sesudah Intervensi

kelompok kontrol Sampel Sebelum Sesudah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 95 75 98 87 92 114 80 130 124 138 117 120 137 122 Mean 91.57 126.86 SD 12.81 8.29

Dari tabel 4 dapat dilihat mean nilai ROM shoulder bidang transversal pada kelompok kontrol sebelum intervensi adalah 91.57 dengan

SD : 12.81 dan nilai mean sesudah intervensi adalah 126.86 dengan SD : 8.29 Berdasarkan hasil uji t-test related dari data tersebut didapatkan nilai P = 0.00 dimana P < 0.05, hal ini berarti Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ada pengaruh pemberian intervensi Ultrasound dan Traksi Oscilasi shoulder terhadap peningkatan ROM shoulder bidang transversal pada kondisi frozen shoulder.

Tabel 5 : Perbandingan ROM Shoulder Bidang Frontal

Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok Perlakuan Perbandingan selisih ROM

Shoulder Bidang Frontal Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok Perlakuan Sampel Sebelum Sesudah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 60 40 70 65 50 40 56 85 60 88 90 73 75 83 Mean 54.43 79.14 SD 11.71 10.54

Dari tabel 5 dapat dilihat mean nilai ROM shoulder bidang Frontal pada kelompok perlakuan sebelum intervensi adalah 54.43 dengan SD : 11.71 dan nilai mean sesudah intervensi adalah 79.14 dengan SD : 10.54 Berdasarkan hasil uji t-test related dari data tersebut didapatkan nilai P = 0.00 dimana P < 0.05, hal ini berarti Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ada pengaruh pemberian intervensi Ultrasound dan Traksi Osilasi shoulder dengan penambahan SWD

(7)

aplikasi modifikasi kontraplanar terhadap peningkatan Jumlah ROM shoulder bidang frontal pada kondisi frozen shoulder.

Tabel 4.16: Perbandingan ROM Shoulder Bidang

Transversal Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok Perlakuan

Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang Transversal

Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok Perlakuan Sampel Sebelum Sesudah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 110 65 75 70 75 75 95 155 100 103 123 115 130 135 Mean 80.71 123 SD 15.923 19.192

Dari tabel 6 dapat dilihat mean nilai ROM shoulder bidang Transversal pada kelompok perlakuan sebelum intervensi adalah 80.71 dengan SD : 15.923 dan nilai mean sesudah intervensi adalah 123 dengan SD : 19.192 Berdasarkan hasil uji t-test related dari data tersebut didapatkan nilai P = 0.00 dimana P < 0.05, hal ini berarti Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ada pengaruh pemberian intervensi Ultrasound dan Traksi Osilasi shoulder dengan penambahan SWD aplikasi modifikasi kontraplanar terhadap peningkatan Jumlah ROM shoulder bidang Transversal pada kondisi frozen shoulder

Tabel 7 : Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang

Frontal Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok Control dan Perlakuan

Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang Frontal Sebelum dan sesudah Intervensi

kelompok Control dan Perlakuan Sampel Kelompok Control Kelompok Perlakuan 1. 18 25 2. 3. 4. 5. 6. 7. 23 23 18 23 13 20 20 18 25 23 35 27 Mean 19.71 25.28 SD 3.73 5.50

Dari tabel 7 dapat dilihat mean Selisih Nilai ROM bidang frontal kelompok control adalah 19.71 dengan SD : 3.73 dan nilai mean Selisih Nilai ROM kelompok perlakuan adalah 25.28 dengan SD : 5.50. Berdasarkan hasil uji t-test independent dari data tersebut didapatkan nilai P = 0.070 dimana P > 0.05, hal ini berarti Ho gagal ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Tidak ada perbedaan pengaruh yang significan antara pemberian intervensi Ultrasound dan Traksi Osilasi dengan Ultrasound dan Traksi Oscilasi shoulder dengan penambahan SWD aplikasi modifikasi kontraplanar terhadap peningkatan Jumlah ROM shoulder bidang frontal pada kondisi frozen shoulder.

Tabel 8: Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang

Transversal Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok kontrol dan Perlakuan

Perbandingan selisih ROM Shoulder Bidang Transversal

Sebelum dan sesudah Intervensi kelompok Kontrol

dan Perlakuan Sampel

Kelompok

Kontrol Kelompok Perlakuan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 35 49 40 30 28 23 42 45 35 28 53 40 55 40 Mean 35.28 42.28 SD 9.01 9.58

Dari tabel 8 dapat dilihat mean Selisih Nilai ROM bidang Transversal kelompok kontrol adalah 35.28 dengan SD : 9.01 dan nilai mean

(8)

Selisih Nilai ROM kelompok perlakuan adalah 42.28 dengan SD : 9.58. Berdasarkan hasil uji t-test independent dari data tersebut didapatkan nilai P = 0.185 dimana P > 0.05, hal ini berarti Ho gagal ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Tidak ada perbedaan pengaruh yang significan dari pemberian intervensi Ultrasound dan Traksi Oscilasi shoulder dengan Ultrasound dan Traksi Oscilasi shoulder dengan penambahan SWD aplikasi modifikasi kontraplanar terhadap peningkatan Jumlah ROM shoulder bidang transversal pada kondisi frozen shoulder.

SIMPULAN

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Ada pengaruh yang signifikan dari pemberian intervensi Ultrasound dan Traksi Osilasi shoulder terhadap peningkatan Jumlah ROM shoulder bidang frontal dan bidang transveral pada kondisi frozen shoulder. Hal ini dikarenakan adanya perbaikan sirkulasi dan rileksasi otot oleh adanya efek heating dan mekanik dari intervensi ultrasound sehingga membantu dalam mengatasi spasme otot shoulder dan mempermudah dilakukannya traksi osilasi shoulder sehingga mobilitas shoulder relatif meningkat.

Ada pengaruh yang signifikan dari pemberian intervensi Ultrasound dan Traksi Osilasi shoulder dengan penambahan SWD aplikasi modifikasi kontraplanar terhadap peningkatan Jumlah ROM shoulder bidang frontal dan Transversal pada kondisi frozen shoulder. Hal ini disebabkan oleh karena selain dari efek seperti intervensi pada kelompok kontrol, juga adanya

penambahan SWD aplikasi modifikasi kontraplanar memberikan kontribusi tersendiri terhadap peningkatan ROM shoulder. SWD mampu menurunkan aktivitas sistem simpatis sehingga terjadi perbaikan sirkulasi dan vasodilitasi pembuluh darah, dimana akan menurunkan spasme otot, penurunan nyeri, peningkatan kadar air, matriks jaringan ikat sehingga kelenturan kapsul ligamen meningkat, nyeri regang menurun akibat terjadinya penurunan nyeri, penurunan ketegangan myofibril akibat penyerapan iritan spasme pada area persyarafan C5-C6 seperti pada m. upper trapezius, m. rhomboideus, m. supraspinatus, m. teres mayor dan lain-lain. Dengan peningkatan kelenturan pada kapsul ligamen maka akan mempermudah dilakukan mobilisasi yang pada akhirnya terjadi peningkatan ROM.

Tidak ada perbedaan pengaruh yang significan dari pemberian intervensi Ultrasound dan Traksi Osilasi shoulder dengan Ultrasound dan Traksi Osilasi shoulder dengan penambahan SWD aplikasi modifikasi contraplanar terhadap peningkatan Jumlah ROM shoulder bidang frontal dan transversal pada kondisi frozen shoulder. Hal ini dikarenakan pada kedua kelompok sama-sama terjadi perbaikan sirkulasi. Namun karena masing-masing metoda dari kelompok kontrol maupun perlakuan sudah sangat besar pengaruhnya, sehingga pengaruh dari penambahan SWD aplikasi modifikasi kontraplanar tidak begitu terlihat maknanya terhadap peningkatan jumlah ROM shoulder bidang frontal dan bidang transversal pada penderita frozen shoulder.

SARAN

Harus hati-hati dalam melakukan intervensi dan benar-benar memahami patofisiologi dan

(9)

sejauh mana tingkat kesembuhan pasien, karena pasien frozen shoulder usianya berkisar 40-70 tahun yang tergolong lanjut

Beri penjelasan tentang aktifitas yang boleh atau sebaiknya dikerjakan dan aktifitas apa saja yang sebaiknya dihindari selama pasien berada di rumah terkait dengan penyakitnya

Antara fisioterapis dan pasien harus terjalin komunikasi yang baik dan dalam memberikan penjelasan pada pasien harus menggunakan bahasa yang mudah dan umum agar pasien dapat mengerti dan percaya akan tindakan yang kita lakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Thomson Ann, et. al, Tydi’s Physioterapy, Twelft Edition, Butterworth- Heinemann,1991.

Apley, A. Graham, Buku Ajar Orthopedi Fraktur

Sistem Apley, 7th ed, Widya Medika

CD Atlas of clinical Anatomi

Donatelli, Robert ; Wooden, Micheal J, Orthopaedic

Physical Therapy, Churchil Livingstone Inc,

1989

T. Sidarta, Anatomi Susuan Syaraf Pusat Manusia, PT. Dian rakyat, Jakarta, 1986

Norkin Cynthya C, D. Joyce White. Measurement Of

Joint Motion, F.A. Davis. Company, 1995

Reese Nancy Berryman, Muscle and Sensory Testing, W.B. Saunders Company, America, 1999. Pletzer Werner, et. al, Sistem Lokomotor

Muskuloskeletal & Topografi, Edisi Enam,

Hipokrates, Jakarta, 1997.

Omar faiz, David Moffat, At a glance ANATOMI, alih bahasa, dr. Annnisa Rahmalia, Erlangga, Jakarta, 2004

Low John, Ari Reed, Electrotherapy Explained

principles and practice, 2000

Cailiet, Rene, Shoulder pain, F.A Davis Company, Philadelphia, 1996

Gambar

Tabel 1 : Distribusi data berdasarkan usia pada kelompok Kontrol
Tabel  4:  Perbandingan  ROM  Shoulder  Bidang  Transversal Sebelum dan sesudah  Intervensi kelompok  Kontrol
Tabel  8: Perbandingan  selisih ROM  Shoulder  Bidang  Transversal  Sebelum  dan  sesudah      Intervensi  kelompok kontrol dan Perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Konselor sebagai pendidik dapat berperan semaksimal mungkin kepada siswa sehing- ga mereka dapat berkembang pada tiga ranah tersebut di atas. Fenomena di lapangan ialah ma- sih

Untuk mengukur validitas data dalam penulisan skripsi ini peneliti menggunakan program SPSS, dimana menurut Sarwono (2012: 85), untuk menghitung validitas suatu kuesioner

Segala puji dan syukur Penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada Penyusun, sehingga Penyusun dapat

Penelitian ini dilakukan dengan memakai hewan uji mencit sebanyak 24 ekor yang terbagi dalam 6 kelompok.Masing-masing kelompok diberikan perlakuan yang berbeda untuk melihat

Hasil dari kegiatan ini adalah terbentuknya 16 kelompok masyarakat adat peduli lingkungan yang terdiri dari 7 kelompok penyelamat buah merah di kabupaten

Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1999, tentang Pendidikan Tinggi;.. Peraturan Pemerintah Republik

Menurut WK (2013:3) Adobe Flash merupakan “software multifungsi yang mempermudah pembuatan animasi, web, game, dan aplikasi multimedia lainnya”, sedangkan menurut Madcoms (2014:2)

Pada langkah ketiga diatas dijelaskan bahwa sampel melalukan penempatan posisi kaki parallel dan staggered pada saat melakukan start, dan setelah itu peneliti menganalisis