• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Dasar Manajemen Kebidanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Konsep Dasar Manajemen Kebidanan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN VARNEY

TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN VARNEY

KELUARGA BERENCANA

KELUARGA BERENCANA

Konsep Dasar Manajemen Kebidanan Konsep Dasar Manajemen Kebidanan

Pengertian Manajemen Kebidanan Pengertian Manajemen Kebidanan

Proses manajemen kebidanan adalah metode pendekatan pemecahan masalah yang Proses manajemen kebidanan adalah metode pendekatan pemecahan masalah yang digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam pemberian pelayanan digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam pemberian pelayanan asuhan kebidanan atau merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan oleh bidan asuhan kebidanan atau merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan oleh bidan serta merupakan metode yang terorganisasi melalui tindakan yang logical dalam serta merupakan metode yang terorganisasi melalui tindakan yang logical dalam  pemberian p

 pemberian pelayanan (Velayanan (Varney, 2008).arney, 2008).

Tahapan Dalam Manajemen Kebidanan (Varney, Tahapan Dalam Manajemen Kebidanan (Varney, 2008)2008)

Proses manajemen kebidanan dalam tujuh langkah yang ada pada waktu tertentu dapat Proses manajemen kebidanan dalam tujuh langkah yang ada pada waktu tertentu dapat diperluas dan dip

diperluas dan diperbaharui. erbaharui. Hal ini dimulai daHal ini dimulai dari pengumpulan dari pengumpulan data dasar dan diata dasar dan diakhirikhiri dengan eva

dengan evaluasi. luasi. Tujuh langkah Tujuh langkah itu adalah :itu adalah :

1.

1. Pengkajian DataPengkajian Data

Data yang harus dikumpulkan pada calon/akseptor keluarga berencana Data yang harus dikumpulkan pada calon/akseptor keluarga berencana (KB), meliputi : Biodata/identitas baik pasien maupun suami, data subjektif dan (KB), meliputi : Biodata/identitas baik pasien maupun suami, data subjektif dan data objektif, yang terdiri atas pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul dan data objektif, yang terdiri atas pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul dan  pemeriksaa

 pemeriksaan n laboratorium/penunlaboratorium/penunjang jang lainnya. lainnya. Biodata Biodata yang yang dikumpulkandikumpulkan meliputi : nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan dan alamat meliputi : nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan dan alamat lengkap.

lengkap.

Data Subjektif dan data objektif harus dibedakan menjadi akseptor Data Subjektif dan data objektif harus dibedakan menjadi akseptor kunjungan awal dan pasien kunjungan ulang. (Wafi, Mufdlilah, Nanik, 2009) kunjungan awal dan pasien kunjungan ulang. (Wafi, Mufdlilah, Nanik, 2009) Data Subjektif dari

Data Subjektif dari calon/akcalon/akseptor KB, septor KB, yang harus dikumpulkan, meliputiyang harus dikumpulkan, meliputi

a.

a. Keluhan Utama/alasan datang ke institusi pelayanan kesehatan dan kunjunganKeluhan Utama/alasan datang ke institusi pelayanan kesehatan dan kunjungan saat ini

saat ini apakah kunjungan pertama atau kunjungan ulang.apakah kunjungan pertama atau kunjungan ulang.

 b.

 b.  Riwayat Perkawinan Riwayat Perkawinan, terdiri atas : Status perkawinan, perkawinan ke, umur klien, terdiri atas : Status perkawinan, perkawinan ke, umur klien saat perkawinan dan lam perkawinan.

saat perkawinan dan lam perkawinan.

c.

c.  Riwayat  Riwayat MenstruasiMenstruasi, meliputi : menarche, siklus menstruasi, lama menstruasi,, meliputi : menarche, siklus menstruasi, lama menstruasi, dismenorhrea, perdarah

(2)

d.  Riwayat   Obstetri  Para (P)…  Abortus (Ab)…  Anak Hidup (Ah).., meliputi:

 perdarahan pada kehamilan, persalinana dan nifas yang lalu, hipertensi dalam kehamilan, persalinana dan nifas yang lalu, BB lahir bayi kurang dari 2500 gram atau lebih dari 4000 gram serta masalah selama kehamilan , persalianan dan nifas yang lalu.

e.  Riwayat Keluarga Berencana, meliputi : jenis metode yang dipakai, waktu, tenaga dan tempat saat pemasangan dan berhenti, keluhan atau alasan berhenti.

f.  Riwayat Kesehatan, meliputi: riwayat penyakit sistemik yang sedang/pernah diderita (penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC, ginjal, asma, epilepsy, hati, malaria, penyakit kelamin, HIV/AIDS), riwayat penyakit sistemik keluarga, riwayat penyakit ginekologi dan riwayat penyakit sekarang.

g. Riwayat kecelakaan, operasi, alergi obat/makanan

h.  Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari, meliputi : pola nutrisi (makan dan minum), eliminasi (BAB dan BAK), personal hygiene, aktivitas dan istirahat.

i.  Keadaan Psikososial , meliputi: pengetahuan dan respon pasien terhadap semua metode/alat kontrasepsi dan/atau kontrasepsi yang digunakan saat ini, keluhan/kondisi yang dihadapi saat ini, jumlah keluarga dirumah, respon keluarga terhadap metode/alat kontrasepsi dan/atau kontrasepsi yang digunakan saat ini, dukungan keluarga, pengambilan keputusan dalam keluargadan pilhan tempat mendapatkan pelayanan KB.

Data Objektif dari calon/akseptor KB, yang harus dikumpulkan, meliputi : a.  Pemeriksaan Fisik, meliputi:

1)  Keadaan Umum, meliputi: kesadaran, keadaan emosi dan postur badan pasien selama pemeriksaan, BB.

2) Tanda-tanda Vital : tekanan darah, suhu badan, frekuensi denyut nadi dan  pernafasan.

3)  Kepala dan Leher , meliputi: edema wajah, mata (kelopak mata pucat, warna skrela), mulut (rahang pucat, kebersihan, keadaan gigi (karies, karang, tonsil)), leher (pembesaran kelenjar tiroid, pembuluh limfe).

4)  Payudara, meliputi: bentuk dan ukuran, hiperpigmentasi pada areola, keadaan putting susu, retraksi, adanya benjolan /massa yang mencurigakan,  pengeluaran cairan dan pembesaran kelenjar limfe.

5)  Abdomen, meliputi: adanaya bnetuk, adanya bekas luka, benjolan/masa tumor, pembesaran hepar, nyeri tekan.

(3)

6)  Ekstremitas, meliputi: edema tangan, pucat atau ikterus pada kuku jari, varises berat atau pembengkakan pada kaki, edema yang sangat pada kaki. 7) Genetalia, meliputi : luka, varises, kondiloma, cairan (warna, konsistensi,

 jumlah, bau, keluhan gatal/panas), keadaan kelenjar bartholini (pembengkakan, cairan, kista), nyeri tekan, hemoroid dan kelainan lain.

8)  Punggung , ada kelainan bentuk atau tidak 9) Kebersihan kulit, adakah ikterus

 b. Pemeriksaan ginekologi

 Inspekulo, meliputi: keadaan serviks (cairan,/darah, luka/peradangan/tanda-tanda keganasan), keadaan dinding vagina (cairan/darah, luka) posisi benang IUD (bagi akseptor KB IUD)

 Pemeriksaan Bimanua  untuk mencari letak serviks, adakah dilatasi dan nyeri tekan/goyang. Palpasi uterus untuk menentukan ukuran, bentuk dan posisi, mobilitas, nyeri, adanya masa ayau pembesaran. Apakah teraba masa adneksa dan adanya ulkus genetalia.

c.  Pemeriksaan Penunjang 

Pada kondisi tertentu, calon/akseptor KB harus menjalani beberapa pemeriksaan  penunjang untuk melengkapi data yang telah dikumpulkan dan keperluan menegakkan adanya kehamilan, maupun efek samping/komplikasi penggunaan kontrasepsi. Beberapa pemeriksaan laboratprium yang harus dilakukan pada calon.akseptor KB, adalah pemeriksaan tes kehmilan, USG, radiokologi untuk memastikan posisi IUD/implant, kadar hemoglobin, kadar gula darah dan lain-lain.

2. Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Contoh: Diagnosis : P1 Ab0 Ah1 umur ibu 23 tahun, umur ibu 2 bulan, menyusui, sehat, ingin menggunakan alat kontrasepsi. (Wafi, Mufdlilah, Nanik, 2009)

Masalah :

(4)

b. Ibu ingin menggunakan metode pil kontrasepsi, tetapi merasa berat jika harus

minum rutin setiap hari. Kebutuhan :

a. Konseling tentang metode KB untuk menjarangkan kehamilan.

 b. Motivasi untuk menggunakan metode yang tepat untuk menjarangkan kehamilan.

3. Mengidentifikasi Diagonsa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkain masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasikan . Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis/masalah potrnsial ini benar-benar terjadi. (Wafi, Mufdlilah, Nanik, 2009)

Contoh :

Diagnosis potensial : Hipermenorrea karena komplikasi pemakain IUD pot ensial terjadi anemia.

Masalah Potensial : lupa minum pil 3 hari berturut-turut potensial terjadi kegagalan.

4. Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau unruk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Beberapa data mungkin mengidentifikasikan situasi yang gawat dan bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa calon/akseptor KB.

Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari dokter, misalnya perdarahan pervaginam yang hebat akibat efek samping IUD. Adanya hipermenorrea setiap menstruasi, mengaharuskan bidan untuk bertindak cepat, antara lain memperbaiki keadaan umum akseptor dan bila perlu  pertimbangkan segera mengganti metode kontrasepsi untuk mencegah akseptor

(5)

5. Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dan kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi  juga dari kerangka pedoman antiispasi terhadap wanita t ersebut seperti apa yang diperlukan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluahan, konseling dan pakah perlu merujuk klien bila ada masalah-maslah yang berkaitan dengan social ekonomi, kultural atau masalah psikologis.

Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, bidan dank lien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini haruslah rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date  serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien. Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya. (Wafi, Mufdlilah, Nanik, 2009)

6. Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah ini bidan mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efektif dan aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagian dilakukan oleh bidan, sebagian oleh klien sendiri atau oleh petugas lainnya. Walau bidan tidak melaksanakan seluruh asuhan sendiri, tetapi dia tetap memiliki tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya memantau rencananya benar- benar terlaksana).

(6)

Bila perlu berkolaborasi dengan dokter misalnya karena ada komplikasi. Manajemen yang efisien berhubungan dengan waktu, biaya seta peningkatan mutu asuhan. Kaji ulang apakah semua rencana telah dilaksanakan. (Wafi, Mufdlilah, Nanik, 2009)

7. Evaluasi

Pada langkah ini di evaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan, apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam diagnose maupun masalah. Pelaksanaan rencana asuhan tersebut telah di anggap efektif apabila semua perencaan dapat terlaksana dengan baik.

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut terlaksana dengan efektif dan mungkin sebagian belum efektif. Karena proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu evaluasi, kenapa asuhan yang telah di berikan belum efektif, melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses tersebut tidak efektif serta melakukan  penyesuaian dan modifikasi apabila memang perlu dilakuakan. Langkah-langkah  proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses  berfikir yang mempengaruhi tindakan serta orientasi pada proses klinis, karena  proses manajemen tersebut berlangsung didalam setiap situasi klinik.

Manajemen kebidanan terdiriatas 7 langkah ini yang merupakan proses  berfikir dalam mengambil keputusan klinis dalam memberikan asuhan kebidanan yang dapat diaplikasikan atau di terapkan dalam setiap situasi. (Wafi, Mufdlilah,  Nanik, 2009)

Format Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada KB Menurut Hellen Varney 1. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu langkah awal yang dipakai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada pasien. Pada tahap ini semua data dasar dan informasi tentang klien dikumpulkan dan dianalisa untuk mengevaluasi keadaan pasien.

Data ini difokuskan pada : a. Data Subjektif

(7)

1) Biodata.

a)  Nama : Harus ditulis dengan jelas agar tidak keliru dengan orang lain, mengingat banyak sekali nama yang sama (Matondang, 2013).

 b) Umur : Dikaji untuk mengetahui dan memberikan perencanaan keluarga  pada pasien dengan tepat sesuan 3 fase perencanaan KB

c) Agama : Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan klien dan memudahkan bidan melakukan asuhan kebidanan (Estiwidani, 2008).

d) Pekerjaan :Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap  permasalahan kesehatan klien

e) Suku/bangsa : Untuk mengetahui sosial budaya dan adat istiadat yang dianut pasien sehingga dapat mempermudah dalam melaksanakan asuhan kebidanan.

f) Pendidikan : Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan klien dan memudahkan bidan melakukan asuhan kebidanan (Estiwidani, 2008).

g) Alamat : Untuk maksud mempermudah hubungan bila di perlukan keadaan mendesak (Estiwidani, 2008).

2) Keluhan Pasien.

Dikaji keluhan pasien yang berhubungan dengan penggunaan KB.

3) Riwayat Kesehatan Pasien.

Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah menderita atau sedang menderita penyakit-penyakit meliputi hipertensi, jantung, TBC, paru- paru, asma, diabetes mellitus, riwayat penyakit/ trauma tulang punggung.

(8)

Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga mempunyai riwayat penyakit keturunan meliputi penyakit hipertensi, jantung, asma, diabetes mellitus, dan riwayat keturunan kembar.

5) Riwayat Obstetri. a) Riwayat haid.

Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid, lamanya haid, sifat darah haid, dismenorhea atau tidak, flour albus atau tidak.

 b) Riwayat perkawinan.

Dikaji untuk mengetahui sudah berapa lama pasien menikah, sudah berapa kali pasien menikah, berapa umur pasien dan suami pada saat menikah, sehingga dapat diketahui apakah pasien masuk dalam infertilitas sekunder atau bukan..

6) Riwayat persalinan yang lalu.

Jika ia pernah melahirkan, apakah ia memiliki riwayat kelahiran dengan operasi atau tidak.

7) Riwayat KB.

Untuk mengetahui apakah ibu sudah menjadi akseptor KB lain sebelum menggunakan KB pil dan sudah berapa lama menjadi akseptor KB tersebut. 8) Pola kehidupan sehari-hari.

a) Pola nutrisi.

Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya,  jenis makanan, dan makanan pantangan atau terdapatnya alergi.

(9)

Dikaji untuk mengetahui tentang BAB dan BAK baik frekuensi dan pola sehari-hari

c) Pola istirahat

Dikaji untuk mengetahui pola tidur serta lamanya tidur. d) Pola seksual

Dikaji apakah ada gangguan atau keluhan dalam hubungan seksual. e) Pola aktifitas

Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji  pengaruh aktifitas terhadap kesehatannya.

f) Pola personal hygiene masalah dan lingkungan

Mandi berapa kali, gosok gigi berapa kali, kramas berapa kali, bagaimana kebersihan lingkungan apakah memenuhi syarat kesehatan.

9) Data pengetahuan

Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan usaha yang akan dilakukan ibu, mengenai jenis –  jenis alat kontrasepsi, manfaat dan efek samping.

10) Data Psikologis

Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui keadaan psikologi ibu sehubungan dengan hubungan pasien dengan suami, keluarga, dan tetangga. Dan bagaimana  pandangan suami dengan alkon yang dipilih apakah mendapat dukungan atau

tidak.

 b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum.

Dilakukan pemeriksaan umum untuk mengkaji keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, dan RR) yang dapat digunakan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya.

(10)

a) Kepala

Periksa keadaan kepala dan kulit kepala, distribusi rambut rontok atau tidak.

 b) Mata

Untuk mengetahui konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak, dan untuk mengetahui kelopak mata cekung atau tidak.

c) Hidung

Diperiksa untuk mengetahui ada polip atau tidak. d) Mulut

Diperiksa untuk mengetahui apakah ada stomatitis atau tidak. Dan ada caries dentis atau tidak.

e) Telinga

Diperiksa untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda infeksi telinga f) Leher

Diperiksa apakah ada pembesaran kelenjar tyroid atau tidak. g) Ketiak

Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak. h) Dada

Untuk mengetahui dada simetris atau tidak, ada retraksi dinding dada saat respirasi atau tidak.

i) Mammae

Apakah ada kelainan pada bentuk payudara seperti benjolan abnormal atau tidak.

 j) Abdomen

Diperiksa untuk mengetahui adanya bekas operasi pada daerah abdomen atau tidak.

(11)

Untuk mengetahi adanya nyeri tekan waktu diperiksa atau tidak. l) Genitalia

Dikaji apakah adanya condiluma aquminata dan diraba adanya infeksi kelenjar batholini dan kelenjar skene atau tidak.

m) Punggung

Periksa apakah ada kelainan tulang punggung atau tidak. n) Anus

Apakah pada saat inspeksi ada hemoroid atau tidak. o) Ekstremitas

Diperiksa apakah ada varises atau tidak , apakah ada odem dan kelainan atau tidak.

2. Interpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa/ masalah

Interpretasi dibentuk dari data dasar, dalam hal ini dapat berupa diagnosa kebidanan, masalah dan keadaan pasien.

3. Identifikasi diagnosa/diagnosa Potensial

Yaitu mengidentifikasi masalah dan diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati kilen  bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah ini benar-benar

terjadi.

4. Identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera

Pada langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan yaitu bukan hanya asuhan kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan. Beberapa data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu

(12)

situasi yang memerlukan tindakan segera, seperti konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.

5. Perencanaan /Intervensi

Lakukan komunikasi terapiutik pada pasien dan merencanakan asuhan kebidanan sesuai dengan kasus yang ada yang didukung dengan pendekatan yang rasional sebagai dasar untuk mengambil keputusan sesuai langkah selanjutnya. Perencanaan  berkaitan dengan diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan.

a. Berkaitan dengan diagnosa kebidanan.

1) Pemberian informasi tentang hasil pemeriksaan keadaan pasien.

2) Pemberian informasi tentang indikasi dan kontraindikasi alat kontrasepsi. 3) Pemberian informasi tentang keuntungan dan kerugian alat kontrasepsi. 4) Pemberian informasi tentang cara penggunaan alat kontrasepsi.

 b. Berkaitan dengan masalah.

1) Pemberian informasi mengenai proses atau cara kerja alat kontrasepsi.

6. Pelaksanaan/ Implementasi

Pelaksanaan bertujuan untuk mengatasi diagnosa kebidanan, masalah pasien sesuai rencana yang telah dibuat, pelaksanaan tersebut hendaknya dibuat secara sistematis, agar asuhan kebidanan dapat diberikan dengan baik dan melakukan follow up.

a. Memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan keadaan pasien.

 b. Memberikan informasi tentang indikasi dan kontraindikasi alat kontrasepsi. c. Memberikan informasi tentang keuntungan dan kerugian alat kontrasepsi. d. Memberikan informasi tentang cara penggunaan alat kontrasepsi.

(13)

Langkah ini merupakan langkah terakhir dari semua tindakan guna mengetahui apa yang telah dilakukan bidan, apakah implementasi sesuai dengan perencanaan dan harapan dari asuhan kebidanan yang diberikan.

a. Pasien mengetahui tentang kondisinya.

 b. Pasien mengetahui tentang indikasi dan kontraindikasi alat kontrasepsi. c. Pasien mengetahui tentang keuntungan dan kerugian alat kontrasepsi. d. Pasien mengetahui tentang cara penggunaan alat kontrasepsi.

Referensi

Dokumen terkait

program khusus untuk eradikasi Polio, Eliminasi Campak dan Tetanus. Di Indonesia, program imunisasi merupakan program nasional dengan sasaran utama sekitar 5 juta bayi

Kemanusiaan yang adil dan beradab bagi bangsa Indonesia, bersumber dari ajaran Tuhan Yang Maha Esa. Manusia adalah makhluk pribadi anggota masyarakat dan sekaligus sebagai hamba

Konflik Suku Agama Ras dan Aliran yang terjadi di Kabupaten Poso adalah sebuah konflik yang cukup kompleks ditinjau dari akar permasalahannya. Berakar dari masalah ekonomi

menyatakan bahwa ada pengaruh pemberian kacang kedelai terhadap peningkatan ASI Ibu Nifas sdi PBM Dillah Sobirin sehingga diharapkan mampu menunjang keberhasilan

Hal ini berarti persepsi nilai yang terbentuk dari celebrity endorser (yaitu tentang tentang pengorbanan yang sama dengan manfaat yang diterima, kegunaan produk

certain society the use of taboo words is

Finally, the writer concludes that at the beginning of the story Kaname does not like the traditional Japanese culture even he is annoyed at it, but it is

Teori-teori yang digunakan dalam pengembangan ini adalah teori pendekatan, metode, dan teknik, pendekatan komunikatif, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, silabus