• Tidak ada hasil yang ditemukan

masalah di kebidanan komunitas dan strat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "masalah di kebidanan komunitas dan strat"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KEBIDANAN KOMUNITAS

“MASALAH KEBIDANAN ANC, INC, PNC DAN BBL”

DOSEN MATA KULIAH : Bd. Erwani, M.

Kes,-DISUSUN OLEH : KELOMPOK III dan IV :

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

2013 1. Peny Ariani

2. Imelda Fitri 3. Henny Gustianti 4. Gustina

5. Nikmatullah Wahidah 6. Lira Dian Novika

8. Lenny Nainggolan 9. Monarisa

10. Ratih Anissa Aulia 11. Elma Rezi

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Psikososial Kebidanan dengan judul “Masalah Kebidanan ANC, INC, PNC dan BBL”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebidanan Komunitasyang diampu oleh Bd. Erwani, M. Kespada program pascasarjana ilmu kebidanan Universitas Andalas Padang.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang ini.

Padang, September 2013

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

BAB II PEMBAHASAN...3

A. Tinjauan Teoritis Asuhan Komunitas dalam Pelayanan Kebidanan...3

1. Asuhan Antenatal (Antenatal Care) di Komunitas...3

2. Asuhan Intranatal (INC)...13

3. Asuhan Postnatal (PNC)...14

4. Asuhan bayi baru lahir (BBL)...23

B. Skenario Kasus di Komunitas...24

1. Tinjauan kasus berdasarkan asuhan antenatal (ANC)...25

2. Tinjauan kasus berdasarkan asuhan intranatal (INC)...30

3. Tinjauan kasus berdasarkan asuhan postnatal (PNC)...32

4. Tinjauan kasus berdasarkan asuhan bayi baru lahir (BBL)...35

C. Pemecahan Masalah (Problem Solving)...36

1. Pemecahan masalah pada kasus ANC...36

2. Pemecahan masalah pada kasus INC...39

3. Pemecahan masalah pada kasus PNC...44

4. Pemecahan masalah pada kasus BBL...46

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebidanan berasal dari perawatan yang diberikan kepada ibu melahirkan oleh ibu lain dari komunitas atau keluarganya sendiri. Walaupun profesionalisasi kebidanan dengan registrasi bidan sudah ada, sebagian besar berdasarkan pada komunitas. Mayoritas persalinan dirumah, dengan perbandingan antara persalinan di rumah sakit mengalami perubahan selama setengah abad terakhir. Hal ini menyebabkan terjadinya pemisahan antara kebidanan di rumah sakit dan kebidanan komunitas; ketika bidan berada di rumah sakit, mereka diorganisasikan berdasarkan model asuhan kebidanan, oleh karena itu, perawatan yang diberikan menjadi semakin terpecah-pecah. Selain itu, karena asuhan maternitas menjadi semakin bersifat teknis dan medis, semakin sulit pula bagi bidan untuk berpraktik secara otonom. Akibatnya, potensi terciptanya hubungan yang kontinu antara bidan dan ibu semakin sedikit, dan kemampuan bidan untuk menggunakan semua keterampilan dan pengetahuannya dan menatalaksanakan perawatan juga semakin kecil [ CITATION Dia09 \l 1033 ].

Masalah kerusakan lingkungan hidup manusia di bumi telah diketahui secara umum dan berdampak merugikan kesehatan ibu dan bayi sehingga mengakibatkan kematian. Masalah kebidanan komunitas terdiri dari kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, unsafe abortion, berat badan lahir rendah (BBLR), tingkat kesuburan, asuhan antenatal (ANC) yang kurang di komunitas, pertolongan persalinan non-kesehatan, sindrom pra-menstruasi, perilaku dan social budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan yang komprehensif dan menyeluruh kepada semua lapisan masyarakat. Bidan dapat mengetahui kebutuhan pelayanan kebidanan [ CITATION Sya09 \l 1033 ].

Faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak sangat luas dan rumit. Dampaknya muncul jauh sebelum kehamilan dan akan terus berlanjut setelah pemulangan wanita dari layanan maternitas. Oleh karena itu, layanan kesehatan komunitas dan social berperan penting dalam siklus kehidupan keluarga di banyak masyarakat [ CITATION Dia09 \l 1033 ].

(5)

unsafe abortion, BBLR, dan tingkat kesuburan yang ada di komunitas [ CITATION Sya09 \l 1033 ].

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teoritis Asuhan Komunitas dalam Pelayanan Kebidanan 1. Asuhan Antenatal (Antenatal Care) di Komunitas

Asuhan antenatal adalah asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sejak konfirmasi konsepsi hingga awal persalinan. Bidan akan menggunakan pendekatan yang berpusat pada ibu dalam memberikan asuhan kepada ibu dan keluarganya dengan berbagi informasi untuk memudahkannya membuat pilihan tentang asuhan yang akan diterima[ CITATION Dia09 \l 1033 ].

a. Tujuan asuhan antenatal

Tujuan asuhan antenatal adalah memantau perkembangan kehamilan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan perkembangan janin normal. Penting bagi bidan untuk secara kritis mengevaluasi dampak fisik, psikologis, dan sosiologi kehamilan terhadap ibu dan keluarganya. Bidan dapat melakukan hal ini dengan :

1) Mengembangkan hubungan kemitraan dengan ibu

2) Melakukan pendekatan yang holistic dalam memberikan asuhan kepada ibu yang dapat memenuhi kebutuhan individualnya.

3) Meningkatkan kesadaran terhadap masalah kesehatan masyarakat bagi ibu dan keluarganya.

4) Bertukar informasi dengan ibu dan keluarganya dan membuat mereka mampu menentukan pilihan berdasarlam informasi tentang kehamilan dan kelahiran.

5) Menjadi advokat bagi ibu dan keluarganya selama kehamilan, mendukung hak-hak ibu untuk memilih asuhan yang ssesuai dengan kebutuhannya sendiri dan keluarganya.

6) Mengetahui kesulitan kehamilan dan merujuk ibu dengan tepat dalam tim multidisiplin

7) Memfasilitasi ibu dan keluarga dalam mempersiapkan kelahiran, dan membuat rencana persalinan

8) Memfasilitasi ibu untuk membuat pilihan berdasarkan informasi tentang metode pemberian makan untuk bayi dan memberikan saran yang tepat dan sensitive untuk mendukung keputusannya

9) Memberikan penyuluhan tentang peran menjadi orang tua dalam suatu program terencana atau secara perseorangan

(7)

b. Pengkajian awal (kunjungan pertama)

Tujuan kunjungan ini adalah memperkenalkan ibu dengan layanan maternitas. Dalam kunjungan ini, akan terjadi pertukaran informasi ntara ibu dan bidan dalam rangka mendiskusikan, merencanakan, dan mengimplementasikan asuhan selama kehamilan, kelahiran, dan pascanatal.

Meskipun penggunaan daftar yang telah disiapkan untuk memastikan bahwa informasi yang penting telah diberikan merupakan hal yang sangat membantu, penting bagi bidan untuk tidak membacakan secara langsung sederet pertanyaan tersebut. Akan lebih efektif jika bidan mengintegrasikan pertanyaan tersebut secara sistematis ke dalam diskusi atau percakapan.

Semakin dini kontak pertama yang dilakukan dengan bidan, semakin tepat dan bermanfaat saran yang diberikan oleh bidan, terutama yang menghubungkan antara nutrisi dan asuhan terhadap organ janin yang sedang berkembang, yang hampir sepenuhnya terbentuk pada usia gestasi 12 minggu. Kondisi medis, konsumsi obat, atau alcohol, semuanya memiliki dampak yang berat dan merugikan terhadap janin pada waktu ini.

Awal kehamilan dapat membuat ibu merasa lelah, mual, dan terlalu terbebani berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya. ibu dapat dirujuk ke dokter umum atau dokter obstetric jika diketahui menderita masalah medis atau psikologis yang data memperngaruhi kehamilan, atau jika kehamilan dapat memperburuk kondisi tersebut. Penting bagi bidan untuk mempertahankan kontinuitas bersama ibu, sekalipun ia tidak memberikan asuhan total selama kehamilan; ia dapat bertindak sebagai advokat bagi ibu untuk meningkatkan asuhan yang diberikan. Penting juga bagi bidan untuk memahami dan meningkatkan normalitas dalam konteks asuhan resiko tinggi.

c. Perkenalan

(8)

yang lebih holistic tentang kebutuhan ibu. Bidan juga harus memberi kesempatan kepada ibu jika ibu ingin meluangkan waktu bersama bidan untuk berdiskusi secara pribadi. Sebagai contoh, penting bagi bidan untuk mengenali sikapnya sendiri terhadap agama dan budaya, dan untuk menerima perbedaan individu yang dapat bertentangan dengan hal tersebut. Menerima asuhan antenatal dari bidan di lingkungan yang tidak familier atau yang tidak dikenal, dapat merupakan pengalaman pertama bagi beberapa wanita di luar komunitasnya sendiri.

d. Konsep dasar asuhan kehamilan

Filosofi asuhan kehamilan menggambarkan keyakinan yang dianut oleh bidan dan dijadikan sebagai panduan yang diyakini dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien selama masa kehamilan. Dalam filosofi asuhan kehamilan ini dijelaskan beberapa keyakinan yang akan mewarnai asuhan itu.

1) Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis, bukan patologis. Oleh karenanya, asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang meminimalkan intervensi. Bidan harus memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis yang tidak terbukti manfaatnya. 2) Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan

(continuity of care) Sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seorang profesional yang sama atau dari satu team kecil tenaga profesional, sebab dengan begitu maka perkembangan kondisi mereka setiap saat akan terpantau dengan baik selain juga mereka menjadi lebih percaya dan terbuka karena merasa sudah mengenal si pemberi asuhan.

(9)

keluarga. Selain itu, keluarga juga merupakan unit sosial yang terdekat dan dapat memberikan dukungan yang kuat bagi anggotanya. Dalam hal pengambilan keputusan haruslah merupakan kesepakatan bersama antara ibu, keluarganya, dan bidan, dengan ibu sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan. Ibu mempunyai hak untuk memilih dan memutuskan kepada siapa dan dimana ia akan memperoleh pelayanan kebidanannya.

4) Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan memperoleh pengetahuan/pengalaman yang berhubungan dengan kehamilannya. Tenaga profesional kesehatan tidak mungkin terus menerus mendampingi dan merawat ibu hamil, karenanya ibu hamil perlu mendapat informasi dan pengalaman agar dapat merawat diri sendiri secara benar. Perempuan harus diberdayakan untuk mampu mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya melalui tindakan KIE dan konseling yang dilakukan bidan.

e. Prinsip-prinsip pokok asuhan kehamilan

1) Kehamilan dan kelahiran adalah suatu proses yang normal, alami dan sehat.

Sebagai bidan kita meyakini bahwa model asuhan kehamilan yang membantu serta melindungi proses kehamilan & kelahiran normal adalah yang paling sesuai bagi sebagian besar wanita. Tidak perlu melakukan intervensi yang tidak didukung oleh bukti ilmiah (evidence-based practice).

2) Pemberdayaan. Ibu adalah pelaku utama dalam asuhan kehamilan. Oleh karena itu, bidan harus memberdayakan ibu (dan keluarga) dengan meningkatkan pengetahuan & pengalaman mereka melalui pendidikan kesehatan agar dapat merawat dan menolong diri sendiri pada kondisi tertentu. Hindarkan sikap negatif dan banyak mengkritik. 3) Otonomi. Pengambil keputusan adalah ibu & keluarga.

(10)

4) Tidak membahayakan.

Intervensi harus dilaksanakan atas dasar indikasi yang spesifik, bukan sebagai rutinitas sebab test-test rutin, obat, atau prosedur lain pada kehamilan dapat membahayakan ibu maupun janin. Bidan yang terampil harus tahu kapan ia harus melakukan sesuatu dan intervensi yang dilakukannya haruslah aman berdasarkan bukti ilmiah.

5) Tanggung jawab. Asuhan kehamilan yang diberikan bidan harus selalu didasari ilmu, analisa, dan pertimbangan yang matang.

Akibat yang timbul dari tindakan yang dilakukan menjadi tanggungan bidan. Pelayanan yang diberikan harus berdasarkan kebutuhan ibu & janin, bukan atas kebutuhan bidan. Asuhan yang berkualitas, berfokus pada klien, dan sayang ibu serta berdasarkan bukti ilmiah terkini (praktek terbaik) menjadi tanggung jawab semua profesional bidan. f. Refocusing asuhan kehamilan

Hasil survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan angka kematian ibu sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab utama adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Sebenarnya bidan memiliki peran penting dalam mencegah dan atau menangani setiap kondisi yang mengancam jiwa ini melalui beberapa intervensi yang merupakan komponen penting dalam ANC seperti : mengukur tekanan darah, memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan/infeksi, maupun deteksi & penanganan awal terhadap anemia. Namun ternyata banyak komponen ANC yang rutin dilaksanakan tersebut tidak efektif untuk menurunkan angka kematian maternal & perinatal.

g. Isi refocusing ANC :

Penolong yang terampil/terlatih harus selalu tersedia untuk :

1) Membantu setiap bumil & keluarganya membuat perencanaan persalinan : petugas kesehatan yang terampil, tempat bersalin, keuangan, nutrisi yang baik selama hamil, perlengkapan esensial untuk ibu-bayi). Penolong persalinan yang terampil menjamin asuhan normal yang aman sehingga mencegah komplikasi yang mengancam jiwa serta dapat segera mengenali masalah dan merespon dengan tepat.

(11)

donor darah,) pada setiap kunjungan. Jika setiap bumil sudah mempersiapkan diri sebelum terjadi komplikasi maka waktu penyelamatan jiwa tidak akan banyak terbuang untuk membuat keputusan, mencari transportasi, biaya, donor darah, dsb.

3) Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang memerlukan persalinan RS (riwayat SC, IUFD, dsb). Ibu yang sudah tahu kalau ia mempunyai kondisi yang memerlukan kelahiran di RS akan berada di RS saat persalinan, sehingga kematian karena penundaan keputusan, keputusan yang kurang tepat, atau hambatan dalam hal jangkauan akan dapat dicegah.

4) Mendeteksi & menangani komplikasi (preeklamsia, perdarahan pervaginam, anemia berat, penyakit menular seksual, tuberkulosis, malaria, dsb).

5) Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu, dan letak/presentasi abnormal setelah 36 minggu. Ibu yang memerlukan kelahiran operatif akan sudah mempunyai jangkauan pada penolong yang terampil dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan.

6) Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid untuk mencegah kematian BBL karena tetanus.

7) Memberikan suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya anemia ringan yang terjadi pada bumil adalah anemia defisiensi zat besi & asam folat.

8) Untuk populasi tertentu:

a) Profilaksis cacing tambang (penanganan presumtif) untuk menurunkan insidens anemia berat,

b) Pencegahan/ terapi preventif malaria untuk menurunkan resiko terkena malaria di daerah endemic

c) Suplementasi yodium d) Suplementasi vitamin A h. Standard asuhan kehamilan

(12)

Terdapat 6 standar dalam standar pelayanan antenatal seperti sebagai berikut:

1) Standar 3; Identifikasi ibu hamil Bidan melakukan kunjungan rumah dengan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.

2) Standar 4: Pemeriksaan dan pemantauan antenatal Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/ kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/ infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehtan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya. 3) Standar 5: Palpasi Abdominal. Bidan melakukan pemeriksaan

abdominal secara seksama dan melakukan plapasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

4) Standar 6: pengelolaan anemia pada kehamilan. Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan / atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5) Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan. Bidan

menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda tanda serta gejala preeklamsia lainnya, seta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

(13)

tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini. (Standard Pelayanan Kebidanan, IBI, 2002).

i. Tipe pelayanan asuhan kehamilan 1) Independent Midwive/ BPS

Center pelayanan kebidanan berada pada bidan. Ruang lingkup dan wewenang asuhan sesuai dengan Permenkes1416/ 2010. Dimana bidan memberikan asuhan kebidanan secara normal dan asuhan kebidanan “bisa diberikan” dalam wewenang dan batas yang jelas. Sistem rujukan dilakukan apabila ditemukan komplikasi atau resiko tinggi kehamilan. Rujukan ditujukan pada sistem pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.

2) Obstetrician and Gynecological Care

Center pelayanan kebidanan berada pada Sp.OG. Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi. Rujukan dilakukan pada tingkat yang lebih tinggi dan mempunyai kelengkapan sesuai dengan yang diharapkan.

3) Public Health Center/ Puskemas

Center pelayanan kebidanan berada pada team antara bidan dan dokter umum. Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi sesuai dengan pelayanan yang tersedia. Rujukan dilakukan pada system yang lebih tinggi.

4) Hospital

Center pelayanan kebidanan berada pada team antara bidan dan SPOG. Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi yang disesuaikan dengan pelayanan kebidanan yang tersedia. Rujukan ditujukan pada rumah sakit yang lebih tinggi tipenya.

j. Trend & issue terkini dalam ANC

1) Keterlibatan klien dalam perawatan diri sendiri (self care)

(14)

perorangan, yayasan swasta maupun pemerintah sudah mulai memberikan pelayanan kursus/kelas prapersalinan bagi para calon ibu. Kemampuan klien dalam merawat diri sendiri dipandang sangat menguntungkan baik bagi klien maupun sistem pelayanan kesehatan karena potensinya yang dapat menekan biaya perawatan. Dalam hal pilihan pelayanan yang diterima, ibu hamil dapat memilih tenaga profesional yang berkualitas & dapat dipercaya sesuai dengan tingkat pengetahuan dan kondisi sosio-ekonomi mereka.

2) ANC pada usia kehamilan lebih dini

Data statistik mengenai kunjungan ANC trimester pertama menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini sangat baik sebab memungkinkan profesional kesehatan mendeteksi dini dan segera menangani masalah-masalah yang timbul sejak awal kehamilan. Kesempatan untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan perilaku yang diperlukan selama hamil juga lebih banyak. 3) Praktek yang berdasarkan bukti (evidence-based practice)

Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi. Sesuai dengan evidence-based practice, pemerintah telah menetapkan program kebijakan ANC sebagai berikut: a) Kunjungan ANC

Dilakukan minimal 4 x selama kehamilan :

1. Trimester I : Sebelum 14 minggu untuk mendeteksi masalah yg dapat ditangani sebelum membahayakan jiwa, mencegah masalah(misal : tetanusneonatal, anemia, kebiasaan tradisional yang berbahaya), membangun hubungan saling percaya, memulai persiapan kelahiran & kesiapan menghadapi komplikasi, mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan , olahraga, istirahat, seks, dsb).

2. Trimester II 14 – 28 minggu : Sama dengan trimester I ditambah : kewaspadaan khusus terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala preeklamsia, pantau TD, evaluasi edema, proteinuria)

(15)

4. Setelah 36 minggu - Sama, ditambah : deteksi kelainan letak atau kondisi yang memerlukan persalinan di RS.

b) Pemberian suplemen mikronutrien :

Tablet yang mengandung FeSO4 320 mg (= zat besi 60 mg) dan asam folat 500 g sebanyak 1 tablet/hari segera setelah rasa mual hilang. Pemberian selama 90 hari (3 bulan). Ibu harus dinasehati agar tidak meminumnya bersama teh / kopi agar tidak mengganggu penyerapannya.

c) Imunisasi TT 0,5 cc : Interval Lama perlindungan % perlindungan 1. TT 1 Pada kunjungan ANC pertama

2. TT 2 : 4 minggu setelah TT 1 : 3 tahun 80% 3. TT 3 : 6 bulan setelah TT 2 : 5 tahun 95% 4. TT 4 : 1 tahun setelah TT 3 : 10 tahun 99%

5. TT 5 : 1 tahun setelah TT 4 : 25 th/ seumur hidup 99% k. ANC Di Rumah

Seorang bidan dapat melakukan beberapa hal berikut :

1) Bidan harus mempunyai data ibu hamil di wilayah kerjanya 2) Identifikasi ibu hamil melakukan ANC teratur

3) Bidan melakukan kunjungan ke rumah, bila ibu hamil tidak periksa kehamilannya

4) Kontrak waktu yang disepakati dengan ibu hamil

5) Pemeriksaan sesuai dengan standar, identifikasi rumah untuk proses persalinan

2. Asuhan Intranatal (INC) a. Pengertian

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan dan kelahiran adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan di luar rahim. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri (Manuaba, 2008 : 164).

b. Faktor- faktor yang mempengaruhi persalinan

Menurut Manuaba, 2009 :160, faktor- faktor yang mempengaruhi persalinan adalah :

1) Power :Power (tenaga) meliputi kekuatan dan refleks meneran,

(16)

3) Pasanger :Merupakan janin dan placenta, terdiri dari janin dengan ukuran dan Moulage, sikap fetus, letak janin, presentasi fetus dan posisi fetus

4) Posisi :Ganti posisi secara teratur kala II persalinan karena dapat mempercepat kemajuan persalinan. Bantu ibu memperoleh posisi yang paling nyaman sesuai dengan keinginannya.

5) Penolong Persalinan : Kehadiran penolong yang berkesinambungan (bila diinginkan ibu) dengan memelihara kontak mata seperlunya, bantuan memberi rasa nyaman, sentuhan pijatan dan dorongan verbal,pujian serta penjelasan mengenai apa yang terjadi dan berbagai informasi.

6) Pendamping persalinan :Pendamping persalinan merupakan faktor pendukung dalam lancarnya persalinan. Dorong dukungan berkesinambungan, harus ada seseorang yang menunggui setiap saat, memegang tangannya, dan memberikan kenyamanan.

7) Psikologi ibu : Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual, pengalaman bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.

3. Asuhan Postnatal (PNC) a. Definisi

Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (Cunningham, 2012).

Asuhan kebidanan di komunitas adalah pemberian asuhan secara menyeluruh tidak hanya kepada ibu nifas akan tetapi pemberian asuhan yang melibatkan seluruh keluarga dan anggota masyarakat di sekitar ibu nifas. Asuhan ini merupakan kelanjutan asuhan dari rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya.

(17)

kehidupan bayi. Dua pertiga kematian bayi terjadi 4 minggu setelahpersalinan, dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi 7 hari setelah lahir.

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis. 2) Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati

atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.

4) Memberikan pelayanan keluarga berencana. 5) Mendapatkan kesehatan emosi.

c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :

1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.

2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.

4) Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.

5) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

6) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

7) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.

(18)

Peran bidan adalah menjaga hubungan dengan ibu dan bayi sejak persalinan hingga pemeriksaan 4-6 minggu post partum. Asuhan kebidanan ibu nifas salah satunya yaitu support system dalam pelayanan post natal meliputi breast feeding, peran menjadi orang tua dan kelompok ibu post partum atau postpartum group.

1) Breastfeeding atau menyususi adalah proses pemberian air susu ibu kepada bayi. Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir sering disebut dengan inisiasi menyusui dini (early initiation) atau permulaan menyusui dini. Pemberian ASI sedini mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul.

Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah :

a) Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara ibunya.

b) Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.

Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan : a) Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama

beberapa jam pertama.

b) Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul.

c) Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.

d) Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).

e) Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin. f) Memberikan kolustrum dan ASI saja.

g) Menghindari susu botol dan “dot empeng”.

(19)

inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini merupakan peristiwa penting, dimana bayi dapat melakukan kontak kulit langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan kehangatan. Selain itu, dapat membangkitkan hubungan/ ikatan antara ibu dan bayi. Pemberian ASI seawal mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul.

Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil sudah mulai dilakukan. Sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan minimal satu kali dalam sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim, minyak, alkohol ataupun sabun pada puting susunya.

Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI. Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting. Semakin sering bayi menghisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini disebabkan, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI. Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik atau posisi ibu dalam menyusui.

Pemberian ASI tidak hanya menjadi tanggung jawab ibu saja, tetapi peranan suami (ayah bayi) sebagai pasangan juga sangat dibutuhkan. Peranan ayah dalam pemberian ASI dikenal dengan istilah breastfeeding father.Para ayah umumnya berpendapat bahwa menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Mereka menganggap cukup menjadi pengamat yang pasif saja. Sebenarnya ayah mempunyai peran yang sangat menentukan dalam keberhasilan menyusui karena ayah akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran air susu ibu yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu.

(20)

tindakan-tindakan yang diberikan suami kepada istri dalam hal memberikan ASI, yang dilakukan dengan penuh kasih sama seperti dia mengasihi dirinya sendiri.

Semakin ibu tenang dan percaya diri, apalagi jika didukung oleh pengetahuan ibu tentang manajemen menyusui, maka proses menyusui bisa dilalui dengan lebih mudah. Jika ibu khawatir, tidak percaya diri, banyak pikiran, maka proses menyusui bisa terhambat. Maka disini breastfeeding father dibutuhkan untuk membuat si ibu tenang dan percaya diri.

Tindakan-tindakan suami dalam breastfeeding father antara lain

a) Membantu istri supaya nyaman dlm memberikan ASI, seperti memberikan bantal sandaran supaya ibu bisa duduk dengan nyaman dan rileks.

b) Setiap saat siang atau malam, bila bayi ingin minum, ambillah bayi dan gendong ke ibunya untuk disusu.

c) Selalu sendawakan bayi setelah menyusu. Cara sendawa yang paling tepat adalah dengan menggendong tegak kemudian perut bayi diletakkan pada pundak ayahnya.

d) Ganti popoknya sebelum atau sesudahbayi menyusu.

e) Gendong bayi dengan kain, biarkan ia merasakan kehangatan badan ayahnya.

f) Tenangkan bayi bila ia gelisah dengan cara menggendong, menepuk-nepuk, atau menggoyang-goyang tempat tidur goyangnya.

g) Sekali-kali mandikan bayi.

h) Biarkan bayi berbaring di dada ayahnya agar ia dapat mendengar detak jantung sang ayah, bunyi napas, dan kehangatan kulit ayahnya.

i) Biasakan memijat bayi sejak baru lahir, bila mungkinsehari dua kali. j) Memperhatikan si istri dengan memberikan minum, sampai

membuatkan susu/teh juga nyuapin makanan/biskuit/roti.

k) Menggendong bayi ke ibu saat bayi ingin disusui, menyendawakan bayi, mengganti popok, memandikan dan menggendong bayi, memijat bayi, mengajak bayi berbicara, bermain, bernyanyi.

(21)

lingkungan dan kurangnya penguasaan ilmu ASI dan Menyusui,” Sebaiknya Ibu mempersiapkan diri akan ilmu dasar tentang ASI & menyusui kemudian transfer ke lingkungan terdekat ibu yaitu suami dan keluarga sehingga dengan banyaknya dukungan, pemberian ASI akan sukses.

2) Kehamilan mempengaruhi seluruh anggota keluarga.

Setiap anggota memerlukan proses adaptasi yang bergantung pada budaya dan lingkungannya. Wanita segala umur selama masa kehamilannya beradaptasi untuk berperan sebagai ibu, suatu proses belajar yang kompleks secara sosial dan kognitif.

Peran ibu dimulai pada kehidupan seorang perempuan menjadi seorang ibu dari anaknya. Persepsi lingkunagn sosialnya tentang aturan-aturan peran wanita dapat mempengaruhi pilihannya antara menjadi ibu atau perempuan karier, menikah atau tetap membujang, atau menjadi bebas dari pada tergantung orang. Bermain peran dengan boneka, mengasuh bayi dan mengasuh saudara dapat meningkatkan pengertian seperti apa peran ibu. Perempuan yang menyukai bayi atau anak-anak mempunyai motivasi untuk menerima kehamilan dan menjadi ibu.

Kedekatan hubungan membuat ibu hamil lebih siap untuk berperan sebagai ibu. Pada saat anggota keluarga menyadari peran baru mereka, bisa terjadi konflik dan ketegangan. Diperlukan komunikasi yang efektif antara ib dengan suami dan keluarganya. Komponen-komponen yang penting seputar ibu hamil adalah : ibunya sendiri, reaksinya terhadap kehamilan anaknya, menghargai kemandirian anaknya, keberadaanya dimasa lampau dan sekarang, dan keinginan untuk mengenangnya.

3) Tidak hanya pada masa kehamilan saja perlu dilakukan kelas ibu hamil, pada masa nifas juga masih diperlukan suatu kelompok yang biasanya disebut postpartum group.

(22)

pengalaman melahirkannya, perasaannya, dan bagaimana cara menghadapi masa nifas.

Sebaiknya pembentukan kelompok ibu nifas dilakukan pada minggu pertama masa nifas, yaitu setelah melakukan kunjungan pertama, sehingga upaya deteksi dini, mencegah, dan mengatasi permasalahan pada masa nifas dapat dilakukan sesegera mungkin serta kesejahteraan ibu dan bayi bisa terwujud.

Ibu nifas sering mengalami gangguan psikologis yang dikenal dengan post partum blues. Di komunitas sebaiknya dibentuk postpartum group yaitu kelompok ibu-ibu nifas. Dalam post partum group para ibu nifas bisa saling berkeluh kesah dan mendiskusikan pengalaman melahirkannya, perasaan saat ini dan bagaimana cara menghadapi masa nifas. Melalui postpartum group ini maka gangguan-gangguan psikologi saat nifas diharapkan bisa diatasi.

Tahapan atau langkah-langkah dalam pembentukan kelompok ibu nifas : a) Kenali program-program yang ada untuk ibu nifas.

Program untuk ibu nifas yang diberlakukan antara lain adalah kunjungan pada ibu nifas dan neonatus, pemberian ASI eksklusif, pemberian tablet tambah darah, dan pemberian tablet vitamin A.

b) Pengumpulan Data.

Pengumpulan data dapat dilakukan bersamaan dengan kunjungan pada ibu nifas dan neonatus melalui posyandu, dasawisma, bidan setempat, ataupun melalui forum komunikasi desa (seperti PKK). Adapun data yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok ibu nifas meliputi jumlah ibu nifas dan bayi, kebiasaan atau trasisi setempat, permasalahan-permasalahan pada masa nifas dan bayi, sumber daya masyarakat, serta penentu kebijakan.

c) Lakukan pendekatan (mengatur strategi).

(23)

d) Buat Perencanaan.

Untuk membuat suatu perencanaan harus melihat data yang telah terkumpul, buat usulan atau proposal yang didalamnya memuat tentang latar belakang dan tujuan dari pembentukan kelompok post partum. Perencanaan meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pembentukan kelompok post partum, tempat an waktu, anggaran, serta peserta.

e) Pelaksanaan.

Dalam pelaksanaan mintalah orang yang dianggap sebagai model atau contoh bagi masyarakat setempat, misalnya tokoh agama/kepala desa untuk memimpin ddiskusi. Bidan dapat berperan sebagai narasumber. Lakukan diskusi sampai terbentuk susunan organisasi ibu nifas (kelompok postpartum). Kemudian buat rencana tindak lanjut.

f) Evaluasi.

Evaluasi dilakukan pada akhir masa nifas, setelah kunjungan ke-4. Pastikan bahwa tujuan akhir daripembentukan kelompok postpartum benar-benar tercapai, ibu dan bayi sehat, serta nifas berjalan normal.

d. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :

1) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.

2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.

3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas. 4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu

kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

(24)

Kunjungan Waktu Asuhan

I 6-8 jampost partum

Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri. Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.

Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.

Pemberian ASI awal.

Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi. Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.

II

6 hari post partum

Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.

Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.

Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.

Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.

Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

III 2 minggu post partum

Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.

IV 6 minggu post partum

Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.

Memberikan konseling KB secara dini. e. Pelaksanaan Asuhan Nifas Masa Nifas Di Rumah

Pelaksanaan asuhan nifas meliputi: 1) Ibu baru pulang dari rumah sakit.

a) Keputusan bersama antara tenaga kesehatan dengan ibu/keluarga. b) Bidan memberikan informasi tentang ringkasan proses persalinan,

hasil dan info lain yang relevan. c) Mengulang kembali bilamana perlu. d) Kunjungan postnatal rutin

e) Kunjungan postnatal rutin meliputi:

f) Kunjungan rumah dilakukan minimal 2x setiap hari.

(25)

i) Memberikan saran dan nasehat sesuai kebutuhan dan realistis. j) Bidan harus sabar dan telaten menghadapi ibu dan bayi. k) Melibatkan keluarga saat kunjungan rumah

l) Pengamatan pada psikologi ibu

m) Bidan melakukan pengamatan pada psikologi ibu, meliputi: 1. Memberikan pendidikan kesehatan tanda bahaya masa nifas. 2. Bidan mengobservasi perilaku keluarga.

3. Meluangkan waktu untuk sharing dengan ibu dan keluarga. 4. Memberikan dukungan.

5. Melakukan dokumentasi pasca kunjungan. 6. Perencanaan skrining test.

7. Memberikan penyuluhan sehubungan dengan kebutuhan pada masa nifas.

2) Kunjungan postnatal rutin. 3) Pengamatan psikologi ibu.

4. Asuhan bayi baru lahir (BBL) a. Definisi

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 - 28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya .

b. Pelayanan kesehatan neontaus

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :

1) Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 – 48 Jam setelah lahir.Hal yang dilaksanakan :

a) Jaga kehangatan tubuh bayi b) Berikan Asi Eksklusif c) Rawat tali pusat

2) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.

a) Jaga kehangatan tubuh bayi b) Barikan Asi Eksklusif c) Cegah infeksi

d) Rawat tali pusat

3) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.

(26)

b) Lakukan :

1. Jaga kehangatan tubuh 2. Beri ASI Eksklusif 3. Rawat tali pusat

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.

Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi :

B. Skenario Kasus di Komunitas

Seorang ibu datang ke polindes bidan X, berusia 17 tahun, postpartum hari keempat. Status obstetrinya ialah P1A0. Ibu diantar keluarganya ke klinik dengan keluhan demam tinggi. Hasil pemeriksaan fisik : TD 100/80 mmHg, HR 100 x/I, RR 28 x/I, T 38.60C,

riwayat demam pada hari ke tiga postpartum, TFU 1 jari dibawah pusat, Lokea Rubra berbau. Riwayat Kehamilan : ANC (-), status belum menikah, pernah mencoba untuk aborsi dengan minum obat-obat tradisional, stress psikologis antepartum (+). Riwayat Persalinan: ditolong oleh dukun. Keadaan bayi saat lahir : BB 2450 gram, PB 45 cm. Keadaan bayi saat ini : tali pusat kemerahan, berbau, tampak ikterus, telah diberi susu formula. Keluarga menyatakan jarak rumah dengan rumah cukup jauh.

1. Tinjauan kasus berdasarkan asuhan antenatal (ANC)

Dari kasus yang terjadi diatas, jika dilihat dari masa kehamilan, jelas Ny. R banyak mendapatkan masalah, yakni terkait :

a. Terjadinya kehamilan remaja.

Arus informasi globalisasi mengakibatkan prubahan perilaku remaja yang makin menerima hubungan seksual sebagai cerminan fungsi rekreasi. Akibatnya, terjdi peningkatan kehamilan yang tidak dikehendaki atau terjadi penyakit hubungan seksual [ CITATION Sya09 \l 1033 ].

Berikut ini adalah beberapa dampak-dampak kehamilan remaja : 1) Factor psikologis yang belum matur

(27)

b) Remaja berusia muda yang sedang menuntut ilmu akan mengalami putus sekolah sementara atau seterusnya, dan dapat kehilangan pekerjaan yang baru dirintisnya

c) Perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman, atau lingkungan masyarakat.

d) Tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa diri.

e) Mungkin kehamilannya disertai kecanduan obat-obatan, merokok atau minuman keras

2) Factor fisik

a) Mungkin kehamilan ini tidak diketahui siapa ayah sebenarnya b) Kehamilan dapat disertai penyakit hubungan seksual sehingga

memerlukan pemeriksaan ekstra yang lengkap

c) Tumbuh-kembang janin dalam uterus yang belum matur dpat menimbulkan abortus, persalinan premature, dapat terjadi komplikasi penyakit yang telah lama dideritanya

d) Saat persalinan sering memerlukan tindakan medis operatif

e) Hasil janin mengalami kelainan kongenital atau berat badan lahir rendah

f) Kematian maternal dan perinatal pada kehamilan remaja lebih tinggi dibandingkan dengan usia reproduksi sehat (20 – 35 tahun) Fungsi seksual, yaitu untuk prokreasi (mendapatkan keturunan), rekreasi (untuk kenikmatan), relasi (hubungan kekeluargaan), dan bersiat instuisi (kewajiban suami untuk istrinya). Hubungan seksual remaja merupakan masalah besar dalam disiplin ilmu kedokteran (andrologi, seksologi, penyakit kulit dan kelamin, kebidanan dan kandungan) [ CITATION Sya09 \l 1033 ].

(28)

Dengan dukungan yang tepat, ibu muda dapat melakukan transisi yang efektif menjadi orang tua. Mereka dapat dibantu untuk mengembangkan keterampilan menjadi orang tua yang baik dan keterampilan hidup dan dibantu keluar dari situasi sulit tersebut, sikap yang menghakimi tidak menghasilkan apapun yang positif, tetapi malah mengurangi harga diri, menimbulkan kebencian, dan merusak hubungan antara bidan dan kliennya [ CITATION Dia09 \l 1033 ].

b. Percobaan melakukan aborsi yang tidak aman.

Di Indonesia diperkirakan 2-2,5 juta kasus aborsi terjadi setiap tahunnya. Sebagian besar masih dilakukan secara tersembunyi sehingga menimbulkan berbagai bentuk komplikasi ringan sampai meninggal dunia. Pelaksanaan aborsi yang liberal akan dapat meningkatkan sumber daya manusia karena setiap keluarga dapat merencanakan kehamilan pada saat yang optimal. Akibat beratnya syarat-syarat yang harus dipenuhi dari UU Kesehatan No. 36Tahun 2009 masyarakat yang memerlukan terminasi kehamilan akhirnnya mencari jalan pintas dengan bantuan dukun yang beresiko tidak bersih dan tidak aman. Pertolongan terminasi kehamilan yang dilakukan secara illegal dengan fasilitas terbatas dan komplikasi yang sangat besar (yaitu, perdarahan-infeksi-trauma) dan menimbulkan mortalitas yang tinggi. Terminasi kehamilan yang tidak diketahendaki merupakan fakta yang tidak dapat dihindari sebagai akibat perubahan perilaku seksual, khususnya remaja sehingga memerlukan pemecahan yang rasional dan dapat diterima di masyarakat [ CITATION Sya09 \l 1033 ].

(29)

c. Tidak pernah memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan, karena takut dan malu atas kehamilannya.

Data statistik mengenai kunjungan ANC trimester pertama menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini sangat baik sebab memungkinkan profesional kesehatan mendeteksi dini dan segera menangani masalah-masalah yang timbul sejak awal kehamilan. Kesempatan untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan perilaku yang diperlukan selama hamil juga lebih banyak.

Kunjungan antenatal yang telah ditetapkan adalah minimal empat kali kunjungan, yakni TM I, TM II, dan 2 kali pada TM III. Adanya standar asuhan yang telah ditetapkan seharusnya akan memberikan dampak yang baik bagi ibu, apalagi pada saat ini persalinan tidak memerlukan biaya, karena ada jaminan persalinan yang merupakan kebijakan pemerintah dalam upaya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Tidak Melakukan ANC adalah:

1) Faktor internal meliputi : a) Paritas

Ibu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang ANC, sehingga dari pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan kehamilannya.

b) Usia

Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih di percaya dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya, jika kematangan usia seseorang cukup tinggi maka pola berfikir seseorang akan lebih dewasa.

Ibu yang mempunyai usia produktif akan lebih berpikir secara rasional dan matang tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan.

2) Faktor eksternal a) Pengetahuan

Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan.

b) Sikap

(30)

lebih baik tentang ANC ini mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan dirinya dan janin.

c) Ekonomi

Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu ibu hamil akan kekurangan energi dan protein (KEK). Hal ini disebabkan tidak mampunyai keluarga untuk menyediakan kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan.

d) Sosial budaya

Keadaan lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan mempengaruhi ibu dalam memeriksakan kehamilannya. Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya. Perubahan sosial budaya terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat setempat terhadap perilaku yang dianggap menyimpang. Tatanan budaya mempengaruhi dalam keputusan ibu dalam memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan.

e) Geografis

Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan, ditempat yang terpencil ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya, hal ini karena transportasi yang sulit menjangkau sampai tempat terpencil.

f) Informasi

(31)

mendapatkan informasi tentang antenatal care dari tenaga kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan antenatal care, sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan antenatal care.

g) Dukungan

Dukungan yang berarti sokongan dan bantuan, disini dukungan dalam penentuan sikap seseorang berarti bantuan atau sokongan dari orang terdekat untuk melakukan kunjungan ulang. Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan istri, mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti istri, berdo’a untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan

Banyak factor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk memeriksakan kehamilan, termasuk salah satunya adalah factor dukungan dari pendamping. Pada kasus ini, ibu mengalami depresi psikolgi antepartum yang serius, karena pernah berpikir untuk melakukan aborsi, selain itu tidak adanya pendamping serta adanya factor kehamilan yang tidak diinginkan merupakan beberapa factor yang melatarbelakangi ibu dalam melakukan kunjungan antenatal

d. Anemia saat kehamilan, karena usia ibu yang masih remaja dan dengan gangguan psikologis

Kehamilan pada usia muda yakni dibawah 20 tahun merupakan kehamilan dengan risiko tinggi, untuk itu seharusnya perlu penanganan khusus terkait kasus ini. Banyaknya risiko komplikasi seharusnya dapat dicegah jika Ny. R melakukan kunjungan antenatal, yakni adanya pemberian imunisasi TT dan 90 tablet sulfas ferosus untuk mencegah anemia dalam kehamilan sehingga mengurangi risiko terjadinya BBLR pada bayi yang akan dilahirkan.

(32)

5. Tinjauan kasus berdasarkan asuhan intranatal (INC)

Dilihat dari riwayat persalinan ibu, maka ada beberapa masalah yang perlu dikaji, yakni :

a. Persalinan yang ditolong oleh dukun, sehingga beresiko terjadinya infeksi dan komplikasi persalinan

b. Terjadinya komplikasi saat persalinan dengan adanya riwayat anemia pada ibu

Di beberapa daerah, keberadaan dukun bayi sebagai orang kepercayaan dalam menolong persalinan, sosok yang dihormati dan berpengalaman, sangat dibutuhkan oleh masyarakat keberadaannya. Berbeda dengan keberadaan bidan yang rata-rata masih muda dan belum seluruhnya mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.

Pendidikan dukun umumnya adalah Kejar Paket A atau tamat SD, bisa baca tulis dengan kapasitas yang rendah, mereka tidak mendapat ilmu tentang cara pertolongan persalinan secara teori, tetapi mereka hanya berdasarkan pengalaman saja. Peralatan yang digunakannya hanya seadanya seperti memotong tali pusat menggunakan bambu, untuk mengikat tali pusat menggunakan tali naken, dan untuk alasnya menggunakan daun pisang tidak berbeda dengan seorang bidan, dukun beranak melakukan pemeriksaan kehamilan melalui indra raba (palpasi). Biasanya perempuan yang mengandung, sejak mengidam sampai melahirkan selalu berkonsultasi kepada dukun, bedanya dibidan perempuan yang mengandunglah yang datang ketempat praktek bidan untuk berkonsultasi. Sedangkan dukun ia sendiri yang berkeliling dari pintu ke pintu memeriksa ibu yang hamil. Sejak usia kandungan 7 bulan kontrol dilakukan lebih sering. Dukun menjaga jika ada gangguan, baik fisik maupun non fisik terhadap ibu dan janinnya. Agar janin lahir normal, dukun biasa melakukan perubahan posisi janin dalam kandungan dengan cara pemutaran perut (diurut-urut) disertai doa.

Masih banyak masyarakat yang memilih persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan non- medis daripada tenaga kesehatan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

a. Kemiskinan

(33)

Sekitar 65% dari seluruh masyarakat miskin menggunakan pelayanan kesehatan rakyat seperti bidan di desa, puskesmas atau puskesmas pembantu (pustu), sementara 35% sisanya menggunakan dukun beranak yang dikenal dengan berbagai sebutan. Walaupun biaya merupakan alasan yang menentukan pilihan masyarakat miskin, ada sejumlah faktor yang membuat mereka lebih memilih layanan yang diberikan oleh dukun. Biaya pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa untuk membantu persalinan lebih besar dari pada penghasilan rumah tangga miskin dalam satu bulan. Disamping itu, biaya tersebut pun harus dibayar tunai. Sebaliknya, pembayaran terhadap dukun lebih murah dan boleh diganti dengan barang. Besarnya tarif dukun hanya sepersepuluh atau seperlima dari tarif bidan dea. Dukun juga bersedia pembayaran mereka ditunda atau dicicil.

b. Tenaga medis yang di daerah-daerah pedalaman

Keberadaan dukun di kota semakin berkurang meskipun sebetulnya belum punah bahkan disebagian besar kabupaten dan desa, dukun beranak masih eksis dan dominan. Adanya program pemerintah yang menempatkan bidan desa di berbagai daerah dianggap belum optimal karena, berdasarkan laporan dari masyarakat bidan-bidan yang ditugaskan tersebut sering tidak berada di polindesnya.

c. Kultur budaya masyarakat

Masyarakat kita terutama di pedesaan, masih lebih percaya kepada dukun beranak daripada kepada bidan apalagi dokter. Rasa takut masuk rumah sakit maih melekat pada kebanyakan kaum perempuan. Kalaupun terjadi kematian ibu atau kematian bayi mereka terima sebagai musibah yang bukan ditentukan manusia.

(34)

6. Tinjauan kasus berdasarkan asuhan postnatal (PNC)

Berdasarkan kajian asuhan postnatal pada ibu, maka terdapat beberapa masalah pada masa postpartumnya, yakni :

a. Tidak adanya kunjungan postpartum oleh dukun, sehingga adanya komplikasi yang mungkin terjadi tidak dapat ditapis sejak dini.

Berdasarkan kajian asuhan postnatal pada ibu, maka terdapat beberapa masalah pada masa postpartumnya, yakni : Tidak adanya kunjungan postpartum oleh dukun, sehingga adanya komplikasi yang mungkin terjadi tidak dapat ditapis sejak dini. Terjadinya Sepsis pada ibu, dengan asumsi penyebab adalah infeksi pada saat persalinan yang ditolong oleh dukun, serta kondisi tubuh ibu yang belum siap untuk melahirkan. Saat pertolongan persalinan oleh dukun tidak melakukan sterilisasi yang sesuai dengan standar kesehatan dan alat-alat pertolongan persalinan.

Riwayat kehamilan ibu yang tidak menginginkan kehamilannya pada awal kehamilan, tidak pernahnya melakukan kunjungan ANC, dapat diasumsikan bahwa kadar Hb ibu tidak dapat terdeteksi. Padahal pada usia kehamilan >28minggu, secara fisiologis ibu hamil mengalami hemodilusi, yaitu peningkatan plasma darah karena terjadi perubahan sirkulasi darah ibu agar suplay darah ke plasenta dan janin tetap terpenuhi dengan optimal.

b. Ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya

Factor – factor ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif, banyak terjadi karena tidak cukupnya produksi ASI. Tidak cukupnya produksi ASI banyak disebabkan karena supan nutrisi yang kurang, serta tidak adanya motivasi ibu untuk menyusui.

c. Terjadinya infeksi pada masa puerperalis mungkin terlokalisasi di perineum, vagina, serviks, atau uterus.

(35)

1) Sisi perlekatan plasenta merupakan tempat yang besar, hangat, gelap, dan basah. Ini memungkinkan bakteri untuk tumbuh dengan sangat cepat. Tempat seperti ini merupakan suatu media yang ideal untuk pembiakan bakteri. Di laboratorium, kondisi – kondisi yang hangat, gelap, dan basah sengaja dibuat untuk membantu bakteri tumbuh dan berbiak.

2) Sisi plasenta memiliki persediaan darah yang kaya, dengan pembuluh – pembuluh darah besar yang langsung menuju sirkulasi vena utama. Hal ini memungkinkan bakteri di sisi plasenta untuk bergerak dengan sangat cepat ke dalam aliran darah. Ini disebut septikemia. Septikemia dapat menyebabkan kematian dengan sangat cepat.

3) Sisa plasenta tidak jauh dari bagian luar tubuh ibu. Hanya panjang vagina (9 – 10 cm) yang memisahkan jalan masuk ke uterus dan lingkungan luar. Ini berarti bahwa bakteri yang biasanya hidup di rektum (seperti E Coli) dapat dengan mudah pindah ke dalam vagina dan kemudian menuju uterus. Di sini bakteri menjadi berbahaya atau “patogenik” karena menyebabkan infeksi pada sisi plasenta.

4) Selama persalinan area serviks ibu, vagina, atau area perineunmya mungkin robek atau diepisiotomi. Area jaringan yang terluka ini rentan terhadap infeksi, terutama jika teknik steril pada pelahiran tidak digunakan. Infeksi biasanya terlokalisasi, tetapi pada kasus – kasus berat infeksi ini dapat menyebar ke jaringan di bawahnya.

Sehingga ibu nifas yang mengalami sepsis ini beresiko mengalami kematian, jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.

d. Resiko terjadinya perdarahan sekunder pascapartum.

(36)

risiko perdarahan pasca persalinan. Rasa cepat lelah pada penderita anemia disebabkan metabolisme energi oleh otot tidak berjalan secara sempurna karena kekurangan oksigen. Selama hamil diperlukan lebih banyak zat besi untuk menghasilkan sel darah merah karena ibu harus memenuhi kebutuhan janin dan dirinya sendiri dan saat bersalin ibu membutuhkan hemoglobin untuk memberikan energi agar otot-otot uterus dapat berkontraksi dengan baik. Dapat dipastikan karena tidak pernahnya ibu melakukan ANC, berarti ibu tidak mengkonsumsi tablet Fe dan tidak mendapatkan pendidikan kesehatan tentang kehamilan dan nutrisi pada ibu hamil dari tenaga kesehatan yang memiliki pengetahuan tentang hal tersebut.

Menurut penelitian, anemia bermakna sebagai faktor risiko yang mempengaruhi perdarahan postpartum primer. Ibu yang mengalami anemia berisiko 2,8 kali mengalami perdarahan postpartum primer dibanding ibu yang tidak mengalami anemia. Demam tinggi yang dialami ibu, beresiko terjadinya perdarahan sekunder pascapartum, sehingga menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah uterus, sehingga involusi uterus terganggu.

7. Tinjauan kasus berdasarkan asuhan bayi baru lahir (BBL). Dari segi asuhan bayi baru lahir (BBL) masalah yang timbul adalah: a. Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

Bayi dengan berat badan lahir rendah banyak disebabkan oleh adanya anemia pada saat kehamilan ibu, disamping usia ibu yang masih muda asupan nutrisi saat kehamilan cenderung tidak tercukupi karena banyak organ reproduksi yang belum matang secara fisiologis. BBLR banyak terjadi pada ibu yang mengalami depresi antepartum karena tidak adanya dukungan, sehingga adaptasi psikososial ibu dapat mempengaruhi ibu dalam merawat kehamilannnya.

b. Bayi beresiko mengalami infeksi tali pusat

Omfalitis adalah infeksi pada tali pusat bayi baru lahir yang ditandai dengan kulit kemerahan disertai pus.

1) Etiologi

(37)

Infeksi tali pusat adalah suatu penyakit toksemik akut yang disebabkan oleh Clostridium tetani dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran.

2) Klasifikasi

1. Infeksi tali pusat lokal atau terbatas

Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan nanah, atau berbau busuk, dan di sekitar tali pusat kemerahan dan pembengkakan terbatas pada daerah kuang dari 1 cm di sekitar pangkal tali pusat lokal atau terbatas.

2. Infeksi tali pusat berat atau meluas

Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm atau kulit di sekitar tali pusat bayi mengeras dan memerah serta bayi mengalami pembengkakan perut, disebut sebagai infeksi tali pusat berat atau meluas

c. Bayi mengalami ikterus

Ikterus pada bayi bisa terjadi karena fisiologis dan patologis, umumnya bayi baru lahir mengalami icterus pada hari-hari pertama kelahiran karena bayi belum dapat menyusu secara adekuat, namun perlahan icterus akan mulai menghilang. Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah cenderung mengalami icterus karena tidak dapat menyusu secara adekuat, ditambah jika ASI ibu belum keluar. Volume ASI ibu banyak dipengaruhi oleh factor nutrisi, sehingga kualitas dan kuantitas ASI dapat dipengaruhi baik dari segi fisik ibu maupun segi psikologis ibu.

C. Pemecahan Masalah (Problem Solving) 1. Pemecahan masalah pada kasus ANC

Masalah umum yang sering terjadi pada asuhan antenatal meliputi : kehamilan remaja, anemia pada kehamilan, aborsi yang tidak aman serta tidak melakukan kunjungan antenatal. Hal ini paling sering terjadi dimasyarakat, untuk itu beberapa pemecahan masalah yang ditawarkan seperti :

Masalah ANC di komunitas

Solusi Permasalahan Kehamilan

Remaja

1. Promotif

(38)

karena pada usia remaja mereka lebih suka mendengarkan dampak atau akibat dari suatu hal.

2. Preventif

Menggalakkan konseling kesehatan reproduksi, bahaya seks bebas dengan sasaran : Remaja, karena pada usia ini adalah usia dimana seseorang mencari jati diri, sehingga perlu arahan dan bimbingan dari orang-orang terdekat dengan pendekatan sebagai “teman” bukan “menggurui”.

Sosialisasi kontrasepsi yang dapat digunakan oleh remaja seperti metode barrier dapat dilakukan, mengingat dengan biaya yang terjangkau, sehingga perilaku seks yang aman, meskipun ada dampak negative yang mungkin timbul, namun mengingat perilaku seseorang dipengaruhi oleh keinginan diri sendiri dan lingkungan, sehingga pengetahuan yang positif diperlukan untuk dapat merangsang pemikiran remaja untuk menghindari seks bebas.

3. Kuratif

Pencarian kasus kehamilan remaja diluar nikah dari tokoh masyarakat, untuk dapat mendeteksi secara dini kehamilan pada remaja, sehingga dapat diberikan asuhan secara khusus seperti yang telah dijelaskan diteori. Dengan asuhan ANC yang telah didapat diharapkan dapat mengurangi stress antepartum, serta Bidan dapat menjadi partnership dalam memberikan asuhan, sehingga kehamilan berjalan dengan baik.

4. Rehabilitatif

Memberdayakan wanita yang mengalami kehamilan saat remaja dengan menjadikan kader, sehingga dapat dijadikan perbandingan bagi remaja lain saat memberikan penyuluhan kepada remaja-remaja terkait kesehatan reproduksi dan dampak kehamilan remaja, sehingga dirinya dianggap dan berguna bagi orang lain.

Terus memberikan konseling dan nasihat untuk dapat mencapai peran sebagai Ibu, sehingga dapat merawat bayi hingga tumbuh sehat. Dengan ini stress postpartum juga dapat dihindari.

Anemia pada

kehamilan 1. Promotif Menganjurkan konseling pra-konsepsi kepada wanita yang merencanakan kehamilannya, sehingga dapat ditapis segala kemungkinan yang beresiko mengalami anemia.

2. Preventif

Mengadakan kelas ibu hamil tiap semester untuk memberikan penyuluhan mengenai asupan nutrisi saat kehamilan, perawatan selama kehamilan, serta beberapa olahraga ringan untuk ibu hamil.

Memberikan tablet sulfas ferosus pada TM II sebanyak 90 tablet dengan menganjurkan cara mengkonsumsi yang baik agar tablet SF dapat diabsorbsi secara maksimal.

3. Kuratif

(39)

dapat dicapai asuhan kehamilan yang dinginkan. Aborsi yang

tidak aman

Promotif dan Preventif

Memberi pendidikan tentang seks yang sehat, termasuk menghindari kehamilan, menyediakan metode KB khusus untuk remaja, memberi penjelasan tentang KB darurat, dan menyediakan sarana terminasi kehamilan yang legal untuk kondisi tertentu.

Tidak melakukan kunjungan ANC

1. Sosialisasi penggunaan jampersal bagi masyarakat, dan memenuhi syarat penggunaan dengan melakukan kunjungan ANC minimal 4 kali.

2. Melakukan kunjungan rumah (Home Visit) untuk mendeteksi ibu hamil serta mengkaji buku KIA.

3. Memberi motivasi kepada keluarga untuk selalu mendukung ibu dalam melakukan kunjungan ANC

4. Membuat pemerataan tarif kunjungan sesuai dengan kelas ibu hamil, sehingga harga dapat terjangkau oleh masyarakat. Meningkatkan aksesibilitas pelayanan kesehatan

1. Aksesibilitas Pelayanan

Pelayanan harus dapat digunakan oleh individu-individu pada tempat dan waktu yang ia butuhkan. Pengguna pelayanan harus mempunyai akses terhadap berbagai jenis pelayanan, peralatan, obat-obatan dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan pasien.

2. Kualitas

Suatu pelayanan yang berkualitas tinggi, mengimplementasikan pengetahuan dan tehnik paling mutakhir dengan tujuan untuk memperoleh efek yang paling baik. Kualitas pelayanan berhubungan dengan kompetensi profesional dan provider.

3. Kesinambungan

Pelayanan kesehatan yang baik, disamping mempunyai akses dan kualitas yang baik juga harus memiliki kesinambungan pelayanan, berarti proses pelayanan harus memperlakukan pasien sebagai manusia secara utuh melalui kontak yang terus menerus antara individu dengan provider. 4. Efisiensi

Elemen pokok lain dari pelayanan kesehatan yang bermutu adalah efesiensi yang menyangkut aspek ekonomi dan pembiayaan pelayanan kesehatan baik bagi pasien, provider maupun bagi organisasi/institusi penyelenggaraan pelayanan.

8. Pemecahan masalah pada kasus INC

(40)

ibu saat melahirkan masih tetap tinggi. Pertolongan gawat darurat bila terjadi kasus perdarahan atau infeksi yang diderita ibu yang melahirkan, tidak dapat dilakukan.

Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang lebih memilih untuk menggunakan dukun beranak. Sementara itu, definisi merekatentang mutu pelayanan berbeda dengan definisi standar medis. Kelemahan utama dari mutu pelayanan adalah tidak terpenuhinya standar minimal medis oleh para dukun beranak, seperti dengan praktek yang tidak steril (memotong tali pusat dengan sebilah bambu dan meniup lubang hidung bayi yang baru lahir dengan mulut). Riwayat kasus kematian ibu dan janin dalam penelitian ini menggambarkan apa yang terjadi jika dukun beranak gagal mengetahui tanda bahaya dalam masa kehamilan dan persalinan serta rujukan yang terlambat dan kecacatan janin pun bisa terjadi dari kekurangtahuan dukun beranak akan tanda-tanda bahaya kehamilan yang tidak dikenal.

Berdasarkan dukun di Indonesia masih mempunyai peranan dalam menolong suatu persalinan dan tidak bisa dipungkiri, masih banyak persalinan yang ditolong oleh dukun beranak, walaupun dalam menolong persalinan dukun tidak berdasarkan kepada pengalaman dan berbagai kasus persalinan oleh dukun seringkali terjadi dan menimpa seorang ibu dan atau bayinya. Tetapi keberadaan dukun di Indonesia tidak boleh dihilangkan tetapi kita bisa melakukan kerjasama dengan dukun untuk mengatasi hal-hal atau berbagai kasus persalinan oleh dukun.

Mereka merasa pelatihan dan peralatan persalinan yang diberikan saat pelatihan sangat bermanfaat. Para dukun juga dilatih tentang pencatatan dan pelaporan. Setiap dukun dilatih membaca sampai mengerti bagaimana cara pengisian kolom tersebut. Pelatihan untuk perawatan ibu hamil, pertolongan pada diare, makanan bergizibagi bayi, balita dan ibu hamil juga dilakukan. Membina hubungan baik dengan dukun juga dilakukan agar kita bisa lebih gampang menjalin kerjasama dengan dukun.

a. Peran bidan dengan dukun dalam pelaksanaan kemitraan 1) Periode Kehamilan

BIDAN DUKUN

1. Melakukan pemeriksaan ibu hamil dalam hal :

a. Keadaan umum

b. Menentukan taksiran partus

c. Menentukan Keadaan janin dalam kandungan

d. Pemeriksaan laboratorium yang

1. Memotivasi ibu hamil untuk periksa ke Bidan

2. Mengantar ibu hamil yang tidak mau periksa ke Bidan

3. Membantu Bidan pada saat pemeriksaan ibu hamil

(41)

e. diperlukan.

2. Melakukan tindakan pada ibu hamil dalamhal :

a. Pemberian Imunisasi TT b. Pemberian tablet Fe

c. Pemberianpengobatan/tindakan apabila ada komplikasi.

3. Melakukan Penyuluhan dan konseling pada ibu hamil dan keluarga mengenai :

a. Tanda-tanda Persalinan b. Tanda bahaya kehamilan

c. Kebersihan pribadi & lingkungan d. Gizi

e. Perencanaan Persalinan (Bersalin di

Bidan, menyiapkan

transportasi,menggalang dalam menyiapkan biaya, menyiapkan calon donor darah)

f. KB setelah melahirkan menggunakan Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK)

4. Melakukan kunjungan Rumah untuk : a. Penyuluhan/Konseling pada keluarga

tentang persencanaan persalinan b. Melihat Kondisi Rumah persiapan

persalinan

c. Motivasi persalinan di Bidan pada waktu menjelang taksiran partus 5. Melakukan rujukan apabila diperlukan 6. Melakukan pencatatan seperti :

a. Kartu ibu b. Kohort ibu c. Buku KIA 7. Melakukan Laporan :

a. Melakukan laporan cakupan ANC

dankeluarga tentang a. Tanda-tanda Persalinan

b. Tanda bahaya kehamilan Kebersihan pribadi & lingkungan.

c. Kesehatan & Gizi

d. Perencanaan Persalinan (Bersalin di Bidan, menyiapkan transportasi, menggalang dalam menyiapkan biaya, menyiapkan calon donor darah)

5. Memotivasi ibu hamil dan keluarga tentang :

a. KB setelah melahirkan

b. Persalinan di Bidan pada waktu menjelang taksiran partus.

6. Melakukan ritual

keagamaan/tradisional yang sehat sesuai tradisi setempat bila keluarga meminta.

7. Melakukan motivasi pada waktu rujukan diperlukan.

8. Melaporkan ke Bidan apabila ada ibu hamil baru.

2) Periode Persalinan

BIDAN DUKUN

1. Mempersiapkan sarana prasara

persalinan aman dan alat resusitasi bayi baru lahir, termasuk pencegahan infeksi. 2. Memantau kemajuan persalinansesuai

dengan partogram

3. Melakukan asuhan persalinan.

4. Melaksanakan inisiasi menyusudini dan pemberian ASI segerakurang dari 1 jam.

1. Mengantar calon ibu bersalin ke Bidan

2. Mengingatkan keluargamenyiapkan alat transport untukpergi ke

Bidan/memanggil Bidan.

3. Mempersiapkan sarana prasaran persalinan aman seperti :

(42)

5. Injeksi Vit K1 dan salep mataantibiotik pada bayi baru lahir.

6. Melakukan perawatan bayi baru lahir 7. Melakukan tindakan PPGDONapabila

mengalami komplikasi.

8. Melakukan rujukan bila diperlukan 9. Melakukan pencatatan persalinanpada : a. Kartu ibu/partograf

b. Kohort Ibu dan Bayi c. Register persalinan 10. Melakukan pelaporan: a. Cakupan persalinan

b. Kain bersih

<

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan asuhan komprehensif yang diberikan yaitu untuk memberikan asuhan kebidanan komprehensif secara intestif kepada ibu selama masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi,

Tujuan asuhan kebidanan komprehensif yang diberikan yaitu untuk memberikan asuhan kebidanan komprehensif secara insentif kepada ibu selama masa kehamilan, persalinan,

Diberlakukannya asuhan kebidanan secara komprehensif tersebut diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan dapat memperhatikan ibu selama proses kehamilan, persalinan,

Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu

Kemudian salah satu upaya untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi, bidan dapat memberikan asuhan kebidanan secara berkelanjutan atau disebut Continuity of Care yaitu asuhan

Model ini terdiri dari hubungan antar wanita dengan mahasiswa bidan, mahasiswa bidan dengan bidan, guru bidan dengan bidan, hubungan antara program kerja dengan profesi kebidanan serta

Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan KB Untuk Pendidikan Bidan Edisi 2.. Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu

Latar Belakang Asuhan kebidanan yang komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu hamil sebagai upaya promotif dan preventif dimulai sejak ditemukan ibu hamil,