• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kapal Curah Kering.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kapal Curah Kering.docx"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Kapal Curah Kering

Kapal curah kering dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis berdasarkan ukurannya. Berikut ini penjelasan mengenai masing masing jenis.

Handysize

Handysize memiliki kapasitas kurang dari 40000 DWT. Kapal ini banyak digunakan untuk mengangkut barang dalam volume kecil. Saat ini, sebagian besar kapal handysize beroperasi dalam rute perdagangan regional. Kapal handysize sangat cocok untuk pelabuhan kecil dengan fasilitas terbatas. Kapal handysize memiliki panjang LOA 169 meter, lebar 25 meter, dan draft 9 meter. Kapal jenis ini biasanya terdiri dari lima ruang kargo dan tiga atau empat buah crane yang tepasang pada bagian deck.

Handymax/Supramax

Handymax dan Supramax adalah kapal curah kering dengan kapasitas kurang dari 60.000 DWT. Kapal Handymax biasanya memiliki kapasitas antara 35.000 dan 50.000 DWT, sedangkan kapal Supramax relatif lebih besar dalam ukuran dengan 50.000 sampai 60.000 DWT. Kapal ini sangat cocok untuk pelabuhan kecil dengan fasilitas terbatas atau pelabuhan transshipment. Kapal ini terutama digunakan untuk mengangkut kargo kering seperti bijih besi, batu bara, semen, baja, pupuk, dan biji-bijian. Kapal jenis ini biasanya memiliki LOA 190 meter, lebar 31 meter, dan draft 11 meter.

Panamax

Kapal Panamax memiliki kapasitas 60000-100000 DWT. Kapal ini mengangkut batubara, bijih besi, biji-bijian dan curah halus, termasuk produk baja, semen dan pupuk. Kapal Panamax mampu melewati Terusan Panama, sehingga lebih fleksibel daripada kapal yang lebih besar berkaitan dengan mengakses rute perdagangan yang berbeda. Kapal jenis ini biasanya memiliki LOA 225 meter, lebar 32.2 meter, dan draft 13 meter. Kebanyakan Panamax dan Post-Panamax tidak memiliki peralatan penanganan sendiri sehingga harus dilayani oleh peralatan penanganan dari dermaga. Namun, ada beberapa kapal yang telah memiliki peralatan penanganan sehingga meningkatkan fleksibilitas perdagangan dan memungkinkan operasi di pelabuhan yang memiliki fasilitas bongkar muat yang tidak memadai.

(2)

Kapal Capesize memiliki kapasitas 100000 – 200000 DWT. Hanya pelabuhan yang memiliki infrastruktur terpanjang di seluruh dunia yang dapat menampung kapal ukuran ini. Kapal Capesize terutama digunakan untuk mengangkut bijih besi, batubara dan biji-bijian. Kapal jenis ini biasanya memiliki LOA 291 meter, lebar 46 meter, dan draft 17 meter. Kapal jenis ini bahkan tidak dapat masuk Terusan Panama.

VLOC (Very Large Ore Carrier)

Dalam subkategori kapal Capesize termasuk Very Large Ore Carrier (VLOC) dan Very Large Bulk Carrier (VLBC) dengan kapasitas 200000 DWT. Kapal ini terutama

dirancang untuk membawa bijih besi. Banyak permintaan kapal capesize besar di dunia saat ini. Kapal jenis ini biasanya memiliki LOA 360 meter, lebar 65 meter, dan draft 25 meter. Dengan dimensi seperti ini, hanya beberapa pelabuhan di dunia yang memiliki infrastruktur untuk menangani kapal-kapal yang lebih besar dari 200, 000 DWT, akses pelabuhan merupakan masalah utama bagi kapal capesize. Saat ini, sebagian besar kapal capesize besar yang digunakan untuk transportasi bijih antara Australia - China, dan Brazil - China.

1.2 Terminal Curah Kering

Terminal adalah fasilitas pelabuhan yang terdiri atas kolam sandar dan tempat kapal bersandar atau tambat, tempat penumpukan, tempat menunggu dan naik turun penumpang, dan/ atau tempat bongkar muat barang. Terminal curah kering adalah terminal yang secara khsus menangani curah kering seperti biji-bijian, semen, pasir, batubara, dan lain-lain.

Fasilitas utama yang ada di terminal curah kering adalah dermaga dan lapangan penumpukan. Berikut ini penjelasan dari masing-masing fasilitas.

1.2.1 Dermaga

Dermaga adalah area terbuka yang menempel pada dinding tambat. Dermaga berfungsi sebagai area kerja/penghubung antara kapal dan lapangan penumpukan. Fasilitas bongkar muat kapal berada di dermaga untuk memindahkan barang dari atau ke kapal. Pada terminal curah kering, terdapat shiploader atau ship unloader di dermaga. Ilistrasi dermaga dapat dilihat pada Gambar 2.2.

(3)

Gambar 2. 1. Dermaga

Sumber : Thoresen, Carl A. (2003). Port Designer’s Handbook. 1.2.2 Lapangan Penumpukan

Lapangan penumpukan merupakan area luar dekat dermaga untuk penyimpanan curah kering yang akan dimuat ke kapal atau telah dibongkar dari kapal dan akan dibawa keluar terminal. Lapangan penumpukan harus diperkeras agar dapat menerima beban berat dari benda dan peralatan yang tertumpuk di atasnya. Lapangan penumpukan curah kering dapat dilihat pada

Gambar 2.3.

Gambar 2. 2. Lapangan Penumpukan Batubara Sumber : www.dbct.com.au

(4)

1.3 Penanganan Batubara

Terminal curah kering memiliki penanganan batubara yang digunakan untuk memindahkan dan mengatur material curah kering dari satu tempat ke tempat lain. Pembahasan penanganan curah kering dibagi berdasarkan kegiatan operasi yang dilakukan.

1.3.1 Bongkar Muat

Operasi bongkar muat merupakan kegiatan membongkar material dari kapal atau memuat material ke dalam kapal yang terjadi di area dermaga. Pada operasi operasi bongkar menggunakan ship unloader sedangkan muat curah kering menggunakan shiploader. Ship Unloader

Ship unloader merupakan suatu alat yang digunakan untuk pembongkaran batubara dari kapal yang tidak mempunyai peralatan bongkar muat sendiri. Ship unloader terdiri dari beberapa jenis, antara lain:

1. Grabs

Grab digunakan untuk mengambil material dari kapal kemudian diletakkan pada corong di sisi dermaga yang terhubung dengan konveyor menuju lapangan

penumpukan. Sistem ini akan memerlukan system penunjang karena grab tidak akan dapat menjangkau sudut-sudut lambung kapal. Ilustrasi grab ship unloader dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2. 3. Grab Ship Unloader Sumber : hite.com.cn

(5)

2. Pneumatic System

Peralatan pneumatic dikelompokkan menjadi menjadi jenis pengisap dan penekan. Sistem pengisap untuk mengumpulkan material dari beberapa tempat. Sedangkan system penekan untuk mengirim material dari satu tempat ke beberapa tempat. Kedua sistem dapat dikombinasikan untuk peralatan tertentu. Jenis ini cocok untuk curah kering dengan spesifik gravity dan viscositas rendah seperti biji-bijian, semen, dan bubuk batubara. Ilustrasi cara kerja pneumatic sistem dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2. 4. Pneumatic System Sumber : walinga.com 3. Vertical Conveyor

Prinsip dari vertical conveyor ini adalah mengirimkan material dari dalam kapal ke peralatan penerima di dermaga dengan sistem konveyor. Secara umum terdapat dua jenis vertical conveyor yaitu chain conveyor dan vertical screw conveyor. Chain conveyor unloader terdiri dari konveyor yang berada di dalam selubung seperti pipa yang membawa material yang dihisap dari dalam kapal ke konveyor yang ada di dermaga. Vertical screw conveyor terdiri dari skrup yang berada di dalam selubung tubular yang akan membawa material secara vertikal atau horizontal. Skrup ini akan terus berputar sehingga material akan berpindah. Berikut ini ilustrasi vertical screw conveyor dapat dilihat pada Gambar 2.6.

(6)

Gambar 2. 5. Vertical Screw Conveyor Ship Unloader Sumber : ghengineer.en.made-in-china.com

powderbulksolids.com 4. Bucket Elevator

Bucket elevator terdiri dari roda bucket yang terus berputar di lengan ship unloader yang bergerak. Roda bucket akan mengambil material untuk diberikan kepada bucket elevator yang berjalan menuju peralatan penerima di dermaga. Ilustrasi bucket elevator dapat dilihat pada Gambar 2.7.

(7)

Gambar 2. 6. Bucket Elevator Ship Unloader Sumber : anupamgroupindia.blogspot.comShiploader

Shiploader merupakan peralatan muat batubara yang digunakan untuk mencurahkan material batubara dari fasilitas di dermaga ke dalam kapal. Secara umum shiploader terdiri dari beberapa jenis, antara lain:

Long Travelling Loader

Long travelling loader merupakan peralatan muat batubara yang berada di atas rel di sepanjang dermaga. Shiploader terdiri dari struktur tiang dimana boom dihubungkan dengan engsel. Boom dinaik turunkan untuk menyesuaikan kapal dan untuk

menjangkau badan kapal ketika bergerak dari hatch ke hatch. Tripper menerima material dari konveyor ke konveyor shiploader. Ilustrasi long travelling shiploader dapat dilihat pada Gambar 2.8 dan Gambar 2.9.

(8)

Sumber : Bulk Materials Handling Berths. ASPEC Engineering

Gambar 2. 8. Long Travelling Shiploader di Dermaga Sumber : shiploader.com.au

 Radial Loader

Radial shiploadr merupakan shiploader yang memiliki lengan yang dapat berotasi 900 di porosnya dan di ujung lainnya disanggga dengan struktur balok melengkung. Shiploader jenis ini tidak memerlukan rel karena hatch dapat dijangkau dengan memutar lengannya. Ilustrasi radial shiploader dapat dilihat pada Gambar 2.10 dan

Gambar 2.11.

Gambar 2. 9. Radial Shiploader Sumber : UNCTAD

(9)

Gambar 2. 10. Radial Shiploader di Kalimantan Sumber : bamclough.com

Linear Loader

Linear loader merupakan shiploader yang memiliki lengan yang dapat berotasi 900 dan bergeser di porosnya dan di ujung lainnya disangga dengan struktur yang paralel terhadap kapal. Ilustrasi linear loader dapat dilihat pada Gambar 2.12 dan Gambar

2.13.

Gambar 2. 11. Linear Loader Sumber : UNCTAD

(10)

Gambar 2. 12. Linear Loader di Brazil Sumber : ems-tech.net

Long Travelling Slewing Loader

Long travelling shiploader merupakan shiploader yang dapat bergerak secara horizontal dan berotasi. Biasanya untuk dermaga jari sehingga bisa melayani di kedua sisi. Ilustrasi long travelling shiploader dapat dilihat pada Gambar 2.14 dan Gambar

2.15.

Gambar 2. 13. Long Travelling Slewing Loader

(11)

Gambar 2. 14. Long Travelling Slewing Loader di Dermaga Sumber : www.craneschina.cn

Fixed Shiploader

Fixed Shiploader merupakan shiploader yang terpasang secara tetap di dermaga biasanya untuk melayani tongkang. Pergerakan lengan loader tidak ada atau terbatas sehingga perlu dilakukan penggeseran tongkang. Ilustrasi fixed shiploader dapat dilihat pada Gambar 2.16.

Gambar 2. 15. Fixed Shiploader Sumber : superior-ind.com 1.3.2 Transportasi Horizontal

Pemindahan material batubara antara lapangan penumpukan batubara dan dermaga memerlukan peralatan khusus. Konveyor merupakan alat yang digunakan untuk

(12)

memindahkan material batubara secara mendatar ataupun miring dari satu tempat ke tempat lain. Ilustrasi komponen pada konveyor dapat dilihat pada Gambar 2.17.

Gambar 2. 16. Komponen Konveyor Sumber : serviceengineers.co.nz

Prinsip kerja konveyor adalah sebagai berikut:

Gerakan pada belt pengangkut batubara pada awal mulanya berasal dari motor induksi yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi energi mekanik yang berupa putaran poros rotor motor induksi. Energi mekanik yang berupa putaran tersebut diteruskan oleh Fluid Coupling ke Gear Box dengan menggunakan fluida minyak. Jika putaran Fluid Coupling tersebut masih terlalu tinggi untuk menggerakkan Belt Conveyor, maka diperlambat oleh Reducer / Gear Box menjadi lebih rendah dengan tujuan agar dapat digunakan untuk memutar Drive Pulley melalui kopling tetap yaitu N-Eupex Coupling. Drive Pulley atau Head Pulley sendiri mempunyai fungsi memutar Belt Conveyor, sehingga dapat

menggerakkan Belt Conveyor dengan kecepatan yang diinginkan. Belt Conveyor digunakan untuk mengangkut batubara dari sisi Tail Pulley ke sisi Head Pulley untuk dilanjutkan ke tempat yang lain. Begitulah seterusnya Belt Conveyor System bekerja dengan bantuan peralatan pendukung lainnya untuk menjaga kelancaran dan keandalan operasinya.

Konveyor digunakan sebagai alat transportasi horizontal di berbagai terminal curah kering di dunia. Hal ini karena konveyor memiliki kelebihan sebagai berikut:

 Konstruksi mudah

 Dapat diandalkan dan biaya perawatan rendah  Efisiensi, dengan kebutuhan energi yang rendah

(13)

 Material yang ditangani tetap utuh  Mudah beradaptasi

1.3.3 Penumpukan

Operasi penumpukan merupakan operasi penumpukan atau pengambilan material di lapangan penumpukan. Operasi penumpukan material dilakukan dengan menggunakan stacker

sedangkan operasi penganbilan menggunakan reclaimer. Metode penumpukan batubara di lapangan penumpukan ada beberapa jenis, antara lain chevron, windrow, dan coneshell.

Peralatan Penumpukan

Stacker

Stacker merupakan alat untuk menumpuk material curah kering, seperti bijih besi, batu bara, butiran tanah liat, gipsum dan lain sebagainya. Fungsi dari stacker terbagi menjadi 3 jenis arah pergerakan: Luffing, yaitu pergerakan jib atau layar pemasokmaterial secara vertikal, naik dan turun; Travelling, yaitu pergerakan ke sepanjang area stockyard sesuai tersedianya area rel alat; dan Slewing atau pergerakan stacker secara rotasional berbasis pada sumbu tengah dari area stockyard. Ilustrasi stacker dapat dilihat pada Gambar 2.18.

Gambar 2. 17. Stacker Sumber : en.wikipedia.orgReclaimer

Reclaimer adalah alat untuk mengambil ulang material dengan menggunakan alat bucket wheel yang berotasi dan secara terus menerus memindahkan material kering dari

stockyard ke area conveyor belt. Reclaimer dapat bergerak secara horizontal sepanjang boom, vertikal dan slewing, yaitu apabila alat berada dan digerakan sepanjang sumbu

(14)

tengah, sehingga arah pengambilan bisa berlangsung secara rotasional. Ilustrasi reclaimer dapat dilihat pada Gambar 2.19.

Gambar 2. 18. Portal Reclaimer Sumber : ameco.eu.comStacker-Reclaimer

Stacker-reclaimer merupakan satu alat yang menggabungkan kedua fungsi dari stacker dan reclaimer. Satu alat ini dapat bekerja sesuai kebutuhan untuk menumpuk batubara atau untuk mengambil batubara. Pergerakan alat ini sepanjang rel dan dapat melakukan gerakan rotasi. Alat ini menggunakan satu konveyor yang arah geraknya dapat diubah sesuai dengan fungsi kerja alat yang diperlukan. Ilustrasi stacker-reclaimer dapat dilihat pada Gambar 2. 20.

(15)

Sumber : thyssenkrupp-industrial-solutions.co.za

Metode Penumpukan

Chevron

Pada metode ini, penumpukan terdiri dari pelapisan material dengan pergerakan stacker sepanjang sumbu tengah dari penumpukan. Metode jenis ini menimbulkan segregasi pada material halus di bagian tengah penumpukan dengan material kuarsa pada permukaan dan bawah penumpukan. Untuk meratakan distribusi partikel, penumpukan perlu di-reclaim dari bagian muka penumpukan. Ilustrasi penumpukan chevron dapat dilihar pada

Gambar 2.21 dan Gambar 2.22.

Gambar 2. 20. Chevron

Sumber : Storage of Coal: Problems and Precautions - G. Ökten, O. Kural and E.Algurkaplan

Gambar 2. 21. Metode Chevron di Lapangan Sumber : rbct.co.za

(16)

Pada metode ini, material dideposit dari banyak posisi sepanjang area penumpukan. Metode ini mencegah segregasi dan meratakan distribusi material halus dan kuarsa di sepanjang penumpukan. Pencampuran yang baik bisa diperoleh jika batubara diambil dari tumpukan dengan reclaimer.Kerugian metode ini adalah ketika hujan air akan berkumpul diantara baris tumpukan batubara. Ilustrasi penumpukan windrow dapat dilihat pada

Gambar 2.23 dan Gambar 2.24.

Gambar 2. 22. Windrow

Sumber : Storage of Coal: Problems and Precautions - G. Ökten, O. Kural and E.Algurkaplan

Gambar 2. 23. Metode Windrow di Lapangan Sumber : www.dbct.com.au

Coneshell

Metode ini dipilih apabila tidak dibutuhkan homogenisasi pada material. Penumpukan pada metode ini dibuat dengan membuat tumpukan berbentuk corong hingga penuh. Setelah sebuah corong terbentuk, stacker akan berpindah posisi dan membentuk

(17)

tumpukan corong lainnya. . Ilustrasi penumpukan coneshell dapat dilihat pada Gambar

2.25 dan Gambar 2.26.

Gambar 2. 24. Coneshell

Sumber : Storage of Coal: Problems and Precautions - G. Ökten, O. Kural and E.Algurkaplan

(18)

Pembongkaran Truk Batubara

Penumpukan Batubara

Pemuatan Kapal Batubara

Lapangan Penumpukan

Dermaga Pembongkaran Tongkang Batubara

1.4

Sumber : lensaudara.blogspot.com

Operasi Terminal

Transportasi batubara dari tambang ke pelabuhan dapat dilakukan melalui darat dan laut. Batubara dari pertambangan dikirim ke pelabuhan menggunakan truk melalui jalur darat sedangkan melalui jalur laut batubara dikirim menggunakan tongkang. Operasi yang terjadi di terminal curah kering dibagi menjadi dua, yaitu operasi yang terjadi di lapangan

penumpukan dan operasi yang terjadi di dermaga. Operasi yang terjadi di lapangan penumpukan berupa operasi pembongkaran batubara dari truk dan operasi penumpukan batubara. Sedangkan operasi di dermaga adalah operasi bongkar dan muat batubara dari dan ke kapal. Secara umum, proses operasi di terminal batubara dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4. 1. Proses Operasi Terminal Batubara 1.4.1 Pembongkaran Batubara

Batubara dipindahkan dari pertambangan ke pelabuhan utama melalui jalur darat dan jalur laut. Melalui darat, batubara diangkut oleh truk-truk milik perusahaan pertambangan ke pelabuhan. Perusahaan pertambangan besar biasanya memiliki dermaga khusus untuk mengirim tongkang batubara ke pelabuhan utama. Operasi pembongkaran batubara dari truk dilakukan di sisi darat ke lapangan penumpukan. Sedangkan operasi pembongkaran batubara dari tongkang dilakukan dari sisi laut ke lapangan penumpukan.

(19)

Pertambangan batubara di Provinsi Bengkulu belum terintegrasi dengan angkutan kereta. Batubara dari pertambangan diangkut menggunakan truk ke pelabuhan. Truk pengangkut batubara di Sumatera rata-rata mengangkut 30 ton batubara. Pembongkaran batubara menggunakan feeder yang terhubung dengan konveyor di lapangan penumpukan. Truk membuang muatannya melalui jaringan baja yang ada di atas feeder kemudian konveyor di bawah feeder akan membawa muatan ke lapangan penumpukan. Kapasitas feeder

disesuaikan dengan kapasitas dan jumlah truk pengangkut batubara. Ilustrasi feeder yang terhubung dengan konveyor di lapangan penumpukan dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4. 2. Feeder Truk Batubara Sumber : youtube.com

Perusahaan pertambangan besar mengirim tongkang batubara dari dermaga khusus milik perusahaan. Kapasitas tongkang tergantung pada produksi batubara dan kapasitas dermaga asal dan tujuan. Kondisi perairan Pelabuhan Pulau Baai dapat melayani tongkang dengan draft maksimum 9.5 m atau kapasitas maksimum 25000 DWT. Pembongkaran batubara dari tongkang dengan kapasitas relatif kecil dapat dilakukan dengan menggunakan mobile crane grabber. Mobile crane Liebherr dapat melakukan operasi bongkar sampai kecepatan 1080 m3/jam dengan bucket grabber 6 m3 dan radius kerja mencapai 35 m. Batubara diambil dari tongkang menggunakan grabber dan dipindahkan ke feeder di dermaga. Feeder di dermaga terhubung dengan konveyor yang menuju ke lapangan penumpukan.

(20)

Gambar 4. 3, Mobile Crane Grabber Sumber : youtube.com

1.4.2 Penumpukan Batubara

Operasi penumpukan batubara di lapangan perlu mempertimbangkan kapasitas dan metode penumpukan. Kapasitas lapangan penumpukan diperhitungkan dari operasi bongkar dan operasi muat. Kapasitas dari operasi bongkar memperhitungkan produksi batubara dari pertambangan setiap hari yang dikirim ke pelabuhan. Sedangkan kapasitas dari operasi muat memperhitungkan periode dan kapasitas kapal yang datang. Kapasitas terbesar dari kedua sudut pandang ini akan digunakan sebagai kapasitas lapangan penumpukan.

Pola operasi penumpukan batubara dapat menggunakan stacker-reclaimer, stacker dan reclaimer secara terpisah dan konveyor. Operasi menggunakan stacker-reclaimer

memerlukan satu jalur konveyor dari feeder batubara sampai dermaga. Fungsi peralatan dapat disesuaikan dengan operasi yang sedang berlangsung yaitu saat sedang menumpuk batubara atau sedang memuat batubara ke kapal. Ilustrasi operasi lapangan penumpukan mengggunakan stacker-reclaimer dapat dilihat pada Gambar 4.9.

(21)

SR SL Feeder Feeder SL ST RE

Gambar 4. 4. Operasi Stacker-Reclaimer

Operasi penumpukan menggunakan stacker dan reclaimer secara terpisah memerlukan dua jalur konveyor untuk masing-masing tumpukan. Satu jalur konveyor dari feeder sampai ke lapangan penumpukan yang terhubung dengan stacker dan satu jalur konveyor dari lapangan penumpukan sampai dermaga yang terhubung dengan reclaimer. Setiap alat dapat melakukan fungsinya masing-masing selama operasi. Ilustrasi operasi lapangan penumpukan

menggunakan stacker dan reclaimer dapat dilihat pada Gambar 4.10.

Gambar 4. 5. Operasi Stacker dan Reclaimer

Operasi penumpukan menggunakan sistem konveyor memanfaatkan elevasi untuk membentuk tumpukan batubara. Operasi ini memerlukan dua jalur konveyor utama yaitu jalur konveyor penumpukan dan jalur konveyor pemuatan. Satu jalur konveyor dari feeder, dari darat dan dermaga, menuju lapangan penumpukan untuk menumpuk batubara. Konveyor penumpuk ini dibangun pada elevasi yang relatif tinggi dengan beberapa pos pencurah. Pos pencurah merupakan titik tertentu pada konveyor yang dapat dibuka untuk mencurahkan

(22)

batubara yang melalui konveyor ke lapangan penumpukan di bawahnya sehingga terbentuk tumpukan batubara. Satu jalur konveyor yang lain berjalan dari lapangan penumpukan menuju dermaga untuk melakukan operasi muat. Konveyor muat ini dibangun dengan elevasi relatif rendah yang terhubung dengan mobile feeder di lapangan penumpukan. Tumpukan batubara dimasukkan melalui feeder ke konveyor muat dengan bantuan mobile excavator. Ilustrasi operasi sistem konveyor dapat dilihat pada Gambar 4.11.

(23)

Feeder Feeder

SL

Konveyor Muat

(24)

Gambar 4. 6. Operasi Sistem Konveyor

Transfer tower konveyor merupakan bagian penting dalam sistem konveyor. Transfer tower merupakan lokasi perpindahan material dari konveyor ke konveyor lain. Dalam pola operasi ini, transfer tower juga berfungsi sebagai pos pencurah dimana batubara dari konveyor akan dicurahkan ke lapangan penumpukan. Transfer poin terdiri dari corong yang akan mengatur aliran batubara ke konveyor lain atau mencurahkan batubara ke lapangan penumpukan. Manajemen kerja transfer tower sangat penting untuk menjalankan sistem konveyor secara keseluruhan. Ilustrasi transfer tower konveyor sederhana dapat dilihat pada Gambar 4.12.

Gambar 4. 7. Proses dalam transfer konveyor Sumber : www.siethomgroup.com

Kapasitas pelayanan terminal batubara Pelabuhan Pulau Baai adalah 10.7 juta ton per tahun. Nilai ini cukup kecil sehingga investasi dari perusahaan tambang juga relatif kecil. Maka, dari ketiga pola operasi di atas dipilih pola operasi sistem konveyor. Kelebihan pola operasi ini adalah biaya yang lebih murah dibandingkan pola operasi yang lain. Selain itu peralatan operasi yang lebih sederhana akan lebih mudah digunakan dan dirawat. Namun, sistem ini memerlukan banyak penanganan secara manual.

Kapasitas kerja konveyor disesuaikan dengan kapasitas kerja alat lainnya. Konveyor penumpuk harus sesuai dengan volume batubara yang masuk dari darat maupun dermaga. Dalam hal ini kapasitas maksimal konveyor penumpuk sebesar 1000 ton/jam dan lebar 1.4 m. Sedangkan konveyor muat harus disesuaikan dengan kapasitas kerja shiploader di dermaga, yaitu 1500 ton/jam dan lebar 1.4 m. Pada operasi muat ke konveyor muat, diperlukan bantuan excavator. Excavator yang digunakan Catterpilar 390 F L dengan kapasitas bucket 4.6 m3 dan radius maksimal 15.7 meter. Jumlah excavator yang digunakan adalah enam unit dengan

(25)

estimasi kapasitas 500 MT/jam. Excavator Catterpilar 390 F L dapat dilihat pada Gambar

4.13.

Gambar 4. 8. Excavator Catterpillar 390 F L Sumber : cat.com

1.4.3 Pemuatan Batubara

Operasi muat batubara dari lapangan penumpukan ke kapal dilakukan di dermaga. Dermaga muat curah kering biasanya berupa tipe dolphin karena pengangkutan material batubara ke dermaga dari lapangan penumpukan hanya memerlukan konveyor. Dermaga tipe dolphin merupakan dermaga dengan satu tambatan. Perancangan pola operasi muat memperhitungkan kunjungan kapal. Kunjungan kapal di dermaga digunakan untuk menentukan BOR (Berth Occupancy Ratio), yaitu perbandingan antara waktu bertambat dibagi dengan jumlah waktu yang tersedia selama satu periode dan dinyatakan dalam persentase. Nilai BOR yang

diijinkan di terminal curah kering maksimal 60 %.

Spesifikasi shiploader yang digunakan harus disesuaikan dengan kapasitas reclaim yang ada di lapangan penumpukan. Operasi muat batubara ke kapal menggunakan linear shiploader. Shiploader ini dapat menjangkau seluruh hatch kapal dengan kombinasi pergerakan

telescoping, luffing, dan pergeseran sepanjang rel. Kapasitas nominal shiploader adalah 1500 MT/jam dengan panjang lengan 11.9-26.9 m. Pergerakan secara longitudinal dapat dilakukan sepanjang dermaga dengan lebar rel 13.7 m. Shiploader ini terhubung dengan konveyor dengan lebar 1.4 m. Ilustrasi shiploader dapat dilihat pada Gambar 4. 14.

(26)

Gambar 4. 9. Shiploader Sumber : takraf.com

Gambar

Gambar 2. 1. Dermaga
Gambar 2. 3. Grab Ship Unloader Sumber : hite.com.cn
Gambar 2. 4. Pneumatic System
Gambar 2. 5. Vertical Screw Conveyor Ship Unloader
+7

Referensi

Dokumen terkait

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang telah diciptakan Tuhan di muka bumi ini karena manusia memiliki akal pikiran yang dapat

[r]

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa frekuensi perilaku pemeliharaan kesehatan yang mereka lakukan adalah perilaku yang biasa- biasa saja

  Suatu aset dapat dihentikan pemakaiannya apabila aset yang digunakan tidak memiliki lagi manfaat di masa depan atau dilepaskan atas.. kepemilikan

yang bertanggung jawab terhadap gambaran klinik dari penyakit ini. 2,3,4 Diagnosis tetanus adalah berdasarkan riwayat/anamnesis dan tanda klinis saja, tidak ada

Berdasarkan hasil analisis keterlibatan pemakai, pelatihan, ukuran organisasi, dan keahlian pemakai berpengaruh positif terhadap kinerja sistem informasi akuntansi

Dengan terbuka, tidak dimaksud bahwa segala pertanyaan orang lain harus kita jawab dengan selengkapnya, atau bahwa orang lain berhak untuk mengetahui segala perasaan dan pikiran

Penanaman modal, baik modal dalam negeri dan utamanya modal asing sangat diharapkan oleh suatu negara agar dapat mengolah kekayaaan alamnya yang masih