Kesmas
furnal
Kesehatan
Masyarakat
Nasional
lssN
1907-7505
;iVotrr"
6,
Nomor 5,
April 2012
:
i
\
Jurna!
Dua Bulanan
i
Mencegah dan Menanggulangi Plagiarisme
di Dunia
Pendidikan
Permasalahan
Lanjut
Usia
di
Daerah
Perdesaan
Terpencil
Kadar
Interferon
Gammapada
Kontak
Serumah
dengan
Penderita Tuberkulosis
Kejadian
Infeksi
Saluran
Pernapasan
Akut
pada
Pekerja
Pabrik
i
I
Kesmas
Jurnal
Kesehatan
Masyarakat Nasional
Volume
6, Nomor
5,
Apnl 2012
ISSN
1907-7505
DAFTAR
ISI
Editorial Seberkas Harapan Deteksi Kasus Tuberkulosis Dini di Tingkat Rumah Tangga
Nasrin Kodim
193-194
Artikel
Telaahan Mencegah dan Menanggulangi Plagiarisme di Dunia Pendidikan...Adik
Wibowo195-200
Permasalahan Lanjut Usia di Daerah Perdesaan Terpencil
Laurentius Aswin Pramono, Cornelles Fanumbi
201-211
Kadar Interferon Gamma pada Kontak Serumah dengan Penderita Tuberkulosis.... 212-218
Sri Andarini Indreswari, Suharyo
Risiko Hiperkolesterolemia pada Pekerja di Kawasan Industri...
Krisnarvaty Bantas, Farida Mutiarawaty Tti Agustina, Dinie Zakiyuh
219-224 Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Masyarakat tentang Cara Aman
Menggunakan Tabung Gas 3 Kg... Fatma Lestari, Budi Hartono
225-229
Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Pekerja Pabrik
Y. D e n ny Ar di a n t
o"6ffi'fa{fpp;1
..2io-213
Berdasarkan Keputusan Direktur |enderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor: 83/DIKTI/Kep/2009 tanggal 6 Juli 2009, Kesmas diakui sebagai
jurnal ilmiah nasional terakreditasi
Artikel
PenelitianPerbandingan Tingkat Kepuasan Kerja Perawat dan Kepuasan Pasien... 234-240 lamilla Upik Noras, Ratu Ayu Dewi Sartika
Kesmas
Jurnal
Kesehatan
Masyarakat Nasional
Volume 6, Nomor
5, April2Ol2
ISSN
r907-750sKesmas merupakan furnal Kesehatan Masyarakat Nasional yang memuat naskah hasil penelitian maupun naskah konsep
di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, diterbitkan dua bulan sekali pada bulan Agustus, Oktober, Desember, Februari, April,
dan funi.
Penanggung fawab/Pemimpin Um 'm
Bambang Wispriyono, drs, Apt, PhD (Dekan FKM UI)
Pemimpin Redaksi
Prof. Nasrin Kodim, Dr, dr, MPH
Wakil Pemimpin Redaksi
Drs. Abdur Rahman, MEnv
Redaksi
Dr. Dra. Dumilah Ayuningtyas, MARS dr. Zafiiel Tafal, MPH
Web Programmer Eddy Afriansyah, SKom, MSi
Redaksi Pelaksana
Desy Hiryani, SKM
Sekretaris Redaksi
Dwicahyanti Utami. SK\I
Redaksi Kehormatan
\
KetuaProf. Kusharisup.eni. Dr. dr.
\$l
Prof. Hasbullah Thabrmy, MPtl"
Prof. Alimin Maidirr' dE MD,
Pr,of. Dt'
Ta
dr
I
Prof-Prof. Sori
Prof. Dr. drg:
Prof. dr. Menaldi Rasmin.
dr. Hasanuddin Ishak, MSc, PhD
Dr. Budi Anna Ketiat, SKp,
Dr. Ir. Trina Astuti, MPS
Gd-BLr3
Dr-I IE
..
-
Artikel Penelitian
Kejadian
Infeksi
Saluran Pernapasan
Akut
pada Pekerja
Pabrik
Acute Respiratory
Infection
Incidence
among Factory Workers
Y. Denny Ardianto* Ririh Yudhastuti**
*Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, **Departemen Kesehatan
Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Abstrak
lnfeksi saluran pemapasan akut (ISPA) yang merupakan masalah
kese-hatan masyarakat di lndonesia biasa menyerang anak usia di bawah usia
lima tahun (balita), tetapi dapat menyerang kelompok usia produktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkungan rumah
dengan kejadian ISPA pada pekerja pabrik di Kecamatan Rungkut
Surabaya. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol dengan
populasi pekerla pabrik. Kasus adalah penderita ISPA dan kontrol adalah
yang tidak terkena ISPA berdasarkan diagnosis klinis. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner. Hasil
analisis multivariat menunjukkan kepadatan hunian ruang tidur (nilai p =
0,003; odds ratio, OR = 15,687), kelembaban kamar (nilai p = 0,039; OR =
17 ,874), suhu kamar (nilai p = 0,03; OR = 14,978), ventilasi (nilai p = 0,001'
0R = 19,892), lama tinggal (nilai p = 0,006; OR = 9,587), dan kebiasaan
merokok (nilai p = 0,000; 0R = 45,901 ) berhubungan bermakna dengan
ke-jadian ISPA. Faktor yang dominan memengaruhi kejadian ISPA adalah
ke-biasaan merokok dan ventilasi. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan di-lakukan perbaikan lingkungan rumah dan menghindari kebiasaan merokok.
Kata kunci: Lingkungan rumah, ventilasi, infeksi saluran pemapasan akut,
pekerja pabilk
Abstract
Acute respiratory infection (ARl) is public health problem in lndonesia and
usually it affected children aged five years old and under. However, people categorized as productive age can be affected as well. The purpose of this research was to investigate association between house sanitation and ARI
incidence among factory workers at sub district Rungkut Surabaya. This
re-search was case control design with factory workers with ARI as cases and
factory workers without ARI as controls. Data collection was conducted
through structural interview to respondent with questionnaires. Multivariate
analysis showed that people at bed room (p value = 0,003; odds ratio, OR
= 15,687), room moisUhumidity (p value = 0,039; OR = 17,874),
tempera-230
ture (p value = 0,003; OR = 14,978), room ventilation (p value = 0,001:
(f
= 19,892), length of stay (p value = 0,006; OR = 9,587), and smoking
tC
(p value = 0,000; OR = 45,901) associated significantly with ARl. The
(D
inant factor influencing ARI was smoking habits and room ventilatin
ll
suggested to improve house sanitation and to stop smoking.
Key words; House sanitation, ventilation, acute respiratory infectirxr.
b
ry workers
Pendahuluan
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
merupatr
salah satu masalah kesehatan di Indonesia karena
an#r
kejadian ISPA pada anak dan balita tergolong
tinggl
Selainitu,
ISPA merupakan salah satu penyebabutrr
kunjungan pasien pada sarana pelayanan
kesehatr
dengan proporsi yang berkisar antara 40o/o
-
600/o.b
tahun 2009 dilaporkan kejadian ISPA pada sekelompd
pekerja yang bermukim dan bekerja di lingkungan
paffi,
di
Kecamatan Rungkut Surabaya yang berasal darih
Kota Surabaya. Mereka menghuni rumah kontrak1a
tidak memenuhi syarat kesehatan lingkunganperumah
karena keterbatasan dana. Berdasarkan pemeriksran
lD
nis tercatat penderita ISPA sebanyak 78 orang dengm
b
matianI
orang. Kejadian ISPA biasanya menyerang-anak terutama di bawah lima tahun (balita) sebapi ibat cakupan imunisasi yang rendah. Namun, ISPA
dapat menyerang orang dewasa usia produktif
yang terjadi pada pekerja pabrik di Kecamatan Beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadim
Alamat Korespondensi: Y. Denny Ardianto, Departefien K3 FKM Unitqi
Ailanga, Kampus C FKM Universitas Airlangga ll. Mulyorejo Surabop
PA adalah kontruksi rumah, kepadatan rumah, dan kepa_
datan hunian. Faktor risiko lingkungan rumah yang ber_
pengaruh terhadap kejadian ISpA meliputi
klpaiatan
hunian, ventilasi, suhu, dan kelembaban. Rutu_*tu p.o-porsi hunian yang memenuhi syaratdi
lokasi peneliiianhanya
sekitar
37o/o.penelitian
ini
bertujuan untuk
mengetahui hubungan lingkungan rumah dan kejadianISPA pada pekerja pabrik. Metode
Penelitian
ini
menggunakan desain studi kasus kon-trol. Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan RungkutSurabaya karena
di
kecamatanini
merupakan kawasanindustri
danterletak
di
arahtimur
Kota
Surabaya. Penelitianini
dilakukan padatahun
2009. populasiadalah pekerja di pabrik
dan
berdomisili di KecamatanRungklt
Surabaya tidak kurangdari
2
tahun. |umlahsampel minimal dihitung dengan menggunakan software
sample size 2,0 sebesar 7g kasus pekeila pabrik d"rgun
umur berkisar antara
Zl
-
55 taliun yang secara klinisdinyatakan terkena ISPA.l Kontrol adaiah-pekerja pabrik
bukan penderita ISPA dengan jumlah 7g. pengumpulan
data
dilakukan
dengan menggunakankuesitner.
Kepadatan hunian dihitung dengan menggunakan stan_ dar rumah sehat, suhu atau temperatur diukur dengan menggunakan termometer ruang, kelembaban udara diukur dengan higrometer. VariabJl yang diteliti meliputilingkungan rumah (termasuk
konirufsi
rumah yaitu dinding, atap, dan lantai), kepadatan rumah, kepajatan hunian, luas ventilasi, suhu, kelembaban dalam rumah, lama tinggal di hunian, jenis pekerjaan di pabrik, kebi_asaan merokok, dan perilaku responden. Analisis data
meliputi univariat (distribusi frekuinsi dan proporsi vari_ abel), analisis
bivariat
(identifikasi variabel kandidatmodel
multivariat),
dan analisismultivariat
untuk
mengetahui keeratan variabel bebas dengan variabelterikat.1,2
Ardianto & Yudhastuti, Kejadian lnfeksi saluran pemapasan Akut pada pekerja pabik
Tabel l. Hubungan Variabel penelitian dengan Kejadian ISpA
Variabel Kategori
Nilai p
Kepadatan rumah
Kepadatan ruang tidur
Suhu ruang/kamar
Kelembaban /ruang kamar
Konstruksi dinding Luas ventilasi Atap Lantai
Lama tinggal di area penelitian
Kebiasaan merokok
Keterangan :
TMS = tidak memenuhi syarat
MS = memenuhi syarat 231 Padat Tidak padat TMS (< 4m2lorang) MS (> 4m2lorang) Tidak nyaman Nyaman
TMS(< 40olo atau > 7oo/o)
MS (4Oo/o - 7oo/o)
Tanpa diplester Diplester
TMS(< 10 o/o luas lantai)
MS (> 10olo luas lantai)
Tanpa plafon Plafon Plesteran/ubin/tekel Keramik ) 2 tahun < 2 tahun Ya Tidak 0,008 0,000 0,000 o,112 0,000 0,000 0,009 0,1 90 0,000 0,000 Hasil
Berdasarkan analisis bivariat terlihat bahwa 9Oo/o ka_
sus terjadi pada hunian padat rumah dan padat pen-dqduk, kepadatan hunian ruang
tidur
(g7%), ventilasi tidak memenuhi syarat kesehatin (92o/o), suhu kamar yangtidak
nyaman (57 ,3o/o), kelembaban yang tidakmemenuhi syarat (92,7olo), konstruksi dinding b-atu ba_
ta/batako (650/o), rumah berlantai plesteran (760/o), atap tanpa plafon (5|o/o),lama tinggal di daerah peneli_ tian> 2 tahun (88,60lo), dan kebiasaan merokok
(lgA.
Kemudian, dengan menggunakanuji
chi
square(a
=5o/o) maka diperoleh hubungan variabel_variatel penelit_
ian dengan kejadian ISpA. Variabel tersebut memenuhi kriteria kandidat model dasar (nilai p < 0,25) kejadian
ISPA yaitu kepadatan hunian, luas venJilasi, suhu, kelem_
baban, dan perilaku responden (Tabel
l).
Analisis
multivariat
dalam penelitianini
menggu_nakan uji_regresi logistik yaitu menghubungkan bebl"ra_
pa
variabel
bebas denganvariabel
terikat
secarabersama-sama. Setelah dilakukan penyeleksian secara
kemaknaan statistik, yang tidak bermakna dikeluarkan satu per satu, dari variabel yang ada ditemukan 6 vari_
lfel
11$
mempunyai hubungan bermakna dengan keja_dian ISPA yaitu kepadatan hunian ruang tidur, felemba_ ban kamar, suhu kamar, lama tinggal, Au., kebiasaan merokok (Tabel2).
Pembahasan
.
Variabel
kepadatanrumah
tidak
berhubungan bermakna dengan kejadian ISpA.Hal
ini
disebabkan oleh aktivitas responden yang dilakukan di luar rumah. Kelompok kasus (90olo) dan kelompokkontrol
(ggo/o)tidakmenunjukkan perbedaan bermakna. Responden pa_
da kelompok kasus menempati rumah dengarrkepadaian
hunian kamar atau ruang
tidur
tidak memenuhi syaratatau kurang. Tinggal di rumah dengan ruang tidur yang
tidak memenuhi syarat kepadatan hunian (< +
mztoiani)
berisiko terkena ISpA lebih besar dibandingkan tingglidengan kepadatan hunian kamar utuu
*ur!
tidur
yi"ng memenuhi syarat.2-4 Semakin banyak orang dalam zuatiruang€n akan menyebabkan konsentrasi mikroorganisme
semakin
tinggi
disebabkantiap
orang mengindung mikroorganisme yang berasal dari hidung, tenggorokan]mulut,
dankulit
sehingga dapat berisiko menularkan penyakit pada sesama penghuni ruang atau kamar.5,6Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No. 5, April 2012
Tabel 2. Hasil Analisis Multivariat antara Variabel Bebas dengan Kejadian ISP..l
Variabel Wald Nilai
p
OR E+O)
ltYb CtKepadatan ruang tidur
Kelembaban kamar Suhu kamar Ventilasi Lama tinggal Kebiasaa merokok 2,777 2,896 2,597 3,106 2,234 3,878 9,121 4,812 8,269 9,956 7,2lt 16,003 0,003 0,039 0,00i 0.001 0,006 0,000 15,6t7 t7,E74 14,97t r9.E!2 9,587 45.q)t Constant -25,962 0,001
tak
lebih
dekat antara keluarga.7,8Apabila
jumlah penghuni ruangan tidak sebanding dengan luas ruangan maka volume pertukaran udara bersih akan berkurangdan karbon monoksida menjadi meningkat dengan cepat karena semakin banyak jumlah orang yang mengeluarkan karbon monoksida pada proses ekspirasi.8
Suhu dalam rumah berhubungan bermakna dengan
kejadian ISPA. Hasil analisis multivariat diperoleh hasil
bahwa responden yang tinggal
di
rumah atau kamar dengan suhutidak
nyaman(<
18oCatau
>
30oC) berisiko terkena ISPA 14,97kali
lebih tinggi diband-ingkan tinggal dengan suhu yang nyaman. Demikian ju-ga denju-gan kelembaban dan suhu, kelembaban ruang berhubungan bermakna dengan kejadian ISPA. Suhu yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan ISPAkarena suhu yang tinggi merupakan faktor pendukung ISPA karena tanpa sirkulasi udara menyebabkan udara panas, mikroorganisme patogen, serta polutan lain yang
berada
di
dalam ruangan tidak dapat keluar sehinggakonsentrasi mikroorganisme meningkat dan menjadikan penghuni rumah tersebut mudah terkena ISPA.3'6'8'9
Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa tinggal
di
rumah dengan kelembaban yangtidak
memenuhisyarat (< 4Oo/o atau> 70o/o) berisiko terkena ISPA 17,87
kali lebih tinggi dibandingkan tinggal di rumah dengan
kelembaban yang memenuhi syarat. Kelembaban udara
dalam ruangan yang
tidak
memenuhi syarat menye-babkan ruanganterlihat
basah dan memudahkan ter-jadinya penularan penyakit.3,6,8 Sebagian besarrespon-den menempati rumah atau hunian yang berventilasi tidak memenuhi syarat yaitu < lO o/o luas lantai sehingga
berisiko terkena ISPA 18,89 kali lebih tinggi dibanding-kan tinggal
di
rumah dengan ventilasi yang memenuhi syarat. Ventilasi, suhu, dan kelembaban berhubungan bermakna dengan kejadian ISPA yang juga berhubungan erat dengan sirkulasi udaradi
dalam rumah. Apabila sirkulasi udara tidak memenuhi syarat, udara menjadipengap, berbau, dan timbul bakteri patogen serta polu-tan lain yang dapat mengganggu kesehatan. Ventilasi yang memenuhi syarat berperan penting karena ke-cepatan aliran udara akan berlangsung dengan baik. Hal
ini
pentinguntuk
mempercepat proses pembersihanudara
di
dalam ruangan atau rumah. Ketidaktersediaan ventilasi yang memenuhi syarat membahayakankese-hatan apabila dalam ruangan tersebut terjadi pencemaran
udara
oleh
mikroorganisme berupabakteri,
jamur, virus,serta berbagai zat kimia.Gangguan lain misalnya berkurangnya kadar oksigen dan meningkatnya kadar karbon monoksida.2,3'10 Lama
tinggal responden berpengaruh terhadap kejadian ISPA.
Lama tinggal
>
2
tahun berisiko 9,58kali
lebih tinggi dibandingkan yang belum lama tinggal di daerah peneli-tian. Kebiasaan merokok pada responden berisiko ISPA45,90 kali lebih tinggi dibandingkan yang tidak merokok. Sebagian besar kasus menempati rumah dengan
kons-truksi dinding rumah berupa batu bata/batako dengan
dan tanpa plesteran menunjukkan hubungan yang tidak bermakna. Demikian juga dengan atap plafon atau
lang-it-langit, untuk responden kasus maupun kontrol tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Lantai dengan
jenis plester/tegel dan keramik untuk kasus dan kontrol tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Kejadian ISPA
ISPA adalah penyakit pernapasan akut yang ditandai
dengan gejala batuk, serak, pilek, demam, dan
mengelu-arkan
lendir
atau ingus yang berlangsung hingga 14hari.5,6 Kejadian ISPA pada pekerja pabrik yang berumur
2l
-
55 tahun dalam penelitianini
sering terjadi tidakhanya menyerang anak-anak dan balita, tetapi orang
de-wasa dengan imunitas sempurna pun dapat terkena
IS-PA.l0'11 Pengaruh
faktor
lingkungan dan kebiasaan merokok meningkatkanrisiko
terjadinya ISPA,meng-ingat prevalensi ISPA pada kelompok perokok tergolong tinggi. Di Indonesia, data prevalensi kejadian ISPA pada
kelompok orang dewasa belum tersedia.3,9 Kebiasaan
merokok merupakan faktor predisposisi atau faktor
pen-dukung dalam keterjangkitan pada manusia. Seorang anggota keluarga penderita ISPA yang berdomisili dalam
satu rumah dengan perokok akan meningkatkan jumlah penderita ISPA. Beberapa penelitian menunjukkan
bah-wa pola penyakit
ISPAdi
Indonesia setara dengan negara-negara lain yang tergolong miskin. Masyarakatmiskin
umumnya memperlihatkan keadaangizi
dan232
pengetahuan
tentang
kesehatan yang rendah serta keadaan kesehatan lingkungan termasuk lingkungan rumah yang buruk. Dalam masyarakat seperti itu,penu-laran penyakit termasuk ISPA akan terjadi secara
mu-dah.2.3,5,9
Kesimpulan
Faktor lingkungan rumah berpengaruh terhadap
keja-dian ISPA meliputi kepadatan hunian ruang atau kamar tidur, luas ventilasi, suhu kamar, kelembaban, lama ting-gal di satu rumah, dan kebiasaan merokok. Faktor
kons-truksi rumah meliputi atap, dinding, lantai, serta
kepa-datan lingkungan pemukiman dan perumahan tidak memperlihatkan hubungan yang bermakna.
Saran
Untuk mencegah penyakit ISPA sekaligus memper-baiki produktivitas pekerja disarankan untuk memper-baiki lingkungan perumahan pemukiman dan menghin-dari kebiasaan merokok pada pekerja pabrik.
Daftar Pustaka
1. Lemeshow S. Besar sampel dalam penelitian kesehatan. yogyakarta:
Gajah Mada University Press; 1997.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan menteri
kese-hatan no. 829 tahun 1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan.
Ardianto & Yudhastuti, Kejadian lnfeksi Saluran Pernapasan Akut pada
Wp d
)akarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 1999.
l. Eliot Af, Cross KW, Doulas MF. Acute respiratorv infections in rir
pressure at hospital admission in England and Wales 1990-200i. ffad
Public Health loumal. 2008; 30: 91-8.
4. Stewart f. Environmental health and housing. London ECAP4EE: Spon
Press; 2005. p.25-35.
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman penyelenggaraan
program kesehetan lingkungan perumahan di Indonesia. Jakarta:
Direktorat fenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2007.
6. Raj K, litendra KN, Harsh K, Alka SK, Mahesh M, Pawan K, et al.
Indoor air pollution and respiratory function of children in Askok Mhar,
Delhi: an exposure response study. Asia Pasific lournal of Public Health.
2O08:20:36-48.
7. Krieger l, Higgins DL. Housing and health: time again for public health
action. American foumal Public Heatth. 2OO2;92 (5): 758-68.
8. Moeller WD. Air in the home and community. In: Author.
Environmental health. 3th ed. Cambridge Massachusetts, USA: Havard
University Press; 2005. p. 1O2-28.
9. Yudhastuti R. Housing sanitation and acute respiratory tract infection
among undergraduate students in Indonesia. Asia Pacific foumal of
Public Health. 20O8: 20: 262-6.
10. Howard F. Environmental health from global to local. San Francisco,
USA: Publisher; 2005. p. 331-61.
11. Kawakami K, Haratani R. Reforming the workplace environmenr.
Occupational Health Joumal. 2000;23: 45-9.