• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesmas. furnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Kadar Interferon Gammapada Kontak Serumah. Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kesmas. furnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Kadar Interferon Gammapada Kontak Serumah. Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Kesmas

furnal

Kesehatan

Masyarakat

Nasional

lssN

1907-7505

;iVotrr"

6,

Nomor 5,

April 2012

:

i

\

Jurna!

Dua Bulanan

i

Mencegah dan Menanggulangi Plagiarisme

di Dunia

Pendidikan

Permasalahan

Lanjut

Usia

di

Daerah

Perdesaan

Terpencil

Kadar

Interferon

Gammapada

Kontak

Serumah

dengan

Penderita Tuberkulosis

Kejadian

Infeksi

Saluran

Pernapasan

Akut

pada

Pekerja

Pabrik

i

I

(2)

Kesmas

Jurnal

Kesehatan

Masyarakat Nasional

Volume

6, Nomor

5,

Apnl 2012

ISSN

1907-7505

DAFTAR

ISI

Editorial Seberkas Harapan Deteksi Kasus Tuberkulosis Dini di Tingkat Rumah Tangga

Nasrin Kodim

193-194

Artikel

Telaahan Mencegah dan Menanggulangi Plagiarisme di Dunia Pendidikan...

Adik

Wibowo

195-200

Permasalahan Lanjut Usia di Daerah Perdesaan Terpencil

Laurentius Aswin Pramono, Cornelles Fanumbi

201-211

Kadar Interferon Gamma pada Kontak Serumah dengan Penderita Tuberkulosis.... 212-218

Sri Andarini Indreswari, Suharyo

Risiko Hiperkolesterolemia pada Pekerja di Kawasan Industri...

Krisnarvaty Bantas, Farida Mutiarawaty Tti Agustina, Dinie Zakiyuh

219-224 Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Masyarakat tentang Cara Aman

Menggunakan Tabung Gas 3 Kg... Fatma Lestari, Budi Hartono

225-229

Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Pekerja Pabrik

Y. D e n ny Ar di a n t

o"6ffi'fa{fpp;1

..2io-213

Berdasarkan Keputusan Direktur |enderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor: 83/DIKTI/Kep/2009 tanggal 6 Juli 2009, Kesmas diakui sebagai

jurnal ilmiah nasional terakreditasi

Artikel

Penelitian

Perbandingan Tingkat Kepuasan Kerja Perawat dan Kepuasan Pasien... 234-240 lamilla Upik Noras, Ratu Ayu Dewi Sartika

(3)

Kesmas

Jurnal

Kesehatan

Masyarakat Nasional

Volume 6, Nomor

5, April2Ol2

ISSN

r907-750s

Kesmas merupakan furnal Kesehatan Masyarakat Nasional yang memuat naskah hasil penelitian maupun naskah konsep

di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, diterbitkan dua bulan sekali pada bulan Agustus, Oktober, Desember, Februari, April,

dan funi.

Penanggung fawab/Pemimpin Um 'm

Bambang Wispriyono, drs, Apt, PhD (Dekan FKM UI)

Pemimpin Redaksi

Prof. Nasrin Kodim, Dr, dr, MPH

Wakil Pemimpin Redaksi

Drs. Abdur Rahman, MEnv

Redaksi

Dr. Dra. Dumilah Ayuningtyas, MARS dr. Zafiiel Tafal, MPH

Web Programmer Eddy Afriansyah, SKom, MSi

Redaksi Pelaksana

Desy Hiryani, SKM

Sekretaris Redaksi

Dwicahyanti Utami. SK\I

Redaksi Kehormatan

\

Ketua

Prof. Kusharisup.eni. Dr. dr.

\$l

Prof. Hasbullah Thabrmy, MPtl"

Prof. Alimin Maidirr' dE MD,

Pr,of. Dt'

Ta

dr

I

Prof-Prof. Sori

Prof. Dr. drg:

Prof. dr. Menaldi Rasmin.

dr. Hasanuddin Ishak, MSc, PhD

Dr. Budi Anna Ketiat, SKp,

Dr. Ir. Trina Astuti, MPS

Gd-BLr3

Dr-I I

E

..

(4)

-

Artikel Penelitian

Kejadian

Infeksi

Saluran Pernapasan

Akut

pada Pekerja

Pabrik

Acute Respiratory

Infection

Incidence

among Factory Workers

Y. Denny Ardianto* Ririh Yudhastuti**

*Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, **Departemen Kesehatan

Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Abstrak

lnfeksi saluran pemapasan akut (ISPA) yang merupakan masalah

kese-hatan masyarakat di lndonesia biasa menyerang anak usia di bawah usia

lima tahun (balita), tetapi dapat menyerang kelompok usia produktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lingkungan rumah

dengan kejadian ISPA pada pekerja pabrik di Kecamatan Rungkut

Surabaya. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol dengan

populasi pekerla pabrik. Kasus adalah penderita ISPA dan kontrol adalah

yang tidak terkena ISPA berdasarkan diagnosis klinis. Pengumpulan data

dilakukan dengan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner. Hasil

analisis multivariat menunjukkan kepadatan hunian ruang tidur (nilai p =

0,003; odds ratio, OR = 15,687), kelembaban kamar (nilai p = 0,039; OR =

17 ,874), suhu kamar (nilai p = 0,03; OR = 14,978), ventilasi (nilai p = 0,001'

0R = 19,892), lama tinggal (nilai p = 0,006; OR = 9,587), dan kebiasaan

merokok (nilai p = 0,000; 0R = 45,901 ) berhubungan bermakna dengan

ke-jadian ISPA. Faktor yang dominan memengaruhi kejadian ISPA adalah

ke-biasaan merokok dan ventilasi. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan di-lakukan perbaikan lingkungan rumah dan menghindari kebiasaan merokok.

Kata kunci: Lingkungan rumah, ventilasi, infeksi saluran pemapasan akut,

pekerja pabilk

Abstract

Acute respiratory infection (ARl) is public health problem in lndonesia and

usually it affected children aged five years old and under. However, people categorized as productive age can be affected as well. The purpose of this research was to investigate association between house sanitation and ARI

incidence among factory workers at sub district Rungkut Surabaya. This

re-search was case control design with factory workers with ARI as cases and

factory workers without ARI as controls. Data collection was conducted

through structural interview to respondent with questionnaires. Multivariate

analysis showed that people at bed room (p value = 0,003; odds ratio, OR

= 15,687), room moisUhumidity (p value = 0,039; OR = 17,874),

tempera-230

ture (p value = 0,003; OR = 14,978), room ventilation (p value = 0,001:

(f

= 19,892), length of stay (p value = 0,006; OR = 9,587), and smoking

tC

(p value = 0,000; OR = 45,901) associated significantly with ARl. The

(D

inant factor influencing ARI was smoking habits and room ventilatin

ll

suggested to improve house sanitation and to stop smoking.

Key words; House sanitation, ventilation, acute respiratory infectirxr.

b

ry workers

Pendahuluan

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)

merupatr

salah satu masalah kesehatan di Indonesia karena

an#r

kejadian ISPA pada anak dan balita tergolong

tinggl

Selain

itu,

ISPA merupakan salah satu penyebab

utrr

kunjungan pasien pada sarana pelayanan

kesehatr

dengan proporsi yang berkisar antara 40o/o

-

600/o.b

tahun 2009 dilaporkan kejadian ISPA pada sekelompd

pekerja yang bermukim dan bekerja di lingkungan

paffi,

di

Kecamatan Rungkut Surabaya yang berasal dari

h

Kota Surabaya. Mereka menghuni rumah kontrak

1a

tidak memenuhi syarat kesehatan lingkungan

perumah

karena keterbatasan dana. Berdasarkan pemeriksran

lD

nis tercatat penderita ISPA sebanyak 78 orang dengm

b

matian

I

orang. Kejadian ISPA biasanya menyerang

-anak terutama di bawah lima tahun (balita) sebapi ibat cakupan imunisasi yang rendah. Namun, ISPA

dapat menyerang orang dewasa usia produktif

yang terjadi pada pekerja pabrik di Kecamatan Beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadim

Alamat Korespondensi: Y. Denny Ardianto, Departefien K3 FKM Unitqi

Ailanga, Kampus C FKM Universitas Airlangga ll. Mulyorejo Surabop

(5)

PA adalah kontruksi rumah, kepadatan rumah, dan kepa_

datan hunian. Faktor risiko lingkungan rumah yang ber_

pengaruh terhadap kejadian ISpA meliputi

klpaiatan

hunian, ventilasi, suhu, dan kelembaban. Rutu_*tu p.o-porsi hunian yang memenuhi syarat

di

lokasi peneliiian

hanya

sekitar

37o/o.

penelitian

ini

bertujuan untuk

mengetahui hubungan lingkungan rumah dan kejadian

ISPA pada pekerja pabrik. Metode

Penelitian

ini

menggunakan desain studi kasus kon-trol. Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Rungkut

Surabaya karena

di

kecamatan

ini

merupakan kawasan

industri

dan

terletak

di

arah

timur

Kota

Surabaya. Penelitian

ini

dilakukan pada

tahun

2009. populasi

adalah pekerja di pabrik

dan

berdomisili di Kecamatan

Rungklt

Surabaya tidak kurang

dari

2

tahun. |umlah

sampel minimal dihitung dengan menggunakan software

sample size 2,0 sebesar 7g kasus pekeila pabrik d"rgun

umur berkisar antara

Zl

-

55 taliun yang secara klinis

dinyatakan terkena ISPA.l Kontrol adaiah-pekerja pabrik

bukan penderita ISPA dengan jumlah 7g. pengumpulan

data

dilakukan

dengan menggunakan

kuesitner.

Kepadatan hunian dihitung dengan menggunakan stan_ dar rumah sehat, suhu atau temperatur diukur dengan menggunakan termometer ruang, kelembaban udara diukur dengan higrometer. VariabJl yang diteliti meliputi

lingkungan rumah (termasuk

konirufsi

rumah yaitu dinding, atap, dan lantai), kepadatan rumah, kepajatan hunian, luas ventilasi, suhu, kelembaban dalam rumah, lama tinggal di hunian, jenis pekerjaan di pabrik, kebi_

asaan merokok, dan perilaku responden. Analisis data

meliputi univariat (distribusi frekuinsi dan proporsi vari_ abel), analisis

bivariat

(identifikasi variabel kandidat

model

multivariat),

dan analisis

multivariat

untuk

mengetahui keeratan variabel bebas dengan variabel

terikat.1,2

Ardianto & Yudhastuti, Kejadian lnfeksi saluran pemapasan Akut pada pekerja pabik

Tabel l. Hubungan Variabel penelitian dengan Kejadian ISpA

Variabel Kategori

Nilai p

Kepadatan rumah

Kepadatan ruang tidur

Suhu ruang/kamar

Kelembaban /ruang kamar

Konstruksi dinding Luas ventilasi Atap Lantai

Lama tinggal di area penelitian

Kebiasaan merokok

Keterangan :

TMS = tidak memenuhi syarat

MS = memenuhi syarat 231 Padat Tidak padat TMS (< 4m2lorang) MS (> 4m2lorang) Tidak nyaman Nyaman

TMS(< 40olo atau > 7oo/o)

MS (4Oo/o - 7oo/o)

Tanpa diplester Diplester

TMS(< 10 o/o luas lantai)

MS (> 10olo luas lantai)

Tanpa plafon Plafon Plesteran/ubin/tekel Keramik ) 2 tahun < 2 tahun Ya Tidak 0,008 0,000 0,000 o,112 0,000 0,000 0,009 0,1 90 0,000 0,000 Hasil

Berdasarkan analisis bivariat terlihat bahwa 9Oo/o ka_

sus terjadi pada hunian padat rumah dan padat pen-dqduk, kepadatan hunian ruang

tidur

(g7%), ventilasi tidak memenuhi syarat kesehatin (92o/o), suhu kamar yang

tidak

nyaman (57 ,3o/o), kelembaban yang tidak

memenuhi syarat (92,7olo), konstruksi dinding b-atu ba_

ta/batako (650/o), rumah berlantai plesteran (760/o), atap tanpa plafon (5|o/o),lama tinggal di daerah peneli_ tian> 2 tahun (88,60lo), dan kebiasaan merokok

(lgA.

Kemudian, dengan menggunakan

uji

chi

square

(a

=

5o/o) maka diperoleh hubungan variabel_variatel penelit_

ian dengan kejadian ISpA. Variabel tersebut memenuhi kriteria kandidat model dasar (nilai p < 0,25) kejadian

ISPA yaitu kepadatan hunian, luas venJilasi, suhu, kelem_

baban, dan perilaku responden (Tabel

l).

Analisis

multivariat

dalam penelitian

ini

menggu_

nakan uji_regresi logistik yaitu menghubungkan bebl"ra_

pa

variabel

bebas dengan

variabel

terikat

secara

bersama-sama. Setelah dilakukan penyeleksian secara

kemaknaan statistik, yang tidak bermakna dikeluarkan satu per satu, dari variabel yang ada ditemukan 6 vari_

lfel

11$

mempunyai hubungan bermakna dengan keja_

dian ISPA yaitu kepadatan hunian ruang tidur, felemba_ ban kamar, suhu kamar, lama tinggal, Au., kebiasaan merokok (Tabel2).

Pembahasan

.

Variabel

kepadatan

rumah

tidak

berhubungan bermakna dengan kejadian ISpA.

Hal

ini

disebabkan oleh aktivitas responden yang dilakukan di luar rumah. Kelompok kasus (90olo) dan kelompok

kontrol

(ggo/o)

tidakmenunjukkan perbedaan bermakna. Responden pa_

da kelompok kasus menempati rumah dengarrkepadaian

hunian kamar atau ruang

tidur

tidak memenuhi syarat

atau kurang. Tinggal di rumah dengan ruang tidur yang

tidak memenuhi syarat kepadatan hunian (< +

mztoiani)

berisiko terkena ISpA lebih besar dibandingkan tinggli

dengan kepadatan hunian kamar utuu

*ur!

tidur

yi"ng memenuhi syarat.2-4 Semakin banyak orang dalam zuati

ruang€n akan menyebabkan konsentrasi mikroorganisme

semakin

tinggi

disebabkan

tiap

orang mengindung mikroorganisme yang berasal dari hidung, tenggorokan]

mulut,

dan

kulit

sehingga dapat berisiko menularkan penyakit pada sesama penghuni ruang atau kamar.5,6

(6)

Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No. 5, April 2012

Tabel 2. Hasil Analisis Multivariat antara Variabel Bebas dengan Kejadian ISP..l

Variabel Wald Nilai

p

OR E+

O)

ltYb Ct

Kepadatan ruang tidur

Kelembaban kamar Suhu kamar Ventilasi Lama tinggal Kebiasaa merokok 2,777 2,896 2,597 3,106 2,234 3,878 9,121 4,812 8,269 9,956 7,2lt 16,003 0,003 0,039 0,00i 0.001 0,006 0,000 15,6t7 t7,E74 14,97t r9.E!2 9,587 45.q)t Constant -25,962 0,001

tak

lebih

dekat antara keluarga.7,8

Apabila

jumlah penghuni ruangan tidak sebanding dengan luas ruangan maka volume pertukaran udara bersih akan berkurang

dan karbon monoksida menjadi meningkat dengan cepat karena semakin banyak jumlah orang yang mengeluarkan karbon monoksida pada proses ekspirasi.8

Suhu dalam rumah berhubungan bermakna dengan

kejadian ISPA. Hasil analisis multivariat diperoleh hasil

bahwa responden yang tinggal

di

rumah atau kamar dengan suhu

tidak

nyaman

(<

18oC

atau

>

30oC) berisiko terkena ISPA 14,97

kali

lebih tinggi diband-ingkan tinggal dengan suhu yang nyaman. Demikian ju-ga denju-gan kelembaban dan suhu, kelembaban ruang berhubungan bermakna dengan kejadian ISPA. Suhu yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan ISPA

karena suhu yang tinggi merupakan faktor pendukung ISPA karena tanpa sirkulasi udara menyebabkan udara panas, mikroorganisme patogen, serta polutan lain yang

berada

di

dalam ruangan tidak dapat keluar sehingga

konsentrasi mikroorganisme meningkat dan menjadikan penghuni rumah tersebut mudah terkena ISPA.3'6'8'9

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa tinggal

di

rumah dengan kelembaban yang

tidak

memenuhi

syarat (< 4Oo/o atau> 70o/o) berisiko terkena ISPA 17,87

kali lebih tinggi dibandingkan tinggal di rumah dengan

kelembaban yang memenuhi syarat. Kelembaban udara

dalam ruangan yang

tidak

memenuhi syarat menye-babkan ruangan

terlihat

basah dan memudahkan ter-jadinya penularan penyakit.3,6,8 Sebagian besar

respon-den menempati rumah atau hunian yang berventilasi tidak memenuhi syarat yaitu < lO o/o luas lantai sehingga

berisiko terkena ISPA 18,89 kali lebih tinggi dibanding-kan tinggal

di

rumah dengan ventilasi yang memenuhi syarat. Ventilasi, suhu, dan kelembaban berhubungan bermakna dengan kejadian ISPA yang juga berhubungan erat dengan sirkulasi udara

di

dalam rumah. Apabila sirkulasi udara tidak memenuhi syarat, udara menjadi

pengap, berbau, dan timbul bakteri patogen serta polu-tan lain yang dapat mengganggu kesehatan. Ventilasi yang memenuhi syarat berperan penting karena ke-cepatan aliran udara akan berlangsung dengan baik. Hal

ini

penting

untuk

mempercepat proses pembersihan

udara

di

dalam ruangan atau rumah. Ketidaktersediaan ventilasi yang memenuhi syarat membahayakan

kese-hatan apabila dalam ruangan tersebut terjadi pencemaran

udara

oleh

mikroorganisme berupa

bakteri,

jamur, virus,serta berbagai zat kimia.

Gangguan lain misalnya berkurangnya kadar oksigen dan meningkatnya kadar karbon monoksida.2,3'10 Lama

tinggal responden berpengaruh terhadap kejadian ISPA.

Lama tinggal

>

2

tahun berisiko 9,58

kali

lebih tinggi dibandingkan yang belum lama tinggal di daerah peneli-tian. Kebiasaan merokok pada responden berisiko ISPA

45,90 kali lebih tinggi dibandingkan yang tidak merokok. Sebagian besar kasus menempati rumah dengan

kons-truksi dinding rumah berupa batu bata/batako dengan

dan tanpa plesteran menunjukkan hubungan yang tidak bermakna. Demikian juga dengan atap plafon atau

lang-it-langit, untuk responden kasus maupun kontrol tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Lantai dengan

jenis plester/tegel dan keramik untuk kasus dan kontrol tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.

Kejadian ISPA

ISPA adalah penyakit pernapasan akut yang ditandai

dengan gejala batuk, serak, pilek, demam, dan

mengelu-arkan

lendir

atau ingus yang berlangsung hingga 14

hari.5,6 Kejadian ISPA pada pekerja pabrik yang berumur

2l

-

55 tahun dalam penelitian

ini

sering terjadi tidak

hanya menyerang anak-anak dan balita, tetapi orang

de-wasa dengan imunitas sempurna pun dapat terkena

IS-PA.l0'11 Pengaruh

faktor

lingkungan dan kebiasaan merokok meningkatkan

risiko

terjadinya ISPA,

meng-ingat prevalensi ISPA pada kelompok perokok tergolong tinggi. Di Indonesia, data prevalensi kejadian ISPA pada

kelompok orang dewasa belum tersedia.3,9 Kebiasaan

merokok merupakan faktor predisposisi atau faktor

pen-dukung dalam keterjangkitan pada manusia. Seorang anggota keluarga penderita ISPA yang berdomisili dalam

satu rumah dengan perokok akan meningkatkan jumlah penderita ISPA. Beberapa penelitian menunjukkan

bah-wa pola penyakit

ISPA

di

Indonesia setara dengan negara-negara lain yang tergolong miskin. Masyarakat

miskin

umumnya memperlihatkan keadaan

gizi

dan

232

(7)

pengetahuan

tentang

kesehatan yang rendah serta keadaan kesehatan lingkungan termasuk lingkungan rumah yang buruk. Dalam masyarakat seperti itu,

penu-laran penyakit termasuk ISPA akan terjadi secara

mu-dah.2.3,5,9

Kesimpulan

Faktor lingkungan rumah berpengaruh terhadap

keja-dian ISPA meliputi kepadatan hunian ruang atau kamar tidur, luas ventilasi, suhu kamar, kelembaban, lama ting-gal di satu rumah, dan kebiasaan merokok. Faktor

kons-truksi rumah meliputi atap, dinding, lantai, serta

kepa-datan lingkungan pemukiman dan perumahan tidak memperlihatkan hubungan yang bermakna.

Saran

Untuk mencegah penyakit ISPA sekaligus memper-baiki produktivitas pekerja disarankan untuk memper-baiki lingkungan perumahan pemukiman dan menghin-dari kebiasaan merokok pada pekerja pabrik.

Daftar Pustaka

1. Lemeshow S. Besar sampel dalam penelitian kesehatan. yogyakarta:

Gajah Mada University Press; 1997.

2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan menteri

kese-hatan no. 829 tahun 1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan.

Ardianto & Yudhastuti, Kejadian lnfeksi Saluran Pernapasan Akut pada

Wp d

)akarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 1999.

l. Eliot Af, Cross KW, Doulas MF. Acute respiratorv infections in rir

pressure at hospital admission in England and Wales 1990-200i. ffad

Public Health loumal. 2008; 30: 91-8.

4. Stewart f. Environmental health and housing. London ECAP4EE: Spon

Press; 2005. p.25-35.

5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman penyelenggaraan

program kesehetan lingkungan perumahan di Indonesia. Jakarta:

Direktorat fenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2007.

6. Raj K, litendra KN, Harsh K, Alka SK, Mahesh M, Pawan K, et al.

Indoor air pollution and respiratory function of children in Askok Mhar,

Delhi: an exposure response study. Asia Pasific lournal of Public Health.

2O08:20:36-48.

7. Krieger l, Higgins DL. Housing and health: time again for public health

action. American foumal Public Heatth. 2OO2;92 (5): 758-68.

8. Moeller WD. Air in the home and community. In: Author.

Environmental health. 3th ed. Cambridge Massachusetts, USA: Havard

University Press; 2005. p. 1O2-28.

9. Yudhastuti R. Housing sanitation and acute respiratory tract infection

among undergraduate students in Indonesia. Asia Pacific foumal of

Public Health. 20O8: 20: 262-6.

10. Howard F. Environmental health from global to local. San Francisco,

USA: Publisher; 2005. p. 331-61.

11. Kawakami K, Haratani R. Reforming the workplace environmenr.

Occupational Health Joumal. 2000;23: 45-9.

Gambar

Tabel  l.  Hubungan  Variabel  penelitian  dengan  Kejadian ISpA
Tabel  2. Hasil Analisis  Multivariat  antara  Variabel  Bebas  dengan  Kejadian  ISP..l

Referensi

Dokumen terkait

Moeslem Millionair, Life is changeable that we have to improve every time, Life is competition so we have to fight every moment not for our self but also for our family and

Selain digunakan untuk obat, bunga dari belimbing wuluh dapat digunakan sebagai pewarna makanan dan minuman dengan menggunakan perbandingan antara

Dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas limpahan rahmat-Nya kita dapat hadir bersama-sama pada Rapat Paripurna VIII,

Apakah Bapak / Ibu pada saat melakukan analisa laporan keuangan perusahaan debitur sering menemui footnotes, keterangan dalam kurung atau lampiran-lampiran tambahan yang

Faktor utama yang mempengaruhi produksi telur adalah jumlah pakan yang dikonsumsi dan kandungan zat makanan dalam pakan (Lengkong dkk., 2015).. Menurut Risnajati (2014)

Dalam studi ini, gedung perkantoran beton bertulang dengan sistem struktur ganda, dua puluh lantai, dengan kategori gedung beraturan, akan didesain sesuai Tata Cara

57 Total regulatory adjustments to Tier 2 capital Jumlah faktor pengurang (regulatory adjustment) Modal Pelengkap -. 58 Tier 2 capital (T2) Jumlah Modal Pelengkap (T2)

Laporan akhir ini disusun berdasarkan hasil pembuatan alat dengan judul “ Pembuatan Pulp dari Bahan Baku Serat Lidah Mertua (Sansevieria).. dengan Menggunakan