146 LPPM Univet Bantara Sukoharjo ISBN 978-602-99172-5-3
Pengembangan Tes Diagnostik dalam Program Komputer
Suwarto
1dan Afif Afghohani
2 1Program Studi Pendidikan Biologi; 2Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo. Jl. Sujono Humardani No. 1 Jombor Sukoharjo,
e-mail: [email protected]
ABSTRAK: Tujuan penelitian ini, yaitu pada akhir tahun ketiga membuat program komputer yang berisi bank soal tes diagnostik dalam database, program untuk menampilkan tes diagnostik, program untuk menentukan kelemahan konsep siswa, alternatif pemecahannya dan buku panduan yang berguna untuk menjalankan program komputer tersebut. Penelitian tahap I, yaitu penelitian pendahuluan untuk membuat soal-soal tes diagnostik sehingga terbentuk bank soal tes diagnostik. Tes diagnostik yang dibuat berupa tes diagnostik dua tingkat (the two-tier
diagnostic tests). Pembuatan the two-tier diagnostic tests ini melalui tiga fase yaitu: (1) defining the content boundaries; (2) identifying students‟ misconceptions; (3) instrument development.
Penelitian tahap II, yaitu Bank soal tes diagnostik yang terbentuk ditahun pertama dimasukkan ke database, kemudian membuat program komputer untuk menampilkan tes diagnostik secara otomatis, membuat program komputer untuk menentukan letak kelemahan konsep siswa dan memberikan alternatif pemecahannya. Pada tahap III, yaitu prototipe awal program komputer dibuatkan buku panduan untuk para pengguna program. Program ini akan dikembangkan dengan melakukan ujicoba berkali-kali dengan melibatkan para pendidik. Ujicoba dilakukan di dua SMA, yaitu SMA Negeri 1 Tawangsari dan SMA Veteran 1 Sukoharjo. Perbaikan dan saran dari pengguna digunakan sebagai dasar untuk kesempurnaan program komputer dan buku panduan. Kemudian, pada tahap ketiga ini akan dilakukan kegiatan-kegiatan diseminasi, demonstrasi , dan pelatihan. Hasil penelitian terbentuk terbentuk program dan buku panduan
Diagnostic Test Software (DTS) yang baik dapat mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
Kata-kata kunci: tes, diagnostik, program komputer PENDAHULUAN
Issue aktual yang berkembang dalam pendidikan saat ini, adalah rendahnya pemahaman membaca, matematika, ilmu pengetahuan alam siswa Indonesia. Hasil penelitian Tim Program
of International Student Assessment (PISA) tahun 2006 yang baru diterbitkan Selasa, 4
Desember 2007, menunjukkan bahwa kemampuan membaca (reading literacy) anak-anak Indonesia usia 15 tahun berada pada peringkat ke-48, kemampuan matematika berada pada peringkat ke-50, dan kemampuan Ilmu Pengetahuan Alam berada pada peringkat ke-50 dari 57 negara yang diteliti (OECD, 2007).
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga dapat dilihat dari rendahnya rata-rata nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) untuk semua bidang studi yang di-UAN-kan, baik di tingkat nasional mapun daerah. (Bahrul Hayat, 2006). Apabila diperhatikan seluruh peserta Ujian Nasional (UN) tahun pelajaran 2005/2006 diperoleh hasil tentang persentase kelulusan secara nasional sebagaimana tertera dalam tabel 1.
Tabel 1 Persentase Kelulusan Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2005/2006
Jenjang/Jenis Jumlah Peserta Persentase Kelulusan SMP/MTS 2.387.807 92,36
SMA/MA 1.318.837 92,13
SMK 643.228 91,35
Total 4.349.872 91,95
147
LPPM Univet Bantara Sukoharjo ISBN 978-602-99172-5-3
Persentase kelulusan pada tahun pelajaran 2005/2006 berdasarkan skor “kompetensi“ dalam skor UN minimal 4,50 dan siswa hanya diberikan satu kali ujian, tanpa ujian ulang. Persentase yang ditunjukkan pada Tabel 1 menggunakan batas skor “kompetensi“ minimal jauh di bawah skor 6,0. Kenyataan ini sebenarnya adalah kelulusan yang bersifat “kamuflase“. Batas minimal 4,50 pada tahun pelajaran 2005/2006 sesungguhnya masih jauh dari kompetensi yang sesungguhnya. Apabila batas minimal 6,00 yang dinyatakan lulus, maka jumlah siswa yang lulus akan menjadi sedikit, dan jumlah siswa yang tidak lulus akan menjadi sangat banyak. Fenomena ini menunjukkan bahwa sesungguhnya siswa yang masih mengalami kesulitan belajar jumlahnya sangat banyak.
Khusus mengenai kesulitan belajar siswa, permasalahannya sangat kompleks. Sangat banyak macam ragam kesulitan belajar siswa, dan sangat banyak faktor-faktor yang menyebabkannya. Banyak siswa yang mempunyai kesulitan belajar yang sama, tetapi faktor penyebabnya berbeda. Kebalikannya, banyak siswa yang mempunyai kesulitan belajar yang berbeda, tetapi faktor penyebabnya sama. Ada juga siswa yang mempunyai satu macam kesulitan belajar yang disebabkan oleh banyak faktor, dan sebaliknya ada siswa yang mempunyai berbagai macam kesulitan belajar hanya disebabkan oleh satu faktor. Kadang-kadang, kesulitan belajar siswa dapat terjadi secara berangkai (Rumini, 2003: 3). Masalah yang kompleks ini belum berhasil dilakukan pemecahannya oleh para pendidik di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari rendahnya mutu pendidikan di Indonesia dari tahun ketahun. Agar tujuan pembelajaran tercapai maka diperlukan siklus umpan balik tentang sejauh mana keberhasilan pembelajaran sehingga perbaikan proses belajar mengajar berikutnya dapat terjadi secara optimal. Terkait dengan umpan balik ini maka tes formatif dan tes diagnostik harus dilaksanakan oleh setiap guru dalam proses belajar mengajarnya. Untuk mengungkap permasalahan tersebut maka peneliti mengembangkan tes diagnostik dalam program komputer yang berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi siswa, berusaha mencari hal-hal yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar pada siswa, dan memberikan alternatif pemecahannya. Tes diagnostik akan sangat bermanfaat untuk mengetahui kesulitan belajar siswa dan merupakan langkah awal untuk perbaikan proses belajar mengajar. Informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tes diagnostik akan dapat digunakan untuk membantu memecahkan kesulitan yang dihadapi oleh para siswa. Informasi dari tes diagnostik juga dapat digunakan untuk meningkatankan proses pembelajaran.
Penggunaan teknologi informasi diyakini akan menembus pengujian dalam bidang pendidikan (Van der Linden, 1999). Walaupun ada program kompleks yang sudah dipublikasikan seperti, MicroCat, CALL, program komputer yang sebenarnya dibutuhkan adalah program yang sederhana, langsung ke sasaran dan dalam kapabilitas dari setiap jurusan komputer di sekolah. Software yang dikembangkan secara lokal lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan lokal dan sering lebih mudah dari pada sistem yang dikembangkan secara profesional (Linacre, 1999).
Menurut Brueckner & Melby (1981: 73) tes diagnostik digunakan untuk menentukan elemen-elemen dalam suatu mata pelajaran yang mempunyai kelemahan-kelemahan khusus dan menyediakan alat untuk menemukan penyebab kekurangan tersebut. Ada beberapa tipe tes diagnostik: seperti the Compass Arithmetic Tests, tes yang berguna untuk mencari kelemahan siswa berkenaan dengan berbagai unsur yang mendasari keseluruhan proses. Perbandingan prestasi siswa dengan skor standard memungkinkan guru untuk menentukan langkah secara umum, seperti penjumlahan bilangan bulat, maupun pecahan. Tes yang lain, seperti the Brueckner Diagnostic Tests, tes yang berguna untuk mencari kelemahan siswa berkenaan dengan pecahan dan sistem desimal. Tes diagnostik di dalam aritmatika seperti latihan inventori yang menyeluruh dengan maksud guru dapat menempatkan tipe contoh atau proses tertentu yang sulit untuk siswa secara berkelompok atau untuk siswa secara individu. Dalam beberapa hal hampir semua tes mungkin disebut diagnostik. Banyak dari tes yang diberi label “diagnostik” oleh penyusunnya, tetapi kenyataannya adalah tes prestasi umum karena hasil tes tidak menyediakan informasi yang khusus mengenai prestasi siswa yang mungkin digunakan untuk tujuan diagnostik. Tes yang benar-benar untuk keperluan diagnostik adalah tes yang harus
148 LPPM Univet Bantara Sukoharjo ISBN 978-602-99172-5-3
berdasarkan pada analisa terperinci yang mengijinkan penempatan yang tepat kelemahan di mana ada kesukaran, atau tahap secara umum di mana ada kekurangan.
Menurut Djamarah (2002: 215) tes diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa berdasarkan hasil tes formatif sebelumnya. Diagnosis kesulitan belajar siswa lebih luas dari pada pelaksanaan tes diagnostik, sehingga dalam pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar, selain pelaksanaan tes, perlu dilakukan kegiatan lain, yaitu penelusuran jenis, sumber serta penyebab kesalahan. Mehrens & Lehmann (1973: 410) tes diagnostik yang baik dapat memberikan gambaran akurat tentang miskonsepsi yang dimiliki siswa berdasarkan informasi kesalahan yang dibuatnya. Zeilik (1998) tes diagnostik digunakan untuk menilai pemahaman konsep siswa terhadap konsep-konsep kunci (key concepts) pada topik tertentu, secara khusus untuk konsep-konsep yang cenderung dipahami secara salah. Berdasarkan pendapat ini, dapat didefinisikan ciri-ciri tes diagnostik, yaitu topik terbatas dan spesifik, serta ditujukan untuk mengungkap miskonsepsi, menyediakan alat untuk menemukan penyebab kekurangannya.
Mehrens & Lehmann (1973: 462) menyatakan bahwa tes diagnostik bisa dianggap valid jika: (1) bagian-bagian tes kemampuan komponen harus menekankan hanya pada satu jenis kesalahan; dan (2) perbedaan-perbedaan bagian tes harus dapat dipercaya. Hal ini bisa dicapai hanya apabila bagian tes memiliki reliabilitas yang tinggi dan korelasi antar-tes yang rendah. Menurut peneliti pengertian tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk menilai pemahaman konsep siswa, terutama kelemahan (miskonsepsi) pada topik tertentu dan mendapatkan masukan tentang respon siswa untuk memperbaiki kelemahannya.
Diagnostik dalam pendidikan dan diagnostik dalam medis mempunyai banyak persamaan, tetapi diagnostik dalam pendidikan adalah lebih luas. Diagnostik dalam medis utamanya terkait dengan kondisi-kondisi penyakit atau dengan beberapa macam cacat struktural. Terlebih lagi, kondisi penyakit sering dikarenakan beberapa sebab spesifik, seperti jenis kuman tertentu atau suatu kondisi beracun, yang dapat diisolasi dan diobati secara langsung. Dalam kasus lainnya masalah tersebut dapat berupa malfungsi beberapa organ atau kelenjar tubuh, yang dapat diatasi dengan perawatan medis atau operasi yang tepat. Cacat penglihatan dan pendengaran yang serius, atau cacat tubuh karena kecelakan dan penyakit, ini merupakan ruang lingkup dalam medis. Bagaimanapun, diagnosis dalam pendidikan tidak terbatas dalam kasus-kasus semacam itu, tapi dalam bidang yang lebih luas. Banyak kesulitan-kesulitan pembelajaran serius tidak dikarenakan oleh cacat struktural tapi oleh pembentukan perilaku yang buruk, yaitu gerakan-gerakan mata yang salah dalam membaca dan beragam kesalahan dalam bahasa lisan maupun tertulis merupakan contoh yang tepat. Lebih lanjut, kesulitan biasanya muncul bukan dari satu sebab tapi dari banyak faktor yang berlangsung bersamaan.
Khasnya, situasi pembelajaran adalah hal yang rumit dan tidak sederhana. Proses pembelajaran kapanpun disesuaikan dengan banyak faktor, sebagian di dalam dan sebagian di luar pelajar. faktor ini dapat dikelompokkan secara kasar sebagai berikut: (1) Faktor-faktor internal: (a) Fisik: peralatan panca indra, status kesehatan, tingkat kedewasaan, dan sebagainya; (b) Intelektual: kecerdasan umum, bakat-bakat dan kekurangan-kekurangan khusus, dan sebagainya; (c) Emosi: sikap, minat, dorongan, prasangka, dan sebagainya; (d) Pendidikan: latar belakang, kebiasaan kerja, dan sebagainya. (2) Faktor-faktor eksternal: (a) Lingkungan sekolah: program pendidikan, guru, kurikulum, peralatan, dan sebagainya; (b) Lingkungan luar sekolah: rumah, masyarakat, dan sebagainya.
Sejak diagnosa pendidikan dicari untuk mengungkap apakah penyebab yang menggangu kemajuan yang memuaskan di sekolah, berbagai aspek yang luas seketika tampak. Jarang pendiagnosa pendidikan dapat berhasil dalam mengisolasi suatu faktor apapun yang bertanggung jawab seperti yang dapat dilakukan terhadap kuman penyakit dalam ilmu kedokteran. Tampak pula bahwa bidang diagnosa lebih luas daripada penggunaan tes dan ujian. Hal ini tidak berarti bahwa tes memiliki tempat yang tidak penting dalam diagnosa pendidikan. Sebaliknya, diagnosa yang memadai dapat melibatkan penggunaan kecerdasan baik umum maupun spesifik, dan penggunaan tes diagnostik, baik terstandardisasi maupun buatan guru,
149
LPPM Univet Bantara Sukoharjo ISBN 978-602-99172-5-3
sama halnya penggunaan beragam jenis peralatan untuk mengukur ketajaman sensorik, koordinasi, dan yang sejenisnya.
The two-tier diagnostic test digunakan untuk menyelidiki pemahaman siswa terhadap
fotosintesis dan respirasi pada bidang studi biologi (Haslam dan Treagust, 1987). Wang (2003) dari Department of Science Education, National Pingtung Teachers college yang ada di Taiwan, mengembangkan two-tier diagnostic test yang digunakan untuk menginvestigasi pemahaman siswa dan konsep pilihan mengenai materi yang diangkut dalam tubuh manusia. Model design pengembangan tes diagnostik yang dilakukan oleh Haslam dan Treagust (1987), Treagust (1988), Odom dan Barrow (1995), Wang (2003), Lin (2004) ada tiga fase.
Adapun fase-fase tersebut adalah: (a) menentukan batasan isi pernyataan pengetahuan preposisi dan bagan konsep yang khusus; (b) memperoleh informasi tentang konsep pilihan siswa, dan (c) mengembangkan instrumen. Agar lebih jelasnya lihat Gambar 1. Secara umum, tes dapat diklasifikasikan ke dalam: (a) tes pilihan ganda, (b) tes benar-salah, (c) tes isian atau jawaban singkat, (d) tes menjodohkan, dan (e) tes uraian (Jahya Umar, et al, 1998: 15). Berbagai bentuk tes tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan. Tes bentuk uraian, misalnya, keunggulannya adalah dapat mengukur kemampuan siswa dalam hal mengorganisasikan jalan
pikiran, mengemukakan pendapat, dan mengekspresikan gagasan-gagasan dengan
menggunakan kata-kata atau kalimatnya sendiri. Namun demikian, tes uraian mempunyai beberapa kelemahan, antara lain materi atau pokok bahasan yang dapat ditanyakan sangat terbatas, diperlukan waktu yang cukup lama untuk memahami jalan pikiran, gagasan dan pendapat peserta tes, serta cenderung tergantung kepada subjektivitas penilai. Pada umumnya reliabilitas skor tes uraian cenderung lebih rendah dibandingkan dengan reliabilitas skor tes pilihan ganda.
Phase 1: Defining the content boundaries
Phase 2: Identifying students‟ misconceptions
Phase 3: Instrument development
Gambar 1. Flow Chart of Content and Item Validity
Developing the two tier diagnostic tests.
(Step 10)
Designing a specific grid. (Step 11)
Conducting pilot test. (Step 13) Validating the instrument. (Step 12) Refinement. (Step 14) Conducting statistical analysis. (Step 15) Examining related literature. (Step 6) Training teachers with interview skills.
(Step 7) Conducting interview. (Step 8) Developing multiple choice content items with
free response. (Step 9) Reviewing science
textbooks and teaching guides. (Step 1) Identifying propositional knowledge statements. (Step 2) Developing a concept map. (Step 3) Validating the content (step 5) No Yes Relating Propositional knowledge to the content map (step 4)
150 LPPM Univet Bantara Sukoharjo ISBN 978-602-99172-5-3
Di sisi lain, tes pilihan ganda dapat diskor dengan mudah, cepat, serta objektif. Dengan kemajuan teknologi komputer dewasa ini, kecepatan pemberian skor pada tes pilihan ganda tidak tergantung kepada banyaknnya peserta tes. Lagi pula tes bentuk pilihan ganda dapat mencakup materi yang luas. Bentuk tes pilihan ganda sangat tepat digunakan untuk ujian dengan banyak peserta yang hasilnya segera diumumkan. Di Indonesia, kebanyakan ujian yang sangat penting, misalnya Ujian Akhir Nasional (UAN), justru dilakukan dalam bentuk pilihan ganda, yang biasanya terdiri dari lima pilihan. Ini berarti terlepas dari segala kelemahannya, tes pilihan ganda masih sering dan perlu digunakan.
Tes pilihan ganda biasa yang terdiri dari sejumlah butir soal. Tes yang baik harus terdiri atas butir-butir soal yang baik. Pada tes pilihan ganda, butir soal yang baik harus memiliki tingkat kesulitan yang memadai, daya pembeda yang baik, dan berfungsinya pengecoh. Oleh karena itu, dalam mengembangkan tes pilihan ganda harus diperhatikan tingkat kesulitan, daya pembeda, dan berfungsinya pengecoh.
Tingkat kesulitan menunjuk kepada perbandingan antara banyaknnya peserta tes yang menjawab benar dengan banyaknya seluruh peserta tes. Daya pembeda menunjuk kepada selisih proporsi yang menjawab benar pada kelompok atas dan proporsi yang menjawab benar pada kelompok bawah. Pada perkembangannnya, daya pembeda suatu butir didefinisikan sebagai korelasi antara skor butir tersebut dengan skor total (McDonald, 1999: 231). Berfungsinya pengecoh menunjuk kepada seberapa banyak peserta yang memiliki pengecoh tersebut. Suatu butir soal pilihan ganda dikatakan memenuhi persyaratan apabla besarnya tingkat kesulitan berkisar antara 0,30 dan 0,80, besarnya daya pembeda 0,30 atau lebih, dan pengech dipilih oleh paling sedikit 5% dari seluruh peserta tes (Mardapi, 2002: 116). Pengukuran menurut teori tes klasik mengandung beberapa kelemahan, antara lain sebagai berikut. Pertama, tingkat kesulian butir soal didefinisikan sebagai proporsi peserta tes yang menjawab benar pada suatu sampel atau kelompok peserta tes tertentu. Ini berarti bahwa indeks tingkat kesulitan butir tergantung kepada peserta tes yang dikenai butir soal tersebut dan sebaliknya kemampuan para peserta tes tergantung kepada apakah butir-butir soal mudah atau sulit. Kedua, indeks daya pembeda suatu butir soal, koefisien validitas, dan koefisien reliabilitas skor tes juga tergantung kepada kelompok peserta tes yang dikenai tes tersebut.
Rumusan masalah: (1) Bagaimana mengembangkan bank soal tes diagnostik, (2) Bagaimana mengembangkan program komputer untuk diagnostik, (3) Bagaimana buku panduan (manual) DTS dan hasil ujicoba manual dan program DTS.
METODE
Tahun I, peneliti melakukan penelitian dengan langkah sebagai berikut: Untuk mewujudkan pelaksanaan penelitian ini peneliti mengadakan kerjasama dengan dinas pendidikan kabupaten Sukoharjo. 4 Guru SMA yang terdiri dari 2 SMA Negeri dan 2 SMA swata dilibatkan dalam pembuatan bank soal tes diagnostik dengan terlebih dahulu diberikan penjelasan tentang perlunya tes diagnostik yang standar (baku). Sehingga para guru akan memahami pentingnya tes diagnostik yang baku untuk keperluan mendiagnosis kesulitan siswa, dimana diagnosis seperti ini sering dilakukan oleh para pendidik.
Fase 1: Defining the content boundaries yang terdiri dari 5 tahap yang diakhiri dengan
validating the content oleh 2 orang pakar. Fase 2: Identifying students‟ misconceptions yang
terdiri dari 4 tahap yang diakhiri dengan developing multiple choice content items with free
response. Fase 3: Instrument development yang terdiri dari 6 tahap yang diakhiri dengan conducting statistical analysis. Analisis dan kalibrasi dilakukan dengan program ITEMAN versi
3,00.
Tahun II, terdiri dari 4 langkah. Langkah 1, memasukkan bank soal tes diagnostik ke dalam database, sehingga bank soal tes diagnostik menjadi aman. Cara yang dilakukan tes diagnostik (tes A, tes B, dan tes C) beserta form lembar jawab masing-masing tes discan dan disimpan dalam file yang berekstention bmp. Scan dari tes dimasukkan ke input soal dan scan dari form lembar jawab dimasukkan ke input lembar jawab. Langkah 2, membuat program
151
LPPM Univet Bantara Sukoharjo ISBN 978-602-99172-5-3
komputer untuk menampikan tes diagnostik Alur yang dilakukan adalah sebagai berikut: (a) menentukan kelas; (b) menentukan semester; (c) menentukan pilihan standar kompetensi; (d) menentukan kriteria (kompetensi dasar); (e) proses pemilihan tes diagnostik (tes A, tes B, dan tes C) dari bank soal tes diagnostik dan kemudian muncul di monitor; (f) mencetak butir soal dari tes yang telah dipilih (print); dan (e) exit. Langkah 3, membuat program komputer untuk menentukan letak kesulitan siswa dan menentukan alternatif pemecahannya. Alur yang dilakukan adalah sebagai berikut: (a) menginput data indentitas siswa; (b) entry Data (jawaban siswa); (c) menentukan passing grade; (d) proses diagnosis tes; (e) proses diagnosis butir. Semua proses diagnosis ini hasilnya disimpan secara otomatis oleh computer; (f) mencetak hasil diagnosis (print); dan (g) exit. Langkah 4, dari kedua program komputer yang terbentuk tersebut yaitu program komputer untuk membuat tes diagnostik dan program komputer untuk menentukan letak kesulitan siswa, kemudian digabung dengan database bank soal tes diagnostik menjadi satu paket, sehingga siap digunakan. Dari langkah 1 sampai langkah 4 pada tahun II, maka terbentuklah prototipe 1 program komputer yang dapat digunakan oleh para pendidik. Program komputer kemudian divalidasi secara empirik dalam tahap III.
Tahun III, Ujicoba program komputer (produk), yaitu dengan mengundang para guru dan para pendidik (sebagai pengguna program). Ujicoba dilakukan untuk mengetahui bagaimana program yang sudah dibuat, adakah yang perlu diperbaiki terkait dengan pengalaman mereka di lapangan, adakah yang perlu direvisi, saran apa yang dapat diperoleh untuk perbaikan program. Semuanya ini diperlukan untuk sempurnanya program. Adapun alir dari tahap I, tahap II, dan tahap III (alir penelitian multitahun) dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Alir penelitian multitahun
TAHAP I (TAHUN I) Bank soal Tes
Diagnostik (A)
Pembuatan Program Komputer untuk Membuat Tes (B)
Pembuatan Program Komputer untuk Mendiagnosis (C)
Mengintegrasikan A,B,C dalam satu program utuh (D) Ujicoba 1 (D)
Prototipe 1 Program Komputer
TAHAP II (TAHUN II)
Defining the content boundaries
Identifying students‟
misconceptions Instrument dvelopment
Analisis & Kalibrasi dng ITEMAN
Tes yg standar
Bank Soal Tes Diagnostik
TAHAP I (TAHUN I) Pembuatan Buku Panduan 1 Prototipe 1 & Bk Panduan 1 di ujicoba 1 Prototipe 2 & Bk Panduan 2 Ujicoba ke 2 Prototipe 3 & Bk Panduan 3 Prototipe & Bk Panduan Bagus
152 LPPM Univet Bantara Sukoharjo ISBN 978-602-99172-5-3
Prototipe 1 program komputer yang terdiri atas database bank soal tes diagnostik, program untuk menampilkan tes diagnostik, program untuk menentukan letak kesulitan siswa dan alternatif pemecahannya, kemudian dibuatlah buku panduan untuk menjalankan program komputer tersebut. Prototype 1 program komputer dan buku panduan divalidasi oleh 2 orang pakar dan 2 orang praktisi kemudian dilakukan revisi. Langkah berikutnya peneliti memberikan pelatihan sebagai ujicoba 1 pada 2 orang guru yang merupakan wakil dari 1 SMA negeri, yaitu SMA Negeri 1 Tawangsari dan 1 SMA swasta, yaitu SMA Veteran 1 Sukoharjo. Materi pelatihan termuat dalam buku panduan tentang praktek melaksanakan program komputer untuk keperluan mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Selanjutnya, dengan bimbingan peneliti guru melakukan pembuatan tes diagnosis dan menentukan letak kesulitan siswa yang kemudian diadakan diskusi tentang apa yang telah dilakukan dan keterbacaan isi teks buku panduan. Untuk kesempurnaan program komputer dan buku panduan ini diperlukan ujicoba secara berkelanjutan. Setelah semua peserta ujicoba mahir maka masing-masing guru akan menerapkan program tersebut di sekolah masing-masing dengan pengontrolan berkelanjutan oleh peneliti. Revisi dilakukan baik pada bagian pemrograman pada komputer yang terkait dengan penampilan teks, gambar, atau faktor keterbacaan buku panduan sehingga terbentuk prototipe 2, sehingga dapat diperoleh kesempurnaan program komputer dan buku panduannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengembangan yang berupa program DTS dan manual DTS divalidasi oleh dua orang pakar dan dua orang praktisi. Satu pakar dari Universitas Diponegoro Semarang dan satu pakar dari Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo. Satu praktisi dari SMA Negeri 1 Tawangsari dan satu praktisi dari SMA Veteran 1 Sukoharjo. Dua orang pakar dan dua orang praktisi secara garis besar telah memberikan masukan pada peneliti. Masukan mereka secara garis besar dapat peneliti rangkum sebagai berikut.
Penampilan progam DTS pada monitor perlu diatur sedemikian sehingga tidak terlalu banyak bidang yang kosong, perlu pemanfaatan ruang. Penampilan huruf-huruf yang tampak di layar monitor perlu dibuat yang seimbang. Tampilan gambar-gambar maupun huruf-huruf yang muncul di monitor pada manual DTS perlu diperjelas, sehingga mudah untuk dibaca. Perbaikan pada program DTS dan manual DTS telah dilakukan sesuai dari saran para validator dan praktisi.
Pelatihan menggoperasikan program dan manual DTS dilakukan di kampus Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo selama dua hari (12 sampai 13 Juli 2011). Peserta pelatihan adalah dua orang guru biologi. Seorang guru biologi berasal dari SMA Negeri 1 Tawangsari dan satu orang biologi yang berasal dari SMA Veteran 1 Sukoharjo. Pelatih adalah peneliti sendiri dan materi pelatihan meliputi: penginstalan program ke dalam PC, menjalankan program termasuk di dalamnya menginput data pribadi siswa, mencetak daftar siswa tiap kelas, mencetak soal, mencetak lembar jawaban, menginput hasil pekerjaan siswa, menentukan passing grade, mendiagnosis pada tingkat tes, mendiagnosis pada tingkat butir, mencetak siswa yang harus diremidi, mencetak siswa yang berhak meremidi, dan mencetak siswa yang bukan peremidi.
Semua kegiatan pelatihan ini para guru menggunakan manual DTS untuk dipelajari dan dipahami maksud dari masing-masing paragraph. Setelah para guru memahami maksud dan tujuan dari masing-masing menu kemudian mengaplikasikan pemahamannya dalam menjalankan tahapan-tahapan program yang ada pada program DTS. Pelatih selalu mendampingi guru dalam pelatihan tersebut dan memberikan bantuan jika diperlukan. Hasil pelatihan selama dua hari menunjukkan bahwa para guru sudah dapat memahami manual DTS dan dapat mengaplikasikan pemahamannya untuk menjalankan diagnosis pada menu-menu program DTS. Para guru juga sudah dapat memahami printout yang merupakan hasil analisis dari program DTS.
DTS yang telah berhasil dibuat oleh tim peneliti dilakukan ujicoba yang pertama. Ujicoba dilakukan di SMA Negeri 1 Tawangsari dan SMA Veteran 1 Sukoharjo. Hasil ujicoba
153
LPPM Univet Bantara Sukoharjo ISBN 978-602-99172-5-3
program DTS di dua SMA tersebut dapat peneliti rangkum sebagai berikut. Semua program telah dapat berjalan, program-program tersebut adalah: (a) Program DTS di dalam CD dapat diinstall ke PC; (b) Program input soal; (c) Program cetak soal; (d) Program input soal paint; (e) Program cetak soal paint; (f) Program input lembar jawab; (g) Program cetak lembar jawab; (h) Program input siswa; (i) Program cetak siswa; (j) Program input paket; (k) Program cetak detail per siswa; (l) Program cetak miskonsepsi; (m) Program cetak detail per sub soal; (n) Program cetak detail salah per sub soal; (o) Program cetak rekap per siswa; (p) Program ranji-ranji pemahaman; (q) Program ketuntasan sub tes; (r) Program ketuntasan butir; (s) Program cetak remidi; (t) Program passing grade, dan (u) Program exit.
Guru biologi dari dua SMA baik SMA Negeri 1 Tawangsari maupun SMA Veteran 1 Sukoharjo juga diberikan manual DTS untuk dipahami dan dipraktekkan untuk menggunakan program DTS yang dalam mendiagnosis kesulitan para siswanya dalam mempelajari biologi. Ketika memahami isi paragraf demi paragraf, masing-masing guru harus menggunakan komputer untuk keterlaksanaan program DTS. Hasil keterlaksanaan program DTS dan keterbacaan manual DTS dapat peneliti tampilkan sebagai berikut. Semua program dan manual program telah dipahami oleh guru. Program dan manual yang telah dipahami oleh guru: (a) Program DTS di dalam CD dapat diinstall ke PC; (b) Pedoman penginstalan program DTS dapat dipahami oleh pengguna; (c) Semua sub menu soal dapat berjalan; (d) Pedoman sub-sub menu soal dapat dijalankan; (e) Semua sub-sub-sub-sub menu siswa dapat berjalan; (f) Pedoman sub-sub menu siswa dapat dijalankan; (g) Semua sub-sub menu TrKerja dapat berjalan; (h) Pedoman sub-sub menu TrKerja dapat dijalankan; (i) SQL dapat berjalan; (j) Pedoman SQL dapat dijalankan; (k) Semua sub-sub menu ketuntasan dapat berjalan; (l) Pedoman sub-sub menu ketuntasan dapat dijalankan; (m) Grade dapat berjalan; (n) Pedoman grade dapat dijalankan; (o) Exit dapat berjalan; dan (p) Pedoman exit dapat dijalankan.
Hasil pengamatan ujicoba program DTS dengan menggunakan lembar pengamatan keterlaksanaan program-program komputer maupun sub-sub program komputer yang telah dibuat. Dalam ujicoba program DTS tersebut dilakukan pengamatan keterlaksanaan setiap program. Program cetak miskonsepsi terjadi kesalahan, yang muncul adalah indikator, seharusnya yang muncul adalah miskonsepsi dan penyebab miskonsepsi atau kesulitan. Program cetak ranji-ranji pemhaman terjadi kesalahan yang muncul juga indicator, seharusnya yang muncul adalah kesulitan siswa atau konsep yang tidak dipahami. Program cetak remidi terjadi kesalahan bahwa setiap butir salah maka remidi, seharusnya mengikuti aturan bahwa butir satu dan butir dua benar, maka siswa tersebut sebagai peremidi. Apabila butir satu atau butir dua salah atau kedua-duanya salah, maka siswa tersebut sebagai peserta remidi.
Manual DTS setelah disempurnakan oleh peneliti sesuai dari saran para pakar dan para
praktisi. Keterbacaan paragraf demi paragraf telah dapat dipahami oleh para pengguna dan aplikasinya dalam menjalankan program DTS juga dapat berjalan dengan lancar. Pedoman tentang gambaran umum dan instalasi program, menu diagnostik, menjalankan program DTS, dan memahami hasil diagnosis telah dipahami oleh para pengguna.
Program komputer yang dikembangkan dapat berfungsi untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa khususnya pada bidang biologi pada level SMA. Program computer DTS telah dapat digunakan untuk menginput nama-nama siswa, mencetak daftar siswa, mencetak soal, mencetak lembar jawab, menginput jawaban siswa dalam perpaket, mencetak detail persiswa, mencetak miskonsepsi yang dimiliki oleh setiap siswa, mencetak secara detail per sub soal, mencetak secara detail kesalahan setiap siswa per sub soal, mencetak rekapitulasi per siswa, mencetak ranji-ranji pemahaman, menentukan passing grade, menentukan ketuntasan per sub tes, menentukan ketuntasan per butir soal, mencetak siswa yang harus diremidi, peremidi dan bukan peremidi.
Manual DTS yang merupakan pedoman bagaimana penginstalan program DTS ke
dalam PC, menjalankan berbagai macam program yang ada pada program DTS, dan memaknai
printout DTS. Untuk mengembangkan manual DTS melalui tahapan: mengembangkan manual
DTS, validasi pakar dan praktisi, revisi manual DTS sesuai saran dari pakar dan praktisi, dan ujicoba di SMA. Manual DTS telah dapat dimengerti dan dipahami oleh para pengguna,
154 LPPM Univet Bantara Sukoharjo ISBN 978-602-99172-5-3
sehingga dapat digunakan sebagai pedoman penginstalan program DTS, menjalankan berbagai menu yang ada, dan memahami hasil diagnosis yang telah dilakukan oleh program DTS.
SIMPULAN
Tes diagnostik yang dibuat berupa tes diagnostik dua tingkat (the two-tier diagnostic
tests). Pembuatan the two-tier diagnostic tests ini melalui tiga fase yaitu: (1) defining the content boundaries; (2) identifying students‟ misconceptions; (3) instrument development.
Program komputer yang dikembangkan mempunyai struktur tabel pada PDIAGN_D, yaitu: (1) Tabel Siswa, (2) Tabel Soal, (3) Tabel Soalpn, (4) Tabel Lemja, (5) Tabel TRkerja, (6) Tabel TrKrj, (7) Tabel KLulus, (8) Tabel KSLulus , dan (9) Tabel Grade. Setelah membuat struktur tabel kemudian dibuatlah relasi antar tabel dan relasi antar tabel menggunakan Microsoft Access. Kemampuan program yang telah dikembangkan adalah: (1) mencetak 3 macam tes diagnos tik beserta form lembar jawaban siswa, (2) mencetak daftar siswa yang mengikuti diagnostik, (3) mencetak detail per siswa, (4) mencetak miskonsepsi setiap siswa, (5) mencetak detail per sub soal, (6) mencetak detail salah per sub soal, (7) mencetak rekapit ulasi per siswa, dan (8) mencetak ranji -ranji pemahaman.
Manual diagnostic test software dikembangkan melalui tahap: mengembangkan manual
DTS, validasi pakar dan praktisi, revisi manual DTS sesuai saran dari pakar dan praktisi, dan ujicoba di SMA. Manual DTS telah dapat dimengerti dan dipahami oleh para pengguna, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman penginstalan program DTS, menjalankan berbagai menu yang ada, dan memahami hasil diagnosis yang telah dilakukan oleh program DTS.
Kemampuan program komputer yang telah dikembangkan dapat untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Kemampuan program DTS meliputi: mencetak daftar siswa, soal, lembar jawab, menganalisis pada tingkat tes, menganalisis pada tingkat butir soal, mencetak ranji-ranji pemahaman siswa, rekapitulasi per siswa, miskonsepsi pada setiap siswa, siswa yang harus mengikuti remidi, siswa yang berhak meremidi, dan siswa yang bukan peremidi.
Para pengembang software tes terutama software untuk keperluan tes diagnostik, perlu dikembangkan lagi tes-tes diagnostik yang lebih luas seperti tes diagnostik pembelajaran biologi untuk kelas X semester I, pembelajaran biologi untuk kelas XI IPA, pembelajaran biologi untuk kelas XII IPA, atau tes diagnostik untuk bidang studi yang lain. Untuk mengembangkan tes diagnostik yang berbentuk the two-tier diagnostic tests perlu keahlian melakukan interview kepada para siswa untuk mengungkap miskonsepsi yang ada pada diri siswa.
Para guru perlu memberikan komentar dan masukannya untuk kesempurnaan DTS yang telah peneliti kembangkan. Komentar dan saran dari para guru sangat bermanfaat bagi pengembangan DTS selanjutnya. DTS yang telah dikembangkan ini diujicobakan secara empiris di dua sekolah. Para guru supaya dapat mencermati tampilan program, baik yang terkait dengan tes diagnostik maupun tentang tampilan hasil diagnosis. Para guru hendaknya juga memperhatikan pedoman menggunakan program DTS agar para guru dapat lancar dalam menggunakan program dan memahami hasil diagnosis.
Para siswa perlu memberikan keterangan sejelas-jelasnya apabila diminta oleh bapak/ibu guru sewaktu interview berlangsung. Keterangan dari para siswa akan sangat bermanfaat untuk menentukan miskonsepsi yang muncul dan akan memberikan informasi yang lengkap kepada para reviewer (bapak/ibu guru). Para siswa jangan ragu-ragu untuk memberikan keterangan yang diperlukan oleh para reviewer.
PERSANTUNAN
Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan menghormati setinggi-tingginya kepada Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) yang telah mengucurkan dana untuk keperluan penelitian ini.
155
LPPM Univet Bantara Sukoharjo ISBN 978-602-99172-5-3
DAFTAR PUSTAKA
Bahrul Hayat. 2006. Classroom assessment. Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional. Diambil pada tanggal 11 April 2007, dari: http://www.duniaguru.com/index.php?option=com _content&task =view&id=104&Itemid=28
Brueckner, L.J., & Melby, E.O. 1981. Diagnostic and remedial teaching. Boston: Houghton Mifflin Company.
Djamarah, S.B. 2002. Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Haslam, F. & Treagust, D. F. 1987. Diagnosing secondary students‟ misconceptions of photosynthesis and respiration in plants using a two-tier multiple choice instrument.
Journal of Biological Education, 21(3), 203-211.
Jahya Umar. 1999. Item Banking. Dalam Advances in Measurement in Educational Research
and Assessment. Geofferey N. Masters & John P. Keeves. Amsterdam: Pergamon (hal.
207-219).
Lin, S.W. 2004. Development and application of a two-tier diagnostic test for high school students‟ understanding of flowering plant growth and development. [Versi elektronik]. International Journal of Science and Mathematics Education, Volume 2, Number 2, June 2004, pp. 175-199(25). Diambil pada tanggal 30 Agustus 2006, dari:
http://www.ingentaconnect.com/content/klu/ijma/2004/00000002/00000002/00006484 Linacre, J. M. 1999. Individualized Testing in the Classroom. Dalam Advances in
Measurement in Educational Research and Assessment. Geofferey N. Masters & John
P. Keeves. Amsterdam: Pergamon (hal. 186-194).
Mardapi, D. 2002. Bukti kesahihan dan keandalan alat ukur : tanggapan atas artikel “Tes keterampilan olahraga judo bagi mahasiswa. Jurnal Kependidikan, No.1 tahun XXXII. Lembaga Penelitian UNY.
McDonald, P. R. 1999. Test theory : a unified treatment. Mahwah, NJ : Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Mehrens, W.A., & Lehmann, I.J. 1973. Measurement and evaluation in education and
psychology. New York: Holt, Rinehart and Winston. Inc.
Odom, A.L, & Barrow, L.H. 1995. Development and application of a two-tier diagnostic test measuring college biology students‟ understanding of diffusion and osmosis after a caurse of instruction. Journal of Research in Science Teaching, 32(1), 45-61. OECD. 2007. PISA 2006 Science Competencies for Tomorrow‟s World Volume 1: Analysis. ISBN: 9789264040007. Diambil pada tanggal 26 Desember 2007, dari: http://www.pisa.oecd.org/dataoecd/30/17/39703267.pdf
Rumini, S. 2003. Diagnostik Kesulitan Belajar. Yogyakata: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Press.
Suwatno. 2008. Mengatasi Kesulitan Belajar Melalui Klinik Pembelajaran. Makalah. Diambil pada tanggal 5 Mei 2008, dari:
http://www.admanfd.files.wordpress.com/2008/02/makalah_klinik-pembelajaran.doc Treagust, D. F. 1988. Development and use of diagnostic tests to evaluate students‟
misconceptions in science. Journal of Biological Education, 10(2), 159-169.
Van der Linden, W. J. 1999. Computerized Educational Testing. Dalam Advances in
Measurement in Educational Research and Assessment. Geofferey N. Masters & John
P. Keeves. Amsterdam: Pergamon (hal. 138-150).
Wang, J.R. 2003. Development of two-tier diagnostic test for investigating students‟ understanding of plant transport and human circulation. Dept. of Science Education,
National Pingtung Teachers college. Taiwan. Diambil pada tanggal 17 Agustus 2006,
dari: http://www1.phys.uu.nl/esera2003/programme/pdf%5C072S. pdf
Zeilik, M. 1998. Classroom assessment techniques conceptual diagnostic test. Diambil pada tanggal 26 juli 2006, dari: http://www.flaguide.org/cat /diagnostic/ diagnostic7.php
vii
Halaman Judul i
Kata Pengantar iii
Sambutan Ketua Panitia iv
Sambutan Rektor Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo v
Daftar Isi vii
Keynote Speaker
Sistem Penjaminan Mutu Penelitian di Perguruan Tinggi
Ali Mursyid Wahyu Mulyono, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Univet Bantara Sukoharjo
xiii
Penelitian Bidang Pertanian dan Teknik
1. Penggantian Sebagian Jagung Menggunakan Onggok dan Onggok- terfermentasi terhadap Kecernaan Protein Ransum Ayam Petelur
Ali Mursyid Wahyu Mulyono, Ahimsa Kandi Sariri, dan Engkus Ainul
Yakin ... 1 – 6 2. Peningkatan Nutrien Silase Pennisetum Purpureum dengan Penambahan
Berbagai Konsentrasi Asam Formiat
Ahimsa Kandi Sariri, Ariana Soegiarti, dan Sugiyanto ... 7 – 12 3. Ipoviola (Ubi Jalar Ungu) sebagai Susu Prebiotik : Kajian Penambahan Jenis
Susu terhadap Sifat Kimia-Organoleptiknya
A. Intan Niken Tari, Catur Budi H, Sri Hartati, dan Suparjono ... 13 – 22 4. Penentuan Pemakaian Dosis Gula Jawa dan Tepung Ketan dalam Pembuatan
Dodol dari Kulit Pisang terhadap Selera Konsumen
Catur Rini S, Agustinus Supriyono, Veronika Unun Pratiwi, dan Sari
Handayani ... 23 – 29 5. Kajian Dosis Pupuk NPK dan Macam Media Tanam terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Sambiloto (Andrographis Paniculata Ness ).
Sudarmi dan A. Intan Niken Tari ... 30 – 37 6. Antropometri, Volume dan Massa Segmen Tubuh Laki-Laki Etnik Jawa
Suprapto dan Ainur Komariah ... 38 – 45
Penelitian Bidang Humaniora
7. Kosakata Politik pada Pemilukada Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 dalam Surat Kabar Harian Solo Pos Edisi Juni dan Juli 2010 (Kajian Semantik Bahasa Indonesia)
Dewi Kusumaningsih, Suparmin, Wiwik Darmini, Sri Wahono Saptomo,
viii
Endang Dwi Hastuti, Nunun Tri Widarwati, Giyatmi, dan Ratih
Wijayava... 57 – 66 9. Bentuk Nama Dagang Berbahasa Inggris di Indonesia
Giyatmi ... 67 – 75 10. Representasi Ideologi dalam Teks Lagu “Andai Aku Jadi Gayus”: Sebuah
Analisa Wacana tentang Ketidakberdayaan Masyarakat Kecil terhadap Hukum
Agustinus Supriyono, Veronika Unun Pratiwi, dan Sari Handayani ... 76 – 82 11. Konsep Domestication dalam Penerjemahan Buku Language, Context And
Text: Aspects Of Language In A Social-Semiotic Perspective Karya M.A.K
Halliday dan Ruqaiya Hasan
Ratih Wijayava, Endang Dwi Hastuti, Giyatmi, dan Sihindun Arumi ... 83 – 91 12. Analisis Ketepatan Makna terhadap Perubahan Struktur Kalimat Aktif pada
Bahasa Sumber menjadi Struktur Kalimat Pasif pada Bahasa Sasaran dalam Terjemahan Novel Harry Potter And The Order Of The Phoenix oleh Listiana Srisanti
Nunun Tri Widarwati, Endang Dwi Hastuti, dan Arin Ariyanti ... 92 – 102
Penelitian Ilmu Sosial dan Ilmu Pendidikan
13. Analisis Discrepancy Antara Tingkat Harapan dan Kepuasan Pasien di Puskesmas Bendosari Kabupaten Sukoharajo
Nuryani Tri Rahayu, Joko Suryono, dan Betty Gama ... 103 – 111 14. Tingkat Kepuasan Pelayanan Wisata Kuliner Galabo (Studi di Gladag Langen
Bogan Solo)
Henny Sri Kusumati dan Iwan Ristanto ... 112 – 119 15. Pengembangan Model Segmenting, Targeting dalam Membidik Pasar yang Jitu
bagi Pasar Produk Unggulan UKM Kabupaten Sukoharjo
Joko Suryono, Purwani Indri Astuti, dan Hariyanto ... 120 – 132 16. Analisis Minat Siswa Kelas XII SMA Melanjutkan Studi ke Universitas Veteran
Bangun Nusantara Sukoharjo Tahun 2010 (Studi Penelitian SMA di Sukoharjo)
Agus Sudargono, Muh Husyain Rifai, dan Mulyono ... 133 – 139 17. Pemanfatan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Ditinjau dari
Persepsi Siswa terhadap Konselor
Awik Hidayati, Ismail, dan Joned Sudarmaji ... 140 – 145 18. Pengembangan Tes Diagnostik dalam Program Komputer
Suwarto dan Afif Afghohani ... 146 – 155 19. Penerapan Lesson Study Di Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
ix
Pranichayudha Rohsulina dan Muh. Husyain Rifai ... 164 – 167 21. Kajian Potensi Ekowisata Karst Kabupaten Gunungkidul Tahun 2011
Muh Husyain Rifai, Agus Sudargono, dan Mulyono ... 168 – 172 22. Korelasi Status Ekonomi, Motivasi Belajar, dan Prestasi Belajar pada
Mahasiswa Semester 6 Program Studi Bahasa Inggris Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
Dipa Nugraha Suyitno, Veronika Unun Pratiwi, dan Sari Handayani ... 173 – 178
Pengabdian Kepada Masyarakat
23. Pengabdian Masyarakat Pelatihan Pembuatan Tepung Mokaf guna
Meningkatkan Pendapatan Keluarga pada Posdaya di Kecamatan Polokarto
Sri Hartati ... 179 – 185 24. Modifikasi Kerupuk Rambak menjadi Snak Rambak Aneka Rasa
Catur Budi Handayani, A. Intan Niken Tari, dan Sri Hartati ... 186 – 190 25. Pelatihan Pengolahan Aneka Masakan dari Bahan Jamur Tiram Segar
Nugraheni Retnaningsih, Catur Rini Sulistyaningsih, Sudarmi, dan Yos
Wahyu Harinta ... 191 – 194 26. Ibm Kelompok Tani Ternak Desa Selorejo Wonogiri Pemanfaatan Pekarangan
untuk Usaha Budidaya Cacing Tanah melalui Sentuhan Ipteks Sederhana Engkus Ainul Yakin, Ali Mursyid Wahyu Mulyono, Ahimsa Kandi Sariri,
dan Wisnu Tri Husodo ... 195 – 200 27. Pengabdian Masyarakat Kelompok Warga Riskan Penderita Kanker dengan
Pengobatan Herbal Daun Sirsak (Annona Muricata) di Desa Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo
Yos Wahyu Harinta dan Isyana Tri Astuti... 201 – 208
28. Diklat Jurnalistik dan Motivasi Mengelola Majalah Sekolah Mediasi pada OSIS SMA Negeri 1 Tawangsari Sukoharjo
Betty Gama, Nuryani Tri Rahayu, Joko Suryono, dan Hariyanto ... 209 – 214 29. Pelatihan Broadcasting bagi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa
Inggris FKIP Univet Bantara Sukoharjo
Sihindun Arumi dan Purwani Indri Astuti ... 215 – 221 30. English Conversation bagi Pedagang Souvenir
Yoto Widodo dan Endang Dwi Hastuti ... 222 – 227 31. Pelatihan Pembuatan Proposal Penelitian Tindakan Tindakan Kelas (PTK) bagi
Guru-Guru SDN Karangtalun I dan SDN Karangasem 2 Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen
x
Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo
Yuliani Sri Widaningsih, Muslikh, Muhadi, dan Ira Pramudha Wardhani 232 – 236 33. Pelatihan Penulisan Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Guru-Guru
Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Wonogiri
MH. Sri Rahayu, Cucu Siti Sukonsih, Toni Harsan, Sri Wahyuni, dan Devi Sri Giyanto ...
237 – 240 34. Peningkatan Profesionalitas Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran di SMP
Negeri 2 Sukoharjo melalui Penerapan Kegiatan Lesson Study
Dewi Susilowati, Utami Murwaningsih, Suwarno, dan Erika Laras A ... 241 – 246 35. Peningkatan Profesionalitas Guru dan Kualitas Proses Pembelajaran di SMA
Veteran 1 Sukoharjo melalui Penerapan Kegiatan Lesson Study Afif Afghohani, Utami Murwaningsih, Andhika Ayu Wulandari,
dan Januar Budi A ... 247 – 252 36. Pelatihan Penulisan Surat Resmi Berbahasa Indonesia di Gabungan Organisasi
Wanita (GOW) Kabupaten Sukoharjo
Wiwik Darmini, Dewi Kusumaningsih, Titik Sudiatmi, Suparmin, dan
Bambang Trianto ... 253 – 257 37. Ibm Pondok Pesantren Al Huda Wonogiri
Iwan Ristanto dan Ali Mursyid Wahyu Mulyono ... 258 – 266 38. Pengolahan Nilai Mahasiswa dan Pelaporan Keuangan dengan Microsoft Ecxel
Darsini dan Ainur Komariah ... 267 – 271 39. Ibm Sistem Administrasi Desa Berbasis Komputer
Hariyanto dan Nuryani Tri Rahayu ... 272 – 277
40. Penerapan Alat Pengering Sablon Plastik guna Meningkatkan Efisiensi Produksi Sablon Plastik ”Yudha”
Mathilda Sri Lestari dan Rahmatul Ahya ... 278 – 283
Kegiatan ilmiah mahasiswa
41. Aplikasi Pemipil Jagung Model Belt pada Kelompok Tani Ngudi Raharjo Dusun Kasian, Desa Kerja Lor, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri Nanang Unggul Prasetyo, Eka Andika, Ahmad Sugiharto, dan Ainur
Komariah ... 284 – 288 42. Briket Arang Limbah Industri Tepung Aren sebagai Bahan Bakar Alternatif
Arwan Dwi Wardoyo dan Ainur Komariah ... 289 – 294 43. Penerbitan dan Pemasaran Buku ”24 Jam Menguasai Aksara Jawa”
xi
Diana Mustika Sari dan Dadang Setiyawan ... 300 – 305 45. Memanfaatkan Singkong menjadi Tepung Mocaf untuk Pemberdayaan
Masyarakat Sumberejo
Sri Sunarsi, Marcellius Sugeng A, Sri Wahyuni, dan Widiarti
B AN G U N N U S A N T A R A U N IV E R S IT AS V ET ERA N S U K O H A R J O