• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN DATA INDERAJA UNTUK PENDUGAAN DEGRADASI SUMBERDAYA TERUMBU KARANG DI KABUPATEN POHUWATO, PROVINSI GORONTALO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN DATA INDERAJA UNTUK PENDUGAAN DEGRADASI SUMBERDAYA TERUMBU KARANG DI KABUPATEN POHUWATO, PROVINSI GORONTALO"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Pemanfaatan Data Inderaja untuk Pendugaan Degradasi Sumberdaya Terumbu Karang...………(Nahib, I,)

PEMANFAATAN DATA INDERAJA UNTUK PENDUGAAN

DEGRADASI SUMBERDAYA TERUMBU KARANG DI

KABUPATEN POHUWATO, PROVINSI GORONTALO

(Utilization of Remote Sensing Data for Prediction of Degradation of

Coral Reef at Pohuwato District Gorontalo Province)

Oleh/by : Irmadi Nahib

Peneliti pada Balai Geomatika BAKOSURTANAL Jl. Raya Jakarta Bogor KM.46, Cibinong, Bogor (021) 8756041

Email :

Diterima (received): 11 Mei 2010; Disetujui untuk dipublikasikan (accepted): 22 November 2010

ABSTRAK

Salah satu wilayah yang mempunyai jumlah pulau-pulau kecil dengan potensi yang cukup kaya adalah Perairan Teluk Tomini. Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang termasuk dalam wilayah Perairan Teluk Tomini. Monitoring sumberdaya terumbu karang dilakukan dengan cara pemetaan neraca, yang pada dasarnya adalah memetakan kondisi awal dan akhir sehingga diketahui tingkat degradasi atau perubahannya. Pemetaan neraca ini dilakukan dengan analisa berdasarkan hasil interpretasi citra satelit menggunakan data 2 waktu (time series) yaitu Citra Landsat tahun 2000 dan Citra ALOS AVNIR 1-B tahun 2007 dengan cek lapangan tahun 2008. Berdasarkan degradasi sumberdaya terumbu karang maka prediksi nilai ekonominya dapat diproyeksikan. Nilai ekonomi yang digunakan adalah Total Economic Value (TEV). Berdasarkan analisa neraca maka dapat dilihat perubahan yang terjadi selama 8 tahun yaitu karang seluas 1.615,91 ha tidak mengalami perubahan, 396,65 ha berubah menjadi lamun, dan 185,23 ha berubah menjadi pasir. Sedangkan nilai ekonomi total dari ekosistem terumbu karang di wilayah Kabupaten Pohuwato sebesar Rp 164.217.923,33/ha/ tahun.

Kata kunci: Terumbu Karang, Neraca Sumberdaya Alam, Degradasi, Nilai Ekonomi ABSTRACT

One of regions that has a number of small islands with a rich enough potential is Tomini Bay. Pohuwato Regency, Gorontalo Province is one of the areas included in the Tomini Bay. Coral reef resources monitoring was held by mapping the balance sheet, which is basically to map the beginning and end of the condition to know the degradation rates or changes of the coral reef. Mapping the balance sheet based on analysis of satellite imagery interpretation results using two time data (time series), e.i. the year 2000 Landsat image and the image of ALOS AVNIR 1-B in the year 2007 with a field check in 2008. Based on the degradation of coral reef resources, the prediction of the economic value can be projected. Economic value used in this research is the Total Economic Value (TEV). Based on the analysis, the changes that occur during the 8 years are, an area of 1615.91 ha coral reef has not changed, changed to 396.65 ha seagrass, and 185.23 ha turned into sand. While the total economic value of coral reef ecosystems in the region Pohuwato District 164,217,923.33 Rp/ha/year.

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Salah satu wilayah yang mempunyai jumlah pulau-pulau kecil dengan potensi yang cukup kaya adalah Perairan Teluk Tomini. Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang termasuk dalam wilayah Perairan Teluk Tomini. Merujuk Pohuwato Dalam Angka 2007/2008, pulau-pulau kecil yang terdapat di Kabupaten Pohuwato berjum-lah sekitar 46 pulau. Kawasan pulau-pulau kecil yang mempunyai bentuk biogeofisik yang spesifik dikenal mempunyai potensi keanakeragaman hayati yang tinggi dan juga mempunyai peran dan fungsi sosio-ekonomi dan ekologi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat dan lingkung-an sekitarnya.

Peran valuasi ekonomi terhadap eko-sistem dan sumberdaya yang terkandung di dalamnya adalah penting dalam kebijakan pembangunan, termasuk dalam pengelolaan pulau-pulau kecil. Rusaknya ekosistem atau sumberdaya lingkungan merupakan masalah ekonomi, karena rusaknya ekosistem berarti hilangnya kemampuan ekosistem tersebut untuk menyediakan barang dan jasa. Dalam beberapa kasus bahkan hilangnya ekosistem ini tidak dapat dikembalikan seperti sediakala (irreversible).

Pilihan kebijakan pembangunan yang melibatkan ekosistem apakah akan dipertahankan seperti apa adanya, atau dikonversi menjadi pemanfaatan lain, merupakan persoalan pembangunan yang dapat dipecahkan dengan menggunaan pendekatan valuasi ekonomi. Dalam hal ini, kuantifikasi manfaat dan ”kerugian” (cost) harus dilakukan agar proses pengambilan keputusan dapat berjalan dengan memper-hatikan aspek keadilan (fairness).

Untuk mengetahui perubahan kondisi ekosistem terumbu karang dan dampak terhadap nilai ekonomi, maka perlu dilaku-kan penelitian yang berhubungan dengan potensi awal dan pemanfaatannya

sehing-ga diketahui keadaan akhir dari ekosistem terumbu karang tersebut.

Salah satu cara yang digunakan untuk monitoring sumberdaya terumbu karang adalah pemetaan neraca, yang meme-takan potensi awal dan akhir sehingga diketahui tingkat degradasi atau peruba-hannya. Berdasarkan degradasi sumber-daya terumbu karang maka prediksi nilai ekonominya dapat diproyeksikan.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menge-tahui degradasi sumberdaya terumbu karang di Kabupaten Pohuwato dan dam-paknya terhadap nilai ekonomi ekosistem terumbu karang.

METODE

Analisis Perubahan Luas Terumbu Karang

Untuk mengetahui luas terumbu karang digunakan inventarisasi dengan me-manfaatkan data citra Landsat rekaman tahun 2000 sebanyak 3 scene, yaitu pada path/row: 114/65, 113/60, dan 114/60 dan Citra ALOS AVNIR-1B sebanyak 3 scene, rekaman 14 Maret 2007, 16 Mei 2007 dan 1 Desember 2007.

Secara skematis tahapan pekerjaan inventarisasi data dari citra satelit disajikan pada Gambar 1.

Dalam tahap pra-pengolahan citra, dilakukan koreksi terhadap kesalahan radiometrik dan geometrik untuk semua citra saluran tunggal. Koreksi radiometrik dilakukan dengan menggunakan metode penyesuaian histogram. Adapun tekniknya adalah dengan cara mengurangi nilai digital number (piksel) citra asli masing-masing saluran tunggal dengan nilai bias yang ada pada masing-masing citra.

Transformasi Lyzenga mampu membe-rikan efek penajaman pada obyek perairan dangkal dengan kondisi air cukup jernih. Dari hasil pengambilan training area, dicari ragam (varian) dan peragam (covarian) dari band biru dan band hijau.

(3)

Pemanfaatan Data Inderaja untuk Pendugaan Degradasi Sumberdaya Terumbu Karang...………(Nahib, I,)

Gambar 1. Bagan Alir Kegiatan Inventarisasi

Data Citra satelit

Analisis citra merujuk metode yang dikembangkan oleh Siregar (1995), yang didasarkan pada persamaan Lyzenga (1978) yaitu ”Exponential Attenuation Model”.

Hasil interpretasi citra satelit adalah peta sebaran terumbu karang (dalam format raster). Selanjutnya peta dirubah (diekspor) ke dalam format vektor, yang bisa dilakukan secara langsung menggu-nakan software ER Mapper ver. 7,0 atau ENVI ver. 4,3.

Untuk mnegetahui perkembangan luas terumbu karang, selanjutnya peta sumber-daya terumbu karang ditumpangsusun (overlay) antara peta tahun ke-t dan peta

tahun ke-t+1 dengan menggunakan

perangkat lunak Sistem Informasi Geogra-fis ArcView ver. 3,3.

Pangamatan Kualitas Terumbu Karang

Pengamatan dilakukan dengan meng-gunakan metode “transek segment”, yaitu pendataan dengan mengamati

bentuk-bentuk pertumbuhan karang (Coral Lifeform) dengan acuan transek garis pada setiap jarak tertentu (segment). Jarak antar segment yang digunakan adalah 50 cm. Pengamatan terhadap tutupan dasar (lifeform) diambil pada titik-titik 50 cm, 100 cm, 150 cm dan 200 cm.

Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang

Metode yang digunakan dalam valuasi ekonomi mengacu Barton (1994), yaitu menggunakan tipologi nilai ekonomi dalam terminologi Total Economic Value (TEV), yang merupakan penjumlahan dari nilai ekonomi berbasis pemanfaatan/ penggu-naan (Use Value; UV) dan nilai ekonomi berbasis bukan pemanfaatan/ penggunaan (Non-Use Value; NUV). Dengan demikian penghitungan nilai ekonomi ekosistem terumbu karang dilakukan berdasarkan atas perhitungan manfaat dan biaya.

Dalam penghitungan nilai ekonomi total secara detil, maka diperlukan : waktu, biaya dan tenaga (sumberdaya manusia) yang cukup besar. Mengingat adanya kendala tersebut maka penghitungan nilai ekonomi sumberdaya terumbu karang dilakukan berdasarkan survei langsung dibatasi pada penghitungan nilai ekonomi manfaat langsung (manfaat perikanan karang). Survei dilakukan di beberapa wilayah (Pulau) yang ada di Kecamatan Popayato, Lemito dan Paguat. Sedangkan penghitungan manfaat tidak langsung menggunakan metode benefit transfer (setelah dilakukan penyesuaian/ modifi-kasi).

KONDISI WILAYAH PENELITIAN Geografis

Lokasi penelitian ecara administratif termasuk dalam Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo (Gambar 2).

Peta Pasiva Terumbu Karang Tahun 2007 Citra Landsat Tahun 2000 Citra ALOS Tahun 2007

Pra Pengolahan Citra

Konversi ke Format Vector Peta Aktiva Terumbu Karang Tahun 2000 Pengolahan Citra

(4)

Gambar 2. Peta Lokasi Kabupaten Pohuwato

Pohuwato merupakan kabupaten yang berada di ujung barat Provinsi Goron-talo dengan letak geografis antara 0,27o – 1,01 o LU dan 121,23 o – 122,44 o BT. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Buol, sebelah Selatan dengan Teluk Tomini, Sebelah Barat dengan Kabupaten Parigi Moutong dan sebelah Timur dengan Kabupaten Boalemo.

Topografi Kabupaten Pohuwato umum-nya dataran rendah, sebagian kecil berbu-kit dan bergunung. Tingkat kemiringan antara 0– 40 %, sedangkan ketinggiannya

berkisar antara 0–800 m dari permukaan laut (dpl).

Potensi Perikanan Laut

Kondisi laut yang baik dengan jumlah karang yang cukup luas (5.257 ha) merupakan wilayah yang mempunyai potensi perikanan laut yang bagus. Berdasarkan data dari lokasi pendaratan ikan, produksi ikan laut di Kecamatan Popayato merupakan penghasil ikan terbanyak, yaitu menyumbang 37 % dari produksi ikan laut di Kabupaten Pohowato. Sedangkan kecamatan Lemito, Marisa dan Paguat masing-masing menyumbang sekitar 20 %. Perbandingan produksi perikanan laut dengan produksi perikanan budidaya rata-rata 70 : 30. Kecamatan Randangan merupakan daerah yang prosentase produksi ikan laut paling sedikit. Produksi perikanan di Kabupaten Pohu-wato selengkapnya disajikan pada Tabel 4.

Dan ditinjau dari jenis ikan laut, kontribusi perikanan karang terhadap produksi perikanan laut di Kabupaten Pohuwato dari Tahun 2003 hingga Tahun 2007, seperti disajikan pada Tabel 5.

Tabel 4. Produksi Perikanan di Kabupaten Pohuwato Tahun 2007

Produksi Ikan Prosentase

No. Kecamatan Laut Budidaya Total Ikan Laut

(ton) (Persen) (ton) (ton) ( %)

1 Popayato 3.501,50 36,98 774,20 4.275,70 81,89 2 Lemito 2.052,30 21,67 850,20 3.902,50 52,59 3 Randangan 88,20 0,93 217,00 305,20 28,90 4 Taluditi - 5 Poatilanggio - 6 Marisa 1.956,60 20,66 22,30 1.978,90 98,87 7 Paguat 1.870,40 19,75 322,80 2.193,20 85,28 9.469,00 100,00 3.186,50 12.655,50 69,51

(5)

Pemanfaatan Data Inderaja untuk Pendugaan Degradasi Sumberdaya Terumbu Karang...………(Nahib, I,)

Tabel 5. Perbandingan Produksi Ikan Karang Terhadap Produksi Ikan Laut dan

Perkembangan Harga Ikan Karang di Kabupaten Pohuwato (2003-2007).

Tahun Produksi Ikan (ton) Kontri IHK IHK

Harga (Rp)

Karang Ikan Total busi 2005 Nominal Riil

2003 1.456,80 5.003,30 0,2912 343,4445 1,0413 3.345 3.212 2004 1.630,40 5.867,40 0,2779 359,8749 0,9938 5.439 5.473 2005 1.796,20 6.423,90 0,2796 357,6383 1,0000 6.476 6.476 2006 1.832,60 7.188,60 0,2549 392,2624 0,9117 6.566 7.202 2007 3.473,30 10.420,10 0,3333 300,0058 1,1921 7.713 6.470 Rata-Rata 2.037,86 6.980,66 0,2874 350,6452 1,0278 5.907,84 5.766,66

Sumber : Statistik Perikanan kabupaten Pohuwato, Tahun 2007

Merujuk pada Tabel 5 kontribusi perikanan karang terhadap produksi ikan laut di Kabupaten Pohuwato cukup besar, dimana pada periode tahun 2003-2005 kontribusi perikanan karang rata-rat 28,74 %. Kondisi ini menunjukkan bahwa potensi ikan karang mempunyai peranan signifikan dalam menunjang produksi perikanan laut. Jika ditinjau dari keberadaan pulau-pulau kecil di Kabupaten Pohuwato yang jumlahnya mencapai 46 pulau, maka masih dimungkinkan untuk dilakukan peningkatan produksi ikan karang.

HASIL DAN ANALISIS

Analisis Perubahan Luas Terumbu Karang

Neraca Sumberdaya Terumbu Karang Kabupaten Pohuwato disajikan pada Tabel

6 dan Gambar 3 dan Gambar 4, dimana

dijelaskan sebagai berikut:

• Karang mengalami kenaikan sebesar 5,79 % atau sebesar 127,26 ha dari 2.197,79 ha pada tahun 2000 menjadi 2.325,05 ha pada tahun 2008.

• Lamun mengalami kenaikan sebesar 26,27 % atau 200,73 ha dari 764,21 ha pada tahun 2000 menjadi 964,64,43 ha pada tahun 2008.

• Pasir mengalami penurunan sebesar 14,3 % atau sebesar 327,99 ha dari

2.295,03 ha pada tahun 2000 menjadi 1.967,04 ha pada tahun 2008.

• Total luas ekosistem terumbu karang di Kabupaten Pohuwato adalah 5.257,03 ha.

Tabel 6. Neraca Sumberdaya Terumbu

Karang Kabupaten Pohuwato

Luas (Ha) Klas Ekosis-tem Aktiva (2000) Pasiva (2008) Neraca (2000-2008) Karang 2.197,79 2.325,05 127,26 Lamun 764,21 964,94 200,73 Pasir 2.295,03 1.967,04 -327,99 Jumlah 5.257,03 5.257,03 0,00

Sumber: Analisis Tim, Juli-Agustus, 2008

Perubahan yang terjadi selama 8 tahun (2000-2008) untuk masing-masing klas ekosistem terumbu karang adalah sebagai berikut:

• Karang seluas 1.615,91 ha tidak mengalami perubahan, 396,65 ha berubah menjadi lamun, dan 185,23 ha berubah menjadi pasir. Karang yang hancur baik yang disebabkan oleh perbuatan manusia (pengeboman, diambil batukarangnya) maupun faktor alam (hempasan gelombang) akan menjadi material pasir yang kemudian dapat ditumbuhi vegetasi lamun.

(6)

Gambar 3. Peta Neraca Sumberdaya Terumbu Karang di Pohuwato

Gambar 4. Peta Neraca Nilai Ekonomi Sumberdaya Terumbu Karang di Pohuwato

DIAGRAM LOKASI Lembar LPI 2216 - 01 1 : 50.000 Edisi : 2008 Jalan arteri Jalan kolektor Jalan lokal Jalan lain Jalan setapak Jalan kereta api PERHUBUNGAN ...____ BATAS ADMINISTRASI .. .. .. .___ . . . . ._ _ _ _ . . ._ _ _Batas negara Batas propinsi Batas kabupaten/kotamadya Batas kecamatan Batas desa PERAIRAN Sungai Danau ...______ KETERANGAN

SUMBERDAYA TERUMBU KARANG TETAP / TIDAK BERUBAH

darat karang lamun

laut pasir

SUMBERDAYA TERUMBU KARANG TIDAK TETAP / BERUBAH

pasir - lamun pasir - karang lamun - pasir lamun - karang karang - pasir karang - lamun LEMITO Lembar LPI 2216 - 01 U T B S LEMITO SKALA 1 : 50.000 2 3 4 5 Km 10.80 1 b Dunga Ipilo Nyiur Reset Imbodu Hoyula Patuhu MARISA Rimbun Tatomo Lemito Hulato Malango Limbula Meraati Huluwone Wonorejo Galusari Huluwone Wonosari Nagawana Yiliyala GORONTALO Palambane Balimurni Purworejo GORONTALO Bubalango Yosomulyo Apitalawu Bubalango GORONTALO Sidowange Ringinsari Margomulyo

Huidu Lipa Huidu Dudu

Margomulyo Kelapalima Huidu Tumba Balobalonge Huidu Palang Huidu Poloma Beringinjaya Dutula Dehua Londoun Timur Bidaladudulaa Dutula Lemito Dutula Patuhu Huidu Hudodoo Huidu Timbuale Dutula Malango Dutula Tuhiango Huidu Apitalawo

Lito Monji Kiki

Hudiu Tilombulude Huidu Lopolambane Huidu Tanibaipetu Walungiyo Panjang Libuiyo Wonggarasi a PEMBAGIAN DAERAH ADMINISTRASI PROPINSI GORONTALO Kabupaten Pahuwato a. Kecamatan Popayato b. Kecamatan Marisa 2216-02 MARISA 2216-01 LEMITO 2116-08 MOUTONG 34'00" 32'00" 30'00" 28'00" 26'00" 24'00" 22'00" 18'00" 16'00" 20'00" 20'00" 03 077 m T 33 00 498 mU 121°30'00" T0°35'00" U 03 177 m T 70 121°5 0'00" T 0°35'00" U 0°15'00" U 121 °50'00 " T 00 638 mU27 0°15'00" U 121°30'00" T 03 070 mT 33 00 642 mU27 34'00" 36'00" 38'00" 44'00" 46'00" 48'00" 16'00" 18'00" 22'00" 24'00" 26'00" 28'00" 30'00" 32'00" 34'00" 70 03 171 mT 64 00 489 mU64 42'00" 40'00" 32'00" 32'00" 34'00" 36'00" 38'00" 40'00" 42'00" 44'00" 46'00" 48'00" T E L U K T O M I N I

PETA NERACA SUMBERDAYA TERUMBU KARANG

KETERANGAN RIWAYAT

1. Peta ini di buat dari Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 50 000 Lembar 2216 - 13, 14, 41 dan 42 2. Citra Landsat TM Path/Row : 113/60 dan 114/60 Tahun 2000 3. ALOS AVNIR 1 B Tahun 2007 4. Analisis Data Aktiva dan Pasiva

DICETAK DAN DITERBITKAN OLEH: BADAN KOORDINASI SURVEY DAN PEMETAAN NASIONAL (BAKOSURTANAL) JL. RAYA JAKARTA - BOGOR KM. 46 TLP. : (021) 8752062 FAX : 62-21-8753067 TLX. : 48305 BAKOST IA CIBINONG 16911 BOGOR

DIAGRAM LOKASI Lembar LPI 2216 - 01 1 : 50.000 Edisi : 2008 Jalan arteri Jalan kolektor Jalan lokal Jalan lain Jalan setapak Jalan kereta api PERHUBUNGAN ...____ BATAS ADMINISTRASI .. .. .. .___ . . . . ._ _ _ _ . . ._ _ _Batas negara Batas propinsi Batas kabupaten/kotamadya Batas kecamatan Batas desa PERAIRAN Sungai Danau ...______ KETERANGAN LEMITO Lembar LPI 2216 - 01 U T B S LEMITO SKALA 1 : 50.000 2 3 4 5 Km 10.80 1 b Dunga Ipilo Nyiur Reset Imbodu Hoyula Patuhu MARISA Rimbun Tatomo Lemito Hulato Malango Limbula Meraati Huluwone Wonorejo Galusari Huluwone Wonosari Nagawana Yiliyala GORONTALO Palambane Balimurni Purworejo GORONTALO Bubalango Yosomulyo Apitalawu Bubalango GORONTALO Sidowange Ringinsari Margomulyo

Huidu Lipa Huidu Dudu

Margomulyo Kelapalima Huidu Tumba Balobalonge Huidu Palang Huidu Poloma Beringinjaya Dutula Dehua Londoun Timur Bidaladudulaa Dutula Lemito Dutula Patuhu Huidu Hudodoo Huidu Timbuale Dutula Malango Dutula Tuhiango Huidu Apitalawo

Lito Monji Kiki

Hudiu Tilombulude Huidu Lopolambane Huidu Tanibaipetu Walungiyo Panjang Libuiyo Wonggarasi a PEMBAGIAN DAERAH ADMINISTRASI PROPINSI GORONTALO Kabupaten Pahuwato a. Kecamatan Popayato b. Kecamatan Marisa 2216-02 MARISA 2216-01 LEMITO 2116-08 MOUTONG 34'00" 32'00" 30'00" 28'00" 26'00" 24'00" 22'00" 18'00" 16'00" 20'00" 20'00" 03 077 mT 33 00 498 mU 121°30'00" T 0°35'00" U 121°503 177 mT70 0'00" T 0°35'00" U 0°15'00" U 121°5 0'00 " T 00 638 mU27 0°15'00" U 121 °30'00" T 03 070 mT 33 00 642 mU27 34'00" 36'00" 38'00" 44'00" 46'00" 48'00" 16'00" 18'00" 22'00" 24'00" 26'00" 28'00" 30'00" 32'00" 34'00" 7003 171 mT 64 00 489 mU64 42'00" 40'00" 32'00" 32'00" 34'00" 36'00" 38'00" 40'00" 42'00" 44'00" 46'00" 48'00" T E L U K T O M I N I KETERANGAN RIWAYAT

1. Peta ini di buat dari Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 50 000 Lembar 2216 - 13, 14, 41 dan 42 2. Citra Landsat TM Path/Row : 113/60 dan 114/60 Tahun 2000 3. ALOS AVNIR 1 B Tahun 2007 4. Analisis Data Aktiva dan Pasiva

DICETAK DAN DITERBITKAN OLEH: BADAN KOORDINASI SURVEY DAN PEMETAAN NASIONAL (BAKOSURTANAL) JL. RAYA JAKARTA - BOGOR KM. 46 TLP. : (021) 8752062 FAX : 62-21-8753067 TLX. : 48305 BAKOST IA CIBINONG 16911 BOGOR

SUMBERDAYA TERUMBU KARANG TETAP / TIDAK BERUBAH

darat karang lamun

laut pasir

SUMBERDAYA TERUMBU KARANG TIDAK TETAP / BERUBAH

pasir - lamun pasir - karang lamun - pasir lamun - karang karang - pasir karang - lamun

PETA NERACA NILAI EKONOMI SUMBERDAYA TERUMBU KARANG

(7)

Pemanfaatan Data Inderaja untuk Pendugaan Degradasi Sumberdaya Terumbu Karang...………(Nahib, I,)

• Lamun seluas 282,41 ha tidak menga-lami perubahan, 245,50 ha berubah menjadi karang, sedangkan 236,30 ha berubah menjadi pasir. Lamun yang berubah menjadi pasir diduga karena vegetasinya yang terbuka sehingga nampak substratnya yang dikenali dari citra sebagai pasir.

• Pasir tetap menjadi pasir seluas 1.545,51 ha, berubah menjadi karang seluas 463,64 ha, dan berubah menjadi lamun seluas 285,88 ha. Pertumbuhan karang baru di atas substrat pasir selama 8 tahun masih dimungkinkan, akan tetapi resolusi citra yang berbeda antara sumber data aktiva dan sumber data pasiva diduga ikut andil menjadi penyebabnya. Pertumbuhan lamun di atas substrat pasir merupakan hal yang wajar, akan tetapi faktor perbedaan resolusi antara dua citra diduga juga berbengaruh terhadap perhitungan luasannya.

Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang

Besaran manfaat berdasarkan tipologi nilai ekonomi ekosistem terumbu karang di Kabupaten Pohuwato disajikan pada

Tabel 7.

Berdasarkan tipologi nilai seperti dideskripsikan di dalam Tabel 7, maka dapat disimpulkan bahwa nilai ekonomi total dari ekosistem terumbu karang adalah sebesar Rp 164.217.923,33 per ha/th, dimana nilai ekonomi tersebut sebesar 77,95 % diperoleh dari man-faat/nilai penggunaan tidak langsung, sedangkan manfaat/nilai penggunaan langsung hanya memberikan kontribusi sebesar 22,05 %. Kebijakan peman-faatan sumberdaya alam (termasuk sumberdaya kelautan) yang dilakukan sampai saat ini cenderung bersifat ekstraksif, yang lebih mengutamaan manfaat langsung dari sumberdaya yang ada. Dampak dari kebijakan

tersebut, menyebakan terjadinya

degradasi sumberdaya alam (termasuk sumberdaya terumbu karang).

Diharapkan dengan dilakukan kajian, akan membuka wawasan dalam pengelolaan sumberdaya terumbu karang. Meskipun nilai ekonomi total yang diperoleh baru menggambarkan nilai dugaan secara kasar, setidaknya hal ini dapat menggambarkan bahwa analisis ekonomi (valuasi ekonomi) sumberdaya terumbu karang mampu:

• Memberikan input informasi dalam mengukur jasa lingkungan (environ-mental services), meliputi pengukuran maksimisasi aset lingkungan.

• Menyajikan informasi sebagai bahan pembuatan keputusan pemanfaatan sumberdaya alam (terumbu karang), terutama untuk memahami secara ekonomi dalam penetapan harga terhadap asset sumberdaya terumbu karang yang sering diberikan nilai terlalu rendah (under value).

• Mampu memberikan input informasi dalam pembuatan keputusan bahwa dengan mempertimbangkan nilai asset sumberdaya terumbu karang dapat menghambat degradasi lingkungan, sehingga pembangunan dapat berke-lanjutan. Pembangunan/pemanfaatan sumberdaya terumbu karang (sumber-daya alam) seharusnya dapat dilakukan apabila akan memberikan manfaat yang lebih besar dari nilai manfaat ekonomi total.

• Dalam upaya mempertahankan ke-lestarian sumberdaya alam (sumber-daya terumbu karang), instrumen valuasi ekonomi sumberdaya alam dapat diterapkan sebagai dasar kebijakan pembangunan. Nilai ekonomi total dapat dipakai sebagai dasar pemberian ijin pemanfaatan sumberdaya terumbu karang, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat (maximizing social well being) dan menjaga kesatuan bangsa.

(8)

Tabel 7. Tipologi Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Kabupaten Pohuwato

No. Tipologi Nilai Metode Sumber Nilai Ekonomi

Penilaian Data (Rp. / ha/ th) Persen

I. USE VALUE 36.217.923,33 22,05

1 Direct Use Value 5.145.368,84 3,13

Perikanan Karang Productivity Data Primer 5.145.368,84 3,13

2 Option Value 31.072.554,49 18,92 a.Penahan Abrasi Benefit Transfer 1.376.314,49 0,84 b. Manfaat Biodiversity Benefit Transfer Penelitian Moosa(1996) 9.696.240,00 5,90 c. Penyedia Karbon Benefit Transfer 20.000.000,00 12,18

II. Non Use Value 128.000.000,00 77,95

1 Existence Value Benefit Transfer Suwarno, Y (2008) 128.000.000,00 77,95 Total Economic Value 164.217.923,33 100,00

Sumber : Hasil Analisis 2008.

Manfaat Langsung (Direct Use Value)

Manfaat langsung yang dapat dinilai dari keberadaan ekosistem terumbu karang adalah perikanan karang, non karang dan batu karang. Terumbu karang merupakan habitat ikan karang dan ikan non karang yang berasosiasi dengan keberadaan terumbu karang, baik sebagai tempat pemijahan, tempat asuhan maupun tempat mencari makan biota laut.

Dalam penangkapan ikan karang ada beberapa alat tangkap yang digunakan, yaitu bubu, pancing dan jaring. Alat tangkap bubu sering

digunakan untuk menangkap ikan

kerapu hidup, pancing untuk menang-kap ikan karang dan ikan demersal, sedangkan jaring digunakan untuk menangkap ikan demersal.

Dalam operasional penangkapan ikan di wilayah perairan Kabupaten Pohuwato, pada umumnya nelayan pancing melakukan penangkapan ikan di sekitar pulau-pulau yang terjangkau/ dekat dengan rumah nelayan. Dalam satu kali trip penangkapan ikan adalah 1 hari (one day trip). Dengan demikian banyaknya trip yang dilakukan oleh

nelayan adalah 6 hari per minggu. Berdasarkan hasil wawancara dipero-leh rata-rata jumlah trip dalam setahun sebanyak 235 hari, dimana jumlah trip ini tergolong sedang. Nelayan ikan karang melakukan siang hari atau malam hari.

Total manfaat bersih yang diperoleh setiap nelayan pancing ikan karang di Kecamatan Lemito adalah sebesar Rp.12.890.683,65. Nilai ekonomi aktual ekosistem terumbu karang adalah sebe-sar Rp.6.329.325.671,99 atau per hektar Rp.2.357.054,73. Total manfaat bersih yang diperoleh setiap nelayan pancing ikan karang di Kecamatan Paguat sebesar Rp.11.161.785,71. Nilai ekonomi

aktual ekosistem terumbu karang

sebesar Rp.3.359.697.500,00 atau per hektar adalah Rp.3.356.710,03. Total manfaat bersih diperoleh setiap nelayan pancing ikan karang di Kecamatan Popayato sebesar Rp.13.524.653,44. Nilai ekonomi aktual ekosistem terumbu karang adalah Rp.7.736.101.767,20 (Rp.6.259.792,34/ha). Nilai-nilai tersebut diperoleh berdasarkan asumsi bahwa nelayan hanya menangkap ikan karang di wilayah kecamatan masing-masing.

(9)

Pemanfaatan Data Inderaja untuk Pendugaan Degradasi Sumberdaya Terumbu Karang...………(Nahib, I,)

Tabel 8. Estimasi Nilai Ekonomi Aktual Ekosistem Terumbu Karang Kab. Pohuwato

Uraian Kecamatan

Lemito Paguat Popayato

Pendapatan bersih (Rp) 12.890.683,65 11.161.785,71 13.524.653,44

Jumlah Nelayan (orang) 491,00 301,00 572,00

Luas Terumbu Karang (ha) 2.685,27 1.000,89 1.235,84

Nilai Aktual (Rp) 6.329.325.671,99 3.359.697.500,00 7.736.101.767,20

Nilai Aktual Per Hektar (Rp) 2.357.054,73 3.356.710,03 6.259.792,34

Manfaat Keberadaan (Existence

Value)

Manfaat keberadaan terumbu karang di Kabupaten Pohuwato tidak dilakukan survei. Dengan mengacu pada penelitian Suwarno et al (2008), nilai keberadaan terumbu karang di Kepulauan Pangkajene dan Kepulauan, memberikan penilaian manfaat dari kesediaannya membayar atas keberadaan terumbu karang sebesar Rp 525.000/ha/th. Sedangkan pada masyarakat umum, yang pengha-silannya tidak tergantung dari kebera-daan sumberdaya terumbu karang, berdasarkan hasil perhitungan dengan teknik penilaian willingness to pay (WTP), maka dapat diperoleh nilai manfaat keberadaan ekosistem terumbu karang per satuan individu per hektar yang lebih rendah yakni sebesar Rp 64.000/ha/th.

Merujuk penelitian Suwarno, nilai keberadaan terumbu karang sebesar Rp 64.000/ha/th, dengan jumlah populasi penduduk di Kecamatan Lemito, Paguat dan Popayato yang mencapai 2.000 orang, maka dapat diperoleh nilai manfaat keberadaan (existence value) ekosistem terumbu karang sebesar Rp 128 juta/ha/th. Sedangkan jika menggunakan nilai manfaat keberadaan ekosistem terumbu karang per satuan individu per hektar adalah sebesar Rp. 525.000 per tahun, maka dapat diperoleh nilai manfaat keberadaan (existence value) ekosistem terumbu karang sebesar Rp 1.050.juta/ha/th.

Pemetaan Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang

Sesuai dengan penjelasan McAllister (1998) bahwa perkiraan produksi perikanan tergantung pada kondisi terumbu karang, kualitas pemanfaatan dan pengelolaan oleh masyarakat di sekitarnya. Terumbu karang dalam kondisi yang sangat baik mampu menghasilkan sekitar 18 ton/km2/tahun (180 kg/ha/tahun), terumbu karang dalam kondisi baik mampu menghasilkan 130 kg/ha/tahun, dan terumbu karang dalam kondisi yang cukup baik mampu menghasilkan 80 kg/ha/tahun, di bawah 80 kg/ha/tahun merupakan produksi pada kondisi buruk.

Berdasarkan hasil survei di Kabupaten Pohuwatu, diketahui bahwa hasil tangkapan rata-rata adalah mencapai 0,92-1,27 ton/ha/tahun. Dengan menggu-nakan harga ikan karang nominal pada tahun 2000 sebesar Rp. 7.043.000/ton dan harga nominal tahun 2008, Rp.12.500.000/ton. Berdasarkan indeks harga konsumen yang diperoleh berdasarkan perbandingan produksi hasil perikanan laut (total) dengan produksi perikanan karang seperti disajikan pada

Tabel 5. Dengan demikian maka dapat

dihitung perubahan nilai ekonomi sebagai akibat dari perubahan kualitas ekosistem terumbu karang yang berdampak langsung terhadap perubahan produksi ikan karang. Dengan menggunakan harga konstan tahun 2005, maka dapat diperoleh nilai perubahan nilai ekonomi seperti disajikan pada Tabel 9. Merujuk tabel di atas, terjadinya perubahan kondisi ekosistem

(10)

terumbu karang, kualitas pengelolaan dan

pemanfaatan oleh masyarakat di

sekitarnya mempengaruhi produksi perikanan dan pada akhirnya

mempengaruhi nilai ekonomi yang diperoleh karang dari pemanfaatan ekosistem terumbu.

Tabel 9. Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Kabupaten Pohuwato

Tahun 2000-2008 (Sheet 2216-01) Perubahan Klas Ekosistem Luas Faktor Perubahan Produksi Ikan Selisih Harga Riil Nilai Ekonomi

2000 2008 (Ha) Kualitas (ton/Ha) (Rp/ton) (Rp)

Karang Karang 1.027,31 1,00 1,27 9.593.000 12.515.842.917 Karang Lamun 240,77 0,65 0,83 9.593.000 1.906.631.130 Karang Pasir 157,67 0,13 0,17 9.593.000 249.712.089 Lamun Karang 7,34 1,54 1,28 9.593.000 89.952.364 Lamun Lamun 79,29 1,00 0,83 9.593.000 631.322.045 Lamun Pasir 63,99 0,54 0,45 9.593.000 275.130.291 Pasir Karang 274,54 3,33 0,57 9.593.000 1.490.921.613 Pasir Lamun 146,43 1,86 0,32 9.593.000 444.164.052 Pasir Pasir 875,85 1,00 0,17 9.593.000 1.428.341.677

Catatan: Berdasarkan pendekatan nilai manfaat langsung (perikanan karang)

KESIMPULAN Kesimpulan

1. Total luas ekosistem terumbu karang di Kabupaten Pohuwato adalah 5.257,03 ha. Luas terumbu karang di Kabupaten Pohuwato semakin bertambah, kecuali di Kecamatan Lemito terjadi penurunan sebesar 8,09 %.

2. Kondisi karang di Kecamatan Lemito meng-alami penurunan sebesar 8,09 % atau menurun sebanyak 104,85 ha, Lamun mengalami kenaikan yang cukup besar yakni, sebesar 196,59 % (294,34 ha), Pasir mengalami penurunan sebesar sebesar 15,29 % (189,94 ha). Total luas ekosistem terumbu karang di Kecamatan Lemito adalah 2.685,27 ha.

3. Nilai ekonomi total dari ekosistem

terumbu karang di wilayah

Kabupaten Pohuwato sebesar Rp 164.217.923,33per hektar per tahun. 4. Nilai ekonomi dari manfaat/nilai

peng-gunaan tidak langsung menyumbang sebesar 77,95 %, sedangkan man-faat/nilai penggunaan langsung hanya memberikan kontribusi sebe-sar 22,05 %.

5. Penurunan/perubahan kulaitas ekosis-tem terumbu karang mempengaruhi nilai ekonomi, baik manfaat langsung maupun manfaat tidak langsung.

(11)

Pemanfaatan Data Inderaja untuk Pendugaan Degradasi Sumberdaya Terumbu Karang...………(Nahib, I,)

Saran

Instrumen nilai ekonomi perlu disosialisaikan kepada para pengambil keputusan, sehingga pada masa yang akan datang diharapkan instrumen nilai ekonomi dapat dipakai sebagai dasar pemberian ijin pemanfaatan sumberdaya terumbu karang.

DAFTAR PUSTAKA

Bappeda Kabupaten Pohuwato. 2007/2008. Kabupaten Pohuwato Dalam Angka - 2007. Bappeda - BPS Kabupaten Pohuwato. Marisa.

Barton, D.N. 1994. Economic Factor And Valuation of Tropical Coastal Resour-ces. SMR-Report 14/94. Norway Center for Studies of Environ-mental and Resources. University of Bersen. Cesar, H., 1996. Economic Analysis of

Indonesian Coral Reefs. World Bank Environment Department Paper, Environmentally Sustainable

Develop-ment Vice Presidency. December 1996. The World Bank.

Lyzenga, R.D. 1978. Shallow Water Bathymetri using Combined Lidar and Passiva Multispectral Scanner Data. Int’l. Journal Remote Sensing Vol. 6 No.1.

McAllister, DE. 1998. Environmental, Economic and Social Cost of Coral Reef Destruction in the Philippines. Galaxea Vol 7, pp 161-178.

Siregar, V.P. 1995. Pemetaan Terumbu Karang dengan Menggunakan Kombinasi Citra Satelit SPOT-1 Kanal XS1 dan XS2 Aplikasi pada Karang Congkak dan Karang Lebar di Kepulauan Seribu – Jakarta Utara. Buletin PSP Vol.1 No.1 Tahun 1995. Suwarno, Y. Irmadi N. dan Taufik H.

2008. Pemetaaan dan Valuasi

Sumberdaya Terumbu Karang Pangkajene dan Kepulauan. Pusat Survei Sumberdaya Alam Laut - BAKOSURTANAL. Cibinong.

Gambar

Gambar 1.  Bagan Alir Kegiatan Inventarisasi                      Data Citra satelit
Tabel 4. Produksi Perikanan di Kabupaten Pohuwato Tahun 2007
Gambar 4. Peta Neraca Nilai Ekonomi Sumberdaya Terumbu Karang di Pohuwato
Tabel 7.  Tipologi Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Kabupaten Pohuwato  No.  Tipologi Nilai  Metode  Sumber  Nilai Ekonomi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karenanya adil dalam mendidik semua anak, baik yang laki-laki maupun perempuan, dengan cara mengajarkan semua anak untuk merapikan diri, menjaga kebersihan,

Penyebab dari fibrosarkoma belum pasti, tetapi faktor yang diduga paling sering menimbulkan keganasan ini adalah faktor genetik yang disebabkan karena adanya

a) Anemia normositik normokromik, merupakan anemia nonregeneratif dengan jumlah retikulosit terlalu sedikit untuk meningkatkan nilai VER atau menurunkan KHER (tidak ada

Apabila ada mahasiswa yang belum selesai bimbingan proposal, mahasiswa dipanggil Kaprodi, dicari permasalahan dan diberi solusinya 4.. Setiap bimbingan harus membawa

Pelatihan dilaksanakan di tempat tersebut dengan pertimbangan, yaitu: (1) kedua kelompok mitra belum memiliki alat dan lokasi finishing, (2) lokasi adalah milik

%HUNHPEDQJQ\D GHVD &LPDKL VHEDJDL ORNDVL ]RQD LQGXVWUL WHODK GLNRPXQLNDVLNDQ ROHK &DPDW .ODUL .HSDOD 'HVD &LPDKL PHQLODL EDKZD KDO LQL DNDQ GDSDW PHPEDQWX

Naime kod ovog kaznenog djela radnje su usmjerene prema odre đ enoj osobi (žrtvi) s namjerom da ta osoba bude iskorištena u razli č ite svrhe, u ovom predmetu prema optužbi

Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan,