ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
MELALUI
MODEL
COOPERATIVE LEARNING
TIPE
GROUP
RESUME
PADA MATA PELAJARAN IPS
KELAS VA SDN 2 METRO UTARA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
DESI AYUNA
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh aktivitas dan hasil belajar siswa yang
masih rendah di kelas VA SDN 2 Metro Utara khususnya pada mata pelajaran IPS.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan model
Cooperative Learning
Tipe
Group Resume
.
Metode penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas dengan tiga siklus
dan masing-masing siklus melalui empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi.
Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara observasi
dan tes hasil belajar. Alat pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan
soal-soal tes kemudian dianalisis dengan data kualitatif dan data kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan persentase aktivitas dan
hasil belajar siswa setiap siklus. Persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I
sebesar 66,72%, meningkat pada siklus II sebesar 71,25%, dan meningkat lagi pada
siklus III sebesar 79,53%. Peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 4,53%, siklus
II ke siklus III sebesar 8,28%. Begitu pula hasil belajar siswa yang selalu meningkat
dari nilai rata-rata 64,4 pada siklus I, menjadi 69,5 pada siklus II, dan 77 pada siklus
III. Peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 5,1,
siklus II ke siklus III sebesar 7,5.
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan sangat penting dan berguna sekali dalam kehidupan
manusia. Bahkan tidak hanya penting bagi individu sendiri melainkan
sangat penting bagi pembangunan bangsa dan negara. Dalam UU Sistem
Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1
(ayat 1) dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Ki Hadjar Dewantara (dalam Ikhsan, 2005: 3) menyatakan
pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya
budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak.
Dari uraian tersebut, maka pendidikan dapat diartikan sebagai kegiatan
terencana yang memberikan pengarahan dan bimbingan kepada anak
dalam pertumbuhannya serta mengembangkan potensi anak baik dalam
Mengingat pentingnya pendidikan tersebut, maka banyak sekali
didirikan sekolah-sekolah, baik sekolah dasar, sekolah menengah, maupun
perguruan tinggi. Tujuan didirikannya sekolah ini diharapkan dapat
meningkatkan sumber daya manusia dengan mengadakan kegiatan belajar
mengajar di sekolah sesuai tahap kemampuan anak. Dalam kegiatan
pembelajaran perlu diukur tingkat keberhasilan dari pembelajaran tersebut.
Suprijono (2011: 13) mengungkapkan bahwa pembelajaran berdasarkan
makna leksikal berarti proses, cara dan perbuatan mempelajari.
Berdasarkan observasi dan wawancara peneliti dengan guru kelas
VA SDN 2 Metro Utara pada mata pelajaran IPS di semester ganjil tahun
pelajaran 2012/2013 mengenai aktivitas dan hasil belajar siswa yang telah
dicapai masih rendah dan belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimun
(KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah yaitu 63. Hal ini dapat dilihat
dari hasil mid semester ganjil mata pelajaran IPS tahun pelajaran
2012/2013 masih banyak yang belum tuntas, dari 20 siswa hanya 6 siswa
atau 30% yang nilainya di atas KKM dan 14 siswa atau 70% belum
mencapai KKM. Sedangkan rendahnya aktivitas belajar siswa dapat dilihat
dari proses pembelajaran, yaitu masih sedikit siswa yang berani
mengungkapkan pendapat atau bertanya dan banyak siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan guru.
Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPS disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: (1) cara mengajar guru
masih menggunakan metode mengajar yang bersifat konvensional seperti
membuat siswa merasa bosan dan kurang menarik, (2) pembelajaran
masih berpusat pada guru (teacher centered), sehingga siswa cenderung
ribut, mengganggu teman dan mengobrol yang menyebabkan
pembelajaran tidak kondusif, (3) kurangnya minat dan perhatian siswa
terhadap materi yang disampaikan.
Pembelajaran akan menjadi lebih menarik apabila guru
menyampaikan materi menggunakan metode, model ataupun media dalam
pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk menarik perhatian siswa
sehingga siswa lebih fokus terhadap materi yang diberikan. Salah satu cara
untuk membuat pembelajaran lebih menarik guru dapat menerapkan model
pembelajaran.
Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam
peningkatan kualitas pembelajaran. Untuk peningkatan kualitas
pembelajaran salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah mengurangi
bahkan jika perlu menghilangkan dominasi sistem penyampaian pelajaran
yang membuat siswa merasa bosan, yaitu dapat menggunakan model
cooperative learning.
Roger, dkk., (dalam Huda, 2011: 29) mengungkapkan pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.
Model cooperative learning ini diharapkan mampu meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini merupakan tantangan yang selalu
pendidikan. Masalah ini selalu muncul dalam setiap penyampaian materi
pembelajaran, salah satunya pada mata pelajaran IPS.
Sardjiyo, dkk., (2009: 1.27), berpendapat bahwa IPS adalah bidang
studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial
di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu
perpaduan. Sedangkan Djahiri (dalam Sapriya, dkk., 2006: 7) menyatakan
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan
sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainya
kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan dipraktik untuk
dijadikan program pembelajaran pada tingkat persekolahan.
Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI sampai SMP/MTS. Ilmu Pengetahuan Sosial mengkaji separangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial memuat materi geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial peserta didik disiapkan dan diarahkan agar mampu menjadi warga negara yang demokratis, dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai.
Permasalahan tersebut dapat diatasi salah satunya dengan cara
penggunaan model pembelajaran yang cocok, sehingga dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan serta siswa menjadi lebih aktif.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model
cooperative learning tipe group resume.
Model ini menekankan pada kerja sama siswa dalam kelompok,
maksudnya siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
terdiri dari 3-6 orang, dari masing-masing kelompok diminta untuk
membuat resume dengan pemberian materi yang berbeda. Dengan
penggunaan model pembelajaran group resume akan menjadikan siswa
lebih aktif dan mudah memahami sehingga diharapkan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini karena dalam membuat resume
siswa telah melalui beberapa proses yaitu mendengar, melihat, menulis
dan mengungkapkan materi yang dipelajari. Dengan demikian, tentunya
siswa akan lebih mudah untuk memahami dan mudah mengingat materi
yang dipelajari.
Silberman (2006: 23) menyatakan kata bijak yang disebut paham
belajar aktif, yaitu: yang saya dengar, saya lupa. Yang saya dengar dan
lihat, saya sedikit ingat. Yang saya dengar, lihat dan pertanyakan atau
diskusikan dengan orang lain, saya mulai paham. Dan yang saya dengar,
lihat, bahas dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan.
Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasi. Terkait pendapat tersebut
tentunya model cooperative learning tipe group resume dapat diterapkan
agar pembelajaran yang diberikan dapat diterima siswa dengan mudah.
Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih
dalam tentang penggunaan model cooperative learning tipe group resume
terkait dengan upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran IPS kelas VA SDN 2 Metro Utara tahun pelajaran
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered).
2. Penggunaan model pembelajaran yang kurang.
3. Saat pembelajaran berlangsung banyak siswa yang mengobrol,
mengantuk dan ribut.
4. Aktivitas belajar siswa masih rendah.
5. Hasil belajar siswa rendah.
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui model
cooperative learning tipe group resume pada mata pelajaran IPS kelas
VA SDN 2 Metro Utara tahun pelajaran 2012/2013?
2. Apakah hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui penggunaan
model cooperative learning tipe group resume pada mata pelajaran IPS
D.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk:
1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui model cooperative
learning tipe group resume pada mata pelajaran IPS kelas VA SDN 2
Metro Utara tahun pelajaran 2012/2013.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa melalui model cooperative learning
tipe group resume pada mata pelajaran IPS kelas VA SDN 2 Metro
Utara tahun pelajaran 2012/2013.
E.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi:
1. Siswa
a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran
IPS.
b. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
2. Guru
Memberikan pengalaman pada guru untuk menggunakan model
cooperative learning tipe group resume dalam mata pelajaran IPS.
3. Sekolah
Meningkatkan kualitas pendidikan melalui penggunaan model
4. Penulis
Menambah pengetahuan tentang penerapan model cooperative
learning tipe group resume pada pembelajaran yang akan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan hal penting yang menjadi kebutuhan bagi
semua orang. Dalyono (2005: 49) mengungkapkan Belajar adalah
suatu usaha. Perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh,
dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki,
baik fisik, mental serta dana, panca indra, otak dan anggota tubuh
lainnya, demikian pula aspek-aspek kejiwaan seperti inteligensi,
bakat, motivasi, minat dan sebagainya. Sedangkan Zahorik (dalam
Komalasari, 2010: 16) mengemukakan bahwa terdapat lima elemen
belajar konstruktivistik, yaitu pengaktifan pengetahuan yang sudah
ada, pemerolehan pengetahuan baru, pemahaman pengetahuan,
mempraktikan pengetahuan dan pengalaman, dan melakukan refleksi.
Sejalan dengan pendapat ahli di atas, Winataputra (2008: 1.4)
menyatakan bahwa belajar merupakan proses mendapatkan
pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman sebagai
pengetahuan yang memandu perilaku pada masa yang akan datang.
Hal ini sejalan dengan teori konstruktivisme yaitu belajar yang lebih
membangun atau membentuk makna, pengetahuan, konsep dan
gagasan melalui pengalaman.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersungguh-sungguh
sehingga dapat memberikan perubahan kemampuan pada diri
seseorang. Belajar tidak hanya suatu proses yang memberikan
perubahan kemampuan dalam hal pola fikir saja, tetapi juga
kemampuan dalam hal tingkah laku seseorang.
B. Pengertian Aktivitas Belajar
Aktivitas dalam proses pembelajaran merupakan hal yang perlu
diperhatikan, karena belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik
apabila tidak adanya aktivitas. Abdurrahman (2006: 34) menyatakan
bahwa aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan siswa baik kegiatan
jasmani maupun kegiatan rohani yang mendukung keberhasilan
belajar. Sedangkan Kunandar (2010: 277) aktivitas siswa merupakan
keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perbuatan dalam
kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar
mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan seseorang
guna menunjang keberhasilan proses dalam kegiatan belajar dan
memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Aktivitas siswa dalam
kegiatan pembelajaran ini mencakup partisipasi, minat, perhatian dan
C. Pengertian Hasil Belajar
Tujuan dari kegiatan belajar salah satunya untuk mencapai hasil
belajar dari proses pembelajaran tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2007: 381) hasil
belajar adalah sesuatu yang diadakan oleh adanya usaha belajar. Hasil
belajar sering pula dikatakan sebagai prestasi belajar siswa yaitu hasil
yang diperoleh siswa setelah mengikuti beberapa materi pelajaran
yang telah diberikan oleh guru.
Nasution (dalam Kunandar, 2010: 276) berpendapat bahwa hasil
belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak
hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan
penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Sedangkan
menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3) hasil belajar adalah hasil
dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru
tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar,
sedangkan dari siswa hasil belajar merupakan perolehan nilai dari
proses evaluasi hasil belajar.
Terkait pendapat tersebut penulis menarik kesimpulan bahwa
hasil belajar adalah perubahan pada diri seseorang baik dari
pengetahuan maupun tingkah laku setelah mengikuti kegiatan yang
dilaksanakan
D. Model Pembelajaran
Penggunaan model pembelajaran menjadikan suatu proses belajar
bahwa model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran
hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang
dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan
implikasinya pada tingkat operasional di kelas.
Joice (dalam Isjoni 2007: 50) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar dikelasnya. Dalam penerapannya pembelajaran ini harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran adalah rancangan yang dibuat untuk menyusun
pembelajaran melalui pendekatan secara menyeluruh untuk mencapai
tujuan dari pelajaran yang dilakukan. Dalam pembelajaran diperlukan
variasi model pembelajaran yang harus digunakan oleh guru agar siswa
tidak merasa bosan dalam proses belajar, salah satunya dengan
menggunakan model cooperative learning.
E. Model Cooperative Learning
Model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar
salah satunya yaitu model cooperative learning. Menurut Rusman
(2012: 202) cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran
dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai
enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa cooperative
learning merupakan model pembelajaran yang dalam proses belajarnya
siswa dibagi ke dalam kelompok kecil untuk saling bekerja sama
secara kolaboratif dengan saling bertukar pengetahuan. Dalam model
pembelajaran ini siswa juga dapat saling bertukar pengalaman untuk
menambah wawasan mereka.
F. Model-model Cooperative Learning
Model cooperative learning memiliki beberapa macam atau jenis.
Isjoni (2007: 51) menyatakan, di dalam cooperative learning terdapat
beberapa variasi model yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS
diantaranya (1) Student Team Achievment Division (STAD), (2)
Jigsaw, (3) Group Investigation (GI), (4) Rotating Trio Exchange, (5)
Group resume.
Iru, dkk., (2012: 55) menyatakan bahwa terdapat beberapa tipe dalam cooperative learning diantaranya adalah Cooperative Learning Type Student Team Achievement Divisions (STAD), Cooperative Learning Type Numbered Head Together (NHT), Cooperative Learning Type Think Pair Share (TPS), Cooperative Learning Type Jigsaw, Cooperative Learning Type Team Games Tournament (TGT), Cooperative Learning Type Mind Mapping, Cooperative Learning Type Example Non Example, Cooperative Learning Type Think-Talk-Write, Cooperative Learning Type Group Investigation (GI).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
dapat diterapkan dalam pembelajaran yaitu model cooperative
learning tipe group resume.
G. Cooperative Learning Tipe Group Resume
1. Pengertian Group resume
Model cooperative learning tipe group resume merupakan
salah satu model yang dapat diterapkan di SD. Silberman (2006:
69) berpendapat bahwa group resume merupakan cara menarik
untuk membantu siswa lebih mengenal satu sama lain atau
melakukan semacam pembentukan tim yang anggotanya sudah
saling mengenal.
Wilt (dalam http://wawasan biologi. blogspot. Com) menyatakan bahwa group resume adalah sebuah resume menggambarkan hasil yang telah dicapai oleh individu. Resume ini akan menjadi menarik untuk dilakukan dalam group dengan tujuan membantu siswa menjadi lebih akrab atau melakukan team building (kerjasama kelompok) yang anggotanya saling mengenal sebelumnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa group resume merupakan model pembelajaran di mana pada
prosesnya siswa dibagi ke dalam kelompok. Kelompok tersebut
kemudian saling bekerja sama untuk membuat resume atau
rangkuman dengan masing-masing kelompok sudah saling
mengenal satu sama lain.
2. Kelebihan dan Kelemahan Model Cooperative Learning Tipe Group Resume
Model-model pembelajaran selalu memiliki kelebihan dan
group resume. Adapun kelebihan dan kelemahan dari group resume
adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan Model Cooperative Lerning Tipe Group Resume
Model cooperative learning tipe group resume memiliki
beberapa kelebihan.
Menurut Mahmud (dalam http://mahmud09-kumpulan makalah.blogspot.com) kelebihan model cooperative learning tipe group resume yaitu:
1) Siswa menjadi lebih aktif.
2) Membantu siswa dalam menguasai materi pelajaran dengan baik.
3) Dalam satu pertemuan dapat mempelajari beberapa sub bahasan.
4) Mengembangkan kemampuan bekerjasama serta partisipasi siswa dalam pembelajaran.
5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan pendapat.
6) Siswa terlatih untuk berani bertanya.
b. Kelemahan Model Cooperative Learning Tipe Group Resume
Model cooperative learning tipe group resume tidak
hanya memiliki kelebihan tetapi juga memiliki kelemahan.
Mahmud (dalam http://mahmud09-kumpulan makalah.blogspot.com) menyatakan kelemahan model cooperative learning tipe group resume adalah:
1) Pada pelaksanaannya membutuhkan waktu yang lebih banyak
2) Dalam pembelajaran guru harus mempersiapkan pembelajaran dengan sungguh-sungguh karena jika guru kurang siap maka proses pembelajaran akan menjadi gaduh.
3) Saat diskusi berlangsung, terkadang didominasi oleh seseorang dalam setiap kelompok.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
cooperative learning tipe group resume juga memiliki
hal ini guru harus bisa meminimalisir kekurangan tersebut agar
pelaksanaaan pembelajaran dengan menggunakan model
cooperative learning tipe group resume dapat diterapkan
dengan baik.
3. Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe Group
Resume
Model cooperative learning tipe group resume memiliki
langkah-langkah dalam penerapannya.
Menurut SEO education (http://zona-guru.blogspot.com) langkah-langkah model cooperative learning tipe group resume adalah:
a. Siswa membentuk tiga kelompok, pada setiap kelompok diberikan materi yang berbeda.
b. Siswa duduk dengan Masing-masing kelompok dan menunjuk ketua kelompoknya. Kemudian siswa mempresetasikan hasil resume masing-masing kelompok tersebut.
c. Bagi kelompok lain untuk dapat mendengarkan penyampaian hasil resume kelompok temannya dan menyanggah ataupun bertanya.
d. Setelah diskusi selesai siswa kembali duduk dengan posisi semula.
Sedangkan Suprijono (2011: 119) mengungkapkan, langkah-langkah pembelajaran ini sebagai berikut:
a. Membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil. b. Menjelaskan kepada siswa bahwa kelas mereka itu
dipenuhi oleh individu-individu yang penuh bakat dan pengalaman.
c. Menyarankan kepada siswa bahwa salah satu cara untuk dapat mengidentifikasi dan menunjukkan kelebihan yang dimiliki kelas adalah dengan membuat resume kelompok.
d. Membagikan kepada setiap kelompok kertas plano untuk menuliskan hasil resume. Resume harus mencakup informasi yang dapat menarik kelompok secara keseluruhan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis
resume memiliki beberapa langkah-langkah pembelajaran. Adapun
langkah-langkah pembelajaran yang akan digunakan yaitu:
a. siswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3-6
siswa.
b. guru memberi motivasi kepada siswa bahwa mereka adalah
kelompok yang hebat.
c. guru membagikan kertas karton.
d. setiap kelompok diminta untuk membuat resume,
masing-masing kelompok diberikan materi yang berbeda, dan
menuliskan resume atau rangkuman tersebut pada kertas karton
yang dibagikan oleh guru.
e. setiap kelompok mencantumkan data untuk mengenalkan
anggota kelompoknya (sebagai identitas kelompok), seperti
nama dan kelas.
f. dari masing-masing kelompok diminta untuk membacakan hasil
resume siswa, kemudian kelompok lain dapat mendengarkan
penyampaian hasil resume kelompok temannya dan
menyanggah ataupun bertanya.
H. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
1. Pengertian IPS
IPS merupakan ilmu yang mempelajari tentang manusia dan
lingkungannya. Sardjiyo, dkk., (2009: 1.27) IPS adalah bidang
studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan
kehidupan atau satu perpaduan. Sedangkan Djahiri (dalam Sapriya,
dkk., 2006: 7) menyatakan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan
ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari
cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainya kemudian diolah
berdasarkan prinsip pendidikan dan dipraktik untuk dijadikan
program pembelajaran pada tingkat persekolahan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa IPS adalah ilmu yang mempelajari tentang kegiatan sosial
dan segala aspek yang ada dalam kehidupan masyarakat.
2. Tujuan Pembelajaran IPS
Pembelajaran IPS merupakan pembelajaran yang bertujuan
untuk memberikan pengetahuan awal kepada siswa tentang
lingkungannya. Solihatin dan Raharjo (2009: 15) menyatakan
bahwa tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan
memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk
mengembangkan diri sesuai bakat, minat, kemampuan dan
lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
”The Social Science Education Frame Work for California School” (dalam Sapriya dkk., 2006: 13) mengemukakan lima tujuan pokok pembelajaran IPS:
a. Membina siswa agar mampu mengembangkan pengertian/pengetahuan berdasarkan data, generalisasi serta konsep ilmu tertentu maupun yang bersifat interdisipliner/komprehensif dari berbagai cabang ilmu sosial.
c. Membina dan mendorong siswa untuk memahami, menghargai, dan menghayati adanya keanekaragaman dan kesamaan kultural maupun individual.
d. Membina siswa kearah turut mempengaruhi nilai-nilai kemasyarakatan serta juga dapat mengembangkan menyempurnakan nilai-nilai yang ada pada dirinya. e. Membina siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan
kemasyarakatan baik sebagai individu maupun sebagai warga negara.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa tujuan pembelajaran IPS yaitu, membina siswa
untuk mengenal dan mengembangkan segala kegiatan yang ada
dilingkungannya dan juga kegiatan sosial, serta mampu berinteraksi
dan saling bekerja sama dalam kegiatan bermasyarakat.
3. Pembelajaran IPS SD
Pembelajaran IPS SD merupakan pembelajaran yang
diberikan sebagai pengetahuan awal bagi siswa dalam mempelajari
lingkungan sosial.
Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI sampai SMP/MTS. Ilmu Pengetahuan Sosial mengkaji separangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial memuat materi geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial peserta didik disiapkan dan diarahkan agar mampu menjadi warga negara yang demokratis, dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai.
masalah-masalah sosial itu dapat dipahami siswa. Dengan demikian para siswa diharapkan dapat menghadapi dan memecahkan masalah sosial sehari-hari.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPS
SD adalah ilmu yang mempelajari tentang peristiwa, fakta, konsep
dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial, yang
dikembangkan untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi dan
memecahkan masalah sosial dalam kehidupannya.
4. Tujuan Pembelajaran IPS SD
Herms (dalam Winataputra, dkk., 2008: 8.9) menyatakan
bahwa tujuan pengembangan IPS di persekolahan adalah sebagai
berikut: (a) IPS untuk memenuhi kebutuhan pribadi individu, (b)
IPS untuk memecahkan berbagai persoalan-persoalan
kemasyarakatan masa kini, (c) IPS membantu dalam memilih karir,
(d) IPS mempersiapkan studi lanjutan.
Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan agar siswa mempunyai kemampuan sebagai berikut:
a. Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal nasional dan global.
Berdasarkan pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa
tujuan pembelajaran IPS di SD adalah untuk mengenalkan siswa
bermasyarakat, untuk membangun kemampuan dasar dengan
mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam kehidupan
sehari-hari baik keterampilan berfikir maupun bersikap, serta
mempersiapkan siswa agar mampu mengatasi masalah dalam
kehidupan bermasyarakat.
I. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “Apabila pada
pembelajaran IPS menggunakan model cooperative learning tipe
group resume dengan langkah-langkah yang tepat maka dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Wardani (2007:
1.4) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru
di dalam kelas melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Suhardjono (dalam Komalasari, 2010: 271) menyatakan bahwa
penelitian tindakan kelas adalah yang dilakukan oleh guru, bekerjasama
dengan peneliti lainnya (atau dilakukan sendiri oleh guru yang bertindak
sebagai peneliti) di kelas atau di sekolah tempat dia mengajar dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik
pembelajaran.
Penggunaan jenis penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
gambaran tentang pembelajaran yang baik di dalam kelas. Dengan
demikian proses belajar dapat berlangsung lebih efisien dan berorientasi
untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran IPS.
Jenis penelitian tindakan kelas yang akan digunakan adalah model
dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Model
penelitian yang digunakan pada SDN 2 Metro Utara seperti gambar
dibawah ini:
Gambar 1 siklus penelitian tindakan kelas.
Modifikasi dari Wardani (2007: 2.4).
Pelaksanaan
Pengamatan Refleksi
Refleksi
Pengamatan
Pelaksanaan Perencanaan
Dst
Siklus I
Siklus II
B. Seting Penelitian
1. Tempat
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VA SDN 2
Metro Utara tahun pelajaran 2012/2013.
2. Waktu Penelitian
Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan pada semester
genap tahun pelajaran 2012/2013 selama empat bulan terhitung bulan
Januari sampai dengan April 2013.
3. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif
partisipasif antara peneliti dengan guru mata pelajaran IPS SDN 2
Metro Utara, yang dijadikan subjek dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah siswa dan guru kelas VA SDN 2 Metro Utara dengan jumlah
siswa 20 orang, terdiri dari 13 laki-laki dan 7 perempuan.
C. Jenis Pengumpulan Data
Jenis pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan teknik non tes dan tes.
1. Teknik non tes yaitu dengan melakukan observasi, yang digunakan
untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama proses
pembelajaran.
2. Teknik tes yaitu untuk mengukur hasil belajar siswa setelah melakukan
D. Alat Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa alat pengumpulan data, hal
ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap dan valid, yang
dapat mendukung keberhasilan dalam penelitian. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan instrumen sebagai berikut:
1. Lembar observasi, instrumen ini dirancang dan digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar siswa
selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPS menggunakan
model cooperative learning tipe group resume.
2. Tes hasil belajar, instrumen ini digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai
penguasaan terhadap materi yang dibelajarkan dengan menggunakan
model cooperative learning tipe Group Resume.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Teknik analisis kualitatif
untuk penilaian aktivitas belajar siswa. Sedangkan hasil belajar siswa
menggunakan teknik analisis kuantitatif. Dengan penjelasan sebagai
berikut:
1. Data Kualitatif
Data kualitatif didapat dari lembar observasi. Data observasi
mengetahui kinerja guru dan kesulitan siswa selama proses
Resume. Nilai kinerja guru dan aktivitas siswa diperoleh dengan
rumus:
R
N = X 100 SM
Keterangan :
NP = Nilai yang dicapai atau diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh oleh siswa
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 = Bilangan tetap
(Sumber: Adaptasi Purwanto, 2008: 102).
Tabel 1. Kategori aktivitas siswa per individu berdasarkan perolehan
nilai.
No. Rentang Nilai Kategori
1. N>75 Aktif
2. 50<N<75 Cukup aktif 3. 25<N<50 Kurang aktif
4. N<25 Pasif
(Adaptasi dari poerwanti, 2008: 7.8)
Tabel 2. Kategori kinerja guru mengajar berdasarkan perolehan nilai.
No. Rentang Nilai Kategori
1. N>80 Sangat baik
Sedangkan untuk menghitung presentase siswa aktif secara
klasikal menggunakan rumus:
∑siswa aktif
P = X 100%
∑siswa
Tabel 3. Kriteria keaktifan kelas dalam satuan persen (%)
No. Siswa aktif (%) Keterangan
1. >80 Sangat aktif
2. 60-75 Aktif
3. 40-59 Cukup aktif
4. 20-30 Kurang aktif
5. <20 Pasif
(Adaptasi dari Aqib, 2009: 41)
2. Data kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data dari hasil belajar (tes) melalui
Model cooperative learning tipe Group Resume pada setiap siklusnya.
a. Untuk menghitung ketuntasan belajar siswa individual digunakan
rumus:
R
S = X 100 N
Keterangan:
S = Nilai yang diharapkan
R = Jumlah skor/item yang dijawab benar
N = Skor maksimum dari tes
100 = Bilangan tetap
b. Nilai rata- rata hasil belajar siswa menggunakan rumus:
c. Untuk menghitung ketuntasan belajar siswa klasikal digunakan
rumus:
Jumlah siswa yang tuntas belajar Ketuntasan Klasikal= X 100%
Jumlah seluruh siswa
Keterangan:
Ketuntasan individual : jika siswa mencapai ketuntasan ≥ 75%
Ketuntasan Klasikal : Jika ≥ 60% dari seluruh siswa mencapai
ketuntasan ≥ 75%
Diadopsi dari Purwanto (2008: 102)
Tabel 4. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa dalam %
F. Indikator Keberhasilan
Penelitian ini dapat dikatakan berhasil apabila adanya peningkatan
aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di setiap
siklusnya dari nilai KKM yang telah ditentukan yaitu 63. Siswa dianggap
tuntas belajar apabila 75% dari jumlah siswa memperoleh nilai
sekurang-kurangnya 63 dan aktivitas belajar siswa dianggap tuntas apabila
meningkat hingga 75% (Depdiknas, 2008: 5).
G. Urutan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Langkah-langkah pembelajaran
1. Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan
perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan materi, dengan
langkah- langkah sebagai berikut:
a. Peneliti membuat Pemetaan, Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model cooperative
learning tipe group resume, dengan materi “Menghargai Jasa
dan Peranan Tokoh dalam Mempersiapkan Kemerdekaan
Indonesia”.
b. Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrument tes berupa
soal post-test beserta kunci jawabannya. Instrumen nontes
berupa lembar observasi.
2. Pelaksanaan
Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana
merupakan pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran IPS dengan
menggunakan model cooperative learning tipe group resume:
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Guru mengondisikan kelas.
2) Guru menyampaikan apersepsi (menghubungkan materi
yang akan dijelaskan dengan kehidupan sehari-hari).
Dengan tujuan sebagai penjajakan kesiapan belajar.
b. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan ini guru:
1)melibatkan siswa mencari inforamasi mengenai “Jasa dan
Peranan Tokoh dalam Memproklamasikan Kemerdekaan”.
2)Membagi siswa ke dalam kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 3 siswa.
3)Memberi motivasi kepada siswa bahwa kelompok mereka
adalah kelompok yang hebat.
4)Membagi kertas karton kepada masing-masing kelompok.
5)Meminta siswa membuat resume, dengan menuliskan
resume pada kertas karton. Setiap kelompok mencantumkan
data untuk mengenalkan anggota kelompoknya (sebagai
identitas kelompok), seperti nama dan kelas.
6)Meminta masing-masing kelompok untuk membacakan
hasil resume siswa, kemudian kelompok lain dapat
mendengarkan penyampaian hasil resume kelompok
7)Memberikan penghargaan kepada kelompok berupa
pemberian nilai pada hasil pekerjaan siswa.
8)Melakukan Tanya jawab apabila ada materi yang kurang
dipahami oleh siswa.
9)Bersama siswa melakukan refleksi.
10)Memberikan post- test individu.
c. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup guru:
1) Menyimpulkan pembelajaran mengenai materi yang telah
disampaikan bersama siswa.
2) Memberikan pekerjaan rumah.
3) Menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
3. Observasi
Peneliti melakukan kegiatan observasi dengan mengamati
aktivitas siswa dan kinerja guru selama pembelajaran
berlangsung. Pada proses pembelajaran aktivitas siswa dan
kinerja guru diamati dengan menggunakan lembar observasi.
4. Refleksi
Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta
dianalisis. Refleksi dilakukan dengan melihat kelemahan dan
kelebihan pada proses pembelajaran setelah diterapkannya model
cooperative learning tipe group resume. Hasil pelaksanaan dari
tindakan kelas. Namun jika hasil kegiatan dari siklus I belum
mencapai indikator keberhasilan, maka akan dilaksanakan siklus
berikutnya, yang kegiatannya sama dengan siklus I namun materi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di kelas
VA SDN 2 Metro Utara, dapat disimpulkan bahwa:
1. Aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VA SDN 2 Metro
Utara dapat ditingkatkan melalui model cooperative learning tipe group
resume. Hal ini sesuai dengan peningkatan persentase rata-rata aktivitas
siswa pada tiap siklus, yaitu 66,72% pada siklus I, menjadi 71,25% pada
siklus II, dan meningkat lagi menjadi 79,53% pada siklus III.
2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas VA SDN 2 Metro
Utara dapat ditingkatkan melalui model cooperative learning tipe group
resume. Hal ini sesuai dengan hasil belajar siswa yang selalu meningkat
pada tiap siklus, yaitu 64,4 pada siklus I, meningkat menjadi 69,5 pada
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti
menyarankan bagi:
1. Siswa diharapkan mampu mengikuti berbagai model pembelajaran yang
digunakan oleh guru, sehingga pembelajaran yang diharapkan dapat
tercapai.
2. Guru
a. diharapkan dapat mencoba menggunakan model cooperative learning
tipe group resume pada pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa.
b. Pada saat proses pembelajaran sebaiknya guru memotivasi siswa agar
siswa mampu menggali dan menemukan sendiri pengetahuannya
secara aktif dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Sekolah diharapkan dapat mendukung keberhasilan kegiatan
pembelajaran, baik secara moral dan materi.
4. Mahasiswa khususnya mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD) diharapkan mampu menerapkan dan mengembangkan ilmu yang
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2006. Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.
Aqib, Zainal dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.
Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Balai Pustaka. Jakarta.
Depdiknas. 2008. Pendekatan Kontekstual: Contextual Teaching and Learning (CTL). Ditjen Dikdasmen. Jakarta.
Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Herrhyanto, Nar, dkk. 2009. Struktur Dasar. Universitas Terbuka. Jakarta.
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Ikhsan, Fuad. 2005. Dasar-dasar Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Iru, La, dkk. 2012. Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi, dan Model-model Pembelajaran. Multi Presindo. Kendari.
Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung.
Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Mahmud. 2012. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Resume. (http://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.com/2012/09/contoh-laporan-penelitian-tindakan.html) Diakses pada tanggal 15/11/12. 10.20 WIB.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (nomor 22 tahun 2006. BSNP. 2006).
Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip- prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajagrafindo Persada. Bandung.
Sapriya, dkk. 2006. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. UPI PRESS. Bandung.
Sardjiyo, dkk. 2009. Pendidikan IPS di SD. Universitas Terbuka. Jakarta.
SEO Education. 2010. (http://zona-guru.blogspot.com/2010/10/langkah-langkah-strategi-group-resume.html). Diakses pada tanggal 26/11/12. 09.00 WIB.
Silberman, Melvin. 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Nusamedia. Bandung.
Solihatin, dan Raharjo. 2009. Cooperative learning. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative learning dan Aplikasi Paikem. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Kencana. Surabaya.
Undang-Undang Sisdiknas (UU RI No. 20 Tahun 2003 PT. Sinar Grafika. Jakarta.). 2008.
Wardani, I.G.A.K, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.
Wilt, Agung. 2012. Stategi Pembelajaran Aktif.
http://wawasanbiologi.blogspot.com/2012/02/strategi-pembelajaran-aktif.html. Diakses pada tanggal 20/11/2012. 11.30 WIB.