• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai top leader dan penentu keputusan dalam sebuah proyek konstruksi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai top leader dan penentu keputusan dalam sebuah proyek konstruksi."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka bermaksud untuk memahami manajer proyek konstruksi sebagai top leader dan penentu keputusan dalam sebuah proyek konstruksi. Dengan fokus perhatian pada kinerjanya terhadap biaya, mutu, dan waktu yang digunakan pada proyek konstruksi di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung.

Untuk mendapat wawasan akan pengetahuan terhadap kualitas manajer proyek, maka perlu dilakukan suatu kajian terhadap beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Beberapa dari penelitian tersebut akan dijadikan acuan sebagai kajian pustaka bagi penelitian ini.

2.1 Kualitas

Dalam industri manufaktur maupun jasa sering dibicarakan masalah kualitas oleh produsen maupun konsumen. Tingkat pemahaman masing-masing terhadap kualitas sangat beragam tergantung latar belakang masing-masing. Sudut pandang produsen terhadap kualitas adalah kepuasan bagi pelanggan sedangkan bagi konsumen adalah produk yang dapat memenuhi keinginan dan harapannya.

Teori dari ISO 8402 quality vocabulary, mengemukakan bahwa kualitas berarti semua aktivitas dari fungsi manajeman secara keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitas, tujuan-tujuan dan tanggungjawab serta mengimplementasikannya melalui alat-alat seperti : Perencanaan kualitas,

(2)

pengendalian kualitas, jaminan kualitas, dan peningkatan kualitas. ISO menegaskan pada standar kualitas yang dikeluarkan melalui ISO 9000 tentang Implementasi Sistem Manajemen Kualitas kemudian disusul dengan ISO 9001, 9002, 9003 tentang quality management dan ISO 9004 tentang Quality Management and Quality System Guidelines.

American Heritage Dictionary mendefinisikan kata kualitas sebagai sebuah karakteristik atau atribut dari sesuatu. Sebagai atribut dari sesuatu, kualitas mengacu pada karakteristik yang dapat diukur, sesuatu yang dapat kita bandingkan dengan standar yang sudah diketahui.

Edward Deming, mengemukakan kualitas berarti pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan terus menerus. Seluruh komponen yang terlibat dalam pencapaian kualitas merupakan suatu community yang saling memberi dukungan (Suardi, 2003) proses ini sering disebut siklus Deming yaitu Plan, Do, Check, dan Action.

Philip B. Croby mengemukakan kualitas berarti kesesuaian terhadap persyaratan. Crosby memandang masalah kualitas dengan berbagi 4 langkah yaitu Conformance, Prevention of Defects, Zero Defect dan Performance Measurement. Empat langkah yang dikemukakan oleh Philip B. Crosby merupakan rangkaian Top-Down. Untuk mencapai kualitas yang diharapkan konsumen, kebutuhan dan keinginan konsumen harus dikenali terlebih dahulu sebelum melakukan proses produksi, didalam proses harus menghindari terjadinya kesalahan yang akan meningkatkan biaya dan waktu produksi. Pencapaian bebas cacat adalah mutlak karena setiap cacat yang terjadi berarti

(3)

biaya. Dari proses ini memerlukan tolak ukur yang digunakan sebagai pedoman dan secara terus menerus ukuran kualitas akan meningkat.

Joseph M. Juran mengemukakan kualitas berarti kesesuaian dengan penggunaan berorientasi pada pemenuhan harapan konsumen. Konsep Juran mempengaruhi perjalanan kualitas yang dijadikan sebagai tolok ukur pada dunia industri. Manajemen perusahaan yang sadar dengan kualitas memberikan pelayanan terbaik akan terus mencari bentuk peningkatan kualitas. Seperti gambar di bawah ini:

Konsep ini umum digunakan pada industri jasa konstruksi yang memiliki proses yang unik dan berbeda dengan industri manufaktur. Industri jasa konstruksi lebih mengutamakan keterampilan tenaga kerja sedangkan manufaktur melakukan proses yang mengutamakan alat dan mesin dalam mencapai hasil. Sehingga sering diistilahkan “hand made” karena hampir 70% masih mengandalkan keterampilan manusia. Teori Juran sangat relevan dengan kondisi

Project Quality Management

Quality Planning Quality Control Quality Improvement

Gambar 2.1. Trilogi Proses (Sumber : Joseph M. Juran, 1988)

(4)

pelaksanaan proyek karena menekankan pada tiga unsur penting dan satu dengan lain saling berkaitan.

PMI (Project Management Institue) mengemukakan dalam Project Management Body of Knowledge khususnya didalam pelaksanaan pekerjaan proyek pembangunan berbeda dibandingkan dengan konsep Trilogi Juran yaitu sudut pandang Quality Improvement dengan Quality Assurance yang dirasa lebih tepat digunakan pada industri konstruksi sehingga 3 prinsip kunci yang dikemukakan PMI adalah Quality Planning, Quality Assurance dan Quality Control.

Mendapatkan standar kinerja mutu yang baik dapat dilakukan dengan mengadopsi beberapa sistem perencanaan dan pengendalian mutu seperti uraian berikut ini (Abrar Husen, 2009) :

1. Menerapkan Sistem Manajeman Mutu ISO 9000 dengan menjalankan prosedur sebagai bagian dari keseluruhan sistem untuk mendapatkan produk akhir yang sesuai dengan yang direncanakan. Prinsip-prinsip dasar yang dilakukan adalah membuat dan menulis perencanaan, melaksanakan dan mengendalikan sesuai dengan rencana serta mencatat apa yang telah dilakukan.

2. Untuk melengkapi persyaratan sistem mutu diatas sehingga didapat mutu terbaik terhadap standar produk akhir, dilakukan dengan cara membuat gambar kerja yang detail dan akurat, lalu membuat spesifikasi umum dan teknis terhadap pekerjaan dan material yang digunakan.

(5)

3. Untuk pengendalian selama proyek, jadwal pengiriman material harus tepat waktu, proses penyimpanan material aman dan terlindung, selain itu dibuatkan format standar prosedur operasional mengikuti spesifikasi yang telah ditetapkan dalam penggunaan materialnya

4. Melengkapi pengendalian kinerja mutu dapat dilakukan dengan membuat prosedur dan instruksi kerja dari total quality control yaitu dengan melakukan kegiatan perencanaan (plan), pelaksanaan (do), pemeriksaan (check), tindakan koreksi (corrective action).

2.2 Manajer

Hierarki organisasi selalu memposisikan seseorang untuk memimpinnya. Hal ini dibutuhkan untuk memberi ruang bagi orang yang lebih mampu untuk memberi arahan dan petunjuk bagi orang lain. Mereka saling bekerjasama untuk sebuah tujuan. Pemimpin tersebut sering diistilahkan dengan manajer.

Manajer adalah seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran organisasi. Pada organisasi berstruktur tradisional, manajer sering dikelompokan menjadi manajer puncak, manajer tingkat menengah, dan manajer lini pertama (biasanya digambarkan dengan bentuk piramida, di mana jumlah karyawan lebih besar di bagian bawah daripada di puncak).

Manajer dapat diklasifikasikan dalam dua cara yaitu : menurut tingkatnya dalam organisasi, yaitu manajer lini-pertama, manajer menengah, serta manajer puncak dan menurut rentang kegiatan organisasi yang ada di bawah tanggung

(6)

jawabnya, yaitu yang disebut manajer fungsional dan manajer umum (James A.F. Stoner/ Charles Wankel, 1986)

Gambar 2.2. Piramida Jumlah Karyawan Pada Organisasi Berstruktur Sederhana (Sumber : James A.F. Stoner/ Charles Wankel, 1986)

Berikut ini adalah tingkatan manajer mulai dari bawah ke atas :

1. Manajemen lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).

(7)

2. Manajemen tingkat menengah (middle management), mencakup semua manajemen yang berada diantara manajemen lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah diantaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.

3. Manajemen puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive officer. Bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer).

Meskipun demikian, tidak semua organisasi dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan menggunakan bentuk piramida tradisional ini. Misalnya pada organisasi yang lebih fleksibel dan sederhana, dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tim karyawan yang selalu berubah, berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya sesuai dengan permintaan pekerjaan.

Manajer Fungsional bertanggungjawab atas hanya satu kegiatan organisasi, seperti produksi, pemasaran, penjualan, atau keuangan. Orang-orang dan kegiatan-kegiatan yang dikepalai oleh seorang manajer fungsional dipersatukan oleh seperangkat kegiatan yang sama.

Manajer umum mengatur sebuah unit yang kompleks, seperti sebuah perusahaan, anak perusahaan, atau sebuah divisi yang beroperasi mandiri.

(8)

Manajer umum bertanggungjawab atas semua kegiatan unit tersebut, seperti produksi, pemasaran, penjualan, dan keuangan.

Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada beberapa peran yang dimainkan oleh manajer. Ada beberapa peran yang dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu :

1. Peran Antar Pribadi

Merupakan peran yang melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin dan penghubung.

2. Peran Informasional

Meliputi peran manajer sebagai pemantau dan penyebar informasi serta peran sebagai juru bicara peran pengambilan keputusan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran sebagai seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya dan perunding.

Mintzberg kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh manajer adalah berinteraksi dengan orang lain.

(9)

Gambar 2.3. Keterampilan Yang Dibutuhkan Manajer Pada Setiap Tingkatannya. (Sumber : Mintzberg, 2004)

Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut adalah :

1. Keterampilan Konseptual (Conceptional Skill)

Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang konkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga merupakan keterampilan untuk membuat rencana kerja. 2. Keterampilan Berhubungan dengan Orang Lain (Humanity Skill)

Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif dan bersahabat. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.

(10)

Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer yang akan dipergunakan dalam keberlangsungan proyek konstruksi.

Selain tiga ketrampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu :

1. Keterampilan Manajemen Waktu

Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset berharga. Waktu yang sia-sia berarti membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan.

2. Keterampilan Membuat Keputusan

Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manajer). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.

(11)

Ketiga ahli tersebut memberikan pandangan yang mirip mengenai manajer. Pendidikan yang cukup, keahlian yang terampil, pengalaman kerja, bahkan sikap dan tingkah laku yang baik sangat dibutuhkan oleh seorang manjer.

Berdasarkan atas pandangan beberapa ahli tentang definisi kualitas dan definisi manajer, maka dalam penelitian ini penulis mendefinisikan kualitas manajer adalah seorang yang berada di sebuah organisasi yang dapat :

1. Menentukan keputusan/ kebijaksanaan bagi kelangsungan manajemen.

2. Memecahkan masalah untuk mencapai penyempurnaan secara berkesinambungan.

3. Mengarahkan jalan manajemen agar sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

4. Mampu memenuhi harapan konsumen.

2.3 Proyek

Proyek merupakan sebuah aktivitas terbatas yang dilakukan oleh seseorang untuk suatu tujuan tertentu. Dalam pengertian luas proyek juga diartikan sebagai wadah bagi suatu komunitas yang memiliki tujuan yang sama. Ikatan Ahli Manajemen Proyek Indonesia (IAMPI) menyebutkan proyek sebagai sekumpulan aktivitas yang saling berkaitan secara unik, dengan awal dan akhir yang jelas, yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu yang terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas. Tugas tersebut dapat

(12)

berupa membangun pabrik, membuat produk baru atau melakukan penelitian dan pengembangan.

Berdasarkan pandangan tersebut tampak beberapa ciri khas proyek : 1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir 2. Biaya, jadwal serta kriteria mutu telah ditentukan

3. Bersifat sementara, umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas

4. Tidak rutin dan tidak berulang.

5. Mengalami perubahan-perubahan dalam pelaksanaan 6. Terdiri dari sejumlah manajemen

7. Melibatkan berbagai sumber daya

8. Penekanan manajerial ada pada penyelesaian proyek dalam batasan waktu dan biaya tertentu.

Sebuah proyek terdiri dari tiga komponen utama yaitu biaya (budget), mutu (scope pekerjaan), dan waktu (schedule). Oleh karenanya sangat penting untuk mengetahui ketiga hal tersebut secara jelas sebelum menandatangani sebuah kontrak.

(13)

Gambar 2.4. Komponen Utama Proyek (Sumber : Schwalbe K, 2002)

Berdasarkan ketiga komponen utama proyek tersebut kinerja suatu proyek dapat dinilai keberhasilannya.

2.4 Manajer Proyek

Manajer Proyek berasal dari berbagai latar belakang pekerjaan. Tidak ada alasan mendasar dari seorang manajer proyek untuk memiliki latar belakang yang khusus, namun latar belakang pendidikannya berguna untuk proyek-proyek teknik dan demikian pula para spesialis dapat menerapkan pengetahuannya dalam proyek yang menjadi spesialisnya. Umum dikatakan bahwa pengetahuan teknik saja tidak cukup untuk keberhasilan suatu proyek

Pemimpin proyek adalah lembaga pada lini terdepan yang berhadapan langsung dengan permasalahan di proyek. (Istimawan Dipohusodo, 1996). Manajer proyek bertanggungjawab akan pemanajemenan proyek teknik dengan cara yang akan menghasilkan tercapainya sasaran proyek. Kebanyakan proyek

Scope

Schedulle

Budget

Quality Quality Quality Project Management

(14)

menyangkut kontrak antara dua pihak atau lebih. Organisasi dapat menugasi manajer proyek dengan tanggungjawab upaya teknik swakelola yang dimaksudkan untuk mencapai hasil akhir tertentu, seperti mengembangkan proyek atau sistem baru yang dapat dipasarkan.(Victor G. Hajek, 1988)

Endro mendefinisikan manajer proyek merupakan team/ perseorangan yang dengan team-nya ditunjuk oleh client sebagai wakil utamanya yang bertanggungjawab secara keseluruhan atas proses suatu proyek dengan cara me-manage pihak-pihak lain yang pada umumnya dibuatkan hubungan kontrak langsung dengan client untuk melakukan suatu bagian kegiatan atas suatu proyek. Jeffery mendefinisikan manajer proyek sebagai seseorang yang secara efektif mengisi proyek dan mempunyai wewenang serta reputasi pribadi yang cukup untuk menjamin bahwa segala sesuatu yang harus dilakukan untuk mencapai keuntungan dari suatu proyek telah dilakukan.

Seorang manajer proyek adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap pelaksanaan proyek dan hasilnya, juga merupakan orang yang memimpin tim pelaksana proyek, serta berhubungan langsung dengan stakeholder lain.

Beberapa sifat manajer proyek yang ideal meliputi : 1. Kemampuan kepemimpinan

2. Kemampuan mengantisipasi masalah 3. Fleksibilitas dalam operasi

4. Kemampuan menyelesaikan masalah

(15)

6. Pemahaman lingkungan proyek yang sedang dikerjakan

7. Kemampuan untuk meninjau ulang, memonitor dan mengontrol 8. Kemampuan mengelola dalam lingkungan yang selalu berubah

Peran manajer proyek sangat penting, ia menjadi sentral, dimana tanpa adanya manajer proyek maka tidak akan ada manajemen proyek. Peran yang dimiliki manajer proyek adalah sebagai integrator, komunikator, pembuat keputusan, enterpreneur dan agen peubah (Budi Santosa, 2003). Secara garis besar tanggungjawab manajer proyek adalah sebagai berikut :

1. Merencanakan kegiatan-kegiatan dalam proyek, tugas-tugas dan hasil akhir, termasuk pemecahan pekerjaan, penjadwalan dana penganggaran.

2. Mengorganisasikan, memilih dan menempatkan orang-orang dalam tim proyek. Mengorganisasikan dan mengalokasikan sumber daya.

3. Memonitor status proyek.

4. Mengidentifikasi masalah-masalah teknis.

5. Titik temu dari para konstituen : subkontraktor, user, konsultan, top management.

6. Menyelesaikan konflik yang terjadi dalam proyek.

7. Merekomendasikan penghentian proyek atau pengarahan kembali bila tujuan tidak tercapai.

Sehingga dapat dispesifikasikan bahwa manajer proyek merupakan individu atau kelompok yang bertanggung jawab untuk memimpin suatu

(16)

organisasi proyek. Manajer proyek merupakan pribadi yang cakap dalam berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan dasar ilmu manajemen proyek, seperti ekonomi keuangan, sumber daya manusia, hukum kontrak konstruksi, maupun berbagai hal teknis lainnya.

2.5 Biaya

Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Biaya terbagi menjadi dua, yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit adalah biaya yang terlihat secara fisik, misalnya berupa uang. Sementara itu, yang dimaksud dengan biaya implisit adalah biaya yang tidak terlihat secara langsung, misalnya biaya, kesempatan dan penyusutan barang modal.

Dalam akuntansi, yang dimaksud dengan biaya adalah aliran sumberdaya yang dihitung dalam satuan moneter yang dikeluarkan untuk membeli atau membayar persediaaan, jasa, tenaga kerja, produk, peralatan, dan barang lainnya yang digunakan untuk keperluan bisnis atau kepentingan lainnya. Sementara biaya kesempatan merujuk pada setiap alternatif yang dikorbankan untuk melakukan pekerjaan lain yang lebih bernilai.

Seluruh urutan kegiatan proyek perlu memiliki standar kinerja biaya proyek yang dibuat dengan akurat dengan cara membuat format perencanaan (Abrar Husen, 2009) antara lain :

(17)

1. Kurva „S‟, selain mengetahui progress waktu proyek, kurva „S‟ juga untuk mengendalikan biaya pelaksanaan proyek, hal ini ditunjukkan dari bobot pengeluaran kumulatif masing-masing kegiatan yang dapat dikontrol dengan membandingkannya dengan baseline periode tertentu sesuai dengan kemajuan aktual proyek

2. Diagram Cash Flow, diagram yang menunjukkan rencana aliran pengeluaran dan pemasukkan biaya selama proyek berlangsung. Diagram ini diharapkan dapat mengendalikan keselurahan biaya proyek secara detail sehingga tidak menggangu keseimbangan kas proyek

3. Kurva Earned Value yang menyatakan nilai uang yang telah dikeluarkan pada baseline tertentu sesuai dengan kemajuan actual proyek. Bila ada indikasi biaya yang dikeluarkan melebihi rencana, maka biaya itu dikoreksi dengan melakukan penjadwalan ulang dan meramalkan seberapa besar biaya yang harus dikeluarkan sampai akhir proyek karena penyimpangan tersebut.

4. Balance Sheet, yang menyatakan besarnya aktiva dan pasiva keuangan perusahaan selama periode satu tahun dengan keseluruhan proyek yang telah dikerjakan beserta aset-aset yang dimiliki perusahaan.

Berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, biaya yang dimaksud adalah sejumlah uang yang dianggarkan untuk penyelesaian sebuah proyek konstruksi. Anggaran tersebut akan dialokasikan pada semua unsur-unsur pengelola proyek selaku orang atau badan usaha yang mendukung penyelesaian proyek konstruksi

(18)

2.6 Waktu

Waktu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1997) adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal ini, skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaan/ kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian.

Standar kinerja waktu ditentukan dengan merujuk seluruh tahapan kegiatan proyek beserta durasi dan penggunaan sumber daya. Dari semua informasi dan data yang telah diperoleh, dilakukan proses penjadwalan sehingga akan ada output berupa format-format laporan lengkap mengenai indikator progress waktu (Abrar Husen, 2009), sebagai berikut :

1. Barchart, diagram batang yang secara sederhana dapat menunjukkan informasi rencana jadwal proyek beserta durasinya, lalu dibandingkan dengan progress aktual sehingga diketahui apakah proyek terlambat atau tidak.

2. Network Planning, sebagai jaringan kerja berbagai kegiatan dapat menunjukkan kegiatan-kegiatan kritis yang membutuhkan pengawasan ketat agar pelaksanaan tidak terlambat. Format Network Planning juga digunakan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang longgar waktu penyelesaiannya berdasarkan total floatnya, sehingga semua itu dapat digunakan untuk memperbaiki jadwal dan agar alokasinya sumber dayanya menjadi lebih efektif serta efisien.

3. Kurva „S‟, yang berguna dalam pengendalian kinerja waktu. Hal ini ditunjukkan dari bobot penyelesaian kumulatif masing-masing kegiatan

(19)

dibandingkan dengan keadaan aktual, sehingga apakah proyek terlambat atau tidak dapat dikontrol dengan memberikan baseline pada periode tertentu.

4. Kurva Earned Value yang dapat menyatakan progress waktu berdasarkan baseline yang telah ditentukan untuk periode tertentu sesuai dengan kemajuan aktual proyek. Bila ada indikasi waktu terlambat dari yang direncanakan, maka hal itu dapat dikoreksi dengan menjadwal ulang proyek dan meramalkan seberapa lama durasi yang diperlukan untuk penyelesaian proyek karena penyimpangan tersebut, serta dengan menambah jumlah tenaga kerja diwaktu yang bergantian

Waktu yang dimaksud dalam proyek konstruksi merupakan alokasi kesempatan saat mulai dan saat selesai dari pekerjaan konstruksi. Dimulai dari proses perencanaan, tender, hingga pelaksanaan. Sangat penting untuk pengalokasian di setiap item pekerjaan, untuk membuat proyek dapat berjalan sesuai dengan jadwal.

2.7 Proyek Konstruksi

Proyek Konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, ada suatu proses yang mengelola sumber daya proyek menjadi suatu kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan ini

(20)

tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Komponen kegiatan utama jenis proyek ini terdiri dari pengkajian kelayakan, design engineering, pengadaan dan konstruksi. Proyek macam ini misalnya pembangunan gedung, jembatan, pelabuhan, jalan raya, fasilitas industri dan lain-lain.

Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek dibedakan atas hubungan fungsional dan hubungan kerja. Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam suatu proyek konstruksi, maka potensi terjadinya konflik sangat besar.

Proyek Konstruksi mempunyai 3 (tiga) karakteristik yang dapat dipandang secara tiga dimensi (Wulfram I. Ervianto, 2003) yaitu

1. Bersifat Unik

Proyek konstruksi tidak pernah terjadi rangkaian kegiatan yang sama persis, proyek bersifat sementara dan selalu terlibat grup pekerja yang berbeda-beda 2. Membutuhkan Sumber Daya

Proyek Konstruksi membutuhkan sumber daya, yaitu pekerja, uang, mesin, metoda dan material. Pengorganisasian semua sumber daya dilakukan oleh manajer proyek.

3. Organisasi

Setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan dimana didalamnya terlibat sejumlah individu dengan keahlian yang bervariasi, perbedaan ketertarikan,

(21)

kepribadian yang bervariasi, dan ketidakpastian. Manajer Proyek harus menyatukan visi menjadi satu tujuan yang ditetapkan oleh organisasi

2.8 Model Analisis Regresi Linier Berganda

Penelitian ini menggunakan analisis regresi Linier Berganda sebagai alat untuk memprediksi nilai rata-rata dari variabel terikat Y atas dasar nilai yang telah diketahui dari satu atau lebih variabel-variabel X. Komponen biaya, komponen mutu, dan komponen waktu dari pelaksanaan proyek konstruksi ditinjau sebagai variabel Y, dan faktor-faktor kualitas manajer proyek sebagai variabel X.

Model Regresi Linier Berganda untuk hubungan Y dan Xi dapat dinyatakan sebagai berikut :

Y = βo + β1*X1 + β2*X2+ β3*X3 + … + βi*Xi dimana :

Y = Variabel terikat

X = Variabel bebas

βo = Konstanta

β1, β2, β3, βi = Dugaan koefisien regresi

Dalam analisis regresi linier berganda ini dipergunakan metode stepwise regression, yaitu salah satu metode untuk mendapatkan model terbaik dari sebuah analisis regresi. Secara definisi metode ini adalah gabungan antara metode forward dan backward, variabel yang pertama kali masuk adalah variabel yang korelasinya tertinggi dan significant dengan variabel dependent, variabel yang

(22)

masuk kedua adalah variabel yang korelasi parsialnya tertinggi dan masih significant, setelah variabel tertentu masuk ke dalam model maka variabel lain yang ada di dalam model dievaluasi, jika ada variabel yang tidak significant maka variabel tersebut dikeluarkan.

2.9 Uji Model Penelitian

2.9.1 Uji Coefficient of determination Test (R2 Test)

R2 Test digunakan untuk mengukur besarnya kontribusi variabel bebas X terhadap variasi variabel terikat Y. Variabel Y yang lainnya disebabkan oleh faktor lain yang juga mempengaruhi Y dan sudah termasuk dalam kesalahan pengganggu. R2 Test juga digunakan untuk mengukur seberapa dekat garis regresi terhadap data. Daerah nilai R2 adalah nol sampai satu. Semakin dekat nilai Y dari model regresi kepada titik-titik data, maka nilai R2 semakin tinggi.

2.9.2 Uji F (F-Test)

Uji F digunakan untuk menguji hipotesis nol (H0) bahwa seluruh nilai

koefisien variabel bebas Xi dari model regresi sama dengan nol, dan hipotesis alternatifnya (Ha) adalah bahwa seluruh nilai koefisien variabel X tidak sama dengan nol. Hal ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

H0 : β1= β2 = β3 = … = βi = 0

(23)

Apabila hipotesis nol diterima atau benar, maka seluruh model tidak signifikan untuk menjelaskan variabel terikat (Y) dan nilai penyesuaian secara signifikan tidak berbeda dengan nol.

Sedangkan kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut : H0 ditolak jika F0 hitung > Fα(k-1)(n-k)

H0 diterima jika F0 hitung < Fα(k-1)(n-k)

Keterangan :

α = tingkat signifikansi = 0,05

n = jumlah sampel

k = Variabel bebas penentu dalam model regresi berganda H0 = Hipotesis nol

Β = Model

2.9.3 Uji t (t-Test)

Uji t digunakan untuk menguji hipotesis nol (H0) bahwa masing-masing

koefisien dari model regresi sama dengan nol dan hipotesis alternatifnya (Ha) adalah jika masing-masing koefisien dari model tidak sama dengan nol.

Dengan demikian dapat dinyatakan sebagai berikut : H0 : β0 = 0, β1= 0, β2 = 0, β3 = 0, … = βi = 0

Ha : β0 ≠ 0, β1≠ 0, β2 ≠ 0, β3 ≠ 0, … = βi ≠ 0

Jika hipotesis nol diterima berarti model yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk memprediksi nilai Y, sebaliknya jika hipotesis nol ditolak,

(24)

maka model yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk memprediksi nilai Y. Kriteria pengujian hipotesis ini adalah sebagai berikut:

H0 ditolak jika t0 hitung > tα(n-k-1)

H0 diterima jika t0 hitung ≤ tα(n-k-1)

2.10 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 2.10.1 Uji Validitas

Uji validitas merupakan pengujian untuk mengetahui seberapa cermat dan tepat suatu kuesioner dalam melakukan fungsi ukurannya. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk menguji validitas dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

1. Melakukan korelasi masing-masing skor pertanyaan dengan total skor pertanyaan. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n – 2 dan alpha = 0,05. Dalam hal ini n adalah jumlah sample. Untuk menguji apakah masing-masing indikator pertanyaan valid atau tidak, dengan menggunakan program SPSS. Dengan melihat tampilan output Cronbach Alpha pada kolom Correlated Item – Total Correlation. Bandingkan nilai Correlated Item – Total Correlation dengan hasil hitungan r tabel, jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai positif maka butir pertanyaan atau indikator dinyatakan valid.

(25)

2. Uji Validitas dapat dilakukan dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor pertanyaan dengan total skor pertanyaan. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS, dimana kriteria keputusan dapat dilihat dari hasil output Correlations. Apabila nilai probabilitas korelasi sig.(2 - tailed) < dari taraf signifikan (alpha) sebesar 0,05 maka pertanyaan dinyatakan valid.

2.10.2 Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Atau dengan kata lain, kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Sugiyono, 2009).

Uji reliabilitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran itu memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subjek yang sama mengenai kemantapan, keandalan/ stabilitas dan keadaan tidak berubah dalam waktu pengamatan pertama dan selanjutnya. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

1. Repeated Measure atau pengukuran ulang. Disini seseorang akan disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda, dan kemudian dilihat apakah dia tetap konsisten dengan jawabannya.

(26)

2. One Shot atau pengukuran sekali saja. Disini pengukuran hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach‟s Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach‟s Alpha > 0,60.

2.11 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah kepustakaan. Kerangka konsep pemikiran memuat teori, dalil atau konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Uraian dalam kerangka berpikir menjelaskan hubungan dan keterkaitan antar variabel penelitian. Variabel-variabel penelitian dijelaskan secara mendalam dan relevan dengan permasalahan yang diteliti, sehingga dapat dijadikan dasar untuk menjawab permasalahan penelitian.

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan bahwa penulis ingin mengkaji pengaruh atribut yaitu kualitas manajer proyek. Penelitian yang akan dilakukan adalah mendeskripsikan kualitas manajer proyek dalam penerapan manajemen kualitas terhadap pelaksanaan proyek konstruksi. Kinerja dimuat dalam tabel yang merupakan data dari hasil observasi lapangan. Sejak manajer proyek melakukan perencanaan, pemeriksaan kualitas sampai jaminan kualitas. Hingga pekerjaan diterima sesuai dengan harapan. Disamping itu, latar belakang manajer proyek juga sangat berpengaruh seperti pengalaman kerja, tingkat pendidikan, motivasi kerja,dan kedisiplinannya dibuat dalam bentuk tabel

(27)

yang merupakan data hasil kuesioner dan observasi lapangan. Penelitian ini mengkaji antar variabel sehingga penelitian ini digolongkan penelitian deskriptif korelasional dan bersifat studi kasus dengan obyek penelitian pada beberapa proyek.

(28)

Secara umum, berikut kerangka konsep penelitian:

2.12 Penelitian Sejenis

Penelitian tentang analisa kinerja mandor dalam menerapkan manajemen kualitas penah dilakukan oleh Sukaratha (2006), yang menemukan bahwa adanya korelasi yang sangat rendah. Penelitian yang mengacu pada tingkat pendidikan, pengalaman, motivasi dan disiplin mandor ini, memberi gambaran bahwa semua item tersebut tidak secara signifikan dapat menunjang kemampuan mandor dalam menerapkan manajemen kualitas. Ternyata skor yang baik, pendidikan 94%;

Lembaga / Perusahaan

Manajer Proyek bekerja efektif dan efisien

Manajer Proyek bekerja lalai dan teledor

Kualitas

Manajer Proyek Konstruksi

Kualitas Manajer Proyek Konstruksi Terhadap Biaya Pelaksanaan Proyek Kualitas Manajer Proyek Konstruksi Terhadap Waktu Pelaksanaan Proyek Kualitas Manajer Proyek Konstruksi Terhadap Mutu Pelaksanaan Proyek

(29)

pengalaman 86%; motivasi 67%; disiplin 89%; belum cukup baik menunjang kemampuan mandor menerapkan manajemen kualitas.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Zacky (2001), tentang pengaruh kualitas manajemen proyek terhadap kinerja waktu pelaksanaan proyek konstruksi di Jabotabek. Hasil penelitiannya membuktikan secara kualitatif analisa kualitas manajer proyek, baik itu pendidikan, pengalaman, pengetahuan dan kemampuan, serta karakter yang yang baik akan meningkatkan kinerja waktu proyek. Hal ini tampak dari analisa statistik yang menyatakan hubungan korelasi positif yang kuat antara variabel analisa kualitas manajer proyek konstruksi. Hasil survey yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja waktu proyek konstruksi, menunjukkan nilai dominan pada item pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi 51,2%. Berikutnya secara berurutan kemampuan mengelola administrasi 22,2%; kemampuan untuk membuat keputusan 11,9%; kemampuan untuk membuat manajemen proyek 9,4%; pola dan kemauan mengambil resiko 3,7%. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan dan kemampuan serta karakter personal yang baik dari seorang manajer proyek dapat mengurangi terjadinya keterlambatan pada proyek.

Penelitian-penelitian tersebut menyarankan untuk manajemen proyek (kontraktor, konsultan) lebih banyak memberikan bimbingan/ pelatihan manajemen kualitas seperti cara-cara menerapkan perencanaan, pemeriksaan, dan jaminan kepada mandor/ manajer proyek yang masih kurang memahami. Hasil penelitian ini akan dijadikan salah satu referensi bagi penelitian kualitas manajer proyek.

Gambar

Gambar 2.1. Trilogi Proses   (Sumber : Joseph M. Juran, 1988)
Gambar 2.2. Piramida Jumlah Karyawan Pada Organisasi Berstruktur Sederhana  (Sumber : James A.F
Gambar 2.4. Komponen Utama Proyek  (Sumber : Schwalbe K, 2002)
Gambar 2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

100.000 Penduduk Jumlah di suatu wila penduduk yah di pada wilayah kurun wakt dan pada u tertentu tahun yang sama x 100.000 lain kesehatan pelayanan sarana dan

Dalam penelitian kali ini selain membahas faktor ekonomi berupa Indeks Williamson, Laju Pertumbuhan Ekonomi, jumlah Industri dan investasi, tetapi peniliti

Material yang digunakan dalam pembuatan model perahu yaitu tripleks yang digunakan sebagai gading- gading pada ordinat sesuai desain yang telah dibuat, dibentuk

Pada periode tahun 2005-2009, Biro Kerjasama Luar Negeri melaksanakan program kerja yaitu : 1) Penyiapan perumusan kebijakan kerjasama luar negeri di bidang

Abstrak : Tujuan penelitian tindakan kelas ini yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah un- tuk mengetahui apakah penggunaan pendekatan kontekstual

Okratoksin merupakan mikotoksin yang banyak mengkontaminasi komoditas pertanian dan pakan terutama Okratoksin A (OA) diketahui sebagai penyebab keracunan ginjal pada manusia

Terpeliharanya citra positif JICA sebagai lembaga donor Jepang di Indonesia tentunya tak lepas dari aktivitas media relations humas internal JICA yang terjalin

Penelitian pengaruh bahan logam terhadap sifat elastic recovery permukaan bahan UHMWPE hasil pemesinan untuk kondisi kontak mekanik metal on polymer implan orthopedi