• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pembibitan

Pembibitan sangat penting bagi budidaya tanaman, sebab pembibitan merupakan tahap awal dari budidaya. Pengadaan bahan tanam untuk pembibitan teh dapat diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Unit Perkebunan Bedakah memiliki suatu lokasi pembibitan yang terletak di Blok Bismo dengan luasan 0.47 ha. Bahan stek yang digunakaan adalah stek satu buku atau single node cutting dapat dilihat pada Gambar 1, yang diambil dari klon Gambung 3, 4 dan 7 serta telah memenuhi syarat sebagai tanaman induk yaitu kurang lebih berumur 6 - 10 tahun. Pemilihan stek diambil dari tanaman induk yang telah cukup umur, yakni kurang lebih 4 - 5 bulan setelah pangkas.

Bangunan pembibitan terbuat dari anyaman bambu (keteb dan rigen) dengan tinggi 2 m dan jarak antar tiangnya 3 m x 3.5 m, dengan arah gawangan menghadap timur – barat dapat dilihat pada Gambar 1. Bedengan dibuat dengan ukuran panjang 16 m – 20 m dan lebar 1 m. Antar bedengan satu dengan bedengan yang lain dibuat jalan dengan lebar 0.8 m. Bedengan ditutup dengan menggunakan sungkup plastik transparan dengan tinggi 60 cm, dan panjang plastik sungkup disesuaikan dengan panjang bedengan. Intensitas cahaya yang masuk dalam rumah pembibitan sekitar 25 %, dan kelembaban ± 80 %.

Gambar 1. Bangunan pembibitan (a) dan Single Node Cutting (b)

(2)

Media yang digunakan untuk pengisian polibag yakni menggunakan tanah. Tanah untuk polibag merupakan campuran dari tanah lapisan atas (top soil) dan tanah lapisan bawah (sub soil). Bahan yang digunkan untuk campuran top soil adalah setiap 1m³ tanah dicampur dengan 1 000 g tawas, 1 250 g SP-36, 250 g

Kiserit, 500 g KCl, 300 g Dithane-45 dan 200 g Basamid, setelah itu ditimbun selama 20 hari baru dimasukkan ke dalam polibag. Bahan yang digunakan untuk campuran sub soil yaitu 300 g Dithane-45, 1 000 g tawas dan 200 g basamid. Media yang telah siap kemudian di masukkan ke polibag.

Polibag yang sudah siap kemudian ditata di bedengan yang sebelumnya dilapisi dengan rerumputan, hal ini dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah dan agar subur. Sebelum sungkup ditutup, terlebih dahulu polibag disiram dengan air bersih serta disemprot menggunakan Dithane-45 dengan konsentrasi 0.1%, baru sungkup ditutup selama 10 - 15 hari.

Stek yang akan ditanam dipotong-potong sehingga hanya memiliki 1 daun dengan panjang ruas dibawah daun kurang lebih 2.5 cm dengan kemiringan 45º, serta daun dipotong kurang lebih 1/3 bagian. Hasil potongan stek kemudian dimasukkan ke dalam larutan Dithane 45 dengan konsentrasi 2 g/liter air kurang lebih 5 menit, dan daun condong ke atas tidak saling menutupi satu sama lainnya.

Bahan stek ditanam di polibag dengan posisi bakal tunas menghadap pada satu arah, sehingga bakal tunas tidak saling menutupi serta mengarah pada cahaya matahari. Setelah penanaman stek selesai, kemudian polibag disiram air bersih dengan tujuan untuk membersihkan tanah yang melekat di daun dan juga untuk menambah kelembaban tanah, setelah itu disemprot dengan Lanate 2 g/l air yang berfungsi untuk memberantas hama ulat dan kutu, kemudian sungkup ditutup dengan plastik baru selama 3.5 – 4 bulan.

Pembukaan sungkup dilakukan setelah stek berumur 4 bulan. Sungkup tidak langsung dibuka semua melainkan harus secara bertahap. Tahap pertama dibuka ¼ bagian dari pukul 07.00 – 09.00 selama 20 hari. Tahap selanjutnya sungkup dibuka ½ bagian dari pukul 07.00 – 10.00 selama 20 hari, serta dibuka semua dari pukul 07.00 – 11.00 selama 20 hari.

(3)

Pengamatan terhadap pertumbuhan stek dilakukan setiap hari. Atap naungan pembibitan dibuka saat bibit mencapai umur 6 – 7 bulan. Seleksi bibit pertama dilakukan pada umur 7 bulan berdasarkan tinggi tanaman, kesehatan tanaman dan jumlah daun. Seleksi bibit terdiri dari tiga kelas yaitu masuk kelas A apabila tingginya mencapai lebih dari 20 cm dengan jumlah daun 4 – 6 lembar, kelas B apabila tingginya 15 cm – 20 cm dengan jumlah daun 4 lembar, dan kelas C apabila tingginya 10 cm – 15 cm dengan jumlah daun 2 – 3 lembar. Seleksi bibit tahap kedua dilakukan pada umur 9 bulan dengan cara mengumpulkan bibit berdasarkan kriteria pada seleksi tahap pertama. Bibit yang telah siap untuk disalurkan atau ditanam yaitu bibit yang telah berumur 12 bulan dan telah mencapai tinggi kurang lebih 25 cm.

Penulis pada kegiatan ini melakukan pengisian bekong/polibag dan penanaman stek. Prestasi kerja yang didapat penulis utuk pengisian bekong selama 5 jam kerja adalah penanaman stek berturut-turut adalah 400 tanaman, dan 500 tanaman. Standarnya 750 tanaman dan 1 800 tanaman. Prestasi pekerja adalah 700 tanaman dan 1 500 tanaman.

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan tujuan untuk menjaga agar tanaman dapat tumbuh optimal dan dapat menghasilkan produksi yang tinggi. Pemeliharaan ini terdiri dari pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) serta pemeliharaan pada tanaman menghasilkan (TM). antara lain pengendalian gulma, pembentukan bidang petik, pemupukan, pemangkasan, gosok lumut, penggemburan tanah, pembuatan lubang tadah dan saluran air serta pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Pengendalian gulma. Pengendalian gulma dilakukan dengan tujuan untuk mengendalikan populasi gulma sedemikian rupa agar kerugian yang ditimbulkan dapat dihilangkan atau ditekan serendah mungkin.

Gulma yang dominan di Unit Perkebunan Bedakah adalah Ageratum conizoides (wedusan), Borreria alata (gletak), Melastoma malabathricum

(4)

(senggan), Impatiens plathypetala (pacar air), Commelina nudiflora (goloran/tali said), Setaria plicata (jambe-jambean), dan Eleusine indica (lulangan).

Pengendalian gulma yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan dengan dua cara, yaitu secara manual (manual weeding) dan kimia (chemical weeding). Pengendalian gulma dalam periode satu tahun, dijadwalkan dengan 2 -3 kali aplikasi manual dan aplikasi kimia yang dalam pelaksanaanya sangat ditentukan oleh kondisi di lapangan. Pengendalian gulma secara manual dan secara kimia dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengendalian Gulma Manual (a) dan Pengendalian Gulma Kimia (b) Pengendalian gulma pada TBM dan TM dilakukan dengan cara membersihkan gulma yang berada di barisan tanaman serta pada pinggiran tanaman, kemudian gulma diletakkan di tengah-tengah barisan tanaman dan dibiarkan hingga kering. Alat yang digunakan adalah parang dan kored yang dimiliki oleh masing-masing pekerja.

Teknis pelaksanaannya dilakukan menurut baris tanaman dan dimulai dari topografi tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Standar prestasi kerja pengendalian gulma secara manual pada TBM dan TM adalah 0.04 ha/HK, prestasi pekerja dan penulis masing-masing adalah 0.02 ha/HK dan 0.02 ha/HK.

Pengendalian gulma secara kimia (chemical weeding) yakni dengan menggunakan herbisida purna tumbuh yang bersifat kontak dan sistemik. Herbisida kontak berbahan aktif paraquat diklorida (Noxone) yang dapat digunakan untuk memberantas berbagai jenis gulma, baik gulma berdaun lebar

(5)

maupun gulma berdaun sempit. Herbisida sistemik berbahan aktif glifosat (Rambo) merupakan herbisida tidak selektif yang digunakan untuk memberantas gulma-gulma daun lebar dan sempit.

Herbisida kontak diaplikasikan untuk tanaman menghasilkan (TM) pada tahun pangkas II, III dan IV dengan dosis 1.5 l/ha dan konsentrasi 0.4 %. Herbisida sistemik diaplikasikan pada tanaman teh tahun pangkas I dan TBM, dengan dosis 3 l/ha dan konsentrasi 0.8 %, sedangkan untuk tahun pangkas II, III dan IV dengan dosis 2 l/ha dan konsentrasinya 0.53 %. Aplikasi pengendalian gulma secara kimia untuk TM sebanyak 2 kali dalam satu tahun, sedangkan untuk TBM tiga kali dalam satu tahun. Alat yang digunakan untuk penyemprotan adalah dengan hand sprayer/ knapsack dengan kapasitas 15 l. Volume yang digunakan untuk 1 ha adalah 375 l air. Standar kerja yang berlaku 0.32 ha/HK, prestasi kerja 0.32ha/HK, dan prestasi kerja penulis 0.2 ha/HK.

Pembentukan bidang petik (Centering). Pembentukan bidang petik dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan centering. Centering merupakan salah satu cara untuk membentuk bidang petik pada tanaman teh yang pada umumnya dilakukan pada TBM umur tiga sampai empat bulan setelah tanam. Tujuan dilakukannya pembentukan bidang petik ini adalah untuk membentuk perdu dengan percabangan yang ideal dan bidang petik yang luas agar dapat menghasilkan pucuk yang banyak dalam waktu yang relatif singkat.

Kegiatan centering di Unit Perkebunan Bedakah terdiri dari tiga tahap, yaitu centering I, centering II (decentering) dan cut across. Centering I dilakukan pada saat tanaman sudah berumur enam bulan setelah tanam. Caranya dengan memotong batang utama/primer yang telah memiliki diameter sebesar pensil dengan ketinggian 15 – 20 cm dari permukaan tanah dengan meninggalkan kurang lebih tiga cabang.

Centering II dilakukan enam bulan setelah centering I. Caranya dengan memotong cabang sekunder dan cabang orthotrof (cabang yang tumbuh ke atas) dengan ketinggian 25 – 30 cm. Tujuannya untuk memacu agar pertumbuhan cabang ke samping semakin banyak atau agar dapat melebar. Jika percabangan telah tumbuh mencapai ketinggian 60 – 70 cm, maka akan dilakukan

(6)

pemangkasan selektif (selective cut-cross) dengan ketinggian 45 – 50 cm dari permukaan tanah. Caranya dengan menghilangkan cabang–cabang yang di tengah. Tujuan dari selective cut-cross adalah untuk memperbanyak cabang yang tumbuh ke samping (plagiothrof). Tunas-tunas yang tumbuh setelah selective cut-cross dibiarkan tumbuh selama 3 - 6 bulan, kemudian dilakukan pemetikan jendangan (tipping).

Penulis melakukan kegiatan centering di Blok Rinjani, dengan prestasi kerja 0.1 ha/HK. Standar dan prestasi kerja karyawan berturut – turut adalah 0.12 ha/HK dan 0.12 ha/HK.

Pemupukan. Pemupukan merupakan upaya untuk memberikan unsur hara dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan daya dukung tanah terhadap peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman teh. Kegiatan pemupukan harus dilakukan dengan tepat, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara dan tepat waktu.

Pemupukan di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan melalui dua cara, yakni pemupukan lewat tanah dan pemupukan lewat daun. Pemupukan lewat tanah dalam satu tahunnya dilaksanakan 2 kali aplikasi untuk tanaman menghasilkan atau TM dan 4 kali aplikasi untuk tanaman belum menghasilkan atau TBM. Pemupukan pada TM dan TBM dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pemupukan TM (a) dan Pemupukan TBM (b)

(7)

Pemupukan lewat tanah untuk tanaman menghasilkan (TM) dilaksanakan pada semester I bulan Maret – April dan semester II bulan Oktober – November. Adapun caranya yaitu dilakukan pada barisan tanaman, sehingga pemupuk harus masuk ke dalam barisan tanaman teh. Jenis pupuk yang digunakan adalah Urea (46 % N), Rock Phospat (30 % P2O5), KCl (60 % K2O), Kieserit (27 % MgO).

Waktu pemupukan yang optimal yaitu pada awal dan akhir musim hujan dengan curah hujan per minggu sekitar 60 – 200 mm. Kondisi lahan yang akan dipupuk harus bersih dari gulma.

Dosis pupuk untuk areal tanaman menghasilkan (TM) berbeda-beda, antara lain: berdasarkan target produksi pucuk basah dalam satu tahun, jenis tanaman (seedling atau klonal) serta produktivitas pada masing-masing blok. Pemupukan lewat tanah untuk areal tanaman menghasilkan (TM) adalah dengan cara memberikan pupuk di antara dua baris tanaman yang sebelumnya telah dibuat lubang pupuk (koakan) setelah itu lubang ditutup dengan tanah. Rekomendasi dosis pupuk dari direksi PT Tambi ditetapkan dengan perbandingan N : P : K : Mg = 5 : 1 : 2 : 0.5 dengan kadar N % = 11 %. Dosis pupuk dan kebutuhan pupuk per tanaman untuk TM per apikasi per ha untuk setiap blok di UP Bedakah dapat dilihat pada Lampiran 8.

Pemupukan lewat tanah pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dilakukan dengan cara pupuk dibenamkan disekitar tanaman pokok dengan melakukan penugalan terlebih dahulu. Jarak antara tanah yang ditugal dengan tanaman pokok berkisar 10 – 15 cm, tujuannya adalah agar akar tanaman dapat menjangkau hara yang diberikan. Kedalaman tanah yang ditugal 5 – 7 cm.

Dosis yang digunakan per umur tanaman belum menghasilkan (TBM) berbeda-beda sesuai dengan kondisi tanaman tiap blok serta umur tanamannya. Berikut adalah dosis pupuk dan kebutuhan pupuk per tanaman untuk TBM per apikasi per ha di UP Bedakah dapat dilihat pada Lampiran 9.

Teknis pemupukan dilaksanakan dari tempat dengan topografi tinggi ke tempat yang lebih rendah. Penulis melaksanakan kegiatan pemupukan di Blok Bismo, Rinjani, dan Kembang. Prestasi kerja karyawan 0.2 ha/HK dengan standar kerja 0.2 ha/HK sedangkan prestasi kerja penulis 0.01 ha/HK.

(8)

Pemupukan lewat daun menggunakan ZnSO4 (Zinc sulpathe). Pemberian

pupuk daun dilakukan 2 - 3 hari setelah dilakukan pemetikan dengan dosis 1 kg/ha. Tujuan pemberian pupuk daun adalah untuk menambah zat hijau daun pada tanaman teh. Pemupukan lewat daun biasanya dilakukan seiringan dengan pengendalian penyakit. Alat yang digunakan untuk pupuk daun pada tahun pangkas I menggunakan hand sprayer berkapasitas 15 l air, sedangkan untuk tahun pangkas II, III dan IV menggunakan mist blower dengan kapasitas 10 l air.

Pemangkasan. Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan untuk membuat tanaman teh menjadi perdu. Tujuannya untuk memperbarui dan memperbaiki bidang petik tanaman, mempertahankan agar tanaman selalu berada pada fase vegetatif, mengusahakan agar perdu/bidang petik agar tetap rendah sehingga dapat mempermudah dalam pelaksanaan pemetikan, membentuk bidang petik (frame) seluas mungkin, membuang cabang yang tidak produktif yang dapat menghambat pertumbuhan tunas baru serta dapat merangsang pertumbuhan tunas baru (Setyamidjaja, 2000).

Pemangkasan yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah adalah pemangkasan produksi dengan tipe pangkasan bersih, yaitu pangkasan dengan membuang semua ranting kecil yang berukuran kurang dari 1 cm beserta semua daun-daunnya, sehingga yang tertinggal hanya cabang dan ranting-ranting utamanya saja dengan maksud untuk memperbaiki percabangan. Kegiatan pemangkasan dan tipe pangkasan bersih dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kegiatan Pemangkasan (a) dan Pangkasan Bersih (b)

(9)

Tinggi pangkasan bersih yang digunakan di Unit Perkebunan Bedakah berkisar 50 – 65 cm dari permukaan tanah. Standar tinggi pangkasan menggunakan sistem pangkasan selalu naik 5 cm lebih tinggi dari pangkasan sebelumnya dan diturunkan kembali setelah dipangkas 65 cm. Luka pangkas tidak boleh pecah serta luka karena dapat menghambat pertumbuhan tunas baru. Bentuk potongan (luka pangkas) membentuk sudut 45 º menghadap ke dalam perdu, bidang pangkas sejajar dengan permukaan tanah atau sesuai dengan kontur tanah. Alat yang digunakan untuk pemangkasan di Unit Perkebunan Bedakah dengan menggunakan gaet/sabit pangkas, tongkat ukuran dan batu asah.

Waktu pelaksanaan pemangkasan di Unit Perkebunan Bedakah, dilaksanakan selama dua semester. Hal ini dilakukan untuk menstabilkan produksi pucuk harian agar tidak terjadi fluktuasi produksi yang terlalu besar antara saat flush dan saat minus (kemarau). Dalam satu tahun areal yang dipangkas sebesar 25 % dari total areal kebun. Unit Perkebunan Bedakah untuk semua bloknya menggunakan perbandingan 70 % : 30 % untuk kegiatan pemangkasannya.

Gilir pangkas yang dilakukan di UP Bedakah dilakukan 4 – 5 tahun sekali disesuaikan dengan kondisi tanaman seperti ketinggian tempat, musim, dan ketinggian tanaman serta produktivitasnya. Penulis melakukan kegiatan pemangkasan di blok Argopuro dan Mandala. Standar kerja 0.04 ha/Hk, prestasi kerja tenaga kerja adalah 0.04 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis 0.009 ha/HK.

Gosok lumut. Unit Perkebunan Bedakah termasuk daerah perkebunan teh dataran tinggi, sehingga memiliki curah hujan dan kelembaban yang tinggi. Kondisi semacam ini memungkinkan untuk pertumbuhan lumut yang banyak, baik pada batang, ranting, maupun cabang tanaman teh.

Keberadaan lumut dan paku-pakuan sangat merugikan bagi tanaman, sebab dapat memacu perkembangbiakan cacar daun teh (blister blight) dan pertumbuhan gulma di sekitar tanaman menjadi banyak. Tunas yang baru tumbuh bisa langsung terserang cacar daun. Lumut banyak tumbuh subur pada tanaman tua, terutama pada jenis tanaman seedling. Pembersihan lumut dilakukan satu minggu setelah dilaksanakan pemangkasan dengan menggunakan ranting tanaman teh yang

(10)

dirangkai menyerupai sapu lidi. Pembersihan lumut ini diharapkan tidak melebihi satu minggu setelah pangkas, agar mata tunas mendapat kesempatan tumbuh lebih baik, lingkungan perdu menjadi bersih serta pertumbuhan gulma menjadi terhambat. Selain lumut, perdu teh harus bersih dari paku-pakuan pacar air dan pakis.

Penulis melakukan gosok lumut di Blok Mandala. Blok Rinjani, dan Blok Argopuro. Prestasi kerja yang diperoleh 0.01 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan 0.02 ha/HK dan standar kerja 0.02 ha/HK.

Penggemburan tanah (Morok). Penggemburan tanah atau morok, dilakukan setelah pemangkasan kurang lebih 10 - 20 hari. Tujuan dari penggemburan tanah ini adalah agar terjadi sirkulasi udara dalam tanah, sehingga tanah menjadi gembur dan tanah dapat menyerap air dengan baik. Alat yang digunakan adalah porok/garpu besar. Teknis pelaksanaanya yaitu ujung porok ditancapkan di tanah dengan posisi agak miring, kemudian ditekan dengan kaki hingga kedalaman 20 - 30 cm, setelah itu garpu diangkat dengan posisi miring sehingga tanah jadi terangkat.

Penulis melakukan kegiatan penggemburan tanah di Blok Bismo dan Blok Argopuro. Prestasi kerja penulis 0.03 ha/HK, sedangkan prestasi kerja karyawan 0.04 ha/HK dan standar kerja 0.04 ha/HK.

Pembuatan lubang tadah dan saluran air. Lubang tadah atau rorak adalah suatu tempat yang dibuat untuk menampung air pada saat musim hujan dan tempat peresapan air sehingga tanah tidak tercuci atau tidak menyebabkan erosi. Tampungan air yang diserap oleh rorak selanjutnya dapat digunakan pada musim kemarau. Fungsi lain dari rorak adalah sebagai tempat penampungan bahan organik dari guguran daun teh serta dapat memperbaiki aerasi tanah.

Jenis rorak yang diterapkan di Unit Perkebunan Bedakah adalah rorak sesuai kontur dengan tipe rorak rantai. Rorak dibuat dari ujung pertanaman teh, setiap 2 -3 baris tanaman sesuai dengan kemiringan lahan dengan ukuran panjang 100 - 200 cm, lebar 30 - 40 cm serta kedalamannya 30 cm. Pemeliharaan dilakukan dengan mengeluarkan tanah sedalam 30 cm dan tanah diletakkan di atas rorak secara merata. Rorak dipertahankan selama masa TBM. Pemeliharan rorak dilakukan dua

(11)

kali dalam satu tahun untuk TBM, sedangkan untuk TM dilakukan setelah pemangkasan.

Saluran air dibuat agar air dapat dialirkan ke dalam lubang tadah. Saluran air ini biasanya dibuat di pinggiran batas antar nomor kebun, serta melihat aliran air tersebut paling deras mengalir dari mana sehingga bisa dialirkan ke dalam lubang tadah. Alat yang digunakan untuk membuat saluran air dan lubang tadah adalah cangkul, sabit dan lempag.

Penulis melakukan pembuatan lubang tadah di Blok Argopuro dengan prestasi kerja penulis 0.005 ha/HK, sementara standar kerja 0.04 ha/HK dan prestasi kerja karyawan 0.04 ha/HK.

Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit diupayakan secara terpadu dengan memprioritaskan secara alami atau kultur teknis sehingga dampak penggunaan bahan kimia dapat diminimalkan.

Hama penting yang menjadi masalah di Unit Perkebunan Bedakah antara lain Hellopeltis antonii, ulat penggulung pucuk (Cydia leucostome), ulat penggulung daun (Homona coffearia), ulat jengkal (Hyposidra talaca), ulat api (Setora nitens) dan tungau jingga (Brevipalpus phoenicis). Hama di Unit Perkebunan Bedakah tidak begitu dikendalikan dengan intensif, sebab secara ekonomi belum menurunkan produksi pucuk. Pengendalian hama di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan dengan cara kultur teknis yaitu memetik daun atau pucuk yang terserang hama.

Penyakit yang banyak menyerang di Unit Perkebunan Bedakah adalah penyakit cacar daun teh (Blister blight) yang disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans. Serangan cacar terhadap kebun teh tidak berlangsung terus menerus sepanjang tahun tapi pada umumnya terjadi saat musim hujan. Meskipun demikian bila penyakit ini tidak dilakukan pengendalian maka akan menimbulkan kerugian.

Gejala serangan dimulai dengan adanya bintik-bintik kecil tembus cahaya berdiameter 0.25 mm. Bercak dengan pusat tidak berwarna dibatasi oleh cincin yang berwarna hijau berdiameter 2 – 6 mm menonjol ke bawah. Bercak kemudian semakin membesar mencapai diameter 1 cm, yang pada permukaannya terbentuk

(12)

spora seperti tepung berwarna putih. Tahap akhir, pusat bercak menjadi cokelat dan akhirnya mati. Spora dari penyakit cacar daun teh cepat berkembang biak apabila kelembaban udara tinggi, angin, ketinggian tempat, dan kurangnya sinar matahari (Wahid, 2005). Hama ulat api dan penyakit cacar daun teh dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Hama Ulat Api (a) dan Penyakit Cacar Daun Teh (b)

Upaya pengendalian hama dan penyakit di Unit Perkebunan Bedakah, dilakukan dengan melalui dua cara yaitu: (1) secara kultur teknis dengan mengurangi ranting pohon pelindung agar lebih banyak sinar matahari yang masuk sehingga kelembaban berkurang, sanitasi dan kebersihan kebun, pengaturan pemangkasan, pengaturan gilir petik dan cara pemetikan serta penanaman klon yang tahan terhadap penyakit cacar daun; (2) secara kimia dengan menggunakan fungisida seperti Kocide 77 WP dengan dosis 200 g/ha. Penyemprotan dilaksanakan 2 - 3 hari setelah dilakukannya pemetikan. Alat yang digunakan untuk pengendalian penyakit adalah mist blower, sedangkan untuk tanaman tahun pangkas pertama menggunakan hand sprayer dengan tujuan efisiensi penggunaan fungisida.

Penulis melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit serta pupuk daun di Blok Bismo. Prestasi kerja dan prestasi kerja karyawan masing-masing 0.3 ha/HK dan 1 ha/HK.

(13)

Pemetikan

Pemetikan adalah kegiatan pemungutan hasil pucuk teh yang masih muda untuk kemudian diolah menjadi produk kering, serta harus memenuhi syarat-syarat pengolahan. Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Kecepatan pertumbuhan tunas akan mempengaruhi beberapa aspek pemetikan, yaitu jenis pemetikan, jenis petikan, gilir petik, pengaturan areal petik, tenaga pemetik serta pelaksanaan pemetikan.

Jenis pemetikan. Jenis pemetikan yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah terdiri atas pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan pemetikan gendesan/rampasan.

a). Pemetikan Jendangan

Pemetikan jendangan (tipping) adalah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah perdu dipangkas. Pemetikan ini dilakukan dengan tujuan membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup, agar dapat menghasilkan produksi yang tinggi.

Pemetikan jendangan di Unit Perkebunan Bedakah dilaksanakan 2 - 3 bulan setelah pemangkasan dan apabila 60 % areal sudah siap untuk dijendang. Pertumbuhan tunasnya telah mencapai ketinggian kurang lebih 10 – 25 cm tergantung pada ketinggian pangkasan dengan 4 - 6 kali petikan serta 10 – 12 gilir petik . Pemetikan jendangan dilakukan dengan memetik tunas-tunas secara merata dan hanya ditujukan untuk tunas yang tumbuh ke atas sementara tunas yang tumbuh ke samping dibiarkan agar bidang petik menjadi lebar dan sejajar dengan permukaan tanah.

b). Pemetikan produksi

Pemetikan produksi adalah pemetikan yang dilaksanakan setelah pemetikan jendangan selesai dilakukan sampai menjelang tanaman dipangkas sesuai dengan gilir petik yang ditentukan serta jenis petikannya. Pemetikan produksi yang dilaksanakan di UP Bedakah yakni dengan memetik pucuk yang sudah masak petik, yakni pucuk yang telah memenuhi syarat pengolahan yang

(14)

telah ditentukan. Kegiatan pemetikan produksi dan pemetikan jendangan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Pemetikan Produksi (a) dan Pemetikan Jendangan (b)

c). Pemetikan rampasan (gendesan)

Pemetikan rampasan (gendesan) adalah pemetikan yang dilakukan menjelang dilakukannya kegiatan pemangkasan, yaitu dengan cara memetik semua pucuk yang memenuhi syarat pengolahan tanpa memperhatikan daun yang ditinggalkan. Tujuan dilaksanakanya pemetikan rampasan adalah untuk memanfaatkan tunas-tunas dan daun muda yang ada pada perdu, yang

apabila tidak dipetik akan terbuang dengan dilaksanakannya kegiatan pemangkasan

Jenis petikan. Jenis petikan adalah macam pucuk yang dihasilkan dari pelaksanaan pemetikan. Jenis petikan berdasarkan rumus petiknya dibedakan menjadi 3 kategori (Tobroni dan Suwardi, 1983), yaitu:

a. Petikan halus, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko (p) dengan satu daun muda (p+1) serta pucuk burung (b) dengan satu daun muda (b+1m).

b. Petikan medium, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri atas pucuk peko dengan dua, tiga daun serta pucuk burung dengan satu, dua, tiga daun muda (p+2, p+3m, p+3, b+1m, b+2m dan b+3m).

(15)

c. Petikan kasar, apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko dengan empat daun atau lebih (p+4 atau lebih) dan pucuk burung dengan satu sampai empat daun tua (b+(1-4)t).

Bagian pucuk yang ditinggalkan pada perdu sangat berpengaruh terhadap kondisi/kesehatan tanaman. Semakin banyak bagian pucuk yang ditinggalkan pada tanaman, semakin ringan akibat pemetikan terhadap kondisi/kesehatan tanaman. Tobroni dan Suwardi (1983) menyatakan bahwa berdasarkan daun pokok yang ditinggalkan, petikan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:

a. Petikan ringan, yaitu apabila meninggalkan satu atau dua daun diatas kepel (k+1, k+2).

b. Petikan sedang, yaitu pemetikan yang tidak menyisakan daun di atas kepel pada bagian tengah perdu (k+0), tetapi pada bagian pinggir ditinggalkan satu daun di atas kepel (k+1).

c. Petikan kasar, yaitu apabila sama sekali tidak meninggalkan daun di atas kepel (k+0).

Gilir petik dan hanca petik. Gilir petik adalah selang waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan selanjutnya yang dinyatakan dalam hari pada areal yang sama. Panjang pendekya gilir petik tergantung pada kecepatan pertumbuhan pucuk. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah umur pangkas, topografi, kesehatan tanaman, ketinggian tempat (elevasi), dan iklim (Setyamidjaja, 2000). Pada musim kemarau gilir petik akan lebih panjang dari pada musim penghujan. Standar gilir petik yang diterapkan di Unit Perkebunan Bedakah yakni berkisar 10 – 12 hari. Hal ini disebabkan Unit Perkebunan Bedakah adalah termasuk dalam perkebunan dataran tinggi.

Hanca petik adalah luas areal yang harus dipetik oleh pemetik dalam waktu satu hari. Hanca petik diatur berdasarkan blok kebun, kapasitas rata-rata pemetik serta gilir petik. Semakin pendek gilir petik maka hanca petik semakin luas begitu juga sebaliknya. Pengaturan hanca petik harus mempertimbangkan keseragaman tumbuh pucuk yang dihasilkan setiap hari dengan komposisi pucuk dari umur pangkas yang seimbang. Hanca petik dan gilir petik di Unit Perkebunan Bedakah

(16)

diatur oleh mandor petik dan disetujui oleh kepala blok. Luas areal petik, jumlah pemetik serta rasio pemetik dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hubungan Antara Luas Areal Petik, Jumlah Pemetik dan Hanca Petik Setiap Blok

Blok Luas Areal Petik (ha) Jumlah Pemetik (orang) Hanca Petik (patok/HK) Rinjani 39.87 33 2.51 Bismo 60.91 55 2.30 Argopuro 53.95 44 2.55 Kembang 40.98 31 2.75 Mandala 55.16 35 3.28 Muria 53.25 37 2.99 Total 304.12 235 2.69

Sumber: Kantor Bagian Tanaman Unit Perkebunan Bedakah ( 2010)

Jika dihitung berdasarkan rumus maka luas areal yang dapat dipetik per hari di Unit Perkebunan Bedakah adalah:

Luas areal petik/hari = luas areal yang dipetik gilir petik .=

304.12 ha

12 hari = 25.34 ha/hari Dari hasil perhitungan luas areal yang dapat dipetik per hari, maka hanca petik per orang di UP Bedakah dihasilkan sebagai berikut:

Hanca seorang pemetik = luas areal petik/hari x jumlah patok/ha jumlah pemetik

.

=

25.34 x 25 patok/ha 235

.= 2.69 patok/hari

Tenaga pemetik. Tenaga pemetik memegang peranan penting dalam mencapai hasil petikan secara optimal. Perhitungan kebutuhan tenaga pemetik harus diketahui rata-rata kapasitas petik/HK dalam satu tahun, jumlah hari (HK) dalam satu tahun, persentase absensi pemetik dalam satu tahun, rata-rata produksi pucuk/ha/tahun. Pengaturan tenaga pemetik di Unit Perkebunan Bedakah, bukan hanya didasarkan pada jumlahnya semata, melainkan keterampilan pemetik dan

(17)

umur pangkas. Pemetik yang memiliki keterampilan tinggi, biasanya akan ditempatkan di kebun jendangan dan umur pangkasnya 1 – 2 tahun.

Sistem pemetikan. Sistem pemetikan yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah adalah sistem berjajar, dimana dua baris tanaman dipetik oleh seorang pemetik. Keuntungan dari sistem berjajar adalah untuk mempermudah dalam hal pengawasan oleh pembimbing pemetikan, selain itu dengan sistem berjajar akan terlihat lebih teratur sehingga kerataan bidang petik menjadi lebih rata. Pemetik berjajar dari tempat yang jauh menuju tempat yang dekat dengan tempat penimbangan. Tujuannya adalah untuk mempermudah pada saat penimbangan hasil serta pengangkutan hasil pucuk teh. Pemetikan secara berjajar dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Sistem Pemetikan Berjajar

Sistem pengupahan. Pengupahan pemetik di Unit Perkebunan Bedakah berdasarkan hasil pucuk basah yang didapat oleh pemetik dalam satu hari dan dipengaruhi analisis pucuk. Harga per kilogram pucuk basah di Blok Bismo dan Rinjani Rp 210,- . Blok Kembang dan Argopuro Rp 220,- , sedangakan Blok Mandala dan Muria Rp 230,- . Pemetik akan mendapatkan premi/bonus dengan penambahan Rp 30,- jika pucuk basah yang dipetik masuk standar analisis pucuk 55 %.

Perlengkapan pemetikan. Tenaga petik di Unit Perkebunan Bedakah masing-masing dilengkapi dengan sramben (celemek plastik), waring (fishing net)

(18)

dengan ukuran 2 x 2 m2, gunting petik, sepatu boot dan keranjang petik yang berukuran 40 cm x 40 cm x 60 cm. Pucuk teh yang telah dipetik ditempatkan di keranjang petik dengan kapasitas kurang lebih 5 - 6 kg, setelah penuh baru ditempatkan dalam waring yang berbetuk seperti jala dengan kapasitas 25 – 30 kg. Pelaksanaan pemetikan Pelaksanaan pemetikan di Unit Perkebunan Bedakah dimulai sekitar pukul 06.00 – 14.00 WIB. Lama kerja pemetikan bisa berubah-ubah sesuai kondisi pucuk di lapangan. Apabila kondisi pucuk di lapang sudah banyak yang manjing (sudah saatnya dipetik), maka pelaksanaan pemetikan akan lebih lama dan apabila pucuk sedikit maka pemetikan dapat selesai lebih awal. Pucuk yang terlambat dipetik maka akan kaboler (lewat petik), sehingga pucuk akan menjadi tua. Selama pemetikan berlangsung pucuk hasil petikan dimasukkan ke dalam keranjang petik yang digendong oleh pemetik. Keranjang petik tidak boleh di letakkan di atas bidang petik, sebab akan merusak pucuk-pucuk yang akan tumbuh.

Pemetikan di Unit Perkebunan Bedakah menggunakan dua cara, yakni menggunakan gunting petik dan manual dengan tangan. Tenaga kerja pemetik sebelum melaksanakan pemetikan menggunakan gunting petik telah diberi pengarahan supaya tidak terjadi kesalahan pemetikan. Pucuk teh yang memenuhi syarat dan semua pucuk burung yang berada di atas bidang petik harus dipetik semua, agar pertumbuhan pucuk peko selanjutnya menjadi lebih cepat. Pemetikan dengan cara dirampas dengan menggunakan lima jari tangan tidak diperkenankan, karena dapat menyebabkan kerusakan pada bidang petik.

Kapasitas pemetik Kapasitas pemetik adalah kemampuan seorang pemetik untuk memetik pucuk teh dalam waktu satu hari kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas pemetik antara lain: kondisi iklim, keadaan pucuk di lapang, populasi tanaman, keterampilan pemetik (jenis kelamin, umur, pendidikan, tingkat keterampilan dan pengalaman kerja), serta topografi lahan. Standar kapasitas pemetik (basic yield) yang ditetapkan di Unit Perkebunan Bedakah berbeda- beda sesuai caranya, secara manual 45 - 50 kg sedangkan dengan menggunakan gunting 75 - 100 kg. Kapasitas pemetik untuk masing – masing blok dapat dilihat pada Tabel 6.

(19)

Tabel 6. Kapasitas Pemetik Rata-rata di UP Bedakah Bulan Januari – Mei.

Bulan Kapasitas Pemetik/HK (kg)

Bismo Rinjani Mandala Argopuro Kembang Muria Rataan

Januari 82.62 58.23 79.94 92.68 100.14 89.48 82.53 Februari 31.22 50.78 57.35 50.78 55.60 99.21 55.07 Maret 75.68 50.46 102.77 125.07 94.15 92.96 87.88 April 29.42 59.11 41.54 29.73 54.14 69.76 45.40 Mei 50.64 50.68 70.00 81.32 50.09 69.50 61.55 Rataan 53.91 53.85 70.32 75.91 70.82 84.18 68.80

Sumber: Data Produksi Unit Perkebunan Bedakah (2010)

Penimbangan dan pengangkutan pucuk. Penimbangan pucuk di Unit perkebunan Bedakah dilakukan dua kali, yakni pada saat di kebun dan di pabrik, guna mengetahui selisih perbedaan hasil pucuk teh yang diperoleh. Penimbangan di kebun dilakukan satu sampai dua kali tergantung kondisi pucuk di lapang. Penimbangan dilakukan oleh pembimbing petik beserta dengan supir pengangkut pucuk yang disaksikan oleh pemetik. Setelah pucuk selesai ditimbang dikebun, pucuk siap diangkut ke pabrik. Pelaksanaan penimbangan dan pengangkutan pucuk dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Pelaksanaan Penimbangan (a) dan Pengangkutan Pucuk Teh (b)

Pucuk yang baik dan dalam keadaan mulus adalah pucuk yang diharapkan saat sampai di pabrik, agar dihasilkan mutu teh yang baik. Penanganan pucuk teh yang baik selama pengangkutan teh dari kebun ke pabrik antara lain: a) truk

(b) (a)

(20)

pengangkut pucuk sebaiknya dilengkapi dengan tutup, agar pucuk terhindar dari sinar matahari langsung serta truk dalam keadan bersih; b) selama pengangkutan pucuk, diharapkan di atas truk hanya mengangkut pucuk teh dan petugas yang bersangkutan; c) pucuk harus diangkut dengan waring relatif harus sama (maksimal 35 kg); d) waring pucuk diusahakan tidak ditumpuk terlalu tinggi agar pucuk tidak rusak dan disusun dengan rapi; e) kapasitas truk ukuran standar maksimal 2 500 kg atau disesuaikan dengan jenis dan kapasitas truk.

Pengolahan Pucuk Teh

Pengolahan teh adalah suatu proses pengubahan pucuk teh segar menjadi pucuk teh kering dengan karakter mutu khas yang disukai konsumen. Pengolahan teh hitam yang dilakukan di Unit Perkebunan Bedakah adalah sistem orthodox rotorvane. Tahapan pengolahan teh hitam dimulai dari penerimaan pucuk segar dari kebun yang ditimbang terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pelayuan, penggilingan, oksidasi enzimatis, pengeringan, sortasi dan pengepakan

Penerimaan pucuk segar. Pucuk teh merupakan bahan baku dalam pengolahan teh. Mutu teh yang berkualitas dihasilkan melalui koordinasi, komunikasi dan kerjasama yang baik antara bagian kebun maupun pabrik. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kualitas pucuk antara lain penanganan mulai dari pemetikan, penampungan serta pengangkutan sampai ke pabrik.

Bahan baku pucuk teh yang berasal dari kebun diturunkan dari truk, kemudian dilakukan penimbangan di pabrik sebelum pucuk teh segar dihamparkan di Withering Through, hal ini bertujuan untuk mengetahui selisih penimbangan di kebun dan di pabrik. Setelah proses penimbangan, kemudian pucuk teh segar diangkut ke ruang pelayuan.

Analisis pucuk. Analisis pucuk adalah pemisahan pucuk berdasarkan daun muda yang memenuhi syarat olah (MS) dan daun tua yang tidak memenuhi syarat olah (TMS) yang dinyatakan dalam persen. Analisis pucuk dalam pengolahan teh hitam yang baik adalah > 60 % (MS > 60 %), namun Unit Perkebunan Bedakah

(21)

menerapkan standar MS 55 %. Alat yang digunakan dalam analisis pucuk adalah: timbangan digital, tampah dan kotak analisis pucuk.

Pengambilan sampel pucuk yang akan dinalisis dilakukan segera setelah pucuk dari tiap blok kebun disebar di kotak pelayuan (Withering Through). Sampel diambil di 10 tempat secara acak dengan cara tangan dimasukkan ke dalam hamparan pucuk, kemudian pucuk diangkat dari bawah ke atas. Pucuk yang diangkat tadi kemudian dicampur secara merata di tampah, kemudian diambil sebanyak 200 g pucuk untuk di analisis. Jumlah sampel dihitung dengan kelipatan 500 kg pucuk (setiap 500 kg pucuk, I sampel = 200 g).

Pucuk yang telah ditimbang, kemudian dipisah-pisahkan antara yang memenuhi syarat olah dengan pucuk yang tidak memenuhi syarat olah berdasarkan rumus petik medium tanpa melihat kerusakan pucuk. Pucuk yang memenuhi syarat olah dan yang tidak memenuhi syarat olah ditimbang masing-masing dan dinyatakan dalam persen (%). Pucuk yang terserang ulat penggulung pucuk tidak disertakan dalam analisis, justru menjadi pengurang pembaginya. Hasil analisis pucuk pada bulan Maret – Mei 2010 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Analisis Pucuk Rata – Rata Bulan Maret – Mei 2010

Blok Maret April Mei

MS TMS MS TMS MS TMS ...(%)... Bismo 50.68 49.32 50.91 49.09 55.87 44.13 Rinjani 50.46 49.54 50.51 49.49 49.61 50.39 Mandala 46.10 53.90 47.53 52.47 47.88 52.12 Argopuro 46.49 53.51 52.35 47.65 50.06 49.94 Kembang 45.83 54.17 45.60 54.40 47.40 52.60 Muria 46.01 53.99 46.37 53.63 45.51 54.49 Rataan 47.67 52.33 48.57 51.43 49.79 50.21

Sumber: Buku Analisa Pucuk (Bulan Maret- Mei, 2010)

Pelayuan. Pelayuan merupakan tahap awal dalam penentuan mutu pucuk teh. Tujuan dilakukannya pelayuan adalah untuk menguapkan sebagian air pada pucuk sehingga pucuk menjadi lemas, serta untuk memberi kesempatan terjadinya

(22)

reaksi biokimia dalam sel daun yang akan mendukung terbentuknya mutu teh yang berkualitas. Proses pelayuan akan menyebabkan terjadinya perubahan baik secara fisik maupun secara kimia.

Alat-alat yang digunakan pada proses pelayuan yaitu palung pelayuan (Withering Through), Thermometer Dry Wet, vane (sumber aliran udara), mesin pemanas (Heat Exchanger), Hot Air Dukting (saluran udara panas) serta alat kebersihan.

Pucuk segar yang telah ditimbang, kemudian dibeberkan di Withering Through sampai palung penuh dengan ketebalan ± 30 – 35 cm per m2. Pembeberan ini dilakukan untuk memecahkan gumpalan-gumpalan atau tumpukan-tumpukan pucuk secara merata, tujuannya agar sirkulasi udara lancar. Pucuk yang telah merata kemudian segera dialirkan udara segar untuk menghilangkan panas dan air dalam pucuk dengan palung pintu yang terbuka.

Kapasitas untuk 1 Withering Through dapat menampung pucuk sekitar 1 200 – 1 400 kg. Banyaknya Withering Through di Unit Perkebunan Bedakah

sejumlah 13 buah dengan ukuran panjang 24 m, lebar 1.8 m dan tinggi 1 m.

Satu jam setelah pemberian udara segar, pucuk diberikan udara panas, guna meghilangkan bau-bau asing dan menghilangkan embun pada pucuk. Lamanya pemanasan tergantung cuaca dan kondisi pucuk. Suhu yang dianjurkan yaitu 26.7ºC dan tidak boleh melebihi 28ºC, sebab suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan aktivitas enzim di dalam pucuk lama kelamaan terhambat sehingga akan mengganggu proses oksidasi enzimatis pada saat mulai dilakukan proses penggilingan. Kelembaban yang dibutuhkan yakni 65 – 75% dengan volume udara yang dibutuhkan 20 000 – 25 000 cubic feet per minute.

Pembalikan pucuk dilakukan 6 jam setelah pembeberan, dilakukan sebanyak 2 kali dan setiap jam nya diamati suhu dan kelembabannya. Urutan pembalikan di Withering Through berdasarkan tingkat layu pucuk, pembalikan ini bertujuan untuk mendapatkan persentase layu yang rata. Lamanya pelayuan berkisar 12 – 18 jam.

Kegiatan pelayuan selanjutnya adalah turun layu. Kriteria pucuk yang siap untuk turun layu adalah pucuk teh telah berwarna hijau kekuning-kuningan, tidak

(23)

mengering, tangkai pucuk jika dilenturkan tidak patah, jika digenggam terasa lembut dan jika dikepal tidak cepat merekah serta memberi aroma yang khas. Pucuk yang telah siap turun layu, kemudian ditimbang kembali untuk mengetahui persentase pucuk layu dan kapasitas yang dibutuhkan untuk Open Top Roller (OTR).

Penggulungan. Penggulungan akan mengakibatkan daun memar dan dinding sel rusak, sehingga cairan sel keluar di permukaan dengan merata dan pada saat itu sudah terjadi oksidasi enzimatis. Penggulungan dilakukan menggunakan alat penggulung yang disebut Open Top Roller (OTR) 47 Inch. Kapasitas mesin OTR ini sebanyak 350 kg. Waktu yang dibutuhkan untuk sekali menggulung pucuk selama 45 menit. Unit Perkebunan Bedakah memiliki 4 mesin OTR. Perputaran mesin OTR searah dengan jarum jam. Proses penggulungan ini bertujuan untuk memperoleh bubuk sebanyak – banyaknya serta memecah sel daun sehingga cairan sel keluar di permukaan dengan merata melapisi pucuk. Suhu ruangan pada proses ini antara 22 - 23ºC dengan kelembaban 90 - 95 %.

Penggilingan. Penggilingan dilakukan dengan tujuan untuk memperkecil ukuran pucuk sehingga sesuai dengan ukuran grade (mutu) yang dikehendaki. Kegiatan penggilingan merupakan dasar dari proses fermentasi. Alat yang digunakan dalam proses penggilingan adalah Rotor Vane (RV) 15 Inch. Kapasitas mesin RV adalah 1 100 – 1 250 kg/jam. Proses penggilingan akan terjadi reaksi kimia yaitu terjadinya reaksi oksidasi terhadap katekin.

Lama penggilingan tergantung pada suhu dan kelembaban. Suhu ruangan pada proses ini berkisar antara 22 - 23ºC dengan kelembaban 90 - 95 %. Hasil dari penggilingan adalah bubuk basah yang kemudian dipisah-pisahkan menjadi beberapa jenis bubuk basah pada sortasi bubuk basah.

Sortasi basah. Alat yang digunakan untuk melakukan proses sortasi bubuk basah adalah Rotary Roll Breaker (RRB) mesin ayakan berputar dengan mesh (jumlah lubang per inchi persegi pada ayakan) yang berbeda dengan grade (jenis bubuk) yang diinginkan, Ghogi (silinder), Conveyor dan Slove Moving. Tujuan dari sortasi basah adalah untuk memperoleh bubuk yang seragam, memecahkan

(24)

gumpalan bubuk, mendinginkan bubuk, meratakan proses oksidasi, memudahkan dalam pengaturan pengeringan serta sortasi kering.

Hasil dari sortasi basah yaitu bubuk dan badag. Persentase hasil bubuk berkisar 80 % dan badag 20 %. Setiap jenis bubuk diberi nomor sesuai dengan nomor urut gilingan bubuk tersebut. Bubuk yang dihasilkan yaitu antara lain bubuk 1, bubuk 2, bubuk 3, bubuk 4 dan badag.

Oksidasi enzimatis. Fermentasi atau oksidasi enzimatis merupakan proses oksidasi senyawa polifenol dengan bantuan enzim polifenol oxidase. Tujuan dari proses fermentasi adalah untuk menghasilkan perubahan warna, rasa, dan aroma.

Tahapannya adalah dengan cara membiarkan bubuk dan badag yang telah diletakkan dibaki alumunium dengan ketebalan antara 7 - 10 cm selama kurang lebih 1 jam di ruang fermentasi. Oksidasi enzimatis ini selalu dilakukan pada kondisi udara yang lembab. Suhu dan kelembaban ruang fermentasi harus diatur agar proses fermentasi berjalan dengan baik. Suhu ruangan tidak boleh lebih dari 25 ºC (Dry 23 ºC dan Wet 22 ºC) dengan kelembaban lebih dari 90 %.

Pengeringan. Tujuan utama pengeringan adalah menghentikan proses fermentasi senyawa polifenol dalam bubuk teh pada saat komposisi zat-zat pendukung kualitas mencapai keadaan optimal. Pengeringan juga akan membuat teh menjadi berkadar air rendah sehingga daya simpannya akan lama. Peralatan yang digunakan adalah mesin EPC (Endless Chain Pressure) dryer, burner, main fan, tray dan spreader.

Proses pengeringan dilaksanakan dalam mesin pengering, dimulai dengan menyalakan burner untuk memanaskan heater selama 30 - 60 menit. Teh hasil fermentasi ditampung dalam tray (baki) alumunium, kemudian dimasukkan ke mesin pengering. Suhu dalam mesin pengering harus diatur, sebab suhu pengeringan berkaitan erat dengan lama pengeringan teh. Suhu masuk (inlet) 97 ºC – 98 ºC dan suhu keluar (outlet) 45 Cº - 50 ºC.

Unit Perkebunan Bedakah memiliki 2 mesin pengering yang memiliki fungsi berbeda. Mesin I untuk mengeringkan bubuk I dan Bubuk II dengan kapasitas mesin 170 - 180 kg teh kering/jam. Mesin II untuk mengeringkan bubuk III, IV, serta Badag dengan kapasitas mesin 270 - 280 kg teh kering/jam. Waktu

(25)

yang dibutuhkan dari bubuk masuk kemudian keluar mesin pengering sekitar 20 - 30 menit dan kadar air yang keluar dari mesin pengering adalah 3 - 4 %.

Sortasi kering. Sortasi merupakan kegiatan memilah-milah teh bubuk kering (teh hitam) menjadi jenis-jenis mutu tertentu dengan bentuk ukuran yang dikehendaki. Tujuan dari sortasi kering adalah untuk memisahkan teh sesuai dengan jenisnya masing-masing, memurnikan teh sesuai dengan ukuran partikelnya, dan membersihkan dari benda asing. Alat yang digunakan antara lain: buble tray, vibrex, chota, winower, chrusher serta cutter.

Proses sortasi di Unit Perkebunan Bedakah membedakan teh hitam menjadi BOP (Broken Orange Pekoe), BOPF (Broken Open Pekoe Fanning), PF (Pekoe Fanning), DUST, BP (Broken Pekoe), BT (Broken Tea), BM (Broken Mixed), Unsorted, PF II, DUST II, BP II, BT II, Bohea, DUST III serta DUST IV. Langkah sortasi kering pada bubuk I, II dan III adalah senagai berikut: Bubble tray > Vibrex > Chota > Winower, sedangkan untuk bubuk IV dan badag sebagai berikut: Chruser > Bubble Tray > Vibrex > Chota > Winower. Isi papaersack/polybag maspolybaging mutu teh yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 8

Tabel 8. Isi Polibag Masing-masing Mutu Teh UP Bedakah

Jenis Mutu Grade Standar Isi

I BOP 50 BOPF 51 PF 55 DUST 60 BT 45 BM 60 II PF II 55 DUST II 60 BP II 50 BT II 50

III DUST III 60

BM III 50

DUST IV 60

BOHEA 35

(26)

Pengepakan dan penggudangan. Pengemasan atau pengepakan adalah suatu upaya memberikan wadah bagi produk teh hitam agar memudahkan dalam pengiriman pucuk kepada konsumen. Tujuan dari adanya pengepakan antara lain: untuk melindungi produk teh hitam dari kerusakan, memudahkan transportasi serta efisiensi dalam penyimpanan di gudang.

Penyimpanan produk teh hitam dalam gudang sangat penting dilakukan, sebab teh merupakan bahan higroskopis (mudah menyerap air dan mudah menyerap bau-bauan) dari benda disekitarnya. Unit perkebunan Bedakah menyiasati hal ini dengan teh dikemas dalam polybag (karung plastik) dengan ukuran 20 x 75 x 110 cm. Tinggi tumpukan sebaiknya tidak lebih dari 10 polybag, dengan kapasittas 10 x 8 polybag, jarak tembok dengan polybag sekitar 50 - 60 cm supaya sirkulasi udara lancar udara tidak lembab, bagian samping tidak menempel pada dinding, kebersihan harus senantiasa dijaga.

Aspek Manajerial Asisten Kepala Bagian Kebun

Asisten kepala bagian kebun (Askabag) kebun merupakan bawahan dari pemimpin unit perkebunan serta bertanggung jawab langsung kepada pemimpin unit perkebunan. Tugas seorang asisten kabag antara lain membantu pemimpin dalam mengelola perkebunan serta berupaya untuk dapat meningkatkan produksi. Asisten kabag juga harus mempunyai perencanaan untuk setiap kegiatan yang akan dilakukan di kebun. Perencanaan yang harus disusun adalah pembuatan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP), yang dibuat setiap tanggal 2 pada setiap bulannya untuk diajukan kepada pimpinan unit perkebunan. Jumlah asisten yang ada di Unit Perkebunan Bedakah ada 2 orang, yaitu satu membawahi blok Bismo, Kembang, serta Mandala dan satu lagi blok Rinjani, Argopuro, dan Muria. Penulis membantu mengawasi kinerja setiap kepala blok pada saat penulis menyandang status sebagai pendamping asisten kepala bagian kebun.

(27)

Kepala Blok

Unit Perkebunan Bedakah di setiap blok dipimpin oleh seorang kepala blok, yang bertanggung jawab pada asisten kepala bagian kebun. Tugas seorang kepala blok antara lain menjalankan program kerja yag telah dibuat oleh seorang asisten kabag kebun terutama pada kegiatan yang dilakukan di kebun. Kepala blok juga harus bisa berkoordinasi dengan pembimbing–pembimbing supaya semua pekerjaan di lapang bisa terkoordinasi dengan baik. Jumlah kepala blok di Unit Perkebunan Bedakah ada 6 orang. Kepala blok juga mengawasi tugas dari pembimbing dengan mengontrol cara kerja juga mengecek laporan kegiatan. Kepala blok juga bertugas utuk menyusun rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) yang kemudian diserahkan kepada asisten kabag. Pada saat bekerja sebagai pendamping kepala blok, penulis mengawasi kinerja dari pembimbing dan membantu membuat laporan bulanan.

Pembimbing Pemeliharaan

Pembimbing pemeliharaan merupakan karyawan tetap yang setiap harinya mengawasi kegiatan pemeliharaan tanaman teh dan langsung berhubungan dengan tenaga kerja serta bertanggung jawab kepada kepala blok. Tugas pembimbing pemeliharaan antara lain: mengabsensi pekerja, menentukan areal yang akan dilaksanakan pemeliharaan, memberi contoh dan mengarahkan pekerja, mengawasi pelaksaan kegiatan, menyerahkan bon ke asisten kepala bagian kebun (pupuk dan herbisida) kepada kepala gudang, membuat buku laporan pekerjaan harian (klat pemeliharaan), merekap gaji pekerja setiap 10 hari dan nenyerahkan ke bagian administrasi kantor. Dalam satu blok terdapat 1 - 2 orang pembimbing pemeliharaan.

Penulis menjadi pendamping pemeliharaan di blok Bismo, Argopuro, Mandala dan Kembang. Kegiatan yang dilakukan antara lain mengawasi pelaksanaan kegiatan, membantu mengabsen pekerja, memberi contoh dalam

(28)

melaksanakan pekerjaan, mengontrol setiap pekerjaan dan membantu membuat laporan pekerjaan harian (klat pemeliharaan blok).

Pembimbing Pemetikan

Pembimbing pemetikan mengawasi kegiatan pemetikan dan langsung berhubungan dengan tenaga pemetik serta bertanggung jawab kepada kepala blok. Tugas pembimbing pemetikan antara lain: mengatur, mengawasi pelaksanaan pemetikan, mengabsensi pekerja, memberi instruksi bila pemetik melakukan kesalahan, memberi motivasi bagi pekerja, menimbang hasil pucuk, berkoordinasi dengan supir pengambil pucuk mengenai jam penimbangan dan tempat penimbangan, mengisi klat pengantar daun, serta membuat buku laporan pekerjaan harian dalam buku klat pemetikan.

Pembimbing pemetikan harus mampu menguasai teknis pemetikan, mampu menetukan lokasi mana yang akan dipetik, jumlah tenaga kerja sehingga dapat menentukan hanca petik, mampu mengatur siklus petik agar daun tidak terlalu tua untuk dipetik serta mampu menetukan target produksi yang harus dicapai tiap harinya agar mampu menutup target bulanan serta tahunan.

Jumlah total pembimbing pemetikan di Unit Perkebunan Bedakah sebanyak 14 orang. Dalam satu blok terdapat dua orang pembimbing pemetikan yang membawahi kurang lebih 25 - 55 tenaga kerja. Mahasiswa menjadi pembimbing petik di blok Rinjani, Bismo, Argopuro, Mandala, Kembang dan Muria. Penulis bekerja sebagai pendamping pembimbing pemetikan pada blok Bismo, Argopuro, Mandala dan Muria. Kegiatan yang dilakukan yaitu mengarahkan pekerja, membantu mengabsen pekerja, mengawasi pelaksanaan pemetikan, memotivasi pekerja, menimbang hasil pucuk, mengisi laporan kerja harian dan buku pengantar daun.

Gambar

Gambar 2. Pengendalian Gulma Manual (a) dan Pengendalian Gulma Kimia (b) Pengendalian  gulma  pada  TBM  dan  TM  dilakukan  dengan  cara  membersihkan  gulma  yang  berada  di  barisan  tanaman  serta  pada  pinggiran  tanaman,  kemudian  gulma  diletakka
Gambar 4. Kegiatan Pemangkasan (a) dan Pangkasan Bersih (b)
Gambar 5. Hama Ulat Api (a) dan Penyakit Cacar Daun Teh (b)
Gambar 6. Pemetikan Produksi (a) dan Pemetikan Jendangan (b)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sepuluh prinsip tata pemerintahan yang baik berdasarkan kesepakatan Asosiasi Pemerintahan Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI), Asosiasi Pemerintahan Kota Seluruh Indonesia

Skripsi dengan judul “Proses Belajar Seni Karawitan Siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri Kasihan Bantul: Sebuah Studi Kasus” merupakan proses akhir dalam menempuh

Dari segi cara penyajian materi oleh pengajar, 85% menyatakan menarik dan yang terakhir,83% menyatakan pelatihan video editing mendukung prestasi belajar di

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

perubahan resistansi, sensor yang digunakan agar dapat menghasilkan keluaran berupa tegangan, rangkaian clock yang digunakan agar rangkaian digital dapat bekerja dengan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya aktivitas senyawa flavonoid dari labu siam (Sechium edule) pada tekanan darah terhadap mencit putih jantan

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tayeb dkk (2012) bahwa infus sarang semut (Myrmecodia pendans) pada konsentrasi 5-20% b/v memiliki efek

Hasil uji tidak merusak untuk pipa-pipa ekonomiser dan pemanas lanjut PLTU dengan daya 65 Mwe menunjukkan tidak diketemukan indikasi adanya rongga,