• Tidak ada hasil yang ditemukan

IKHTISAR ULUMUL HADITS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IKHTISAR ULUMUL HADITS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

IKHTISAR ULUMUL HADITS

A. Terminologi Hadits

1. Pengerian

- Hadits (etimologi) jadid: yang baru, Qadim: yang lama, al-Khabr: berita. Hadits (terminologi) segala sesuatu yang dinisbatkan kepada Nabi SAW baik itu berupa perbuatan, taqrir dll

- Sunnah (etimologi) jalan. Hadits (terminologi) model kehidupan Nabi SAW

- Khabr (etimologi) berita. Khabr (teminologi) segala sesuatu yang dari Nabi SAW

- Atsar (etimologi) bekas/sisa. Atsar (terminologi) sama dengan khabr dan hadits

2. Struktur

- Sanad, rantai penutur atau periwayatan (ujung sanad harus pada nabi)

- Matan, readaksi atau isi hadits (hubungan satu dengan lainnya - Rawi, periwayatan atau orang yang meriwayatkan

3. Bentuk-bentuk hadits - Hadits qauli (perkataan) - Hadits fi’li (perbuatan) - Hadits taqriri (ketetapan) - Hadts hammi (keinginan) - Hadits ahwali (hal ikhwal nabi)

4. Hadis Qudsi, segala sesuatu yang diberitakan Allah SWT kepada Nabi SAW selain al- Qur’an yang redaksinya oleh Nabi SAW

B. Hadits Sebagai Sumber Ajaran Islam

1. Dalil-dalil kehujahan hadits - Ali Imran: 32

- an- Nissa: 59

- al- Hasyr: 7 - al- Maidah: 92 2. Fungsi hadits terhadap al- Qur’an

- Bayan at- Tafsir, Memberi perincian (Tafshil)

(2)

- Bayan an- Naskh, Hadits sebagai ketentuan datang berikutnya dapat menghapus ketentuan-ketentuan atau isi al- Qur’an yang datang kemudian

C. Sejarah Hadits

1. Hadits-hadits periode Rasul

‘ashr al- Wahyi wa at- Taqwa (masa turunnya wahyu dan pembentukan masyarakat islam) hadits lahir berupa sabda (aqwal), af’al dan taqrir langsung dari Rasul SAW atau mendengar dari para sahabat

2. Hadist-hadits periode Khulafa ar- Rasyidin (11-40 H)

‘ashr at- Tatsabut wa al- Aqlal min al- Riwayah (masa membatasi dan menyedikitkan riwayah) hadits dibatasi riwayatnya dan lebih fokus kepada al- Qur’an

3. Hadits-hadits periode sahabat dan tabiin

‘ashr intisyar al- Riwayah ila al- Amsar (masa berkembang dan meluasnya riwayat) muncul bendaharawan dan lembaga-lemabaga hadits dan awal dari kemunculan pemalsuan hadits setelah wafatnya Ali untuk tujuan politik

D. Modifikasi Hadits

1. Pembukuan hadits abad II, III dan IV H

‘ashr al- Kitab wa al- Tadwin (masa penulisan dan pembukaan hadits)

Masa pembukuan secara resmi pada masa pemerintahan khalifah Umar ibn Abdul Aziz (101 H). Kitab hadits tertua yaitu al- Muwaththa’ karangan Imam Malik

- Abad II & III digelari Mutawaddimin (usaha sendiri) - Abad IV digelari Mutaakhirrin (petikan/nukilan) 2. Pembukuan hadits abad V H sampai sekarang

Ahdu as- Sarhi wa al- Jumi wa Takhriji wa al- Bahtsi (masa pensyarahan, penghimpunan, pentakhrijan dan pembahasan)

Pengumpulan hadits-hadits yang terdapat dalam beberapa kiab kedalam sebuah kitab tertentu yaitu Jami’ul Jamawi susunan al- Hafidz as- Suyuthi (911 H)

(3)

E. Ulumul Hadits

1. Pengertian

- Hadits Riwayah adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara periwayatan, pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan Hadits Nabi SAW. Objek kajiannya adalah Hadits Nabi SAW dari segi periwayatan dan pemeliharaannya.

- Hadits Dirayah adalah ilmu yang mempelajari tentang kumpulan kaidah-kaidah dan masalah-masalah untuk mengetahui keadaan rawi dan marwi dari segi di terima atau di tolaknya. Rawi adalah orang yang menyampaikan Hadits dari satu orang kepada yang lainnya; Marwi adalah segala sesuatu yang diriwayatkan, yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW atau kepada Sahabat dan Tabi`in. Ilmu Hadits Dirayah inilah yang selanjutnya disebut dengan Ulumul Hadits.

2. Sejarah

Ilmu hadits sudah ada sejak periode awal islam atau sejak periode rasulullah dimana apabila seseorang ragu menerima suatu riwayat dari sahabat lainnya, ia segera menemui rasulullah untuk memastikan kebenaran hadits tersebut. Lalu setelah periode rasulullah di lanjutkan kedalam periode sahabat dan tabiin.

3. Cabang-cabang

- Ilmu Rijal al- Hadits - Ilmu al- Jarh wa at- Ta’dil - Ilmu Fannil Mubhamat - Ilmu ‘ilali al- Hadits - Ilmu Gharib al- Hadits - Ilmi Nasikh wa al- Mansukh - Ilmu Talfiq al- Hadits - Ilmu Tashif wa at- Tahrif - Ilmu Mushthalah Ahli Hadits - Ilmu Asbab al-Wurud al-Hadits

F. Pembagian Hadits

(4)

2. Hadits Masyhur, hadits yang diriwayatkan oleh 3 orang atau lebih pada setiap thabaqah tidak mencapai derajat mutawattir.

3. Hadits Ahad, hadits yang tidak sampai jumlah rawinya kepada jumlah hadits mutawattir, baik rawinya itu seorang, dua, tiga atau seterusnya dari bilangan-bilangan yang tidak memberi pengertian bahwa hadits itu dengan bilangan tersebut masuk kedalam hadits mutawattir. 4. Hadits Aziz, hadits yang diriwiyatkan oleh dua orang walaupun dua

orang, walaupun dua orang rawi tersebut terdapat satu thabaqah saja, kemudian orang-orang meriwayatkannya.

5. Hadits Gharib, hadits yang diriwayatka oleh seorang rawi

6. Hadist Shahih, hadits yang dinukil atau diriwayatkan oleh rawi-rawi yang adil, sempurna ingatannya, sanadnya bersambung, tidak berillat dan tidak janggal.

7. Hadits Hasan, khabr ahad yang dinukil oleh orang yang adil, kurang sempurna hapalannya, bersambung sanadnya, tidak cacat dan tidak syadz.

8. Hadits Dhoif, semua hadits yang tidak terkumpul padanya sifat-sifat bagi hadits yang di terima dan menurut pendapat kebanyakan ulama hadits dhoif adalah yang tidak terkumpul padanya sifat hadits shahih dan hasan.

G. Syarat-Syarat Hadits Shahih

1. Sanad Bersambung 2. Rawinya Adil

3. Rawinya Dhabit (Kuat Hapalannya)

4. Tidak berillat

5. Tidak mengandung

Syadz

H. Hadits Dho’if Dan Macam-Macamnya

1. Klasifikasi hadits dhoif berdasarkan cacat pada keadilan dan kedhabitan rawi

a. Hadits Mawdhu’, hadits yang dicipta serta dibuat oleh seseorang (pendusta), yang ciptaan itu dinisbatkan kepada rasulullah secara palsu dan dusta baik disengaja maupun tidak

b. Hadits Matruk, hadits yang pada sanadnya ada seorang rawi yang tertuduh dusta

(5)

c. Hadits Munkar, hadits yang pada sanadnya terdapat rawi yang jelek kesalahannya, banyak kelemahannya atau tampak kefasikannya.

d. Hadits Syadz, hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi yang makbul yang menyalahi riwayat orang lebih utama darinya, baik karena jumlahnya lebih banyak ataupun lebih tinggi daya hafalnya. 2. Klasifikasi Hadits berdasarkan gugurnya rawi

a. Hadits Mu’allaq. Hadits yang seorang rawinya atau lebih gugur dari awal sanad secara berurutan

b. Hadits Mu’dhal, Hadits yang putus sanadnya dua orang atau lebih secara berurutan

c. Hadits Mursal, Hadits yang gugur rawi dari sanadnya setelah tabiin, baik tabiin besar maupun kecil

d. Hadits Munqathi’, Hadits yang gugur seorang rawinya sebelum sahabat di satu tempat atau gugur dua orang pada dua tempat dalam keadaan tidak berturut-turut

e. Hadits Mudallas, Hadits yang diriwayatkan menurut cara yang di perkirakan bahwa hadits itu tidak bernoda.

3. Kehujjahan Hadits Dho’if

- Menurut para ulama hadits kelas berat semacam al- Hafidz ibnu Hajar al- Asqalani menyebutkan bahwa hadits dhoif boleh digunakan, dengan beberapa syarat:

a. Level kedhaifannya tidak parah

b. Berada di bawah nash lain yang shahih

c. Ketiak mengamalkannya tidak boleh meyakini ke-tsabit-annya

I. Syarat-Syarat Seorang Perawi Dan Proses Transformasinya

1. Syarat-syarat seorang perawi - Islam - Baligh - Adil - Dhabit - Menguasai Bahasa Arab - Menguasai Nahwu Sharaf

2. Tahamul Wal Ada, suatu kegiatan menerima dan menyampaikan riwayat hadits secara lengkap baik berkenaan dengan mata rantai

(6)

- Al- Sima’ (mendengar) - Al- Qira’ah (membaca) - Al- Ijazah (memberikan Izin)

- Al- Munawalah (memeberikan manuskripsi disertai izin) - Al- kitabah / Al- Mukatabah (menuliskan)

- Al- I’lam (memberitahukan) - Al- Washiyah (memberi wasiyah)

- Al- Wizadah (tidak melalui cara al- Sima’ atau al- Ijazah)

J. Ilmu al- Jarh wa al- Ta’dil

1. Pengertian al- Jarh wa al- Ta’dil ialah merupakan suatu materi pembahasan dari cabang ilmu hadits yang memebahas cacat atau adilnya seorang yang meriwayatkan hadits yang berpengaruh besar terhadap klasifikasi haditsnya.

2. Kegunaan al- Jarh wa al- Ta’dil ialah untuk menetapkan apakah periwayatan seorang perawi itu dapat diterima atau harus ditolak 3. Syarat-syarat bagi orang yang menta’dilkan dan mentajrihkan

a. Berilmu pengetahuan b. Taqwa

c. Mengetahui sebab-sebab untuk ment’dilkan dan mentajrihkan d. Jujur

e. Menjauhi fanatik golongan

f. Wara’ (orang yang selalu menjauhi perbuatan maksiat, syubhat, dosa-dosa kecil dan makruhat-makruhat

4. Kitab-kitab al- Jarh wa al- Ta’dil

- Ma’rifat al- Rijal karya Yahya ibn Ma’in (158-233 H)

- al- Jarh wa al- Ta’dil ialah karya Abdurrahman ibn Abu Hatim ar- Razi (240-327 H)

- Mizan al- I’tidal karya Imam Syamsuddin Muhammad ibn Ahmad adz- Dzahabi (673-748 H)

K. Hadits Mawdhu’

1. Pengertian hadits mawdhu’ ialah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW baik perbuatan, perkataan maupun taqrirnya, secara rekaan atau dusta semata-mata.

(7)

2. Awal kemunculan disebabkan karena masuknya secara masal penganut agama lain kedalam islam

3. Faktor-faktor

- Pertentangan politik dalam soal pemilihan Khalifah

- Adanya kesengajaan dari pihak lain untuk merusak ajaran islam - Mempertahankan madzhab dalam masalah Fiqh dan masalah

Kalam

- Meningkatkan gairah beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT

- Menjilat para penguasa untuk mencari kedudukan dan hadiah 4. Kriteria

- Ciri-ciri yang terdapat pada sanad 1. Rawi tersebut terkenal dusta 2. Pengakuan dari si permbuat sendiri

3. Kenyataan sejarah, mereka tidak mungkin bertemu - Ciri-ciri yang terdapat pada matan

1. Keburukan susunan lafadznya 2. Kerusakan maknanya

L. Pengenalan Takhrij Secara Teoritis

1. Takhrij Hadits, penunjukan terhadap tempat hadits didalam sumber aslinya yang dijelaskan sanad dan martabatnya sesuai keperluan 2. Kitab-kitab Takhrij

- Hidayatul bari ila tartibi Ahadisil Bukhari oleh Abdu Rahman Ambar al- Misri at- Tahtawi

- Mifatus Sahihain oleh Muhammad Syarif bin al- Mustafa al- Tauqiyah

- Al- Jami’us Sahgir oleh Imam Jalaludin Abdurrahman as- Suyuthi

3. Metode takhrij hadits - Menurut lafadz pertama

- Menurut lafadz-lafadz yang terdapat dalam hadits - Mencari berdasarkan tema

(8)

- Untuk mengetahui kuat dan tidaknya periwayatan akan menambah kekuatan riwayat

- Untuk menemukan status hadits shahih ii dzatih (hadist shahih yang memenuhi syarat-syaratnya secara maksimal) atau shahih li ghairih (hadist shahih yang tidak memenuhi syarat-syaratnya secara maksimal), hasan li dzatih (hadits yang memenuhi segala syarat-syarat hadits hasan) atau hasan li ghairih (hadits dhoif yang bukan di karenakan rawinya pelupa, banyak salah dan orang fasik, yang mempunyai mutabi’ dan syahid). Demikian juga akan dapat diketahui istilah hadits mutawattir, masyhur, aziz dan gharib.

- Memberikan kemudahan bagi orang yang hendak mengamalkan setelah mengetahu hadits tersebut adalah makbul (dapat diterima) - Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadits adalah benar-benar

berasal dari Rasulullah

M. Pengenalan Terhadap Mukharij

1. Imam Malik bin Anas (94-179 H)

2. Ahmda bin Muhammad bin Hanbal (164-241 H) 3. Imam Bukhari (194-256 H)

4. Imam Muslim (202-261 H) 5. Imam an- Nasa’i (215-303 H) 6. Abu Dawud (202-275 H) 7. At- Tirmidzi (209- 279 H) 8. Ibn Majah (207-273 H)

N. Ikhtisar al- Sanad dan Matan

1. Sanad

- Sanad atau isnad yaitu menyandarkan hadits kepada orang yang mengatakannya

- Tokoh perumusan yaitu Ibnu jama’ah - Tinggi rendahnya rangkaian sanad

a. Ashahlu al- Asanid (sanad-sanad yang lebih Shahih) b. Ahsanu al- Asanid (rendah derajatnya daripada yang

(9)

c. Adh’afu al- Asanid (rangkaian sanad yang paling rendah derajatnya)

- Jenis-jenis sanad hadits

a. Sanad ‘Aliy, sebuah sanad yang jumlah rawinya lebih sedikit jika di bandingkan dengan sanad lain

b. Sanad Nazil, sebuah sanad yang jumlah rawinya lebih banyak jika di bandingkan dengan sanad yang lain

2. Matan

- Matan yaitu redaksi dari hadits atau isi

O. Ingkar al- Sunnah

1. Pengertian Ingkar al- Sunnah ialah sebuah sikap penolakan terhadap sunnah rasul, baik sebagian maupun keseluruhannya.

2. Sejarah

- Ingkar al- Sunnah Klasik

Munculnya ingkar al- Sunnah baik di kalangan individu maupun kelompok seperti:

1. Khawarij 2. Syi’ah

3. Mu’tazilah - Ingkar al- Sunnah Modern

Ingkar al- Sunnah modern lahir di kairo mesir apda masa Syaikh Muhammad Abduh karena serta karena ekspansi barat atau faktor orientalis.

3. Argumentasi Ingkar al- Sunnah - Agama bersifat kongkrit - al- Qur’an sudah lengkap

- al- Qur’an tidak memerlukan bayan atau penjelas 4. Bantahan Ulama mengenai Ingkar al- Sunnah

- Sebab al- Qur’an sendiri meskipun kebenarannya sudah diyakini sebagai kalam Allah tidak semua ayat memberikan petunjuk hukum yang pasti, sebab banyak ayat yang pengertiaannya masih dhanni (dhanni ad- Dalalah)

- Rasulullah diberi tugas untuk menjelaskan kandungan al- Qur’an sedangkan kita diwajibkan untuk menerima dan mematuhi

Referensi

Dokumen terkait

Contoh konkritnya adalah:.. Ibnu Hazm mengatakan bahwa nukilan orang kepercayaan dari orang yang dipercaya hingga sampai kepada Nabi Saw., bersambung-sambung perawi-perawinya

“Hadits yang sanadnya tersambung, diriwayatkan oleh rawi yang adil dan kedhabitan ringan dari yang semisalnya hingga akhir sanad, tidak ada syadz (kejanggalan) dan tidak ada

a) Hakikat periwayatan adalah penukilan hadits dan penyandarannya kepada sumber hadits atau sumber berita. b) Syarat-syarat periwayatan adalah penerimaan perawi terhadap

apabila ada hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi yang hafalannya telah buruk karena berusia lanjut atau karena adanya sebab yang lain, maka hadits yang diriwayatkannya

Hadits Hasan: Hadits yang sanadnya bersambung, yang diriwayatkan oleh rawi yang adil dan memiliki hafalan yang sedang-sedang saja (khafif adh-Dhabt) dari rawi

Berkata Al-Allamah Al-Albani Rahimahullah : (Hadits) Lemah, Dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dalam Ad-Dhu’afa (1/283) disandarkan dari Aisyah dari Nabi Shalallahu ‘alahi

Hamad bin Zaid berkata: "Orang-orang zindiq membuat hadits dusta yang disandarkan kepada Rasulullah n sebanyak empat belas ribu hadits." Ahmad bin Shalih

Hadits adalah penafsiran praktis terhadap Qur'an, resume ulumul hadistny wulan by wiwinsyamsiyah in Types > Resumes & CVs e ulumul hadistResume-ulumul-quran.doc - Ulumul