• Tidak ada hasil yang ditemukan

Standar Pustu 25 Sept 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Standar Pustu 25 Sept 2014"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN

(2)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS KESEHATAN

SURABAYA 2013

PEDOMAN

PUSKESMAS PEMBANTU

(3)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS KESEHATAN

SURABAYA 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya, maka buku Pedoman Puskesmas pembantu dapat diselesaikan.

Mengingat banyaknya jumlah sarana Pelayanan Kesehatan di Jawa Timur yang ada pada saat ini, maka untuk mendukung tercapainya indikator pelayanan yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM), pendekatan yang dilaksanakan Puskesmas Pembantu adalah pelayanan yang terintegrasi pada upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan.

Untuk meningkatkan kinerja perawat dan bidan sebagai petugas di Puskesmas Pembantu yang optimal dalam memberikan kontribusi terhadap tercapainya indikator SPM dan sekaligus mencapai angka kredit jabatan fungsionalnya, maka Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, memandang perlu untuk menyusun buku pedoman Puskesmas Pembantu.

Pedoman Puskesmas Pembantu merupakan acuan minimal bagi perawat dan bidan serta pihak yang terkait, sehingga untuk penerapannya dapat dikembangkan sesuai kebutuhan dan kemampuan kabupaten/kota.

(4)

Pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Tim Penyusun yang terdiri dari wakil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta petugas Puskesmas Pembantu juga pihak lain yang berperan dalam penyusunan buku pedoman ini.

Saran serta masukan untuk penyempurnaan buku ini sangat kami harapkan, juga dukungan berbagai pihak untuk dapat mewujudkan kinerja perawat dan bidan di Puskesmas Pembantu yang optimal sesuai peran dan fungsinya sehingga pelayanan yang diberikan lebih bermutu dan dapat dipertanggung jawabkan.

Semoga Tuhan yang Maha Esa memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua, Amin.

Surabaya, September 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN

PROVINSI JAWA TIMUR

DR. HARSONO

TIM PENYUSUN

1. Dr. Harsono Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

2. dr. Herlin Ferliana, M.Kes Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 3. drg. Rochendah, M.Kes Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 4. dr. Yunihan Gustam, M.M.Kes. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 5. Sri Suhartatik, SKep. NS. M.Kes. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 6. dr. Any Juliharti Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 7. drg. Zuhrianah, MARS. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

(5)

8. dr. Roestina Soehardi, M.M.Kes. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 9. dr. Ali Husni, M.Kes. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 10. Eddy Suroso, SKM Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 11. Lestari Rahajoe, SKM Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 12. Dedy Suprijadi, ST Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 13. Siti Fatimah, S.Pd. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 14. dra. Rahmi, Apt. M.Kes. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 15. drg. Christina Ariyani Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

KONTRIBUTOR

1. dr. Sri Setiyani Dinas Kesehatan Kota Surabaya 2. St. Anis Susalwati, SKM.M.Kes. Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo 3. drg. Ratry Rarasasri Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik 4. Mamik Sulih Rahmanto, SKM. Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan

5. Nurhayati, SP Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo

6. Mimik Christiani, S. ST. Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek 7. Lis Wulandari, S.Sos. Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung 8. drg. Yuni Sri Wulandari Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar

(6)

9. Putut Heru Siswaya, S.Sos. MSi. Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri 10. drg. Nuryani Mubayin Dinas Kesehatan Kabupaten Malang 11. Arie Risdiyanti Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang 12. Tunwantoko, SKep. Ners. Dinas Kesehatan Kabupaten Jember 13. Retno Yuliati, Amd. Kep. Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi 14. Adhing Supriyadi, SKM. Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo

15 Pasidi Shidiq, SKep. MKes. Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso

16 Fatimah Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo

17 Mira Kurniawati, SKM. Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan 18 Jaka Harnunanta, SE.M.MKes. Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto 19 I’ah Novi Maslahah, SKM. Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang 20 dr. Budi Murisni Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk 21 Sri Susanti, M.Mkes. Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun 22 Dwi Hunun Pratiwi, SKM. Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan 23 Devy Ayu Trisnawati, SKM. Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi 24 Sutrisno, S.Sos. M.Si. Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro

25 dr. Shodikin Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban

26 dr. Bambang Susilo, M.MKes. Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan

27 Itafiqoh, S. Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan

28 Subagyo, SKM. Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang

29 dr. Erna Hidayati, M.Kes. Dinas Kesehatan Kabupaten Pamekasan

30 Winarno, SKM. Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep

31 Nurseto, SAp. M.Ap. Dinas Kesehatan Kota Batu 32 Koko Widiyantoro, SKM. Dinas Kesehatan Kota Kediri

33 Suprayogi, SE. Dinas Kesehatan Kota Blitar

34 dr. Rohana Dinas Kesehatan Kota Malang

35 drs. Heny Ananto, Apt. Dinas Kesehatan Kota Probolinggo 36 Nuzulyati, S.Kep. NS. Dinas Kesehatan Kota Pasuruan

(7)

38 Sudewa, SKM. Dinas Kesehatan Kota Madiun

39 Joko Sigit, SKM. Pustu Kabupaten Tulungagung

40 Susi Prayitno, Amd.Kep. Pustu Kabupaten Pacitan

41 Mansur, Amd.Kep. Pustu Kabupaten Banyuwangi

42 Titik Susihandari, Amd.Kep. Pustu Kabupaten Lumajang

43 Sugiarti, Amd.Kep. Pustu Kabupaten Bondowoso

44 Syaiful Kusmulyanta, SKM. Pustu Kota Blitar

DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Tim Penyusun... ii Kontributor ... iii Daftar Isi ... iv Daftar Lampiran... v BAB I. PENDAHULUAN... 9 1.1. Latar Belakang... 9 1.2. Dasar Hukum... 10 1.3. Pengertian ... 11 1.4. Tujuan ... 12 1.5. Manfaat ... 12 1.6. Ruang Lingkup... 12

BAB II. MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI ... 14

2.1.1 Kelembagaan... 14

2.1.2 Visi, Misi, Tujuan dan Fungsi... 15

2.1.3 Struktur Organisasi... 15

(8)

2.1.5 Perencanaan, Pelaksanan dan Evaluasi Kegiatan ... 16

2.1.6 Jenis Pelayanan... 16

2.1.7 Alur Pelayanan... 17

2.1.8 Waktu Pelayanan ... 18

2.1.9. Rekam Medik ... 18

2.1.10 Standar Operasional Prosedur (SOP) ... 19

2.1.11 Informed Consent... 20

2.1.12 Pendelegasian Pengobatan Dasar ... 20

2.1.13 Hak dan Kewajiban Penderita ... 21

2.1.14 Hak dan Kewajiban Penyedia Layanan... 22

2.2 Sumber Daya Puskesmas Pembantu... 22

2.2.1 Bangunan ... 22

2.2.2 Sumber Daya Manusia ... 23

2.2.3 Peralatan... 24

2.2.4 Obat-Obatan... 34

2.2.5 Pembiayaan ... 36

BAB III. UPAYA PELAYANAN KESEHATAN ... 37

3.1 Upaya Kesehatan Wajib... 37

3.1.1 Upaya Promkes... 37

3.1.2. Upaya Kesehatan Lingkungan... 41

3.1.3. Upaya Kesehatan Ibu, Anak serta KB... 43

3.1.3.1 Upaya Kesehatan Ibu ... 43

3.1.3.2 Upaya Kesehatan Anak ... 44

3.1.3.3 Upaya Kesehatan KB . ... 45

3.1.3.4 Upaya Perbaikan Gizi... 46

3.1.3.5 Upaya Pemberantasan Penyakit... 47

3.1.3.6 Upaya Pengobatan Dasar... 59

3.2 Upaya Kesehatan Pengembangan... 60

3.2.1 Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat... 60

BAB IV. PENCATATAN PELAPORAN DAN MONITORING EVALUASI ... 4.1. Pencatatan dan Pelaporan... 64

4.1.1 Jenis pelaporan... 65

4.1.2 Alur dan Mekanisme pelaporan ...67

(9)

4.1.3.1 Jenis monitoring ... 68

4.1.3.2 Jadwal dan Pelaksanaan Monitoring Evaluasi... 68

BAB V : PENUTUP... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 73

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Indikator Kinerja

Lampiran 2 Denah Puskesmas pembantu

Lampiran 3 Form pelaporan awal kejadian bencana

Lampiran 4 Form kejadian luar biasa

Lampiran 5 Form pendelegasian tugas kepada perawat dan bidan

Lampiran 6 Formulir hasil pemeriksaan jentik

Lampiran 7 Kuesioner kajian PHBS tatanan rumah tangga

Lampiran 8 Formulir laporan bulanan promosi kesehatan

Lampiran 9 Form pengukuran tahapan pengembangan desa/kelurahan siaga aktif

(10)

Lampiran 11 Standar Operasional Prosedur (SOP)

Lampiran 32 Format penilaian Puskesmas pembantu

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen Pasal 28 H ayat (1) mengamanatkan kepada kita, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Tahun 2012 menyebutkan antara lain bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan Nasional.

(11)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik pasal 15 mengamanatkan bahwa Penyelenggara Pelayanan Kesehatan berkewajiban menyusun dan menetapkan standar pelayanan agar pelayanan dapat dilaksanakan sesuai dengan standar serta penyelenggara dapat memberikan pertanggungjawaban terhadap pelayanan yang diselenggarakan.

Millenium Development Goals (MDGs) menetapkan delapan tujuan dan tujuan ke 1, 4, 5, 6 dan 7 adalah menurunkan prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk, menurunkan angka kematian balita, menurunkan angka kematian ibu dan mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua, mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS dan menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan TB, serta meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber air minum dan sanitasi dasar yang layak. Target yang ditetapkan adalah menurunkan Angka Kematian Balita sebesar 2/3 dan Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar ¾ dalam kurun waktu 1990-2015. Indonesia masih memerlukan komitmen tinggi dan kerja keras semua pihak, pemerintah & masyarakat untuk mampu mencapai angka yang ditargetkan dalam MDGs.

Visi pembangunan nasional tahun 2005-2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014 ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian.

Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2009–2014, maka pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan arah dan kebijakan pembangunan daerah yang dilakukan oleh semua potensi yang terdiri dari masyarakat, swasta dan pemerintah secara sinergis dan berhasil guna mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Masyarakat sehat merupakan investasi yang sangat berharga untuk mencapai Visi Pembangunan di Jawa Timur yaitu: “Mewujudkan Masyarakat Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia” dengan Misinya: “Makmur Bersama Wong Cilik”.

(12)

Untuk mewujudkan Visi Pembangunan di Jawa Timur tersebut, perlu dilakukan pendekatan akses dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya di Jawa Timur. Salah satu programnya adalah pengembangan Puskesmas Pembantu

(Pustu) menjadi Puskesmas Pembantu Gawatdarurat & Observasi (Pustu Gadarsi)

1.2. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 sebagai Perubahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian;

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, bidan/perawat boleh melakukan diluar kewenangan bila tidak ada dokter;

4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik; 6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 585/MENKES/PER/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1991 tentang Pedoman Penanggulangan Wabah;

9. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 919/MENKES/PER/X/1993 tentang Kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

13. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Ijin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat;

14. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Ijin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan

15. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 161/MENKES/PER/I/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan;

(13)

16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :2269/Menkes/Per/ /2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 17. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 0701/YANMED/RSKS/GDE/VII/

1991 tentang Pedoman Pelayanan Gawat Darurat

19. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan masyarakat

20.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1193/MENKES/

SK/X/2004 Tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan

21. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 564/MENKES/SK/ VIII/2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga

22. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1529/MENKES/SK/ 2010 Tentang PedomanUmum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

1.3. Pengertian

1.Pedoman adalah:

Acuan yang memberi arah bagaimana sesuatu harus dilakukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

2.Puskesmas Pembantu adalah :

Unit pelayanan kesehatan yang berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil. Wilayah kerja Puskesmas Pembantu minimal adalah satu (1) desa, namun demikian dalam keadaan tertentu wilayahnya dapat mencakup dua (2) desa atau lebih dengan jumlah penduduk antara 2.500 sampai 10.000 jiwa.

1.4. Tujuan

1.4.1. Tujuan Umum

Tersedianya penyelenggaraan Pedoman Puskesmas Pembantu sehingga tercapai pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, efektif dan efisien agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal di desa yang masuk wilayah kerja Puskesmas Pembantu.

(14)

1. Menyusun pedoman sarana dan prasarana Puskesmas Pembantu.

2. Menyusun pedoman pelayanan kesehatan masyarakat dan perorangan Puskesmas Pembantu.

1.5. Manfaat

Tersedianya Pedoman Puskesmas Pembantu maka dapat diperoleh manfaat sebagai berikut,

1 . Bagi Masyarakat

Sebagai acuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas Pembantu; 2. Bagi Petugas Pustu

Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Puskesmas Pembantu;

3. Bagi Puskesmas

Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan, monitoring dan evaluasi pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya;

4 Bagi Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota

a. Sebagai acuan dalam penentuan kebijakan di Puskesmas Pembantu. b. Sebagai acuandalam perencanaan program dan anggaran.

1.6. Ruang Lingkup

a. Pedoman manajemen dan administrasi b. Pedoman sumber daya

c. Pedoman upaya pelayanan kesehatan d. Pedoman pencatatan dan pelaporan

e. Pedoman monitoring dan evaluasi

BAB II

MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI

Puskesmas Pembantu adalah unit pelayanan kesehatan jaringan Puskesmas yang berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil.

(15)

Wilayah kerja Puskesmas Pembantu minimal adalah 1 (satu) desa, namun demikian dalam keadaan tertentu wilayahnya dapat mencakup 2 (dua) desa atau lebih dengan jumlah penduduk antara 2.500 sampai 10.000 jiwa.

2.1. Manajemen dan Administrasi Puskesmas Pembantu

Puskesmas Pembantu mempunyai organisasi dan pengelolaan administrasi serta manajemen yang meliputi :

a.Kelembagaan b. Visi dan Misi c.Struktur Organisasi

d. Kedudukan dan Tanggungjawab

e.Perencanakan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Kegiatan f. Jenis Pelayanan

g. Alur Pelayanan h. Waktu Pelayanan i. Rekam Medik

j. Standar Operasional Prosedur (SOP)

k. Informed Consent (Persetujuan tindakan medik) l. Pendelegasian Pengobatan Dasar

m.Hak dan Kewajiban Pasien

2.1.1. Kelembagaan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 30 bahwa semua Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus mempunyai perijinan yang dikeluarkan oleh Pemerintah, termasuk Puskesmas Pembantu sebagai fasilitas pelayanan kesehatan diharapkan mempunyai ijin penyelenggaraan yang dikeluarkan oleh Pemkot yang berwenang. Sedangkan PuskesmasPembantu merupakan jaringan Puskesmas, ijin operasionalnya menjadi satu dengan Puskesmas.

2.1.2. Visi, Misi, Tujuan dan Fungsi

1. Visi

Visi Puskesmas Pembantu adalah “Terwujudnya Desa/ Kelurahan Sehat Menuju Kecamatan Sehat“. Visi tersebut merupakan pengembangan dari visi Puskesmas yakni terwujudnya kecamatan sehat.

(16)

Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, maka misi yang dilaksanakan adalah,

a. Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas Pembantu ;

b. Menggerakkan masyarakat desa/kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pembantu, agar menciptakan lingkungan desa/ kelurahan yang sehat;

c. Mendorong kemandirianbagi keluarga dan masyarakat di desa/ kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pembantu;

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat desa/ kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pembantu;

3. Tujuan

Meningkatkan mutu pelayanan dan kualitas SDM, manajemen dan administrasi serta pelayanan kesehatan di Puskesmas Pembantu;

4. Fungsi

Sebagai acuan Kabupaten/Kota agar pelayanan kesehatan di Puskesmas Pembantu sesuai dengan pedoman yang ada.

2.1.3. Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS PEMBANTU

Keterangan: Garis koordinasi Kepala Puskesmas Penanggung jawab Pustu Koordinator Ponkesdes Pelaksana Penanggung jawab Pustu Gadarsi Pelaksana Pelaksana

(17)

Garis pertanggung jawaban

2.1.4. Kedudukan Dan Tanggungjawab Kedudukan :

1. Puskesmas Pembantu sebagai unit pelayanan jaringan Puskesmas 2. Puskesmas Pembantu melaksanakan sebagai tugas Puskesmas

3. Puskesmas Pembantu mengkoordinir kegiatan dari Ponkesdes di wilayah kerjanya. Tanggungjawab :

1. Penanggung Jawab Puskesmas Pembantu ditunjuk oleh Kepala Puskesmas 2. Penanggung jawab bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas

2.1.5. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Kegiatan

Puskesmas Pembantu harus membuat perencanaan kegiatan pelayanan kesehatan setiap awal tahun sebagai bagian perencanaan Puskesmas. Perencanaan kegiatan disampaikan pada microplanning di Puskesmas. Pelaksanaan rencana kegiatan harus di evaluasi berdasarkan indikator yang telah ditentukan:

1. P1 Perencanaan Tingkat Puskesmas meliputi Persiapan, Analisis Situasi, rencana Usulan Kegiatan, Rencana Pelaksanaan Kegiatan/Plan Of Action;

2. Mengikuti kegiatan P2 (Pelaksanaan Lokakarya Mini) di Puskesmas 3. P3 Penilaian Kinerja Puskesmas (dilaksanakan Puskesmas)

2.1.6. Jenis Pelayanan

Puskesmas Pembantu melaksanakan pelayanan kesehatan dasar yang terdiri dari upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang disesuaikan dengan tenaga yang ada di Puskesmas. Upaya tersebut dikelompokkan menjadi:

1. Upaya Kesehatan Wajib

Adalah upaya pelayanan kesehatan yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global yang mempunyai daya ungkit tinggi terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Ada enam pelayanan kesehatan dasar yaitu,

1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat; 2. Upaya Kesehatan Lingkungan;

(18)

3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana; 4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat;

5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular, dan 6. Upaya Pengobatan.

2. Upaya Kesehatan Pengembangan

Adalah upaya kesehatan yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan di masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa/ kelurahan dan kemampuan Pustu Gadar & Observasi setempat. Upaya Kesehatan Pengembangan meliputi:

1. Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat 2. Upaya Kesehatan Sekolah

3. Upaya Kesehatan Indera Penglihatan 4. Upaya Kesehatan Indera Pendengaran 5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut 6. Upaya Kesehatan Kerja

7. Upaya kesehatan Olahraga 8. Upaya Kesehatan Jiwa 9. Upaya Usia Lanjut

10. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

2.1.7. Alur Pelayanan

Alur pelayanan yaitu kemudahan atau tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat untuk memudahkan dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan kesehatan.

(19)

ALUR PELAYANAN PUSKESMAS PEMBANTU

Pasien datang ---Loket---Periksa---Obat---Pulang/Rujuk

2.1.8. Waktu Pelayanan

Jam Buka Puskesmas Pembantu adalah jam kerja yang berlaku di Kabupaten/Kota masing-masing yang meliputi pelayanan di dalam gedung dan pelayanan di luar gedung.

2.1.9. Rekam Medik

Rekam medik berisikan catatan tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien, sebagai alat bukti yang sah menurut hukum,dan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Rekam medik harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas;

Penderita

Pendaftaran

Penderita Tidak Gawat: BP

Poli KIA KB

Apotik Laborat

UGD (Penderita Gawat): Tindakan (konsul dokter) Observasi (konsul dokter)

(20)

2. Rekam medik harus sesuai standar yang ditetapkan menurut jenis pelayanan; 3. Rekam medik harus disediakan untuk setiap kunjungan;

4. Isi rekam medik untuk pasien rawat jalan pada sarana pelayanan kesehatan sekurang-kurangnya memuat,

a. Identitas pasien (nama, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaaan); b. Tanggal dan waktu (kunjungan);

c. Hasil anamnesa,mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit; d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;

e. Diagnosis;

f. Rencana penatalaksanaan; g. Pengobatan dan /atau tindakan ;

h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien,dan i. Persetujuan/penolakan tindakan bila diperlukan.

5. Tenaga Kesehatan (Perawat dan Bidan) bertanggung jawab akan kebenaran dan ketepatan pengisian rekam medik;

6. Setiap pemberian pelayanan kesehatan oleh para tenaga kesehatan wajib disertai dengan pemberian catatan pada berkas rekam medik, dan pasien rujukan harus disertai dengan informasi alasan rujukan.

2.1.10. Standar Operasional Prosedur (SOP)

Standar Operasional Prosedur keperawatan dan kebidanan bermanfaat sebagai acuan dan dasar bagi perawat dan bidan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan bermutu sehingga setiap tindakan dan kegiatan yang dilakukan berorientasi pada budaya mutu. Selain hal tersebut standar dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pekerjaan, dapat meningkatkan motivasi dan pendayagunaan staf, dapat dipergunakan untuk mengukur mutu pelayanan keperawatan dan kebidanan serta melindungi masyarakat dari pelayanan yangtidak bermutu.

Contoh SOP yang harus ada di Puskesmas Pembantu: 1. SOP mencuci tangan steril

2. SOP menerima pasien baru

3. SOP menilai kesadaran dengan pemeriksaan GCS 3. SOP pemeriksaan Pasien

4. SOP memberi injeksi Intra Muskuler 5. SOP memberikan injeksi Intravena

(21)

6. SOP memberikan injeksi secara Sub Cutan 7. SOP memasang infus

8. SOP memberikan O2 dengan nasal kanula/masker 9. SOP memasang kateter tetap

10. SOP perawatan luka dan luka gangren di kaki

11. SOP lain yang digunakan Puskesmas dalam melaksanakan program sesuai kewenangan.

2.1.11. Informed Consent (Persetujuan tindakan medik)

Persetujuan tindakan medik/informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan perawat dan bidan terhadap pasien .

1. Setiap tindakan medik yang mengandung risiko tinggi harus dengan persetujuan tertulis yang ditanda tangani oleh yang berhak memberikan persetujuan;

2. Informasi tentang tindakan medik harus diberikan kepada pasien, baik diminta maupun tidak diminta;

3. Persetujuan/ penolakan dapat diberikan secara tertulis oleh pasien setelah yang bersangkutan mendapat penjelasan secara lengkap dari tenaga kesehatan ( lampiran);

4. Bagi pasien dewasa yang menderita gangguan mental, persetujuan diberikan oleh orang tua/wali;

5. Bagi pasien dibawah umur 21 (dua puluh satu) tahun dan tidak mempunyai orang tua/wali dan atau orang tua/wali berhalangan,persetujuan diberikan oleh keluarga terdekat;

6. Dalam hal pasien tidak sadar/pingsan serta tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan secara medik berada dalam keadaan gawat dan atau darurat yang memerlukan tindakan medik segera untuk kepentingannya , tidak diperlukan persetujuan dari siapapun.

2.1.12. Pendelegasian Pengobatan Dasar dan Pelayanan Gawat Darurat

Pendelegasian ini diberikan oleh dokter puskesmas dengan mengetahui Kepala Puskesmas kepada perawat/bidan yang ditempatkan di Puskesmas Pembantu untuk melaksanakan pengobatan dasar dan pelayanan gawat darurat berdasarkan Undang-Undang dan sesuai dengan SOP yang ada (contoh lampiran). Kepala Puskesmas

(22)

bertindak sebagai penanggung jawab dan menerima laporan dari penanggung jawab Puskesmas Pembantu.

2.1.13. Hak dan Kewajiban Penderita 2.1.13.1. Hak penderita

Setiap penderita mempunyai hak:

1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku; 2. Memperoleh layanan yang bermutu, aman , nyaman , adil , jujur dan manusiawi; 3. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;

4. Mendapat informasi hasil pemeriksaan yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan, tujuan tindakan, alternatif tindakan, resiko, biaya dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan ;

5. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;

6. Keluarga dapat mendampingi saat menerima pelayanan kesehatan.

2.1.13.2. Kewajiban penderita

Kewajiban penderita antara lain: 1. Memeriksakan diri sedini mungkin;

2. Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang masalah kesehatannya kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Pembantu ,dan

3. Mematuhi nasehat dan petunjuk tenaga kesehatan di Puskesmas Pembantu. 4. Membayar biaya sesuai peraturan yang berlaku.

5. Mentaati semua peraturan yg berlaku

2.1.14. Hak dan Kewajiban Penyedia Layanan 2.1.14.1. Hak penyedia layanan

Penyedia layanan mempunyai hak:

(23)

2. Melakukan pemeriksaan dan pengobatan dengan sarana dan prasarana yang memadai

3. Mendapat informasi kepuasan terhadap pelayanan yang dilakukan

2.1.14.1. Kewajiban penyedia layanan

1. Memberikan pelayanan sesuai dengan prosedur

2. Melakukan pemeriksaan dan pengobatan sesuai prosedur 3. Segera melakukan rujukan apabila tidak dapat ditangani

2.2 Sumber daya Puskesmas Pembantu 2.2.1. Bangunan

1. Luas tanah Puskesmas Pembantu minimal sebesar 200 m2. 2. Ruangan yang harus tersedia minimal adalah:

a. Luas bangunan utama 86 m2 terdiri dari:

- Ruang administrasi/pendaftaran/rekam medik 12 m2 - Ruang Poliklinik umum/BP 12 m2

- Poliklinik KIA/KB 12 m2

- Kamar Mandi/WC, 2 ruang masing – masing 3 m2 b. Luas bangunan Tambahan 47 m2 terbagi menjadi: - Ruang tunggu 12 m2

c. Halaman parkir dan taman sesuai kebutuhan d. Pengembangan sesuai kebutuhan

3. Tanah dan bangunan milik Pemerintah Daerah.

4. Lokasi mudah dijangkau oleh masyarakat, bebas dari pencemaran, banjir dan tidak berdekatan dengan rel kereta api, tempat bongkar muat barang, tempat bermain anak, pabrik industri dan limbah pabrik.

5. Jenis Bangunan: Permanen

6. Kriteria bangunan yang memenuhi syarat minimal kesehatan:

Bangunan harus kuat, utuh,dinding tidak berlubang, atap kuat, luas ventilasi 20 % luas lantai, penerangan cukup, lantai kedap air, sirkulasi udara yang baik.

7. Pada setiap ruangan periksa harus tersedia wastafel dengan air mengalir.

8. Ruangan-ruangan tersebut harus ditata menurut alur kegiatan dan memperhatikan ruang gerak petugas.

(24)

9. Pelayanan administrasi umum hendaknya berdekatan dengan pintu utama Pustu Gadar dan Observasi.

10. Fasilitas ruangan yang ada harus dirawat dengan baik. Bangunan Pustu Gadar dan Observasi harus terpelihara, mudah dibersihkan dan dapat mencegah penularan penyakit serta kecelakaan.

11. Ruangan Pustu Gadar dan Observasi ( baik untuk pemeriksaan, pelayanan gawat darurat, persalinan, maupun kamar mandi) harus terlihat bersih, tidak ada sampah berserakan , tersedia tempat sampah, atap bersih dan terawat tidak ada sarang laba-laba.

2.2.2. Sumber Daya Manusia

Tenaga kesehatan di Puskesmas Pembantu menurut SPM terdiri dari 1 (satu) orang Perawat dan 1 (satu) orang Bidan, dan 1 (satu) tenaga administrasi, dimana tenaga tersebut diharapkan bertempat tinggal di desa atau kelurahan wilayah kerjanya.

Perawat yang melaksanakan tugas di Puskesmas Pembantu harus mempunyai Surat Ijin Perawat (SIP)/Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Ijin Kerja Perawat (SIKP) atau Bidan mempunyai Surat Ijin Bidan (SIB)/Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Ijin Kerja Bidan (SIKB).

Perawat dan Bidan dapat melaksanakan praktik keperawatan/kebidanan pada sarana pelayanan kesehatan atau Puskesmas Pembantu adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan sudah pengalaman kerja minimal 2 tahun. Perawat dan Bidan tersebut diangkat oleh Bupati/ Walikota atau yang diangkat oleh Menteri Kesehatan. Tenaga Perawat dan Bidan di Puskesmas Pembantu adalah lulusan minimal DIII keperawatan atau DIII kebidanan. Serta ditambah dengan tenaga administrasi minimal berpendidikan SLTA atau sederajat.

Kompetensi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas di Puskesmas Pembantu meliputi:

a. Kompetensi Perawat:

1. Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD)/Basic Cardiac Life Support (BCLS)/ Basic Trauma Life Support (BTLS)/Basic Life Support (BLS)

2. Immunisasi 3. Konseling

(25)

5. Pendidikan Kesehatan

6. Perawatan Kesehatan Masyarakat b. Kompetensi Bidan:

1. Asuhan Persalinan Normal (APN) dan Uji Kompetensi

2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang ( SDIDTK)

Manajemen Terpadu Balita Sakit/Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBS/MTBM)

3. Pelayanan Keluarga Berencana/CTU 4. Konseling

5. Penanganan Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia

6. Penanganan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 7. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

8. Imunisasi

2.2.3. Peralatan

Peralatan (minimal) dan bahan yang harus dimiliki oleh Puskesmas Pembantu baik dalam gedung maupun luar gedung terdiri dari:

1. Set Peralatan Umum

2. Set Peralatan Poliklinik Umum 3. Set Peralatan Poliklinik KIA/KB 4. Set Peralatan Pencegahan Infeksi 5. CHN Kit

1. Set Peralatan Umum

Nomor Nama Alat Jumlah

1 2 3 4 5 6

Tempat Tidur Periksa Almari obat

Meja Kursi lipat

Kursi tunggu panjang Rak instrument/alat 2 1 2 4 1 2

(26)

Nomor Nama Alat Jumlah 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Rak status pasien/rekam medik Filling kabinet

Tempat Sampah tertutup/khusus Komputer Set ( Desktop ) Penggerus Obat

Blender Obat Timbangan Obat APD Kerja Jam/timer

Kompor Elpiji (Portable)

Lemari Es Tipe Kompresi (Tenaga Listrik)/cold chain

1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1

2. Set Peralatan Poliklinik Umum

Nomor Nama Alat Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Tensimeter, Air Raksa + Manset Anak Stetoskop

Timbangan Dewasa Termometer Klinik Kaca Pembesar Meteran

Pulsameter, Alat Ukur Nadi

Sudip Lidah, Logam, Panjang 12 Cm Gunting Bedah Standar, Lurus Gunting Pembalut (Lister)

Jarum Jahit, Lengkung, ½ Lingkaran, Penampang Bulat Jarum Jahit, Lengkung, ½ Lingkaran, Penampang Segitiga Jarum Jahit, Lengkung, 3/8 Lingkaran, Penampang Bulat Jarum Jahit, Lengkung, 3/8 Lingkaran, Penampang Segitiga

2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 12 12 12 12

(27)

15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48

Jarum Suntik, Hipodermis (No.02) Jarum Suntik, Hipodermis (No.12) Jarum Suntik, Hipodermis (No.14) Jarum Suntik, Hipodermis (No.18) Jarum Suntik, Hipodermis (No.20) Kateter, Karet O. 10 (Nelaton) Kateter, Karet O. 14 (Nelaton)

Kateter, Logam Untuk Wanita, No.12 Klem Arteri, Lurus (Kelly)

Klem/Pemegang Jarum Jahit, 18 CN (Mayo-Hegar) Korentang, Penjepit Sponge (Foerster)

Pinset Anatomis, 14,5 cm Pinset Anatomis, 18 cm

Pinset Anatomis, (untuk specimen) Pinset Bedah, 14,5 cm

Pinset Bedah, 18 cm Pisau Cukur Set Semprit, Gliserin

Semprit, Hipodermik, Tipe Record 1 cc Semprit, Hipodermik, Tipe Record 10 cc Semprit, Hipodermik, Tipe Record 2 cc Semprit, Hipodermik, Tipe Record 5 cc Sikat Tangan

Skalpel, Mata Pisau Bedah (No.10) Skalpel, Tangkai Pisau Operasi Sterilisator (Pemanas Alkohol) Duk Lubang, Sedang

Sarung Tangan, No. 6 ½ Sarung Tangan, No. 7 Sarung Tangan, No. 7 ½

Baki Logam Tempat Alat Steril Lampu Senter

Mangkok Untuk Larutan Meja Instrument/Alat 12 12 12 24 24 24 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 3 3 6 1 1 2 3 3 3 1 1 2

(28)

49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82

Silinder Korentang Steril Standar Waskom, Tunggal Toples Kapas/Kasa Steril Torniquet Karet

Tromol Kasa/Kain Steril (125 X 120 mm) Waskom Bengkok

Waskom Cekung

Jarum Suntik, Disposible (No.02) Jarum Suntik, Disposible (No.12) Jarum Suntik, Disposible (No.14) Jarum Suntik, Disposible (No.20) Disposible Syringe, 1 cc Disposible Syringe, 10 cc Disposible Syringe, 3 cc Disposible Syringe, 5 cc Pisau Silet Gunting Benang

Handuk Kecil Untuk Lap Tangan Waslap

Pispot Urinal

Steek Laken (Sprei Kecil) Tempat Sampah Bertutup Termometer For Infant Air Sound Timer Gambar Anatomi Mata

Corong Telinga/ Spektrum Telinga P.241, Ukuran Kecil, Besar, Sedang

Pengait Serumen Dan Sendok Serumen Pelilit Kapas / Cotton Aplicator

Pinset Bayonet P.245 Lampu Spiritus

Aligator Forceps P.247 Lampu Kepala/Head Lamp

1 2 1 1 3 1 2 2 12 12 12 12 5 5 5 5 1 dos 2 3 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1

(29)

3. Set Peralatan Poliklinik KIA/KB

Nomor Nama Alat Jumlah

1

2

3

Partus Set

1. Klem Kelly atau 2 Klem Kocher 2. Gunting tali pusat

3. Benang tali pusat/klem plastik/cincin karet 4. Kateter Nelaton

5. Gunting episiotomi

6. Alat pemecah selaput ketuban atau klem ½ kocher 7. Sarung tangan DTT/steril

8. Kapas gulung basah (menggunakan air DTT)

9. Tabung suntik 2 ½ atau 3 cc dengan jarum steril (sekali pakai) 10. Kain bersih atau kering

Hechting set

1. Tabung suntik 10 ml dan jarum suntik steril (sekali pakai) 2. Pinset

3. Pemegang jarum 4. Jarum jahit tajam

5. Sarung tangan DTT atau steril 6. Kain bersih dan kering

IUD Kit 1. Cocor bebek 2. Tenakulum 3. Sonde 1 set 1 set 1 set

(30)

4 5 4. Gunting 5. Mangkuk 6. Klem Bengkok 7. Timba besar 8. Baki besar

Peralatan Asuhan Bayi Baru Lahir

1. Kasa atau handuk kecil (untuk menyeka mulut dan hidung) 2. Penghisap lendir De Lee/bola karet penghisap (baru dan

bersih)

3. Handuk/kain bersih dan kering untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi

4. Lampu 60 watt Peralatan Persalinan

1. Apron Plastik tebal 2. Bak Instrumen

3. Blood Lancet 28 G steril

4. Autoclick Device (alat penusuk jari) 5. Bowel Metal

6. Baby Scale 7 kg + celana 7. Timbangan Bayi 20 kg 8. Catgut plain 2.0/3.0

9. Nelathon Catheter no 12 steril 10. Funduscope kayu

11. Gunting episiotomi 14 cm 12. Duk steril 60x60 cm

13. Gunting operasi lurus 14 cm tajam/tumpul 14. Gunting tali pusar 16 cm

15. Kocher lurus 16 cm 16. Setengah kocher 14 cm 17. Hb Sahli

18. Hechting nald GR 12 19. Infusion Set Dewasa 20. Infusion Set Pediatric 21. IV catheter no 18 G 1 set 1set 1 1 1 box 1 1 1 1 1 box 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 sachet 5 5 5

(31)

6 7 8

22. IV catheter no 18 G untuk bayi 23. Jarum Disposible 23 G

24. Wing Needle no 25 dan 27 G 25. Mucous extractor

26. Needle Holder Mayo 14 cm 27. Nierbeken 20 cm

28. Pinset anatomis 14 cm 29. Pinset chirurgis 14 cm 30. Pinset chirurgis 18 cm

31. Sarung tangan surgical steril ukuran 6½/7/7½ 32. Senter + 3 baterei besar

33. Sheet plastik 34. Sikat tangan halus 35. Tensimeter

36. Resusitator 37. Lampu

38. Spuit disposible 1 cc 39. Stetoscope duplex dewasa 40. Tas Bidan Kit Mobile 41. Thermometer digital 42. Timbangan dewasa 43. Ukuran pita 150 cm 44. Selimut bayi

45. Umbilical cord klem

46. Gambar ibu hamil dan proses kelahiran 47. Ukuran lengan ibu hamil

48. Air timer untuk bayi standar UNICEF 49. Nasal Gastric Tube Silicone no 16 50. Cathether Ureteral Wanita Disposible 51. Tas Bidan kit

52. Resusitator Implant Kit Tensimeter Stetoscope binoculer 5 1 box 10 5 1 1 4 1 1 15 1 1 1 1 1 1 1 box 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

(32)

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 Stetoscope monoculer Timbangan dewasa Timbangan bayi Pengukur panjang bayi Termometer

Oksigen dengan regulator

Ambubag dengan masker resusitasi (ibu dan bayi) Penghisap lendir

Lampu/sorot Penghitung nadi Sterilisator

Bak Instrument dengan tutup Reflek hammer

Pita pengukur

Plastik penutup instrument steril

Sarung tangan karet untuk mencuci alat Apron/celemek

Masker

Pengaman mata Sarung kaki plastik Infus set

Standar infus Semprit disposible Tempat kotoran/sampah Tempat kain kotor Tempat plasenta Pot

Piala ginjal/bengkok Sikat sabun ditempatnya Kertas lakmus

Vacum exstraktor set Semprit glycerin Gunting verband Kain pengukur darah

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

(33)

43 44 Spatel lidah Gergaji obat 1 1

4. Set Peralatan Pencegahan Infeksi Nomo r Kebutuhan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Air mengalir untuk mencuci tangan Ember untuk menyiapkan larutan klorin

Ember plastik dan sikat untuk membersihkan dan mencuci peralatan Perebus atau pengukus peralatan untuk DTT

Sikat

Tempat penyimpanan peralatan bersih yang tertutup rapat Tempat penyimpanan linen bersih yang tertutup

Cairan desinfektan Celemek / Apron

Sarung tangan rumah tangga Pelindung mata / masker Penutup Kepala

Sepatu karet tertutup Sabun

Deterjen

Handuk / lap tangan pribadi

Tempat pemrosesan alat terpisah dari dapur keluarga Kain lap

(34)

19 20 21 22

Kain pel

Wadah anti pecah untuk pembuangan semprit dan jarum habis pakai Tempat sampah kering dan basah terkontaminasi yang terpisah Pembakar sampah atau tempat mengubur sampah atau enkapsulasi

5. CHN Kit

Nomor Nama Alat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Tas CHN Kit

Stetoskop Duplek Dewasa Sphygnomanometer Hg Pen light

Alat Pengukur Tinggi Badan/Pita 150 cm Alat Pengukur Berat Badan

Termometer Nierbeken 23 cm Bak Instrumen Bowel Metal Kaca Pembesar Hechting set

6. Bahan Pakai Habis

Nomor Nama Bahan Pakai Habis

1 2 3 4 5 6 7 Kapas Kain kassa Kasa steril Alkohol 70 % Plester

Sarung tangan steril Betadine

(35)

8 9

Larutan klorin Safety box

B. Peralatan Non Medis

a.Promosi kesehatan (Promkes) Kit;

b. Promkes kit adalah media yang dibutuhkan untuk penyuluhan kesehatan berupa leaflet, lembar balik, Poster, standard flipchard, wireless & mic , meghaphone (toagh);

c.Transportasi (kendaraan roda dua);

d. Meja, kursi dan tempat tidur; e. Papan data dan papan nama puskesmas pembantu

2.2.4. Obat-obatan

1. Jenis obat yang dapat diberikan oleh perawat dan bidan atas perintah dokter 2. Label obat yang memadai

3. Daftar obat yang tersedia untuk Perawat dan Bidan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

a. Daftar obat yang tersedia untuk perawat berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 148/MENKES/PER/X/2010,

No Jenis Obat Perawat

1

2

Jenis Obat Bebas a. Analgetika b. Anti piretik c. Anti histamin d. Anti emetik e. Oralit f. Anti Diare g. Obat batuk h. Roborantia i. Antibiotika sederhana j. Anestesi lokal

k. Obat keluarga berencana (KB) Obat Emergency

(36)

3

a. Ringer Laktat b. NaCl 0,9% c. Dextrose 5 % Infus set

b. Daftar obat yang tersedia untuk bidan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1464/MENKES/PER/X/2010,

No Jenis Obat Bidan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Roborantia Vaksin Syok Anafilaktik - Adrenalin 1:1000 - Antihistamin - Hidrokortison - Aminophilin 240 mg/10 ml - Dopamin Antibiotika Uterotonika Antipiretika Koagulantia Anti Kejang Cairan infuse Obat luka

Cairan desinfektan (termasuk Chlorine)

Obat penanganan asphiksia pada bayi baru lahir

c. Bahan pakai habis yang minimal ada di Puskesmas Pembantu meliputi ,

No Jenis Bahan pakai habis

1 2 3

Kapas

Kain kasa ,kasa steril dan perban Plester

(37)

4 5 6

Handuk kecil

Disposible syringe berbagai ukuran Infus set dan jarum infus

d. Pencatatan dalam rekam medis pasien beserta dosis obat yang diberikan; e. Pengelolaan yang meliputi perencanaan, penyimpanan dan penyerahan;

f. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat dan efek samping obat;

g. Pemberian informasi kepada pasien maupun keluarga pasien dalam hal penggunaan dan penyimpanan obat serta berbagai aspek pengetahuan tentang obat demi meningkatkan kepatuhan dalam penggunaan obat;

h. Pemantauan terapi obat dan pengkajian penggunaan obat, dan pengaturan persediaan dan perencanaan obat .

2.2.5. Pembiayaan

Pembiayaan penyelenggaraan Puskesmas Pembantu diperoleh dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota, APBD Propinsi, APBN, dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

(38)

BAB III

UPAYA PELAYANAN KESEHATAN

Upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan di Puskesmas Pembantu sama dengan yang dilakukan di Puskesmas, disesuaikan dengan jenis dan kompetensi yang ada.

3.1. Upaya Kesehatan Wajib

Upaya Kesehatan Wajib adalah upaya pelayanan kesehatan yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global yang mempunyai daya ungkit tinggi terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Ada enam pelayanan kesehatan dasar yaitu ,

1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat; 2. Upaya Kesehatan Lingkungan;

3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana; 4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat;

5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular,dan (tanggap darurat bencana)

6. Upaya Pengobatan Dasar.

Pelayanan kesehatan di Pustu Gadarsi dititik beratkan pada kegiatan promotif dan preventif dan gawat darurat.

3.1.1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

A. Deskripsi

Promosi Kesehatan adalah Upaya untuk meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan upaya

(39)

kesehatan yang bersumberdaya masyarakat sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Tujuan promosi kesehatan adalah agar masyarakat mau dan mampu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) rumah tangga yang diharapkan adalah 10 (sepuluh) indikator komposit yaitu :

1. Pertolongan persalinan oleh Nakes 2. Memberi bayi ASI Eksklusif

3. Menimbang bayi dan balita setiap bulan 4. Menggunakan air bersih

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 6. Menggunakan jamban sehat

7. Memberantas jentik di rumah 8. Makan sayur dan buah setiap hari 9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari 10. Tidak merokok di dalam rumah Jenis komunikasi dalam promosi kesehatan :

• Komunikasi perorangan (Komunikasi interpersonal) • Komunikasi kelompok

• Komunikasi massa

Macam metode dalam Promosi Kesehatan : • Ceramah

• Diskusi Kelompok • Curah pendapat

• Demonstrasi, konseling dll.

Pemilihan metode harus dilakukan dengan memperhatikan kemasan informasinya, keadaan penerima informasi (termasuk sosial budayanya) dan hal-hal lain seperti ruang dan waktu.

Agar pesan dapat mudah diterima oleh sasaran, maka sebaiknya dalam melaksanakan penyuluhan menggunakan alat bantu atau media penyuluhan.

Jenis media penyuluhan :

(40)

• Spanduk

• Umbul – umbul • Banner

• Media Elektronik (Audio, Video Spot dll)

Pemberdayaan Masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif, untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat.

Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dan keluarga dalam bidang kesehatan, sehingga masyarakat akan dapat berkontribusi dalam meningkatkan derajat kesehatan.

Antara Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Promosi Kesehatan selalu bertujuan akan adanya kemampuan dan kemauan masyarakat untuk bertindak yaitu yang disebut sebagai masyarakat yang berdaya, sedangkan Pemberdayaan Masyarakat selalu harus diawali dengan pemberian informasi yang terus menerus.

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses, salah satu bentuk proses pemberdayaan masyarakat saat ini adalah berkembangnya kegiatan Desa Siaga . Keberhasilan Proses pemberdayaan dapat dilihat dengan terwujudnya berbagai Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di masyarakat.

UKBM adalah upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang dibentuk dari, oleh , untuk dan bersama masyarakat.

Jenis-jenis UKBM : •Posyandu •Poskesdes •Poskestren •Pos UKK, dll

B. Kegiatan promosi kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas Pembantu : a. Kegiatan didalam gedung

1). Tempat Pendaftaran

Penyebaran informasi melalui media poster, leaflet yang bisa dipasang didepan loket pendaftaran. Adapun jenis informasi yang disediakan, yaitu :

(41)

• Informasi kesehatan yang menjadi isu pada saat itu

• Peraturan kesehatan seperti larangan merokok, dilarang meludah sembarangan, membuang sampah pada tempatnya, dll.

2) Ruang BP

Petugas memberikan penyuluhan perorangan di ruang BP. Disediakan pula media promosi : lembar balik, poster, gambar atau model anatomi atau leaflet

3) Ruang Tunggu

Dipasang media poster, leaflet, media penyuluhan lain tentang penyakit dan pencegahannya dan kotak saran

4) Ruang Pelayanan KIA dan KB

a) Petugas memberikan penyuluhan perorangan di KIA.

b)Memasang poster atau disediakan leaflet tentang berbagai penyakit yang menyerang bayi & balita,(resiko tinggi ibu hamil bayi dan balita) pentingnya memeriksakan kehamilan teratur, pentingnya tablet Fe bagi bumil, pentingnya imunisasi lengkap

pada bayi, dll 5) Dinding

Dipasang spanduk pada momen tertentu asal tidak merusak keindahan gedung 6) Taman

Jika memungkinkan mempromosikan taman obat keluarga dan karangkitri (jenis tanaman dengan kandungan gizinya ) dll

b. Kegiatan diluar gedung

1). Kunjungan rumah: dilakukan petugas Pustu sebagai tindak lanjut dan upaya promosi kesehatan di dalam gedung Pustu yang telah dilakukan kepada pasien/keluarga

2). Pemberdayaan berjenjang di berbagai tatanan (rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, dll) dengan urutan tahapan:

a) Petugas Pustu mengembangkan kemitraan dan memberdayakan para pemuka masyarakat

(42)

b) Pemuka masyarakat memilih dan merekrut kader, lalu memberdayakan kader c) Para kader memberdayakan masyarakat

d) Melakukan Penyuluhan kelompok yang ada ( pengajian, arisan, karang taruna dsb) e) Melakukan pengembangan dan pembinaan UKBM yang berkembang di desa

( Posyandu, Poskestren, Pos UKK, Poskesdes dsb) f) Mengembangkan Desa Siaga Aktif

g) Memberdayakan Masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

Pengorganisasian masyarakat, petugas Pustu membantu para pemuka masyarakat dalam melakukan SMD (Survey Mawas Diri) dan MM (Musyawarah Masyarakat). Selanjutnya pemuka masyarakat dibimbing untuk memberdayakan kader dalam persiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian Pustu dan pemuka masyarakat melakukan dukungan, pemantauan dan bimbingan.

3.1.2. Upaya Kesehatan Lingkungan;

A. Deskripsi

Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum, yang bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain:

1. limbah cair; 2. limbah padat; 3. limbah gas;

4. sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah; 5. binatang pembawa penyakit;

6. zat kimia yang berbahaya;

7. kebisingan yang melebihi ambang batas; 8. radiasi sinar pengion dan non pengion; 9. air yang tercemar;

10. udara yang tercemar; dan 11. makanan yang terkontaminasi.

Salah satu kebutuhan penting akan kesehatan lingkungan adalah masalah air bersih, persampahan dan sanitasi, yaitu kebutuhan akan air bersih, pengelolaan sampah yang setiap hari diproduksi oleh masyarakat serta pembuangan air limbah yang langsung

(43)

dialirkan pada saluran/ sungai. Hal tersebut menyebabkan pendangkalan saluran/ sungai, tersumbatnya saluran/ sungai karena sampah. Pada saat musim penghujan selalu terjadi banjir dan menimbulkan penyakit.

Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh sanitasi, pembuangan sampah dan air limbah yang kurang baik diantaranya adalah:

1. Diare 2. Demam berdarah 3. Disentri 4. Hepatitis A 5. Kolera 6. Tiphus 7. Cacingan 8. Malaria B. Pengertian

1. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Pustu Gadarsi UGD 24 jam adalah ketentuan yang bersifat teknis kesehatan lingkungan yang harus dipenuhi dalam upaya melindungi, memelihara, dan atau mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. 2. Penyehatan Lingkungan Pustu Gadarsi UGD 24 jam adalah segala upaya untuk

menyehatkan dan memelihara lingkungan Pustu sehingga tidak mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan sekitarnya.

C. Kegiatan Kesehatan Lingkungan

Mengingat Pustu Gadarsi UGD 24 jam merupakan jaringan puskesmas sebagai bagian Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota serta sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan dalam meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat, maka Pustu Gadarsih UGD 24 jam juga berfungsi sebagai model bangunan sehat, yang diharapkan mampu memotivasi kemandirian masyarakat untuk meniru dan menerapkannya di rumah.

1. Kegiatan Dalam Gedung

Puskesmas Pembantu dalam rangka mewujudkan lingkungan yang sehat yang dapat memberikan perlindungan bagi pengunjung dan, sehingga petugas dapat melakukan upaya kegiatan berupa :

a). meningkatkan prasarana dan sarana air minum/ air bersih dan penyehatan lingkungan.

(44)

b). Memberikan konseling dan penyuluhan tentang hygiene dan sanitasi kepada pasien Puskesmas Pembantu dengan penyakit berbasis lingkungan.

2. Kegiatan Luar Gedung.

a) Melakukan pendekatan kepada pimpinan wilayah setempat agar mendapat dukungan dalam pengembangan sarana sanitasi dasar (air bersih, limbah cair, limbah padat, dan jamban) bagi masyarakat.

b) Membina hubungan kerjasama dengan para tokoh masyarakat/agama di desa. c) Melakukan kemitraan dengan organisasi kemasyarakatan, Lembaga Sosial

Masyarakat ( LSM) , Tokoh Masyarakat ( TOMA) dan Tokoh Agama ( TOGA).

d) Melakukan inspeksi terhadap sarana sanitasi dasar berupa obsevasi, wawancara terhadap pemilik/ pengguna sarana sanitasi, pengisian format data.

e). Mendampingi petugas puskesmas dalam pengambilan sampel lingkungan.

D. Penunjang Kegiatan Kesehatan Lingkungan

Untuk pelaksanaan kegiatan di dalam maupun diluar gedung petugas puskesmas pembantu perlu didukung dengan instrumen penunjang kegiatan berupa : 1.Kuesioner sanitasi lingkungan luar gedung puskesmas pembantu yang ditujukan

pada rumah tangga yang berisikan tentang : a) Air

b) Air limbah c) Sampah

d) Penggunaan bahan kimia e) Ternak/hewan peliharaan

f) Sumber pencemaran di sekitar rumah

2. Kuesioner penilaian pemeriksaan kesehatan lingkungan dalam gedung (inspeksi sanitasi) Puskesmas Pembantu yang memuat variabel upaya kesehatan lingkungan tentang :

a) Bangunan luar gedung b) Bangunan dalam gedung c) Sarana fasilitas sanitasi d) Manajemen dalam ketertiban e) Ruang tambahan

(45)

3.1.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana; 3.1.3.1. Upaya Pelayanan Kesehatan Ibu

A. Deskripsi

Upaya Pemerintah dalam rangka meningkatkan kesehatan wanita yang berkaitan dengan fungsi keibuannya untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, dan akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), yang dimulai sejak periode usia subur, kehamilan, persalinan, nifas dan meneteki.

B. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Ibu; 1. Kegiatan didalam gedung

•Pelayanan dan Konseling pada Calon Pengantin

•Pelayanan Konseling pada masa Pra Hamil termasuk Wanita Usia Subur (WUS)

•Pelayanan Ante natal pada kehamilan normal, termasuk upaya P4K •Pelayanan Persalinan normal dengan inisiasi menyusui dini (IMD) •Pelayanan Ibu Nifas normal

•Pelayanan Ibu Menyusui

•Pelayanan Konseling pada masa antara dua kehamilan.

•Melakukan kasus rujukan KTP {Kekerasan terhadap Perempuan) 2. Kegiatan diluar gedung

•Pelayanan dan konseling pada Calon Pengantin •Pelayanan konseling pada masa pra hamil •Penyuluhan pada Wanita Usia Subur (WUS)

•Pelayanan ante natal pada kehamilan normal termasuk upaya P4K •Pelayanan Ibu nifas normal(termasuk Kunjungan Nifas/KF) •Pelayanan dan konseling Ibu menyusui

3.1.3.2. Upaya Pelayanan Kesehatan Anak

A. Deskripsi

Upaya Pemerintah dalam rangka meningkatkan Kesehatan Anak untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, memiliki kebugaran jasmani, kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual melalui upaya pemenuhan, peningkatan dan perlindungan hak anak, mulai dari terwujudnya bayi lahir sehat

(46)

dengan lahir normal, mempertahankan hidup, tumbuh dan berkembang secara optimal sejak usia dini, usia sekolah, masa pubertas sampai usia dewasa.

B. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Anak

1. Kegiatan didalam gedung • Asuhan Bayi Normal

•Penatalaksanaan awal kegawatdaruratan neonatal (termasuk asfiksia, BBLR, hipotermi) dilanjutkan dengan perujukan

•Pemeriksaan kesehatan bayi /balita dengan format MTBM/MTBS •Pemberian Imunisasi rutin sesuai Program Pemerintah

•Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah •(SDIDTK/ stimulasi deteksi dan Inervensi Dini Tumbuh Kembang) •Pemberian konseling dan penyuluhan

•Pemberian Surat Keterangan Kelahiran

•Melakukan kasus rujukan KTA {Kekerasan terhadap anak) 2. Kegiatan diluar gedung

•Kunjungan rumah (KN)

•Pemberian Imunisasi rutin sesuai Program Pemerintah (Posyandu)

•Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah (SDIDTK) di Posyandu,TK,PAUD

•Pemberian konseling dan penyuluhan ( Posyandu, Kunjungan Rumah ) •Bina Keluarga Balita (BKB)

3.1.3.3. Upaya Pelayanan Keluarga Berencana

A. Deskripsi

Upaya Pemerintah dalam mengendalikan laju pertambahan penduduk dan akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) melalui pencegahan Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) dengan menggunakan kontrasepsi, termasuk penanganan komplikasi dan efek samping

B. Kegiatan Pelayanan Keluarga Berencana 1. Kegiatan didalam gedung

(47)

• Pelayanan Keluarga Berencana Cafetaria ( IUD, MOP, MOW, Inplant, Suntik, Pil, Kondom )

• Pelayanan efek samping KB dan melalukan rujukan kasus dan komplikasi 2. Kegiatan diluar gedung

• Pelayanan Konseling Keluarga Berencana

• Pelayanan Keluarga Berencana dengan Tim Keluarga Berencana Keliling (TKBK)

• Pelayanan dengan momen khusus ( Safari – TNI KB Kes )

• Pendataan sasaran Keluarga Berencana ( 4 T, Unmetneed, Keluarga Miskin)

3.1.3.4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

A. Deskripsi

Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 disebutkan bahwa upaya perbaikan gizi masyarakat bertujuan ntuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.

Di masyarakat, upaya perbaikan gizi dilakukan oleh para petugas gizi puskesmas bersama-sama dengan masyarakat setempat. Kegiatannya dilakukan di dalam gedung maupun di luar gedung dan bekerjasama dengan lintas program maupun intas sektor

B. Kegiatan Perbaikan Gizi Masyarakat 1. Kegiatan didalam gedung

• Kebijakan dan prosedur penyuluhan setiap konsultasi gizi

•Melaksanakan Program Kesehatan Gizi Masyarakat dengan sasaran Ibu hamil, ibu nifas, bayi dan balita

• Memotivasi Ibu post partum untuk segera memberikan ASI eksklusif ( IMD) • Pemberian tablet tambah darah untuk ibu hamil

• Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) Ibu hamil • Pemberian kapsul Vitamin A

• Pojok Gizi

(48)

• Penyuluhan kelompok 2. Kegiatan diluar gedung

• Pemberian kapsul Vitamin A

• Memotivasi Ibu post partum untuk segera memberikan ASI eksklusif

• Penimbangan setiap bulan dan pemantauan pertumbuhan bayi, anak balita di Posyandu

• Pengukuran Tinggi Badan dan Penimbangan Berat Badan bayi dan balita • Penyuluhan, pemantauan status gizi dan konsultasi gizi

• Pemetaan Kadarzi

• Monitoring garam beryodium • Penyuluhan Kelompok

• Pemberian makanan pendamping ASI pada usia 6-24 bulan yang Bawah Garis Merah (BGM)

• Balita gizi buruk yang mendapat perawatan • Pemberian tablet tambah darah

• Balita gizi buruk mendapat PMT Pemulihan • Balita BGM (Bawah Garis Merah)

3.1.3.5. Upaya Pemberantasan Penyakit

Upaya Pemberantasan Penyakit yang bisa dilaksanakan di semua puskesmas pembantu meliputi beberapa program yaitu :

1. Program Pengendalian ISPA 2. Program P2 Diare

3. Program P2 Tuberkulosis 4. Program P2 Demam Berdarah 5. Program P2 Malaria

6. Program P2 Kusta

1. Program Pengendalian ISPA

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih saluran pernapasan mulai dari hidung sampai alveoli termasuk

(49)

adnexanya (sinus, rongga telinga tengah dan pleura). Sedangkan Pneumonia (termasuk salah satu penyakit ISPA) adalah infeksi akut yang mengenai alveoli/jaringan paru.

Hingga saat ini penyakit Infeksi saluran pernafasan akut, khususnya pneumonia masih menjadi penyebab kematian terbesar pada bayi dan Balita, Namun masalah tersebut hingga saat ini kurang mendapatkan perhatian sehingga dunia menyebutnya sebagai “ the forgotten killer of children”

Pada beberapa tahun terakhir masalah penyakit pneumonia selain pada bayi dan Balita juga menjadi masalah pada usia dewasa. Hal ini terlihat dengan adanya wabah penyakit atypical pneumonia seperti SARS (2003) yang menyerang berbagai Negara. Setelah SARS mereda, dunia menghadapi adanya penyakit Avian Influenza/Flu Burung (H5N1) terutama di Asia yaitu Vietnam, China, Kamboja, Thailand, Indonesia (sejak bulan Juni tahun 2006) dan Negara lainnya. Hingga bulan Maret 2010, di Indonesia dilaporkan sebanyak 163 kasus konfirmasi H5N1 dan 135 orang diantaranya meninggal (CFR=82,82%). Kemudian tahun 2009 di dunia (termasuk di Indonesia) terjadi Pandemi Influenza A Baru (H1N1). Di Indonesia dilaporkan ribuan kasus konfirmasi dengan angka CFR kurang lebih 1 %.

Dalam program pengendalian ISPA kriteria untuk mengklasifikasikan Pneumonia Balita berdasarkan 3 (tiga) hal :

1. Ada tidaknya tanda bahaya 2. Menghitung napas

(50)

16

P E NE NTUA N

TA NDA B A HA YA

UMUR 2 BULAN

s.d. <5 TAHUN

Tidakbisa minum

• Kejang

• Kesadar an menur un

• Str idor

• Gizi bur uk

UMUR <2 BULAN

Kurangbisa minum

• Kejang

• Kesadaran menurun

• Str idor

Wheezing

Demam/ dingin

Anak yang mempunyai salah

satu

tanda bahaya

harus

segera dirujuk

ke sarana kesehatan

3

Dalam menghitung napas (dengan ARI Sound Timer atau jam yang ada jarum detiknya):

KLASIFIKASI UMUR DIANGGAP NAPAS CEPAT

BILA

< 2 BULAN 60 KALI/MENIT ATAU LEBIH

2 BULAN s/d < 1 TAHUN 50 KALI/MENIT ATAU LEBIH 1 TAHUN s/d < 5 TAHUN 40 KALI/MENIT ATAU LEBIH

Sedangkan Klasifikasi Penyakit pada Balita dikelompokkan menjadi 2(dua): 1. Kelompok umur 2 bulan s/d < 5 tahun

(51)

Untuk memudahkan petugas kesehatan (dokter, perawat dan bidan) memeriksa penderita Pneumonia Balita maka untuk puskesmas yang tidak melaksanakan MTBS, dibuatkan stempel Pneumonia pada status penderita balita yang datang dengan keluhan batuk dan atau kesukaran bernapas.

(52)

Umur: tahun bulan Batuk: hari Gangguan Napas: hari

Tanda bahaya: Tidak bisa minum Kejang YA / TIDAK Kurang bisa minum Stridor

Kesadaran menurun Wheezing

Demam/dingin Gizi buruk PENY. SANGAT BERAT Frekuensi napas : kali per

menit TDDK: YA / TIDAK

Klasifikasi: Batuk Bukan Pneumonia Pneumonia Pneumonia Berat • •

Tindak lanjut: Rawat jalan Rujuk ke: • •

Obat yang Antibiotika: •diberikan: Obat lain:

Nasihat: Kontrol ulang: hari Cara minum obat:

Pemberian makanan-minuman

Kegiatan di Dalam dan di Luar Gedung

1. Melakukan pemeriksaan penderita pnemonia sesuai standar 2. Melakukan tatalaksana penderita pnemonia sesuai standar 3. Melakukan rujukan kasus pnemonia balita

4. Pelayanan konseling 5. Pencatatan dan pelaporan

2. Program P2 Diare

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk & konsistensi tinja lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (biasanya lebih dari 3 kali).

Prinsip Tatalaksana Diare adalah “LINTAS DIARE” (Lima Langkah Tuntaskan Diare) yaitu:

1. Pemberian oralit osmolaritas rendah

2. Pemberian tablet zinc selama 10 hari berturut-turut 3. ASI dan makanan pendamping ASI

4. Antibiotika secara selektif 5. Nasehat bagi orang tua/pengasuh

(53)

Kegiatan di puskesmas pembantu untuk melakukan pemeriksaan penderita diare atau prosedur tatalaksana diare adalah sebagai berikut :

1. Menanyakan Riwayat Penyakit :

2. Anamnese (menanyakan berapa lama diare, berapa kali diare, adakah darah dalam tinja, muntah, demam, jenis makanan yang dimakan sebelumnya, dll)

3. Menilai derajat dehidrasi :

a. melihat keadaan umum penderita (baik, sadar, gelisah, rewel, lesu, tidak sadar)

b. melihat mata penderita (tidak cekung, cekung)

c. melihat tanda keinginan untuk minum (normal/tidak ada rasa haus, ingin minum terus/ada rasa haus, atau malas minum)

d. melihat turgor kulit (kembali segera, kembali lambat atau kembali sangat lambat).

4. Menentukan derajat dehidrasi penderita diare : . a. Diare tanpa dehidrasi

b. Diare dehidrasi ringan/sedang c. Diare dehidrasi berat

5. Menentukan rencana pengobatan. Sesuai dengan derajat dehidrasinya : a. Rencana terapi A

b. Rencana Terapi B c. Rencana Terapi C 1. Kegiatan di dalam gedung

a. Pengamatan perkembangan penyakit (data kesakitan dan kematian) menurut karakteristik epidemiologi (waktu, tempat dan orang) dalam rangka kewaspadaan dini dan respon KLB (Kejadian Luar Biasa).

b. Membuat pemetaan daerah rawan KLB diare disertai analisis faktor penyebab. c. Melakukan pemeriksaan dan tatalaksana penderita diare

d. Melakukan rujukan diagnosis dan rujukan kasus diare yang tidak bisa ditangani di Puskesmas Pembantu

e. Pelayanan konseling

f. Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan P2 diare 2. Kegiatan di luar gedung

(54)

b.Melakukan pelacakan ke wilayah KLB dan menentukan wilayah rawan potensi KLB diare

c. Mengambil tindakan darurat pengobatan dan melakukan rujukan sesegera mungkin d.Melakukan pelayanan di posyandu

e. Penyuluhan kepada masyarakat melalui kegiatan yang ada di desa/ kelurahan setempat f. Melakukan koordinasi lintas sektor dan tokoh masyarakat dalam rangka pencegahan

dan pengendalian diare.

3. Program P2 Tuberkulosis

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sebagian besar menyerang pada organ tubuh paru, namun dapat juga menyerang organ tubuh yang lain seperti usus, tulang, kulit dan otak.

Diagnosis TB berdasarkan strategi DOTS dan International Standard for TB Care adalah menemukan kuman dengan pemeriksaan mikroskopis langsung. Bahan yang diperiksa bila yang diserang adalah paru adalah dahak dengan pengambilan dahak sebanyak 3 kali (sewaktu-pagi-sewaktu).

Pengobatan menggunakan obat anti TB kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination/FDC) yang dibedakan menjadi 2 kategori pengobatan, yaitu kasus baru diberi kategori 1 (minimal 6 bulan pengobatan) dan pengobatan ulang diberi kategori 2 (minimal 8 bulan pengobatan dengan suntikan streptomisin selama 2 bulan pertama). FDC merupakan obat kombinasi yang terdiri dari Rifampisin, INH, Pirazinamid dan Ethambutol (4FDC) dan kombinasi Rifampisin dan INH (2FDC).

Kondisi gawat darurat pada kasus TB ada beberapa, yaitu:

1. Batuk darah

2. Alergi obat anti TB 3. Tata laksana batuk darah

Batuk darah adalah salah satu kondisi komplikasi pada penderita TB, baik saat dalam pengobatan maupun ketika sudah dinyatakan sembuh. Penyebab terjadinya batuk darah adalah pecahnya pembuluh darah di organ paru.

Ketika ada kasus batuk darah, terutama yang masif (diperkirakan volume darah yang keluar adalah 500 cc), maka perlu tindakan segera dan tepat. Upayakan pasien tetap bebas jalan napasnya dengan meminta tidur posisi miring ke arah sisi yang sakit yang diduga menjadi sumber keluar darah. Bila darah keluar banyak dan menutup saluran

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mengadakan pelatihan teknik pembuatan kain nusantara kepada masyarakat, karena dalam pembuatannya diperlukan pengetahuan teknik

Dari Jabir ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang khawatir bahwa dirinya tidak bangn pada waktu malam hari maka hendaklah dia menunaikan shalat

endotel vaksular dianggap sebagai suatu ciri infeksi malaria yang umum terjadi dan memainkan peranan penting dalam patogenesis malaria dengan mening- katkan

Meskipun persentase kadar ketoprofen yang masih tersalut dalam kesepuluh formula mikrokapsul kitosan-gom guar setelah 3 bulan menunjukkan nilai yang cukup besar, nilainya

Kecuali ditetapkan lain, pembuangan limbah cair sebagaimana tersebut dalam keputusan Gubernur tentang Baku Mutu Limbah Cair untuk wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ke

Manfaat makalah ini adalah (1) diperolehnya informasi mengenai tingkat kebutuhan kalsium serta manfaatnya, (2) disosialisasikannya informasi masalah mengenai pemanfaatan

Dilaminasi kayu lainnya, tanpa papan partikel dan setidaknya lapisan luar dari kayu jenis non-konifera, polos, lainnya selain dilapisi dengan

 Untuk dapat menentukan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan (aspek who dalam pekerjaan) perlu dilaksanakan proses analisis jabatan, sedangkan untuk dapat menentukan jumlah tenaga