PENULISAN BAHASA HUKUM INDONESIA MENURUD EYD PENULISAN BAHASA HUKUM INDONESIA MENURUD EYD
DAN PENERAPAN DALAM PEMBUATAN BERITA ACARA DAN PUTUSAN DAN PENERAPAN DALAM PEMBUATAN BERITA ACARA DAN PUTUSAN
Oleh:
Oleh: Drs. Drs. ABDUL AZIZ, ABDUL AZIZ, MHIMHI
A.
A. PENDAHULUANPENDAHULUAN
Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD) pada dasarnya Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD) pada dasarnya merupakan ejaan bahasa Indonesia hasil dari penyempurnaan terakhir atas merupakan ejaan bahasa Indonesia hasil dari penyempurnaan terakhir atas ejaan-ejaan yang pernah berlaku di Indonesia. Sebelum EYD diberlakukan di Indonesia ejaan yang pernah berlaku di Indonesia. Sebelum EYD diberlakukan di Indonesia pernah berlaku ejaan Ch. A. Van Ophuysen, ejaan Republik (ejaan Soewandi) dan pernah berlaku ejaan Ch. A. Van Ophuysen, ejaan Republik (ejaan Soewandi) dan ejaan Malindo.
ejaan Malindo.
Adapun yang disempurnakan itu bukan bahasa Indonesianya, melainkan ejannya Adapun yang disempurnakan itu bukan bahasa Indonesianya, melainkan ejannya yakni tata cara penulisan yang baku.
yakni tata cara penulisan yang baku.
Selama ini belum semua orang mematuhi kaidah yang tercantum dalam EYD, Selama ini belum semua orang mematuhi kaidah yang tercantum dalam EYD, baik karena belum tahu, enggan mematuhi atau karena ada pedoman yang mereka baik karena belum tahu, enggan mematuhi atau karena ada pedoman yang mereka pegang selama ini yang mereka anggap pedoman itu sudah tepat. Tindakan seperti pegang selama ini yang mereka anggap pedoman itu sudah tepat. Tindakan seperti ini jelas dapat mengacaukan perkembangan bahasa Indonesia. Padahal dengan ini jelas dapat mengacaukan perkembangan bahasa Indonesia. Padahal dengan diberlakukannya EYD, seharusnya setiap warga negara Indonesia, termasuk warga diberlakukannya EYD, seharusnya setiap warga negara Indonesia, termasuk warga pengadilan sebagai pemakai bahasa Indonesia wajib mengikuti dan mematuhi pengadilan sebagai pemakai bahasa Indonesia wajib mengikuti dan mematuhi kaidah-kaidah yang tercantum di dalamnya;
kaidah-kaidah yang tercantum di dalamnya;
---Khusus kaitannya dengan teknik penulisan putusan nampaknya referensinya masih Khusus kaitannya dengan teknik penulisan putusan nampaknya referensinya masih belum memadai, sehingga hakim cenderung membuat putusan seperti apa adanya tanpa belum memadai, sehingga hakim cenderung membuat putusan seperti apa adanya tanpa menghiraukan etika penulisan yang baik dan benar sesuai EYD (Ejaan Yang menghiraukan etika penulisan yang baik dan benar sesuai EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
Disempurnakan).
Dalam rangka menyebarluaskan dan memasyarakatkan EYD itulah dalam Dalam rangka menyebarluaskan dan memasyarakatkan EYD itulah dalam kaitan dengan teknik penulisan putusan, tulisan ini terbit. Diharapkan tulisan ini kaitan dengan teknik penulisan putusan, tulisan ini terbit. Diharapkan tulisan ini dapat memberikan manfaat dan petunjuk praktis bagi para hakim di semua dapat memberikan manfaat dan petunjuk praktis bagi para hakim di semua lingkungan pengadilan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. lingkungan pengadilan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tentu saja tulisan ini tidak luput dari kekurangan dan diperlukan sumbangan Tentu saja tulisan ini tidak luput dari kekurangan dan diperlukan sumbangan pemikiran dari para pembaca.
A.
A. MATERI PEMBAHASANMATERI PEMBAHASAN
Penulis akan membahas secara berturut-turut tehnik penulisan/pengetikan Penulis akan membahas secara berturut-turut tehnik penulisan/pengetikan yang terdiri dari :
yang terdiri dari :
I.
I. Judul dan Nomor pe Judul dan Nomor perkararkara
Judul putusan ditulis dengan huruf kapital semua. Judul putusan ditulis dengan huruf kapital semua.
Contoh :
Contoh : P U T P U T U S A U S A NN
Tidak perlu menggunakan titik dua (:) setelah kata Tidak perlu menggunakan titik dua (:) setelah kata NomorNomor
Contoh
Contoh : : NomorNomor :: 02/Pdt.G/2010/PA Bkt02/Pdt.G/2010/PA Bkt
Catatan : Catatan :
-- Kaidah EYD hanya membolehkan menggunakan titik dua (:) dalamKaidah EYD hanya membolehkan menggunakan titik dua (:) dalam 6 (enam) hal yaitu;
6 (enam) hal yaitu;
1.
1. Pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atauPada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
pemerian.
Contoh : Kita sekarang memerlukan alat-alat kantor
Contoh : Kita sekarang memerlukan alat-alat kantor :: Laptop, buku-Laptop, buku-buku perpustakaan dan lemari
buku perpustakaan dan lemari
3.
3. Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerianSesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian
Contoh : Contoh :
-- Ketua majelis : Drs.Abdul Aziz, M.H.IKetua majelis : Drs.Abdul Aziz, M.H.I
-- Hakim anggota : Drs.Mahyuda, M.HHakim anggota : Drs.Mahyuda, M.H -- Hakim anggota : Dra.Hj.Erni MutiaraHakim anggota : Dra.Hj.Erni Mutiara
3.
3. Dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalamDalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan
Contoh :
− Ibu : “jangan lupa. Letakkan baik-baik kopor ini“ (duduk di kursi besar)
4. Di antara jilid atau nomor dan halaman
Contoh :
− Tempo, 1 (1971), 34 : 7
- Di antara bab dan ayat dalam kitab suci
Contoh :
− Surah Yasin : 9
5. Di antara judul dan anak judul suatu karangan
Contoh :
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup : Sebuah studi, sudah terbit
6. Nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan
Contoh :
Durrah Baraja, Inner Beauty, Jakarta, Balqis Queen : 1968
Nomor perkara tidak perlu diawali dengan angka “0”
Contoh : Nomor 02 /Pdt.G/2010/PA Bkt Catatan :
− Kaidah EYD mengenal kata bilangan dalam 2 (dua) bentuk; 1. Kata bilangan takrif yang terdiri dari ;
a. Kata bilangan penuh
Kata bilangan yang menyatakan jumlah tertentu dan berdiri sendiri secara penuh (tanpa angka nol)
Contoh : 1, 2, 3, 4, 10, 100, 1000 dan seterusnya
b. Kata bilangan pecahan
Kata bilangan yang terdiri atas pembilang dan penyebut yang dibubuhi partikel per
Contoh :
1/2 = satu perdua (boleh dibaca setengah)
2/3 = (dua pertiga)
1/6 = satu perenam (boleh dibaca seperenam)
1/4 = satu perempat (boleh dibaca seperempat)
1/8 = satu perdelapan (boleh dibaca seperdelapan)
c. Kata bilangan tingkat
Kata bilangan yang melambangkan urutan dalam jumlah. Struktur kata bilangan tingkat adalah ke + kata bilangan.
Contoh : kesatu, kedua, ketiga, keseratus
2. Kata bilangan tidak takrif
Kata bilangan tidak takrif ialah kata bilangan yang menyatakan jumlah tidak tentu
− Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian
− Menolak selebihnya
− Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebahagian (kurang tepat)
− Menolak selain dan selebihnya (kurang tepat)
− Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya
Setelah angka Nomor perkara ditulis dengan garis miring, setelah jenis perkara G atau P ditulis dengan garis miringdan setelah tahun takwin ditulis dengan garis miring
Catatan :
Kaidah EYD menggunakan garis miring dalam 5 (lima) bentuk ; 1. Dipakai di dalam nomor surat ( nomor perkara )
Contoh : Nomor 2/Pdt.G/2010/PA .Bkt 2. Dipakai di dalam alamat
Contoh : Jalan Sudirman II/3, Bukik Canggang, Bukittinggi
3. Dipakai di dalam masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwin
Contoh : DIPA, PTA Padang tahun anggaran 2009/2010 4. Dipakai sebagai pengganti kata “ atau “
Contoh : dikirim lewat darat/laut
Contoh : harganya Rp. 100/lembar
Setelah singkatan kata Pdt ( Perdata ) ditulis titik
Contoh : Pdt. G/2010 Catatan :
Kaidah E Y D menggunakan tanda titik dalam ( tujuh ) bentuk, antara lain ;
1. Dipakai pada singkatan kata atau uangkapan yang sudah sangat umum dan pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih Contoh :
Pdt . G = Perdata Gugatan Tgl. = Tanggal
dkk. = dan kawan – kawan dsb. = dan sebagainya
2. Di pakai pada akhir singkatan nama orang Contoh : R.A Kartini
Muh. Bisri A . R. Hartono
3. Di pakai untuk memisahkan angka jenis, menit, dan detik untuk menunjukkan waktu
Contoh : Pukul 07.34.15 (pukul 7 lewat 34 menit 15 detik)
singkatan
Contoh : Nomor 2/Pdt.G/2010/PA BKT
− Penulisan singkatan PA BKT, tidak perlu memakai tanda titik --- PA BKT
Catatan :
Kaidah EYD tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri dari huruf-huruf awal kata atau suku kata atau gabungan keduanya atau yang terdapat di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat
Contoh :
1. MA = Mahkamah Agung
2. PTA = Pengadilan Tinggi Agama
3. PA BKT = Pengadilan Agama Bukittinggi 4. RT = Rukun Tetangga
5. RW = Rukun Warga II. Kepala putusan
Kepala putusan khusus Pengadilan Agama diawali dengan kata “Basmalah” dilanjutkan dengan kalimat Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
Cara penulisannya : BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM (tidak tepat)
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Dasar hukumnya : Pasal 57 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989. III. Identitas para pihak
Identitas para pihak baik penggugat/pemohon, tergugat/termohon, turut tergugat hanya meliputi : nama, umur, dan tempat kediaman.
Pasal 67 huruf a Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, tidak menyebutkan pekerjaan dan pendidikan.
Penulisan nama para pihak menurut kaidah EYD tidak perlu menggunakan huruf kapital semua, tetapi cukup pada awal nama seseorang, untuk memperjelas nama orang cukup ditebalkan ketikannya.
Catatan :
Penulisan huruf kapital pada awal kalimat hanya dipakai dalam 15 hal, antara lain;
1. Pada huruf pertama kata awal kalimat
Contoh : Pengadilan Tinggi Agama Jakarta yang memeriksa dan mengadili perkara dalam tingkat banding dan seterusnya,…..
2. Pada petikan langsung
Contoh : Hakim memberi nasihat, “Upayakan perdamaian melalui proses mediasi”
3. Dalam ungkapan yang berhubungan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan
Contoh :
− Alkitab, Al Quran, Islam, Kristen, Weda
− Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat 4. Nama gelar kehormatan, keturunan dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh :
− Maha putra Yamin
− Sultan Hasanuddin
− Haji Sidqi Gazali
− Imam Syafii
− Nabi Ibrahim Catatan :
− Bila tidak diikuti nama orang, nama gelar tidak perlu huruf kapital Contoh :
− Dia baru saja diangkat menjadi sultan
− Tahun ini ia pergi haji
5. Nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, nama instansi atau nama tempat Contoh :
1. Wakil Presiden Budiono
2. Ketua Pengadilan Tinggi Agama 3. Gubernur DKI Jakarta
Contoh :
− Haripin Tuppa (menopang)
− Abd. Kadir Mappong (menyatu)
− Ahmad Kamil (menyempurnakan)
− Rum Nessa (memperjelas) 7. Nama bangsa
Contoh :
− bangsa Indonesia
− suku Jawa
− bahasa Inggris
8. Nama tahun, bulan, hari, hari raya dan peristiwa sejarah Contoh :
− tahun Hijrah
− bulan Agustus
− hari Jumat
− hari Lebaran, hari Natal
− Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 9. Nama geografi
Contoh : Asia Tenggara, Cirebon, Danau Toba, Jalan Dipenogoro, Selat Sunda, Kali Malang
Catatan : Huruf kapital tidak dipakai untuk sesuatu jenis benda (barang) Contoh : garam inggris, gula jawa, kue bugis, kacang bogor, pisang ambon. 10. Nama negara, lembaga pemerintah, ketatanegaraan dan dokumen resmi
Contoh :
− Republik Indonesia
− Pengadilan Tinggi Agama
− Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57, Tahun 1972 atau Kepres R.I No. 57 Tahun 1972
− Berita Acara Sidang
11. Nama badan, dokumen resmi, peraturan perundang-undangan Contoh :
− Perserikatan Bangsa-Bangsa
− Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
− Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989
− Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 12. Nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan
Contoh :
− Hukum Acara Perdata
− Baca majalah Tempo
13. Singkatan nama gelar, sapaan dan pangkat. Contoh : − S.H., M.H., M.B.A. − Sdr. − Ny − Tn 14. Hubungan kekerabatan Contoh :
− Besok Ayah datang
− Silahkan duduk, Dik
− Para ibu mengunjungi Ibu Mukti Arto 15. Kata ganti Anda
Contoh :
− Sudahkah Anda tahu?
− Apakah Saudara lihat?
− Apakah Saudara pernah mendengar? Catatan :
Kata ganti ketiga (dia)
Contoh : “penggugat “ atau “tergugat” tidak diatur dalam EYD dalam menggunakan huruf kapital tetapi dalam kaidah bahasa arab dikenal dengan istilah ma’rifah dan nakirah.
Penulisan kata “melawan” tidak ditulis dengan huruf kapital, karena “melawan” bukan merupakan sub judul tetapi satu rangkaian kata dengan kalimat sebelumnya, yaitu yang selanjutnya disebut Penggugat.
Kata “lawan” lebih bermakna ke arah, ada benturan pisik, sedangkan kata “melawan” tidak ada benturan pisik, akan tetapi hanya dalam makna berhadapan dalam sengketa
Contoh kata “lawan”, PSM lawan PSP, Moh. Ali lawan Joes Freizer IV. Duduk perkara
Penulisan duduk perkara dalam putusan ada 3 (tiga) model, yaitu; 1. TENTANG DUDUK PERKARA
2. TENTANG DUDUKNYAPERKARA 3. TENTANG DUDUK PERKARANYA
Kata “NYA” bukan dimaksudkan kedudukan para pihak, tetapi yang dimaksudkan adalah perkaranya sehingga yang tepat penulisannya adalah :
TENTANG DUDUK PERKARANYA
atau tidak menggunakan “NYA”, cukup ditulis TENTANG DUDUK PERKARA. Penulisan TENTANG DUDUK PERKARA ditulis semua dengan huruf kapital, karena merupakan sub judul.
V. Pertimbangan hukum
Penulisan pertimbangan hukum dalam putusan ada 3 (tiga) model, yaitu; 1. TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM
3. TENTANG HUKUMNYA
Kata “NYA”, yang dimaksudkan adalah hukumnya perkara yang disidangkan. Sehingga penulisan yang tepat apabila menggunakan kata ganti “NYA” adalah poin 2 dan 3. Akan tetapi jika tidak menggunakan kata ganti “NYA”, maka cukup ditulis seperti pada poin 1.
Penulisan TENTANG HUKUMNYA ditulis dengan huruf kapital, karena merupakan sub judul.
VI. Amar putusan
Amar putusan diawali dengan kata M E N G A D I L I ditulis dengan huruf kapital tanpa garis bawah, karena kata M E N G A D I L I adalah merupakan sub judul.
Di bawah kata M E N G A D I L I ditulis secara berturut-turut isi amar putusan yang diawali dengan kalimat;
− Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya Atau
− Mengabulkan gugatan penggugat sebagian
− Menolak selebihnya atau
− Tidak menerima selebihnya
VII. Penutup putusan
Demikian putusan ini dijatuhkan pada hari ……….tanggal …………
− Kalimat ini tidak tepat, karena kata “dijatuhkan” bermakna diputuskan. Kalau digabung dengan kata sebelumnya “putusan” ini, berarti putusan diputuskan.
− Demikian diputuskan dalam permusyawaratan majelis hakim Pengadilan
Agama Bukittinggi pada hari ….. tanggal …….. 2010 M., bertepatan dengan tanggal ………1431 H., oleh Drs. ABDUL AZIZ, M.H.I, sebagai ketua majelis,Drs. MAHYUDA., M.H., dan Dra.Hj. ERNI MUTIARA , masing-masing sebagai hakim anggota, pada hari itu juga putusan mana diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh ketua sidang dengan dihadiri oleh hakim-hakim anggota tersebut dan dengan dibantu oleh RAHMAD MULYADI, S.H.., selaku panitera pengganti dengan tanpa dihadiri oleh para pihak yang berperkara.
VIII. Susunan majelis Hakim anggota,
Drs. MAHYUDA., M.H.
Ketua majelis,
Drs. ABDUL AZIZ, M.H.I
Hakim anggota,
Dra.Hj. ERNI MUTIARA
Panitera pengganti,
RAHMAD MULYADI, S.H. B. Glosarium kata baku
BEBERAPA KATA YANG SUDAH BAKU DAN TIDAK BAKU
Baku Tidak Baku
Akta Akte
Autentik Otentik
Februari Pebruari
Formal Formil
Fotokopi Foto copy
Hipotek Hipotik Idah Iddah Istri Isteri Ideal Idial Jurisdiksi Yurisdiksi Juriprudensi Yurisprudensi Kaidah Kaedah Karier Karir Karunia Kurnia Konvensi Konpensi Kualitas Kwalitas Lahiriah Lahiriyah
Maskawin Mas kawin
Meterai Materai
Muharam Muharram
Nasihat Nasehat
Nonpribumi Non pribumi
Primer Primair
Pasfoto Pas foto
Pikir Fikir Putra Putera Putri Puteri Quran Qur'an Ramadan Ramadhan Rasional Rasionil Rekonvensi Rekopensi Salat Shalat Safar Shafar Sekunder Sekundair Setan Syetan Syakban Sya'ban Sistem Sistim Susider Subsidiair Talak Talaq Tipe Type Verset Verzet Zulkaidah Zulqaiddah
Zulhijah Zulhijjah
Jumadilawal Jumadil Awal
Jumadilakhir Jumadil Akhir
Rabiulawal Rabiul Awal
Rabiulakhir Rabiul Akhir
Akidah Aqidah Akta Akte Aktivitas Aktifitas Aliah Aliyah Amin Amien Assalamualaikum Assalamu’alaikum Autentik Otentik Advokat Adpokat Batil bathil Berahi birahi Baliq baligh Cenderamata cinderamata Cengkerama cengkrama
Daripada dari pada
Eks ex Fikhi fiqhi Fardu fardhu Februari Pebruari Finansial finansiil Fondasi pondasi Formal formil
Fotokopi foto copy / photo copy
Fukaha fuqaha
Hadis hadist
Hafiz hafidz
Hakikat hakekat
Halalbihalal Halal bi halal
Harfiah Harfiyah Hipotek hipotik Idah iddah Ideal idial Ihwal ikhwal Ijmak ijma’
Ijtihad ijetihad Insaf insyaf Istikamah istiqamah Istri isteri Iuran iyuran Jurisdiksi yurisdiksi jurisprudensi yurisprudensi Jamaah jemaah Juri yuri Kaidah kaedah
Kalaupun kalau pun
Kalbu qalbu Kamariah qamariah Karier karir Karunia kurnia Kiai kyai Kias qiyas Konklusi kongklusi Kualitas kwalitas Kualitatif kwalitatif Lahiriah lahiriyah Maaf ma’af Magrib maghrib Majelis majlis
Maskawin mas kawin
Meterei materei
Napas nafas
Narasumber nara sumber
Nasihat nasehat
Nonpribumi non pribumi
nonpemerintah non pemerintah
Primer primair
Pasfoto pas foto
Periode priode
Personal personil
pertanggungjawaban pertanggungan jawab
Pikir fikir
Provinsi propinsi Putra putera Putri puteri Quran qur’an Ramadan Ramadhan Rasional rasionil Referensi refrensi Rekonvensi rekonpensi Ruhani rohani Restoran restauran Sahdu syahdu Salat shalat Safar Shafar Sekunder sekundiair Setan syetan Silakan Silahkan Silaturahmi silaturrahmi Sistem Sistim Subsider subsidiair Syahwat Sahwat Surga Syurga Takabur Takabbur Takhyul Tahyul Talak Talaq Tawakal Tawakkal Temperamen tempramen Tipe Type tobat Taubat Tradisional tradisionil Urine Urin Ustaz Ustadz Uzur udzur Verset verzet Wakaf waqaf Zulkaidah Zulqaiddah Zulhijah Zulhijjah
jumadilawal jumadil Awal
Rabiulawal Rabiul Awal
Rabiulakhir Rabiul Akhir
Syakban Sya’ban
Konvensi konpensi
C. KESIMPULAN
Sudah saatnya semua orang harus mematuhi kaidah yang tercantum dalam EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) termasuk aparat pengadilan, khususnya hakim dan panitera/panitera pengganti yang mengikuti proses persidangan di pengadilan, terutama dalam pembuatan berita acara persidangan dan pembuatan putusan hakim.
Pedoman yang ada selama ini yang menyimpang dari kaidah EYD harus ditinggalkan karena pedoman seperti itu hanya mengacaukan, bahkan merusak perkembangan bahasa Indonesia di tanah air. Pedoman ataupun petunjuk teknis dalam penulisan berita acara persidangan ataupun pembuatan putusan dapat dipergunakan sepanjang pedoman tersebut disepakati oleh berbagai pihak yang tentu saja diharapkan melibatkan sebagian kalangan ahli bahasa Indonesia dan yang tidak kalah penting bagi mereka yang memahami bahasa hukum.
Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat buat kita, terutama dalam teknis penulisan dan penyusunan Berita Acara dan Putusan yang dibuat sebagai bagian dari tugas pokok kita.