• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulisan Bahasa Hukum Indonesia Menurud Eyd

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penulisan Bahasa Hukum Indonesia Menurud Eyd"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENULISAN BAHASA HUKUM INDONESIA MENURUD EYD PENULISAN BAHASA HUKUM INDONESIA MENURUD EYD

DAN PENERAPAN DALAM PEMBUATAN BERITA ACARA DAN PUTUSAN DAN PENERAPAN DALAM PEMBUATAN BERITA ACARA DAN PUTUSAN

Oleh:

Oleh: Drs. Drs. ABDUL AZIZ, ABDUL AZIZ, MHIMHI

A.

A. PENDAHULUANPENDAHULUAN

Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD) pada dasarnya Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD) pada dasarnya merupakan ejaan bahasa Indonesia hasil dari penyempurnaan terakhir atas merupakan ejaan bahasa Indonesia hasil dari penyempurnaan terakhir atas ejaan-ejaan yang pernah berlaku di Indonesia. Sebelum EYD diberlakukan di Indonesia ejaan yang pernah berlaku di Indonesia. Sebelum EYD diberlakukan di Indonesia pernah berlaku ejaan Ch. A. Van Ophuysen, ejaan Republik (ejaan Soewandi) dan pernah berlaku ejaan Ch. A. Van Ophuysen, ejaan Republik (ejaan Soewandi) dan ejaan Malindo.

ejaan Malindo.

Adapun yang disempurnakan itu bukan bahasa Indonesianya, melainkan ejannya Adapun yang disempurnakan itu bukan bahasa Indonesianya, melainkan ejannya yakni tata cara penulisan yang baku.

yakni tata cara penulisan yang baku.

Selama ini belum semua orang mematuhi kaidah yang tercantum dalam EYD, Selama ini belum semua orang mematuhi kaidah yang tercantum dalam EYD, baik karena belum tahu, enggan mematuhi atau karena ada pedoman yang mereka baik karena belum tahu, enggan mematuhi atau karena ada pedoman yang mereka pegang selama ini yang mereka anggap pedoman itu sudah tepat. Tindakan seperti pegang selama ini yang mereka anggap pedoman itu sudah tepat. Tindakan seperti ini jelas dapat mengacaukan perkembangan bahasa Indonesia. Padahal dengan ini jelas dapat mengacaukan perkembangan bahasa Indonesia. Padahal dengan diberlakukannya EYD, seharusnya setiap warga negara Indonesia, termasuk warga diberlakukannya EYD, seharusnya setiap warga negara Indonesia, termasuk warga pengadilan sebagai pemakai bahasa Indonesia wajib mengikuti dan mematuhi pengadilan sebagai pemakai bahasa Indonesia wajib mengikuti dan mematuhi kaidah-kaidah yang tercantum di dalamnya;

kaidah-kaidah yang tercantum di dalamnya;

---Khusus kaitannya dengan teknik penulisan putusan nampaknya referensinya masih Khusus kaitannya dengan teknik penulisan putusan nampaknya referensinya masih belum memadai, sehingga hakim cenderung membuat putusan seperti apa adanya tanpa belum memadai, sehingga hakim cenderung membuat putusan seperti apa adanya tanpa menghiraukan etika penulisan yang baik dan benar sesuai EYD (Ejaan Yang menghiraukan etika penulisan yang baik dan benar sesuai EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).

Disempurnakan).

Dalam rangka menyebarluaskan dan memasyarakatkan EYD itulah dalam Dalam rangka menyebarluaskan dan memasyarakatkan EYD itulah dalam kaitan dengan teknik penulisan putusan, tulisan ini terbit. Diharapkan tulisan ini kaitan dengan teknik penulisan putusan, tulisan ini terbit. Diharapkan tulisan ini dapat memberikan manfaat dan petunjuk praktis bagi para hakim di semua dapat memberikan manfaat dan petunjuk praktis bagi para hakim di semua lingkungan pengadilan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. lingkungan pengadilan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tentu saja tulisan ini tidak luput dari kekurangan dan diperlukan sumbangan Tentu saja tulisan ini tidak luput dari kekurangan dan diperlukan sumbangan pemikiran dari para pembaca.

(2)

A.

A. MATERI PEMBAHASANMATERI PEMBAHASAN

Penulis akan membahas secara berturut-turut tehnik penulisan/pengetikan Penulis akan membahas secara berturut-turut tehnik penulisan/pengetikan yang terdiri dari :

yang terdiri dari :

I.

I.  Judul dan Nomor pe Judul dan Nomor perkararkara

  Judul putusan ditulis dengan huruf kapital semua. Judul putusan ditulis dengan huruf kapital semua.

Contoh :

Contoh : P U T P U T U S A U S A NN

 Tidak perlu menggunakan titik dua (:) setelah kata Tidak perlu menggunakan titik dua (:) setelah kata NomorNomor

Contoh

Contoh : : NomorNomor :: 02/Pdt.G/2010/PA Bkt02/Pdt.G/2010/PA Bkt

Catatan : Catatan :

-- Kaidah EYD hanya membolehkan menggunakan titik dua (:) dalamKaidah EYD hanya membolehkan menggunakan titik dua (:) dalam 6 (enam) hal yaitu;

6 (enam) hal yaitu;

1.

1. Pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atauPada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.

pemerian.

Contoh : Kita sekarang memerlukan alat-alat kantor

Contoh : Kita sekarang memerlukan alat-alat kantor :: Laptop, buku-Laptop, buku-buku perpustakaan dan lemari

buku perpustakaan dan lemari

3.

3. Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerianSesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian

Contoh : Contoh :

-- Ketua majelis : Drs.Abdul Aziz, M.H.IKetua majelis : Drs.Abdul Aziz, M.H.I

-- Hakim anggota : Drs.Mahyuda, M.HHakim anggota : Drs.Mahyuda, M.H -- Hakim anggota : Dra.Hj.Erni MutiaraHakim anggota : Dra.Hj.Erni Mutiara

3.

3. Dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalamDalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan

(3)

Contoh :

− Ibu : “jangan lupa. Letakkan baik-baik kopor ini“ (duduk di kursi besar)

4. Di antara jilid atau nomor dan halaman

Contoh :

− Tempo, 1 (1971), 34 : 7

- Di antara bab dan ayat dalam kitab suci

Contoh :

− Surah Yasin : 9

5. Di antara judul dan anak judul suatu karangan

Contoh :

Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup : Sebuah studi, sudah terbit

6. Nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan

Contoh :

Durrah Baraja, Inner Beauty, Jakarta, Balqis Queen : 1968

 Nomor perkara tidak perlu diawali dengan angka “0”

Contoh : Nomor 02 /Pdt.G/2010/PA Bkt Catatan :

− Kaidah EYD mengenal kata bilangan dalam 2 (dua) bentuk; 1. Kata bilangan takrif yang terdiri dari ;

(4)

a. Kata bilangan penuh

Kata bilangan yang menyatakan jumlah tertentu dan berdiri sendiri secara penuh (tanpa angka nol)

Contoh : 1, 2, 3, 4, 10, 100, 1000 dan seterusnya

b. Kata bilangan pecahan

Kata bilangan yang terdiri atas pembilang dan penyebut yang dibubuhi partikel per

Contoh :

1/2 = satu perdua (boleh dibaca setengah)

2/3 = (dua pertiga)

1/6 = satu perenam (boleh dibaca seperenam)

1/4 = satu perempat (boleh dibaca seperempat)

1/8 = satu perdelapan (boleh dibaca seperdelapan)

c. Kata bilangan tingkat

Kata bilangan yang melambangkan urutan dalam jumlah. Struktur kata bilangan tingkat adalah ke + kata bilangan.

Contoh : kesatu, kedua, ketiga, keseratus

2. Kata bilangan tidak takrif

Kata bilangan tidak takrif ialah kata bilangan yang menyatakan  jumlah tidak tentu

(5)

− Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian

− Menolak selebihnya

− Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebahagian (kurang tepat)

− Menolak selain dan selebihnya (kurang tepat)

− Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya

 Setelah angka Nomor perkara ditulis dengan garis miring, setelah jenis perkara G atau P ditulis dengan garis miringdan setelah tahun takwin ditulis dengan garis miring

Catatan :

Kaidah EYD menggunakan garis miring dalam 5 (lima) bentuk ; 1. Dipakai di dalam nomor surat ( nomor perkara )

Contoh : Nomor 2/Pdt.G/2010/PA .Bkt 2. Dipakai di dalam alamat

Contoh : Jalan Sudirman II/3, Bukik Canggang, Bukittinggi

3. Dipakai di dalam masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwin

Contoh : DIPA, PTA Padang tahun anggaran 2009/2010 4. Dipakai sebagai pengganti kata “ atau “

Contoh : dikirim lewat darat/laut

(6)

Contoh : harganya Rp. 100/lembar

 Setelah singkatan kata Pdt ( Perdata ) ditulis titik

Contoh : Pdt. G/2010 Catatan :

Kaidah E Y D menggunakan tanda titik dalam ( tujuh ) bentuk, antara lain ;

1. Dipakai pada singkatan kata atau uangkapan yang sudah sangat umum dan pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih Contoh :

Pdt . G = Perdata Gugatan Tgl. = Tanggal

dkk. = dan kawan – kawan dsb. = dan sebagainya

2. Di pakai pada akhir singkatan nama orang Contoh : R.A Kartini

Muh. Bisri A . R. Hartono

3. Di pakai untuk memisahkan angka jenis, menit, dan detik untuk menunjukkan waktu

Contoh : Pukul 07.34.15 (pukul 7 lewat 34 menit 15 detik)

(7)

singkatan

Contoh : Nomor 2/Pdt.G/2010/PA BKT

− Penulisan singkatan PA BKT, tidak perlu memakai tanda titik --- PA BKT

Catatan :

Kaidah EYD tanda titik tidak dipakai dalam singkatan yang terdiri dari huruf-huruf awal kata atau suku kata atau gabungan keduanya atau yang terdapat di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat

Contoh :

1. MA = Mahkamah Agung

2. PTA = Pengadilan Tinggi Agama

3. PA BKT = Pengadilan Agama Bukittinggi 4. RT = Rukun Tetangga

5. RW = Rukun Warga II. Kepala putusan

Kepala putusan khusus Pengadilan Agama diawali dengan kata “Basmalah” dilanjutkan dengan kalimat Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

Cara penulisannya : BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIM (tidak tepat)

(8)

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Dasar hukumnya : Pasal 57 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989. III. Identitas para pihak

Identitas para pihak baik penggugat/pemohon, tergugat/termohon, turut tergugat hanya meliputi : nama, umur, dan tempat kediaman.

Pasal 67 huruf a Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, tidak menyebutkan pekerjaan dan pendidikan.

Penulisan nama para pihak menurut kaidah EYD tidak perlu menggunakan huruf kapital semua, tetapi cukup pada awal nama seseorang, untuk memperjelas nama orang cukup ditebalkan ketikannya.

Catatan :

Penulisan huruf kapital pada awal kalimat hanya dipakai dalam 15 hal, antara lain;

1. Pada huruf pertama kata awal kalimat

Contoh : Pengadilan Tinggi Agama Jakarta yang memeriksa dan mengadili perkara dalam tingkat banding dan seterusnya,…..

2. Pada petikan langsung

Contoh : Hakim memberi nasihat, “Upayakan perdamaian melalui proses mediasi”

3. Dalam ungkapan yang berhubungan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan

Contoh :

(9)

− Alkitab, Al Quran, Islam, Kristen, Weda

− Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat 4. Nama gelar kehormatan, keturunan dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Contoh :

− Maha putra Yamin

− Sultan Hasanuddin

− Haji Sidqi Gazali

− Imam Syafii

− Nabi Ibrahim Catatan :

− Bila tidak diikuti nama orang, nama gelar tidak perlu huruf kapital Contoh :

− Dia baru saja diangkat menjadi sultan

− Tahun ini ia pergi haji

5. Nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, nama instansi atau nama tempat Contoh :

1. Wakil Presiden Budiono

2. Ketua Pengadilan Tinggi Agama 3. Gubernur DKI Jakarta

(10)

Contoh :

− Haripin Tuppa (menopang)

− Abd. Kadir Mappong (menyatu)

− Ahmad Kamil (menyempurnakan)

− Rum Nessa (memperjelas) 7. Nama bangsa

Contoh :

− bangsa Indonesia

− suku Jawa

− bahasa Inggris

8. Nama tahun, bulan, hari, hari raya dan peristiwa sejarah Contoh :

− tahun Hijrah

− bulan Agustus

− hari Jumat

− hari Lebaran, hari Natal

− Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 9. Nama geografi

Contoh : Asia Tenggara, Cirebon, Danau Toba, Jalan Dipenogoro, Selat Sunda, Kali Malang

(11)

Catatan : Huruf kapital tidak dipakai untuk sesuatu jenis benda (barang) Contoh : garam inggris, gula jawa, kue bugis, kacang bogor, pisang ambon. 10. Nama negara, lembaga pemerintah, ketatanegaraan dan dokumen resmi

Contoh :

− Republik Indonesia

− Pengadilan Tinggi Agama

− Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57, Tahun 1972 atau Kepres R.I No. 57 Tahun 1972

− Berita Acara Sidang

11. Nama badan, dokumen resmi, peraturan perundang-undangan Contoh :

− Perserikatan Bangsa-Bangsa

− Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

− Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989

− Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 12. Nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan

Contoh :

− Hukum Acara Perdata

− Baca majalah Tempo

(12)

13. Singkatan nama gelar, sapaan dan pangkat. Contoh : − S.H., M.H., M.B.A. − Sdr. − Ny − Tn 14. Hubungan kekerabatan Contoh :

− Besok Ayah datang

− Silahkan duduk, Dik

− Para ibu mengunjungi Ibu Mukti Arto 15. Kata ganti Anda

Contoh :

− Sudahkah Anda tahu?

− Apakah Saudara lihat?

− Apakah Saudara pernah mendengar? Catatan :

Kata ganti ketiga (dia)

Contoh : “penggugat “ atau “tergugat” tidak diatur dalam EYD dalam menggunakan huruf kapital tetapi dalam kaidah bahasa arab dikenal dengan istilah ma’rifah dan nakirah.

(13)

 Penulisan kata “melawan” tidak ditulis dengan huruf kapital, karena “melawan” bukan merupakan sub judul tetapi satu rangkaian kata dengan kalimat sebelumnya, yaitu yang selanjutnya disebut Penggugat.

Kata “lawan” lebih bermakna ke arah, ada benturan pisik, sedangkan kata “melawan” tidak ada benturan pisik, akan tetapi hanya dalam makna berhadapan dalam sengketa

Contoh kata “lawan”, PSM lawan PSP, Moh. Ali lawan Joes Freizer IV. Duduk perkara

Penulisan duduk perkara dalam putusan ada 3 (tiga) model, yaitu; 1. TENTANG DUDUK PERKARA

2. TENTANG DUDUKNYAPERKARA 3. TENTANG DUDUK PERKARANYA

Kata “NYA” bukan dimaksudkan kedudukan para pihak, tetapi yang dimaksudkan adalah perkaranya sehingga yang tepat penulisannya adalah :

TENTANG DUDUK PERKARANYA

atau tidak menggunakan “NYA”, cukup ditulis TENTANG DUDUK PERKARA. Penulisan TENTANG DUDUK PERKARA ditulis semua dengan huruf kapital, karena merupakan sub judul.

V. Pertimbangan hukum

Penulisan pertimbangan hukum dalam putusan ada 3 (tiga) model, yaitu; 1. TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

(14)

3. TENTANG HUKUMNYA

Kata “NYA”, yang dimaksudkan adalah hukumnya perkara yang disidangkan. Sehingga penulisan yang tepat apabila menggunakan kata ganti “NYA” adalah poin 2 dan 3. Akan tetapi jika tidak menggunakan kata ganti “NYA”, maka cukup ditulis seperti pada poin 1.

Penulisan TENTANG HUKUMNYA ditulis dengan huruf kapital, karena merupakan sub  judul.

VI. Amar putusan

Amar putusan diawali dengan kata M E N G A D I L I ditulis dengan huruf kapital tanpa garis bawah, karena kata M E N G A D I L I adalah merupakan sub judul.

Di bawah kata M E N G A D I L I ditulis secara berturut-turut isi amar putusan yang diawali dengan kalimat;

− Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya Atau

− Mengabulkan gugatan penggugat sebagian

− Menolak selebihnya atau

− Tidak menerima selebihnya

VII. Penutup putusan

Demikian putusan ini dijatuhkan pada hari ……….tanggal …………

− Kalimat ini tidak tepat, karena kata “dijatuhkan” bermakna diputuskan. Kalau digabung dengan kata sebelumnya “putusan” ini, berarti putusan diputuskan.

(15)

− Demikian diputuskan dalam permusyawaratan majelis hakim Pengadilan

Agama Bukittinggi pada hari ….. tanggal …….. 2010 M., bertepatan dengan tanggal ………1431 H., oleh Drs. ABDUL AZIZ, M.H.I, sebagai ketua majelis,Drs. MAHYUDA., M.H., dan Dra.Hj. ERNI MUTIARA , masing-masing sebagai hakim anggota, pada hari itu juga putusan mana diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh ketua sidang dengan dihadiri oleh hakim-hakim anggota tersebut dan dengan dibantu oleh RAHMAD MULYADI, S.H.., selaku panitera pengganti dengan tanpa dihadiri oleh para pihak yang berperkara.

VIII. Susunan majelis Hakim anggota,

Drs. MAHYUDA., M.H.

Ketua majelis,

Drs. ABDUL AZIZ, M.H.I

Hakim anggota,

Dra.Hj. ERNI MUTIARA

Panitera pengganti,

RAHMAD MULYADI, S.H. B. Glosarium kata baku

BEBERAPA KATA YANG SUDAH BAKU DAN TIDAK BAKU

Baku Tidak Baku

Akta Akte

Autentik Otentik 

Februari Pebruari

Formal Formil

Fotokopi Foto copy

(16)

Hipotek Hipotik  Idah Iddah Istri Isteri Ideal Idial Jurisdiksi Yurisdiksi Juriprudensi Yurisprudensi Kaidah Kaedah Karier Karir Karunia Kurnia Konvensi Konpensi Kualitas Kwalitas Lahiriah Lahiriyah

Maskawin Mas kawin

Meterai Materai

Muharam Muharram

Nasihat Nasehat

Nonpribumi Non pribumi

Primer Primair

Pasfoto Pas foto

Pikir Fikir Putra Putera Putri Puteri Quran Qur'an Ramadan Ramadhan Rasional Rasionil Rekonvensi Rekopensi Salat Shalat Safar Shafar Sekunder Sekundair Setan Syetan Syakban Sya'ban Sistem Sistim Susider Subsidiair Talak Talaq Tipe Type Verset Verzet Zulkaidah Zulqaiddah

(17)

Zulhijah Zulhijjah

Jumadilawal Jumadil Awal

Jumadilakhir Jumadil Akhir

Rabiulawal Rabiul Awal

Rabiulakhir Rabiul Akhir

Akidah Aqidah Akta Akte Aktivitas Aktifitas Aliah Aliyah Amin Amien Assalamualaikum Assalamu’alaikum Autentik  Otentik Advokat Adpokat Batil bathil Berahi birahi Baliq baligh Cenderamata cinderamata Cengkerama cengkrama

Daripada dari pada

Eks ex Fikhi fiqhi Fardu fardhu Februari Pebruari Finansial finansiil Fondasi pondasi Formal formil

Fotokopi foto copy / photo copy

Fukaha fuqaha

Hadis hadist

Hafiz hafidz

Hakikat hakekat

Halalbihalal Halal bi halal

Harfiah Harfiyah Hipotek  hipotik Idah iddah Ideal idial Ihwal ikhwal Ijmak  ijma’

(18)

Ijtihad ijetihad Insaf  insyaf Istikamah istiqamah Istri isteri Iuran iyuran Jurisdiksi yurisdiksi  jurisprudensi yurisprudensi Jamaah  jemaah Juri yuri Kaidah kaedah

Kalaupun kalau pun

Kalbu qalbu Kamariah qamariah Karier karir Karunia kurnia Kiai kyai Kias qiyas Konklusi kongklusi Kualitas kwalitas Kualitatif  kwalitatif Lahiriah lahiriyah Maaf  ma’af Magrib maghrib Majelis majlis

Maskawin mas kawin

Meterei materei

Napas nafas

Narasumber nara sumber

Nasihat nasehat

Nonpribumi non pribumi

nonpemerintah non pemerintah

Primer primair

Pasfoto pas foto

Periode priode

Personal personil

pertanggungjawaban pertanggungan jawab

Pikir fikir

(19)

Provinsi propinsi Putra putera Putri puteri Quran qur’an Ramadan Ramadhan Rasional rasionil Referensi refrensi Rekonvensi rekonpensi Ruhani rohani Restoran restauran Sahdu syahdu Salat shalat Safar Shafar Sekunder sekundiair Setan syetan Silakan Silahkan Silaturahmi silaturrahmi Sistem Sistim Subsider subsidiair Syahwat Sahwat Surga Syurga Takabur Takabbur Takhyul Tahyul Talak  Talaq Tawakal Tawakkal Temperamen tempramen Tipe Type tobat Taubat Tradisional tradisionil Urine Urin Ustaz Ustadz Uzur udzur Verset verzet Wakaf  waqaf Zulkaidah Zulqaiddah Zulhijah Zulhijjah

 jumadilawal  jumadil Awal

(20)

Rabiulawal Rabiul Awal

Rabiulakhir Rabiul Akhir

Syakban Sya’ban

Konvensi konpensi

C. KESIMPULAN

Sudah saatnya semua orang harus mematuhi kaidah yang tercantum dalam EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) termasuk aparat pengadilan, khususnya hakim dan panitera/panitera pengganti yang mengikuti proses persidangan di pengadilan, terutama dalam pembuatan berita acara persidangan dan pembuatan putusan hakim.

Pedoman yang ada selama ini yang menyimpang dari kaidah EYD harus ditinggalkan karena pedoman seperti itu hanya mengacaukan, bahkan merusak perkembangan bahasa Indonesia di tanah air. Pedoman ataupun petunjuk teknis dalam penulisan berita acara persidangan ataupun pembuatan putusan dapat dipergunakan sepanjang pedoman tersebut disepakati oleh berbagai pihak yang tentu saja diharapkan melibatkan sebagian kalangan ahli bahasa Indonesia dan yang tidak kalah penting bagi mereka yang memahami bahasa hukum.

Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat buat kita, terutama dalam teknis penulisan dan penyusunan Berita Acara dan Putusan yang dibuat sebagai bagian dari tugas pokok kita.

Referensi

Dokumen terkait

I The students are given list of vocabulary and headings based on the title presented.. LIST OF VOCABULARIES

Cara dan pola tingkah laku pemimpin ini akan dipersepsi oleh bawahan atau anggota organisasi yang bekerjasama dengannya sebagai suatu gaya kepemimpinan tertentu (Hartini,

Dalam penelitian ini hipotesisnya adalah Ha diterima yaitu “Ada perbedaan antara nyeri persalinan kala I fase aktif sebelum dan sesudah diberikannya terapi murattal

Antiseptik adalah zat yang digunakan untuk membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme, biasanya merupakan sediaan yang dipergunakan pada jaringan hidup." Povidon iodium

8 PT Growth Sumatra 2010 Excess power Sumatera Utara PLN Wilayah Sumut Palm waste 9. 9 PT Pelita Agung 2010 Excess power Riau PLN Wilayah Riau Palm

Rumusan masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah mengenai Perlindungan hukum bagi buruh perempuan yang bekerja pada malam hari di Sultan Palace Discotik

Menentukan media pembelajaran yang relevan dengan karakteristik mata pelajaran Konstruksi Badan Pesawat Udara untuk mencapai tujuan pembelajaran secara

Equipment monitoring and analysis system temperature and vibration electric motors planned to consist of several series including the temperature sensor, vibration