• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hipersensitivitas Makalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hipersensitivitas Makalah"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS PATOLOGI ANATOMI

TUGAS PATOLOGI ANATOMI

HYPERSENSITIVITY DIEASES

HYPERSENSITIVITY DIEASES

DISUSUN OLEH :

DISUSUN OLEH :

Billy

Billy Anderson

Anderson Sinaga

Sinaga 080600070

080600070

Diah P. Sari 080600080

Diah P. Sari 080600080

Dwi ardiani sari 080600076

Dwi ardiani sari 080600076

Merry 0806000

Merry 0806000

Astrid 9080600

Astrid 9080600

Fakultas Kedokteran Gigi

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Medan

Medan

2009

2009

(2)

HIPERSENSITIVITAS

HIPERSENSITIVITAS

Pad

Pada a dasdasarnarnya ya tubtubuh uh kitkita a memmemiliiliki ki imimuniunitas tas alaalamiamiah h yanyang g berbersifsifat at nonnon-sp-spesiesifik fik dandan imunitas spesifik. Imunitas spesifik ialah sistem imunitas humoral yang secara aktif diperankan imunitas spesifik. Imunitas spesifik ialah sistem imunitas humoral yang secara aktif diperankan oleh sel limfosit B, yang memproduksi 5 macam imunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD dan IgE) oleh sel limfosit B, yang memproduksi 5 macam imunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD dan IgE) dan sistem imunitas seluler yang dihantarkan oleh sel limfosit T, yang bila mana ketemu dengan dan sistem imunitas seluler yang dihantarkan oleh sel limfosit T, yang bila mana ketemu dengan antigen lalu mengadakan differensiasi dan menghasilkan zat limfokin, yang mengatur sel-sel lain antigen lalu mengadakan differensiasi dan menghasilkan zat limfokin, yang mengatur sel-sel lain untuk menghancurkan antigen tersebut.

untuk menghancurkan antigen tersebut.

Bilamana suatu alergen masuk ke tubuh, maka tubuh akan mengadakan respon. Bilamana Bilamana suatu alergen masuk ke tubuh, maka tubuh akan mengadakan respon. Bilamana alergen tersebut hancur, maka ini merupakan hal yang menguntungkan, sehingga yang terjadi alergen tersebut hancur, maka ini merupakan hal yang menguntungkan, sehingga yang terjadi ialah keadaan imun. Tetapi, bilamana merugikan, jaringan tubuh menjadi rusak, maka terjadilah ialah keadaan imun. Tetapi, bilamana merugikan, jaringan tubuh menjadi rusak, maka terjadilah reaksi hipersensitivitas atau alergi.

reaksi hipersensitivitas atau alergi.

Reaksi hipersentsitivitas memiliki 4 tipe reaksi

Reaksi hipersentsitivitas memiliki 4 tipe reaksi seperti berikut:seperti berikut: 1.

1. RReeaakkssi Ti Tiipe pe II 2.

2. ReReakaksi si TiTipe pe IIII 3.

3. ReReakaksi si TiTipe pe IIIIII 4.

4. ReReakaksi si TiTipe pe IIVV

MEKANISME BERBAGAI GANG

MEKANISME BERBAGAI GANGGUAN YANG DIPERANGUAN YANG DIPERANTARAI TARAI SECARA IMUNOLOGSECARA IMUNOLOGISIS T

Tiippe e MMeekkaanniissmme e IImmuunn GGaanngggguuaan n PPrroottoottiippee II TTiippe e AAnnaaffiillaakkssiiss Alergen mengikat silang antibodi IgEAlergen mengikat silang antibodi IgE

  pelep

  pelepasan asan amino vasoaktif dan amino vasoaktif dan mediamediator tor  lain dari basofil dan sel mast

lain dari basofil dan sel mast  rekrutmenrekrutmen sel radang lain

sel radang lain

Anafi

Anafilaksilaksis, s, beberabeberapapa  bentuk asma bronkial  bentuk asma bronkial

IIII AAnnttiibbooddii

terhadap Antigen terhadap Antigen Jaringan Jaringan Tertentu Tertentu IgG

IgG ataatau u IgM IgM berberikaikatan tan dendengan gan antantigeigenn   pa

  pada da perpermukmukaan aan selsel  fagosifagositositosis s selsel target atau lisis sel target oleh komplemen target atau lisis sel target oleh komplemen ata

atau u sitsitotootosissisititas as yanyang g dipdiperaerantantarai rai oleolehh sel yang bergantung antibody

sel yang bergantung antibody

A

Anneemmiia a hheemmoolliittiik k  autoimun,

autoimun, erit

eritroblaroblastosistosis s fetalfetalis,is,  peny

 penyakit akit GoodpasGoodpasture,ture,  pemfigus vulgaris

 pemfigus vulgaris IIIIII PPeennyyaakkiitt

Kompleks Imun Kompleks Imun

K

Komomplplekeks s ananttiigegen-n-anantitibobodidi  mengak

mengaktifkatifkan n komplekomplemenmen  menarik menarik   perha

 perhatian tian nenutrnenutrofilofil  pelepapelepasan san enzimenzim lisosom, radikal bebas oksigen, dan lisosom, radikal bebas oksigen, dan

lain-Rea

Reahsi hsi ArtArthuahua, , serserumum ssiicckknneessss, , lluuppuuss erit

eritematoematosus sus sistsistemik,emik, b

(3)

llaaiinn gglloommeerruulloonneeffrriittiis s aakkuutt IIVV HHiippeerrsseennssiittiivviittaass

Selular (Lambat) Selular (Lambat)

Lim

Limfosfosit it T T tertersensensitsitisaisasisi  pelepasanpelepasan ssiittookkiin n ddaan n ssiittoottookkssiissiittaas s yyaanngg diperantarai oleh sel T

diperantarai oleh sel T

Tuberkulosis, Tuberkulosis, d

deerrmmaattiittiis s kkoonnttaakk,,  penolakan transplan  penolakan transplan

Tipe I :

Tipe I : Reaksi Anafilaksis

Reaksi Anafilaksis

Di sini antigen atau alergen bebas akan bereaksi dengan antibodi, dalam hal ini IgE yang Di sini antigen atau alergen bebas akan bereaksi dengan antibodi, dalam hal ini IgE yang te

teririkakat t padpada a sesell mast mast  atatau au sesel l basbasofofil il dedengangan n akakibibat at teterlrlepepasasnynya a hihiststamaminin. . KeKeadaadaan an ininii menimbulkan reaksi tipe cepat.

menimbulkan reaksi tipe cepat. Patofisiologi :

Patofisiologi :

Pajanan awal terhadap antigen tertentu (alergan) merangsang induksi sel T CD4+ tipe Pajanan awal terhadap antigen tertentu (alergan) merangsang induksi sel T CD4+ tipe T

THH2. Sel CD4+ ini berperan penting dalam patogenesis hipersensitivitas tipe I karena sitokin2. Sel CD4+ ini berperan penting dalam patogenesis hipersensitivitas tipe I karena sitokin yang disekresikannya (khususnya IL-4 dan IL-5) menyebabkan diproduksimya IgE oleh sel B, yang disekresikannya (khususnya IL-4 dan IL-5) menyebabkan diproduksimya IgE oleh sel B, yang bertindak sebagai faktor pertumbuhan untuk sel mast, serta merekrut dan mengaktivasi yang bertindak sebagai faktor pertumbuhan untuk sel mast, serta merekrut dan mengaktivasi eosinofil. Antibodi IgE berikatan pada reseptor Fc berafinitas tinggi yang terdapat pada sel mast eosinofil. Antibodi IgE berikatan pada reseptor Fc berafinitas tinggi yang terdapat pada sel mast da

dan n babasosofifil; l; bebegigitu tu sesel l mamast st dadan n basbasofofil il “d“dipiperersesenjnjatataiai”, ”, inindidivividu du yayang ng bebersrsangangkukutatann diperlengkapi untuk menimbulkan hipersensitivitas tipe I. Pajanan yang ulang terhadap antigen diperlengkapi untuk menimbulkan hipersensitivitas tipe I. Pajanan yang ulang terhadap antigen yang sama

yang sama mengakmengakibatkaibatkanpertanpertautan-sutan-silang pada ilang pada IgE yang IgE yang terikterikat at sel dan sel dan pemicpemicu u suatu kaskadesuatu kaskade sinyal intrasel sehingga terjadi pelepasan beberapa mediator kuat. Mediator primer untuk respons sinyal intrasel sehingga terjadi pelepasan beberapa mediator kuat. Mediator primer untuk respons awal sedangkan mediator sekunder untuk fase lambat.

awal sedangkan mediator sekunder untuk fase lambat. Respons awal, ditandai

Respons awal, ditandai dengan vasodilatdengan vasodilatasi,keasi,kebocoran vaskular, dan bocoran vaskular, dan spasmspasme e otot polos,otot polos, yang biasanya muncul dalam rentang waktu 5-30 menit setelah terpajan oleh suatu alergan dan yang biasanya muncul dalam rentang waktu 5-30 menit setelah terpajan oleh suatu alergan dan menghilang setelah 60 menit;

menghilang setelah 60 menit;

Reaksi fase lambat, yang muncul 2-8 jam kemudian dan berlangsung selama beberapa Reaksi fase lambat, yang muncul 2-8 jam kemudian dan berlangsung selama beberapa hari. Reaksi fase lambat ini ditandai dengan infiltrasi eosinofil serta sel peradangan akut dan hari. Reaksi fase lambat ini ditandai dengan infiltrasi eosinofil serta sel peradangan akut dan kronis lainnya yang lebih hebat pada jaringan dan juga ditandai dengan penghancuran jaringan kronis lainnya yang lebih hebat pada jaringan dan juga ditandai dengan penghancuran jaringan dalam bentuk kerusakan sel epitel mukosa.

(4)

Mediator Primer

Mediator Primer

(5)

Hi

Histstamaminin, , yayang ng memerurupapakakan n memedidiatator or prprimimer er teterprpenentitingng, , memenynyebebababkan kan memeniningkngkatatnynyaa   pe

  permermeabilabilititas as vasvaskulkular, ar, vasvasodiodilatlatasiasi, , brobronkonkokontkontrikriksi, si, dan dan menmeningingkatkatnya nya seksekresresi i mukmukus.us. Mediator lain yang segera dilepaskan meliputi adenosin (menyebabkan bronkokonstriksi dan Mediator lain yang segera dilepaskan meliputi adenosin (menyebabkan bronkokonstriksi dan menghambat agregasi trombosit) serta faktor kemotaksis untuk neutrofil dan eosinofil. Mediator  menghambat agregasi trombosit) serta faktor kemotaksis untuk neutrofil dan eosinofil. Mediator  lain ditemukan dalam matriks granula dan meliputi heparin serta protease netral (misalnya, lain ditemukan dalam matriks granula dan meliputi heparin serta protease netral (misalnya, triptase). Protease menghasilkan kinin dan memecah komponen komplemen untuk menghasilkan triptase). Protease menghasilkan kinin dan memecah komponen komplemen untuk menghasilkan faktor kemotaksis dan inflamasi tambahan (misalnya, C3a).

faktor kemotaksis dan inflamasi tambahan (misalnya, C3a).

Mediator Sekunder

Mediator Sekunder

• Leukotrien CLeukotrien C44 dan Ddan D44 merupakan agen vasoaktif dan spasmogenik yangmerupakan agen vasoaktif dan spasmogenik yang dikenal paling poten; pada dasra molar, agenini beberapa ribu kali lebih dikenal paling poten; pada dasra molar, agenini beberapa ribu kali lebih aktif daripada

aktif daripada histahistamin min dalam meningkatkadalam meningkatkan n permepermeabiliabilitas tas vaskulvaskular ar dandan ala

alam m menmenyebyebabkabkan an kontkontrakraksi si otootot t polpolos os brobronkunkus. s. LeuLeukotkotrierien n BB44 sangatsangat kemotaktik untuk neutrofil, eosinofil, dan monosit.

kemotaktik untuk neutrofil, eosinofil, dan monosit. •

• Prostaglandin DProstaglandin D22 adalah mediator yang paling banyak dihasilkan oleh jalur adalah mediator yang paling banyak dihasilkan oleh jalur  siklooksigenasi dalam sel mast. Mediator ini menyebabkan bronkospasme siklooksigenasi dalam sel mast. Mediator ini menyebabkan bronkospasme hebat serta meningkatkan sekresi mukus.

hebat serta meningkatkan sekresi mukus. •

• FaFaktktor or pepengngaktaktivivasasi i trtromombobosisit t memerurupakpakan an memedidiatator or sesekukundnder er lalainin,, mengaki

mengakibatkan batkan agregaagregasi si tromtrombositbosit, , pelepapelepasan san histhistamin amin dan dan bronkobronkospasmespasme.. Mediator ini juga bersifat kemotaltik untuk neutrofil dan eo

Mediator ini juga bersifat kemotaltik untuk neutrofil dan eo sinofil.sinofil. •

• Sitokin yang diproduksi oleh sel mast (TNF, IL-1, IL-4, IL-5 dan IL-6) danSitokin yang diproduksi oleh sel mast (TNF, IL-1, IL-4, IL-5 dan IL-6) dan kem

kemokiokin n berberperperan an penpentinting g pada pada reareaksi ksi hiphipersersensensitiitivitvitas as titipe pe I I melmelalualuii kemamp

kemampuannya meruannya merekrut dan mengakekrut dan mengaktivastivasi berbagai macai berbagai macam m sel radansel radang.g. TNF merupakan mediator yang sangat poten dalam adhesi, emigrasi, dan TNF merupakan mediator yang sangat poten dalam adhesi, emigrasi, dan aktivasi leukosit. IL-4 juga merupakan faktor pertumbuhan sel mast dan aktivasi leukosit. IL-4 juga merupakan faktor pertumbuhan sel mast dan diperlukan untuk mengendalikan sintesis IgE oleh sel B.

diperlukan untuk mengendalikan sintesis IgE oleh sel B.

Ringkasan kerja mediator sel mast pada hipersensitivitas tipe I Ringkasan kerja mediator sel mast pada hipersensitivitas tipe I K

Keerrjjaa MMeeddiiaattoorr

IInnffiillttrraassi i sseell SSiittookkiin n ((mmiissaallnnyyaa, , TTNNFF)) Leukotrien B

Leukotrien B44

Faktor kemotaksis eosinofil pada anafilaksis Faktor kemotaksis eosinofil pada anafilaksis Faktor kemotaksis neutrofil pada

Faktor kemotaksis neutrofil pada anafilaksisanafilaksis Faktor pengaktivasi trombosit

Faktor pengaktivasi trombosit Vas

Vasoaktoaktif if (vasod(vasodilailatastasi,i, meningkatkan meningkatkan  permeabilitas vaskular)  permeabilitas vaskular) Histamin Histamin

Faktor pengaktivasi trombosit Faktor pengaktivasi trombosit Leukotrien C

(6)

Protease netral yang mengaktivasi komplemen dan kinin Protease netral yang mengaktivasi komplemen dan kinin Prostaglandin D

Prostaglandin D22

S

Sppaassmme e oottoot t ppoollooss LLeeuukkoottrriieen n CC44, D, D44, E, E44

Histamin Histamin Prostaglandin Prostaglandin

Faktor pengaktivasi trombosit Faktor pengaktivasi trombosit

Karena inflamasi merupakan komponen utama reaksi lambat dalam hipersensitivitas tipe Karena inflamasi merupakan komponen utama reaksi lambat dalam hipersensitivitas tipe I, biasanya pengendaliannya memerlukan obat

I, biasanya pengendaliannya memerlukan obat antiinflamasi berspektrum luas, seperti kortikoid.antiinflamasi berspektrum luas, seperti kortikoid.

Manifestasi Klinis : Manifestasi Klinis :

Reaksi tipe I dapat terjadi sebagai suatu gangguan sistemik atau reaksi lokal. Pemberian Reaksi tipe I dapat terjadi sebagai suatu gangguan sistemik atau reaksi lokal. Pemberian ant

antigeigen n proproteitein n ataatau u obat obat (mi(misalsalnyanya, , biabias s leblebah ah ataatau u penipenisilsilin) in) secsecara ara sisistestemik mik (pa(parenrentaltal)) menimbulkan

menimbulkan anafilaksis sistemik.anafilaksis sistemik. Dalam beberapa menit setelah pajanan, pada pejamu yangDalam beberapa menit setelah pajanan, pada pejamu yang tersensitisasi akan muncul rasa gatal,

tersensitisasi akan muncul rasa gatal, urtikariaurtikaria (bintik merah dan bengkak), dan eritems kulit,(bintik merah dan bengkak), dan eritems kulit, diikuti oleh kesulitan bernafas berat yang disebabkan oleh bronkokonstriksi paru dan diperkuat diikuti oleh kesulitan bernafas berat yang disebabkan oleh bronkokonstriksi paru dan diperkuat dengan hipersekresi mukus. Edema laring dapat memperberat persoalan dengan menyebabkan dengan hipersekresi mukus. Edema laring dapat memperberat persoalan dengan menyebabkan obs

obstrutruksi ksi salsalurauran n perpernafnafasaasan n bagbagian ian ataatas. s. SelSelain ain ituitu, , otootot t semsemua ua salsalurauran n pencpencernernaan aan dapadapatt terserang, dan mengakibatkan vomitus, kaku perut, dan diare. Tanpa intervensi segera, dapat terserang, dan mengakibatkan vomitus, kaku perut, dan diare. Tanpa intervensi segera, dapat ter

terjadjadi i vasvasodiodilatlatasi asi sissistemtemik ik ((  syok   syok anafianafilaktilaktik k ), ), dan dan penpenderderitita a dapdapat at menmengalgalami ami kegkegagalagalanan sirkulasi dan kematian dalam beberapa menit.

sirkulasi dan kematian dalam beberapa menit.

Reaksi lokal biasanya terjadi bila antigen hanya terbatas pada tempat tertentu sesuai jalur  Reaksi lokal biasanya terjadi bila antigen hanya terbatas pada tempat tertentu sesuai jalur   pemajanannya, seperti di kulit (kontak, menyebabkan urtikaria), traktus gastrointestinal (ingesti,  pemajanannya, seperti di kulit (kontak, menyebabkan urtikaria), traktus gastrointestinal (ingesti,

menyebabkan diare), atau paru (inhalasi, menyebabkan bronkokonstriksi). menyebabkan diare), atau paru (inhalasi, menyebabkan bronkokonstriksi).

Tipe II : reaksi sitotoksik 

Tipe II : reaksi sitotoksik 

Hipersensitivitas tipe II diperantarai oleh antibodi yang diarahkan untuk melawan antigen Hipersensitivitas tipe II diperantarai oleh antibodi yang diarahkan untuk melawan antigen target pada permukaan sel atau komponen jaringan lainnya. Respon hipersensitivitas disebabkan target pada permukaan sel atau komponen jaringan lainnya. Respon hipersensitivitas disebabkan oleh pengikatan antibodi yangdiikuti salah satu dari tiga mekanisme bergantung antibodi, yaitu: oleh pengikatan antibodi yangdiikuti salah satu dari tiga mekanisme bergantung antibodi, yaitu: 1.

1. Respon Respon yang byang bergantunergantung kog komplememplemenn Kom

Kompleplemen men dapdapat at memmemeraerantarntarai ai hiphipersersensensitiitivitvitas as tiptipe e II II melmelalualui i dua dua mekmekanianismesme:: lisislisis langsung 

langsung  dandan opsonisasiopsonisasi. Pada sitotoksisitas yang diperantarai komplemen, antibodi yang. Pada sitotoksisitas yang diperantarai komplemen, antibodi yang terikat pada antigen permukaan sel menyebabkan fiksasi komplemen pada permukaan sel terikat pada antigen permukaan sel menyebabkan fiksasi komplemen pada permukaan sel

(7)

yang selanjutnya diikuti lisis melalui kompleks penyerangan membran. Sel yang diselubungi yang selanjutnya diikuti lisis melalui kompleks penyerangan membran. Sel yang diselubungi oleh antibodi

oleh antibodi dan fragmen komplemen C3b dan fragmen komplemen C3b (teropsonisasi) r(teropsonisasi) rentan pula terhadap fagositentan pula terhadap fagositosis.osis. Sel darah dalam sirkulasi adalah yang paling sering dirusak melalui mekanisme ini, meskipun Sel darah dalam sirkulasi adalah yang paling sering dirusak melalui mekanisme ini, meskipun antibodi yang terikat pada jaringan yang tidak dapat difagosit dapat menyebabkan

antibodi yang terikat pada jaringan yang tidak dapat difagosit dapat menyebabkan fagositosis fagositosis  gagal 

 gagal dan jejas. Secara klinis, reaksi yang diperantarai oleh antibodi terjadi pada keadaandan jejas. Secara klinis, reaksi yang diperantarai oleh antibodi terjadi pada keadaan sebagai berikut:

sebagai berikut: 

 Reaksi transfusi, sel darah merah dari seorang donor yang tidak suai dirusak setelahReaksi transfusi, sel darah merah dari seorang donor yang tidak suai dirusak setelah diikat oleh antibodi resipien yang diarahkan untuk melawan antigen darah donor.

diikat oleh antibodi resipien yang diarahkan untuk melawan antigen darah donor.

 EritEritroblaroblastosistosis s fetalfetalis is karena karena inkompinkompaktibnaktibnilitilitas as antigantigen en rhesurhesus; s; antigantigen en matermateral al yangyang melawan Rh pada seorang ibu Rh-negatif yang telah tersensitisasi akan melewati plasenta melawan Rh pada seorang ibu Rh-negatif yang telah tersensitisasi akan melewati plasenta dan menyebabkan kerusakan sel darah merahnya sendiri.

dan menyebabkan kerusakan sel darah merahnya sendiri. 

 Anemia hemolitik autoimun, agranulositosis, atau trombositopenia yang disebabkan olehAnemia hemolitik autoimun, agranulositosis, atau trombositopenia yang disebabkan oleh antibodi yang dihasilkan oleh seorang individu yang menghasilkan antibodi terhadap sel antibodi yang dihasilkan oleh seorang individu yang menghasilkan antibodi terhadap sel darah merahnya sendiri.

darah merahnya sendiri. 

 Reaksi obat, antibodi diarahkan untuk melawan obat tertentu (atau metabolitnya)byangReaksi obat, antibodi diarahkan untuk melawan obat tertentu (atau metabolitnya)byang secar

secara a nonspenonspesifisifik k diadsdiadsorpsi pada orpsi pada permupermukaan kaan sel (contohnya adalah sel (contohnya adalah hemolhemolisis yangisis yang dapat terjadi setelah pemberian penisilin).

dapat terjadi setelah pemberian penisilin).

 PePemfmfigigus us vulvulgagariris s didisesebababkabkan n ololeh eh anantitibobody dy teterhrhadadap ap prprototeiein n desdesmomososom m yayangng menyebabkan terlepasnya taut antarsel epidermis.

menyebabkan terlepasnya taut antarsel epidermis. 2.

(8)

Bent

Bentuk uk jejjejas as yanyang g dipdiperaerantantarai rai antantiboibodi di iniini meliputi pembunuhan melalui jenis sel yang meliputi pembunuhan melalui jenis sel yang me

membmbawawa a rereseseptptor or ununtutuk k babagigian an Fc Fc IgIgG;G; sasaran yang diselubungi oleh antibodi dilisis sasaran yang diselubungi oleh antibodi dilisis ttaannppa a ddiiffaaggoossiittoossiis s aattaauuppuun n ffiikkssaassii kom

kompleplemenmen. . ADCADCC C dapadapat t dipdiperaerantantarai rai oleolehh  berbagai macam leukosit, termasuk neutrofil,  berbagai macam leukosit, termasuk neutrofil,

eos

eosininofofilil, , mamakrkrofofagag, , dadan n sesel l NKNK. . MeMeskskipipnn se

secacara ra khkhususus us ADADCC CC didipeperrananttararai ai ololeheh antibodi IgG, dalm kasus tertentu (misalnya, antibodi IgG, dalm kasus tertentu (misalnya,   pem

  pembunubunuhan han parparasiasit t yanyang g dipdiperaerantantarai rai oleolehh eosinofil) yang digunakaan adalah IgE.

eosinofil) yang digunakaan adalah IgE.

3.

3. DiDisfsfuungngsi si sesel l yayang ng didipeperarantntararai ai ololeheh

antibodi antibodi

Pada beberapa kasus, antibodi yang diarahkan Pada beberapa kasus, antibodi yang diarahkan un

untutuk k memelalawawan n rereseseptptor or pepermrmukukaaaan n sesell me

merurusasak k atatau au memengngacacauaukakan n fufungngsi si tatanpnpaa men

menyebyebabkabkan an jejjejas as sel sel ataatau u infinflamlamasiasi. . OleOlehh kar

karena ena ititu, u, padpada a miamiastestenia nia gragravisvis, , antantiboibodidi terhadap reseptor asetilkolin dalm motor terhadap reseptor asetilkolin dalm motor end- plate otot-otot rangka mengganggu transmisi  plate otot-otot rangka mengganggu transmisi

ne

neururomomususkukulalar r didisesertrtai ai kekelelemamahahan n otototot.. Sebaliknya, antibodi dapat merangsang fungsi Sebaliknya, antibodi dapat merangsang fungsi otot. Pada

otot. Pada penyakpenyakit it GravesGraves, , antibantibodi odi terhadterhadapap re

reseseptptor or hohormrmon on peperarangngsasang ng titiroroid id (T(TSHSH)) mer

merangsangsang ang epiepitel tel tirtiroid oid dan dan menmenyebyebabkabkanan hipertiroidisme.

hipertiroidisme.

Tipe III : reaksi

Tipe III : reaksi imun kompleks

imun kompleks

  Hipers

  Hipersensitiensitivitas vitas tipe tipe III III diperandiperantarai tarai oleh oleh pengendpengendapan apan komplekompleks ks antigantigen-antien-antibodibodi (imun), diikuti dengan aktivitas komplemen dan akumulasi leukosit polimorfonuklear.

(imun), diikuti dengan aktivitas komplemen dan akumulasi leukosit polimorfonuklear. KompleksKompleks imun dapat melibatkan antigen eksogen seperti bakteri dan virus, atau antigen endogen seperti imun dapat melibatkan antigen eksogen seperti bakteri dan virus, atau antigen endogen seperti DNA

DNA. . KomKomplepleks ks imuimun n patpatogen ogen terterbentbentuk uk daldalam am sirsirkulkulasi asi dan dan kemkemudiudian an menmengengendap dap daldalamam  jaringan ataupun terbentuk di daerah ekstravaskular tempat antigen tersebut tertanam (kompleks  jaringan ataupun terbentuk di daerah ekstravaskular tempat antigen tersebut tertanam (kompleks

imun in situ). imun in situ).

(9)

Jejas akibat

Jejas akibat komplekompleks ks imun dapat imun dapat bersibersifat fat sistsistemik jika emik jika komplkompleks eks terstersebut ebut terbeterbentuk ntuk  dal

dalam am sirsirkulkulasi asi menmengengendap dap daldalam am berberbagbagai ai orgorgan an , , ataatau u terterloklokalialisassasi i pada pada orgorgan an tertertententutu (misalnya, ginjal, sendi, atau kulit) jika kompleks tersebut terbentuk dan mengendap pada tempat (misalnya, ginjal, sendi, atau kulit) jika kompleks tersebut terbentuk dan mengendap pada tempat khusus. Tanpa memperhatikan pola distribusi, mekanisme terjadinya jejas jarungan adalah sama; khusus. Tanpa memperhatikan pola distribusi, mekanisme terjadinya jejas jarungan adalah sama; namun, urutan kejadian dan kondisi yang menyebabkan terbentuknya kompleks imun berbeda. namun, urutan kejadian dan kondisi yang menyebabkan terbentuknya kompleks imun berbeda.

Penyakit Komplek Imun Sistemik 

Penyakit Komplek Imun Sistemik 

Pat

Patogeogenesnesis is penypenyakiakit t komkomplepleks ks imuimunn sistemik dapat dibagi menjadi tiga tahapan: (1) sistemik dapat dibagi menjadi tiga tahapan: (1)   p

  pemembebentntukaukan n kokompmpleleks ks anantitigegen-an-antntibibododii dalam sirkulasi dan (2) pengendapan kompleks dalam sirkulasi dan (2) pengendapan kompleks imun di berbagai jaringan, sehingga mengawali imun di berbagai jaringan, sehingga mengawali (3) reaksi radang di berbagai tempat di seluruh (3) reaksi radang di berbagai tempat di seluruh tubuh.

tubuh.

Patofisiologi: Patofisiologi:

Kira-kira 5 menit setelah protein asing Kira-kira 5 menit setelah protein asing ((mmiissaallnnyyaa, , sseerruum m aannttiitteettaannuus s kkuuddaa)) diinjeksikan, antibodi spesifik akan dihasilkan; diinjeksikan, antibodi spesifik akan dihasilkan; an

antitibobodi di inini i berbereaeaksksi i dedengngan an antantigigen en yayangng masih ada dalam sirkulasi untuk membentuk  masih ada dalam sirkulasi untuk membentuk  kom

komplepleks ks antantigeigen-an-antintibodi bodi ((tahtahap ap pertpertamaama).). Pada

Pada tahap keduatahap kedua, kompleks antigen-antibodi, kompleks antigen-antibodi yan

yang g terterbenbentuk tuk daldalam am sirsirkulkulasi asi menmengengendapdap dalam berbagai jaringan

dalam berbagai jaringan. . Dua faktor Dua faktor pentipentingng y

yanang g mmenenenenttukukan an apakapakah ah pepemmbebentntukukanan kom

komplepleks ks imuimun n menmenyebyebabkaabkan n penypenyakiakit t dandan  pengendapan jaringan:

 pengendapan jaringan:

• UkUkururan an kokompmpleleks ks imimunun. . KoKompmpleleksks

yang sangat besar yang terbentuk pada yang sangat besar yang terbentuk pada k

keeaaddaaaan n jjuummllaah h aannttiibbooddi i yyaanngg   b

  bererlelebibihahan n sesegegera ra didisisingngkikirkrkan an dardarii sirkulasi oleh sel fagosit mononuklear  sirkulasi oleh sel fagosit mononuklear  sehing

sehingga ga relatrelatif if tidatidak k membahmembahayakan.ayakan. K

Koommpplleekks s ppaalliinng g ppaattooggeen n yyaanngg terbentuk selama antigen berlebih dan terbentuk selama antigen berlebih dan

b

beerruukkuurraan n kkeecciil l aattaau u sseeddaanngg,, disin

disingkirkgkirkan an secarsecara a lebih lambat lebih lambat oleholeh sel fagosit sehingga lebih lama berada sel fagosit sehingga lebih lama berada dalam sirkulasi.

(10)

• Status sistem fagosit mononuklear Status sistem fagosit mononuklear . Karena normalnya menyaring keluar kompleks imun,. Karena normalnya menyaring keluar kompleks imun, makrofag yang berlebih atau disfungsional menyebabkan bertahannya kompleks imun makrofag yang berlebih atau disfungsional menyebabkan bertahannya kompleks imun dalam sisrkulasi dan meningkatkan kemungkinan pengendapan jaringan.

dalam sisrkulasi dan meningkatkan kemungkinan pengendapan jaringan.

Faktor lain yang mempengaruhi pengendapan kompleks imun yaitu muatan kompleks (anionic Faktor lain yang mempengaruhi pengendapan kompleks imun yaitu muatan kompleks (anionic vs

vs katiokationik), valensi nik), valensi antigeantigen, n, avidiaviditas tas antibantibodi, odi, afiniafinitas antigen tas antigen terhaterhadap dap berbagberbagai ai jarijaringan,ngan, arsitektur tiga dimensi kompleks tersebut, dan hemodinamika pembuluh darah yang ada.tempat arsitektur tiga dimensi kompleks tersebut, dan hemodinamika pembuluh darah yang ada.tempat  pengendapan kompleks imun yang disukai adalah ginjal, sendi, kulit, jantung, permukaan serosa,  pengendapan kompleks imun yang disukai adalah ginjal, sendi, kulit, jantung, permukaan serosa,

dan pembulah darah kecil.

dan pembulah darah kecil. Lokasinya pada ginjal dapat dijelaskan sebagLokasinya pada ginjal dapat dijelaskan sebagian melalui fungsi filtrasiian melalui fungsi filtrasi glo

glomermeruluulus, s, yaiyaitu tu terterperperangkangkapnapnya ya komkomplepleks ks daldalam am sirsirkulkulasi asi padpada a gloglomermeruluulus. s. BelBelum um adaada   pe

  penjenjelaslasan an yanyang g samsama a memmemuasuaskan kan untuntuk uk loklokalialisassasi i komkomplepleks ks imimun un padpada a temtempat pat prepredildilekseksii lainnya.

lainnya.

Un

Untutuk k komkomplplekeks s yayang ng memenininggnggalalkankan sirkulasi dan mengendap di dalam atau di luar  sirkulasi dan mengendap di dalam atau di luar  d

diindndiinng g ppeemmbbuulluuh h dadarraahh, , hhaarruus s tteerrjjaaddii  peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Hal  peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Hal ini mungkin terjadi pada saat kompleks imun ini mungkin terjadi pada saat kompleks imun  berkaitan dengan sel radang melalui reseptor Fc  berkaitan dengan sel radang melalui reseptor Fc

da

dan n C3C3b b dadan n mememimicu cu pepelelepapasasan n memedidiatator or  vasoaktif dan/ atau sitokin yang meningkatkan vasoaktif dan/ atau sitokin yang meningkatkan   p

  perermmeaeabibilliittasas. . SSaaaat t komkomplplekeks s tterersesebubutt mengendap dalam jaringan, terjadi tahap ketiga, mengendap dalam jaringan, terjadi tahap ketiga, yaitu reaksi radang. Selama tahap ini (kira-kira yaitu reaksi radang. Selama tahap ini (kira-kira 10

10 harhari i sesetetelalah h pepembmbereriaian n antantigigen)en), , mumuncnculul ga

gambmbararan an klklininisis, , seseperperti ti dedemamam, m, ututikikarariaia,, art

artralralgiagia, , pempembesbesaraaran n kelkelenjenjar ar getgetah ah benibening,ng, dan proteinuria.

dan proteinuria. Di

Di manmana a pun pun komkomplepleks ks imuimun n menmengengendap, dap, kerkerusausakan kan jarjaringingannyannya a serserupa. upa. AktAktiviivitastas komplemen oleh kompleks imun merupakan inti patogenesis jejas, melepaskan fragmen yang komplemen oleh kompleks imun merupakan inti patogenesis jejas, melepaskan fragmen yang aktif secara biologis seperti anafilatok

aktif secara biologis seperti anafilatoksin sin (C3a dan (C3a dan C5a), yang C5a), yang meningmeningkatkan permeabilkatkan permeabilitasitas  pembuluh darah dan bersifat

 pembuluh darah dan bersifat kemotaksis untuk leukosit kemotaksis untuk leukosit polimorfonuklear. Fagositosipolimorfonuklear. Fagositosis komplekss kompleks imun oleh neutrofil yang terakumulasi menimbulkan pelepasan atau produksi sejumlah substansi imun oleh neutrofil yang terakumulasi menimbulkan pelepasan atau produksi sejumlah substansi   proinflamasi tambahan, termasuk proataglandin, peptida vasodilator, dan substansi kemotaksis,   proinflamasi tambahan, termasuk proataglandin, peptida vasodilator, dan substansi kemotaksis, serta enzim lisosom yang mampu mencerna membran basalis, kolagen, elastin, dan kartilago. serta enzim lisosom yang mampu mencerna membran basalis, kolagen, elastin, dan kartilago. Kerusakan

Kerusakan jaringan juga diperantarai oljaringan juga diperantarai oleh radikal bebas oksigen eh radikal bebas oksigen yang dihasilkan oleh neutyang dihasilkan oleh neutrofilrofil teraktivasi. Kompleks imun dapat pula menyebabkan agregasi trombosit dan mengaktivasi faktor  teraktivasi. Kompleks imun dapat pula menyebabkan agregasi trombosit dan mengaktivasi faktor  Hagema

Hageman; kedua reaksi ini menn; kedua reaksi ini meningkatingkatkan proses perakan proses peradangan dan mengawadangan dan mengawali li pembenpembentukantukan mikrotrombus yang berperan pada jejas jaringan melalui iskemia lokal. Lesi patologis yang mikrotrombus yang berperan pada jejas jaringan melalui iskemia lokal. Lesi patologis yang

(11)

dihasilkan disebut dengan vasokulitis jika terjadi pada pembuluh darah, glomerulonefritis jika dihasilkan disebut dengan vasokulitis jika terjadi pada pembuluh darah, glomerulonefritis jika terjadi di glomerulus ginjal, arthritis jika terjadi di sendi, dan seterusnya.

terjadi di glomerulus ginjal, arthritis jika terjadi di sendi, dan seterusnya.

Je

Jelalasnsnya ya hanhanya ya anantitibobodi di penpengigikat kat kokompmplelememen n (y(yaiaitu tu IgIgG G dadan n IgIgM) M) yayang ng dapdapatat menginduksi lesi semacam itu. Karena IgA dapat pula mengaktivasi komplemen melalui jalur  menginduksi lesi semacam itu. Karena IgA dapat pula mengaktivasi komplemen melalui jalur  alternatif, kompleks yang mengandung IgA dapat pula menginduksi jejas jaringan. Peran penting alternatif, kompleks yang mengandung IgA dapat pula menginduksi jejas jaringan. Peran penting ko

kompmplelememen n dadalalam m papatotogegenenesisis s jejejajas s jajariringngan an dididukdukunung g ololeh eh adadanyanya a pepengangamamatatan n bahbahwawa  pengurangan kadar komplemen serum secara eksperimental akan sangat menurunkan keparahan  pengurangan kadar komplemen serum secara eksperimental akan sangat menurunkan keparahan lesi, demikian pula yang terjadi pada neutrofil. Selama fase aktif penyakit, konsumsi komplemen lesi, demikian pula yang terjadi pada neutrofil. Selama fase aktif penyakit, konsumsi komplemen menurunkan kadar serum.

menurunkan kadar serum.

Penyakit kompeks imun lokal (reaksi arthus )

Penyakit kompeks imun lokal (reaksi arthus )

Rea

Reaksi ksi ArtArthus hus dijdijelaelaskaskan n sebsebagai agai arearea a loklokalialisatsata a neknekrosrosis is jarjaringingan an yanyang g disdisebabebabkan kan oleolehh va

vaskskululititis is kokompmpleleks ks imimun un akakutut. . ReReakaksi si inini i didihahasisilklkan an sesecacara ra ekekspspererimimenentatal l dedengnganan mengi

menginjeksinjeksikan kan suatsuatu u antigantigen en ke ke dalam kulit seekor dalam kulit seekor hewan yang hewan yang sebelsebelumnya telah umnya telah diimudiimunisasnisasii (yaitu antibodi

(yaitu antibodi preformed  preformed  terhadap antigen yang telah ada di dalam sirkulasi). Karena padaterhadap antigen yang telah ada di dalam sirkulasi). Karena pada mulan

mulanya ya terdaterdapat pat kelebikelebihan han antibantibody, kompleks imun ody, kompleks imun terbeterbentuk sebagai ntuk sebagai antigantigen en yang berdifusiyang berdifusi ke dalam dinding pembuluh darah; kompleks ini dipresipitasi pada tempat injeksi dan memicu ke dalam dinding pembuluh darah; kompleks ini dipresipitasi pada tempat injeksi dan memicu reaks

reaksi radang i radang yang sama serta gambarayang sama serta gambaran histologin histologist seperti yang telah dibahast seperti yang telah dibahas untuk penyakits untuk penyakit kompleks imun sistemik. Lesi Arthus berkembang selama beberapa jamdan mencapai puncaknya kompleks imun sistemik. Lesi Arthus berkembang selama beberapa jamdan mencapai puncaknya 4

4 hinhingga gga 10 10 jam jam setsetelaelah h injinjekseksi, i, ketketika ika terterlilihat hat adanadanya ya edeedema ma padpada a temtempat pat injinjekseksi i disdisertertaiai  perdarahan berat yang kadang-kadang diikuti ulserasi.

 perdarahan berat yang kadang-kadang diikuti ulserasi.

Tipe IV :

(12)

Pada reaksi hipersensitivitas tipe I, II dan III yang berperan adalah antibodi (imunitas Pada reaksi hipersensitivitas tipe I, II dan III yang berperan adalah antibodi (imunitas humoral), sedangkan pada tipe IV yang berperan adalah limfosit T atau dikenal sebagai imunitas humoral), sedangkan pada tipe IV yang berperan adalah limfosit T atau dikenal sebagai imunitas sel

seluleuler. r. ImuImunitnitas as selselulaular r mermerupakupakan an mekmekanianisme sme utautama ma resrespons pons terterhadhadap ap berberbagabagai i macmacamam mikroba, termasuk patogen intrasel seperti

mikroba, termasuk patogen intrasel seperti Mycobacterium tuberculosisMycobacterium tuberculosis dan virus, serta agendan virus, serta agen eks

ekstratrasel sel sepseperterti i proprotoztozoa, oa, funfungi, gi, dan dan parparasiasit. t. NamNamun, un, proproses ses ini ini jugjuga a dapadapat t menmengakgakibaibatkatkann kematian sel dan jejas jaringan, baik akibat pembersihan infeksi yang normal ataupun sebagai kematian sel dan jejas jaringan, baik akibat pembersihan infeksi yang normal ataupun sebagai re

respspons ons teterhrhadadap ap anantitigegen n sesendndiriri i (p(pada ada penpenyayakikit t auautotoimimun)un)..   Hiper  Hipersenssensitiitivitvitas as tiptipe e IV IV  diperantarai oleh sel T tersensitisasi secara khusus

diperantarai oleh sel T tersensitisasi secara khusus bukbukan an antantiboibodi di dan dan dibdibagi agi leblebih ih lanlanjutjut menjadi dua tipe dasar: (1)

menjadi dua tipe dasar: (1) hipersensitivitas tipe lambat, diinisiasi oleh sel T CD4+,hipersensitivitas tipe lambat, diinisiasi oleh sel T CD4+, dan (2)dan (2)  sitotoksisitas sel langsung, diperantarai olehsel T CD8+

 sitotoksisitas sel langsung, diperantarai olehsel T CD8+. Pada hipersensitivitas tipe lambat, sel. Pada hipersensitivitas tipe lambat, sel T CD4+ tipe T

T CD4+ tipe THH1 menyekresi sitokin sehingga menyebabkan adanya 1 menyekresi sitokin sehingga menyebabkan adanya perekrutan sel lain, terutamaperekrutan sel lain, terutama

makrofag, yang merupakan sel efektor utama. Pada sitotoksisitas seluler, sel T CD8+ sitoksik  makrofag, yang merupakan sel efektor utama. Pada sitotoksisitas seluler, sel T CD8+ sitoksik  menjalankan fungsi efektor.

menjalankan fungsi efektor.

Hipersensi

Hipersensitivitas

tivitas tipe

tipe lambat (DTH-Delayed-Tipe Hypersensitivity)

lambat (DTH-Delayed-Tipe Hypersensitivity)

Contoh klasik DTH adalah reaksi tuberkulin. Delapan hingga 12 jam setelah injeksi Contoh klasik DTH adalah reaksi tuberkulin. Delapan hingga 12 jam setelah injeksi tu

tuberberkulkulin in inintrtrakakututanan, , mumuncncul ul susuatatu u ararea ea ererititemema a dan dan inindurdurasasi i sesetetempmpatat, , dadan n memencancapapaii  puncaknya (biasanya berdiameter 1 hingga 2 cm) dalam waktu 24 hingga 72 jam (sehingga  puncaknya (biasanya berdiameter 1 hingga 2 cm) dalam waktu 24 hingga 72 jam (sehingga

di

digungunakakan an kakata ta sisifafatt deldelayeayed d [la[lambambat/ t/ tertertuntunda]da])) dadan n sesetetelalah h ititu u akakan an memerereda da sesecacarara   pe

  perlarlahanhan.se.secara cara hishistoltologiogis s , , reareaksi ksi DTH DTH ditditandaandai i dengdengan an penupenumpumpukan kan sel sel helhelperper-T -T CD4CD4++  perivaskular (“seperti manset”) dan makrofag dalam jumlah yang lebih sedikit. Sekresi lokal  perivaskular (“seperti manset”) dan makrofag dalam jumlah yang lebih sedikit. Sekresi lokal

si

sitotokikin n ololeh eh sesel l raradadang ng momonononunuklkleaear r inini i didisesertrtai ai dedengngan an pepeniningngkakatatan n pepermrmeaeabibililitatass mikrovaskular, sehingga menimbulkan edema dermis dan pengendapan fibrin; penyebab utama mikrovaskular, sehingga menimbulkan edema dermis dan pengendapan fibrin; penyebab utama indurasi jaringan dalam respons ini adalah deposisi fibrin. Respons tuberkulin digunakan untuk  indurasi jaringan dalam respons ini adalah deposisi fibrin. Respons tuberkulin digunakan untuk  menyaring individu dalam populasi yang pernah

menyaring individu dalam populasi yang pernah terpejan tuberkulosis sehingga mempunyai sel Tterpejan tuberkulosis sehingga mempunyai sel T mem

memori ori daldalam am sirsirkulkulasiasi. . LebLebih ih khuskhusus us laglagi, i, imuimunosnosuprupresi esi ataatau u menmenghighilanlangnygnya a sel sel T T CD4CD4++ (misalnya, akibat HIV) dapat menimbulkan respons tuberkulin yang negatif, bahkan bila terdapat (misalnya, akibat HIV) dapat menimbulkan respons tuberkulin yang negatif, bahkan bila terdapat suatu infeksi yang berat.

suatu infeksi yang berat.

Patofisiologi : Patofisiologi :

Limfosit CD4+ mengenali antigen peptida dari basil tuberkel dan juga antigen kelas II Limfosit CD4+ mengenali antigen peptida dari basil tuberkel dan juga antigen kelas II  pada permukaan monosit atau sel dendrit yang telah memproses antigen mikobakterium tersebut.  pada permukaan monosit atau sel dendrit yang telah memproses antigen mikobakterium tersebut.

Proses ini membentuk sel CD4+ tipe T

Proses ini membentuk sel CD4+ tipe THH1 tersensitisasi yang tetap berada di dalam sirkulasi1 tersensitisasi yang tetap berada di dalam sirkulasi

selama bertahun-tahun. Masih belum jelas mengapa antigen tersebut mempunyai kecendurungan selama bertahun-tahun. Masih belum jelas mengapa antigen tersebut mempunyai kecendurungan untuk menginduksi respons T

untuk menginduksi respons THH1, meskipun lingkungan sitokin yang mengaktivasi sel T naïf 1, meskipun lingkungan sitokin yang mengaktivasi sel T naïf 

ter

tersebsebut ut tamtampakpaknya nya sessesuaiuai. . SaaSaat t dildilakuakukan kan injinjekseksi i kutkutan an tubtuberkerkuliulin n berberikuikutnytnya a padpada a oraorangng tersebut, sel memori memberikan respons kepada antigen yang telah diproses pada APC dan tersebut, sel memori memberikan respons kepada antigen yang telah diproses pada APC dan akan diaktivasi (mengalami transformasi dan proliferasi yang luar biasa), disertai dengan sekresi akan diaktivasi (mengalami transformasi dan proliferasi yang luar biasa), disertai dengan sekresi si

sitotokikin n TTHH1. 1. SSiitotokikin n TTHH1 1 iniinilah lah yanyang g akhiakhirnyrnya a berbertantangguggungjngjawaawab b untuntuk uk menmengengendaldalikaikann

 perkembangan respons DHT. Secara keseluruhan, sitokin yang paling bersesuaian dalam proses  perkembangan respons DHT. Secara keseluruhan, sitokin yang paling bersesuaian dalam proses

tersebut adalah sebagai berikut: tersebut adalah sebagai berikut:

(13)

•  IL-12 IL-12 merupakan suatu sitokin yang dihasilkan oleh makrofag setelah interaksi awalmerupakan suatu sitokin yang dihasilkan oleh makrofag setelah interaksi awal dengan basil tuberkel. IL-12 sangat penting untuk induksi DTH karena merupakan sitokin dengan basil tuberkel. IL-12 sangat penting untuk induksi DTH karena merupakan sitokin utama yang mengarahkan diferensiasi sel T

utama yang mengarahkan diferensiasi sel THH1; selanjutnya, sel T1; selanjutnya, sel THH1 merupakan sumber 1 merupakan sumber 

sitok

sitokin in lain yang lain yang tercatercantum di ntum di bawah. IL-12 juga bawah. IL-12 juga merupamerupakan kan penginpenginduksi sekresi IFN-γduksi sekresi IFN-γ oleh sel T dan sel NK yang poten.

oleh sel T dan sel NK yang poten. •

•  IFN-γ IFN-γ mempunyai berbagai macam efek dan merupakan mediator DTH yang palingmempunyai berbagai macam efek dan merupakan mediator DTH yang paling  penting. IFN-γ merupakan aktivator makrofag yang sangat poten, yang meningkatkan  penting. IFN-γ merupakan aktivator makrofag yang sangat poten, yang meningkatkan   produ

  produksi ksi makrofmakrofag ag IL-12. Makrofag teraktivaIL-12. Makrofag teraktivasi si mengelmengeluarkan lebih uarkan lebih banyak molekulbanyak molekul kel

kelas as II II pada pada perpermukmukaannaannya ya sehsehingingga ga menmeningingkatkatkan kan kemkemampampuan uan penypenyajiajian an antantigeigen.n. Mak

Makrofrofag ag ini ini jugjuga a memmempunypunyai ai aktaktiviivitas tas fagfagosiosititik k dan dan mimikrokrobisbisida ida yanyang g menmeningingkatkat,, dem

demikiikian an pulpula a dengdengan an kemkemampampuannuannya ya memmembunubunuh h sel sel tumtumor. or. MakMakrofrofag ag terteraktaktivaivasisi menyekresi beberapa faktor pertumbuhan polipeptida, termasuk faktor pertumbuhan yang menyekresi beberapa faktor pertumbuhan polipeptida, termasuk faktor pertumbuhan yang  berasal dari trombosit (PDGF) dan TGF-α, yang merangsang proliferasi fibroblas dan  berasal dari trombosit (PDGF) dan TGF-α, yang merangsang proliferasi fibroblas dan

me

meniningkngkatatkan kan sisintntesesis is kolkolagagen. en. SeSecacara ra riringngkakas, s, akaktitivivitatas s IFIFN-N-γ γ memeniningngkakatktkanan kemampuan makrofag untuk membasmi agen penyerangan; jika aktivasi makrofag terus kemampuan makrofag untuk membasmi agen penyerangan; jika aktivasi makrofag terus  berlangsung, akan terjadi fibrosis.

 berlangsung, akan terjadi fibrosis. •

•  IL-2 IL-2 menyebabkan proliferasi sel T yang telah terakumulasi pada tempat DTH. Yangmenyebabkan proliferasi sel T yang telah terakumulasi pada tempat DTH. Yang ter

termasmasuk uk daldalam am infinfiltiltrat rat ini ini adaladalah ah kirkira-ka-kira ira 10% 10% sel sel CD4CD4+ + yanyang g antantigeigen-spn-spesiesifikfik,, mes

meskipkipun un sebsebagiagian an besbesar ar adaladalah ah sel sel T T “pe“penonnontonton” ” yanyang g tidtidak ak spespesifsifik ik untuntuk uk ageagenn  penyerang asal.

 penyerang asal. •

• TNF TNF dandan limfotoksinlimfotoksin adalah sitokin yang menggunakan efek pentingnya pada sel endotel:adalah sitokin yang menggunakan efek pentingnya pada sel endotel: (1)

(1) meninmeningkatnygkatnya a sekressekresi i nitrinitrit t oksidoksida a dan dan prostprostasiklasiklin, in, yang membantu yang membantu peningpeningkatankatan aliran darah melalui vasodilatasi local; (2) meningkatnya pengeluaran selektin-E, yaitu aliran darah melalui vasodilatasi local; (2) meningkatnya pengeluaran selektin-E, yaitu suatu molekul adhesi yang meningkatkan perlekatan sel mononuklear; dan (3) induksi suatu molekul adhesi yang meningkatkan perlekatan sel mononuklear; dan (3) induksi dan sekresi faktor kemotaksis seperti IL-8. Perubahan ini secara bersama memudahkan dan sekresi faktor kemotaksis seperti IL-8. Perubahan ini secara bersama memudahkan keluarnya limfosit dan monosit pada lokasi terjadinya respon DHT.

keluarnya limfosit dan monosit pada lokasi terjadinya respon DHT.

Inflamasi Granulomatosa

Inflamasi Granulomatosa

Granulomatosa

Granulomatosa adaadalah lah benbentuk tuk khuskhusus us DHT DHT yanyang g terterjadjadi i padpada a saasaat t antantigeigen n berbersifsifatat  pe

 persirsistesten n dandan/ / ataatau u tidtidak ak dapdapat at diddidegregradaadasi. si. InfInfiltiltratrate e awaawal l sel sel T T CD4CD4+ + perperivaivaskuskular lar secsecaraara   p

  prorogrgresesif if didigagantntikikan an ololeh eh mamakrkrofofag ag dadalalam m wawaktktu u 2 2 hihinggngga a 3 3 mimingnggu; gu; mamakrkrofofag ag yayangng terakumulasi ini secara khusus menunjukkan bukti morfologis adanya aktivitas, yaitu semakin terakumulasi ini secara khusus menunjukkan bukti morfologis adanya aktivitas, yaitu semakin membesar , memipih, dan eosinofilik (disebut sebagai

membesar , memipih, dan eosinofilik (disebut sebagai sel epiteloid  sel epiteloid ). Sel epiteloid kadang-kadang). Sel epiteloid kadang-kadang  bergabung di bawah pengaruh sitokin tertentu (misalnya, IFN-γ) untuk membentuk suatu  bergabung di bawah pengaruh sitokin tertentu (misalnya, IFN-γ) untuk membentuk suatu sel  sel 

raksasa

raksasa ((  giant cells  giant cells) ) berberintinti i banybanyak. ak. SuaSuatu tu agragregaegat t mikmikrosroskopkopis is sel sel epiepitelteloid oid secsecara ara khukhusussus dik

dikelielilinlingi gi oleoleh h lilingkangkaran ran limlimfosfositit, , yanyang g disdisebuebutt  granuloma granuloma, , dan dan popolalanynya a didisesebut but sesebagbagaiai

inflamasi granulomatosa

inflamasi granulomatosa. Pada dasarnya, proses tersebur sama dengan proses yang digambarkan. Pada dasarnya, proses tersebur sama dengan proses yang digambarkan untuk respons DHT lainnya. Granuloma yang lebih dahulu terbentuk membentuk suatu sabuk  untuk respons DHT lainnya. Granuloma yang lebih dahulu terbentuk membentuk suatu sabuk  rapat fibroblast dan jaringan ikat. Pengenalan terhadap suatu granuloma mempunyai kepentingan rapat fibroblast dan jaringan ikat. Pengenalan terhadap suatu granuloma mempunyai kepentingan diagnostik karena hanya ada sejumlah kecil kondisi yang dapat menyebabkannya.

(14)

DHT merupakan suatu mekanisme pertahanan utama yang melawan berbagai patogen DHT merupakan suatu mekanisme pertahanan utama yang melawan berbagai patogen intrasel, yang meliputi mikobakterium, fungus, dan parasit tertentu, dan dapat pula terlibat dalam intrasel, yang meliputi mikobakterium, fungus, dan parasit tertentu, dan dapat pula terlibat dalam  penolakan serta imunitas tumor. Peran utama sel T CD4+ dalam hipersensitivitas tipe lambat  penolakan serta imunitas tumor. Peran utama sel T CD4+ dalam hipersensitivitas tipe lambat tampak jelas pada penderita AIDS. Karena kehilangan sel CD4+, respons penjamu terhadap tampak jelas pada penderita AIDS. Karena kehilangan sel CD4+, respons penjamu terhadap   patog

  patogen en ekstrekstrasel, asel, sepertsepertii MycobacMycobacteriuterium m tubercutuberculosislosis, akan sangat terganggu. Bakteri akan, akan sangat terganggu. Bakteri akan dimangsa oleh makrofag, tetapi tidak dibunuh, dan sebagai pengganti pembentukan granuloma, dimangsa oleh makrofag, tetapi tidak dibunuh, dan sebagai pengganti pembentukan granuloma, terjadi akumulasi makrofag yang tidak teraktivasi yang sulit untuk mengatasi mikroba yang terjadi akumulasi makrofag yang tidak teraktivasi yang sulit untuk mengatasi mikroba yang menginvasi.

menginvasi. Sel

Selain ain berbermanmanfaafaat t karkarena ena perperan an proprotektektiftifnyanya, , DHT DHT dapadapat t pulpula a menmenyebyebabkaabkan n suasuatutu   pe

  penyanyakitkit. . DerDermatmatititis is kontkontak ak adaladalah ah salsalah ah satsatu u concontoh toh jejjejas as jarjaringingan an yanyang g diadiakibkibatkatkan an oleolehh hiper

hipersensisensitivittivitas as lambatlambat. . PenyaPenyakit kit ini ini dibangdibangkitkakitkan n melalmelalui ui kontak kontak dengan dengan pentadpentadesilkesilkatekolatekol (juga dikenal

(juga dikenal sebagasebagai i urushurushiol, komponen iol, komponen aktif aktif  poison ivy poison ivy ataoatao poisin oak  poisin oak ) pada penjamu yang) pada penjamu yang tersensitisasi dan muncul sebagai suatu dermatitis vesikularis. Mekanisme dasarnya sama dengan tersensitisasi dan muncul sebagai suatu dermatitis vesikularis. Mekanisme dasarnya sama dengan mekanisme pada sensitivitas tuberculin. Pajanan ulang terhadap tanaman tersebut, sel CD4+ T mekanisme pada sensitivitas tuberculin. Pajanan ulang terhadap tanaman tersebut, sel CD4+ THH11

tersensitisasi akan berakumulasi dalam dermis dan bermigrasi menuju antigen yag berada di tersensitisasi akan berakumulasi dalam dermis dan bermigrasi menuju antigen yag berada di dal

dalam am epiepiderdermismis. . Di Di temtempat pat ini ini sel sel tertersebsebut ut melmelepaepaskaskan n sitsitokiokin n yanyang g mermerusausak k kerkeratiatinosnosit,it, menyebabkan terpisahnya sel ini dan terjadi pembentukan suatu vesikel intradermal.

(15)
(16)

Sitotoksisitas Yang Diperantarai Sel T

Sitotoksisitas Yang Diperantarai Sel T

Pada pembentukan hipersensitivitas tipe IV ini, sel T CD8+ tersensitisasi membunuh sel Pada pembentukan hipersensitivitas tipe IV ini, sel T CD8+ tersensitisasi membunuh sel target yang membawa antigen. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, molekul MHC tipe I target yang membawa antigen. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, molekul MHC tipe I  berikatan dengan peptida virus intrasel dan menyajikannya pada limfosit T CD8+. Sel efektor   berikatan dengan peptida virus intrasel dan menyajikannya pada limfosit T CD8+. Sel efektor 

CD8+, yang disebut limfosit T sitotoksik (CTL,

CD8+, yang disebut limfosit T sitotoksik (CTL, cytotoxic T-lymphocytescytotoxic T-lymphocytes), yang berperan penting), yang berperan penting dalam resistensi terhadap infeksi virus. Pelisisan sel terinfeksi sebelumnya terjadi replikasi virus dalam resistensi terhadap infeksi virus. Pelisisan sel terinfeksi sebelumnya terjadi replikasi virus yang lengkap pada akhirnya menyebabkan penghilangan infeksi. Diyakini bahwa banyak peptida yang lengkap pada akhirnya menyebabkan penghilangan infeksi. Diyakini bahwa banyak peptida yang berhubungan dengan tumor muncul pula pada permukaan sel tumor sehingga CTL dapat yang berhubungan dengan tumor muncul pula pada permukaan sel tumor sehingga CTL dapat  pula terlibat dalam imunitas tumor.

 pula terlibat dalam imunitas tumor.

Telah terlihat adanya dua mekanisme pokok pembunuhan oleh sel CTL: (1) pembunuhan Telah terlihat adanya dua mekanisme pokok pembunuhan oleh sel CTL: (1) pembunuhan yang bergantung pada perforin-granzim dan (2) pembunuhan yang bergantung pada ligan yang bergantung pada perforin-granzim dan (2) pembunuhan yang bergantung pada ligan Fas-Fas. Perforin dan granzim adalah mediator terlarut yang terkandung dalam granula CTL, yang Fas. Perforin dan granzim adalah mediator terlarut yang terkandung dalam granula CTL, yang menyerupai lisosom. Sesuai dengan namanya, perforin melubangi membran plasma pada sel menyerupai lisosom. Sesuai dengan namanya, perforin melubangi membran plasma pada sel target; hal tersebut dilakukan dengan

target; hal tersebut dilakukan dengan insersi dan polimerisasi molekul perforin untuk membentuk insersi dan polimerisasi molekul perforin untuk membentuk  sua

suatu tu porpori. i. PorPori-pi-pori ori ini ini memmemungkungkinkinkan an air air memmemasuasuki ki sel sel dan dan akhiakhirnyrnya a menmenyebyebabkaabkan n lislisii osmotik. Granula limfosit juga mengandung berbagai protease yang disebut dengan

osmotik. Granula limfosit juga mengandung berbagai protease yang disebut dengan granzim, granzim, yang dikirimkan ke dalam sel target melalui pori-pori perforin. Begitu sampai ke dalam sel, yang dikirimkan ke dalam sel target melalui pori-pori perforin. Begitu sampai ke dalam sel, granzim mengaktifkan apoptosis sel target. CTL teraktivasi juga mengeluarkan ligan Fas (suatu granzim mengaktifkan apoptosis sel target. CTL teraktivasi juga mengeluarkan ligan Fas (suatu molekul yang homolog dengan TNF), yang berikatan dengan Fas pada sel target. Interaksi ini molekul yang homolog dengan TNF), yang berikatan dengan Fas pada sel target. Interaksi ini menyebabkan apoptosis. Selain imunitasvirus dan tumor, CTL yang diarahkann untuk melawan menyebabkan apoptosis. Selain imunitasvirus dan tumor, CTL yang diarahkann untuk melawan antigen histokompatibilitas permukaan sel juga berperan penting

Referensi

Dokumen terkait

minimum 300 Ma, sedangkan RS Kusta Kediri hanya memiliki alat Mobile Unit dengan kapasitas 150 Ma, maka dari itu pemeriksaan di unit radiologi RS Kusta Kediri terbatas

Dengan menggunakan parameter hubungan mean dengan skewness terbentuk sampel sedimen pada daerah beach untuk metode inman dan daerah dunes untuk metodde folk and ward..

Pada masa pandemi Covid-19 saat ini, teknologi memiliki kedudukan penting sebagai media informasi untuk tetap dapat melakukan berbagai kegiatan yang

Metode analisis data yang digunakan adalah SEM.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap berpengaruh signifikan terhadap persepsi kualitas

5.4.2.4 Hasil evaluasi, rencana tindak lanjut, dan tindak lanjut terhadap pelaksanaan koordinasi lintas program dan lintas sektor.. UKM

Perlakuan pemberian mulsa organik tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang dan lebar daun, waktu berbunga dan bobot buah tomat..

Disalin  dari  buku  Etika  Bertetangga,  karya  Syaikh  Ali  Hasan  Ali Abdul  Hamid, 

Komisaris, Direksi, Kepala Unit Usaha, Pengawas dan karyawan/petugas BUMDes berhak memperoleh penghasilan dari BUMDes sesuai dengan kemampuan keuangan BUMDes yang