• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep Rhinitis Alergi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Askep Rhinitis Alergi"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

RHINITIS ALERGI

RHINITIS ALERGI

TITA SITI NURHALA TITA SITI NURHALA

220112120012 220112120012

UNIVERSITAS PADJADJAAN

UNIVERSITAS PADJADJAAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

BANDUNG

BANDUNG

2012

2012

(2)
(3)

KATA PENGANTAR 

KATA PENGANTAR 

Pu

Puji ji dadan n sysyukukur ur kakami mi papanjnjatatkakan n kekehahadidirarat t TuTuhahan n YMYME E yyanang g tetelalahh memberikan karunianya sehingga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan memberikan karunianya sehingga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan  pada Pasien dengan

 pada Pasien dengan Rhinitis Alergi” ini dapat dRhinitis Alergi” ini dapat diselesaikan.iselesaikan.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu nilai mata kuliah respirasi Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu nilai mata kuliah respirasi  pada

 pada khususnya, khususnya, dan dan untuk untuk memberikan memberikan pengetahuan pengetahuan kepada kepada calon calon perawatperawat tentang penyakit rhinitis.

tentang penyakit rhinitis.

Dalam pembuatan makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan dari Dalam pembuatan makalah ini kami banyak mendapatkan bantuan dari  berbagai

 berbagai pihak, pihak, oleh oleh karena karena itu itu saya saya mengucapkan mengucapkan terima terima kasih kasih yang yang sebesar- sebesar- besarnya kepada:

 besarnya kepada: 1.

1. IrIrmaman n SoSoememanantrtri, i, S.S.KpKp, , M.M.kekep, p, seselalaku ku kokoorordidinanatotor r mamata ta kukuliliahah respiratory yang telah memberikan kasus yang memicu kami untuk  respiratory yang telah memberikan kasus yang memicu kami untuk  men

mencari cari infoinformarmasi si leblebih ih banybanyak ak demdemi i terterseleselesaisaikannykannya a pempembuatbuatanan makalah ini.

makalah ini. 2.

2. ReRestustuninning g WiWididiasiasih, h, S.S.KpKp. . M. Kep. Sp. Mat, selaM. Kep. Sp. Mat, selaku fasiku fasililitattator or kakamimi yang telah banyak membantu dalam pembuatan makalah ini.

yang telah banyak membantu dalam pembuatan makalah ini. 3.

3. TeTemman an – – tetemaman n SGSGD D KeKelolompmpok ok 1, yan1, yang g tetelalah h bebekekerjrja a sasama dalma dalamam  pembuatan makalah in

 pembuatan makalah ini.i.

Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan dala

dalam m penupenulislisan, an, karekarena na kesekesempumpurnaarnaan n itu itu hanyhanyalah alah milmilik-Nyik-Nya a semsemata. ata. KamKamii hara

harap p para pembacpara pembaca a berkberkenaenan n kirkiranyanya a menmenyamyampaikapaikan n kritkritik, ik, usulusul, , dan dan sarasarann kepada saya sehingga karya tulis yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi para kepada saya sehingga karya tulis yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi para  pembaca kelak.  pembaca kelak. Jatinangor, April 2009 Jatinangor, April 2009 Penulis Penulis

(4)

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

A.

A. LatLatar ar BelBelakanakang Mg Masalasalahah Ber

Berbagabagai i masmasalaalah h kesekesehatahatan n terterus us menmenerus erus bermbermuncuunculan lan di di IndoIndonesinesia.a. Akan tetapi, pemerintah belum cukup mengatasi masalah kesehatan tersebut. Akan tetapi, pemerintah belum cukup mengatasi masalah kesehatan tersebut.

Seluruh bidang pelayanan kesehatan sampai saat ini sedang mengalami Seluruh bidang pelayanan kesehatan sampai saat ini sedang mengalami  perubahan

 perubahan dan dan tidak tidak satu satu pun pun perubahan perubahan yang yang berjalan berjalan lebih lebih cepat cepat disbandingdisbanding ma

masasalalah h kekesesehahatatan n yayang ng teterurus s memenenerurus s bebertrtamambabah, h, tetermrmasasuk uk di di bibidadangng keperawatan.

keperawatan.

Hal ini memberikan suatu tantangan yang sangat menyenangkan dan nyata Hal ini memberikan suatu tantangan yang sangat menyenangkan dan nyata  bagi perawat dan mahasis

 bagi perawat dan mahasiswa keperawatan dalam mengahwa keperawatan dalam mengahdapi masalah tersebdapi masalah tersebut.ut. Tanggung jawab untuk mengkoordinasikan perawatan ini membutuhkan Tanggung jawab untuk mengkoordinasikan perawatan ini membutuhkan  perencanaan

 perencanaan dan dan pencatatan pencatatan yang yang dengan dengan jelas jelas mengidentifikasi mengidentifikasi masalah- masalah-masalah dan

masalah dan inetrveninetrvensi-intervsi-intervensi, juga ensi, juga perencanperencanaa aa perawatperawatan an kesehatakesehatan n jangkajangka  pendek dan panj

 pendek dan panjang untuk individu dang untuk individu dan keluarga.an keluarga.

Salah satu masalah kesehatan yang sering muncul saat ini berhubungan Salah satu masalah kesehatan yang sering muncul saat ini berhubungan deng

dengan an pernpernafaafasan. san. BegiBegitu tu banybanyak ak masmasalaalah h yanyang g munmuncul, cul, utamutamanyanya a karekarenana masalah lingkunagn yang tercemar polusi, gaya hidup masyarakat yang tidak  masalah lingkunagn yang tercemar polusi, gaya hidup masyarakat yang tidak  sehat, dan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.

sehat, dan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.

Beberapa penyakit yang sering terjadi adalah TBC, pneumonia, berbagai Beberapa penyakit yang sering terjadi adalah TBC, pneumonia, berbagai  penyakit akergi k

 penyakit akergi karena udara, dan asma yang arena udara, dan asma yang sering terjadi di usia ksering terjadi di usia kanak-kanak.anak-kanak. Dari

Dari masmasalah alah kesekesehatahatan n tertersebusebut, t, calcalon on tenatenaga ga kesekesehatahatan, n, haruharus s teruteruss me

mengkngkaji aji berberbagbagai ai pepenynyakiakit t yayang ng mumuncuncul l untuntuk uk dadapat pat memembmbuat uat asuasuhahann kepe

keperawrawatan atan yanyang g sesusesuai ai dan dan tepatepat t agar masalaagar masalah h kesekesehatahatan n secasecara ra bertbertahapahap dapat teratasi dan derajat kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan.

dapat teratasi dan derajat kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan.

B

B.. IIddeennttiiffiikkaassi i kkaassuuss

Adapun kasus pemicu dalam masalah ini adalah sebagai berikut : Adapun kasus pemicu dalam masalah ini adalah sebagai berikut :

Pasien A 13 tahun datang ke rumah sakit dengan diantar orang tuanya Pasien A 13 tahun datang ke rumah sakit dengan diantar orang tuanya dengan keluhan bersin yang terus menerus, rinorhea, nyeri kepala di daerah dengan keluhan bersin yang terus menerus, rinorhea, nyeri kepala di daerah fro

frontantal, l, adadanyanya a rasrasa a gatgatal al di di hidhidung ung dan dan mamatata, , lalakrikrimamasi. si. OrOrang ang tuatuanynyaa menyatakan bahwa hal tersebut seringkali timbul pada musim kemarau ketika menyatakan bahwa hal tersebut seringkali timbul pada musim kemarau ketika

(5)

 banyak

 banyak debu debu di di jalanan, jalanan, pasien pasien pun pun mengalami mengalami penurunan penurunan berat berat badan badan akibatakibat adanya anoreksia. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan : tekanan datah (100/60 adanya anoreksia. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan : tekanan datah (100/60 nnHg), RR = 30x/m irregular, secret encer.

nnHg), RR = 30x/m irregular, secret encer. Pertanyaan :

Pertanyaan : 1.

1. JeJelalaskskan olean oleh h ananda anda anatatomomi i dadan n fifisisiolologogi i pepernrnafafasasan bagan bagiaian n atatasas sesuai dengan kasus

sesuai dengan kasus 2.

2. JelJelaskaskan an penpengatgaturauran pn perernafnafasaasan dn dan an memekankanismisme be bersersinin 3.

3. JeJelalaskskan an tetentntanang g didifefererensnsiaial l didiagagnonosisis s kakasusus s di di atatas as (r(rhihininititis,s, sinusitis, faringitis, tosilitis, dan laringitis)

sinusitis, faringitis, tosilitis, dan laringitis) 4.

4. JeJelalaskskan an kokonsnsep ep pepenynyakakit it kakasusus s di di atatasas 5

5.. PPrroossees ks keeppeerraawwaattaann a.

a. PePengngkakajijian apan apa saa saja yja yanang dapg dapat dat dililakakukukan daan dan dihn dihasasililkakann sesuai kasus diatas

sesuai kasus diatas  b.

 b. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik  c.

c. DiDiagnagnosa osa kekeperperawaawatatan dn dan an ReRencancana na titindandakakan un untuntuk kk kasuasuss tersebut

tersebut 6.

6. JeJelalaskskan aspan aspek penek pendidididikakan n kekesesehahatatan n yayang akang akan n didibeberirikakan n sesesusuaiai kasus di atas

kasus di atas

Dalam makalah ini kelompok kami membahas sebuah kasus mengenai Dalam makalah ini kelompok kami membahas sebuah kasus mengenai masalah gangguan pernafasan. Setelah membaca dan mengkaji kasus tersebut masalah gangguan pernafasan. Setelah membaca dan mengkaji kasus tersebut dari

dari gejagejala la dan dan tandtanda-taa-tanda nda yanyang g dialdialami ami pasipasien, en, kamkami i menmenyepyepakatakati i bahwbahwaa  pasien

 pasien A 13 A 13 tahun tahun tersebut mendtersebut menderita erita penyakit penyakit rhinitis, rhinitis, yaitu penyaitu penyakit infyakit inflamasilamasi atau kelainan pada hidung akibat adanya alergi.

atau kelainan pada hidung akibat adanya alergi.

Kami menentukan diagnosa keperawatan lalu merancang intervensi, dan Kami menentukan diagnosa keperawatan lalu merancang intervensi, dan  program pendidikan

 program pendidikan kesehatan yang skesehatan yang sesuai dengan kasuesuai dengan kasus tersebut.s tersebut.

C

C.. TTuujjuuaann

Maksud pembuatan makalah ini adalah agar kami, sebagai mahasiswa Maksud pembuatan makalah ini adalah agar kami, sebagai mahasiswa mam

mampu pu melmelakukakukan an idenidentifitifikasi kasi menmengenagenai i kasukasus s yanyang g teltelah ah kamkami i sepasepakatikati,, dal

dalam am hal hal inini i kaskasus us paspasieien n A A 13 13 tatahun hun yayang ng memendenderitrita a penpenyayakit kit rhirhinitnitisis,, merancang rencana asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa merancang rencana asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, dan evaluasi pada kasus tersebut.

keperawatan, intervensi, dan evaluasi pada kasus tersebut.

Selain untuk mampu merancang asuhan keperawatan yang tepat, dalam Selain untuk mampu merancang asuhan keperawatan yang tepat, dalam  pembuatan

(6)

kesehatan yang yang terkait dengan kasus tersebut dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitian yang terkait dengan kasus pada masalah sistem respirasi.

A. Anatomi sistem pernapasan atas

(7)

Hidung meliputi bagian eksternal yang menonjol dari wajah dan bagian internal berupa rongga hidung sebagai alat penyalur udara. Hidung bagian luar tertutup oleh kulit dan disupport oleh sepasang tulang hidung.

Rongga hidung dimulai dari Vestibulum, yakni pada bagian anterior ke  bagian posterior yang berbatasan dengan nasofaring. Rongga hidung terbagi atas 2 bagian, yakni secara longitudinal oleh septum hidung dan secara transversal oleh konka superior, medialis, dan inferior.

a. Bagian – bagian rongga hidung

1) Terdapat rambut yang berperan sebagai penapis udara

2) Struktur konka yang berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar karena strukturnya yang berlapis

3) Sel silia yang berperan untuk melemparkan benda asing ke luar dalam usaha untuk membersihkan jalan napas Vestibulum yang dilapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi

4) Dalam rongga hidung

5) Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum. Masing-masing rongga hidung dibagi menjadi 3 saluran oleh penonjolan turbinasi atau konka dari dinding lateral. Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir di sekresi secara terus-menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke  belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.

Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru- paru. Jalan napas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirupkan ke dalam paru-paru. Hidung  bertanggung jawab terhadap olfaktori atau penghidu karena reseptor olfaksi terletak dalam mukosa hidung. Fungsi ini berkurang sejalan dengan  pertambahan usia.

 b. Fungsi hidung

1) Dalam hal pernafasan, udara yang diinspirasi melalui rongga hidung akan menjalani tiga proses yaitu penyaringan (filtrasi),  penghangatan, dan pelembaban. Penyaringan dilakukan oleh

(8)

membran mukosa pada rongga hidung yang sangat kaya akan  pembuluh darah dan glandula serosa yang mensekresikan mukus cair untuk membersihkan udara sebelum masuk ke Oropharynx. Penghangatan dilakukan oleh jaringan pembuluh darah yang sangat kaya pada ephitel nasal dan menutupi area yang sangat luas dari rongga hidung. Dan pelembaban dilakukan oleh concha, yaitu suatu area penonjolan tulang yang dilapisi oleh mukosa.

2) Epithellium olfactory pada bagian medial rongga hidung memiliki fungsi dalam penerimaan sensasi bau.

3) Rongga hidung juga berhubungan dengan pembentukkan suara-suara fenotik dimana ia berfungsi sebagai ruang resonansi.

2. Faring

Faring adalah pipa berotot berukuran 12,5 cm yang berjalan dari dasar  tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal). Bagian sebelah atas faring dibentuk oleh badan tulang sfenoidalis dan sebelah dalamnya berhubungan langsung dengan esophagus. Pada bagian  belakang, faring dipisahkan dari vertebra servikalis oleh jaringan  penghubung, sementara dinding depannya tidak sempurna dan  berhubungan dengan hidung, mulut, dan laring.

a. Faring dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu : 1) Nasofaring

 Nasofaring adalah faring yang terletak di belakang hidung diatas  palatum yang lembut. Pada dinding posterior terdapat lintasan jaringan limfoid yang disebut tonsil faringeal/adenoid. Jaringan ini kadang –  kadang membesar dan menutupi faring serta menyebabkan pernapasan mulut pada anak – anak. Tubulus auditorium terbuka dari dinding lateral nasofaring dan melalui lubang tersebut udara dibawa ke bagian tengah telinga. Nasofaring dilapisi oleh membran mukosa bersilia yang merupakan lanjutan dari membran yang melapisi bagian hidung

2) Orofaring

Orofaring dilapisi oleh jaringan epitel berjenjang. Orofaring terletak di  belakang mulut di bawah palatum lunak, dimana dinding lateralnya saling

(9)

 berhubungan. Diantara lipatan dinding ini ada yang disebut arkus palato-glosum yang merupakan kumpulan jaringan limfoid yang disebut tonsil  palatum. Orofaring merupakan bagian dari sitem pernafasan dan sitem  pencernaan, tetapi tidak dapat digunakan untuk menelan dan bernafasa secara bersamaan. Saat menelan, pernapasan berhenti sebentar dan orofaring terpisah sempurna dari nasofaring dengan terangkatnya palatum.

3) Laringofaring

Laringofaring mengelilingi mulut esophagus dan laring, yang merupakan gerbang untuk sistem respirstorik selanjutnya. Merupakan  posisi terendah dari faring. Pada bagian bawahnya, sistem respirasi menjadi terpisah dari sistem digestil. Makanan masuk ke bagian belakang, oesephagus dan udara masuk ke arah depan masuk ke laring.

 b. Terdapat lapisan-lapisan, yaitu :

1) Epitel Mukosa Respiratoria Yaitu epitel berderet silindris dengan 2 tipe :

a) Dengan sel goblet. Sel-sel yang akan mensekresi

mucus/lendir yang akan menangkap bahan-bahan kotoran dari luar 

 b) Sel-sel yang bercilia. Silia akan bergerak untuk mendorong mucus keluar. Epitelnya tinggi dan bersilindris. Pembuluh Darah Berfungsi untuk menghangatkan.

2) Lamina Propia

Terdiri dari jaringan ikat kendor yang mengandung kelenjar dan  banyak sabut-sabut elastis.

3) Tunika sub-Mukosa

Sekretnya ada yang kental ( mucous ) dan ada yang serous (cair). Fungsinya : untuk melembabkan udara. Mengandung  jaringan ikat kendor yang mempunyai banyak jaringan limfoid,

yaitu :

a) Tonsillae Pharyngica, letaknya di belakang nasopharynx.  b) Tonsilla Palatina, terletak di perbatasan rongga mulut dan

oropharynx kiri kanan.

c) Tonsillae Lingialis, terletak pada akar lidah.

(10)

3. Laring

Laring tersusun atas 9 Cartilago ( 6 Cartilago kecil dan 3 Cartilago besar ). Terbesar adalah Cartilago thyroid yang berbentuk seperti kapal, bagian depannya mengalami penonjolan membentuk “adam’s apple”, dan di dalam cartilago ini ada pita suara. Sedikit di bawah cartilago thyroid terdapat cartilago cricoid. Laring menghubungkan Laringopharynx dengan trachea, terletak pada garis tengah anterior dari leher pada vertebrata cervical 4 sampai 6. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.

a. Bagian - bagian laring

1) Kartilago tidak berpasangan

a) Kartilago Tiroid (Jakun) terletak di bagian proksinal kelenjar  tiroid. Biasanya berukuran lebih besar dan lebih menonjol pada laki-laki akibat hormone yang di sekresi saat pubertas.

 b) Kartilago Krikoid adalah cincin anterior yang lebih kecil dan lebih tebal, terletak di bawah kartilago tiroid.

c) Epiglotis adalah katup kartilago elastis yang melekat pada tepian anterior kartilago tiroid. Saat menelan, epiglottis secara otomatis menutupi mulut laring untuk mencegah masuknya makanan dan cairan.

2) Kartilago berpasangan

a)Kartilago Aritenoid terletak di atas dan di kedua sisi kartilago krikoid. Kartilago ini melekat pada pita suara sejati, yaitu lipatan  berpasangan dari epithelium skuamosa bertingkat.

b)Kartilago Kornikulata melekat pada bagian ujung kartilagi aritenoid. Kartilago Kuneiform berupa batang=batang kecil yang membantu menopang jaringan lunak.

c) Dua pasang lipatan lateral membagi rongga laring

d)Pasangan bagian atas adalah lipatan ventricular(pita suara semu)yang tidak berfungsi saat produksi suara.

e) Pasangan bagian bawah adalah pita suara sejati yang melekat pada kartilago tiroid dan pada kartilago aritenoid serta kartilago krikoid.

(11)

Pembuka di antara kedua pita ini adalah glottis. a. Mekanisme kerja glottis

1). Saat bernapas, pita suara terabduksi(tertarik membuka)oleh otot laring, dan glotis berbentuk triangular.

2). Saat menelan, pita suara teraduksi(tertarik menutup), dan glottis membentuk celah sempit.

3). Dengan demikian, kontraksi otot rangka mengatur ukuran  pembukaan glottis dan derajat ketegangan pita suara yang

diperlukan untuk produksi suara.  b).Fungsi spesifik laring

1). Laring sebagai katup, menutup selama menelan untuk  mencegah aspirasi cairan atau benda padat masuk ke dalam tracheobroncial

2). Laring sebagai katup selama batuk 

4. Trakea

Trakea merupakan suatu saluran rigid yang memililiki panjang 11-12 cm dengan diameter sekitar 2,5 cm. Terdapat pada bagian oesephagus yang terentang mulai dari cartilago cricoid masuk ke dalam rongga thorax. Tuba ini merentang dari laring pada area vertebra serviks ke enam sampai area vertebra toraks kelima tempatnya membelah menjadi dua bronkus utama.

Tersusun dari 16 – 20 cincin tulang rawan berbentuk huruf “C” yang terbuka pada bagian belakangnya. Didalamnya mengandung pseudostratified ciliated columnar epithelium yang memiliki sel goblet yang mensekresikan mukus. Terdapat juga cilia yang memicu terjadinya refleks  batuk/bersin.Trakea mengalami percabangan pada carina membentuk   bronchus kiri dan kanan.

B. Fisiologi saluran pernapasan atas

(12)

Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas ke dalam dan keluar   paru- paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang

elastis dan pernapasan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diafragma. Diafragma dipersarafi oleh saraf frenik yang keluar dari medulla spinalis pada vertebra servical keempat.

Perpindahan O2 di atmosfer ke alveoli,dari alveoli CO2 kembali ke atmosfer.

a. Faktor yang mempengaruhi proses oksigenasi dalam sel adalah : 1) Tekanan O2 atmosfer 

2) Jalan nafas

3) Daya kembang toraks dan paru

4) Pusat nafas (Medula oblongata) yaitu kemampuan untuk  merangsang CO2 dalam darah

2. Proses Difusi

Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernapasan terjadi di membran kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan membran.

Peningkatan ketebalan membrane merintangi proses kecepatan difusi karena hal tersebut membuat gas memerlukan waktu lebih lama untuk  melewati membran tersebut.

Apabila alveoli yang berfungsi lebih sedikit maka darah permukaan menjadi berkurang O2 alveoli berpindah ke kapiler paru, CO2 kapiler paru  berpindah ke alveoli.

 b. Faktor yang mempengaruhi difusi : 1) Luas permukaan paru 2) Tebal membrane respirasi 3) Jumlah eryth/kadar Hb

4) Perbedaan tekanan dan konsentrasi gas 5) Waktu difusi

6) Afinitas gas

Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang menyelubungi alveolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat

(13)

oleh zat warna darah atau pigmen darah (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh.

Hemoglobin yang terdapat dalam butir darah merah atau eritrosit ini tersusun oleh senyawa hemin atau hematin yang mengandung unsur besi dan globin yang berupa  protein.

Gbr. .Pertukaran O2 dan CO2 antara alveolus dan

Pembuluh darah yang menyelubungi

Secara sederhana, pengikatan oksigen oleh hemoglobin dapat diperlihat-kan menurut persamaan reaksi bolak-balik berikut ini : Hb4 + O2 4 Hb O2

Reaksi di atas dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O2 (P O2), perbedaan kadar O2 dalam jaringan, dan kadar O2 di udara. Proses difusi oksigen ke dalam arteri demikian juga difusi CO2 dari arteri dipengaruhi oleh tekanan O2 dalam udara inspirasi.

Dari paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena pulmonalis yang tekanan O2 nya 104 mm; menuju ke jantung. Dari jantung O2 mengalir lewat arteri sistemik yang tekanan O2 nya 104 mmhg menuju ke jaringan tubuh yang tekanan O2 nya 0 - 40 mmhg. Di jaringan, O2 ini akan dipergunakan. Dari  jaringan CO2 akan mengalir lewat vena sistemik ke jantung. Tekanan CO2 di  jaringan di atas 45 mm hg, lebih tinggi dibandingkan vena sistemik yang hanya 45 mm Hg. Dari jantung, CO2 mengalir lewat arteri pulmonalis yang tekanan O2 nya sama yaitu 45 mm hg. Dari arteri pulmonalis CO2 masuk ke  paru-paru lalu dilepaskan ke udara bebas.

Setiap 100 mm3 darah dengan tekanan oksigen 100 mmHg dapat mengangkut 19 cc oksigen. Bila tekanan oksigen hanya 40 mm Hg maka hanya ada sekitar 12 cc oksigen yang bertahan dalam darah vena. Dengan demikian kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen adalah 7 cc per  100 mm3 darah.

(14)

Gas pernapasan mengalami pertukaran di alveoli dan kapiler jaringan tubuh. Oksigen ditransfer dari paru- paru alveoli dan kapiler jaringan tubuh. Oksigen ditransfer dari paru- paru ke darah dan karbon dioksida ditransfer dari darah ke alveoli untuk dikeluarkan sebagai produk sampah. Pada tingkat  jaringan, oksigen ditransfer dari darah ke jaringan, dan karbon dioksida ditransfer dari jaringan ke darah untuk kembali ke alveoli dan dikeluarkan. Transfer ini bergantung pada proses difusi.

4. Transpor O2

Sistem transportasi oksigen terdiri dari sistem paru dan sistem kardiovaskular. Proses pengantaran ini tergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru (ventilasi), aliran darah ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan difusi dan kapasitas membawa oksigen. Kapasitas darah untuk membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang larut dalam  plasma, jumlah hemoglobin dan kecenderungan hemoglobin untuk berikatan

dengan oksigen (Ahrens, 1990).

Jumlah oksigen yang larut dalam plasma relatif kecil, yakni hanya sekitar 3%. Sebagian besar oksigen ditransportasi oleh hemoglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbon dioksida.

Molekul hemoglobin dicampur dengan oksigen untuk membentuk oksi hemoglobin. Pembentukan oksi hemoglobin dengan mudah berbalik  (reversibel), sehingga memungkinkan hemoglobin dan oksigen berpisah, membuat oksigen menjadi bebas. Sehingga oksigen ini bisa masuk ke dalam  jaringan.

5. Pengangkutan O2

Pertukaran gas antara O2 dengan CO2 terjadi di dalam alveolus dan  jaringan tubuh, melalui proses difusi. Oksigen yang sampai di alveolus akan  berdifusi menembus selaput alveolus dan berikatan dengan haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebut deoksigenasi dan menghasilkan senyawa oksihemoglobin (HbO).

(15)

Sekitar 97% oksigen dalam bentuk senyawa oksihemoglobin, hanya 2 –  3% yang larut dalam plasma darah akan dibawa oleh darah ke seluruh jaringan tubuh, dan selanjutnya akan terjadi pelepasan oksigen secara difusi dari darah ke jaringan tubuh.

6. Transpor CO2

Karbon dioksida berdifusi ke dalam sel-sel darah merah dan dengan cepat di hidrasi menjadi asam karbonat(H2CO3) akibat adanya anhidrasi karbonat. Asam karbonat kemudian berpisah menjadi ion hydrogen(H+)dan ion bikarbonat (). Ion hydrogen di bulfor oleh hemoglobin dan HCO3- berdifusi dalam plasma.

Selain itu beberapa karbon dioksida yang ada dalam sel darah merah  bereaksi dengan kelompok asam amino membentuk senyawa karbamino. Reaksi ini dapat bereaksi dengan cepat tanpa adanya enzim. Hemoglobin yang  berkurang (deoksihemoglobin) dapat bersenyawa dengan karbon dioksida

dengan lebih mudah daripada oksihemoglobin. Dengan demikian darah vena mentrasportasi sebagian besar karbon dioksida.

a. Cara pngangkutan CO2

1) Karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat dengan enzim anhidrase (7% dari seluruh CO2).

2) Karbon dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin (23% dari seluruh CO2).

3) Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui proses berantai pertukaran klorida (70% dari seluruh CO2). Reaksinya adalah sebagai berikut: CO2 + H2O Þ H2CO3 Þ H+ + HCO-3

Gangguan terhadap pengangkutan CO2 dapat mengakibatkan munculnya gejala asidosis karena turunnya kadar basa dalam darah. Hal tersebut dapat disebabkan karena keadaan Pneumoni. Sebaliknya apabila terjadi akumulasi garam basa dalam darah maka muncul gejala alkalosis.

C. Pengaturan pernafasan dan mekanisme bersin 1. Pengaturan pernafasan

(16)

a. Tiga pusat pengendalian atau pengaturan pernapasan normal yaitu: 1) Pusat Respirasi

Terletak pada formatio retikularis medula oblongata sebelah kaudal. Pusat respirasi ini terdiri atas pusat inspirasi dan pusat ekspirasi.

2) Pusat Apneustik 

Terletak pada pons bagian bawah. Mempunyai pengaruh tonik  terhadap pusat inspirasi. Pusat apneustik ini dihambat oleh pusat  pneumotakis dan impuls aferen vagus dari reseptor paru-paru. Bila  pengaruh pneumotaksis dan vagus dihilangkan, maka terjadi

apneustik.

3) Pusat Pneumotaksis

Terletak pada pons bagian atas. Bersama-sama vagus menghambat pusat apneustik secara periodik. Pada hiperpnea,  pusat pneumostaksis ini merangsang pusat respirasi.

Sendi dan otot kemoreseptor perifer  

Hembusan dada

Nervus Frenikus

Diafragma

Pengaruh aktivitas pernapasan diatur secara kimia dan secara non kimia. Secara kimia, pengaturan dipengaruhi oleh penurunan tekanan oksigen darah arteri dan peningkatan tekanan CO2 atau konsentrasi hidrogen darah arteri. Kondisi tersebut akan meningkatkan tingkat aktivitas pusat respirasi. Perubahan yang berlawanan mempunyai efek penghambatan terhadap tingkat aktivitas respirasi. Secara nonkimia, pengaturan aktivitas pernapasan secara

 Serebrum

 Pons

 Medula

(17)

non kimia lainnya adalah suhu tubuh dan aktivitas fisik. Peningkatan suhu tubuh dapat menyebabkan pernapasan menjadi cepat dan dangkal.

2. Mekanisme Bersin

Bersin terjadi lewat hidung dan mulut. Udara tersebut keluar sebagai respon yang dilakukan oleh membran hidung ketika mendeteksi adanya  bakteri dan kelebihan cairan yang masuk ke dalam hidung. Di dalam tubuh mempunyai sistem penolakan terhadap sesuatu yang tidak seharusnya berada dalam tubuh seperti kehadiran bakteri, kuman, dll. Antibodi mengidentifikasi  bahwa barang yang masuk tersebut membahayakan sistem tubuh maka terjadilah bersin. Secara refleks maka otot-otot yang ada di muka menegang, dan jantung akan berhenti berdenyut atau berhenti berdetak untuk sekejap, selama bersin tersebut. Setelah bersin selesai, jantung akan kembali lagi  berdenyut.

Hidung dan Mulut membran hidung Antibodi (mendeteksi adanya bakteri)

Bersin

D. Diferensial diagnosis kasus di atas (rhinitis, sinusitis, faringitis, tosilitis, dan laringitis)

1. Rhinitis

Rhinitis alergi adalah penyakit inflamansi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersinsetitasi dengan allergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan allergen spesifik tersebut (Von Piqruet,1986).

Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its impact on Asthma) adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin – bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa terpapar allergen yang diperantai oleh Ig E.

a. Penyebab timbulnya rhinitis

1) Rinitis alergi musiman (Hay Fever) umumnya disebabkan kontak dengan allergen dari luar rumah seperti  benang sari dari tumbuhanyang menggunakan angin untuk   penyerbukannya, debu dan polusi udara atau asap.

(18)

2) Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial) diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering  berada di rumah misalnya kutu debu rumah, debu perabot rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang menyengat.

 b. Gejala – gejala

1) Bersin berulang-ulang sering kali pagi dan malam hari (umumnya bersin lebih dari 6 kali).

2) Hidung mengeluarkan secret cair seperti air (runny nose). Itu sebabnya penderita tidak bisa terlepas dari tisue atau sapu tangan.

3) Terasa cairan menetes ke b elakang hidung (post nasal drip) karena hidung tersumbat.

4) Pada keadaan lanjut dapat menyebabkan gejala hidung tersumbat serta batuk parah.

5) Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.

6) Badan menjadi lemah dan tak bersemangat

7) Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian  belakang dan mata terasa gatal, baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur. Biasanya akan diikuti dengan mata  berair, bersin-bersin dan hidung meler.

8) Beberapa penderita mengeluh sakit kepala, batuk  dan mengi (bengek); menjadi mudah tersinggung dan deperesi; kehilangan nafsu makan dan mengalami gangguan tidur. Jarang terjadi konjungtivitis.

9) Lapisan hidung membengkak dan berwarna merah kebiruan, menyebabkan hidung meler dan hidung tersumbat. 10) Hidung tersumbat bisa menyebabkan terjadinya  penyumbatan tuba eustakius di telinga, sehingga terjadi

gangguan pendengaran, terutama pada anak-anak.

11) Bisa timbul komplikasi berupa sinusitis (infeksi sinus) dan polip hidung.

(19)

c. Patofisiologi dan etoilogi rhinitis alergi

Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi.

1) Dua fase reaksi alergi

a) Immediate Phase Allergic Reaction. Berlangsung sejak  kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya.

 b) Late Phase Allergic Reaction. Reaksi yang berlangsung  pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam

setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam. 2) Berdasarkan cara msuknya allergen dibagi atas :

a) Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara  pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel

dari bulu binatang serta jamur 

 b) Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang

c) Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin atau sengatan lebah

d) Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau  perhiasan

d. Pengobatan

1). Terapi yang paling ideal adalah menghindari atau meminimalkan kontak dengan allergen. Misalnya menghindari  penyebab terjadinya reaksi rinitis alergi. Contohnya menjaga kebersihan rumah dan menghindari memakai alat atau bahan yang mudah menyimpan debu misalnya karpet..

2). Simtomatis

(a). Medikamentosa

Antihistamin yang dipakai adalah antagonis histamine H-1,yang bekerja secara inhibitor kompetitif pada reseptor H-1 sel target.

(b). Operatif 

Tindakan konkotomi (pemotongan konka inferior). 3). Imunoterapi

(20)

(a). Desensitisasi dan hiposensitisasi

Pengobatan ini dilakukan pada alergi inhalan dengan gejala yang berat dan sudah berlangsung lama.

(b). Netralisasi

Dilakukan untuk alergi makanan.Pada netralisasi,tubuh tidak membentuk “blocking antibody”.

Komplikasi rhinitis alergi yang sering adalah 1. Polip hidung

2. Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak. 3. Sinusitis paranasal

2. Sinusitis a. Definisi

Yang dimaksud dengan sinusitis adalah radang (proses inflamasi) mukosa sinus paranasal (Mangunkusumo & Rifki, 2006) . Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk  rongga di dalam tulang. bentuknya sangat bervariasi pada setiap individu. Ada 4 pasang sinus paranasal mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid, dan sinus sphenoid. Sesuai dengan anatomi sinus yang terkena, sinusitis dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusistis etmoid, sinusitis frontal, sinusitis sfenoid.

 b. Patofisiologi

Bila terjadi edema di kompleks osiometal, mukosa yang letaknya  berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan lendir tidak dapat dialirkan. Maka terjadi gangguan drainase dan ventilasi di dalam sinus, sehingga silia menjadi kurang aktif dan lendir yang diproduksi oleh mukosa sinus menjadi lebih kental dan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri patogen. Bila sumbatan terus terjadi, akan terjadi hipoksia dan retensi lendir, sehingga timbul infeksi oleh  bakteri anaerob. Selanjutnya bisa terjadi perubahan jaringan menjadi

hipertrofi, polipoid, dan kista.

1) Faktor predisposisi atau yang memperberat sinusitis adalah sebagai berikut:

(21)

Secara Fungsional di bagi menjadi 2 yaitu Inflamasi (Infeksi, misalnya virus dan noninfeksi, misalnya rhinitis alergika) dan  Noninflamasi (Rhinitis medikamentosa dan Rhinitis pada

kehamilan).

Secara Mekanik dibagi menjadi 3 yaitu Polip atau tumor  hidung, benda asing, dan deviasi septum hidung atau hipertrofi adenoid.

 b) Gangguan pertahanan imun

Terbagi menjadi gangguan primer (defisiensi antibody dan disfungsi netrofil) dan gangguan sekunder (kerusakan vaskular, misalnya diabetes dan latrogenik, misalnya kemoterapi).

c) Klien mukus abnormal. Terbagi atas gangguan fungsi silia dan mukus abnormal (fibrosis kistik)

c. Klasifikasi

Secara klinis sinusitis dapat sikategorikan sebagai sinusitis akut apabila gejalanya berlangsung dari beberapa hari sampai 4 minggu; sinusitis subakut bila berlangsung dari 4 minggu sampai 3 bulan; dan sinusitis kronis apabila lebih dari 3 bulan.

Apabila dilihat dari gejalanya, maka sinusitis dianggap sinusitis akut  bila terdapat tanda-tanda radang akut; subakut bila tanda akut sudah reda dan perubahan histologik mukosa sinus masih reversible; kronis bila  perubahan histologik mukosa sudah irreversible, misalnya sudah berubah

menjadi jaringan granulasi atau polipoid. 1) Sinusitis akut

Penyakit ini dimulai dengan penyumbatan daerah kompleks ostiometal oleh infeksi, obstruksi, alergi, atau infeksi gigi.

a) Penyebabnya (1) Rinitis akut;

(2) Infeksi faring, misalnya faringitis, adenoiditis, tonsillitis akut;

(3) Infeksi gigi rahang atas M1, M2, M3, serta P1 dan P2 (dentogen);

(22)

(5) Trauma, dapat menyebabkan perdarahan mukosa sinus  paranasal; dan

(6) Barotrauma, dapat menyebabkan nekrosis mukosa.  b) Gejala yang bisa timbul

(1) Gejala subjektif  

Dapat dibagi menjadi dua, yaitu gejala sistemik dan gejala lokal. Gejala sistemik seperti demam dan rasa lesu. Gejala lokal  pada hidung terdapat ingus yang kental dan berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring, hidung tersumbat, nyeri di daerah sinus yang terkena, kadang-kadang dirasakan juga di tempat lain karena nyeri alih (referred pain).

(2) Gejala objektif  

Pada pemeriksaan sinusitis akut akan tampak   pembengkakan di daerah muka. Pada rinoskopi anterior tampak  mukosa konka hiperemis, turbinat hidung membengkak dan kemerahan. Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring. Pada pemeriksaan transiluminasi, sinus yang sakit akan menjadi suram dan gelap.

c) Pengobatan

Pasien dengan sinusitis akut akan mengalami perbaikan simtomatik jika demam dan nyeri dikendalikan dengan analgetik, antipiretik, atau seringkali dengan narkotika. Dapat juga dilakukan terapi medikamentosa berupa antibiotika (dari golongan penisilin) selama 10-14 hari, meskipun gejala klinik telah hilang. Diberikan  juga obat dekongestan lokal berupa tetes hidung untuk 

memperlancar drainase sinus.

Terapi pembedahan pada sinusitis akut jarang dilakukan, kecuali  bila telah terjadi komplikasi ke daerah orbita atau intrakranial; atau  bila ada nyeri hebat karena ada sekret yang tertahan sumbatan.

2) Sinusitis Subakut

Gejala klinisnya sama dengan sinusitis akut, hanya saja tanda-tanda radang akutnya (demam, sakit kepala hebat, nyeri tekan) sudah reda.

(23)

Pada rinoskopi anterior tampak sekret purulen di meatus medius atau superior. Pada rinoskopi posterior tampak sekret purulen pada nasofaring. Pada pemeriksaan transiluminasi tampak sinus yang sakit suram atau gelap.

a) Pengobatan

Untuk terapinya, mula-mula diberikan medikamentosa, bila  perlu dibantu dengan tindakan seperti diatermi dengan sinar 

gelombang pendek (ultra short wave diathermy), sebanyak 5-6 kali  pada dearah yang sakit untuk memperbaiki vaskularisasi sinus, atau  pencucian sinus. Obat yang diberikan berupa antibiotika  berspektrum luas, atau yang sesuai dengan tes resistensi kuman, selama 10-14 hari, analgetika, antihistamin, dan mukolitik. Dapat diberikan juga obat-obat simtomastis berupa dekongestan lokal (obat tetes hidung) untuk memperlancar drainase. Obat tetes hidung hanya boleh diberikan selama 5-10 hari karena jika terlalu lama dapat menyebabkan rhinitis medikamentosa.

3) Sinusitis kronis

Berbeda dari sinusitis sebelumnya, sinusitis kronis lebih sulit disembuhkan hanya dengan pengobatan medikamentosa, harus dicari faktor penyebab dan faktor predisposisinya.

Awalnya, silia mengalami kerusakan menyebabkan terjadinya  perubahan mukosa hidung. Perubahan ini dapat disebabkan oleh  polusi bahan kimia, alergi, atau defisiensi imunologik. Perubahan mukosa hidung akan mempermudah terjadinya infeksi dan infeksi menjadi kronis apabila pengobatan pada sinusitis akut tidak sempurna.

obstruksi mekanik  silia rusak   polusi bahan  perubahan infeksi kronis gangguan

 pengobatan infeksi akut yang tak sempurna

(24)

Infeksi kemudian akan menyebabkan edema konka sehingga drainase sekret terganggu dan dapat menyebabkan silia rusak dan seterusnya.

a) Gejala yang mungkin timbul: Gejala subjekif 

Sangat bervariasi dari yang ringan sampai berat, terdiri dari:

(a)gejala hidung dan nasofaring, berupa sekret di hidung dan sekret pasca nasal ( post nasal drip);

(b) gejala faring, rasa tidak nyaman dan gatal di

tenggorokan;

(c)gejala telinga, pendengaran terganggu; (d) adanya nyeri atau sakit kepala; (e)gejala mata;

(f)gejala saluran napas berupa batuk dan kadang-kadang terdapat komplikasi di paru-paru berupa  bronkitis atau asma bronkial atau bronkietas, sehingga

terjadi penyakit sinobronkitis; dan

(g) gejala saluran cerna.

(2) Gejala objektif 

Tidak ditemukan adanya pembengkakan wajah. Pada rinoskopi anterior dapat ditemukan sekret kental purulen dari meatus medius atau meatus superior. Pada rinoskopi posterior  tampak sekret purulen di nasofaring atau turun ke tenggorok.

Mikroba yang ikut berperan menyebabkan infeksi adalah kuman aerob S.aureus, S.viridans, H.influenzae, dan kuman anaerob Peptostreptokokus dan Fusobakterium.

 b) Pengobatan

Pada sinusitis kronis perlu diberikan terapi antibiotika untuk  mengatasi infeksi dan obat-obatan simtomatis lainnya. Antibiotika diberikan sekurang-kurangnya 2 minggu. Selain itu, dapat juga dibantu dengan diatermi gelombang pendek selama 10 hari di daerah sinus yang sakit. Tindakan lain yang dapat diberikan adalah

(25)

melakukan pembersihan sekret dari sinus yang sakit atau tindakan lain yang dapat membantu memperbaiki drainase sekret.

3. Faringitis a. Definisi

Faringitis adalah suatu radangan pada tenggorokkan ( faring ) yang  biasanya disebut juga dengan radang tenggorokkan.

 b. Penyebab

Faringitis disebabkan oleh virus maupun bakteri, kebanyakan oleh virus, termasuk virus penyebab common cold , flu, adenovirus, mononukleosis atau  HIV . Bakteri yang menyebabkan faringitis adalah streptokokus grup A, korinebakterium, arkanobakterium,  Neisseria  gonorrhoeae atauChlamydia pneumoniae.

c. Gejala dan tanda

Gejala faringitis yang ditimbulkan oleh bakteri maupun virus pada umumnya sama yaitu nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Selaput lendir  yang melapisi faring mengalami peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah.selain itu disertai demam dan pembesaran kelenjar getah bening di leher dan peningkatan  jumlah sel darah putih.

d. Jenis faringitis

Faringitis Virus Faringitis Bakteri Biasanya tidak ditemukan

nanah di tenggorokan

Sering ditemukan nanah di tenggorokan

Demam ringan atau tanpa demam

Demam ringan sampai sedang

Jumlah sel darah putih normal atau agak   meningkat

Jumlah sel darah putih meningkat ringan sampai sedang

Kelenjar getah bening normal atau sedikit membesar 

Pembengkakan ringan sampai sedang pada kelenjar  getah bening

Tes apus tenggorokan memberikan hasil negatif 

Tes apus tenggorokan memberikan hasil positif  untuk  strep throat 

(26)

Pada biakan di laboratorium tidak tumbuh  bakteri

Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium

e. Pengobatan

Untuk mengurangi nyeri tenggorokan diberikan obat pereda nyeri (analgetik ) seperti asetaminofen, obat hisap atau berkumur dengan larutan garam hangat. Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak dan remaja yang berusia dibawah 18 tahun karena bisa menyebabkan sindroma Reye.

Jika diduga penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik. Penting  bagi penderita untuk meminum obat antibiotik sampai habis sesuai anjuran dokter, agar tidak terjadi resistensi pada kuman penyebab faringitis. Untuk mengatasi infeksi dan mencegah komplikasi (misalnya demam rematik ), jika penyebabnya streptokokus, diberikan tablet penicillin. Jika  penderita memiliki alergi terhadap penicillin bisa diganti dengan

erythromycin atau antibiotik lainnya.

4. Tonsilitis

a. Klasifikasi tonsillitis Tonsillitis akut

Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A STREPTOKOKUS Βhemolitikus, pneumokokus, Streptokokus viridian dan Streptokokus piogenes. Hemofilusvinfluenzae merupakan penyebab tonsillitis akut supiratif. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi radang berupa keluarnya leukosit  polimorfonuklear sehingga terbantuk detritus. Detritus ini merupakan kumpulan leukosit, bakteri yg mati dan epitel yang terlepas. Secara klinis detritus ini mengisi kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak  kuning.

Bentuk tonsillitis akut dengan detritus yang jelas disebuttonsillitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu, membentuk  alur-alur maka akan terjaditonsillitis lakunaris.

a) Gejala dan tanda

 Nyeri tenggorokan dan nyeri waktu menelan, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga (otalgia). Pada pemeriksaan tampak 

(27)

tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus berbenuk  folikel, lacuna atau tertutup oleh membran semu. Kelenjar  submandibula membengkak dan nyeri tekan.

 b) Pengobatan

Terapi. Antibiotika spectrum lebar atau sulfonamide, antipiretik  dan obat kumur yang mengandung desinfektan.

c) Komplikasi

Pada anak sering menimbulkan komplikasi otitis media akut. Komplikasi tonsillitis akut lainnya adalah abses peritonsil, abses  parafaring, sepsis, bronchitis, nepritis akut, miokarditis serta atritis.

2) Tonsillitis membranosa a) Tonsillitis difteri

Penyebab tonsillitis difteri ialah kuman Coryne bacterium diphteriae, kuman yang termasuk Gram positif dan hidung di saluran nafas bagian atas yaitu hidung, faring dan laring. Tonsillitis difteri sering ditemukan pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan frekuensi tertinggi pada usia 2-5 tahun walaupun pada orang dewasa masih mungkin menderita penyakit ini.

(1) Gejala dan tanda

(a) Gejala umum, kenaikan suhu tubuh biasanya subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat serta keluhan nyeri menelan.

(b) Gejala lokal, tonsil membengkak ditutupi bercak   putih kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu

membentuk membrane semu. Bila infeksinya brjalan terus, lelenjar limfa leher akan membengkak sedemikian  besarnyasehingga leher menyerupai leher sapi (bull neck)

atau disebut juga Burgemeester’s hals.

(c) Gejala akibat eksotoksin yang dikeluarkan oleh kuman difteri ini akan menimbulkan kerusakan jaringan tubuh yang pada jantung dapat terjadi miokarditis sampai decompensation cordis, mengenai saraf cranial menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot-otot  pernafasan dan pada ginjal menimbulkan albuminoria.

(28)

(2) Diagnosis

Berdasarkan gambaran klinik dan pemeriksaan preparat langsung kuman yang diambil dari permukaan bawah membrane semu dan didapatkan kuman Coryne bacterium diphteriae.

(3) Terapi

(a) Anti Difteri Serum (ADS) diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur, dengan dosis 20.000-100.000 unit tergaantung dari umur dan beratnya penyakit.

(b) Antibiotika Penisilin atu Eritromisin 25-50 mg per kg berat  badan dibagi dalam 3 dosis selama 14 hari.

(c) Kortikosteroid 1,2 mg per kg berat badan per hari. (d) Antipiretik untuk simtomatis.

(e) Karena penyakit ini menular, pasien harus diisolasi. Perawatan harus istirahat di tempat tidur selama 2-3 minggu.

(4) Komplikasi

(a) Laringitis difteri dapat berlangsung cepat, membrane semu menjalar ke laring dan menyebabkan gejala sumbatan. Makin muda  pasien makin cepat timbul komplikasi ini.

(b) Miokarditis dapat mengakibatkan payah jantung atau dekompensasio cordis.

(c) Kelumpuhan otot platum mole, otot mata untuk   akomodasi, otot faring serta otot laring sehingga menimbulkan kesulitan menelan, suara parau dan kelumpuhan otot=otot pernapasan.

(d) Albuminoria sebagai akibat komplikasi ke ginjal  b) Tonsillitis septik 

Penyebabnya adalah Streptokokus hemolitikus yang terdapat dalam susu sapi sehingga dapat timbul epidemi.

c) Angina Plaut Vincent (stomatitis ulsero membranosa)

Penyebabnya adalah kurangnya hygiene mulut, defisiensi vitamin C serta kuman spirilum dan basil fusi form.

(1) Gejala

Demam sampai 39˚̊̊̊ C, nyeri kepala, badan lemah dan kadang-kadang terdapat ganguan pencernaan. Rasa nteri di mulut, hipersalivasi, gigi dan gusi mudah berdarah.

(29)

(2) Pemeriksaan

Mukosa mulut dan faring hiperemis, tampak membrane  putih keabuan di atas tonsil, uvula, dinding faring, gusi serta  prosesus alveolaris, mulut berbau (foetor ex ore) dan kelenjar 

sub mandibula membesar. (3) Terapi

(a) Memperbaiki hygiene mulut.

(b) Antibiotika spectrum lebar selama 1 minggu. (c) Vitamin C dan vitamin B kompleks.

d) Penyakit kelainan darah

Tidak jarang tanda pertama leukemia akut, angina agranulositosis san infeksi mononucleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membrane semu. Kadang-kadang terdapat pendarahan di selaput lender mulut dan faring dan pembesaran lelenjar  submandibula.

(1) Leukemia akut  

Gejala pertama sering berupa epistaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi dan di bawah kulit sehingga kulit tampak   bercak kebiruan. Tonsil membengkak ditutupi membrane semu

tetapi tidak hiperemis dan rasa nyeri yang hebat di tenggorokan. (2) Angina agranulositosis

Akibat keracunan obat dari golongan amidopirin, sulfa dan arsen. Pada pemeriksaan tampak ulkus di mukosa mulut dan faring dan disekitar ulkus tampak gejala radang. Ulkus ini juga dapat ditemukan di genitalia dan saluran cerna.

(3) Infeksi mononucleosis

Terjadi tonsilo faringitis ulsero membranosa bilateral. Terdapat pembesaran kelenjar limfa leher ketiak dan regioinguinal. Gambaran darah khas yaitu terdapat leukosit mononukleus dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain ialah kesanggupan serum pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba (reaksi Paul Bunnel)

(30)

Faktor predisposisi timbulnya tonsillitis kronik ialah rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, hygiene mulut,  pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsillitis akut yang tidak adekuat. Kuman penyebabnya sama dengan tonsillitis akut tetapi kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan Gram negative.

a) Patologi

Karena proses rdang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses  penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti melebar. Secara klinik kripti ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulakan perlekatan dengan jaringan disekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai pembesaran kelenjar limfa submandibula.

b) Gejala dan tanda

Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata, kriptus melebar dan beberapa kripti terisis oleh detritus. Rasa ada yang mengganjal di tenggorok, tenggorok  dirasakan kering dan napas berbau.

c) Terapi

Terapi local ditujukan kepada hygiene mulut dengan berkumur  atau obat isap.

d) Komplikasi

Dapat menimbulakan komplikasi ke daerah sekitarnya berupa rhinitis kronis, sinusitis atau otitis media secara perkontinuitatium. Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis, arthritis, miositis, nefritis, uveitis, iridoksilitis, dermatitis, pruritus, urtikaria dan furunkulosis.

Tonsiloktemi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik, gejala sumbatan serta kecurigaan neoplasma.

(1) Indikasi tonsilektomi (a) Sumbatan

(31)

2. Sleep apnea

3. Gangguan menelan 4. Gangguan berbicara 5. Cor pulmonale (b) Infeksi

1. Infeksi telinga telah berulang 2. Rhinitis dan sinusitis yang kronis 3. Peritonsiler abses

4. Abses kelenjar limfa leher berulang

5. Tonsillitis kronis dengan gejala nyeri tenggorok yang menetap

6. Tonsillitis kronis dengan napas bau

7. Tonsil sebagai fokal infeksi dari organ tubuh lainnya.

(2) Kecurigaan adanya tumor jinak atau ganas

5. Laringitis a. Definisi

Laringitis adalah peradangan pada laring yang terjadi karena banyak  sebab. Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak  menggunakan suara, pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan  polutan lainnya, atau sebagai bagian dari infeksi saluran nafas atas.

Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terisolasi yang hanya mengenai pita suara.

 b. Patofisiologi

Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin sekunder. Laringitis biasanyan disertai rinitis atau nasofaring. Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring

Dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan

(32)

iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk  memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas.

Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh.

c. Tanda – tanda

Laringitis akut ditandai Dengan suara serak atau tidak dapat mengeluarkan suara sama sekali (afonia) dan batuk berat. Laringitis kronis ditandai Dengan suara serak yang persisten. Laringitis kronis mungkin sebagai komplikasi dari sinusitis kronis dan bronchitis kronis.

E. Konsep Penyakit rhinitis alergi

1. Definisi

Rinitis alergi adalah penyait imflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan allergen yang sama,serta dilepaskannya mediator kimia ketika terjadi  paparan ulangan denagn allergen spesifik tersebut(Von pirquet 1986).

2. Tanda dan gejala

Bersin-bersin,rinore,rasa gatal,tersumbat,nyaeri kepala,tekanan  pasial,kongesti.

3. Macam – macam rhinitis

a). Rinitis berdasarkan sifat berlangsungnya

 b). Rinitis alergi musiman;penyebabnya tepung sari,dan spora  jamur.timbulnya periodik sesuai denagn musim,pada waktu konsentrasi

alergen terbanyak di udara.

c). Rinitis alergi sepanjang tahun; penyebab yang paling sering adalah alergen inhalan dan alergen ingestan.

(33)

a). Intermiten(kadang-kadang);bila gejala kurang dari empat hari/minggu atau kuarang dari empat minggu.

 b). Persisten(menetap);bila gejala lebih dari empat hari/minggu atau lebih dari empat minggu.

5. Rrinitis berdasarkan berat-ringan nya

a). Ringan. Bila tidak ditemukan gangguan tidur,gangguan aktifitas harian,bersantai,berolahraga,belajar,bekerja dll.

 b). Sedang atau berat;bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut.

6. Berdasarkan cara masuknya alergen dibagi atas :

a). Alergen inhalan. Alergen inhalan adalah alergen yang masuk   bersama udara pernapasan, misal debu rumah, tungau, serpihan epitel,  bulu binatang, jamur.

 b). Alergen ingstan ; yang masuk ke saluran cerna,berupa makanan.misalnya susu,telur,coklat,udang,ikan.

c). Alergen injertan ;yang masuk melalui tusukan atau suntikan,misalnya penisilin dan sengatan lebah.

d). Alergen kontaktan;yang masuk melalui kontak kulit atau jeringan mukosa. Misalnya bahan kosmetik,perhiasan.

7. Patofisiologi

Rinitis alergi merupakan statu penyakit imflamasi yang di awali denag tahap sensitisasi dan diikuti dengan reaksi alergi.

8. Reaksi alergi

1. reaksi alergi fase cepat(immediate phase allergic reaction) Berlasung sejak kontak langsung denagan alergen sampai satu jam setelahnya.

Alergen

(34)

melepas sitokinin(IL1)

 pragmen pendek peptida

mengaktifkan Th0

komplek peptida MHC klsII Th1danTh2

IL3,IL4,IL5,IL13 Sel T helper(Th0)

diikat sel limfosit B

menhasilkan IgE

masuk ke jaringan diikat o/reseptor IgE

mastosit/basofil jd aktif 

histamin & prostaglandin

merangsang ujung hipersekresi+permeabilitas saraf vidianus kel.mukosa

gatal,bersin,rinorea

2. alergi fase lambat (late phase allergic reaction)

Ditandai dengan penambahan jenis dan jumlah sel imflamasi (eosinofil, limfosit, netrofil, basofil, mastosit), peningkatan sitokinin (IL3, IL4, IL5) dan GMCSF dan ICAM1.

(35)

1). Respon primer (non spesifik) .Terjadi proses eliminasi dan fagositosis antigen(Ag).bila tidak berhasil seluruhnya dihilangkan,reaksi berlanjut menjadi respon sekunder.

2). Respon sekunder(spesifik). Mempunyai tiga kemungkinan ialah sistem imunitas selular atau humoral atau keduanya dibangkitkan.bila berhasil dieliminasi maka reaksi selesai,tapi jika Efek dari sistem imunologik maka berlanjut ke tahap tersier.

3). Respon tersier. Dapat bersifat sementara/menetap tergantung dari daya eliminasi Ag oleh tubuh.

 b. Diagnosa rinitis alergi ditegakan berdasarkan :

1). Anamnesis. Anamnesis sangat penting,karena sering kali serangan tidak terjadi dihadapan pemeriksa.hampir 50% diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesisi saja.

2). Pemeriksaan rinoskopi anterior. Pada rinoskopi anterior tampak  mukosa edema, basah, berwarna pucat atau livid disertai adanya sekret encer yang banyak.

3). Pemeriksaan neso endoskopi

4). Pemeriksaan sitologi hidung. Ditemukan eosinofil dalam jumlah  banyak menunjukan kemungkinan alergi inhalan.

5). Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. 6). Uji kulit, alergen penyebab dapat dicari secara invivo.

c. Komplikasi-komplikasi rinitis alergi yang sering terjadi: 1). Polip hidung

2). Otitis media yang sering residif,terutama pada anak-anak  3). Sinusitis paranasal

F. Proses keperawatan

1). Pengkajian yang dapat dilakukan

Riwayat kesehatan anak mengikuti garis besar yang sama seperti riwayat kesehatan pada orang dewasa, dengan tambahan tertentu yang disajikan.

a). Identifikasi data

(36)

 b). Keluhan utama. Keluhan-keluhan ini merupakan pokok masalah dari anak, orang tua, guru, di sekolah atau dari orang lain.

c). Riwayat penyakit saat ini. Bagaimana setiap anggota keluarga merespon terhadap adanya gejala-gejala yang dialami oleh anak 

d). Riwayat kesehatan dahulu e). Riwayat kesehatan keluarga

(1). Riwayat kelahiran

(a). Prenatal – kesehatan ibu, pengobatan, penggunaan alcohol atau obat terlarang, perdarahan vagina, penambahan berat badan, lamanya kehamilan

(b). Natal – sifat persalinan dan kelahiran, berat badan lahir  (c). Neonatal – upaya resusitasi, sianosis, ikterik, infeksi. (2). Riwayat pemberian makan

(a). Menyusui : Frekuansi dan lamanya menyusui, kesulitan yang ditemukan

(b). Pemberian makanan tambahan : jenis, jumlah, frekuensi, muntah kolik, diare, suplemen vitamin, zat besi, dan florida,

(c). Pemberian makanan padat : Kebiasaan makan – kesuakaan atau ketidaksukaan, jenis dan jumlah makanan yang dimakan; sikap dan respon orang tua

(3). Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

(a). Pertumbuhan fisik – berat badan, tinggi badan, dan lingkar  kepala saat lahir dan usia 1, 2, 5, dan 10 tahun.

(b). Perkembangan – usia anak ketika dapat mengangkat kepala,  berbalik, mundur, duduk, berjalan, dan berbicara.

(c). Perkembangan sosial – pola tidur siang dan malam hari, toilet training, masalah wicara, perilaku kebiasaa, masalah-masalah disiplin, performa sekolah, hubungan dengan orangtua, saudara sekandun, dan teman sebaya.

f). Status kesehatan terakhir 

1). Alergi, perhatian khusus pada alergi-alergi yang diamali saat masa kanak-kanak 

(37)

3). Uji skrining, uji penglihatan, pendengaran, kolesterol, tuberkolosis, golongan darah, penyakit sel sabit, dan kelaian metabolisme sejak lahir 

BAB III

(38)

Berdasarkan dengan kasus yang ada, pasien A 13 tahun dengan keluhan  bersin yang terus menerus, rhinorea, nyeri kepala di daerah frontal, adanya rasa

gatal di hidung dan mata, lakrimasi. Pasien tersebut mengalami hal yang demikian saat musim kemarau ketika banyak debu dijalanan dan ia juga mengalami  penurunan berat badan yang disebabkan adanya anoreksia. .

Sehingga kami menyimpulkan bahwa pasien A mengalami rhinitis alergi. Karena ia mengalami bersin yang terus – menerus, sekretnya pun encer, mengalami sakit kepala. Selain itu timbul rasa gatal pada hidung dan mata yang disebabkan oleh H1 yang dirangsang oleh histamin sehingga timbulah rasa gatal tersebut.

Berikut di bawah ini adalah Rencana Asuhan Keperawatan terkait dengan kasus rhinitis.

Pengkajian

a. Penelurusan data subjektif dan objektif   Data objektif :

• Tekanan Darah ( 100/60 mmHg ) • Respiratory Rate 30x/menit irregular  • Sekret encer 

Data subjektif : • Bersin, rhinorea

•  Nyeri kepala bagian frontal • Gatal di hidung mata, lakrimasi

 b. Identifikasi Data  Nama : Saudara A

TTL :

 Nama kecil :  Nama Orang tua : -c. Keluhan utama

Bersin terus-menerus, rhinorea, nyeri kepala di daerah frontal, adanya rasa gatal di hidung dan mata, lakrimasi

d. Riwayat Kesehatan masa lalu 1. Riwayat kelahiran :

(39)

2. Riwayat pemberian makan :

3. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan : -e. Riwayat kesehatan sekarang : Rhinitis

f. Status kesehatan terakhir  1. Alergi :

2. Imunisasi : 3. Uji skrining :

-g. Data-data tambahan yangperlu dikaji 1. Riwayat Keluarga :

-2. Riwayat Psikososial, meliputi :

3. Situasi Rumah dan Orang terdekat : -4. Kehidupan sehari-hari :

5. Agama : -6. Su :

a) Pemeriksaan fisik 

(1) Pemeriksaan hidung luar  Rinoskopi anterior (inspeksi)

Pemeriksaan rongga hidung dari depan dengan memakai speculum hidung. Di belakang vestibulum dapat dilihat bagian dalam hidung. Hal  – hal yang harus diperhatikan pada rinoskopi anterior ialah :

(a) Mukosa. Dalam keadaan normal mukosa bewarna merah muda. Pada raddang bewarna merah, sedangkan pada alergi akan tampak pucat / kebiru – biruan (livid).

(b) Septum (palpasi). Biasanya terletak ditengah dan lurus. Diperhatikan apakah terdapat defiasi, Krista, spina, perforasi, hematoma, abses, dan lain – lain.

(c) Konka. Diperhatikan apakah konka besarnya normal (eutrofi), hipertrofi, hipotrofi atau atrofi

(d) Sekret. Bila ditemukan sekret di dalam rongga hidung, harus diperhatikan banyaknya, sifatnya (serus, mukoid, mukokurulen, kurulen, atau bercampur darah) dan lokalisasinya (meatus inferior), medius (superior). Adanya sekret yang encer dan  banyak.

(40)

(e) Massa. Massa yang sering ditemukan dalam rongga hidung adalah polip dan tumor. Pada anak dapat ditemukan benda asing.

(2) Rinoskopi Posterior (inspeksi). Adalah pemeriksaan rongga hidung dari belakang, dengan menggunakan kaca nasofaring. Dengan mengubah – ubah posisi kaca, kita dapat melihat koana, ujung  posterior septum, ujung posterior konka, sekret yang mengalir dari hidung ke nasofaring (post nasal drip), torus tubarius, ostium tuba dan fosa rosenmuller.

(3) Pemeriksaan sitologi hidung. Ditemukannya eosinofil dalam  jumlah banyak menunjukan kemungkinan alergi inhalan. Jika  basofil (5sel/lap) mungkin disebabkan alergi makanan, sedangkan  jika ditemukan sel PMN menunjukan adanya infeksi bakteri.

(4) Perkusi dengan cara periksa nyeri tekan sinusitis (5) Periksa indra penghidu.

(41)

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Pentingnya menjaga lingkungan demi terjaminnya kesehatan

Tujuan institusional :

Terciptanya keluarga yang lebih mengutamakan kebersihan lingkungan.

Tujuan instruksional umum:

Terciptanya keluarga yang lebih mengutamakan kebersihan lingkungan agar  terhindar dari penyakit.

Tujuan instruksional khusus:

1. Peserta didik mengetahui pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

2. Peserta didik mengetahui cara mencuci tangan yang baik dan benar untuk  mencegah penyebaran kuman penyakit

3. Peserta dapat menerapkan pelaksanaan mencuci tangan yang baik dan  benar dalam kehidupan sehari – hari.

4. Peserta didik mampu menerapkan pembuangan sampah pada tempatnya guna menjaga kebersihan lingkungan sekitar 

 Know

• Peserta didik diharapkan mengetahui pentingnya menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah tumbuh kembangnya kuman penyakit.

• Peserta didik diharapkan mengetahui cara mencuci tangan yang baik dan  benar untuk mencegah penyebaran kuman penyakit.

 Do

• Diharapkan peserta didik mau menerapkan materi tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dalam bentuk nyata

(42)

• Melakukan cuci tangan setelah membuang sputum.

Show

• Diharapkan peserta didik memperhatikan penyuluhan dengan seksama. • Peserta didik diharapkan dapat menunjukan antusiasme ketika diberikan

materi penyuluhan

• Peserta didik diharapkan dapat mengajukan pertanyaan setelah diberikan  penyuluhan

H. Penelitian terkait

Akupuntur dan rhinitis

Efek dari terapi akupuntur yang diterapkan kepada pasien dengan usia 15 –  45 tahun yang kedua kelompok umur tersebut mengalami penyakit rhinitis alergi. Terapi akupuntur ini telah dibandingkan dengan terapi antihistamin konvensional. tanda – tanda yang menunjukan kemajuan dan penemuan laboratorium membuktikan bahwa kedua terapi ini baik untuk pasien rhinitis. Namun, terapi akupuntur lebih baik dan memiliki efek yang panjang.

Subyek dari pemeriksaan psikosomatik ini adalah pasien dengan vasomotor  rhinitis (28) dan pollenosis (23) dan keduanya diberikan akupuntur atau  phonostimulation khusus. Akupunktur dilakukan setelah metode klasik dalam  phonostimulation kepada 22 orang pasien dari 29 orang. Hasil evaluasi yang  berdasarkan tes laryngological dan appraisals dianjurkan kepada pasien yang memiliki masalah – masalah khusus. Kondisi Pollenosis tidak dapat berubah dengan perawatan. Pada vasomotor rhinitis, factor – factor psikis sangatlah  penting. Diawal perawatan, Beberapa pasien biasanya menunjukan peningkatan sedangkan beberapa penderita tidak menunjukan perubahan.efek ini mungkin dapat menjadi saran untuk penelitian ini.

Tujuan proyek uji coba ini adalah untuk mengevaluasi efek langsung dari akupunktur dibandingkan dengan kontrol placebo dua (sham akupunktur dan  paling transcutaneous stimulasi listrik saraf) dalam perawatan pasien nonallergic

(43)

rhinitis. Ketiga perawatan ini diberikan sama rata untuk pasien yang sama selama  beberapa minggu.

Ternyata Akupunktur menunjukkan peningkatan dalam ketahanan saluran udara dalam hidung setelah perawatan pada 9 dari 13 pasien, sham akupunktur   pada 2 dari 9 pasien , dan tiruan aliran listrik di syaraf stimulasi pada 3 dari 10  pasien. Panduan pembelajaran ini mengemukakan sejumlah isu yang berhubungan dengan efek dari akupunktur pada rhinitis nonalergi yang harus diatasi oleh sebuah studi yang melibatkan lebih banyak pasien yang di urutkan secara acak  dalam pengobatan dan perawatan kontrol placebo dua dievaluasi dalam kaitannya dengan kredibilitas mereka.

BAB IV

(44)

1) Kesimpulan

Setelah mengkaji kondisi pasien dan mempelajari macam – macam penyakit saluran atas pernafasan, kami dapat menyimpulkan bahwa penyakit – penyakit tersebut memiliki gejala yang hampir mirip, namun tetap terdapat perbedaan dari masing – masing penyakit.

Pada penyakit rhinitis dapat ditemukan adanya sekret yang cair, sakit kepala,  bersin yang terus – menerus. Sedangkan pada penyakit yang lain (faringitis, laringitis, tonsillitis, dan sinusitis), gejala – gejala tersebut tidak sepenuhnya muncul, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien tersebut mengalami  penyakit rhinitis alergi.

Rhinitis alergi dapat muncul jika lingkungan tempat tinggal kita tidak besih, sehingga dapat menimbulkan alergi pada hal – hal tertentu. Dengan menjaga lingkungan, kita dapat terhindar dan meminimalisir timbulnya penyakit.

2) Saran

Kami menyarankan kepada masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungannya agar terhindar dari penyakit pernafasan. Selain itu, sebaiknya sebelum makan kita mencuci tangan terlebih dahulu untuk membunuh kuman dan  penyakit sehingga memutuskan rantai penyebaran penyakit.

(45)

Asmadi.2008. konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.Jakarta:Salemba Medika.

Cherniack. 1997.Terapi mutakhir penyakit saluran pernapasan. Jakarta: Binarupa Aksara.

Gleadle, J.2003. At a Glance Anamnesis dan pemeriksaan fisik.Jakarta : Erlangga

Soepardi & Iskandar. 2006. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok  kepala leher edisi ke lima. Jakarta: Gaya Baru

Soepardi, E.A.2006. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT edisi kelima.Jakarta:FKUI Watson, Roger.2002. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Jakarta :EGC

Doenges, M.E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan

dan {endokumentasian P rawatan Pasien.Jakarta : EGC

http://arbaa-fivone.blogspot.com/2009/02/rinitis.html . http://www.dkk-bpp.com/index.php? option=com_content&task=view&id=125&Itemid=47 http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/laringitis/ http://www.internethealthlibrary.com/Health-problems/Rhinitis%20-%20researchAltTherapies.htm

Referensi

Dokumen terkait

Ketika udara melewati hidung, terdapat tiga fungsi pernafasan normal yang dilakukan oleh kavum nasi yaitu, udara dipanaskan oleh permukaan luas pada konka dan

Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi

Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung bagian dalam. Hidung bagian luar menonjol pada garis tengah di antara pipi dan bibir atas; struktur hidung luar dibedakan atas tiga bagian :

Deviasi septum hidung akan menyebabkan aliran udara pada bagian rongga hidung dengan septum yang cekung, akan lebih cepat dari bagian cembung di rongga hidung sisi lain..

Pulunama adalah teknik memainkan sarune Karo dengan cara menghirup udara melalui rongga hidung dan memasukkan udara ke rongga perut (diafragma), lalu mengeluarkan udara

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan

Deviasi septum hidung akan menyebabkan aliran udara pada bagian rongga hidung dengan septum yang cekung, akan lebih cepat dari bagian cembung di rongga hidung sisi lain..

Penyakit Jenis Obat Dosis Obat Indikasi Sinusitis Antibiotik  Amoxicillin usia > 12 tahun: 500 mg tiga kali sehari,  Doxycycline usia > 8 tahun: 100 mg dua kali sehari, 