• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11-13"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

BAB 11

PERENCANAAN PEMERIKSAAN LKPD :

PEMERIKSAAN INTERIM DAN PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

Sesuai dengan SPKN, pemeriksaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Perencanaan pemeriksaan atas LKPD suatu Perwakilan sebaiknya telah dimulai setidaknya pada akhir Triwulan III tahun sebelumnya. Sebagai contoh: Untuk Pemeriksaan LKPD TA 2010, pada akhir bulan September 2010, Kepala Perwakilan akan menentukan apakah pemeriksaan atas LKPD TA 2010 diawali dengan pemeriksaan interim atau tidak. Hal ini tentu saja dilakukan dengan memperhatikan RKP TA 2010.

Pemeriksaan interim adalah pemeriksaan yang dilakukan sebelum berakhirnya tanggal Neraca (31 Desember) dan umumnya dilaksanakan pada bulan Oktober sd Desember.

Apabila pemeriksaan interim tidak dilakukan dianjurkan Perwakilan menggunakan tahapan Pemeriksaan Pendahuluan dilanjutkan dengan Pemeriksaan Rinci.

Pemeriksaan pendahuluan adalah pemeriksaan yang dilakukan sebelum pemerintah daerah menyampaikan LKPD kepada BPK dan umumnya dilaksanakan pada bulan Januari sd April.

Bila kondisi tidak memungkinkan untuk melaksanakan Pemeriksaan Pendahuluan, maka perwakilan dapat langsung melakukan Pemeriksaan Rinci.

11.1

Pemeriksaan Interim

11.1.1 Gambaran Umum

Pemeriksaan keuangan interim LKPD (selanjutnya disebut dengan pemeriksaan interim) lazim dilakukan dalam pemeriksaan keuangan. BPK melaksanakan pemeriksaan interim atas LKPD mengacu pada best practice dengan pertimbangan untuk mempercepat penyelesaian pemeriksaan atas laporan keuangan sesuai dengan batas waktu pemeriksaan atas LKPD yang telah ditetapkan undang-undang. Kebijakan perlu tidaknya dilaksanakan pemeriksaan

interim pada LKPD sepenuhnya ditetapkan oleh masing-masing Perwakilan BPK dengan mempertimbangkan 1) besaran anggaran, 2) kekuatan personil

auditor pada Perwakilan yang bersangkutan, 3) hasil pemeriksaan sebelumnya dan 4) pertimbangan obyektif lainnya. Dengan demikian panduan pemeriksaan keuangan interim atas LKPD ini pun diperuntukkan bagi Perwakilan BPK yang dalam kebijakannya dapat melakukan pemeriksaan interim terlebih dahulu sebelum pemeriksaan rinci atas LKPD.

(2)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2

Siegel dan Shim (2000: 519) melihat pemeriksaan interim dari dua pendekatan, yaitu:

1) Pemeriksaan keuangan terhadap laporan keuangan interim (audit of an

interim period), misalnya Laporan Keuangan Triwulanan atau Laporan

Keuangan Semesteran.

2) Pemeriksaan keuangan terhadap laporan keuangan tahunan yang dilakukan selama periode akuntansi masih berjalan. Pemeriksaan yang dilakukan dapat meliputi konfirmasi, cek fisik persediaan, atau kegiatan pemeriksaan lainnya yang nantinya akan digabungkan dengan tahap akhir pemeriksaan keuangan secara menyeluruh terhadap laporan keuangan tahunan yang diperiksa.

Berdasarkan kedua pendekatan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa waktu pelaksanaan pemeriksaan interim atas LKPD efektif dilaksanakan pada tahun berjalan sebelum tanggal laporan keuangan (31 Desember 200X) yaitu pada Semester II (atau Triwulan IV) yang mencakup data transaksi-transaksi selama periode tahun tersebut sampai dengan pemeriksaan interim berlangsung.

Pelaksanaan pemeriksaan laporan keuangan interim di BPK, antara lain bertujuan untuk:

1) Pemberian kesimpulan hasil reviu atas sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

2) Pengujian kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan atas transaksi-transaksi selama periode yang berlangsung sampai dengan saat pemeriksaan interim.

3) Perolehan data dan informasi untuk pengembangan perencanaan pemeriksaan terinci LKPD, antara lain meliputi, tapi tidak terbatas pada, pemantauan atas tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya dan penilaian risiko (risk assesment).

Lingkup pemeriksaan interim meliputi: 1) Sistem pengendalian intern;

2) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan;

3) Transaksi atau realisasi anggaran semester I dan/atau sampai dengan periode pemeriksaan interim berlangsung;

4) Pemantauan tindak lanjut laporan hasil pemeriksaan sebelumnya; dan 5) Informasi lain yang terkait dengan laporan keuangan.

(3)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3

11.1.2 Tahapan Pemeriksaan Interim

Tahapan Pemeriksaan Interim terdiri dari tiga bagian utama yaitu persiapan, pelaksanaan dan pelaporan yang secara rinci terdiri dari kegiatan sebagai berikut:

PERSIAPAN •Evaluas i hasil pemeriks aan s ebelumnya •Peroleh Laporan Keuangan Interim •Penentuan obyek dan lingkup pemeriks aan •Penentuan tujuan

dan penyus unan langkah pemeriks aan

PELAKSAN AAN

•Pemutakhiran data umum entitas dan data terkait SPI entitas •Pengujian atas TLH P s ebelumnya •Penerapan pros edur pengujian pengendalian •Penerapan pros edur pengujian s ubs tantif •Penerapan pros edur pengujian kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan •Dokumentas i pemeriks aan PELAPORAN •Pengambilan kes impulan •Penetapan materialitas , risiko dan s ampling •Penyus unan Laporan H as il Pemeriks aan Interim •Penyus unan program pemeriks aan s ubs tantif/ terinci

11.1.2.1 Tahap Persiapan

11.1.2.1.1 Evaluasi atas hasil pemeriksaan sebelumnya

Pada tahapan persiapan ini, pertama-tama dilakukan evaluasi hasil pemeriksaan sebelumnya. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengevaluasi hasil pemeriksaan sebelumnya adalah sebagai berikut:

1) Lakukan inventarisasi semua pemeriksaan yang pernah dilakukan sebelumnya, baik itu pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, maupun PDTT. Khusus untuk pemeriksaan keuangan yang dilakukan pada tahun sebelumnya, perhatikan opini yang diberikan sebagai dasar pertimbangan untuk analisis risiko dan penentuan materialitas pemeriksaan yang akan dilakukan sekarang.

2) Buat daftar yang menggambarkan semua permasalahan yang pernah ditemukan maupun permasalahan yang pernah ada terkait dengan objek pemeriksaan (khususnya temuan yang berkaitan dengan pengendalian intern dan kepatuhan), termasuk posisi tindak lanjut setiap temuan/permasalahan tersebut sampai dengan tanggal terakhir semester. Bentuk daftar pemantauan tindak lanjut dapat dilihat di Lampiran 11.1

(4)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4

3) Lakukan analisis sebab dan dampaknya bagi kewajaran penyajian laporan keuangan. Fokuskan pada permasalahan yang berulang.

4) Identifikasikan hubungan setiap permasalahan yang masih berstatus “belum ditindaklanjuti sesuai rekomendasi/tidak ditindaklanjuti” dengan objek pemeriksaan;

5) Pastikan juga apakah permasalahan yang telah ditindaklanjuti sesuai rekomendasi berpotensi terjadi atau akan terjadi dan terkait dengan objek pemeriksaan

6) Tentukan fokus pemeriksaan interim dengan mempertimbangkan permasalahan yang memiliki probabilitas terjadi dan terkait dengan objek pemeriksaan dan permasalahan yang terus berulang.

11.1.2.1.2 Dapatkan Laporan Keuangan Interim

Langkah selanjutnya adalah meminta LKPD yang telah disusun oleh entitas yang bersangkutan sesuai dengan periode yang telah ditentukan/disepakati sebelumnya (Semesteran atau Triwulanan atau LKPD per 31 Oktober).

11.1.2.1.3 Penentuan objek dan lingkup pemeriksaan interim

Penentuan objek dan lingkup pemeriksaan interim mencakup langkah-langkah sebagai berikut:

1) Lakukan analisis mendalam terhadap fokus-fokus pemeriksaan interim (hasil pertimbangan pemeriksaan sebelumnya). Analisis meliputi hubungan setiap fokus permasalahan dan kriteria/ketentuan yang mengatur hal-hal terkait fokus pemeriksaan tersebut. Analisis tersebut sedapat mungkin mengidentifikasi hingga jenis transaksi, sistem transaksi, frekuensi terjadinya, dan kesamaan pola transaksi.

2) Lakukan pemetaan (mapping) terhadap signifikansi setiap fokus pemeriksaan interim.

3) Dengan pertimbangan waktu dan sumber daya yang ada, pilih objek dan cakupan yang paling material dan signifikan yang meliputi akun tertentu, mata anggaran tertentu, satuan kerja tertentu, dan periode transaksi tertentu (sampai dengan periode pemeriksaan interim).

(5)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 5

11.1.2.1.4 Penentuan tujuan pemeriksaan

Berdasarkan objek dan lingkup pemeriksaan, tentukan tujuan pemeriksaan interim. Berdasarkan tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan, susunlah program pemeriksaan yang berisi langkah-langkah pemeriksaan, susunan Tim Pemeriksaan, periode yang akan diperiksa, waktu pemeriksaan, dan jangka waktu pemeriksaan. Selain itu, pastikan waktu pemeriksaan yang tepat.

11.1.2.2 Tahap Pelaksanaan

Tahap-tahap kegiatan dalam pelaksanaan pemeriksaan interim mengacu pada tujuan pemeriksaan interim yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, khusus untuk kegiatan penerapan prosedur pengujian pengendalian (control test) dan penentuan sampling, kegiatan penerapan prosedur pengujian substantif (substantive test), dan kegiatan prosedur pengujian kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan di bawah ini tidak harus dilaksanakan seluruhnya, namun sepenuhnya tergantung pada tujuan pemeriksaan yang ditetapkan. Apabila tujuan pemeriksaan yang disebutkan dalam paragraph diatas akan dilaksanakan seluruhnya, maka tahap pelaksanaan pemeriksaan interim meliputi kegiatan sebagai berikut:

11.1.2.2.1 Pemutakhiran data umum entitas dan data terkait SPI

Langkah pertama dalam tahapan pelaksanaan adalah pemutakhiran data umum entitas dan data terkait SPI yang menjadi cakupan pemeriksaan. Pastikan pemeriksa telah memiliki pemahaman atas data umum organisasi dan sistem pengelolaan transaksi dari hasil pemeriksaan tahun sebelumnya. Jika tidak terdapat perubahan, pemeriksa dapat menggunakan data dari pemeriksaan sebelumnya. Jika terdapat perubahan data umum organisasi dan SPI, lakukan analisis atas perubahan tersebut. Perubahan SPI umumnya terkait dengan temuan BPK atas kelemahan SPI dari hasil pemeriksaan sebelumnya, serta status tindak lanjutnya. Dokumentasikan data mutakhir dalam format yang mudah dipahami.

11.1.2.2.2 Pengujian atas tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya

Pemeriksa harus memastikan bahwa entitas yang diperiksa telah menindaklanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan sebelumnya. Terhadap rekomendasi yang belum ditindaklanjuti, lakukan diskusi tentang kendala dan akibatnya bagi entitas yang diperiksa. Pemeriksa dapat meminta Pemda untuk segera menindaklanjuti permasalahan agar tidak mempengaruhi penyajian LKPD dan mengakibatkan kualifikasi dalam opini.

11.1.2.2.3 Penerapan prosedur pengujian pengendalian (Control Test) dan penentuan sampling, yang meliputi langkah-langkah kegiatan sebagai berikut.

(6)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 6

1) Lakukan evaluasi atas desain SPI. Jika tidak terdapat pemutakhiran desain SPI objek yang menjadi cakupan pemeriksaan, pemeriksa dapat memanfaatkan hasil evaluasi desain SPI tahun sebelumnya. Jika terdapat pemutakhiran desain SPI, lakukan analisis dan identifikasikan kelemahan desain SPI tersebut dan dampaknya.

2) Lakukan pengujian atas implementasi SPI, dan identifikasi kelemahan implementasi SPI dan dampaknya.

3) Buat daftar kelemahan desain dan implementasi SPI serta dampaknya.

4) Uji tingkat signifikasi setiap kelemahan desain dan penerapan SPI serta uji tingkat keterjadiannya dan kemungkinan keterjadiannya. Semakin tinggi tingkat keterjadiannya dan kemungkinan keterjadiannya, semakin diprioritaskan menjadi objek yang akan diuji lebih lanjut dalam pemeriksaan subtantif/terinci.

11.1.2.2.4 Penerapan prosedur pengujian substantif atas transaksi (substantive

test).

Lakukan pengujian substantif atas transaksi terhadap akun/transaksi/mata anggaran yang telah ditetapkan dalam objek dan lingkup pemeriksaan dengan mengacu pada sampling yang telah ditentukan. Jenis pengujian yang dilakukan mempertimbangkan hasil pengujian atas risiko pengendalian dan jenis asersi yang terkait dengan risiko yang ditemukan.

11.1.2.2.5 Penerapan prosedur pengujian kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

Selain pengujian susbtantif, tim juga menerapkan prosedur pengujian kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dengan mempertimbangkan fokus pemeriksaan yang telah dipertimbangkan sebelumnya, transaksi yang terjadi pada akhir tahun anggaran, dan Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP).

11.1.2.2.6 Penyusunan temuan pemeriksaan.

Pemeriksa menyusun temuan pemeriksaan atas permasalahan-permasalahan terkait kelemahan pengendalian intern dan dan ketidakpatuhan. Temuan dimaksud disampaikan kepada entitas yang diperiksa untuk mendapat tanggapan dan agar pimpinan entitas yang diperiksa dapat segera melakukan tindakan pengamanan/perbaikan.

(7)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 7

11.1.2.3 Tahap Pelaporan

11.1.2.3.1 Pengambilan kesimpulan interim

Berdasarkan langkah-langkah dalam tahap pelaksanaan, lakukan pengambilan kesimpulan hasil pemeriksaan interim, dengan mengacu pada tujuan pemeriksaan yang ditetapkan diatas.

11.1.2.3.2 Penentuan tingkat materialitas, risiko dan sampel pemeriksaan

Berdasarkan simpulan pemeriksaan interim, pemeriksa menentukan tingkat materialitas, risiko dan sampel pemeriksaan untuk digunakan pada saat pemeriksaan substantif tahap terinci. Prosedur penentuan sampel pemeriksaan mengacu pada Bab V tentang Uji Petik Pemeriksaan (Audit Sampling) dengan memperhitungkan pengujian substantif yang sudah dilakukan saat pemeriksaan interim.

11.1.2.3.3 Penyusunan laporan hasil pemeriksaan interim

Selanjutnya Tim Pemeriksa menyusun Laporan Pemeriksaan Interim yang terdiri dari tiga bagian yaitu:

1) Ringkasan eksekutif yang berisi transaksi/akun yang memiliki risiko tinggi dan kelemahan SPI serta ketidakpatuhan yang signifikan, serta tingkat materialitas yang ditetapkan berdasar hasil pengujian atas pegendalian.

2) Gambaran umum pemeriksaan yang terdiri dari dasar hukum, tujuan, lingkup, metodologi pemeriksaan, dan waktu pemeriksaan

3) Hasil Pemeriksaan yang berisi temuan-temuan kelemahan SPI dan ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, penilaian risiko atas akun-akun signifikan (sebagaimana diatur dalam Panduan Pemeriksaan atas LKPD Bab 3. Pemahaman dan Penilaian Risiko), serta penetapan tingkat materialitas dan sampel.

Contoh laporan pemeriksaan interim dapat dilihat pada Lampiran 11.2. 11.1.2.3.4 Penyusunan Program Pemeriksaan Terinci / Substantif

Langkah-langkah penyusunan Program Pemeriksaan Terinci / Substantif dijelaskan pada sub bab 11.3.

(8)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 8

11.2

Pemeriksaan Pendahuluan

11.2.1 Gambaran Umum

Pemeriksaan Pendahuluan atas LKPD merupakan pelaksanaan dari tahap perencanaan yang dapat menjadi dasar penyusunan program pemeriksaan terinci atas LKPD.

Dalam mempertimbangkan strategi pemeriksaan yang ada yaitu singkatnya waktu Pemeriksaan LKPD sesuai ketentuan perundang-undangan (2 bulan sejak LKPD diterima dari Pemda), maka tujuan dan lingkup Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Interim dapat saja sama. Akan tetapi apabila melihat sekuen pemeriksaan di mana Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Rinci waktunya berdekatan dibandingkan waktu antara Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Rinci, maka Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Interim dapat berbeda tujuan dan lingkupnya.

Salah satu perbedaan antara Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Interim adalah di dalam Pemeriksaan Interim, pemeriksa melakukan pengujian substantif untuk “menyicil pekerjaan”. Sementara itu dalam Pemeriksaan Pendahuluan, pengujian substantif umumnya tidak dilakukan.

Dalam praktik di BPK, Perwakilan yang tidak melakukan Pemeriksaan Interim, umumnya melakukan PDTT Belanja di Triwulan IV yang hasilnya dapat digunakan dalam Pemeriksaan LKPD. Inilah salah satu alasan praktis mengapa Pemeriksaan Pendahuluan tidak dianjurkan lagi untuk melakukan pengujian substantif.

Analisis persamaan dan perbedaan antara Pemeriksaan Pendahuluan dan Pemeriksaan Interim tidak dimaksudkan untuk mendefinisikan pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dan hanya digunakan untuk kepentingan praktik pemeriksaan di BPK khususnya di Perwakilan.

Untuk efektifitas pelaksanaannya, pemeriksaan pendahuluan juga didasarkan dengan Program Pemeriksaan (P2) Pendahuluan atas LKPD yang formatnya menggunakan format umum P2 Pemeriksaan atas LKPD. Hal yang membedakan dengan pemeriksaan terinci adalah dalam Tujuan Pemeriksaan dan Lingkup Pemeriksaan.

Tujuan Pemeriksaan Pendahuluan atas LKPD umumnya diarahkan untuk: 1) Menilai efektivitas sistem pengendalian intern (SPI);

2) Menilai kepatuhan atas peraturan perundang-undangan;

(9)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 9

Walaupun demikian, tujuan pemeriksaan pendahuluan merupakan bagian dari Tujuan Pemeriksaan LKPD secara keseluruhan yaitu pemberian opini atas kewajaran LKPD tersebut berdasarkan:

1) Kesesuaian LKPD terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP);

2) Kecukupan pengungkapan sesuai dengan pengungkapan yang diatur dalam SAP;

3) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan; dan 4) Efektivitas sistem pengendalian intern.

11.2.2 Tahapan pemeriksaan Pendahuluan

Berdasarkan kegiatan pada tahap perencanaan, pemeriksaan pendahuluan atas LKPD meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

11.2.2.1 Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan

Pemahaman atas tujuan pemeriksaan secara keseluruhan dan harapan penugasan perlu diperoleh untuk mengetahui fokus atau sasaran yang harus diperhatikan pemeriksa dan untuk menghindari harapan-harapan yang tidak dapat dipenuhi oleh pemeriksa.

Harapan penugasan di tingkat Perwakilan ditetapkan oleh Kepala Perwakilan setelah mempertimbangkan hasil Raker, Rakornis, Arahan Badan yang terkait dengan pemeriksaan serta arahan Tortama terkait.

Pemahaman tersebut dilakukan dengan melakukan komunikasi dengan pemberi tugas o leh pemeriksa dengan memperhatikan input-input sebagai berikut:

1) Laporan hasil pemeriksaan tahun sebelumnya; 2) Laporan hasil pemantauan tindak lanjut;

3) Survei pendahuluan atas entitas atau objek yang baru pertama kali diperiksa; 4) Database entitas;

(10)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 10

Langkah-langkah pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan meliputi :

1) Pembahasan dan pengkomunikasian dengan pemberi tugas;

Pemeriksa bersama-sama dengan pemberi tugas membangun pemahaman yang jelas mengenai hal-hal penting yang dapat dijadikan dasar dalam mendefinisikan, memprioritaskan dan mengukur kinerja pemeriksa dalam pelaksanaan penugasan.

2) Pengajuan tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan;

Langkah ini dilakukan oleh pemeriksa dengan membuat penilaian (pengkajian awal) atas entitas dan memutakhirkan pengetahuan mengenai lingkup kerja entitas. Pemeriksa juga mempertimbangkan hasil pemeriksaan tahun lalu, catatan pertemuan-pertemuan sebelumnya, dan diskusi- diskusi dengan entitas. Pertimbangan awal mengenai informasi tersebut memungkinkan pemeriksa untuk mempersiapkan pembicaraan dengan pemberi tugas dan menentukan area yang ingin ditelaah lebih dalam. Penilaian awal ini juga dapat digunakan untuk mempertimbangkan pemeriksa yang akan berpartisipasi dalam pertemuan tersebut.

3) Penetapan tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan.

Tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan yang telah dirumuskan didokumentasikan secara tertulis dan ditandatangani oleh Ketua Tim, Pengendali Teknis, Penanggung Jawab, dan Pemberi Tugas. Format harapan penugasan terlampir dalam Suplemen.

11.2.2.2 Pemahaman atas Entitas

Pemahaman atas entitas perlu diperoleh untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan signifikan atau area-area kritis yang memerlukan perhatian yang mendalam.

11.2.2.3 Pertimbangan atas Tindak Lanjut LHP Sebelumnya Terhadap Pemeriksaan LKPD Tahun Berjalan

Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya. Pemeriksa harus meneliti pengaruh hasil pemeriksaan sebelumnya dan tindak lanjutnya terhadap LKPD yang diperiksa,

(11)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 11

terutama terkait kemungkinan temuan-temuan pemeriksaan yang berulang dan keyakinan pemeriksa atas saldo awal akun atau perkiraan pada neraca yang diperiksa.

Terhadap LKPD yang tahun sebelumnya mendapatkan opini WDP dan TMP, tahapan ini merupakan tahapan yang penting untuk memperkirakan adanya permasalahan yang kembali dapat menjadi pengecualian dalam tahun anggaran yang diperiksa. Atas rekomendasi yang belum ditindaklanjuti khususnya yang terkait dengan pengecualian tahun sebelumnya, lakukan diskusi tentang kendala dan akibatnya bagi entitas yang diperiksa. Pemeriksa dapat menyarankan Pemda untuk segera mengambil langkah-langkah agar permasalahan tersebut tidak menjadi pengecualian kembali dalam tahun anggaran yang diperiksa.

Sebagai contoh: Dalam opini LKPD TA 2009, salah satu pengecualian terkait belum dilakukannya stock opname atas persediaan di beberapa SKPD yang dampaknya material. Saat pemeriksaan pendahuluan atas LKPD TA 2010, ternyata rekomendasi tersebut masih belum ditindaklanjuti dan permasalahan masih terjadi. Terkait hal ini, Pemeriksa harus segera meminta Pemda melakukan

stock opname terhadap persediaan dan menarik mundur hingga per

31 Desember 2010.

11.2.2.4 Pemahaman Sistem Pengendalian Intern

Pemahaman sistem pengendalian intern meliputi pemahaman atas komponen-komponen sistem pengendalian intern. Pemahaman sistem pengendalian intern dilakukan terhadap pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam peraturan perundang-undangan dan atau kebijakan tertulis kepala daerah.

Pemahaman atas sistem pengendalian intern tersebut membantu pemeriksa untuk (1) mengidentifikasi jenis potensi kesalahan, (2) mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko salah saji yang material, (3) mendesain pengujian sistem pengendalian intern, dan (4) mendesain prosedur pengujian substantif.

11.2.2.5 Penetapan Tingkat Materialitas Awal dan Kesalahan Tertolerir. Dalam pemeriksaan laporan keuangan, pemeriksa perlu menetapkan:

1) ‘Planning Materiality’ (materialitas awal), yaitu materialitas untuk tingkat keseluruhan laporan keuangan;

2) ‘Tolerable Error/TE’ (tingkat kesalahan yang tertoleransi), yaitu materialitas terkait kelas-kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan.

(12)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 12

Materialitas pada tingkat keseluruhan laporan keuangan merupakan salah saji agregat minimum dalam laporan keuangan yang dianggap dapat menyebabkan laporan keuangan tersebut tidak dapat disajikan dengan wajar. Penerapan tingkat materialitas pemeriksaan adalah konservatif atau rendah, dengan mempertimbangkan bahwa pengguna laporan dhi. DPRD akan memperhatikan aspek legalitas dan ketaatan terhadap ketentuan yang berlaku dalam proses pertanggungjawaban keuangan.

Tingkat materialitas dalam pemeriksaan ini ditetapkan sebesar 0,5 - 5 % (tergantung pada opini atas LKPD tahun sebelumnya, perkembangan terakhir SPI, tingkat penyelesaian tindak lanjut dan lain-lain).

Materialitas pada tingkat akun (TE) merupakan salah saji minimum pada saldo akun yang dapat menyebabkan akun tersebut dianggap mengandung salah saji material. Penetapan nilai TE secara teori dapat dilakukan 1) secara proporsional yaitu mengalokasikan PM ke masing-masing akun berdasarkan proporsi nilai akun; dan 2) penetapan % langsung dari PM.

Dalam panduan pemeriksaan LKPD diambil kebijakan penerapan TE sebesar 50% PM. Hal ini akan mempermudah dalam Penilaian Risiko untuk pendekatan Pemeriksaan Berbasis Risiko.

Untuk pemeriksaan LKPD, besarnya persentase tingkat materialitas yang digunakan untuk menentukan PM antara lain berdasarkan opini atas laporan keuangan tahun sebelumnya yaitu sebagai berikut, yaitu:

Opini LKPD Tahun Sebelumnya Tingkat Materialitas (%) dari Total Belanja di LRA unaudited

Wajar Tanpa Pengecualian 3 s.d 5 Wajar Dengan Pengecualian 1 s.d 3 Tidak Wajar / Tidak Memberikan

Pendapat 0,5 s.d 1

Standar materialitas di atas tidak berlaku atas penyimpangan yang mengandung unsur kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) dan pelanggaran hukum.

Penetapan PM dan TE dengan rumusan sebagai berikut. 1) Menentukan nilai PM

(13)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 13

2) Menentukan nilai TE TE = 50% x PM

Revisi atas perhitungan PM dan TE dilakukan setelah adanya reviu oleh Pengendali Teknis dan disetujui oleh Penanggung Jawab.

11.2.2.6 Pemahaman dan Penilaian Risiko

Pemahaman dan penilaian risiko dilakukan berdasarkan hasil pemahaman atas entitas dan sistem pengendalian intern. Hasil pemahaman dan pengujian tersebut akan menentukan tingkat keandalan asersi manajemen dan ketentuan yang berlaku.

Penetapan risiko pemeriksaan (audit risk) simultan dengan tingkat keandalan pengendalian (risiko pengendalian) serta tingkat bawaan (inherent

risk) entitas yang akan diperiksa dapat digunakan sebagai acuan dalam

menentukan risiko deteksi (detection risk) yang diharapkan dan jumlah pengujian yang akan dilakukan serta menentukan fokus pemeriksaan.

11.2.2.7 Penentuan Metode Uji Petik

Pemeriksaan dilakukan dengan cara melakukan pengujian secara uji-petik atas unit-unit dalam populasi yang akan diuji. Kesimpulan pemeriksaan akan diperoleh berdasarkan hasil uji-petik yang dijadikan dasar untuk menggambarkan kondisi dari populasinya. Dalam pemeriksaan ini, pemeriksa menggunakan metode statistik atau metode non statistik dengan memperhatikan kecukupan jumlah sampel yang dipilih baik dari segi nilai rupiah atau jenis transaksinya.

Metode uji petik tersebut dapat dilakukan dengan sebagai berikut. 1) Metode statistik

2) Metode non statistik dengan panduan sebagai berikut:

(1) Akurasi perhitungan sampai dengan 100% apabila bisa menggunakan excel atau ACL.

(2)Dasar penetapan sampel:

(1))Nilai tertinggi difokuskan pada transaksi yang nilainya relatif tinggi (2))Saat transaksi difokuskan pada transaksi yang resikonya tinggi yaitu

(14)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 14

penerimaan dan pengeluaran yang frekuensinya besar dan atau tidak biasa.

(3))Sampel atas SKPD difokuskan pada SKPD yang mempunyai anggaran yang relatif besar. Misalnya DPPKAD, Sekretariat Daerah, DPRD/Sekretariat DPRD, Dinas Pekerjaan Umum, RSUD, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan.

(3)Besarnya ukuran/jumlah sampel:

(1))Diarahkan melebihi 50% dari nilai masing-masing akun.

(2))Apabila resiko entitas berdasarkan residual risk sedang/rendah, sampel sebesar 30% - 50% dari nilai realisasi belanja.

11.2.2.8 Pelaksanaan Prosedur Analitis

Pelaksanaan prosedur analitis awal dilaksanakan dengan melihat hubungan antar data keuangan dan atau antara data keuangan dan data non keuangan. Pengujian analitis dalam pelaksanaan pemeriksaan dapat dilakukan dengan (1) Analisis Data, (2) Teknik Prediktif, (3) Analisis Rasio dan Tren. Hasil dari prosedur analitis awal dapat digunakan antara lain untuk menentukan sampel/uji petik yang akan diambil.

11.2.2.9 Penyusunan Program Kerja Perorangan (PKP)

Ketua Tim melakukan pembagian tugas berdasarkan P2. Berdasarkan pembagian tugas tersebut para Anggota Tim Pemeriksa menyusun Konsep Program Kerja Perorangan (PKP) sebagai penjabaran dari P2 Pendahuluan.

11.2.2.10 Temuan Pemeriksaan Pendahuluan

Dalam pemeriksaan pendahuluan tidak ada penyusunan LHP, semua permasalahan yang ditemukan akan menjadi bagian dari LHP Pemeriksaan Rinci. Bila dibutuhkan, atas temuan pemeriksaan pendahuluan tersebut, Tim Pemeriksa dapat meminta klarifikasi atau penjelasan dari entitas dengan menyampaikannya kepada Kepala Biro/Dinas/Bagian Keuangan. Jika temuan pemeriksaan pendahuluan tersebut sudah ditindaklanjuti sebelum pemeriksaan rinci berakhir maka dilihat materialitasnya untuk diungkapkan atau tidak dalam LHP Pemeriksaan Rinci.

Setelah pemeriksaan pendahuluan berakhir, Tim Pemeriksa melakukan diskusi dengan Pengendali Teknis dan Penanggung Jawab mengenai fokus pemeriksaan dan strategi pemeriksaan rinci.

(15)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 11 Perencanaan Pemeriksaan LKPD : Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 15

11.2.2.11 Penyusunan Program Pemeriksaan Terinci / Substantif

Langkah-langkah penyusunan Program Pemeriksaan Terinci / Substantif dijelaskan pada sub bab 11.3

11.3

Penyusunan Program Pemeriksaan Rinci

Setelah hasil pemeriksaan interim/pemeriksaan pendahuluan diperoleh, langkah selanjutnya adalah melakukan perancangan dan penyusunan langkah-langkah pemeriksaan dalam suatu program pemeriksaan untuk pengujian substantif/rinci. Penyusunan langkah-langkah pemeriksaan berdasarkan strategi pemeriksaan yang telah ditetapkan dalam tabel penilaian risiko sebagaimana dilaporkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Interim/Pemeriksaan Pendahuluan.

Permasalahan yang ditemukan dan dilaporkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Interim dipantau penyelesaiannya oleh Tim Pemeriksa. Hasil pemantauan tersebut dituangkan dalam program pemeriksaan khususnya dalam bagian Hasil Pemahaman Entitas dan Pemahaman SPI Entitas.

Selain itu, perkembangan atas penyelesaian permasalahan tersebut juga menjadi dasar untuk memutakhirkan strategi pemeriksaan sebagaimana dicantumkan dalam tabel penilaian risiko. Apabila masalah yang ditemukan belum selesai ditindaklanjuti oleh entitas sampai dengan akhir pemeriksaan terinci, maka Tim Pemeriksa harus mengungkapkan masalah tersebut dalam LHP atas SPI/Kepatuhan dan menguji dampaknya terhadap penyajian LKPD yang akan diberikan opini.

(16)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BAB 12

PEMERIKSAAN ATAS BLUD

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) merupakan pertanggungjawaban operasional kegiatan Pemda, yang menyajikan akumulasi transaksi-transaksi kas dan non kas selama satu tahun. Selain itu laporan keuangan juga menyajikan hak dan kewajiban suatau Pemerintah Daerah serta ekuitas dana pada suatu periode tertentu. Laporan Keuangan Pemda merupakan konsolidasian dari satuan kerja – satuan kerja dibawahnya yang melakukan kegiatan operasional dari sebagian tugas dan fungsi Pemda. Disamping SKPD yang umum terdapat juga SKPD atau Unit Kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas yang dikenal dengan Badan Layanan Umum (Daerah). Pola Pengelolaan Keuangan BLUD sesuai dengan PP nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan Permendagri nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah mempunyai kekhususan. Pola Pengelolaan Keuangan BLUD yang selanjutnya disingkat PPK-BLUD adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sepagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya. Dengan adanyan PPK-BLUD yang memiliki pola pengelolaan keuangan berbeda dengan pola pengelolaan keuangan pada umumnya, mengharuskan pemeriksa untuk melakukan langkah-langkah pemeriksaan yang sedikit berbeda.

Atas kondisi-kondisi tersebut di atas dan untuk mendukung kegiatan pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah, buku pedoman ini memasukkan juga prosedur-prosedur pemeriksaan tertentu terhadap LKPD yang memiliki badan layanan umum (BLU).

Pola BLUD tersedia untuk diterapkan oleh setiap SKPD yang secara fungsional menyelenggarakan kegiatan yang bersifat operasional. SKPD dimaksud dapat berasal dari dan berkedudukan pada berbagai jenjang eselon atau non eselon. Sehubungan dengan itu, organisasi dan struktur SKPD yang berkehendak

(17)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

menerapkan PPK-BLUD kemungkinan memerlukan penyesuaian dengan memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Perundangan. BLUD berperan sebagai agen dari Pemda induknya. Kedua belah pihak menandatangani kontrak kinerja (a contractual performance agreement), di mana Kepala Daerah induk bertanggung jawab atas kebijakan layanan yang hendak dihasilkan, dan BLUD bertanggung jawab untuk menyajikan layanan yang diminta.

Dengan sifat-sifat tersebut, BLUD tetap menjadi satker pemerintah daerah yang tidak dipisahkan. Dan karenanya, seluruh perdapatan yang diperolehnya dari non APBD dilaporkan dan dikonsolidasikan dalam pertanggungjawaban APBD.

Dalam hal pengelolaan keuangannya Badan Layanan Umum Daerah memiliki pola pengelolaan yang berbeda dengan SKPD pada umumnya. Hal yang berbeda ini terutama mengenai Akuntansi dan Pelaporan pertanggungjawabannya. Sistem Akuntansi dan laporan keuangan BLU diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia. Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi tersebut, BLU dapat menerapkan standar akuntansi industri yang spesifik setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan, dan untuk saat ini Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan BLU mengacu kepada Peraturan Menteri Keuangan No.76/PMK.05/2008.

Namun sebagai kekayaan daerah yang tidak dipisahkan maka Badan Layanan Umum Daerah juga diharuskan untuk untuk melaksanakan Sistem Akuntansi yang berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) sebagaimana yang dilaksanakan oleh SKPD lainnya dalam pemerintah daerah induknya. Hal ini perlu dilaksanakan agar Laporan Keuangan BLUD dapat dikonsolidasikan ke laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Pedoman pemeriksaan keuangan pemerintah daerah yang memiliki BLUD hanya membahas langkah-langkah pemeriksaan tambahan dalam rangka menyakini LKPD yang memiliki BLUD, dikarenakan adanya konsolidasi laporan keuangan BLUD dalam LKPD.

(18)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Tujuan pemeriksaan satuan kerja BLUD pada LKPD adalah untuk menyakinkan bahwa LKPD tidak mengandung salah saji yang material pada akun-akun BLUD.

BLUD beroperasi sebagai perangkat kerja pemerintah daerah untuk tujuan pemberian layanan umum secara lebih efektif dan efisien sejalan dengan praktek bisnis yang sehat, yang pengelolaannya dilakukan berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh kepala daerah. BLUD merupakan bagian dari perangkat pemerintah daerah yang dibentuk untuk membantu pencapaian tujuan pemerintah daerah, dengan status hukum tidak terpisah dari pemerintah daerah. Kepala daerah bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum yang didelegasikan kepada BLUD terutama pada aspek manfaat yang dihasilkan.

Pejabat pengelola BLUD bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan pemberian layanan umum yang didelegasikan oleh kepala daerah. Dalam pelaksanaan kegiatan, BLUD harus mengutamakan efektivitas dan efisiensi serta kualitas pelayanan umum kepada masyarakat tanpa mengutamakan pencarian keuntungan. Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLUD disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja pemerintah daerah. Dalam menyelenggarakan dan meningkatkan layanan kepada masyarakat, BLUD diberikan fleksibilltas dalam pengelolaan keuangannya.

PPK-BLUD bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah dan/atau pemerintah daerah dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Penerapan PPK-BLUD pada SKPD atau Unit Kerja, harus memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan admlnistratif. Persyaratan substantif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 terpenuhi apabila tugas dan fungsi SKPD atau Unit Kerja bersifat operasional dalam menyelenggarakan pelayanan umum yang menghasilkan semi barang/jasa publik (quasipublic goods).

12.3

Tujuan Pemeriksaan Satuan Kerja BLUD pada LKPD

(19)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Sebagaimana layaknya unit organisasi Pemerintah Daerah, maka tahapan pengelolaan keuangan BLUD terdiri dari tahap penganggaran, tahap pelaksanaan tata usaha keuangan dan akuntansi, dan kemudian tahapan penyusunan pertanggungjawaban dan laporan keuangan.

12.4.1 Tahap Penganggaran

Penganggaran BLUD dimulai dari tahap penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA). RBA adalah dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran yang berisi program, kegiatan, target kinerja, dan anggaran suatu BLU. RBA disusun berdasarkan berdasarkan prinsip anggaran berbasis kinerja, perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanan, kebutuhan pendanaan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari masyarakat, badan lain, APBD, APBN dan sumber-sumber pendapatan BLUD lainnya. RBA merupakan penjabaran lebih lanjut dari program dan kegiatan BLUD dengan berpedoman pada pengelolaan keuangan BLUD dan memuat:

1) kinerja tahun berjalan; 2) asumsi makro dan mikro; 3) target kinerja;

4) analisis dan perkiraan biaya satuan; 5) perkiraan harga;

6) anggaran pendapatan dan biaya; 7) besaran persentase ambang batas; 8) prognosa laporan keuangan;

9) perkiraan maju (forward estimate);

10) rencana pengeluaran investasi/modal; dan

11) ringkasan pendapatan dan biaya untuk konsolidasi dengan RKA-SKPD/APBD.

Untuk BLUD-SKPD, RBA disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD, sedangkan untuk BLUD-Unit Kerja, RBA disusun dan dikonsolidasikan dengan RKA-SKPD. RBA sebagaimana dimaksud dimuka dipersamakan sebagai RKASKPD/RKA-Unit Kerja. Selanjutnya RBA BLUD-SKPD disampaikan kepada PPKD dan RBA BLUD-Unit Kerja

(20)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

disampaikan kepada Kepala SKPD untuk dibahas sebagai bagian dari RKA-SKPD yang pada akhirnya disampaikan kepada PPKD. RBA tersebut atau

RKA-SKPD beserta RBA oleh PPKD disampaikan kepada TAPD untuk dilakukan penelaahan. RBA yang telah dilakukan penelaahan oleh TAPD disampaikan kepada PPKD untuk dituangkan dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.

Setelah Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dltetapkan menjadi Peraturan Daerah, pemimpin BLUD melakukan penyesuaian terhadap RBA untuk ditetapkan menjadi RBA definitif. RBA definitif dipakai sebagai dasar penyusunan DPA-BLUD untuk diajukan kepada PPKD.

12.4.2 Tahap Pelaksanaan Anggaran DPA-BLUD mencakup antara lain: 1) pendapatan dan biaya;

2) proyeksi arus kas;

3) jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa yang akan dihasilkan.

PPKD mengesahkan DPA-BLUD sebagai dasar pelaksanaan anggaran. Dalam hal DPA-BLUD belum disahkan oleh PPKD, BLUD dapat melakukan pengeluaran uang setinggi-tingginya sebesar angka DPA-BLUD tahun sebelumnya. DPA-BLUD yang telah disahkan oleh PPKD menjadi dasar penarikan dana yang bersumber dari APBD. Penarikan dana tersebut digunakan untuk belanja pegawai, belanja modal, barang dan/atau jasa. DPA-BLUD menjadi lampiran perjanjian kinerja yang ditandatangani oleh kepala daerah dengan pemimpin BLUD. Perjanjian kinerja merupakan manifestasi hubungan kerja antara kepala daerah dan pemimpin BLUD, yang dituangkan dalam perjanjian kinerja (contractual

performance agreement).

Dalam perjanjian kinerja, kepala daerah menugaskan pemimpin BLUD untuk menyeienggarakan kegiatan pelayanan umum dan berhak mengelola dana sesuai yang tercantum dalam DPA-BLUD. Perjanjian kinerja antara lain memuat:

1) kesanggupan untuk meningkatkan: 2) kinerja pelayanan bagi masyarakat; 3) kinerja keuangan;

(21)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Pelaksanaan Anggaran BLUD berpedoman kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah.

12.4.3Tahap Akuntansi dan Konsolidasi Pelaporan Keuangan

BLUD sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan Permendagri nomor 61 tahun 2007 berkewajiban menerapkan sistem informasi manajemen keuangan sesuai dengan kebutuhan dan praktek bisnis yang sehat. Akuntansi dan laporan keuangan BLUD diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia. Penyelenggaraan akuntansi dan laporan keuangan menggunakan basis akrual baik dalamm pengakuan pendapatan, biaya, aset, kewajiban dan ekuitas dana. BLUD mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dengan berpedoman pada standar akuntansi yang berlaku untuk BLUD yang bersangkutan dan ditetapkan oleh kepala daerah dengan peraturan daerah.

Dalam rangka penyelenggaraan akuntansi dan pelaporan keuangan berbasis akrual tersebut, pemimpin BLUD menyusun kebijakan akuntansi yang berpedoman pada standar akuntansi sesuai jenis layanannya. Kebijakan akuntansi dimaksud digunakan sebagai dasar dalam pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan dan biaya.

Laporan keuangan BLUD terdiri dari :

1) neraca yang menggambarkan posisi keuangan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu;

2) laporan operasional yang berisi informasi jumlah pendapatan dan biaya BLUD selama satu periode;

3) laporan arus kas yang menyajikan informasi kas berkaitan dengan aktivitas operasional, investasi, dan aktivitas pendanaan dan/atau pembiayaan yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir kas selama periode tertentu;

4) catatan atas laporan keuangan yang berisi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan keuangan.

Laporan keuangan BLUD disertai dengan laporan kinerja yang berisikan informasi pencapaian hasil/keluaran BLUD. Penyusunan laporan keuangan BLUD untuk kepentingan konsolidasi dilakukan berdasarkan standar akuntansi pemerintah. Konsolidasi laporan keuangan dapat dilakukan jika digunakan

(22)

prinsip-Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

prinsip akuntansi yang sama. BLUD menggunakan SAK sedangkan laporan keuangan pemerintah daerah menggunakan SAP, karena itu BLUD mengembangkan sub sistem akuntansi yang mampu menghasilkan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Komponen Laporan Keuangan BLUD yang dikonsolidasikan ke dalam LKPD meliputi Laporan Realisasi Anggaran/Laporan Operasional dan Neraca. Sistem akuntansi BLUD memproses semua pendapatan dan belanja BLUD, baik yang bersumber dari pendapatan usaha dari jasa layanan, hibah, pendapatan APBD, dan pendapatan usaha lainnya. Sehingga laporan keuangan yang dihasilkan sistem akuntansi tersebut mencakup seluruh transaksi keuangan pada BLUD.

Dalam hal sistem akuntansi keuangan BLUD belum dapat menghasilkan laporan keuangan untuk tujuan konsolidasi dengan LKPD, BLUD perlu melakukan konversi laporan keuangan BLUD berdasarkan SAK ke dalam laporan keuangan berdasarkan SAP. Proses konversinya mencakup pengertian, klasifikasi, pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan atas akun-akun neraca dan laporan aktivitas/operasi.

Pada umumnya, pengertian akun-akun menurut SAK tidak jauh berbeda dengan SAP. Apabila ada pengertian yang berbeda, maka untuk tujuan konsolidasi pengertian akun menurut SAP, yaitu berdasarkan PP No. 24 Tahun 2005.

SAK menggunakan basis akrual dalam pengakuan aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan biaya. Pendapatan diakui pada saat diterima atau hak untuk menagih timbul sehubungan dengan adanya barang/jasa yang diserahkan kepada masyarakat. Biaya diakui jika penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiabn telah terjadi dan dapat diukur dengan handal. Ini berarti pengakuan biaya terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aset misalnya, akrual hak karyawan atau penyusutan aset tetap.

SAP menggunakan basis akrual dalam pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas serta basis kas dalam pengakuan pendapatan dan belanja. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada rekening Bendahara Umum Daerah. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening BUD dan dipertanggungjawabkan.

Pendapatan (tidak termasuk pendapatan yang ditransfer dari APBD) dan belanja BLUD diakui jika pendapatan dan belanja tersebut dilaporkan dengan mekanisme SPM dan SP2D Pengesahan atas pendapatan dan belanja tersebut. Belanja yang didanai dari pendapatan BLUD diakui sebagai belanja oleh Bendahara Umum Daerah jika belanja tersebut telah dilaporkan dengan mekanisme SPM dan SP2D Pengesahan.

(23)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

Untuk kepentingan konsolidasi dengan LKPD, perlu dilakukan penyesuaian atas akun pendapatan dan belanja yang berbasis akrual menjadi akun pendapatan dan belanja berbasis kas.

Formula penyesuaian pendapatan dan belanja berbasis akrual menjadi berbasis kas adalah sebagai berikut.

1) Pendapatan Berbasis kas = Pendapatan + pendapatan diterima di muka – pendapatan yang harus diterima.

2) Belanja berbasis Kas = Biaya BLUD - Biaya yang dibayar tidak tunai termasuk penyusutan + utang biaya yang dibayar + biaya dibayar di muka. Konversi data realisasi belanja operasional BLUD:

1) yang akan di konversi adalah belanja operasi BLUD yang dibayar secara kas; 2) belanja yang sumber dananya berasal dari APBD tidak dilakukan konversi; 3) belanja operasi yang di akui secara akrual tidak dikonversi;

4) belanja operasi dikonversi kedalam perkiraan khusus belanja operasi (dalam jenis belanja barang dan jasa).

Konversi data realisasi pendapatan operasional BLUD :

1) yang akan di konversi adalah pendapatan operasi BLUD yang dibayar secara kas;

2) pendapatan yang berasal dari APBD tidak dibukukan;

3) pendapatan operasi yang di akui secara akrual tidak dikonversi;

4) pendapatan operasi dikonversi kedalam perkiraan khusus pendapatan operasi. Pengungkapan laporan keuangan sesuai dengan SAP harus mengikuti persyaratan sesuai dengan PP No. 24 Tahun 2005. Konsolidasi LK BLUD ke dalam LKPD dilakukan secara berkala setiap semester dan tahunan. Laporan keuangan yang dikonsolidasikan terdiri dari neraca, laporan realisasi anggaran.

12.4.4Dasar Hukum dan Dokumen Sumber BLU Dasar Hukum Pengelolaan BLU:

(24)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

1) UU 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2) UU 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 3) PP 23 Tahun 2005 tentang Badan Layanan Umum.

4) PP 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.

5) Permendagri Nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah.

6) Peraturan Daerah terkait yang mengatur tentang penetapan SKPD atau unit organisasi dalam SKPD menerapkan PPK-BLUD serta pedoman pengelolaan keuangan BLUD terkait.

12.5.1Langkah Tambahan Pemahaman Pengendalian Intern Satuan Kerja Badan Layanan Umum

Pemahaman pengendalian intern atas Satker BLUD sebagai entitas akuntansi merupakan bagian dari pemahanan pengendalian intern pemerintah daerah dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Oleh karena itu pemahaman atas pengendalian intern Satker BLUD mutlak dibutuhkan, dalam rangka menentukan efektifitas pengendalian intern yang ada secara keseluruhan. Pengendalian intern utama yang harus dipahami oleh pemeriksa sehubungan dengan proses penyusunan laporan keuangan BLUD berdasarkan SAP adalah proses konversi Laporan keuangan BLUD yang disusun berdasarkan SAK kmenjadi laporan keuangan BLUD berdasarkan SAP dan berikutnya proses konsolidasinya ke dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Langkah-langkah tambahan pemahaman pengendalian intern proses tersebut adalah sebagai berikut.

No Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan

1. Organisasi

a. Apakah jajaran pimpinan entitas BLUD telah memahami sepenuhnya tanggung jawab pengendalian yang mereka miliki terkait proses konversi LK BLUD ?

12.5

Prosedur Pemeriksaan Tambahan Atas Satuan Kerja Badan

Layanan Umum Daerah Sebagai Entitas Akuntansi

(25)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

No Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan

b. Bagaimana kelengkapan struktur organisasi yang dimiliki entitas BLUD dan kemampuannya dalam meyediakan arus informasi yang diperlukan untuk mengelola kegiatan operasional BLUD dan penyusunan LK BLUD ?

c. Apakah jajaran pimpinan entitas memiliki pengetahuan, pengalaman dan pelatihan dalam rangka proses konversi laporan keuangan BLUD ?

d. Apakah terdapat jumlah personil yang memadai baik dari segi jumlah maupun kemampuan sehubungan proses konversi Laporan keuangan BLUD ?

2. Kebijaksanaan

a. Apakah manajemen memandang penting fungsi pengolahan data, fungsi akuntansi, keandalan laporan keuangan dan perlindungan terhadap kekayaan entitas? b. Apakah fungsi akuntansi dipandang hanya sebagai unit

pencatat atau sebagai alat untuk menguji pengendalian atas berbagai aktivitas entitas?

3. Personalia

a. Apakah setiap personil Satker BLUD menyadari tanggung jawab dan ekspektasi terhadap mereka sehubungan dengan PPK-BLUD ?

b. Apakah personil baru Satker BLUD diberikan pengertian tentang tanggung jawab dan ekspektasi terhadap mereka sehubungan dengan PPK-BLUD ?

4. Prosedur

a. Mereviu pencatatan atas transaksi, dengan menguji apakah:

1) Apakah setiap transaksi BLUD telah diklasifikasi dan dicatat secara memadai guna mendukung pengendalian operasi dan pengambilan keputusan, 2) Apakah pengklasifikasian dan pencatatan tersebut

telah meliputi seluruh siklus mulai dari otorisasi, inisiasi, pemrosesan sampai dengan klasifikasi final dalam pencatatan secara keseluruhan.

(26)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

No Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan

5. Pembukuan dan Pencatatan

Apakah setiap transaksi telah diklasifikasi dan dicatat secara memadai guna mendukung proses konversi LK BLUD ?

6. Pengawasan

a. Apakah internal auditor BLUD memiliki pengetahuan PPK-BLU yang memadai?

b. Apakah internal auditor BLUD dilibatkan dalam proses pelaksanaan Konversi Laporan Keuangan BLU?

12.5.2Langkah-langkah Pemeriksaan Proses Konversi LK BLUD berdasarkan SAK ke LK BLUD berdasarkan SAP

1) Dapatkan Laporan Keuangan BLUD berdasarkan SAK serta standar penyusunan Laporan Keuangan BLUD tersebut dan dapatkan laporan keuangan berdasarkan SAP pada Satker BLUD.

2) Dapatkan kertas kerja Konversi Akun BLUD ke Akun SAI sebagaimana yang dianut LKPD.

3) Uji proses konversi dengan menguji akun-akun BLUD yang telah di konversi ke Akun SAI sesuai dengan ketentuan yang ada. dan telusuri pemindahan angka-angka akun BLUD berdasarkan SAK ke Akun BLUD berdasarkan SAP tersebut.

(27)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 12

Tabel 12.1

Ikhtisar Pengujian Tambahan untuk Pengendalian dan Pengujian Subtantif atas Saldo/Transaksi Satker BLUD No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Pengujian Pengendalian Intern Penyajian Laporan Resiko Terhadap

Keuangan

Pengujian Subtantif Tambahan atas Saldo dan Pengujian Subtantif

atas Transaksi

1 2 3 4 5 6 7

1 Kas di BLUD Mengetahui dan meyakinkan saldo kas BLUD yang tercantum pada neraca Satker BLUD berdasarkan SAP telah disajikan sesuai dengan standar yang ada (Penyajian dan Pengungkapan).

Terdapat Kebijakan akuntansi, sistem dan prosedur penyusunan konversi laporan keuangan BLUD dari SAK ke SAP.

Reviu kebijakan akuntansi terkait, juga ketentuan lain dengan penyajian dan pengungkapan saldo kas, apakah telah sesuai dengan

standar akuntansi pemerintahan. Reviu pelaksanaan penyusunan konversi laporan keuangan BLUD dan verifikasi internal untuk memastikan bahwa pengungkapan atas penyajian saldo kas telah

sesuai dengan SAP.

a. Salah saji (overstated

dan understated)

(Mutasi saldo kas menurut laporan keuangan BLUD didasarkan SAP didasarkan atas penerbitan SPM dan SP2D Pengesahan). b. Saldo Kas yang

disajikan tidak sesuai dengan SAP (PP24 Tahun 2005) dan Peraturan Lainnya.

Uji subtantif :

Rekonsiliasi antara saldo menurut rekening koran dengan saldo dana lancar menurut SPM dan SP2D pengesahan.

Lakukan pemeriksaan batas waktu untuk transaksi yang termuat dalam SPM dan SP2D Pengesahan pada triwulan ke-4.

2 Piutang

(28)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 13

No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Pengujian Pengendalian Intern Penyajian Laporan Resiko Terhadap Keuangan

Pengujian Subtantif Tambahan atas Saldo dan Pengujian Subtantif

atas Transaksi

1 2 3 4 5 6 7

Piutang BLUD yang tercantum pada neraca Satker BLUD berdasarkan SAP telah disajikan sesuai dengan standar yang ada (Penyajian dan Pengungkapan).

prosedur penyusunan konversi laporan keuangan BLUD dari SAK ke SAP.

dengan penyajian dan pengungkapan saldo Piutang, apakah telah sesuai dengan

standar akuntansi pemerintahan. Reviu pelaksanaan penyusunan konversi laporan keuangan BLUD dan verifikasi internal untuk memastikan bahwa pengungkapan atas penyajian saldo kas telah

sesuai dengan SAP.

seharusnya (Penyajian Piutang menurut SAK memperhitungkan

penyisihan sedangkan SAP

berdasarkan nilai tagihan/surat penagihan).

cermati seluruh pembayaran yang terkait dengan pembayaran piutang telah diperhitungkan sebagai

pengurang saldo piutang, penerimaan pembayaran yang mengurangi saldo piutang adalah yang telah diajukan SPM dan SP2D Pengesahan.

3 Persediaan

BLUD Persediaan telah diklasifikasikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (Klasifikasi). Terdapat prosedur pemeriksaan fisik persediaan secara reguler dan telah direkonsiliasi dengan catatan persediaan.

a. Teliti apakah persediaan yang diperoleh dicatat dengan menggunakan identifikasi yang memadai.

b. Teliti apakah terdapat

prosedur untuk persediaan yang rusak,

kedaluarsa dan hilang dan dapatkan dokumen pencatatan atas kondisi

Persediaan yang disajikan dalam Laporan keuangan BLUD berdasarkan SAK tidak memisahkan antara persediaan yang rusak atau persediaan yang tidak diperlukan lagi dalam operasioanl kegiatan, akan tetapi mendasari pada net realize value dari persediaan. Sedangkan

Dalam pemeriksaan fisik atas persediaan akhir, inventarisir jumlah persediaan yang rusak, kadaluarsa dan hilang. Bandingkan dengan catatan persediaan yang ada.

(29)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 14

No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Pengujian Pengendalian Intern Penyajian Laporan Resiko Terhadap Keuangan

Pengujian Subtantif Tambahan atas Saldo dan Pengujian Subtantif

atas Transaksi

1 2 3 4 5 6 7

persediaan tersebut. Persediaan yang disajikan dalam laporan Keuangan BLUD berdasarkan SAP. memisahkan klasifikasi persediaan yang masih digunakan dengan persediaan yang tidak bisa

digunakan. Mengetahui dan

meyakinkan bahwa saldo persediaan sudah sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan (Penyajian dan Pengungkapan) Terdapat prosedur pencatatan dan pengikhtisaran atas penyajian persediaan pada saat penyusunan konversi laporan keuangan BLUD sehingga Memo Penyesuaian (MP) yang

disusun sesuai dengan standar Akuntansi Pemerintahan

Reviu kebijakan akuntansi terkait dengan penyajian saldo persediaan dan telaah kesesuaiannya dengan standar akuntansi pemerintahan. Reviu pelaksanaan penyusunan konversi laporan keuangan BLUD dan verifikasi internal untuk memastikan bahwa pengungkapan atas penyajian saldo persediaan

telah memadai

Salah saji (understated, dikarenakan dokumen sumber mutasi tambah dan kurang persediaan menurut SAK berbeda dengan menurut SAP, menurut SAP mutasi persediaan didasarkan atas penerbitan SPM dan SP2D Pengesahan.)

Uji Subtantif terhadap Saldo:

a. Reviu apakah terdapat jumlah mutasi tambah dan kurang. Jika ada telusuri lebih lanjut., minta bukti pendukung penerimaan dan pengeluaran persediaan serta telusuri data penambahan dan pengurangan berdasarkan penerbitan SPM dan SP2D

(30)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 15

No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Pengujian Pengendalian Intern Penyajian Laporan Resiko Terhadap Keuangan

Pengujian Subtantif Tambahan atas Saldo dan Pengujian Subtantif

atas Transaksi

1 2 3 4 5 6 7

Pengesahan.

b. Dapatkan data semua persediaan pada satker, lakukan secara berjenjang.

c. Lakukan pengujian tambah kurang atas perhitungan saldo dan cek ke buku Pendukung

d. Lakukan pemeriksaan batas waktu untuk transaksi yang termuat dalam SPM dan SP2D Pengesahan pada triwulan ke 4, apakah terdapat transaksi penambahan persediaan yang berasal tidak pada tahun yang berkenan. 4 Aset Tetap Aset tetap telah Penggunaan bagan a. Teliti apakah aset tetap Aset tetap (kecuali tanah) Dalam pemeriksaan fisik

(31)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 16

No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Pengujian Pengendalian Intern Penyajian Laporan Resiko Terhadap Keuangan

Pengujian Subtantif Tambahan atas Saldo dan Pengujian Subtantif

atas Transaksi 1 2 3 4 5 6 7 BLUD (Kecuali Tanah) diklasifikasikan dengan pantas (Klasifikasi).

akun yang memadai, serta telah melalui reviu dan verifikasi intern pada saat konversi laporan keuangan BLUD

sehingga Memo Penyesuaian (MP) yang

disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

yang diperoleh dicatat dengan menggunakan identifikasi yang memadai.

b. Teliti apakah terdapat prosedur untuk aset tetap yang rusak, kedaluarsa dan hilang dan dapatkan dokumen pencatatan atas kondisi aset tetap tersebut.

c. Teliti apakah pembuatan Memo Penyesuaian telah memperhatikan hasil klasifikasi aset tetap berdasarkan SAP.

yang disajikan dalam Laporan keuangan BLUD berdasarkan SAK tidak memisahkan antara aset tetap yang rusak atau aset tetap yang masih dimanfaatkan dalam operasional kegiatan. Sedangkan Aset tetap yang disajikan dalam laporan Keuangan BLUD

berdasarkan SAP memisahkan klasifikasi

aset tetap yang masih digunakan dengan aset tetap yang tidak bisa digunakan.

atas Aset tetap (kecuali tanah), inventarisir jumlah Aset tetap yang tidak dimanfaatkan dan aset tetap yang masih dimanfaatkan dalam kegiatan operasional dan/atau hilang, bandingkan dengan catatan aset tetap (kecuali tanah) yang ada.

Mengetahui dan meyakinkan bahwa saldo aset tetap (Kecuali tanah) sudah sesuai dengan standar akuntansi

Terdapat prosedur pencatatan dan pengikhtisaran atas penyajian Aset tetap pada saat penyusunan konversi laporan

Reviu kebijakan akuntansi terkait dengan penyajian saldo Aset tetap (kecuali tanah) dan telaah kesesuaiannya dengan standar akuntansi

Salah saji (understated, dikarenakan saldo Aset tetap (kecuali Tanah) dalam laporan keuangan BLUD berdasarkan SAK disajikan setealh dikurangi

Uji Subtantif terhadap Saldo:

Teliti apakah saldo aset tetap (kecuali tanah) yang disajikan dalam laporan

(32)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 17

No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Pengujian Pengendalian Intern Penyajian Laporan Resiko Terhadap Keuangan

Pengujian Subtantif Tambahan atas Saldo dan Pengujian Subtantif

atas Transaksi 1 2 3 4 5 6 7 pemerintahan (Penyajian dan pengungkapan). keuangan BLUD, sehingga Memo Penyesuaian (MP) yang

disusun sesuai dengan standar Akuntansi Pemerintahan.

pemerintahan. Reviu pelaksanaan penyusunan konversi laporan keuangan BLUD dan verifikasi internal untuk memastikan bahwa pengungkapan atas penyajian saldo Aset tetap

(kecuali tanah) telah memadai.

dengan nilai penyusutan, sedangkan saldo aset tetap (kecuali tanah) disajikan tanpa dikurangi dengan penyusutan.

berdasarkan SAP tanpa dikurangi penyusutan atas aset tetap tersebut.

5 Pendapatan Badan Layanan Umum Pendapatan yang disajikan sudah sesuai dengan periode berkenan. Terdapat prosedur pencatatan dan pengendalian atas realisasi pendapatan pada saat konversi laporan keuangan BLUD.

Teliti apakah terdapat verifikasi intern terhadap transaksi pendapatan BLUD pada saat pengajuan SPM dan SP2D Pengesahan.

Pendapatan yang disajikan

overstated (Dalam mengajukan SPM dan SP2D Pengesahan, Satker BLUD diberikan waktu paling lambat 10 hari setelah triwulan berakhir).

Lakukan pengujian pisah batas atas transaksi penerimaan yang diajukan dalam SPM dan SP2D pengesahan pada triwulan ke-4 dengan bukti-bukti pendukungnya. Seluruh Pendapatan

BLUD berdasarkan SAP telah disajikan.

Terdapat prosedur pencatatan dan pengendalian atas realisasi pendapatan pada saat konversi laporan keuangan BLUD dan penyusunan SPM

Teliti apakah terdapat verifikasi intern terhadap transaksi pendapatan BLUD pada saat pengajuan SPM dan SP2D Pengesahan.

Pendapatan yang disajikan undersatated, karena terdapat pendapatan yang belum dimasukkan dalam SPM dan SP2D Pengesahan.

Lakukan pengujian atas SPM dan SP2D Pengesahan berserta dokumen-dokumen

pendukungnya telusuri ke buku-buku catatan yang ada.

(33)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 18

No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Pengujian Pengendalian Intern Penyajian Laporan Resiko Terhadap Keuangan

Pengujian Subtantif Tambahan atas Saldo dan Pengujian Subtantif

atas Transaksi

1 2 3 4 5 6 7

dan SP2D Pengesahan. Pendapatan yang

disajikan tidak sesuai dengan klasifikasinya (dalam BLUD penerimaan BLUD dibedakan antara penerimaan

operasional dan non operasional, khusus untuk BLUD bertahap terdapat kewajiban untuk menyetorkan sebagian penerimaannya sebagai pendapatan PNBP). Penggunaan bagan akun yang memadai, serta telah melalui reviu dan verifikasi intern pada saat konversi laporan keuangan BLUD.

Teliti apakah terdapat verifikasi intern terhadap proses pengikhtisaran serta klasifikasi atas transaksi pendapatan BLUD pada saat pengajuan penyusunan Konversi laporan Keuangan BLUD.

Klasifikasi pendapatan yanga disajikan tidak sesuai dengan ketentuan yang ada (Penerimaan BLUD dari operasional layanan, diklasifikasikan sebagai pendapatan layanan). Telusuri klasifikasi Pendapatan BLUD berdasarkan SAP ke dokumen sumber penerimaan BLUD berdasarkan SAP (SPM dan SP2D Pengesahan) berikut bukti-bukti pendukungnya. 6 Belanja Badan Layanan Umum

Belanja BLUD yang disajikan sudah sesuai dengan periode berkenan. Terdapat prosedur pencatatan dan pengendalian atas realisasi Belanja pada saat konversi laporan keuangan BLUD dan

Teliti apakah terdapat verifikasi intern terhadap transaksi Belanja BLUD pada saat pengajuan SPM dan SP2D Pengesahan.

Belanja yang disajikan

overstated (Dalam mengajukan SPM dan SP2D Pengesahan, Satker BLUD diberikan waktu paling lambat 10 hari

Lakukan pengujian pisah batas atas transaksi penerimaan yang diajukan dalam SPM dan SP2D pengesahan pada triwulan ke 4 beserta

(34)

bukti-Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 12 Pemeriksaan Atas BLUD

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 19

No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Pengujian Pengendalian Intern Penyajian Laporan Resiko Terhadap Keuangan

Pengujian Subtantif Tambahan atas Saldo dan Pengujian Subtantif

atas Transaksi

1 2 3 4 5 6 7

penyusunan SPM dan

SP2D Pengesahan. setelah triwulan berakhir). bukti pendukungnya.

Seluruh Belanja BLUD berdasarkan SAP telah disajikan

Terdapat prosedur pencatatan dan pengendalian atas realisasi Belanja pada saat konversi laporan keuangan BLUD dan penyusunan SPM dan SP2D Pengesahan.

Teliti apakah terdapat verifikasi intern terhadap transaksi belanja BLUD pada saat pengajuan SPM dan SP2D Pengesahan.

Belanja yang disajikan undersatated, karena terdapat belanja yang belum dimasukkan dalam SPM dan SP2D Pengesahan.

Lakukan pengujian atas SPM dan SP2D Pengesahan berserta dokumen-dokumen

pendukungnya telusuri ke buku-buku catatan yang ada.

(35)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

BAB 13

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ)

Dalam Bab-bab sebelumnya telah diungkapkan secara teknis mengenai pemeriksaan LKPD dan sebagai pelengkap buku Panduan Pemeriksaan LKPD, dipandang perlu untuk melengkapi dengan berbagai permasalahan yang sering dijumpai dalam pemeriksaan LKPD beserta solusinya. Permasalahan tersebut sebagai berikut:

AKUN-AKUN NERACA Aset lancar

1. Potongan yang dipungut bendaharawan daerah yang belum disetor. 2. Potongan PFK masih tersimpan di Bendahara Umum Daerah. 3. Kasus kas tekor.

4. Bagaimana pengakuan piutang dalam pemeriksaan LKPD ?

5. Peraturan Gubernur tentang alokasi bagi hasil pajak terbit pada awal tahun 20xx + 1.

6. Pengakuan piutang pajak bila SKPD belum terbit.

7. SKRD tidak diterbitkan, sehingga piutang retribusi di neraca tidak dicatat. 8. Metode Pencatatan Penyertaan Modal Pemda yang lebih dari 20%. 9. Penyertaan Modal belum disertai dengan bukti kepemilikan.

10. Waktu paling lambat Perda penyertaan modal.

11. Penggunaan metode penilaian investasi apakah sudah harus sesuai SAP? 12. Apakah kalau APBD defisit pemda diperkenankan melakukan penyertaan

modal?

13. Bentuk-bentuk setoran modal.

14. Permasalahan material yang terdapat pada Aset Tetap yang diperoleh sampai dengan tanggal Neraca Awal.

(36)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2

15. Aset tanah tanpa bukti kepemilikan namun dikuasai oleh Pemda dan aset tanh diakui milik Pemda tetapi dikuasai oleh pihak lain.

16. Penyajian dalam Neraca dan pengaruhnya terhadap pemberian opini atas Aset yang mempunyai nilai Rp1,00.

17. Pengakuan aset atas pertanggungjawaban biaya pendidikan apakah diakui sebagai aset tetap definitif baik dianggarkan dari belanja modal maupun belanja hibah.

18. Pengakuan aset yang dihibahkan yang anggarannya berasal dari belanja modal tetapi belum dihapuskan.

19. prosedur pemeriksaan dan perlakuan akuntansi atas pembentukan Dana Cadangan oleh Pemerintah Daerah.

Aset lancar

20. Kerugian daerah belum didukung dokumen SKTJM dan SK Pembebanan.

AKUN-AKUN LRA Pendapatan

21. Penyajian dalam Laporan Keuangan atas setoran bagian laba BUMD yang terlambat.

22. Insentif pemungutan pajak dan retribusi daerah dibagikan kepada pihak-pihak di luar instansi pelaksana seperti lembaga perwakilan/instansi vertikal/muspida? 23. Insentif bagian PLN dibagikan kembali kepada pejabat dan pegawai instansi

pemungut.

24. Apakah para Asisten Sekda, Inspektorat, dan Bagian Hukum berhak untuk mendapatkan insentif ?

25. Apakah penerima insentif pajak dan retribusi daerah termasuk seluruh bidang di SKPD Keuangan Daerah atau hanya yang membidangi Pajak dan Retribusi saja.

(37)

Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 13 Frequently Asked Questions (FAQ)

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3

26. Besaran insentif pemungutan pajak dan retribusi daerah melebihi ketentuan yang berlaku.

27. Penganggaran dan pertanggungjawaban insentif pemungutan pajak dan retribusi daerah.

28. Anggaran belanja daya dan jasa tidak cukup tersedia dalam DPA, Pemda mengkompensasi penerimaan PPJU dengan kekurangan belanja daya dan jasa tersebut.

29. Anggaran belanja daya dan jasa tidak cukup tersedia dalam DPA, Pemda mengkompensasi penerimaan PBBKB dengan kekurangan belanja daya dan jasa tersebut.

30. Sisa dana pelayanan kesehatan program jamkesmas yang sampai akhir tahun masih tersimpan di rekening dana jamkesmas diakui sebagai pendapatan RSUD.

31. Sisa dana pelayanan kesehatan program jamkesda dari Provinsi ke RS-RS Kabupaten yang sampai akhir tahun masih tersimpan di rekening dana jamkesda diakui sebagai pendapatan RSUD.

32. Beberapa masalah terkait penggunaan langsung penerimaan klaim askes/jamkesmas.

33. Saat pendapatan dari program Jamkesmas diakui oleh RSUD.

34. Jasa giro dari dana jamkesmas yang ada di rekening transitoris diakui sebagai pendapatan RSUD.

35. Klaim yang sudah diajukan RSUD tapi belum disahkan verifikator independen diakui sebagai piutang.

36. Sisa dana pelayanan kesehatan program jamkesmas yang sampai akhir tahun masih tersimpan di rekening giro POS diakui sebagai pendapatan Puskesmas. 37. Saat pendapatan dari program Jamkesmas diakui oleh Puskesmas.

38. Perlakuan akuntansi atas perbedaan aturan penggunaan langsung penerimaan Puskesmas antara Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas Tahun 2010 dengan Permendagri No. 13 Tahun 2006 (asas bruto).

Referensi

Dokumen terkait