1
ASUHAN GIZI PADA HIV/AIDS
PROSES ASUHAN GIZI Skrining Gizi
Sebelum diberikan asuhan gizi, terlebih dahulu dilakukan skrining gizi. untuk mengetahui risiko kekurangan gizi dan mengetahui jenis pelayanan gizi yang dibutuhkan. Perangkat skrining gizi yang digunakan dapat disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki oleh masing – masing pusat pelayanan. Setelah dilakukan skrining gizi akan diketahui risiko masalah gizi yang kemudian ditindaklanjuti dengan pengkajian gizi, penentuan masalah gizi, pemberian intervensi dan monitoring evaluasi gizi. Alur kegiatan asuhan gizi dapat lihat pada bagan di bawah ini :
PASIEN MASUK
Skrining Gizi Oleh Perawat atau tenaga kesehatan lain
Dietisien/nutritionis
Melakukan Asuhan Gizi
Pengkajian Ulang :
Melakukan Kunjungan ulang (tergantung perkembangan dari
masalah gizi dan atau sesuai
perjanjian) Intervensi Gizi :
Edukasi dan konseling Gizi (Termasuk komunikasi dengan Tim
kesehatan)
Pengkajian Gizi :Memakai pendekatan ABCDEF*
Diagnosis Gizi
Monitoring dan Evaluasi Tidak Beresiko Beresiko
Skrining ulang secara berkala
7 hari kemudian untuk rawat inap 1 bulan untuk rawat jalan
Beresiko Malnutrisi Stabil
Gambar 16. Alur Pelayanan Gizi Pasien HIV/AIDS *ABCDEF : Pengkajian gizi yang meliputi Antropometri, Biokimia, Fisik/klinis (Clinical), Dietary, Exercise, Family history
Sumber : The American Society for Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN) 2008
Standar Operating Procedure for The Thai AIDS Reseach Centre Nutrition Service, February 2010 Proses Asuhan Gizi Terstandar, Asosiasi Dietetisien Indonesia DPD Jawa Barat 2009
2 Informasi yang digunakan dalam skrining gizi antara lain diagnosis medis, beberapa informasi yang didapat dari catatan medis, hasil wawancara dan hasil pengukuran antropometri. Contoh kartu perangkat skrining gizi adalah sebagai berikut
SKRINING GIZI
Nama : Nama Petugas :
Tanggal Skrining : Jenis kelamin : P/L Tanggal lahir :
Apakah anda dalam keadaan hamil atau menyusui ? Ya Tidak Apabila jawaban “ya” lakukan pengkajian gizi lebih lanjut dan lakukan asuhan gizi Apakah anda dalam satu bulan terakhir ini mengalami
diare, mual, muntah, sariawan, penurunan atau tidak nafsu makan ?
Ya Tidak
Apakah anda sudah mendapatkan terapi ARV ? Ya Tidak
Apakah anda mengalami Diabetes Melitus, Hipertensi Ya Tidak
Apakah anda sudah mendapat edukasi dan konseling gizi ? Ya Tidak Apabila jawaban “tidak” lakukan pengkajian dan berikan edukasi / konseling gizi
Modifikasi perangkat skrining pada Guide to Screening for Food and Nutrition Services Among Adolescents and Adults Living with HIV. Fanta 2010
Gambar Kartu Perangkat Skrining
Assessmen Gizi
Dalam asuhan gizi pada ODHA pengkajian memegang peran yang sangat penting karena merupakan dasar penentuan masalah sehingga dapat dilakukan perencanaan asuhan gizi yang tepat. Pengkajian gizi pada ODHA dapat membantu mengidentifikasi outcome sampai risiko kematian akibat kekurangan gizi. Pengkajian gizi pada ODHA dapat dirangkum atau dibuatkan pola sebagai berikut
Faktor Hal-hal yang berhubungan dengan gizi
Medis Stadium HIV
Penyakit penyerta (Komorbiditas) Infeksi oportunistik
Komplikasi metabolism Pengukuran biokimia Fisik Perubahan bentuk tubuh
Berat badan dan pertumbuhan Gejala oral dan gastrointestinal Status fungsional
Antropometri
Sosial Lingkungan tempat tinggal
Kebiasaan makan yang tidak biasa Kesehatan mental
3 Ekonomi Sumber pendapatan
Akses terhadap makanan
Gizi Asupan
Tempat belanja dan mempersiapkan makanan Alergi dan intoleransi terhadap makanan Suplemen vitamin, mineral dan lainnya Alkohol dan penggunaan obat
Sumber : Krause’s Food and the Nutrition Care Process 13th Edition 2012
Pengkajian gizi harus dilakukan kepada ODHA untuk mengetahui secara spesifik masalah gizinya. Indikator penilaian yang terkait dengan gizi ODHA dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel Pengkajian gizi yang minimal dilakukan pada ODHA Riwayat Berat Badan awal (sebelum terinfeksi HIV)
Riwayat BB setelah terinfeksi HIV Aktifitas rutin
Adanya infeksi oportunistik, demam dan diare Riwayat kesulitan makan
Kondisi sosial dan ekonomi yang berakibat terhadap ketersediaan makanan
Riwayat diet dan asupan (recall 24 jam, FFQ)
Riwayat penggunaan alkohol, narkotika dan obat perangsang Pengukuran Tinggi Badan (TB)
Berat Badan (BB)
Indeks massa tubuh (IMT) Lingkar pinggang
Lingkar pinggul
Rasio lingkar pinggang – pinggul Laboratorium Serum albumin
Level Vitamin B12 Profil lipid
Gula darah puasa
Sumber : Nutrition in the era of highly active antiretroviral therapy. Clin Infect Dis 2001; 32:1769–75
Pola pengkajian gizi mengikuti pedoman ABCDEF, yaitu: A – Antropometri B – Biokimia C – Klinis D – Dietary E – Environmental F – Family History
4 Indeks Massa Tubuh (IMT)
Digunakan untuk menentukan status gizi orang dewasa.
Cara menghitungnya adalah dengan menggunakan hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan. Hasil perhitungannya dapat diinterpretasikan dengan cara membandingkannya dengan klasifikasi IMT yang tersedia. Berikut adalah kalsifikasi IMT untuk orang Indonesia. Tabel 16 menerangkan penilaian IMT berdasarkan standar WHO untuk semua regional.
Rumus penghitungan IMT:
Tabel Penilaian berat IMT Berdasarkan Standar WHO untuk semua regional
IMT Kategori
< 17,0 Kurus (Kekurangan berat badan tingkat berat) 17,0 – 18,4 Kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan)
18,5 – 25,0 Normal
25,1 – 27,0 Gemuk (kelebihan berat badan tingkat ringan) > 27,0 Obes (kelebihan berat badan tingkat berat) Sumber: Depkes, Keluarga Sadar Gizi, 2009
Khusus untuk regional Asia Pasifik, atas dasar berbagai pertimbangan ilmiah, terdapat penilaian IMT yang agak berbeda dari WHO.
Tabel Penilaian IMT Berdasarkan Standar Asia Pasifik
IMT Kategori
< 18,4 Kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan)
18,5 – 23,0 Normal
23,1 – 25,0 Gemuk (kelebihan berat badan tingkat ringan) > 25,0 Obes (kelebihan berat badan tingkat berat) Sumber : Konsensus DM, 2013
Untuk anak, klasifikasi status gizi adalah berdasarkan Standar Deviasi Z-score. Secara umum, rumus perhitungan Z-score adalah:
IMT (kg/m²) = Berat Badan (kg) / Tinggi badan (m)2
Z-score = Nilai Individu Subyek – Nilai median Buku Rujukan Nilai Simpang Baku Rujukan
5 Tabel Standar Deviasi Z-score BB/PB atau BB/TB pada anak
Weight-for-height Kategori
< -3SD Sangat kurus / gizi buruk / severe malnutrion > -3SD s/d < -2SD Kurus / gizi kurang / malnutrition
> -2SD s/d 2SD Normal / gizi baik > 2SD s/d < 3SD Gizi lebih / gemuk
> 3 SD Obese
Sumber: WHO, 2005
Peningkatan Berat Badan Selama Kehamilan
Berat badan bayi lahir sangat penting dan dipengaruhi oleh status gizi ibu sebelum dan selama hamil. Berat badan sebelum kehamilan yang kurang dan penambahan berat badan selama hamil yang tidak adekuat dapat dijadikan sebagai prediktor terjadinya Intrauterine Growth Retardation (IUGR) dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Adapun penambahan berat badan selama kehamilan yang direkomendasikan adalah (Tabel 19):
Tabel Penambahan berat badan selama kehamilan IMT sebelum hamil Jumlah
peningkatan BB Peningkatan BB/minggu pada trimester kedua dan tiga Peningkatan BB/bulan pada trimester kedua dan tiga < 18,5 kg/m2 12.7 – 19.5 kg 0,5 kg 2,0 kg 18,5 – 24,9 kg/m2 11,3 – 17,1 kg 0,5 kg 2,0 kg 25,0 – 29,9 kg/m2 6,8 – 12,2 kg 0,3 kg 1,2 kg ≥ 30 kg/m2 5,0 – 9,8 kg 0,2 kg 0,8 kg
Sumber : IOM. May 2009. Resource Sheet: Weight Gain During Pregnancy: Reexamining the Guidelines. Washington, DC
Lingkar Lengan Atas (LLA)
Ukuran lingkar yang biasa digunakan adalah LLA, kepala dan pergelangan tangan. Pengukuran lain yang biasanya dilakukan untuk mengetahui perubahan yang spesifik antara lain pengukuran lingkar leher, punggung, dada, payudara, perut , pinggul, paha dan betis.
6 Cara pengukuran Lingkar Lengan Atas
Pengukuran Pada Dewasa
Gambar Cara pengukuran LLA pada orang dewasa Pengukuran Pada Anak
Gambar Cara pengukuran LLA pada anak
Gambar Pita Lila Lengan Atas
Pengukuran LLA digunakan untuk menilai status gizi pada wanita hamil dan 6 bulan pasca melahirkan. LLA dapat menunjukan cadangan gizi dalam otot dan lemak yang tidak dipengaruhi oleh proses kehamilan serta tidak tergantung pada tinggi badan. LLA juga dapat digunakan untuk menilai status gizi apabila tidak dapat diukur berat badan dan tinggi badannya misalnya pada ODHA yang tidak bisa berdiri tegak atau ODHA yang bedrest. Kriteria status gizi berdasarkan LLA adalah):
Tempat pita dilingkarkan
7
Tabel Klasifikasi status gizi wanita hamil 6 bulan pasca melahirkan berdasarkan LLA
LLA Klasifikasi
< 19 cm Malnutrisi berat ≤ 19 cm sd > 22 cm Malnutrisi sedang ≥ 22 cm sd < 23 cm Malnutrisi ringan
Sumber : Algorithm in Managing Malnutrition in Adult, 2009 Tabel Klasifikasi status gizi pada Anak berdasarkan LLA
LLA Klasifikasi
< 14 cm Normal
≤ 12,5 cm sd 14,0 cm Mild/Moderate Wasting
< 12,5 cm Severe Wasting
Sumber : WHO, 2005
Tabel Klasifikasi status gizi pada Dewasa berdasarkan LLA
Jenis Kelamin LLA Klasifikasi
Laki – laki ≥ 23 cm Normal
18.5 – 23 cm Malnutrisi ringan 16 – 18,5 cm Malnutrisi sedang < 16 cm Malnutrisi berat Perempuan ≥ 22 cm Normal 18.5 - 22 cm Malnutrisi ringan 16 - 18,5 cm Malnutrisi sedang < 16 cm Malnutrisi berat
Penurunan Berat Badan yang Tidak Diharapkan
Penurunan berat badan pada ODHA dapat menjadi prediktor dalam menilai angka kematian. Penurunan berat badan sebesar 5 % dari berat badan pertama terekam di catatan medis atau Baseline Body Weight (BBW) secara signifikan berhubungan secara langsung pada risiko infeksi oportunistik dan kematian. Penurunan BB lebih dari 5% harus mendapatkan formula makanan khusus untuk meningkatkan atau mencegah penurunan BB lebih lanjut.
Cara menghitung penurunan berat badan adalah:
BBW = Berat badan pertama kali tercatat di rekam medik BB aktual = Berat Badan saat ini
8 BIOKIMIA / Pengumpulan dan Pengkajian Data Laboratorium
Pengkajian Biokimia melalui pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui keadaan serum protein, lemak dan zat gizi mikro. Ketidaknormalan metabolisme, termasuk perubahan fungsi organ atau jaringan yang menyebabkan perubahan penggunaan, penyimpanan dan ekskresi beberapa zat gizi yang merupakan hasil dari disfungsi system imun, efek samping pengobatan, perubahan hormonal dan efek samping dari infeksi HIV nya itu sendiri yang dapat terjadi pada ODHA dewasa maupun anak. Beberapa akibat perubahan metabolisme antara lain peningkatan level lemak tubuh, perubahan sensitivitas insulin atau disregulasi glukosa, toksisitas mitokondria dan asidosis laktat.
Oleh sebab itu, mengkaji data laboratorium pada ODHA sangat penting untuk menilai maupun memantau perubahan biokimia.
Data yang harus dikumpulkan antara lain:
Tabel Pengkajian Data Laboratorium Transport protein visceral : Albumin dan (prealbumin) Fase akut protein : C reactive protein (CRP) Hematologis : Hemoglobin, hematokrit
Imunitas : CD 4
Indikator lainnya : Ureum/Kreatinin, (keseimbangan
nitrogen), SGOT/SGPT, kadar gula darah, elektrolit, (vitamin B12)
Ket: (.) pemeriksaan tersebut jarang dilakukan karena tidak semua layanan kesehatan bisa memeriksanya
KLINIS / Pengumpulan dan Pengkajian Klinis
Pengkajian klinis pada orang terinfeksi HIV mencakup riwayat:
a. penyakit penyertanya, hal tersebut disebabkan karena masing-masing penyakit penyerta akan memberikan dampak yang berbeda. Penyakit penyertanya dapat berupa penyakit paru termasuk tuberkulosis, hepatitis, penyakit ginjal, diabetes, penyakit kardiovaskular, penyakit saraf, kanker dan osteoporosis.
b. Selain itu juga, infeksi oportunistik harus dikaji dalam pengkajian klinis karena memiliki dampak terhadap metabolisme, menghasilkan komplikasi saluran cerna dan interaksi obat dan makanan. Misalnya diare dan konstipasi, kandidiasis oral sampai esofagus, mual dan muntah, sakit gigi, sulit mengunyah dan menelan serta berkurangnya kemandirian untuk makan sendiri.
c. Faktor risiko lain, seperti kebiasaan merokok, minum alkohol, penggunaan obat, usia, jenis kelamin, obesitas, kurang gizi dan riwayat pengobatan.
d. Obat – obatan yang digunakan, terutama yang memiliki interaksi dengan zat gizi. Misalnya terapi ARV, TB dan lainnya mencakup jenisnya, durasi penggunaan obat
9 dan riwayat dari terapi itu sendiri dimana data ini dapat membantu dalam merencanakan pemberian intervensi gizi. Beberapa efek jangka panjang penggunaan ARV antar lain dislipidemia, resistensi insulin dan intoleransi glukosa serta anemia. DIETARY / Pengumpulan dan Pengkajian Riwayat Gizi
Data yang harus dikumpulkan mencakup:
a. Asupan gizi yang terfokus pada Energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, sodium, kalsium dan Vitamin D dimana kita dapat melihat apakah asupan biasanya sudah memenuhi kebutuhannya. Pengukurannya dapat menggunakan metode recall 24 jam dengan menanyakan kepada klien atau pengasuhnya. Klien diminta untuk menyebutkan semua makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam termasuk jus, minuman berenergi, susu, snack dan lainnya selengkap – lengkapnya. Data diolah dengan menterjemahkan ke nilai gizi dan dibandingkan dengan kebutuhan gizi individu.
b. Mengkaji makanan yang disiapkan dirumah atau membeli diluar rumah, cara pengolahan (kukus, goreng, bakar atau panggang) dan kandungan dari makanan yang dikonsumsi termasuk bumbu (gula, garam, penyedap, lainnya).
c. Suplemen herbal / gizi untuk mengatahui apakah ada interaksi dengan makanan. d. Pengetahuan, kepercayaan dan sikap terhadap makanan dan gizi.
e. Pola makan dengan menggunakan food frequency quesionare (FFQ).
f. Akses terhadap suplai makanan sehari – hari, cara penyimpanan bahan makanan dan makanan matang.
g. Aktifitas dan fungsi fisik yang terkait kemampuan makan.
ENVIRONMENTAL / Pengumpulan dan Pengkajian Riwayat Gizi
Lingkungan fisik, psiko sosial dan ekonomi ODHA dapat berpengaruh pada status gizinya. Dapat memberikan pengaruh negatif terhadap ketersediaan makanan, keseimbangan gizi dan ragam makanan serta frekuensi makan dan cara mempersiapkan makanan. Sebagai contoh, ODHA yang kondisi fisiknya lemah menjadi kurang mampu untuk mempersiapkan makanan, kemampuan makan berkurang, keterbatasan daya beli makanan, tidak punya lemari pendingin, kurangnya sarana memasak yang berakibat pada kurangnya konsumsi makanan. Keluhan psikis seperti ketergantungan alkohol, depresi ataupun pikun akan mempengaruhi asupan makanan sehingga berdampak ke status gizi.
Riwayat keluarga yaitu dukungan keluarga kepada ODHA dalam mengatasi penyakitnya dapat mempengaruhi nafsu makan, ketersediaan makanan dan kemampuan ODHA mengatasi masalah makannya.
Diagnosa Gizi
Diagnosis gizi dituliskan dengan pola PES (Problem, etiology dan sign/symptoms). Etiologi yang spesifik akan menentukan intervensi gizi dengan luaran (outcome) yang sesuai.
10 a. Asupan makanan dan minuman yang tidak adekuat
b. Peningkatan kebutuhan zat gizi c. Kesulitan menelan
d. Kehilangan berat badan yang tidak diharapkan e. Kurangnya pengetahuan mengenai gizi
Diagnosis dapat ditentukan sesuai dengan kondisi terkini ODHA. Intervensi Gizi
Sasaran intervensi gizi sesuai dengan kondisi klien, keluarga maupun bentuk pelayanan yang akan diberikan. Intervensi gizi pada ODHA diberikan sesuai dengan masalah yang ditemukan dan diagnosis gizi. Intervensi gizi dibagi menjadi:
Energi
Perhitungan kebutuhan energi adalah suatu perhitungan jumlah energi yang dibutuhkan seseorang dalam berbagai aktifitas selama 24 jam untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Ada beberapa cara untuk menetapkan perkiraan kebutuhan energi seseorang dan cara yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan klien berdasarkan penyakit yang diderita. Hal penting yang perlu dilakukan adalah memonitor dan mengevaluasi apakah konsumsinya sudah seimbang.
Perhitungan kebutuhan energi sesuai dengan kondisi ODHA. Resting Energi Expenditure
(REE) meningkat pada ODHA dan peningkatan ini dapat menjadi penyebab penurunan berat badan. Faktor yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan adalah faktor penyakit, infeksi oportunistik, ko-morbiditas, inflamasi dan efek samping obat. Perubahan fungsi endokrin dan kurangnya asupan energi berhubungan dengan kejadian
wasting. Respon dari terapi ARV berpengaruh terhadap kebutuhan energi, apabila respon
terapi ARV baik maka akan menurunkan REE sehingga dapat meningkatkan berat badan sedangkan apabila respon terapi tidak baik dapat menyebabkan wasting atau minimal tidak terjadi peningkatan berat badan.
Tabel Faktor koreksi pada dewasa
Kondisi Penambahan
Asymptomatic (WHO Stadium 1) +10% Symptomatic
(WHO Stadium 2 - 4)
Disesuaikan dengan infeksi oportunistiknya
+ 20 – 50%
Untuk dewasa dengan masalah lainnya, misalnya Diabetes Melitus, Obesitas, Gangguan fungsi organ, obesitas, dan lainnya maka kebutuhan akan mengikuti kondisi tersebut.
Tabel Kebutuhan Energi Anak
Usia Penambahan
6 – 8 bulan Sesuai kebutuhan normal 9 – 11 bulan + 300 Kkal
11 12 – 23 bulan + 550 Kkal
Tabel Faktor koreksi untuk anak
Kondisi Penambahan
Asymptomatic +10%
Symptomatic + 20 – 30%
Symptomatic + penurunan BB + 50 – 100%
Tabel Faktor koreksi pada keadaan kehamilan
Kondisi Penambahan
Asymptomatic +10% + 180 Kkal (Trimester 1) +10% + 300 Kkal (Trimester 2&3) Symptomatic
(sesuai dengan infeksi oportunistiknya)
+ 20 – 30% + 180 Kkal (Trimester 1) +20 – 30% + 300 Kkal (Trimester 2&3)
Tabel Faktor koreksi pada keadaan menyusui
Kondisi Penambahan
Asymptomatic +10% + 500 Kkal (0-6 bulan) +10% + 550 Kkal (7-12bulan Symptomatic
(sesuai dengan infeksi oportunisknya)
+ 20 – 30% + 500 Kkal (0-6 bulan) + 20 – 30% + 550 Kkal (7-12 bulan)
Protein
Kebutuhan protein berdasarkan proporsi energi adalah 12-15% dan tingkat kecukupan yang dianjurkan berdasarkan BB ideal per hari adalah 0,8 – 1,0 g/kg BB.
Kebutuhan energi minimal untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen adalah 1,4-1,5 g/kg BB.
Demam, sepsis, operasi, trauma, dan luka dapat meningkatkan katabolisme protein, sehingga meningkatkan kebutuhan protein sampai 1,5-2,0 g/kg BB. Sebagian besar pasien yang dirawat membutuhkan 1,0-1,5 g protein/kg BB atau
meningkat sekitar 10% dari kenutuhan normal.
Pada wanita hamil protein ditambahkan sebanyak 17 gram/hari dan menyusui ditambahkan 17 gram/hari pada usia menyusui.
12 Lemak
Kebutuhan lemak berdasarkan proporsi energi dari lemak yaitu berkisar 20-25% dari total energi dengan rasio lemak tidak jenuh : lemak jenuh (2 : 1).
Kebutuhan lemak dalam keadaan sakit bergantung jenis penyakit, yaitu lemak sedang atau lemak rendah.
Di samping itu, pada penyakit tertentu, misalnya dislipidemia, membutuhkan modifikasi jenis lemak.
Kebutuhan Lemak sedang 15-20% dari kebutuhan energi total, kebutuhan lemak rendah < 10 % dari kebutuhan energi total dalam keadaan tertentu seperti :
o Kadar trigliserida > 400 mg/dL, pemberian lemak sangat minimal.
o Pada kondisi hiperlipidemia komposisi lemak sebaiknya: Lemak jenuh maksimal 7% dari total lemak/hari, Kolesterol < 200 mg
Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat berdasarkan proporsi energi dari karbohidrat adalah 60-75% dari total energi, atau sisa total energi setelah dikurangi energi yang berasal dari protein dan lemak. Selain jumlah, kebutuhan karbohidrat dalam keadaan sakit sering dinyatakan dalam bentuk karbohidrat yang dianjurkan. Misalnya penyakit diabetes mellitus, dislipidemia, dan konstipasi.
Vitamin dan Mineral
Perhitungan Kebutuhan Mineral dan Vitamin Kebutuhan mineral dan vitamin dapat diambil dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yag dianjurkan. Disamping itu, dipertimbangkan sifat penyakit, simpanan dalam tubuh, kehilangan melalui urin, kulit atau saluran cerna, dan interaksi dengan obat-obatan. Untuk menjamin kebutuhan, dalam keadaan tertentu, vitamin dan mineral perlu ditambahkan dalam bentuk suplemen. Apabila tidak ada masalah kekurangan zat gizi mikro, ODHA hanya dianjurkan memenuhi 100% AKG.
Cairan
Seorang dewasa biasanya membutuhkan cairan antara 1,5 – 2 l/ hari, Berdasarkan kepada berat badan yaitu : Dewasa muda 35 – 40 ml / kg BB yang diinginkan / hari dan manula 25 – 30 ml / kg BB yang diinginkan / hari. Pada kondisi penyakit tertentu yang membutuhkan pembatasan cairan maka perhitungan cairan berdasarkan penghitungan balans cairan yaitu :
Balans cairan = asupan (intake) – keluaran (output)
Asupan cairan = jumlah urin + insensible water loss (500 ml) Serat
Serat sangat penting untuk kesehatan pencernaan, tetapi pada kondisi diare harus diperhatikan jenis seratnya. Kebutuhan serat sehari adalah 25 gram, pada kondisi diare serat diberikan rendah yaitu < 10 gram dan dipilih jenis serat yang larut air.
13 KEAMANAN MAKANAN DAN MINUMAN
Cara membeli bahan makanan yang dianjurkan: 1. Baca tanggal kadaluarsa
2. Bungkus dengan baik produk daging/ayam/ikan agar cairannya tidak mengenai bahan makanan lain
3. Beli susu atau jus kemasan yang sudah dipasteurisasi 4. Jangan membeli makanan yang sudah disajikan di meja saji
5. Perhatikan kaleng makanan, jangan memilih yang rusak dan mengembung Cara mengolah dan menyajikan makanan yang benar:
1. Cuci tangan dengan sabun dan air saat: a. hendak mempersiapkan dan mengolah b. keluar dari kamar mandi
c. membersihkan kotoran bayi d. memegang hewan peliharaan 2. Cuci bersih alat masak dengan baik Penyimpanan Makanan
1. Gunakan alat pemantau suhu untuk meyakinkan suhu yang baik untuk penyimpanan sesuai dengan jenis bahan makanan
2. Daging, ikan, atau ayam disimpan dipaling bawah agar tidak ada cairan menetes (bukan disimpan di freezer)
3. Daging, ikan, atau ayam yang sudah dikeluarkan dari freezer tidak boleh dimasukan lagi ke freezer (ambil sesuai jumlah yang akan diolah)
4. Makanan matang yang akan dikonsumsi lagi harus dihangatkan dengan suhu 165°C (diatas kompor selama 10-15 menit setelah mendidih).
5. Makanan yang disimpan 3 hari atau lebih sudah tidak boleh dikonsumsi lagi. Makan di Luar
1. Pilih produk daging, ayam, ikan dan telur yang benar-benar matang
2. Apabila tidak yakin akan makanan yang akan dikonsumsi, tanyakan dengan jelas kepada petugas rumah makan
3. Hindari lalapan/sayuran mentah 4. Hindari makanan prasmanan
5. Pilih makanan yang terlihat matang/panas/dengan air mendidih 6. Pilih air yang berkemasan
7. Hindari minuman yang ditambahkan es batu Air Minum
1. Pastikan air minum dari sumber yang aman
2. Masak air sampai mendidih dan biarkan mendidih 1 menit 3. Didihkan air walaupun air mineral
14 Aktifitas fisik
Olahraga dianjurkan untuk dilakukan sesuai dengan kemampuan yaitu dengan durasi 20 – 30 menit dengan frekuensi 3 – 5 kali/minggu.
Untuk anak – anak dianjurkan 60 menit degan frekuensi 3 – 5 kali/minggu.
Bentuk olah raga dapat berupa jalan cepat, lari pagi, senam, aerobik, bersepeda, main bola, tenis, angkat besi dan lainnya sesuai kemampuan fisik.
Untuk aktifitas sehari – hari dianjurkan agar menambah gerakan tubuh misalnya dengan memilih naik tangga dari pada naik lift atau eskalator, mencuci baju, jalan kaki lebih jauh, berkebun, menyapu lantai dan lainnya. Aktifitas dapat membantu meningkatkan kapasitas tulang (re-modeling tulang; pembentukan).
Monitoring dan Evaluasi Gizi
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah intervensi yang telah kita berikan sudah dapat mengatasi masalah gizi yang terjadi pada ODHA sesuai dengan individunya. Misalnya apabila pada ODHA dengan masalah asupan gizi yang kurang dan hal tersebut dilihat dari berat badan maka monitoring yang dilakukan pada perkembangan berat badannya dan mengevaluasi berat badan dan asupannya.
Tabel Kriteria Evaluasi dari Pengukuran Antropometri dan Pengukuran Komposisi Tubuh pada ODHA
Pengukuran Antropometri Kriteria Evaluasi
IMT Normal 18,5 kg/m2 s/d 24,9 kg/m2
< 18,5 kg/m2, menunjukan tingginya risiko morbiditas, mortalitas dan akan berkembang ke arah wasting atau lipoatrofi
>24,5 kg/m2, menunjukkan risiko penyakit terkait obesitas dan akumulasi lemak sentral
Massa sel tubuh (dengan menggunakan BIA)
Ideal Massa sel tubuh adalah 100%
< 95% menunjukan adanya wasting dan menunjukkan hubungan komplikasi dari penurunan fungsi tubuh karena adanya degenerasi otot dan massa (misalnya berkurangnya kemampuan duduk, menelan dan bernafas) dan merefleksikan perubahan hormon statis
< 55% dihubungkan dengan waktu kematian
Perubahan berat badan >5% penurunan berat badan berhubungan dengan meningkatnya risiko morbiditas dan mortalitas
>5% peningkatan berat badan berhubungan dengan peningkatan risiko dari akulumulasi lemak sentral
1 Tabel 10. Pelayanan Gizi ODHA dengan kondisi khusus
KONDISI TUJUAN INTERVENSI
Kehilangan Berat Badan
- Meningkatkan berat badan mencapai
berat badan ideal.
- Mencapai asupan makanan yang cukup,
baik gizi makro maupun mikro.
- Secara keseluruhan meningkatkan
kualitas hidup.
Penekanan dengan menjaga asupan gizi yang cukup untuk mencegah kehilangan berat badan lebih lanjut dan mengatasi malanutrisi, dengan cara :
- Pada ODHA dengan malanutrisi sedang (IMT 16 – 18,5 kg/m2),
diberikan suplemen makanan dalam bentuk makanan selingan yang padat kalori.
- Pada ODHA dengan malanutrisi berat (IMT < 16 kg/m2), diberikan
makanan Theurapeutic dapat berupa Formula 100 atau formula lain yang nilai gizinya sebanding.
Strategi pemberian makan :
- Makan secara teratur, berikan makanan selingan diantara waktu
makan.
- Secara keseluruhan meningkatkan asupan gizi makro dan mikro
dengan menambah besar porsi makan dan snack.
- Hindari konsumsi berlebihan makanan yang berenergi rendah
seperti minuman ringan, kopi, teh.
- Konsumsi makan yang berfortifikasi.
Hipertensi Mencapai tekanan darah normal dan mencegah atau memperlambat terjadinya komplikasi melalui intervensi gizi.
Memberikan energi sesuai dengan kebutuhan, apabila ada kelebihan berat badan sesuaikan energi dengan rencana penurunan berat badan. Meningkatkan asupan buah dan sayuran, susu rendah lemak dan menurunkan asupan lemak jenuh.
Membatasi asupan natrium, tidak lebih dari 2,4 g natrium atau 5-6 gram garam dapur.
Diabetes
melitus - Mencapai dan menjaga kadar gula darah, kadar lemak tubuh dan tekanan darah dalam batas normal.
- Mencegah dan memperlambat laju
perkembangan komplikasi kronik melalui modifikasi asupan gizi dan gaya hidup.
- Untuk pemberian diet mengikuti syarat diet diabetes mellitus.
- Edukasi dan konseling gizi sangat dibutuhkan dan pada
pelaksaanaannya klien diikutsertakan dalam menentukan kebutuhan gizi, anjuran prinsip 3 J (jumlah, jenis dan jadwal), aktifitas fisik, target berat badan yang dianjurkan.
2
KONDISI TUJUAN INTERVENSI
Kelebihan berat
badan/obesitas
- Mencapai dan menjaga berat
badan normal
- Menjaga asupan makan yang
cukup
- Mengurangi faktor resiko
penyakit jantung dan diabetes
- Secara keseluruhan
meningkatkan kualitas hidup
- Penekanan pada hubungan antara overweigt/obesitas dan faktor resiko
lain seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes, dan komplikasi metabolik lainnya.
- Kurangi berat badan secara bertahap sesuai dengan toleransi. - Mendorong untuk melakukan aktifitas fisik
- Jaga keseimbangan dan variasi diet serta anjuran makan sehat. - Minum air putih yang banyak, minimal 2 liter.
- Melakukan aktifitas fisik yang rutin setidaknya 3 kali setiap minggu. - Modifikasi gaya hidup
Dislipidemia - Menjaga asupan makanan yang
seimbang.
- Mengoptimalkan profil Lipid
puasa.
- Mengurangi fator resiko penyakit
kardiovaskuler dan diabetes.
- Menjaga berat badan ideal. - Meningkatkan status gizi. - Secara keseluruhan
meningkatkan kualitas hidup.
-Keseimbangan asupan makanan dan aktifitas fisik untuk menjaga berat
badan ideal dan olah raga secara teratur
-Konsumsi makanan yang kaya sayur, buah, diet tinggi serat.
-Konsumsi ikan dan produk olahannya sebagai sumber protein hewaninya. -Batasi konsumsi lemak jenuh <7% dari energi, minyak trans <1% dari
Energi,dan kolesterol <300 mg/hari dengan :
Memilih daging tanpa lemak
Pilih produk susu bebas lemak atau rendah lemak (skim).
Kurangi penambahan gula pada minuman dan makanan, pilih dan
persiapkan makanan dengan sedikit/tanpa garam
Hindari minuman beralkohol & tidak merokok
Lipodistropi - Menjaga asupan gizi seimbang
- Mencegah berubahan bentuk
tubuh
- Mengurangi lemak viseral
- Mengatur agar kadar gula darah
tetap normal
- Mencapai berat badan normal
- Konsumsi energi yang seuai dengan kebutuhan dengan pola gizi seimbang - Sumber karbohidrat dari beras, jagung, biji-bijian, susu, buah dan sayuran. - Sumber protein untuk membentuk dan meningkatkan masa otot dengan
mengkonsumsi produk susu, daging, ikan telur dan kacang – kacangan.
- Sumber lemak yang terdiri dari MUFA dan PUFA yaitu dari bahan makanan
minyak zaitun, minyak jagung, minyak kacang, selai kacang, kacang mete, alpukat, almond, kedelai, minyak kedelai, ikan tuna.
3
KONDISI TUJUAN INTERVENSI
Anoreksia - menjaga asupan zat gizi yang
cukup
- Mengurangi resiko kehilangan
berat badan
- Mencapai berat badan yang ideal
Mencapai dan menjaga status gizi baik,secara keseluruhan
- Meningkatkan kualitas hidup.
- Menjaga asupan zat gizi yang adequate untuk mecegah kehilanan
berat badan dan malanutrisi
- Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering (PKTS) setiap 2-3 jam
untuk menjaga asupan energi
- Berikan makanan dan cairan yang mengandung tinggi kalori dan
protein
- Mencegah energi rendah atau diet dengan nilai gizi yang rendah - Makan selama nafsu makan masih baik
- Batasi bahan makanan yang mengurangi nafsu makan seperti
tembakau, kafein, obat-obat terlarang,
- Gunakan perasa makan dan aroma untuk meningkatkan nafsu makan
- Anjurkan pemberian multivitamin
- Berikan edukasi gizi terutama pada pasien rawat jalan yang akan
menjalankan dietnya di rumah
1
FORMULIR ASUHAN GIZI DEWASA
Nama Pasien : Jenis Kelamin : Umur : No.Rekam
Medik Diagnosis Medis : PENGKAJIAN GIZI Antropometri BB : kg TB : cm IMT : kg/m²
Tinggi Lutut : cm LLA : cm
Biokimia Klinik/Fisik Riwayat Gizi Pola Makan : Asupan gizi : Riwayat Personal DIAGNOSA GIZI/MASALAH INTERVENSI GIZI
RENCANA MONITORING DAN EVALUASI
Perkembangan data antropometri,
Perkembangan data laboratorium yang terkait gizi, Perkembangan fisik/klinis,
Perkembangan asupan makan,
Perkembangan perubahan perilaku dan sikap Perkembangan diagnosis gizi