• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Malang, Juli Penulis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Malang, Juli Penulis"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

3 KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji dan syukur untul Allah SWT karena penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul Efektivitas Manajemen Stres untuk Mengurangi Stres pada Pasien Hipertensi.

Penulis juga mengucapkan teria kasih kepada rekan sejawat di program studi psikologi yang telah membantu dalam penelitian ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik membangun dalam kesempurnaan penelitian ini. Penulis memiliki harapan, penelitian ini dapat memperluas khasanah keilmuan psikologi.

Malang, Juli 2017

(4)

4 DAFTAR ISI Lembar Pengesahan... 2 Kata Pengantar... 3 Daftar Isi... 4 Abstrak... 5 Pendahuluan... 6 Metode... 8

Hasil dan Pembahasan... 10

Simpulan... 12

(5)

5 EFEKTIVITAS MANAJEMEN STRES UNTUK MENGURANGI STRES PADA

PASIEN HIPERTENSI Risa Juliadilla Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial Budaya Universitas Gajayana Malang risajuliadilla1990@gmail.com

Abstract

The level of stress is thought to affect blood pressure. A person experiencing stress affects the mechanism of sympathetic nervous activity, causing increased cardiac output, this situation is likely to be the trigger factor of hypertension. Stress management is one effort to reduce stress so as to prevent or minimize the recurrence of hypertension. The stress management technique used is the incorporation of behavioral and cognitive techniques called behavioral cognitive therapy. Combining cognitive therapy and behavioral therapy to deal with psychological problems is called cognitive behavioral therapy. The stress scale used is Perceived Stress Scale. The subjects of this study were patients with a history of hypertension who had a minimal stress score is. This research method uses one group pretest postest design. The statistical analysis used is the Wilcoxon marked test. The results showed both scores (pretest - posttest and posttest - follow up) showed significance value <0.05 ie 0.000. This indicates that H0 is rejected, then there are differences in stress levels in patients with hypertension before and after stress management significantly.

Keywords: Hypertension, Stress Management, Stress

Abstrak

Tingkat stress diduga berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah. Seseorang mengalami stres mempengaruhi mekanisme aktivitas saraf simpatis sehingga menyebabkan curah jantung meningkat, keadaan inilah yang cenderung menjadi faktor mencetus hipertensi. Manajemen stres merupakan salah satu upaya menurukan stres sehingga mencegah atau meminimalisir kambuhnya hipertensi. Teknik manajemen stres yang digunakan adalah penggabungan teknik perilaku dan kognitif yang disebut dengan terapi kognitif perilaku. mengkombinasikan terapi kognitif serta terapi perilaku untuk menangani masalah psikologis disebut terapi perilaku kognitf. Skala stres yang digunakan adalah Perceived Stress Scale. Subjek penelitian ini adalah pasien dengan riwayat hipertensi yang memiliki skor stres minimal sedang. Metode penelitian ini menggunakan one group pretest postest design. Analisis statistika yang digunakan adalah Uji bertanda Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan kedua skor (pretest – posttest dan posttest – follow up) menunjukan nilai signifikansi < 0,05 yaitu 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak, maka terdapat perbedaan tingkat stres pada pasien hipertensi sebelum dan sesudah manajemen stres secara signifikan.

(6)

6 PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan salah satu penyakit silent killer karena tidak memunculkan gejala apapun pada penderitanya pada stadium awal. Pada individu yang merasakan gejalanya maka cenderung merasakan seperti sakit kepala, mimisan, pusing, mudah marah, telinga berdenging, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang dan sukar tidur. Hipertensi dapat berakibat fatal danapabila tidak di tangani dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, kerusakan organ tubuh tersebut antara lain jantung, ginjal, mata dan pembuluh darah (Parsudi, 2009).

Hipertensi memiliki dua jenis yaitu hipertensi primer (esensial) yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang diakibatkan suatu penyakit tertentu seperti jantung, ginjal dan penyakit lainnya. Faktor pemicu hipertensi bersifat resiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti neurotransmiter, hormon dan genetik, maupun yang bersifat eksogen seperti rokok, nutrisi dan stressor (Sigarlaki, 2006). Tingkat stress diduga berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah. seseorang mengalami stres katekolamin yang ada di dalam tubuh akan meningkat sehingga mempengaruhi mekanisme aktivitas saraf simpatis. Ketika saraf simpatis meningkat maka akan terjadi peningkatan kontraktilitas otot jantung sehingga menyebabkan curah jantung meningkat, keadaan inilah yang cenderung menjadi faktor mencetus hipertensi. Subandi (2002) juga memperkuat pernyataan tersebut bahwa hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap.

Berdasarkan wawancara pada para pasien yang memiliki riwayat hipertensi , stres merupakan faktor pemicu kambuhnya hipertensi pada pasien bila memikirkan sesuatu yang kurang menyenangkan seperti kekurangan ekonomi, keadaan keluarga yang tidak tercukupi, lelah secara fisik dan psikis mengenai pekerjaan dan masalah sehari-hari sehingga membuat mudah marah. Hasil wawancara juga menyatakan bahwa para pasien menggantungkan obat antihipertensi sebagai solusi bila hipertensi muncul atau kambuh. Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola hidup sehat yang baik seperti pengaturan pola makan, aktivitas olahraga yang cukup dan cara berpikir yang sehat. Stres merupakan reaksi individu terhadap suatu peristiwa menyebabkan stres. Sumber stres bersumber pada frustasi, konflik dan tekanan, setiap orang mempunyai daya tahan stres yang berbeda tergantung bagaimana mereka merespon dan

(7)

7 menyesuaikan diri sesuai dengan tuntutan. Stres dapat mengakibatkan munculnya emosi yang negatif, stres juga menyebabkan sakitnya fisik. Karakteristik psikologis yang menderita hipertensi adalah mudah marah, tersinggung dan mudah lelah, sulit tidur. Hal ini dapat menyebabkan penurunan status fungsional dalam kehidupan sehari-hari.

Stress sering kali dianggap hal yang wajar dan sepele dalam kehidupan sehari-hari, bila hipertensi mulai kambuh seperti munculnya keluhan seperti pusing, sulit tidur dan penglihatan mulai tidak jelas maka akan diatasi hanya dengan obat antihipertensi. Menurut Diane (2001), terapi farmakologik pada hipertensi diberikan untuk menurunkan atau mengontrol tekanan darah dengan cepat di samping itu juga perlu diberikan terapi psikologis, mengingat bahwa terapi farmakologik bersifat jangka panjang dan bahkan seumur hidup. Sedangkan terapi psikologis melalui manajemen stres merupakan upaya menurukan stres sehinggan mencegah atau meminimalisir kambuhnya hipertensi.

Manajemen stres merupakan suatu program untuk melakukan pengontrolan atau pengaturan stres dimana bertujuan untuk mengenal penyebab stress dan mengetahui teknik-teknik mengelola stres, sehingga orang lebih baik dalam menangani stres dalam kehidupan (Greenberg, 2011). Terdapat beberapa macam teknik dalam manajemen stres yaitu kognitif dan perilaku. Penggabungan teknik kognitif dan perilaku dapat disebut dengan Cognitive Behaviour Therapy (CBT) merupakan terapi yang bertujuan untuk mengubah kognitif atau persepsi klien terhadap masalahnya, dalam rangka melakukan perubahan emosi dan tingkah laku. Dalam kasus ini, teknik manajemen stres yang dibahas adalah teknik terapi perilaku khususnya relaksasi dan teknik terapi kognitif yaitu restrukturisasi kognitif. Restrukturisasi kognitif merupakan teknik dimana individu diajak merekonstruksi kembali pikiran-pikiran negatif yang ada dalam dirinya, individu diajarkan untuk berlatih mencari bukti-bukti yang dapat digunakan untuk melawan pikiran negatif tersebut, serta mencari alternatif pemikiran lain yang lebih sesuai.

Relaksasi merupakan metode untuk membuat otot-otot menjadi santai dan juga menurunkan tekanan darah. Tujuan pelatihan relaksasi untuk menurunkan dan membuat individu lebih tenang secara psikologis. Relaksasi yang dilakukan dengan benar akan memberikan manfaat berupa kedamaian, kesejahteraan, menurunkan ketegangan, mengurangi tekanan darah dan denyut jantung yang teratur (Rout & Rout, 2002). Relaksasi merupakan kemampuan yang dapat dipelajari dengan teknik cukup sederhana sehingga siapa saja dapat melakukannya. Teknik kognitif beranggapan bahwa kemampuan kognitif merupakan sesuatu

(8)

8 yang fundamental karena dapat mengerakkan, mempengaruhi, mengubah, dan yang akan membimbing suatu tingkah laku. Dengan mengubah cara berpikir yang lebih positif diharapkan dapat mengantisipasi permasalahan dengan dapat menyelesaikan permasalahan hingga menjadikan perilaku subjek lebih adaptif dan terhindar dari stres.

Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan, peneliti merasa tertarik untuk mengkaji suatu manajamen stres yang diaplikasikan pada pasien hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat stres pada pasien hipertensi sebelum dan sesudah melakukan manajemen stres. Manfaat teoritis penelitian ini untuk memperkaya penelitian yang membahas tentang terapi psikologis yang berkaitan dengan hipertensi, sedangkan manfaat praktisnya adalah memberi wawasan serta implementasi terapi psikologis pada pasien hipertensi. Berikut adalah hipotesis yang diajukan pada penelitian ini

H0: Ada perbedaan tingkat stres pada pasien hipertensi sebelum dan sesudah manajemen stres secara tidak signifikan

H1: Ada perbedaan tingkat stres pada pasien hipertensi sebelum dan sesudah manajemen stres secara signifikan

METODE Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah pasien Puskemas Rangkah yang memiliki riwayat hipertensi esensial (primer) maupun sekunder, secara medis mempunyai ketentuan tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 80 mmHg dan telah didiagnosis hipertensi oleh tenaga medis, usia 25 hingga 55 tahun, memiliki skor stres minimal sedang, latar belakang pendidikan minimum SMP serta sehat secara psikologis.

Alat atau Materi

Alat atau materi yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1) data pasien Puskesmas Rangkah dengan riwayat hipertensi, 2) Skala stres Perceived Stress Scale (PSS) untuk mengetahui perasaan dan pikiran yang dirasakan individu selama sebulan terakhir. Skala ini digunakan untuk kepentingan pretest, postest serta Follow Up , 3) Modul manajemen stres yang dibagikan kepada subjek penelitian.

(9)

9 Metode dan analisis data

Metode penelitian ini menggunakan one group pretest postest design yaitu dengan membandingkan nilai pretest dan posttest tingkat stres sesudah diberi perlakuan yaitu manajemen stres. Analisis statistika yang digunakan adalah Uji bertanda Wilcoxon. Analisis statistika menggunakan bantuan software SPSS versi 17.

Prosedur Pelaksanaan Manajemen Stres

Sesi Materi

1 Edukasi penyakit hipertensi dan hubungan dengan kesehatan psikologis

Berisi edukasi dari keilmuan psikologi mengenai makna stres, tipe stresor dan konsekuensi terhadap individual baik secara fisik, psikologis yang berdampak pada fungsional keseharian. Informasi dihubungkan dengan respon fisik pasien hipertensi yang didahului oleh stres sebagai salah satu faktor resiko kekambuhan pasien hipertensi.

2 Teknik manajemen stres 1: Restruktursisasi kognitif

a. Penjelasan bahwa pemikiran negatif akan mempengaruhi perilaku dan perasaan individu

b. Penjelasan macam-macam distorsi kognitif

c. Penjelasan penggunaan pengisian teknik 4 kolom yang dimodifikasi agar mempermudah para peserta mengingat latar belakang pendidikan dan usia. d. Penjelasan keuntungan dan kerugian tidak mempertahankan pemikiran dan

perasaan positif secara mandiri dan berkesinambungan 3 Teknik manajemen stres 2: Relaksasi otot progresif

Pasien diajarkan untuk diajarkan untuk menegangkan dan melemaskan masing-masing otot, kemudian diminta untuk merasakan dan menikmati perbedaan antara otot tegang dan ketika otot lemas. Otot yang dilatih adalah otot lengan, tangan, biceps, bahu. leher, wajah, perut dan kaki. Hal ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan dan mendapatkan perasaan tenang dan nyaman sehingga mengurangi tingkat strespada pasien hipertensi

(10)

10 HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 1 disimpulkan bahwa terdapat penurunan tingkat stres pada pasien hipertensi sesudah diberikan manajemen stres (baik posttest dan follow up). Pretest diberikan sebelum diadakan pelatihan manajemen stres, sedangkan posttest di lakukan 2 minggu setelah diadakan pelatihan manajemen stres. Pada hasil skor Follow Up diambil 1 bulan setelah pelatihan, hal ini dilakukan untuk melihat keberlanjutan program manajemen stres. Pada tabel 2 juga menunjukkan bahwa kedua nilai menyatakan sig < 0,05 maka H0 ditolak, sehingga terdapat perbedaan tingkat stres pada pasien hipertensi secara signifikan.

Tabel 1 Deskripsi skor stres subjek penelitian

Subjek Pretest Posttest Follow Up

1 29 23 18 2 28 23 19 3 28 21 19 4 28 23 21 5 22 15 14 6 23 21 17 7 23 18 16 8 26 21 19 9 29 24 21 10 27 20 17 11 23 16 14 12 25 18 17 13 23 19 17 14 30 21 20 15 25 17 16 16 27 21 19 17 26 22 16 18 27 22 18 19 27 22 19

(11)

11 20 28 23 17 21 30 27 24 22 27 22 20 23 25 20 17 24 30 23 17 25 25 18 17 26 24 23 22 27 22 20 18 28 29 24 21 29 26 19 17 30 25 17 16

Tabel 2 Rangkuman Uji Skala Stres pada pasien hipertensi pre posttest dan follow up.

Sumber Data Signifikan

Skor Stres Pretest –Posttest 0,000 Skor Stres Posttest – Follow Up 0,000

Adanya edukasi mengenai hubungan stres dan hipertensi ditujukan agar para pasien menyadari bahwa stres sangat berpengaruh pada hipertensi. Pemaparan yang ditujukan pada para pasien agar meyadarkan bahwa hipertensi bukan hanya disebabkan karena faktor fisik namun juga psikologis. Hal ini untuk memberi pengarahan pada pasien hipertensi bahwa hipertensi juga bisa diminimalisir dengan terapi psikologi yaitu manajemen stres. Teknik manajemen stres salah satu cara koping untuk mengenal penyebab stress dan mengetahui teknik-teknik mengelola stres. Teknik mengelola stres yang digunakan pada penelitian ini merupakan gabungan antara teknik perilaku dan kognitif, sehingga penelitu akan memberikan materi sesuai dengan kemampuan para anggota komunitas. Mengingat isi materi membutuhkan tingkat pemahaman yang baik, maka peneliti memberi batasan pada para subjek peneitian terkait usia dan latar belakang pendidikan.

(12)

12 Pada sesi restrukturisasi kognitif, para pasien diajarkan untuk mengenali dan mengidentifikasi kesalahan mereka dalam berpikir. Melalui kesadaran akan kesalahan dalam berpikir, diharapkan para pasien dapat merubah pola pikirnya yang salah dengan mengganti pola pikirnya yang salah dengan alternatif yang mampu dilakukannya. Teknik restrukturisasi kognitif banyak digunakan pada kasus-kasus klini terkait stres, kecemasan hingga depresi. Ketika pasien hipertensi mampu untuk merestrukturisasi kognitif dengan tujuan agar mengetahui kesalahannya dalam berpikir yang dapat mengakibatkan perilaku dan perasaan yang kurang adaptif.

Pada sesi relaksasi otot progresif, mempunyai manfaat mengurangi dan mengobati yang masalah-masalah yang berhubungan dengan stres seperti hipertensi, sakit kepala dan insomnia. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada beberapa subjek penelitian, didapatkan hasil bahwa melalui relaksasi pasien dapat merasa lebih tenang sehingga membantu proses kognitif lebih adaptif. Pasien lebih mampu berpikir jernih tanpa merasa cemas dan dapat mengatasi stresnya dengan adaptif.

SIMPULAN

Hasil analisis data menunjukkan bahwa sehingga terdapat perbedaan tingkat stres pada pasien hipertensi secara signifikan setelah pelatihan manajemen stres. Kondisi emosional, seperti kemarahan, ketakutan dan kesedihan dapat meningkatkan tekanan darah. Terdapat indikasi bahwa emosi negatif seperti kemarahan memiliki hubungan yang kuat dengan kenaikan tekanan darah. Terdapat terapi psikologis yang efektif pada pasien hipertensi selain terapi farmakologi yaitu manajemen stres.

(13)

13 DAFTAR PUSTAKA

Diane V. & Jacquelin F,B., dkk. (2011). Depression as a risk Factor for Coronary Heart Disease: Implication for Advance Practice Nurses. Topic in Advance Practice Nursing eJournal I. (3)

Greenberg, Jerrold S. (2011). Comprehensive stress management 12th edition. New York: McGraw-Hill Inc.

Parsudi A.I. (2009). Ginjal Dan Hipertensi Pada Usia Lanjut dalam Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta: FK-UI.

Rout U.R & Rout J.K. (2002). Stress Management for Primary Health Care Professionals. New York: Kluwer Academic Publishers

Sigarlaki, H.J.O. (2006). Karakteristik dan Faktor Berhubungan Dengan Hipertensi di Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Tahun 2006. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 10, NO. 2, DESEMBER 2006: 78-88.

Subandi, M. A. (2002). Psikoterapi Pendekatan Konvensional dan Kontemporer. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Gambar

Tabel 1 Deskripsi skor stres subjek penelitian
Tabel 2 Rangkuman Uji Skala Stres pada pasien hipertensi pre posttest dan follow up.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di MTs Pondok Pesantren Syafa’aturrasul Batu Ampar Beringin Teluk

Jika pembayaran berbasis saham tidak dipperoleh haknya sampai pihak lain menyelesaikan periode jasa tertentu, jumlah yang diakui harus disesuaikan selama periode

Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) mengkaji objek dan permasalahan ekowisata bahari di Kecamatan Tuhemberua Kabupaten Nias Utara; (b) menganalisis kesesuaian

bahwa berdasarkan BAB VIII Pasal 103 Perda Nomor 10 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Lalu Lintas Angkutan Jalan di Wilayah Kota Tasikmalaya telah diatur ketentuan mengenai

Tema KKN Alternatif Periode LXIII kali ini adalah Peran Muhammadyah dalam Indonesia Berkemajuan, sehingga kelompok KKN Devisi II.A.2 merancang beberapa program khusus

Untuk merancang suatu system yang dapat mengurangi kadar asap rokok.

Gugatan atas pelanggaran pelaku usaha dapat dilakukan oleh : (a) seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan; (b) sekelompok konsumen yang

penyebab terjadinya gangguan keamanan terhadap masyarakat setelah dibangunnya jalan lintas sumatera di jorong gantiang: 1) Kelengahan dari masyarakat, Kelengahan dari