• Tidak ada hasil yang ditemukan

Paper Konstruksi Teori Akuntansi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Paper Konstruksi Teori Akuntansi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI AKUNTANSI

[Accounting Theory Construction - Chapter 2]

Disusun oleh

Ahmad Fadilah

Arco Priyo Dirgantoro

Basrifan Arief Bakti

Kadek Maharta Kusuma

Putri Yanti

134060018306

134060018310

134060018314

134060018323

134060018330

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

(2)

A. PENDAHULUAN

Dalam mempelajari dan menilai teori akuntansi maka pendekatan yang digunakan adalah dengan menggolongkan berdasarkan asumsi yang digunakannya, bagaimana teori itu dirumuskan dan bagaimana pendekatan yang digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan peristiwa-peristiwa sebenarnya.

Teori akuntansi berisi keseluruhan analisis dan komponennya yang menjadi sumber acuan untuk menjelaskan dan memprediksi gejala atau peristiwa dalam akuntansi. Seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang saling berkaitan secara sistematis yang diajukan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena atau fakta. Seperangkat hipotesis tsb merupakan hasil penelitian dengan menggunakan metode ilmiah tertentu. Dengan demikian, status teori akuntansi akan menjadi sains setara dengan pengertian teori dalam astronomi, ekonomika, fisika , biologi dsb.

Teori akuntansi merupakan teori yang membahas proses pemikiran atau penalaran untuk menjelaskan kelayakan prinsip atau praktik akuntansi tertentu yang sudah berjalan atau untuk memberikan landasan konseptual dalam penentuan standar atau praktik yang baru. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa teori akuntansi merupakan penalaran logis, gagasan-gagasan mendasar, atau gagasan-gagasan yang berkaitan dan konsisten. Proses penalaran logis tersebut dapat disebut sebagai perekayasaan. Hasil perekayasaan dalam hal ini dapat berupa seperangkat prinsip umum, seperangkat doktrin, atau suatu struktur/kerangka konsep-konsep yang terpadu.

B. PRAGMATIC THEORIES

Teori pragmatis menekankan pada pengaruh laporan serta ikhtisar akuntansi terhadap perilaku atau keputusan. Penekanan dalam perkembangan teori akuntansi adalah penerimaan orientasi komunikasi dan pengambilan keputusan. Sasarannya pada relevansi informasi yang dikomunikasikan kepada para pengambil keputusan dan perilaku berbagai individu atau kelompok sebagai akibat penyajian informasi akuntansi serta pengaruh laporan dari pihak eksternal terhadap manajemen dan pengaruh umpan balik terhadap tindakan para akuntan dan auditor. Jadi, teori perilaku mengukur dan menilai pengaruh-pengaruh ekonomik, psikologis, dan sosiologis dari prosedur akuntansi alternatif dan media pelaporannya.

(3)

Metode tertua dan paling universal pengembangan teori akuntansi yaitu dengan menggunakan deskriptif pragmatik. Metode ini mengamati perilaku akuntan untuk menyalin prosedur akuntansi dan prinsip-prinsip. Disebut juga dengan pendekatan induktif dalam pengembangan teori akuntansi.

Ada beberapa kritik dari pendekatan ini untuk teori konstruksi;

a) Tidak ada penilaian logis terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan akuntan; b) Metode tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan perubahan, karena

pendekatannya tidak berujung pangkal; dan

c) Dengan memusatkan pada pragmatik, perhatian cenderung dipusatkan pada perilaku-perilaku akuntan, bukan pada pengukuran atribut-atribut perusahaan seperti aktiva, hutang, pendapatan dll.

b. Psychological Pragmatic Approach

Pendekatan pragmatik psikologis merupakan pendekatan dalam membentuk suatu teori akuntansi yang didasarkan pada pengamatan atas reaksi para pengguna output yang dihasilkan oleh akuntan. Kelemahan pendekatan ini yaitu beberapa pengguna output akuntan mungkin bereaksi secara tidak logis, sedang yang lain mungkin memilik respon khusus yang sudah mereka lakukan sebelum laporan tersebut diterbitkan. Yang lainnya lagi mungkin tidak bereaksi walau mereka seharusnya bereaksi.

C. SYNTACTIC AND SEMANTIC THEORIES

a. Syntactic Theories

Teori ini berhubungan dengan struktur proses pengumpulan data dan pelaporan keuangan. Teori sintaksis mencoba menerapkan praktek akuntansi yang sedang berjalan dan meramalkan bagaimana para akuntan harus bereaksi terhadap situasi tertentu atau bagaimana mereka akan melaporkan kejadian-kejadian tertentu.

Teori-teori yang berhubungan dengan struktur akuntansi antara lain teori praktek akuntansi tradisional (oleh Ijiri dan Sterling) yang disebut model Ijiri, model ini menerangkan praktek akuntansi tradisional yang ditekankan pada sistem biaya historis/ harga perolehan (historical cost system). Diperlukan untuk memperoleh

(4)

pandangan yang lebih luas tentang praktek yang sedang berlangsung. Teori ini memungkinkan untuk dievaluasi secara lebih tepat, juga memungkinkan pengevaluasian terhadap praktek-praktek yang ada, yang tidak sesuai dengan teori tradisional. Teori yang berhubungan dengan struktur akuntansi dapat diuji untuk melihat konsistensi logis dalam teori itu, atau untuk melihat apakah teori-teori itu bener-bener dapat meramalkan apa yang dikerjakan akuntan. Pengujian lain menunjukkan bahwa meskipun teori tradisional tidak lengkap, namun sudah menunjukkan variabel-variabel yang relevan.

b. Semantic Theories

Teori ini berkonsentrasi pada hubungan antara gejala (obyek atau kejadian) dan istilah atau simbol yang menunjukkannya.

Teori-teori yang berhubungan dengan interpretasi (semantik) diperlukan untuk memberikan pengertian dalil-dalil akuntansi yang bertujuan meyakinkan bahwa penafsiran konsep oleh para akuntan sama dengan penafsiran para pemakai laporan akuntansi.

Pada umumnya, konsep akuntansi tidak dapat diinterpretasikan dan tidak mempunyai arti selain sebagai hasil prosedur akuntansi tertentu. Misalnya, laba akuntansi merupakan konsep buatan yang mencerminkan kelebihan pendapatan atas beban sesudah menerapkan aturan tertentu untuk mengukur pendapatan dan beban. Teori interpretasi memberikan interpretasi yang berguna terhadap konsep buatan dan menilai prosedur akuntansi alternatif berdasarkan interpretasi. Namun, konsep-konsep umum sering tidak dapat diinterpretasikan dan diberi pengertian yang berbeda oleh para peneliti yang berbeda. Misalnya, nilai tidak memiliki interpretasi khusus. Current value (nilai saat ini/nilai berlaku) akan mempunyai pengertian yang sama, sebelum menginterpretasikan kita harus melihat subkonsepnya dahulu sehingga terdapat kesepakatan yang jelas mengenai interpretasinya. Konsep nilai sekarang dari jasa yang akan datang, arus kas yang didiskontokan (discounted cash flows), harga pasar berlaku (current market prices), dan nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value) semuanya merupakan subkonsep dari nilai berlaku (current value) dan masing-masing dapat diberi aturan interpretasi khusus.

(5)

Contoh penerapan teori interpretif adalah sebagai berikut: pengukuran nilai persediaan pada saat ini, langkah pertama adalah menunjukkan sub konsep untuk menerapkan aturan interpretasi khusus. Jika harga beli berlaku yang dipilih maka current value dapat didefinisikan sebagai harga tukar untuk suatu barang di pasar pembelian pada tanggal neraca. Jika harga pasar tidak ada dapat dianggap harga pasar tidak layak pakai, maka alternatifnya adalah menilai prosedur akuntansi lain yang tersedia dalam kondisi interpretasi ini.

Pembuktian teori ini dapat diperoleh dari riset yang dilakukan untuk menentukan apakah pemakai informasi akuntansi memahami makna yang dimaksudkan oleh pembuat informasi, apakah telah konsisten dengan teori yang ada.

D. NORMATIVE THEORIES

Normatif dalam kamus besar bahasa indonesia berarti berpegang teguh pada norma/menurut norma atau kaidah yang berlaku. Watt & Zimmerman (1986) menjelaskan teori normatif sebagai berikut: teori normatif berusaha menjelaskan informasi apa yang seharusnya dikomunikasikan kepada para pemakai informasi akuntansi dan bagaimana akuntansi tersebut akan disajikan. Dalam hal ini teori normatif berusaha menjelaskan tentang informasi keuangan yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan, bukan menjelaskan tentang apa informasi keuangan dan mengapa informasi keuangan tersebut disajikan. Menurut Nelson (1973) dalam literature akuntansi teori normatif sering dinamakan teori apriori (artinya dari sebab ke akibat atau bersifat deduktif). Alasannya teori normatif bukan dihasilkandari penelitian empiris, tetapi dihasilkan dari kegiatan “semi-research”.

Pendekatan normatif terhadap teori akuntansi mulai berkembang pada tahun 1950-an dan 1960-an.Dalam periode ini, perumusan teori mulai mendefinisikan norma – norma atau praktik akuntansi yang baik, dan pengembangan teori akuntansi lebih menekankan pada “apa yang seharusnya”. Akuntansi dianggap sebagai norma peraturan yang harus diikuti. Disini mulai muncul kritikan terhadap konsep biaya historis (historical cost

accounting). Informasi yang disajikan berdasarkan nilai pasar wajar ternyata lebih relevan

bagi penggunan laporan keuangan dibandingkan dengan biaya historis. Pengukuran dengan menggunakan nilai wajar, menyediakan gambaran yang lebih baik tentang nilai

(6)

aktiva dan kewajiban perusahaan serta menyediakan dasar lainnya untuk menilai prospek arus kas di masa mendatang.

Teori normatif dalam periode tersebut lebih banyak membahas tentang dua hal yaitu: a. True Income atau penciptaan laba sesungguhnya

Dimana para pakar berfokus pada bagaimana menghasilkan pengukuran tunggal dan unik terhadap aset dan profit.

b. Decision Usefulness atau pengambilan keputusan

Para pakar mengasumsikan bahwa tujuan utama akuntansi adalah membantu proses pengambilan keputusan oleh para pengguna informasi akuntansi dengan menyediakan data akuntansi yang bermanfaat atau relevan.

Teori yang berkembang mendasarkan pada konsep ekonomi klasik tentang laba dan kemakmuran. Para pakar membuat penyesuaian pada biaya historis (historical cost

accounting) dengan mengukur tingkat inflasi atau nilai wajar (market value) suatu aset.

Asumsi – asumsi yang berkembang dalam teori ini antara lain: a. Akuntansi seharusnya adalah sebuah sistem pengukuran; b. Laba dan nilai dapat diukur dengan akurat;

c. Akuntansi keuangan berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi d. Pasar tidak efisien atau bisa dimanipulasi oleh akuntan yang ‘kreatif’

e. Akuntansi konvensional (pragmatis) tidak efisien dalam hal memberikan informasi yang akurat

f. Terdapat suatu pengukuran tunggal terhadap profit

Dalam perkembangannya teori normatif dianggap merupakan pendapat pribadi yang subjektif sehingga tidak dapat diterima begitu saja dan harus dapat diuji secara empiris agar memiliki dasar teori yang kuat. Beberapa kelemahan teori normatif dalam pengembangan teori akuntansi menurut Watt & Zimmerman (1986) antara lain:

a. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris, karena didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris;

(7)

b. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor (pengguna informasi) secara individu daripada kemakmuran secara luas;

c. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini mengingat bahwa dalam sistem perekonomian yang mendasarkan adanya mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat pengendali masyarakat dalam mengalokasikan sumber daya ekonomi secara efisien.

Kelemahan kelemahan tersebut mendorong bergesernya pendekatan normatif menjadi pendekatan positif dalam pengembangan teori akuntansi.

E. POSITIVE THEORIES

Selama tahun 1970-an teori akuntansi menerapkan metode empiris yang juga disebut sebagai metodologi positif atau empiris berarti pengujian, atau hipotesis atau teori akuntansi harus dikembalikan sesuai fakta dan kejadian yang ada dalam dunia nyata. Fokus utama kajian akuntansi positif adalah pada pengujian empiris beberapa asumsi-asumsi yang dibuat oleh teoritis akuntansi normatif. Contohnya dengan menggunakan kuisioner dan teknik survei lainnya, sifat atau bentuk dari manfaat teknik-teknik akuntansi yang berbeda akan ditentukan.

Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang menggunakan kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta penggunaan kebijakan akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi tertentu dimasa mendatang. Teori akuntansi positif pada prinsipnya beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktik-praktik akuntansi.

Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan terhadap teori normatif (Watt & Zimmerman,1986). Selanjutnya dinyatakan bahwa dasar pemikiran untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatifterlalu sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat. Terdapat tiga alasan mendasar terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke positif yaitu (Watt & Zimmerman,1986 ):

(8)

a. Teori normatif bersifat preskriptif sedangkan teori positif bersifat deskriptif, penjelasan atau prediksi;

b. Teori normatif menuntun untuk memerintah bagaimana akuntan seharusnya bertindak untuk meraih outcome yang dianggap baik, cocok dan adil dan sebagainya. Sedangkan teori positif menggambarkan bagaiman seseorang bertindak dengan baik, menjelaskan mengapa orang-orang harus bertindak dengan cara tepat.

F. DIFFERENT PERSPECTIVES

Sampai saat ini, kita telah terfokus pada pendekatan yang terstruktur untuk formulasi teori yaitu pendekatan ilmiah. Kita mulai dengan teori yang berdasarkan pada pengetahuan terdahulu atau konstruksi teori ilmiah yang sudah diterima sebelumnya. Ketika kita mengamati realitas di dunia nyata yang tidak sesuai dengan teori, kita memperlakukan anomaly tersebut sebagai bahan penelitian dan menyatakannya sebagai objek penelitian yang harus dijelaskan. Kita mengembangkan teori untuk menjelaskan perilaku yang kita amati dan menggunakan teori itu untuk menciptakan hipotesis yang teruji yang akan dikuatkan hanya jika teori itu benar. Kita lalu mengikuti metode yang tepat dan sangat terstruktur atau prosedur untuk mendapatkan data dan setelah memproses data dengan teknik matematis atau statistic, kita memvalidasi atau membuktikan kesalahan dari hipotesis kita.

Pendekatan ini memiliki asumsi melekat bahwa bidang yang akan kita teliti adalah sebuah objek yang sangat mampu untuk diperiksa dalam skala besar atau statistic rata-rata. Tipe penelitian ini dengan hipotesis tambahan yang akan dikombinasikan untuk menyediakan pemahaman yang lebih luas atau perkiraan yang lebih baik dari akuntansi. Asumsinya adalah teori yang baik akan bertahan dan bersifat tetap melintasi waktu dan berbagai industry dan perusahaan.

Pendekatan penelitian ini biasanya dijelaskan sebagai pendekatan ilmiah dan pendekatan ini biasanya digunakan oleh sebagian besar peneliti akuntansi, dan pendekatan yang diterbitkan dalam sebagian besar jurnal akuntansi. Penting untuk diketahui bahwa hal ini berdasarkan pada asumsi ontologis tertentu (cara kita memandang dunia), yang menyiratkan epistemologi yang berbeda (cara kita mengumpulkan pengetahuan) dan metodologi penelitian yang berbeda. Hal ini pada gilirannya akan mempengaruhi jenis metodlogi penelitian yang diajukan dan hipotesis yang diuji. Penting bagi para penliti

(9)

akuntansi untuk dengan jelas menyadari asumsi yang mendasari penelitian mereka dan mana metodologi penelitian yang lebih cocok. Banyak peneliti sekarang yang menyadari bahwa pendekatan yang paling cocok tergantung pada sifat dari penelitian tersebut. Kritik pertama dari pendekatan ilmiah adalah penelitian statistic dalam skala besar cenderung untuk membengkak. Hipotesis yang didasarkan pada penggunaan harga pasar saham atau survey membuat banyak penelitian akuntansi jauh dari dunia praktisi. Juga, tidak selaras dengan permasalahan yang dihadapi oleh para akuntan. Beberapa peneliti menganjurkan kepada para peneliti untuk focus pada akuntansi yang berada pada keadaan yang senatural mungkin. Idenya adalah kita melakukan penelitian sealami mungkin. Pendekatan ini memiliki dua implikasi. Pertama, kita tidak punya asumsi atau teori yang terbentuk sebelumnya. Kedua, kita focus pada masalah khusus. Hal ini dilakukan dengan pendekatan penelitian yang fleksibel menggunakan pengamatan secara detail dan tidak terlalu menekankan pada analisis matematis, tes statistic, dan tes laboratories dan survey. Cara biasa untuk melakukan penelitian naturalistic adalah dengan studi kasus individual dan kerja lapangan yang lebih rinci. Tipe penelitian ini secara spesifik jah lebih kecil karena ditujukan untuk meyelesaikan masalah individual pada perusahaan tertentu. Oleh karena itu hasilnya mungkin akan lebih sulit untuk digeneralisasi.

Pendekatan naturalistic dapat dibandingkan dengan penelitian ilmiah akuntansi, yang lebih rentan terhadap menggabungkan hasil dari pengujian sejumlah hipotesis dalam rangka membentuk teori akuntansi yang umum. Penelitian naturalistic dimulai dari situasi dalam dunia nyata yang spesifik, tujuan utama adalah untuk menjawab pertanyaan “apa yang terjadi disini?”, bukan untuk menyediakan kondisi yang digeneralisir untuk segmen masyarakat yang lebih luas.

Pendekatan studi kasus dipandang oleh sebagian peneliti memenuhi peran penelitian naturalistic yaitu menjelajahi dan kristalisasi dari masalah penelitian. Contohnya:

…Situasi di mana tidak layak untuk mengembangkan model teoritis sebelum pengamatan empiris, alternatif terbaik berikutnya (pendekatan eksplorasi) dapat diikuti.

Tomkins dan Grove tidak setuju dengan pendapat ini. Mereka menganggap pendekatan penelitian naturalistic lebih tepat untuk asumsi ontologis yang berbeda. Perbedaan pada asumsi ontologism mengakibatkan jenis penelitian yang berbeda dan mempengaruhi pertanyaan yang akan diteliti. Contohnya, kita melihat akuntansi sebagai konstruksi

(10)

social. Kita mungkin berharap akan memahami anggapan orang terhadap dirinya sendiri, asumsi apa yang mendasari pandangan tersebut atau apa yang persepsi tersebut lakukan pada perilaku orang tersebut pada kehidupan dia sehari-hari. Ini adalah jenis-jenis pertanyaan yang akan diteliti dengan menggunakan subjektif ontology.

Untuk lebih menjelaskan ontology dan gaya penelitian berbeda yang akan digunakan, kami menggunakan artikel dari Tomkins dan Groves. Pertama, mereka membuat enam klasifikasi sifat dari dunia social.

Kategori 1-6 adalah cara alternative untuk melihat dunia. Kategori 1 adalah pandangan objektif yang ketat dari dunia, dimana perilaku mencocokan diri dengan sekumpulan peraturan perilaku dan hasil keputusan dan tindakan sangat bisa diprediksi. Dalam hubungannya dengan kategori 1, contohnya, peneliti berasumsi bahwa semua manajer pasti bertujuan untuk memaksimalkan kekayaan pribadi mereka dan dan mereka mengetahui teknik-teknik akuntansi untuk melakukannya. Ini membuat para peneliti mampu untuk memprediksi metode akuntansi apa yang akan digunakan manajer apabila tidak ada pilihan akuntansi yang teregulasi. Peneliti akan memperediksi bahwa semua manajer akan berperilaku sama karena mereka cenderung memiliki tujuan yang sama. Ketika peneliti melihat dunia sebagai stuktur yang solid. (kategori 1), ini membuat mereka menggunakan pendekatan ilmiah dan metode statistic untuk menguji prediksi mereka. Pendekatan ilmiah cocok ketika perilaku yang akan diselidiki diduga akan terjadi secara sistematis.

Kategori Asumsi

1 Realitas sebagai struktur kongkrit

2 Realitas sebagai proses konkrit

3 Realitas sebagai bidang informasi kontekstual

4 Realitas sebagai wacana simbolik

5 Realitas sebagai konstruksi social

6 Realitas sebagai imajinasi manusia

Semakin kebawah pada kategori-kategori ini kita melihat dunia sebagai suatu struktur yang lebih lentur atau semakin tidak solid. Kategori 1 berasumsi bahwa dunia itu solid dan stabil, kategori 6 melihat dunia itu tidak stabil dan manusiawi. Pada kategori 6, manusia tidak diharapkan untuk berperilaku sama. Hubungan antar manusia yang

(11)

kompleks dan keputusan individu juga diperhatikan. Setiap individu tidak mungkin berpikiran sama. Karena individualism diperhitungkan di kategori 6, maka metode ilmiah dan pengujian statistic tidak cocok karena melanggar asumsi dari pendekatan tersebut. Meskipun setiap individu mungkin berperilaku secara rasional menurut pemahaman mereka terhadap dunia, tapi mereka tidak memiliki pemahaman yang sama terhadap bagaimana dunia itu bekerja dan mereka bisa jadi mengharapkan hasil yang berbeda dari keputusan mereka. Contohnya, beberapa manajer mungkin memilih untuk memaksimalkan kekayaan pribadi mereka, sebagian lagi mungkin lebih memilih untuk memaksimalkan kepuasan bekerja dari para bawahan mereka dan yang lainnya mungkin memfokuskan diri pada peningkatan kinerja. Memahami cara pengambilan keputusan melibatkan pemahaman terhadap persepsi dan pilihan dari masing-masing individu. Untuk kategori 1-3, lebih cocok menggunakan pendekatan ilmiah, dengan pengamatan dan pengukuran yang cocok, diasumsikan bahwa seseorang memiliki fungsi tersedia, stabil dan biasanya sangat sederhana yang berkaitan dengan subset terisolasi dan kecil dari dunia sosial yang dapat digunakan untuk prediksi yang akurat.

Untuk kategori 4-6, Tomkins dan Groves menunjukkan bahwa pendekatan naturalistic atau penelitian eksploratoris lebih tepat. Tiga kategori ini biasanya diberi label sebagai “symbolic interracsionist”. Interaksionis simbolis melihat dunia sebagai satu kesatuan dimana orang-orang membentuk kesan mereka yang berbeda-beda melalui proses interaksi dan negosiasi antar manusia. Mereka percaya bahwa tindakan dan interaksi social dimungkinkan melalui pertukaran dari interpretasi terhadap label yang melekat pada orang-orang, hal dan situasi. Realitas tidak diwujudkan dalam interpretasi itu sendiri, tapi dari pengertian yang didapat dari hasil interpretasi manusia terhadap kejadian dan situasi yang dialami. Pendekatan ilmiah dalam meneliti interpretasi manusia bisa menguraikan kaidah-kaidah tertentu melalui penelitian statistic berskala besar pada area yang dianggap banyak orang sebagai area yang stabil. Sebaliknya, para naturalis akan meneliti permasalahan dengan menekankan “feeling one way inside the experience of the actor” dalam rangka memahami permasalahan.

Perbedaan penelitian ilmiah dengan penelitian naturalistic:

Penelitian Ilmiah Penelitian Naturalistik

(12)

Ontologi  Akuntansi adalah realitas

objektif yang terpisah dari peneliti.

sosial dan diproduksi dari imajinasi manusia.

 Akuntansi dibangun dari

realitas.

Pendekatan Epistimologi

 Satu demi kemajuan

pengetahuan

 reduksionisme

 Pengujian hipotesis individual  Mampu generalisasi Hukum

 Holistik

 Kompleksitas dunia tidak dapat

diselesaikan dengan

reduksionisme

 Hukum Kerumitan yang tak

Teruraikan

Metodologi

 Tersusun

 Sebelum teoritis dasar  Empiris validasi atau ekstensi

 Tidak terstruktur

 Tidak ada teori sebelumnya

Metode

 Sintaksis model formulasi

 Empiris induksi untuk

membentuk hipotesis

 Sesuai metode statistic

 Studi kasus

 Eksplorasi oleh fleksibilitas  Pengalaman peristiwa individu

G. SCIENTIFIC APPROACH APPLIED TO ACCOUNTING

Hal ini dikatakan “Kesalahpahaman tujuan”

Upaya untuk menerapkan pendekatan ilmiah untuk akuntansi adalah untuk membuat para ilmuwan dari praktisi akuntansi. Pandangan ini tentu saja tidak sesuai dengan tujuan akuntansi. Seorang ilmuwan adalah salah satu yang menggunakan metode ilmiah dan, oleh karena itu, terutama peneliti. Profesi medis memberikan analogi yang baik dari perbedaan antara peneliti dan praktisi dan penggunaan dan efek dari metode ilmiah. Para peneliti medis adalah seorang ilmuwan, tetapi praktisi medis (dokter) adalah tidak. Yang terakhir adalah seorang teknisi, orang yang menerapkan alat-alat kedokteran. Dia adalah orang yang profesional yang diharapkan untuk menggunakan penilaian untuk mendiagnosis penyakit dan merekomendasikan pengobatan. Alat kedokteran yang

(13)

diterapkan terutama terdiri dari pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian ilmiah oleh peneliti medis. Namun, seperti di beberapa bidang lain, penelitian ilmiah tidak menemukan semua jawaban atas pertanyaan medis dan beberapa kesimpulan yang tidak persuasif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah general, tapi praktisi dihadapkan dengan kasus-kasus tertentu yang mungkin tidak sesuai persis dengan kesimpulan umum.

Untuk alasan ini, pertimbangan praktisi selalu diperlukan dalam mengambil tindakan. Yang penting adalah bahwa dokter mengambil sikap ilmiah dalam praktek - Penting baginya mengamati bukti secara serius untuk mendukung diagnosis atau pengobatan. Seorang akuntan yang percaya pada pendekatan ilmiah ingin bukti empiris dan penjelasan logis untuk mendukung praktik akuntansi sehingga praktisi dapat merekomendasikan metode yang paling sesuai untuk situasi yang diberikan berdasarkan bukti ini. Orang melihat bahwa pernyataan lebih meyakinkan ketika didukung secara obyektif dan bukti empiris daripada hanya berdasarkan rasionalisasi yang dapat diperdebatkan.

Kesalahpahaman umum lain tentang penerapan pandangan ilmiah dalam akuntansi adalah menginginkannya ‘kebenaran mutlak’, yang tentu saja tidak mungkin. Oleh karena itu, mereka yang membantah pendekatan ilmiah untuk perumusan teori berpendapat bahwa hal itu sia-sia untuk mencari hal yang tidak mungkin.

Referensi

Dokumen terkait

Ako je inflacija (izraz rizičnosti depozita u domaćoj valuti) varijabla volatilnija od deviznog kursa (izraz rizičnosti depozita u stranoj valuti) deponenti će se

Berbagai ulasan di atas seputar fenomena tentang pagelaran musik dangdut yang kerap kali menimbulkan aksi kekerasan yang di lakukan oleh para penonton dan yang pada akhirnya

Misalnya daya pisah sebuah teleskop adalah 2”, artinya teleskop tersebut bisa melihat dua benda yang jarak pisahnya minimal 2”, jika ada dua benda dengan jarak pisah

Potensi lain yang mendukung terselenggaranya wirausaha jurusan adalah kurikulum bidang boga dengan mata kuliah pendukung adalah : catering, bakery and pastry

Judul : Mencari Model Pengajaran Sejarah Budaya yang Efektif Bagi Guru-Guru Sejarah SMU di Kodia Semarang. Program : Pengabdian Pada Masyarakat Tahun : 2000 Status :

faktor yang mempengaruhi kompetensi pedagogik Guru Agama Islam dalam pembelajaran membaca ayat-ayat $OTXU¶DQ di SMAN 3 Kota Jambi, adalah faktor Interna dan

Perekonomian dunia tahun 2004 diperkirakan lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya didorong oleh kebijakan ekonomi makro relatif longgar, yang dimungkinkan oleh