• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

 Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara pada September 2016 sebanyak 1.452.550 orang (10,27%), atau turun hanya 0,08 persen dibandingkan persentase penduduk miskin Maret 2016 yang berjumlah 1.455.950 orang (10,35%).

 Penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2016 sebesar 9,69 persen, turun dibanding Maret 2016 yang sebesar 9,75 persen. Begitu juga dengan penduduk miskin di daerah perdesaan, yaitu dari 10,97 persen pada Maret 2016 turun menjadi 10,86 persen pada September 2016.

 Pada September 2016, garis kemiskinan Sumatera Utara secara total sebesar Rp.401.832,- per kapita per bulan. Untuk daerah perkotaan, garis kemiskinannya sebesar Rp.413.835,- dan untuk daerah perdesaan sebesar Rp.388.707,- per kapita per bulan.

 Pada periode Maret – September 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan meningkat. P1 naik dari 1,770 pada Maret 2016 menjadi 1,957 pada September 2016, dan P2 naik dari 0,495 pada Maret 2016 menjadi 0,559 pada September 2016. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin melebar.

No. 05/01/12/Th. XX, 03 Januari 2017

K

EMISKINAN

S

UMATERA

U

TARA

S

EPTEMBER

2016

PENDUDUK MISKIN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 SEBANYAK 1.452.550 ORANG (10,27%)

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Sumatera Utara Maret - September 2016

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan September 2016 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.452.550 orang atau sebesar 10,27 persen terhadap jumlah total penduduk. Kondisi ini memperlihatkan bahwa jumlah dan

(2)

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara Tahun 2005 – 2016 Tahun Jumlah (ribu jiwa) Persentase (%) (1) (2) (3) Juli 2005 1 840,20 14,68 Mei 2006 1 979,70 15,66 Maret 2007 1 768,40 13,90 Maret 2008 1 613,80 12,55 Maret 2009 1 499,68 11,51 Maret 2010 1 490,89 11,31 Maret 2011 September 2011 1 492,21 1 436,39 11,33 10,83 Maret 2012 1 425,77 10,67 September 2012 1 400,45 10,41 Maret 2013 1 362,39 10,06 September 2013 1 416,37 10,39 Maret 2014 1 286,67 9,38 September 2014 1 360,60 9,85 Maret 2015 1 463,67 10,53 September 2015 1 508,14 10,79 Maret 2016 1 455,95 10,35 September 2016 1 452,55 10,27

Sumber : Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Jumlah penduduk miskin Sumatera Utara yang berada di daerah perkotaan pada September 2016 sebanyak 690.340 orang dan di daerah perdesaan sebanyak 762.210 orang. Jika dibandingkan dengan penduduk yang tinggal pada masing-masing daerah tersebut, maka persentase penduduk miskin di daerah perkotaan sebesar 9,69 persen, sedangkan di daerah perdesaan sebesar 10,86 persen.

(3)

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara menurut Daerah Maret - September 2016 Daerah Jumlah (ribu jiwa) Persentase (%) Maret 2016 September 2016 Maret 2016 September 2016 (1) (2) (3) (4) (5) Perkotaan 690,80 690,34 9,75 9,69 Perdesaan 765,15 762,21 10,97 10,86 Kota + Desa 1 455,95 1 452,55 10,35 10,27

Sumber : Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode Maret – September 2016 diduga berkaitan dengan faktor-faktor berikut:

a. Inflasi selama periode Maret – September 2016 sebesar 3,03 persen. Inflasi terbesar pada kelompok bahan makanan sebesar 4,00 persen; makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 1,21 persen; pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,59 persen.

b. Nilai Tukar Petani mengalami peningkatan, yaitu dari 99,17 pada Maret 2016 menjadi 100,79 pada September 2016.

c. Tingkat Pengangguran Terbuka mengalami penurunan yaitu dari 6,49 persen pada Februari 2016 menjadi 5,84 persen pada Agustus 2016.

Akan tetapi faktor-faktor tersebut belum bisa memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap perubahan tingkat kemiskinan di Sumatera Utara pada September 2016 karena nilai penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin yang sangat kecil.

2. Garis Kemiskinan

Garis kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk menentukan miskin atau tidaknya seseorang. Penduduk miskin adalah mereka yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Pada September 2016 garis kemiskinan Sumatera Utara sebesar Rp.401.832,- per kapita per bulan. Untuk daerah perkotaan, garis kemiskinannya sebesar Rp.413.835,- per kapita per bulan,

(4)

Garis Kemiskinan Sumatera Utara Tahun 2005 - 2016 (Rp/Kapita/Bulan)

3. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan yang menyangkut kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

Pada periode Maret – September 2016, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan meningkat. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 1,770 pada Maret 2016 menjadi 1,957 pada bulan September 2016. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 0,495 menjadi 0,559 pada periode yang sama. Peningkatan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar.

Tahun Perkotaan Perdesaan Kota + Desa

(1) (2) (3) (4) Juli 2005 175 152 117 578 143 095 Mei 2006 184 694 142 095 155 810 Maret 2007 205 379 154 827 178 132 Maret 2008 218 333 171 922 193 321 Maret 2009 234 712 189 306 210 241 Maret 2010 247 547 201 810 222 898 Maret 2011 September 2011 271 713 288 023 222 226 239 208 246 560 263 209 Maret 2012 286 649 238 368 262 102 September 2012 295 080 249 165 271 738 Maret 2013 307 352 263 061 284 853 September 2013 330 517 292 186 311 063 Maret 2014 338 234 299 145 318 398 September 2014 349 372 312 493 330 663 Maret 2015 364 320 331 895 347 953 September 2015 379 898 352 637 366 137 Maret 2016 398 408 377 748 388 156 September 2016 413 835 388 707 401 832

(5)

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Sumatera Utara, Maret– September 2016

Sumber : Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Pada September 2016, Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan di daerah perdesaan lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan. Indeks Kedalaman Kemiskinan untuk perdesaan sebesar 2,295 sementara di perkotaan 1,624 dan Indeks Keparahan Kemiskinan untuk perdesaan sebesar 0,703 sedangkan di perkotaan hanya 0,417. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di perdesaan lebih jauh dari garis kemiskinan dibanding perkotaan, begitu juga tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin di perdesaan lebih lebar dibanding perkotaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih buruk dibanding daerah perkotaan.

Tahun Perkotaan Perdesaan Kota + Desa

(1) (2) (3) (4)

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Maret 2016 1,754 1,786 1,770

September 2016 1,624 2,295 1,957

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Maret 2016 0,470 0,520 0,495

(6)

a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.

b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan.

Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah

Garis Kemiskinan.

c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilokalori (kkalori) per kapita per hari. Paket komoditas kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditas yang meliputi padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, serta minyak dan lemak, dll.

d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditas kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditas di perkotaan dan 47 jenis komoditas di perdesaan.

e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan September 2016 adalah data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) September 2016. Jumlah sampel secara Nasional sebanyak 75.000 rumatangga dan di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 4.740 rumahtangga. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditas Kebutuhan Dasar) yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditas pokok bukan makanan.

(7)

BPS PROVINSI SUMATERA UTARA

Informasi lebih lanjut hubungi:

Telepon: 061-8452343, Faks. 061-8452773

E-mail:

[email protected]

Referensi

Dokumen terkait

Maka dapat dikatakan latihan ini sangat baik sekali digunakan dalam latihan dalam permainan bola voli guna untuk meningkatkan lompat yaitu daya ledak otot tungkai dari

d) Panitia pengadaan meminta kesediaan 2 (dua) orang wakil dari penawar yang hadir sebagai saksi dan apabila tidak terdapat wakil penawar yang hadir pada saat

Pendidikan dapat menggunakan permainan drama, bermain pasir, boneka, balok atau yang lainnya untuk menolong anak- anak mengatasi kesulitan (Satmoko, 2006: 265). Di

Waktu yang sangat terbatas dengan jumlah yang cukup banyak yaitu 20 UKM masih kurang sehingga Pendampingan yang kami lakukan ke masing – masing UKM untuk lebih mengerti dalam

Pendidikan karakter merupakan bentuk pendidikan yang mengedepankan nilai moral dan nilai keagamaan melalui berbagai aspek kehidupan mulai dari kesopanan serta

Taman Impian Jaya Ancol merupakan kawasan rekreasi yang berada di Jakarta Utara dengan posisi yang berbatasan langsung dengan pantai utara Pulau Jawa.. Posisi Ancol

Tabel 4 dan 5 menunjukkan bahwa perlakuan jenis ekstrak antara konsentrasi biji dan daun nimba sama-sama memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap persentase

Dalam sambutannya Wakil Bupati Yuli Hastuti mengatakan, pelajar merupakan bagian yang potensial di bidang pembangunan olahraga, sehingga penyelenggaraan POPDA merupakan