• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UNAIDS) adalah menghilangkan stigma dan diskriminasi terkait Human

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UNAIDS) adalah menghilangkan stigma dan diskriminasi terkait Human"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan dalam United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) adalah menghilangkan stigma dan diskriminasi terkait Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS). Komitmen global UNAIDS mencapai akses universal untuk pencegahan HIV, pengobatan, perawatan dan dukungan yang didalamnya mencakup memajukan hak asasi dan kesetaraan gender untuk penanggulangan HIV. Visi yang ditetapkan adalah dengan zero stigma. Terdapat tiga tujuan UNAIDS di tahun 2015 ini yaitu 1) Menurunkan lebih dari setengah untuk negara-negara yang menerapkan hukum dan praktik sekitar penularan HIV, pekerja seks, pengguna obat maupun homoseksual, 2) Negara-negara yang menerapkan pembatasan terkait HIV untuk masuk, tinggal dan berdomisili dapat dieliminasi setengahnya, 3) Kebutuhan khusus HIV pada perempuan ditempatkan tidak kurang dari setengah respon nasional, 4) Toleransi nol untuk kekerasan gender (UNAIDS, 2014). Visi lain dari UNAIDS adalah tidak terdapat kematian terkait AIDS atau nol untuk kematian terkait AIDS. Terdapat 3 tujuan untuk mencapai visi ini yaitu 1) ODHA dapat mengakses pengobatan dengan mudah, 2) Menguatkan system komunitas dan nasional dalam pemberian layanan, 3) Meningkatkan akses pelayanan, perawatan, dukungan dan pelayanan proteksi sosial (UNAIDS, 2014).

(2)

Melihat beberapa visi dan tujuan UNAIDS tersebut maka perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan harus mampu mendukung program tersebut dengan memberikan pelayanan keperawatan bebas stigma dan diskriminasi serta mampu menguatkan pelayanan terhadap ODHA di klinik dan komunitas.

Pedoman penatalaksanaan HIV dan AIDS di Indonesia (Kementrian kesehatan RI, 2011) menyatakan terdapat empat pilar dalam penatalaksanaan HIV dan AIDS diantaranya adalah penanganan stigma terkait penyakit ini.

Jumlah kasus baru orang terinfeksi HIV lebih dari 7000 orang per hari (UNAIDS, 2014). Jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia semakin meningkat. Laporan Kementrian Kesehatan RI tahun 2014 menunjukan bahwa HIV dan AIDS hingga September 2014 sudah tersebar di 345 kabupaten dari 497 kabupaten/kota di Indonesia. Jumlah kumulatif HIV sebanyak 150.296 kasus, AIDS sebanyak 55.799 kasus.

Kasus HIV di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebanyak 2.611 dan kasus AIDS sebanyak 916. Prevalensi kasus AIDS per 100.000 penduduk di DIY sebanyak 26.49. Angka ini menempatkan DIY di peringkat 8 dari 33 propinsi yang melaporkan kasus. Jumlah kumulatif AIDS tertinggi pada kelompok usia 20-29 tahun (Dirjen P2PL RI, 2014).

Layanan aktif yang dilaporkan sampai bulan September 2014 diantaranya adalah layanan PDP (perawatan, dukungan, pengobatan) yang terdiri dari 278 RS Rujuan PDP (induk) dan 116 satelit, selain itu juga terdapat 83 layanan PTRM (Program Terapi Rumatan Metadon), 37 layanan IMS (Infeksi Menular Seksual), 113 layanan PPIA (Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak), 223 layanan untuk

(3)

TB-HIV (Dirjen P2PL RI, 2014). Layanan yang ada tersebut tentunya melibatkan banyak pihak diantaranya adalah tenaga kesehatan baik perawat, dokter, ahli gizi, laborat maupun lainnya.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Waluyo et al. (2015) didapatkan bahwa perawat di Indonesia mempunyai perilaku stigma yang tinggi terhadap ODHA. Perilaku tersebut diantaranya dilakukan oleh perawat dengan latar belakang pendidikan Sarjana.

Institusi pendidikan mempunyai tanggung jawab dalam menyelenggarakan pendidikan sesuai Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). KKNI untuk pendidikan tingkat sarjana berada pada level 6. Kualifikasi tersebut adalah 1) Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidangnya untuk menyelesaikan masalah serta mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi, 2) Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasar analisis informasi dan data, dan mampu memberikan petunjuk dalam berbagai alternative solusi secara mandiri dan kelompok, 3) Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi (Dirjen Dikti, 2011). Muatan isu nasional yang disarankan oleh HPEQ (2012) adalah 20 % diantaranya tentang perawatan HIV/AIDS. Kurikulum perlu didesain untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan perawat pendidik dalam merawat dan mencegah HIV/AIDS sehingga mereka siap untuk mengajar mahasiswa (WHO, 2015).

Institusi pendidikan perawat sebagai penyelenggara pendidikan dan penghasil calon tenaga profesional perawat juga mempunyai peran yang sangat

(4)

penting dalam menciptakan pelayanan prima ke pasien. Salah satunya adalah mendidik calon perawat yang tidak akan melakukan stigma dan perlakuan yang berbeda kepada penderita HIV dan AIDS. Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran UGM berdiri sejak tahun 1998/1999 bertujuan untuk menghasilkan Ners yang profesional. Sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia PSIK FK UGM melakukan berbagai inovasi. Materi tentang HIV dan AIDS dimasukan pada Blok 1.6 (PSIK UGM, 2011), Blok 2.1 dan Blok 2.3 (PSIK UGM, 2012).

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) FK UGM akan melalui jenjang pendidikan profesi dan melakukan praktik keperawatan di rumah sakit jejaring. Praktik keperawatan klinik ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar menerapkan asuhan keperawatan pada berbagai kasus diantaranya adalah HIV dan AIDS. Kondisi ini menuntut agar mahasiswa siap untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai tanpa diikuti stigma dan perlakuan diskriminasi. Penelitian sebelumnya menunjukan adanya stigma negatif dan perilaku diskriminatif petugas kesehatan terhadap ODHA (Yiu et al., 2010).

Stigma terkait HIV pada mahasiswa ilmu keperawatan merupakan hal yang penting namun penelitiannya masih sangat terbatas. Sejauh ini belum ada penelitian pengaruh intervensi workshop untuk menurunkan stigma terkait HIV AIDS ke mahasiswa PSIK FK UGM, meskipun materi tentang HIV AIDS sudah disisipkan dalam kurikulum di jenjang pendidikan sarjana.

Studi pendahuluan sudah dilakukan oleh peneliti kepada penderita HIV dan mahasiswa PSIK FK UGM. Pertama terhadap penderita HIV, dengan

(5)

menggunakan wawancara sederhana peneliti mendapatkan data bahwa penderita HIV merasakan adanya stigma dan perlakuan yang berbeda dari perawat berupa tatapan mata, menghindari tindakan maupun menolak melakukan tindakan ke pasien. Kondisi ini menimbulkan ketidaknyamanan pada penderita HIV dan AIDS. Mereka berharap tenaga kesehatan khususnya perawat dapat memberikan pelayanan yang sesuai standar, tanpa stigma dan perlakuan berbeda. Kondisi ini merupakan tantangan bagi pelayanan kesehatan untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi penderita HIV AIDS.

Studi pendahuluan yang sudah dilakukan oleh peneliti berikutnya terhadap mahasiswa PSIK FK UGM dengan wawancara sederhana. Hasilnya menunjukan bahwa mahasiswa PSIK FK UGM pada jenjang pendidikan sarjana di tahun akhir mempunyai stigma negatif terhadap pasien HIV dan AIDS. Stigma mahasiswa ini berupa anggapan HIV/AIDS sebagai penyakit kotor akibat perilaku menyimpang, merasa ngeri dan takut jika berinteraksi dengan ODHA, merasa pengetahuan masih terbatas dalam merawat pasien HIV, takut tertular ketika dijenjang pendidikan profesi bertugas untuk melakukan perawatan kepada pasien HIV/AIDS. Mahasiswa PSIK FK UGM sebagai calon tenaga perawat profesional juga mempunyai potensi menjadi model peran dan sumber informasi yang reliable untuk profesi lain, teman dan tetangganya (Rahlenbeck, 2004). Jika mahasiswa intervensi pencegahan HIV, maka mereka akan mempunyai pengetahuan yang bagus, perilaku positif, perilaku beresiko rendah. Untuk itulah maka stigma terkait HIV/AIDS pada mahasiswa PSIK FK UGM sebagai calon pemberi pelayanan keperawatan harus dikurangi.

(6)

Intervensi yang dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan, perilaku dan emosi pada saat merawat ODHA sangat penting dilakukan untuk menurunkan stigma. Workshop merupakan pembelajaran aktif yang tidak hanya melibatkan kognitif namun juga perilaku sehingga dapat memberikan hasil yang baik. Penurunan stigma terkait HIV dan AIDS merupakan hal yang sangat penting, sesuai dengan pedoman penatalaksanaan HIV dan AIDS Kementrian Kesehatan RI (2011). Kondisi ini yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Pengaruh workshop mengenal HIV/AIDS terhadap stigma

terkait HIV dan AIDS pada mahasiswa PSIK FK UGM”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh workshop mengenal HIV/AIDS terhadap stigma terkait HIV dan AIDS pada mahasiswa PSIK FK UGM?

C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui stigma terkait HIV AIDS pada mahasiswa PSIK FK UGM a. Mengetahui kategori stigma pada mahasiswa PSIK FK UGM

b. Mengetahui frekuensi kategori stigma terkait HIV/AIDS pada mahasiswa PSIK FK UGM

(7)

2. Mengetahui pengaruh workshop mengenal HIV/AIDS dan kuliah terstandar terhadap stigma terkait HIV dan AIDS pada mahasiswa PSIK FK UGM, yang meliputi:

a. Mengetahui pengaruh workshop mengenal HIV/AIDS terhadap stigma terkait HIV dan AIDS pada mahasiswa PSIK FK UGM

b. Mengetahui pengaruh kuliah terstandar terhadap stigma terkait HIV dan AIDS pada mahasiswa PSIK FK UGM

c. Mengetahui pengaruh workshop mengenal HIV/AIDS dan kuliah terstandar terhadap stigma terkait HIV dan AIDS pada kelompok gabungan

d. Mengetahui perbedaan pengaruh workshop mengenal HIV/AIDS dengan kuliah terstandar terhadap domain stigma terkait HIV dan AIDS pada mahasiswa PSIK FK UGM.

D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi institusi pendidikan:

a. Untuk menjelaskan stigma terkait HIV dan AIDS pada mahasiswa PSIK FK UGM.

b. Mengevaluasi dan mereview stigma terkait HIV dan AIDS pada mahasiswa PSIK FK UGM.

c. Memberikan masukan kepada PSIK FK UGM tentang stigma terkait HIV dan AIDS pada mahasiswa PSIK FK UGM.

(8)

d. Memberikan masukan tentang metode pembelajaran yang tepat bagi mahasiswa PSIK FK UGM.

2. Layanan kesehatan:

Memperbaiki pelayanan keperawatan terhadap pasien HIV dan AIDS yang diberikan oleh mahasiswa PSIK FK UGM

3. Pasien:

Mendapatkan pelayanan keperawatan tanpa stigma dari mahasiswa keperawatan yang melakukan praktik klinik.

4. Peneliti:

a. Mendapatkan gambaran stigma mahasiswa PSIK FK UGM terhadap penderita HIV dan AIDS

b. Melakukan inovasi pendidikan untuk materi pembelajaran HIV dan AIDS

c. Sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang pengaruh program intervensi terhadap stigma terkait HIV dan AIDS pada mahasiswa PSIK FK UGM belum pernah dilakukan sebelumnya. Peneliti menemukan beberapa penelitian sebelumnya diantaranya penelitian tentang HIV Intervention to reduce HIV/AIDS stigma : systematic review (Sengupta et al., 2011). Penelitian Sengupta et al. (2011) didapatkan dari 6 artikel yang menggunakan randomized control group, pretest posttest with a non randomized control group, pretest posttest one group design. Artikel yang dipilih

(9)

semuanya menggunakan informasi sebagai intervensinya. Penelitian Knaus (1999) menunjukan pemberian informasi pada mahasiswa selama 1 kali pertemuan dapat menurunkan stigma. Salah satu artikel menggunakan informasi, membangun ketrampilan dan testimony ODHA. Pengukuran stigma dilakukan pada pre dan post intervensi dengan menggunakan kuesioner yang berisi setuju dan tidak setuju terhadap pernyataan yang ada. Systematic review memberikan pengertian yang lebih baik tentang bagaimana stigma HIV/AIDS diukur dalam penelitian intervensi, bagaimana strategi intervensi yang dilakukan untuk menurunkan stigma, target strategi penurunan stigma, intervensi Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti terdapat pada lokasi, responden, metode penelitian. Penelitian Sengupta et al. (2011) dengan melakukan identifikasi penelitian yang dipublikasikan di data based elektronik. Responden dalam penelitian Sengupta et al. (2011) adalah orang dengan HIV positif dan HIV negatif, tenaga kesehatan, siswa, pasien. Persamaannya dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan adalah pada salah satu variabelnya yaitu intervensi untuk menurunkan stigma terhadap HIV dan AIDS.

Stang et al. (2013) dalam penelitiannya yang berjudul A systematic review of intervention to reduce HIV related stigma and discrimination from 2002-2013: how far have we come? Menunjukan terdapat beberapa penelitian yang melakukan intervensi berupa pemberian informasi terhadap mahasiswa dan hasilnya dapat menurunkan stigma terkait HIV/AIDS. Penelitian yang dilakukan oleh Brown (2009) di Afrika Selatan dengan intervensi berupa pemberian informasi selama 1 sesi terhadap mahasiswa, diikuti dan diukur lagi setelah tiga

(10)

minggu kemudian. Hasilnya intervensi yang dilakukan dapat menurunkan stigma. Deutsch (2007) memberikan intervensi berupa informasi dan skill building terhadap mahasiswa di USA selama 2 sesi. Stigma diukur kembali dengan kuesioner yang sama pada 2 minggu kemudian. Hasilnya intervensi dapat menurunkan stigma terhadap HIV/AIDS. Yiu et al. (2010) melakukan intervensi berupa kuliah terstandar dan kontak dengan ODHA selama 50 menit kepada mahasiswa perawat di Hong Kong. Stigma diukur lagi dengan kuesioner yang sama pada 6 minggu kemudian. Hasilnya intervensi dapat menurunkan stigma. Perbedaan dengan penelitian saat ini terdapat pada alat ukur yang digunakan, intervensi yang dilakukan dan lokasi penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh Patton et al. (2013) tentang Assessment of HIV related stigma in a US faith based HIV education and testing intervention. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdapat pada lokasi, responden metodologi penelitian yang digunakan. Penelitian Patton et al. (2013) dilakukan di African Amerika, terdapat kelompok perlakuan dan kelompok pembanding. Kelompok perlakuan mendapatkan pendidikan HIV, test dan pesan atau aktifitas seperti brosur, bulletin dan testimoni. Penelitian Patton et al. (2013) dilakukan di komunitas dengan melibatkan pekerja sosial. Hasilnya kelompok perlakuan mengalami penurunan stigma. Persamaan terdapat pada salah satu variabelnya yaitu stigma terkait HIV AIDS.

Penelitian Nyblade et al. (2013) tentang A brief standardized tool for measuring HIV related among health facility staff stigma: result of field of testing in China, Dominica, Egypt, Kenya, Puerto Rico, st Christopher & Nevis.

(11)

Perbedaan dengan penelitian peneliti terdapat pada lokasi, variabel, responden, metodologi, alat ukur yang digunakan. Penelitian Nyblade et al. (2013) berupa survey yang dilakukan di beberapa negara, responden adalah orang-orang yang ahli yang terlibat dalam workshop dalam mengembangkan isi untuk mereview pengukuran, adanya jarak, pertanyaan prioritas. Hasilnya penurunan stigma di fasilitas kesehatan merupakan hal yang segera dan penting dilakukan, untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, meningkatkan hak asasi manusia di fasilitas kesehatan, meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi ODHA, meningkatkan pencegahan dan penatalaksanaan terhadap HIV. Panduan terstruktur ini akan membantu dalam pengukuran stigma pada penelitian yang dilakukan dan dalam koleksi data rutin. Selain itu alat ukur ini dapat digunakan untuk memonitor stigma di fasilitas kesehatan dan mengevaluasi program penurunan stigma. Alat ukur ini dapat digunakan untuk survey sendiri atau terintegrasi dengan penelitian fasilitas kesehatan yang lain. Persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan sekarang terdapat pada mengukur stigma tentang HIV dan AIDS.

Penelitian Implementating a Stigma Reduction Intervention in Heatlh Care setting (Li et al., 2013). Perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan saat ini terdapat pada lokasi, responden, metode penelitian, alat ukur yang digunakan. Penelitian Li et al. (2013) melibatkan empat puluh rumah sakit di China, pemerintah dalam kebijakan dan menyediakan universal precaution, waktu pengumpulan data antara enam bulan dan dua belas bulan.

(12)

Penelitian Understanding HIV-related stigma among Indonesian nurses (Waluyo et al., 2015). Perbedaan dengan penelitian ini terdapat pada metode penelitian, responden, alat ukur yang digunakan. Peneltian Waluyo et al. (2015) melibatkan sekitar 400 perawat yang tersebar di beberapa rumah sakit di Jakarta. Hasil yang didapatkan pada penelitian tersebut perilaku stigma perawat terhadap ODHA tinggi.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1)

Dalam teks, muncul kata-kata tertentu yang dominan dan dinaturalisasikan kepada pembaca. Kata tersebut selalu diulang-ulang dalam berbagai peristiwa tutur. Kata-kata

Tujuan akhir model indeks tunggal adalah sama halnya dengan analisis Markowitz, melacak batas efisien (efficient frontier) dari set portofolio yang dimana investor akanmemilik

Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada kesadaran, bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik, sesuai dengan nilai dan norma yang

20 Tahun 2001 Tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing yakni dalam rangka lebih mempercepat peningkatan dan perluasan kegiatan

Hasil yang diperoleh dari pembuatan ekstrak etanol daun sirsak dengan nilai rendemen 20,71%. Untuk hasil dari pembuatan basis gel menghasilkan gel yang sedikit lebih kental

Tindakan Bendahara melakukan pengisian data simpanan seperti id anggota, jumlah uang yang ingin disimpan dan jenis simpanan uang lalu tekan tombol simpan.. Post Kondisi