1
PENGARUH PERBANDINGAN VOLUME SERAT SABUT KELAPA DENGAN MATRIK POLYESTER TERHADAP KEKUATAN MEKANIS
MATERIAL KOMPOSIT
Khanif Setiawan 1), Bambang Sugiantoro 2) , Lutfi Ikhsan Nasif3)
1,2,3)
Teknik Mesin STT Wiworotomo Purwokerto, Jl. Semingkir No. 1 Purwokerto
email : hanif.sttw@gmail.com,
Dalam ilmu perkembangan pengetahuan dan teknologi komposit mulai bergeser dari serat sintetis ke serat alami, pemanfaatan material komposit pada saat ini semakin berkembang, seiring dengan meningkatnya penggunaan bahan tersebut yang semakin meluas mulai dari yang sederhana seperti alat-alat rumah tangga sampai sektor industri. Tujuan dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan hasil pengujian pengaruh perbandingan volume serat sabut kelapa terhadap pengujian tarik, pengujian impack dan struktur makro. Serat tersebut diharapkan dapat menghasilkan komposit yang lebih keras dan lebih ulet. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan spesimen baru menggunakan variasi volume serat 30%, 40% dan 50%. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi volume serat. Dalam penelitian ini material benda kerja yang digunakan sebanyak 18 buah. Dari hasil penelitian tersebut lebih baik menggunakan serat sabut kelapa 30% dan resin 70% yang menghasilkan kuat tarik sebesar 18,6 N/mm². Dan untuk pengujian impack sebaiknya menggunakan 50% serat sabut kelapa 50% resin yang menghasilkan 0,0186 J/mm2. Jadi dengan komposisi yang menggunakan resin lebih banyak dibandingkan serat akan menghasilkan kekuatan tarik yang baik, dan jika dengan komposisi resin dan serat seimbang akan menghasilkan harga impack yang baik.
Kata kunci : Serat sabut kelapa, matrik, kekuatan mekanis
1. PENDAHULUAN
Perkembangan penggunaan bahan komposit berbahan alam (Natural Composite/Naco) dalam bidang industri otomotif saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan berusaha menggeser keberadaan bahan sintetis yang sudah biasa dipergunakan sebagai penguat pada bahan komposit seperti, E-Glass, Kevlar-49, Carbon/Graphite, Silicone Carbide, Aluminium Oxide dan Boron. Sebagai contoh, PT. Toyota di Jepang telah memanfaatkan bahan komposit berpenguat serat kenaf sebagai komponen panelinterior mobil.
Selain itu, produsen mobil Daimler-Bens telah memanfaatkan serat abaca sebagai penguat bahan komposit untuk dashboard. Penggunaan bahan serat alam ini lebih disukai karena disamping biayanya relatif lebih murah juga bersifat ramah lingkungan.
Tanaman kelapa merupakan tanaman yang banyak dijumpai di seluruh pelosok Nusantara, sehingga hasil alam berupa kelapa di Indonesia sangat melimpah. Sampai saat
ini pemanfaatan limbah berupa sabut kelapa masih terbatas pada industri-industri mebel dan kerajinan rumah tangga dan belum diolah menjadi produk teknologi. Limbah serat buah kelapa sangat potensial digunakan sebagai penguat bahan baru pada komposit.
Beberapa keistimewaan pemanfaatan serat sabut kelapa sebagai bahan baru rekayasa antara lain menghasilkan bahan baru komposit alam yang ramah lingkungan dan mendukung gagasan pemanfaatan serat sabut kelapa menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi, nilai teknologi tinggi dan juga dapat diperbarui. Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu dilakukan adanya penelitian tentang pemanfaatan limbah serat sabut kelapa sebagai bahan penguat komposit.
2. KAJIAN LITERATUR DAN
PEGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Pengertian Bahan Komposit
Menurut Gibson (1994) Komposit adalah perpduan dari bahan yang dipilih berdasarkan kombinasi sifat fisik masing-masing material
2 penyusun untuk menghasilkan material baru dengan sifat yang unik dibandingkan sifat material dasar sebelum dicampur dan terjadi ikatan permukaan. antara masing-masing material penyusun. Dari campuran tersebut akan dihasilkan material komposit yang mempunyai sifat mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material pembentuknya. Pada umumnya bahan komposit terdiri dari dua unsur, yaitu serat (fiber) dan bahan pengikat serat-serat tersebut yang disebut matriks. Komposit juga dapat dibentuk dari kombinasi dua atau lebih material, baik logam, organik ataupun anorganik. Kombinasi material yang mungkin di dalam komposit tidak terbatas, namun unsur pokok dari bentuknya terbatas. Unsur pokok dalam komposit adalah serat, partikel, lamina atau lapisan, flake, filler dan matriks. Matrik adalah unsur pokok tubuh komposit yang menjadi bagian penutup dan pengikat struktur komposit. Serat, partikel, lamina (lapisan), flake, filler dan matriks merupakan unsur pokok struktur karena unsur tersebut menentukan struktur karena unsur tersebut menentukan struktur internal komposit (Schwartz, 1984).
Unsur utama komposit adalah serat, serat inilah yang terutama menentukan karakteristik bahan komposit, seperti kekakuan, kekuatan serta sifat-sifat mekanik yang lainnya. Seratlah yang menahan sebagian besar gaya-gaya yang bekerja pada bahan komposit, sedangkan matriks bertugas melindungi dan mengikat serat agar dapat bekerja dengan baik. Salah satu keuntungan material komposit adalah kemampuan material tersebut untuk diarahkan sehingga kekuatannya dapat diatur hanya pada arah tertentu yang kita kehendaki. Hal ini dinamakan "Tailoring Properties" ini adalah salah satu sifat istimewa komposit dibandingkan dengan material konvensional lainnya. Selain kuat, kaku dan ringan komposit juga memiliki ketahanan terhadap korosi yang tinggi serta memiliki ketahanan yang tinggi pula terhadap beban dinamis (Hadi, 2000). Oleh karena itu, untuk bahan serat digunakan bahan yang kuat, kaku dan getas, sedangkan bahan matriks dipilih bahan-bahan yang liat dan lunak. Selain itu, keuntungan lain penggunaan komposit antara lain ringan, tahan korosi, tahan air,
performance-nya menarik, tanpa proses pemesinan dan beban konstruksi juga menjadi lebih ringan.
Komposit sendiri dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam diantaranya adalah komposit partikulat, komposit fiber dan komposit structure. Dimana pada komposit fiber dapat dibagi menjadi dua yaitu continuous dan discontinuous.
2.2 Klasifikasi Bahan Komposit
Dalam struktur komposit, bahan komposit partikel tersusun dari partikel-partikel disebut bahan komposit partikel-partikel (particulate composite). Menurut definisinya partikelnya berbentuk beberapa macam seperti bulat, kubik, tetragonal atau bahkan bentuk-bentuk yang tidak beraturan secara acak, tetapi secara rata-rata berdimensi sama. Bahan komposit partikel umumnya digunakan sebagai pengisi dan penguat bahan komposit keramik (ceramic matrik composite) (Hadi, 2000). Bahan komposit partikel pada umumnya lebih lemah dibanding bahan komposit serat. Bahan komposit partikel mempunyai keunggulan, seperti ketahanan terhadap aus, tidak mudah retak dan mempunyai daya pengikat dengan matrik yang baik.
Unsur utama komposit adalah serat yang mempunyai banyak keunggulan, oleh karena itu bahan komposit serat yang paling banyak dipakai. Bahan Komposit serat terdiri dari serat-serat yang diikat oleh matrik yang saling berhubungan. Bahan komposit serat ini terdiri dari dua macam, yaitu serat panjang (continuos fiber) dan serat pendek (short fiber atau whisker). Dalam penelitian ini diambil bahan komposit serat (fiber composite). Pengunaan bahan komposit serat sangat efisien dalam menerima beban dan gaya. Karena itu bahan komposit serat sangat kuat dan kaku bila dibebani searah serat, sebaliknya sangat lemah bila dibebani dalam arah tegak lurus serat (Hadi, 2000).
2.3 Karakteristik Material Komposit
Secara garis besar dapat disebutkan bahwa serat alam adalah kelompok serat yang dihasilkan dari tumbuhan, binatang dan mineral. Penggunaan serat alam pada industri tekstil dan kertas secara luas tersedia dalam
3 bentuk serat sutera, kapas, kapuk, rami kasar (flak), goni, rami halus dan serat daun. Disamping serat alami ini digunakan pada industri tekstil dan kertas, komposit dengan serat alam ini digunakan juga sebagai bahan interior otomotif dan pesawat terbang dan penelitian komposit dengan serat alam ini masih diteliti dan dikaji sampai sekarang.
Dari pembahasan diatas dapat dijelaskan berbagai macam serat dengan melihat Tabel 2.1 Komposisi unsur kimia serat alam
Tabel 2.1 Komposisi unsur kimia serat alam
Pada komposisi Komposit dengan penguat serat (fibrous composite) sangat efektif, karena bahan dalam bentuk serat jauh lebih kuat dan kaku dibanding bahan yang sama dalam bentuk padat (bulk). Kekuatan serat terletak pada ukurannya yang sangat kecil, kadang-kadang dalam orde micron. Ukuran yang kecil tersebut menghilangkan cacat-cacat dan ketidak sempurnaan. Kristal yang biasa terdapat pada bahan pembentuk padatan besar, sehingga serat Sifat mekanis dan dimensi dari beberapa serat alam dapat ditunjukan pada tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Sifat mekanis dan dimensi dari beberapa serat alam
Salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan karakteristik material komposit Salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan karakteristik
material komposit adalah
kandungan/prosentase antara matriks dan serat. Sebelum melakukan proses pencetakan komposit, telebih dahulu dilakukan penghitungan mengenai volume skin atau layer komposit (Vskin atau layer), volume serat (Vserat), massa serat (mserat) sebelum komposit dicetak. Volume Skin/Layer (Vskin) di cari dengan persamaan 2.1, 2.2.dan 2.3.
Vskin=pskin lskin tskin ……….(Pers 2.1)
di mana :
Vskin = Volume skin/layer sebelum dicetak (cm3)
pskin = Panjang skin/layer sebelum dicetak (cm)
lskin = Lebar skin/layer sebelum dicetak (cm)
tskin = Tinggi skin/layer sebelum dicetak (cm)
.
% …………(Pers 2.2)
di mana :
Vskin =Volume skin/layer sebelum dicetak (cm 3
) Vserat =Volume serat sebelum dicetak (cm
3
) Fraksi volume=Fraksi volume (%)
Massa Serat (mserat)t =Vserat.ρserat …..(Pers 2.3)
di mana :
mserat=Massa serat sebelum dicetak (gr)
Vserat=Volume serat sebelum dicetak (cm 3
)
ρserat=Massa jenis serat sebelum dicetak (gr/cm 3
)
Volume Matrik Vm=FRAKSImatrik.Vskin……(Pers 2.4) di mana :
Vm=Volume matrik (cm3)
FRAKSImatrik=fraksi matrik yang digunakan (%)
Vkatalis = Vm . FRAKSIkatalis
Vkatalis = volume katalis (cm3)
FRAKSIkatalis=fraksi katalis yang digunakan (%)
2.4 Pengujian Tarik
Salah satu pengujian tegangan dan regangan (stress strain test) adalah pengujian tarik (tension test). Dari pengujian ini dapat kita ketahui beberapa sifatmekanik material yang sangat dibutuhkan dalam desain rekayasa. Sebagaimana ditunjukan pada Gambar 2.8.
4 Gambar 2.8 Pengujian Tarik
Dari pengujian ini adalah grafik beban versus perpanjangan (elongation). Beban dan elongation /Engineering Stress (σ) dihitung dengan persamaan 2.5
………(Pers 2.5) di mana :
σ=Engineering Stress (tegangan) (N/m²). F=Beban yang diberikan dalam arah tegak
lurus terhadap penampang spesimen (N). Ao =Luas penampang mula-mula spesimen
sebelum diberikan pembebanan (m2).
Engineering Strain (ε) dihitung dengan persamaan 2.6, sebagai berikut,
ε ! "
" ∆$/&'………..(Pers 2.6)
Di mana :
ε=Engineering Strain (regangan).
lo=Panjang mula-mula spesimen sebelum
diberikan pembebanan. li=Panjang spesimen setelah ditarik.
2.5 Beban Impak
Beban impak sering didefinisikan sebagai beban yang bekerja pada struktur dalam waktu yang sangat singkat, umumnya kurang dari 1 detik, bahkan hanya selama beberapa milidetik. Beberapa contoh beban impak adalah beban tekanan udara akibat bom, tembakan peluru, atau benturan benda pada struktur.
Pada beberapa struktur, umumnya dengan alasan keamanan, struktur tersebut
harus direncanakan terhadap beban impak yang mungkin terjadi selama umur rencana bangunan. Analisis struktur terhadap beban impak umumnya meliputi: prediksi besar dan lama pembebanan beban impak, analisis perilaku elemen
struktur dan struktur secara keseluruhan terhadap beban impak, analisis kekuatan struktur terhadap beban impak yang tertera pada gambar 2.9 dibawah.
Gambar 2.9 analisis kekuatan struktur terhadap beban impak
3. METODE PENELITIAN
5
3.1 Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas
Dalam penelitian komposit dengan serat sabut kelapa yang dilakukan pengujian tarik dan pengujian impak, yang menjadi variable bebas adalah fraksi volume serat 30%, 40% dan 50%.
b. Variabel Terikat
Dalam penelitian komposit dengan serat sabut kelapa yang dilakukan pengujian tarik dan pengujian impack ,ini yang menjadi variable terikat adalah kekuatan dengan serat sabut kelapa dan kekuatan impack komposit dengan serat sabut kelapa.
c. Variabel Kontrol
Dalam penelitian komposit dengan serat sabut kelapa yang dilakukan pengujian tarik dan pengujian impack ini variable kontrolnya adalah jenis matrik dan jenis material pengisinya. Matriks atau pengikat serat yang digunakan adalah jenis Resin Polyester Unsaturated Polyester sedangkan jenis material pengisinya adalah Serat Acak (Randomly) serat sabut kelapa.
3.1 Uji Tarik
Mesin yang digunakan untuk uji tarik sebisa mungkin mampu menjaga agar kecepatan pembebanan tarik tetap konstan selama pengujian. Uji Tarik ini menggunakan uji tarik Servopulser yang ada di Laboratorium Ilmu Bahan Diploma Teknik Mesin universitas Gajah Mada Yogyakarta.
3.3 Mesin Uji Impack
Uji impack dilakukan dengan tujuan mengetahui karakteristik fracture toughness (crack growth resistance) suatu material. Di industri nuklir, khususnya untuk bejana tekan reaktor nuklir, uji impack banyak dilakukan dalam kaitannya dengan Surveillance Test Program, yaitu pengujian-pengujian terhadap material untuk mengetahui derajat penggetasan (embrittlement) yang diakibatkan oleh pemanasan dan iradiasi neutron. Hasil-hasil pengujian ini selanjutnya akan digunakan untuk melakukan kajian integritas struktur bejana tekan reaktor.
Matrik yang digunakan adalah jenis thermosetting plastic yaitu resin poliester
Unsatarated Polyester Yukalac. Katalis yang digunakan adalah katalis MEKPO (Methyl Ethyl Ketone Peroxide). Sedangkan serat, yang digunakan dalam penelitian ini adalah Serat sabut kelapa.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1 Data hasil pengujian tarik komposit serat sabut kelapa.
Rumus dan Perhitungan tegangan tarik komposit 30%, 40% dan 60% serat sabut kelapa.Untuk menghitung tegangan tarik, spesmen 1 dengan memasukan persamaan a) Fraksi komposit serat 30% serat sabut
kelapa. Spesmen 1σ = ( )" = *+,, -*,.,,+ 001 = 19 N/mm2
b) Fraksi komposit serat 40% serat sabut kelapa Spesmen 1σ = ( )" = *+2, -**,,3+ 001 = 18 N/mm 2
c) Fraksi kompsosit serat 50% serat sabut kelapa Spesmen 1σ= ( )" = *,,, -22,,4 001 = 11 N/mm 2
Rumus dan perhitungan regangan terik komposit 30%, 40% dan 50% serat sabut kelapa. Untuk menghitung regangan tarik, spesmen 1 dengan memasukkan persamaan
a) Fraksi komposit 30% serat sabut kelapa Spesmen 1 ɛ = )5
5"6 100%
= 9,+ ::
;, ::6 100% = 16%
No Spesimen Lebar Tebal Tegangan Regangan
(mm) (mm) (MPa) (%) 1 30% 12,30 8,30 19 16 2 12,80 8,00 10 12 3 11,70 6,90 27 27 1 40% 13,30 8,30 18 44 2 13,50 8,00 13 30 3 12,30 8,20 3 18 1 50% 12,40 7,10 11 9 2 12,50 7,10 8 6 3 11,80 6,70 11 6
6
b) Fraksi komposit serat 40% serat sabut kelapa Spesmen 1 ɛ = )5
5"6 100% = ..,. ::
;, :: 6 100% = 44 %
c) Fraksi komposit serat 50% serat sabut kelapa = *,,,
-22,,4 001 = 11 N/mm 2
Tabel 4.2 Data hasil pengujian tarik serat sabut kelapa Variasi Sabut Kelapa Tegangan Max ɛ ( σU ) (N/mm2) (%) 30% 18,6 18,3 40% 11,3 30,6 50% 10 7,0
hubungan antara volume partikel dan tegangan tarik komposit terhadap hasil pengujian tarik serat sabut kelapa dijelaskan pada grafik 4.1
Gambar 4.1 Grafik,a,b,c adalah hasil uji tarik 3 specimen fraksi volume serat sabut kelapa hubungannya dengan regangan tarik.
4.1 Deskripsi Data Pengujian Impack
Hasil pengujian Impack dilakukan menggunakan palu seberat 20 kg, serta dilakukan pada posisi tengah menggunakan Metode Carpy, panjang lengan palu 0,8 m, menggunakan standard ASTM 23. Hasil pengujian spesmen dengan 30%, 40% dan 50% sabut kelapa pada campuran resin dan katalis. Contoh analisa perhitungan uji impack untuk spesmen 30% serat sabut kelapa adalah sebagai berikut :
a. Spesmen 1 HI = <=>?@A )B = .,, C +3,+ 001 = 0,022 J/mm 2 a b c
7
No. Komposisi
Sudut Energi Sudut Energi Luas Harga Impact
α ( o ) Terpasang (J) β ( o ) Terserap (J) ( mm 2 ) ( J/mm2 ) 1 30% 30 21 28,5 2,0 93,9 0,022 2 30 21 29,5 0,7 79,2 0,009 3 30 21 29,0 1,4 78,1 0,018 1 40% 30 21 29,0 1,4 97,4 0,014 2 30 21 29,5 0,7 93,6 0,007 3 30 21 29,1 1,2 87,5 0,014 1 50% 30 21 28,5 2,0 88,8 0,023 2 30 21 28,0 2,7 81,5 0,033 3 30 21 28,0 2,7 81,7 0,033 b. Spesmen 2 HI = <=>?@A )B = ,,9 C 9+,. 001 = 0,009 J/mm 2 c. Spesmen 3 HI = <=>?@A )B = *,4 C 92,* 001 = 0,018 J/mm 2
4.2 Data Uji Impack
Pengujian impack komposit serat sabut kelapa masing-masing sampel dilakukan pengujian 3 kali, karena pada penelitian ini menggunakan 3 sampel dan masing-masing sampel dilakukan pengujian 3 kali maka jumlah total 9 kali pengujian. Data uji impack dengan masing-masing spesimen menggunakan mesin uji impack, didapat data harga impack. Data dan hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Data hasil pengujian impack komposit serat sabut kelapa
Tabel 4.2 menunjukan hasil pengujian impack spesmen dengan fraksi volume serat 30%, 40% dan 50% serat sabut kelapa, perbandingan harga impack rata-rata dilihat pada gambar 4.2
Gambar 4.2 Grafik perbandingan harga impack rata-rata dalam J/mm2
4.3 Pengujian Struktur Makro
Pada penelitian ini sifat komposit serat sabut kelapa dengan masing-masing fraksi volume 30%, 40% dan 50%, agar lebih bisa diketahui susunan partikel serat sabut kelapa dilakukan pengambilan foto makro pada hasil patahan pengujian tarik. Foto makro ini menggunakan perbesaran 10x, berikut ini adalah hasil foto makro pengujian tarik komposit serat sabut kelapa. Foto struktur makro komposit serat sabut kelapa dengan fraksi volume 30%, 40% dan 50 % sebagai berikut,
8
Gambar 4.7 Foto makro serat sabut kelapa 30%, 40% dan 50% setelah uji tarik. Hasil uji variasi serat terhadap kekuatan tarik dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Data hasil uji variasi serat terhadap kekuatan tarik
Spesmen 30% 40% 50% 1 19 18 11 2 10 13 8 3 27 3 11 Total 56 34 30 Observasi 3 3 3 Rata-rata 18,6 11,3 10
Berdasarkan analisa diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kekuatan tarik maksimal dihasilkan pada komposisi serat sabut kelapa sebesar 30% yaitu dengan rata-rata 18,6 N/mm2. Akan tetapi pada regangan yang dihasilkan terbesar pada komposisi serta sabut kelapa sebesar 40% yaitu dengan rata-rata 30,6 %. Kekuatan Impak terbesar terjadi pada komposisi serat sabut kelapa sebesar 50% yaitu dengan rata-rata 0,0186 J/mm2. Setelah data hasil pengujian didapat maka diketahui pernyataan sebagai berikut :
a. Penambahan fraksi volume serat sabut kelapa komposit ada pengaruh terhadap kekuatan tarik dan impak. Di karenakan terdapat kenaikan volume serat di 30%, karena lebih banyak campuran resinnya. Sedangkan untuk impack fraksi kenaikan terbesar terjadi di fraksi volume 50% karena lebih banyak campuran seratnya.
(a) Foto makro serat sabut kelapa
30% setelah uji tarik (b) Foto makro serat sabut kelapa 40% setelah uji tarik
(c) Foto makro serat sabut kelapa 50% setelah uji tarik
9
b. Dari penelitian diperoleh besarnya kekuatan tegangan tarik rata-rata pada fraksi volume serat sabut kelapa 30% sebesar 18,6 Mpa, fraksi volume serat sabut kelapa 40% sebesar 11,3 Mpa, fraksi volume serat sabut kelapa 50% sebesar 10 Mpa. Hasil analisis data yang dilakukan diperoleh ada pengaruh positif terhadap kekuatan tarik, itu dibuktikan dengan adanya kenaikan kekuatan tarik dari fraksi volume serat 30% ke 40% dan 50%. Kemudian kekuatan tarik terbesar terjadi pada fraksi volume 30%. Maka atas dasar hasil pengolahan dan interprestasi data diatas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kekuatan tarik yang dihasilkan apabila fraksi volume partikel-partikel matrik pada serat sabut kelapa dikurangi jadi kekuatan tarik dipengaruhi banyaknya campuran resin dan katalis.
c. Dari penelitian diperoleh besarnya harga impack rata-rata pada fraksi volume serat sabut kelapa 30% sebesar 0,0163 J/mm2, fraksi volume serat sabut kelapa 40% sebesar 0,0116 J/mm2, fraksi volume serat sabut kelapa 50% sebesar 0,0186 J/mm2. Hasil analisis data yang dilakukan diperoleh ada pengaruh negatif terhadap harga impack, itu dibuktikan dengan adanya penurunan harga impack pada komposisi 40% serat sabut kelapa. Kemudian harga impack rata-rata terbesar terjadi pada fraksi volume 50%. Maka atas dasar hasil pengolahan dan interprestasi data diatas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh harga impack yang dihasilkan terhadap fraksi volume partikel-partikel matrik pada komposit serat sabut kelapa.
5. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian dan pengujian terhadap komposit sabut kelapa dan plastik dimana pengujian tersebut meliputi pengujian kekuatan tarik, pengujian impack dan pengamatan dengan foto makro dapat diperoleh data-data yang dihasilkan dari masing-masing spesimen, maka di ambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada pengujian tarik, kekuatan tarik mengalami kenaikan dari fraksi volume serat 30% ke 40% dan dari 40% ke 50%, dimana kekuatan tarik terbesar terjadi pada fraksi volume serat 30% yaitu sebesar 18,6 N/mm2 ,itu diakibatkan pada proses pengepresan spesimen kurang merata dan kurang menyatu antara serat dan resin.
2. Pada pengujian impack, harga impack mengalmi penurunan dari 30% ke 50%, dimana harga impack terbesar dihasilkan pada komposisi serat sabut kelapa 50% yaitu sebesar 0,0186 J/mm2.
B. Saran
1. Pada proses pembuatan spesimen komposit dengan partikel serat sabut kelapa ataupun serat alam lainnya harus lebih teliti terutama pada partikel serat alam tersebut, agar terikat merata pada saat penempatan serat. Sebaiknya pada proses pembuatan komposit menggunakan alat press yang lebih baik lagi agar tidak ada udara yang terdapat pada komposit.
2. Void diusahakan seminimal mungkin dalam proses pembuatan komposit serat sabut kelapa, penyebaran serat sabut kelapa harus benar-benar merata sehingga akan menghasilkan kekuatan dan kekakuan yang baik dan ketepatan dalam pengujian, dan untuk meminimalisir terjadinya void agar pencampuran antara serat dan matrik dapat dilakukan dengan menggunakan alat pres yang baik, tidak menggunakan alat pres sederhana pada penelitian ini, dan juga dibutuhkan ketelitian dalam penempatan serat pada pembuatan komposit.
10
REFERENSI
Anonim, 1998. “Annual Book ASTM Standart”, USA.
Arif, Yunito Akhmad, 2008, Analisa Pengaruh Fraksi Volume Serat Kelapa Pada Komposit Matriks Polyester Terhadap Kekuatan Tarik, Impact Dan Bending, Teknik Material, ITS, Surabaya. http://google.com
http://id.wikipedia.org/wiki/materialkomposit
http://www.technovelgy.com
Jamasri, 2002, Buku Pegangan Kuliah Komposit, Surakarta
Jones, R. M., 1975. “Mechanics of Composite Materials”, Scripta Book Company, Washington D.C., USA.
Karnani R dan kawan-kawan, 1997, Biofiber-reinforces Polypropylene Composites, Polymer engineering and Science, vol. 37 No. 2 pp. 476-483.
Kaw A.K., Mechanics of Composite materials, CRC Press, New York. 1997.
Mahendra Kalis, 2008, Analisis Sifat Fisis Dan Mekanis Papan Partikel Berbahan Baku Serbuk Sabut Kelapa Dengan Kadar Perekat UF Yang Berbeda, Skripsi Teknik Mesin, IST AKPRIND, Yogyakarta
Purwanto, Eko H., Sifat Fisis Dan Mekanis Fraksi Volume 5%,10%,15%, 20%, 25% Core Arang Bambu Apus Pada Komposit Sandwich Dengan Cara Tuang, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta,2009.
Yanuar D., dan Kuncoro Diharjo, 2003. “ Karakteristik Mekanis Komposit Sandwich Serat Gelas Serat Chopped Strand Mat Dengan Penambahan Lapisan Gel Coat”, Skripsi, Teknik Mesin FT UNS, Surakarta.