• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA POLRES GROBOGAN DALAM MENANGGULANGI MARAKNYA KASUS ILLEGAL LOGGING JURNAL ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA POLRES GROBOGAN DALAM MENANGGULANGI MARAKNYA KASUS ILLEGAL LOGGING JURNAL ILMIAH"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA POLRES GROBOGAN DALAM MENANGGULANGI

MARAKNYA KASUS ILLEGAL LOGGING

JURNAL ILMIAH

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Slamet Riyadi Surakarta

Oleh :

WASIS KURNIA RH NIM. 09101061

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI

SURAKARTA 2016

(2)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk atau modus operandi tindak pidana illegal logging di wilayah hukum Grobogan. Guna mengetahui hambatan yang dihadapi penyidik Polres Grobogan dalam penyidikan kasus illegal logging di wilayah hukum grobogan. Guna mengetahui upaya hukum yang dilakukan Polres Grobogan dalam meminimalisir kasus illegal logging di wilayah hukum Grobogan. Praktik illegal logging harus dipandang sebagai kejahatan yang memiliki sifat luar biasa (extra ordinary crime), sebagaimana kejahatan korupsi dan kejahatan terorisme, atau bioterrorism. Karena itu, dalam penegakan hukum kejahatan illegal logging tidak saja karena sifat perbuatannya telah melanggar peraturan hukum begitu kompleks, yaitu undang Kehutanan, Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang-undang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Guna memperoleh data digunakan metode studi pustaka dan penelitian lapangan meliputi wawancara dan observasi. Teknik analisis data adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bentuk atau modus operandi tindak pidana illegal logging di wilayah hukum Grobogan yang biasa dilakukan pelaku pembalakan liar adalah menebang tanpa izin, menebang di luar area yang boleh ditebang serta menyalahgunakan izin penebangan hutan. Dalam kasus ini tersangka melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan tanpa ijin atau tidak memberitahukan terlebih dahulu kepada pejabat yang berwenang dan tanpa dilengkapi surat atau dokumen dari perum perhutani KPH Gundih. Hambatan yang dihadapi penyidik Polres Grobogan dalam penyidikan kasus illegal logging di wilayah hukum Grobogan antara lain lemah dan tidak berjalanya koordinasi antar penegak hukum, pelaku yang menyuruh melakukan sulit ditembus hukum, dan adanya oknum

(3)

petugas/pejabat yang membekingi. Hambatan dalam penyidikan antara lain tersangka tidak memberikan keterangan secara jelas, keterangan tersangka berubah-ubah saat pemeriksaan, alat bukti akan diajukan oleh jaksa kurang lengkap, dan tersangka tidak hadir dalam pemeriksaan. Upaya hukum yang dilakukan Polres Grobogan dalam meminimalisir kasus illegal logging dengan melibatkan semua pihak dalam pelaksanaan penyidikan, penyidik dapat memberikan petunjuk mengenai teknis penyidikan kepada Penyidik PNS / kehutanan. Dalam hal tersangka tidak memberikan keterangan secara jelas, maka pihak penyidik harus teliti dalam mengorek keterangan sedetail mungkin sehingga tersangka dapat memberikan keterangan tersebut dengan jelas walaupun dengan berbagai cara. Apabila ada perbedaan keterangan saksi yang diberikan kepada penyidik disaat pemeriksaan, maka tindakan Jaksa adalah memanggil penyidik untuk memper-tanggungjawabkan kebenaran saksi tersebut.

(4)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan stuktur budaya serta peradaban yang dari waktu ke waktu pada dasarnya menimbulkan beberapa dampak yang mana dilihat dari sisi yang berlainan menimbulkan dampak yang positif maupun negatif, dari beberapa perubahan tersebut tidak terlepas dari kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi. Pada masa lampau manusia hanya berupaya untuk memenuhi kebutuhan primer saja, namun semua hal tersebut mengalami perubahan dimana manusia pada dewasa ini tidak hanya berupaya memenuhi kebutuhan primer saja namun pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier juga. Akibat dari perkembangan pandangan yang berlebihan juga menimbulkan persaingan antar manusia, kerakusanpun terjadi yang menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan.

Definisi lingkungan hidup menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Manusia sejak lahir di dunia ini telah berada pada suatu lingkungan hidup, lingkungan hidup adalah bagian mutlak yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Manusia dengan segala aktivitas hidupnya mencari.

(5)

makan, minum serta memenuhi kebutuhan lainnya, lingkungan hidup sebagai sumber pertama dan terpenting bagi pemenuhan berbagai kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, seharusnya manusia menjaga dan melestarikan lingkungan dengan baik, serta tidak melakukan hal-hal yang dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan, karena lingkungan adalah bagian terpenting dari kehidupan manusia, berkaitan dengan perlindungan dan pengeolaan lingkungan hidup diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009.

Kejahatan terhadap lingkungan saat ini sering terjadi, misalnya saja kejahatan terhadap sektor kehutanan, kehutanan adalah sektor yang paling sering mendapatkan tekanan ekploitasi berlebihan, laju kerusakan hutan menurut versi WALHI (Wahana Lingkungan Hidup) pernah mencapai angka 3,4 juta hektar setiap tahun, kerugian akibat illegal loggingpun berkisar 40- 65 trilyun setiap tahunnya. Tahun 2010 laju kerusakan menurun menjadi 3,2 juta hektar dan 2010 berkisar 2,4 juta hektar, penurunan angka laju kerusakan ini bukan disebabkan oleh efektivitas penegakan hukum, melainkan semakin langkanya kayu yang dapat dijarah oleh para penjahat kehutanan1. Illegal logging tidak satu-satunya kejahatan di sektor kehutanan yang menyebabkan kondisi hutan kritis2.

1 www.mediaindonesia.com. 2010. Kerugian Negara Akibat Illegal Logging. 2 M. Hamdan. 2008. Tindak Pidana Pencemaran Lingkungan Hidup. Bandung: Mandar Maju. Hlm. 3. 3 http://id.wikipedia.org/wiki/Pembalakan_liar.diakses pada tanggal 27 Februari 2016. Jam 21.30 WIB

Analisis dampak kerusakan lingkungan hutan dewasa ini mendapatkan perhatian yang lebih dari berbagai pihak, yaitu 3: 3

(6)

1. Dalam sebuah studi kerjasama antara Britania Raya dengan Indonesia pada tahun 1998 mengindikasikan bahwa sekitar 40% dari seluruh kegiatan penebangan adalah liar, dengan nilai mencapai 365 juta dolar Amerika Serikat. Studi yang lebih baru membandingkan penebangan sah dengan konsumsi domestik ditambah dengan ekspor mengindikasikan bahwa 88% dari seluruh kegiatan penebangan adalah merupakan penebangan liar. Malaysia merupakan tempat transit utama dari produk kayu illegal dari Indonesia.

2. Data yang dikeluarkan Bank Dunia menunjukkan bahwa sejak tahun 1985- 1997 Indonesia telah kehilangan hutan sekitar 1,5 juta hektar setiap tahun dan diperkirakan sekitar 20 juta hektar hutan produksi yang tersisa. Penebangan liar berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan kayu pasar di pasar internasional, besarnya kapasitas terpancang industri kayu dalam negeri, konsumsi lokal, penegakan hukum, dan pemutihan kayu yang terjadi diluar kawasan tebangan.

3. Berdasarkan hasil analisis FWI dan GFW dalam kurun waktu 50 tahun, luas tutupan hutan Indonesia mengalami penurunan sekitar 40% dari total tutupan hutan diseluruh Indonesia. Dan sebagian besar, kerusakan hutan (deforestasi) di Indonesia akibat dari sistem politik dan ekonomi yang menganggap sumber daya hutan sebagai sumber pendapatan dan bisa diekploitasi untuk kepentingan politik serta keuntungan pribadi. 4. Menurut data Departemen Kehutanan tahun 2011, luas hutan yang rusak dan tidak

dapat berfungsi optimal telah mencapai 59,6 juta hektar dari

(7)

Hasil penelitian berupa paparan kasus guna mendukung penyusunan penulisan hukum ini peneliti sajikan salah satu kasus tindak pidana illegal logging yang ditangani oleh Polres Grobogan berdasarkan laporan Nomor:LP/B/10/VIII/2015/Jateng/Res Grob/Sek Gyr,tanggal 01 Agustus 2015 dengan Surat Perintah Penyidikan Nomor : SP. Sidik /10/ VIII/2015/ Reskrim, tanggal 01 agustus 2015. Adapun perkara yang disangkakan kepada MARNOTO bin CIPTO TIMIN, Lahir di Grobogan, Tanggal 06 bulan Januari tahun 1968, Umur 47 tahun, Pekerjaan Tani, Agama Islam, Pendidikan terakhir SD IV Ledokdawan lulus tahun 1980, Kewarganegaraan Indonesia/Jawa, jenis kelamin Laki-laki, Alamat Dsn. Ngampelan Rt. 01 Rw. 08 Ds. Monggot Kec. Geyer Kab. Grobogan. Yang diduga tindak pidana illegal logging yaitu “Setiap orang dilarang menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan didalam hutan tanpa memiliki hak atau ijin dari pejabat yang berwenang dan atau orang perseorangan yang dengan sengaja melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan tanpa memiliki izin yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dan atau orang perseorangan yang dengan sengaja melakukan penebangan pohon yang bertempat tinggal disekitar kawasan hutan dan atau orang perseorangan yang dengan sengaja menerima, menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan dan atau 40

memiliki hasil hutan kayu yang berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah”, yang terjadi di dalam kawasan hutan petak 78.d RPH Pepe BKPH Monggot KPH Gundih turut Ds. Monggot Kec. Geyer Kab. Grobogan pada hari Sabtu tanggal 01 Agustus 2015 diketahui sekira pukul 10.00 Wib dan dilaporkan sekira pukul 15.30 Wib. Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat 3 huruf e Jo Pasal 78 ayat 5 Undang-undang nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan dan atau Pasal 82 ayat (1)

(8)

huruf (b) Jo Pasal 82 ayat 2 Subs Pasal 87 ayat 1 huruf (c) Undang-undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan.

120,35 juta hektar kawasan hutan di Indonesia, dengan laju deforestasi dalam 5 tahun terakhir mencapai 2,83 juta hektar per tahun. Bila keadaan seperti ini dipertahankan, di mana Sumatra dan Kalimantan sudah kehilangan hutannya, maka hutan di Sulawesi dan Papua akan mengalami hal yang sama. Menurut analisis World Bank, hutan di Sulawesi diperkirakan akan hilang pada tahun 2030. Praktek illegal logging dan ekploitasi hutan yang tidak mengindahkan kelestarian, mengakibatkan kehancuran sumber daya hutan yang tidak ternilai harganya, kehancuran kehidupan masyarakat dan kehilangan kayu senilai US$ 5 milyar, diantaranya berupa pendapatan negara kurang lebih US$ 1,4 milyar setiap tahun. Kerugian tersebut belum terhitung hilangnya nilai keanekaragaman hayati serta jasa-jasa lingkungan yang dapat di hasilkan dari sumber daya hutan.

5. Peneltian Greenpeace mencatat tingkat kerusakan hutan di Indonesia mencapai angka 3,8 hektar pertahun, yang sebagian besar disebabkan oleh aktivitas illegal logging atau penebangan liar. Sedangkan data Badan Penelitian Departemen Kehutanan menunjukan angka 83 milyar rupiah perhari sebagai kerugian financial akibat penebangan liar.

Berdasarkan beberapa analisis mengenai fakta kerusakan hutan di dunia khususnya Indonesia dari waktu terus mengalami peningkatan yang signifikan, walaupun pada saat tertentu mengalami penurunan pada prinsipnya bukan penurunan dalam segi pembalakan liarnya tetapi penurunan ini diakibatkan oleh terus berkurangnya kekayaan hutan atau dalam hal ini kayu. 5

(9)

yang terus menerus dikuras oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal yang mendasar kegiatan illegal logging di Indonesia sulit diberantas diakibatkan oleh beberapa faktor, baik dari segi budaya masyarakat itu sendiri maupun penegakan hukum yang belum maksimal. Hutan di pulau Jawa Tengah khususnya diwilayah hukum Kabupaten Grobogan adalah merupakan aset yang mungkin tidak dapat dibayar oleh harta benda, bukan hanya dilihat dari hasil hutannya saja tapi di dalam hutan wilayah ini banyak terdapat satwa yang tergolong hampir punah, yaitu orang utan, beruang madu, serta satwa yang lainnya. Dalam upaya pemberantasan tindak pidana illegal logging dengan cara penegakan di bidang hukum adalah merupakan langkah penal yang mungkin merupakan langkah terakhir serta optimal yang dilakukan oleh Polri. Tugas penyidik di bidang tindak pidana kehutanan selaku penyidik PNS harus berlandaskan Undang-undang No 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan dan KUHP selanjutnya berdasarkan pasal 7 ayat 2 KUHAP dinyatakan adanya koordinasi dan pengawasan oleh penyidik Polri. Undang-undang No 18 Tahun 2013 dan Peraturan Pemerintah No 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan harus mampu dijadikan ujung tombak bagi aparat penegak hukum untuk menindak lanjuti para pelaku illegal logging dan perlindungan hutan. Undang-undang dan peraturan pemerintah ini yang digunakan aparat penegak hukum khususnya polisi untuk pemberantasan dan penanggulangan praktik illegal

(10)

Penebangan pohon milik tanpa ijin adalah tindak kejahatan terhadap hutan yang merugikan negara, tidak hanya secara ekonomi, tetapi juga secara sosial, dan lingkungan. Kerugian dari segi lingkungan yang paling utama adalah hilangnya sejumlah pohon tertentu sehingga tidak terjaminnya keberadaan hutan yang berakibat pada rusaknya lingkungan, berubahnya iklim mikro, menurunnya produktivitas lahan, erosi dan banjir serta hilangnya keanekaragaman hayati. Kerusakan habitat dan terfragmentasinya hutan menyebabkan kepunahan spesies fauna langka. Kemampuan tegakan (pohon) pada saat masih hidup dalam menyerap karbondioksida sehingga dapat menghasilkan oksigen yang sangat bermanfaat bagi mahluk hidup lainnya menjadi hilang akibat makin minimnya tegakan yang tersisa karena adanya penebangan liar. Dampak yang lebih parah lagi adalah kerusakan sumber daya hutan akibat penebangan liar tanpa mengindahkan kaidah manajemen hutan dapat mencapai titik dimana upaya mengembalikannya ke keadaan semula menjadi tidak mungkin lagi.

Upaya yang dilakukan oleh Polri pada tahun 2005 dengan menangkap serta membawa ke meja pengadilan terhadap para pelaku illegal logging berakibat positif terhadap pengurangan atas tindak pidana illegal logging khususnya di Kabupaten Grobogan, namun yang diketahui bersama didalam budaya pergantian suatu tonggak kepemimpinan hal yang paling cepat berubah adalah mengenai perubahan program kerja. Dilihat dari kenyataan yang ada program utama yang dilakukan oleh Kapolri yang merupakan pimpinan tinggi Polri dari waktu ke waktu terus berganti dan tidak ada upaya untuk meneruskan serta menyelesaikan program kerja yang dicanangkan oleh Kapolri yang sebelumnya. 7

(11)

B. Pembatasan Masalah

Berdasar pengamatan pada prapenelitian di Polres Grobogan, maka penulis merasa perlu untuk mengadakan pembatasan permasalahan. Tujuan pembatasan masalah ini, agar dalam pelaksanaan pengumpulan data dan analisis data tidak terjadi kekaburan, sehingga hasil penelitian ini tidak sesuai dengan tujuan dari penelitian. Adapun permasalahan peneltian ini dibatasi pada penegahan hukum proses penyidikan kasus tindak pidana illegal logging di wilayah hukum Grobogan.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk atau modus operandi tindak pidana illegal logging di wilayah hukum Grobogan?

2. Hambatan apa saja yang dihadapi penyidik Polres Grobogan dalam penyidikan kasus

illegal logging di wilayah hukum grobogan?

3. Upaya hukum yang dilakukan Polres Grobogan dalam meminimalisir kasus illegal

logging di wilayah hukum Grobogan?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penulis menentukan tujuan penelitian sebagai berikut:

(12)

1. Guna mengetahui bentuk atau modus operandi tindak pidana illegal logging di wilayah hukum Grobogan.

2. Guna mengetahui hambatan yang dihadapi penyidik Polres Grobogan dalam penyidikan kasus illegal logging di wilayah hukum grobogan.

3. Guna mengetahui upaya hukum yang dilakukan Polres Grobogan dalam meminimalisir kasus illegal logging di wilayah hukum Grobogan.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan akan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang sedang diteliti, dalam hal ini mengenai penegakan hukum proses penyidikan kasus tindak pidana illegal logging oleh Polres Grobogan.

b. Untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis, sekaligus untuk mengetahui kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

2. Manfaat Praktis

Dapat memberikan data serta informasi mengenai penegakan hukum proses penyidikan kasus tindak pidana illegal logging di wilayah hukum Polres Grobogan.

(13)

Kesimpulan

1. Bentuk atau modus operandi tindak pidana illegal logging di wilayah hukum Grobogan merupakan modus operandi yang biasa dilakukan pelaku pembalakan liar adalah menebang tanpa izin, menebang di luar area yang boleh ditebang serta menyalahgunakan izin penebangan hutan. Tersangka MARNOTO bin CIPTO TIMIN telah melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan tanpa ijin atau tidak memberitahukan terlebih dahulu kepada pejabat yang berwenang dan tanpa dilengkapi surat atau dokumen dari perum perhutani KPH Gundih.

2. Hambatan yang dihadapi penyidik Polres Grobogan dalam penyidikan kasus illegal

logging di wilayah hukum Grobogan antara lain lemah dan tidak berjalanya koordinasi

antar penegak hokum, pelaku yang menyuruh melakukan sulit ditembus hukum, dan adanya oknum petugas/pejabat yang membekingi. Hambatan dalam penyidikan antara lain tersangka tidak memberikan keterangan secara jelas, keterangan tersangka berubah-ubah saat pemeriksaan, alat bukti akan diajukan oleh jaksa kurang lengkap, dan tersangka tidak hadir dalam pemeriksaan

3. Upaya hukum yang dilakukan Polres Grobogan dalam meminimalisir kasus illegal

logging di wilayah hukum Grobogan dengan melibatkan semua pihak dalam

pelaksanaan penyidikan, penyidik dapat memberikan petunjuk mengenai teknis penyidikan kepada Penyidik PNS / kehutanan.

Dalam hal tersangka tidak memberikan keterangan secara jelas, maka pihak penyidik harus teliti dalam mengorek keterangan sedetail mungkin sehingga tersangka dapat memberikan keterangan tersebut dengan jelas walaupun dengan berbagai cara. Apabila ada perbedaan keterangan saksi yang diberikan kepada penyidik disaat pemeriksaan,

(14)

maka tindakan Jaksa adalah memanggil penyidik untuk memper-tanggungjawabkan kebenaran saksi tersebut.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Zaidan. 2007. Kontribusi Lembaga Kejaksaan Dalam Mempercepat

Reformasi Peradilan.

Andi Hamzah. 2011. Perkembangan Hukum Pidana Khusus. Rineka Cipta. Jakarta.

Bambang Sunggono. 2007. Metodologi Penelitian Hukum. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Barda Nawawi Arief. 2002. Kebijakan Hukum Pidana. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Harun M. Husein. 2011. Penyidikan dan Penuntutan dalam Proses Pidana. Renika Cipta. Jakarta.

Kompas. 23 Februari 2005.

Lawrence M. Friedman. 1977. Law And Society An Introduction. Prentice Hall Inc. New Jersey

M. Hamdan. 2008. Tindak Pidana Pencemaran Lingkungan Hidup. Mandar Maju. Bandung

Mardjono Reksodipuro. 2007. Kriminologi dan Sistem Peradilan Pidana

Kumpulan Karangan Buku Kedua. Pusat Pelayanan Keadilan dan

Pengabdian Hukum Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia. Jakarta. Moeljatno. 2002. Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Dalam Hukum

Pidana. Bina Aksara. Yogyakarta.

Nurdjana.IMG. 2005. Korupsi & Illegal Logging Dalam Sistem Desentralisasi. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Hlm 1.

(16)

http://id.wikipedia.org/wiki/Pembalakan_liar.diakses pada tanggal 27 Februari 2016. Jam 21.30 WIB

Satjipto Raharjo. 2005. Masalah Penegakan Hukum: Suatu Tinjauan Sosiologis. Sinar Biru. Bandung.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2014. Penelitian Hukum Normatif Suatu

Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali Press

Sudikno Mertokusumo. 2008. Mengenal Hukum: Suatu Pengantar. Liberty. Yogyakarta.

Suarga. R. 2005. Pemberantasan Illegal Logging Optimisme di Tengan Praktek

Premanisme Global. Wana Aksara. Banten.

Winarno Surakhmad. 1998. Papper. Skripsi. Thesis. Desertasi. Tarsito. Bandung. Wirjono Prodjodikoro. 2008. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia. Refika Aditama. Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

dan beban keija yang sebanding. Wilayah dengan potensi dan beban keija yang sama memberikan peluang bagi masing-masing wakil penj ualan untuk mendapatkan

Penulis meneliti bagaimana cara perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 berdasarkan Undang Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan stdd Undang Undang

Tetapi dalam kondisi rectifier tidak bekerja (pemeliharaan) atau tidak ada sumber AC (seperti terjadinya black out pada sistem Jawa-Bali), maka beban DC disuplai

oleh Karl Pearson pada tahun 1895 untuk memetakan distribusi frekuensi dengan luasan area grafis batangan menunjukkan proporsi banyak frekuensi yang terjadi pada tiap kategori

Pertimbangan Mahkamah agung adalah Pada Pokoknya menyatakan judex factie Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya telah salah menerapkan Hukum Ketentuan Pasal

Metode “PAKEM” (partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan) ini dapat mengatasi penyebab siswa yang sering bosan atau tidak aktif ketika proses

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pemberian metode layanan bimbingan klasikal yang efektif untuk peserta didik SMP N 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal dengan metode

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi operasi terbaik pada karet alam vulkanisat ( thermoset rubber ) dengan filler Hibrid abu sawit/ carbon