• Tidak ada hasil yang ditemukan

RKPD 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RKPD 2015"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

2.1.1.1 Aspek Geografi

BAB II

EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU

2.1 Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi

Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu kabupaten di Propinsi

Jawa Timur yang berada 200 km arah barat daya dari kota Surabaya

dan 800 km dari ibu kota Jakarta. Kabupaten Ponorogo terletak pada 111’7’ hingga 111’52’ Bujur Timur dan 7’49 hingga 8’20’ Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Ponorogo secara langsung berbatasan

dengan Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan dan Kabupaten

Nganjuk disebelah Utara. Disebelah Timur berbatasan dengan

Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Trenggalek. Disebelah

Selatan dengan Kabupaten Pacitan. Sedangkan disebelah barat

berbatasan dengan Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri

Propinsi Jawa Tengah.

Gambar 2.1

(2)

Luas wilayah Kabupaten Ponorogo 1.371,78 km2 terbagi dalam 21

kecamatan yang terdiri dari 307 desa/ kelurahan dengan topografi

yang bervariasi mulai dari daratan rendah sampai pegunungan

dengan sebaran 79% terletak di ketinggian kurang dari 500m dpl

meliputi 245 desa/ kelurahan, 14,4% berada diantara 500m dpl

hingga 700m dpl meliputi 44 desa dan sisanya 5,9% pada ketinggian

diatas 700m dpl meliputi 18 desa. Luas wilayah untuk

masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Luas Wilayah Kabupaten Ponorogo Menurut Wilayah Kecamatan Tahun 2012

No Kecamatan Luas Wilayah (km2)

1 Ngrayun 148,76

2 Slahung 90,34

3 Bungkal 54,01

4 Sambit 59,83

5 Sawoo 124,71

6 Sooko 55,33

7 Pudak 48,92

8 Pulung 127,55

9 Mlarak 37,20

10 Siman 37,95

11 Jetis 22,41

12 Balong 56,96

13 Kauman 36,61

14 Jambon 57,48

15 Badegan 52,35

16 Sampung 80,61

17 Sukorejo 59,58

18 Ponorogo 22,31

19 Babadan 43,93

20 Jenangan 59,44

21 Ngebel 59,50

(3)

2.1.1.2 Aspek Demografi

Data penduduk berdasarkan survey kependudukan yang dilakukan

badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo pada tahun 2011 sebesar

860.093 jiwa dengan sebaran di kecamatan Ponorogo mempunyai

jumlah penduduk terbesar yakni 74.795 jiwa, dikuti Kecamatan

Babadan sebesar 62.968 jiwa dan kecamatan dengan jumlah

penduduk terkecil adalah kecamatan Pudak sebesar 8.943 jiwa.

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk Kabupaten Ponorogo berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2012

No Kecamatan 2010 2011 2012

1 Ngrayun 55.416 55.729 55.530

2 Slahung 49.267 49.543 49.416

3 Bungkal 34.240 34.435 34.370

4 Sambit 35.566 35.767 35.680

5 Sawoo 54.696 55.004 54.883

6 Sooko 21.767 21.889 21.845

7 Pudak 8.893 8.943 8.916

8 Pulung 45.993 46.253 46.106

9 Mlarak 36.138 36.347 36.194

10 Siman 41.655 41.890 41.755

11 Jetis 29.049 29.212 29.135

12 Balong 41.565 41.797 41.694

13 Kauman 40.015 40.239 40.124

14 Jambon 38.929 39.148 38.998

15 Badegan 29.082 29.236 29.129

16 Sampung 35.845 36.048 35.981

17 Sukorejo 49.564 49.846 49.713

18 Ponorogo 74.379 74.795 74.569

19 Babadan 62.615 62.968 62.775

20 Jenangan 51.508 51.798 51.659

21 Ngebel 19.099 19.206 19.151

TOTAL 855.281 860.093 857.623

SEX RATIO 99.98 99.37 99.44

(4)

Gambar 2.2

Jumlah penduduk di Kabupaten Ponorogo Tahun 2012

Komposisi penduduk Kabupaten Ponorogo Tahun 2012 antara

penduduk laki-laki dengan perempuan hampir seimbang. Dari jumlah

penduduk 857.623 jiwa yang laki-laki sebanyak 427.614 jiwa dan

penduduk perempuan sebesar 430.009 jiwa. Lebih jelas dapat dilihat

dalam gambar 2.3.

Gambar 2.3

Komposisi Penduduk Laki-laki dan Perempuan Kabupaten Ponorogo Tahun 2012

Ngrayun Slahung Bungkal Sambit Sawoo Sooko

Pudak Pulung Mlarak Siman Jetis Balong

Kauman Jambon Badegan Sampung Sukorejo Ponorogo Babadan Jenangan Ngebel

427,614 430,009

(5)

2.1.1.3 Angkatan Kerja

Jumlah pencari kerja yang terdaftar pada tahun 2012 tercatat sebesar

7.769 orang mengalami peningkatan sebesar 48,13 persen dibanding

pada tahun 2011 yang mencapai angka 4.030 orang dan pada tahun

2010 jumlah pencari kerja mencapai angka yang cukup besar yaitu

6.113 orang. Apabila dilihat dari tingkat pendidikan jumlah pencari

kerja yang paling besar adalah lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama sebesar 3.922 orang dan terkecil pada tingkat pendidikan

Sekolah Dasar berjumlah 319 orang. Dengan demikian terlihat bahwa

tingkat pendidikan akan menggambarkan kualifikasi jenjang dari

pencari kerja.

Gambar 2.4

Jumlah Pencari Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2012

Tingkat Partispasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan tingkat

penduduk usia kerja 15 tahun ke atas yang mempunyai pekerjaan

selama seminggu yang lalu baik yang bekerja maupun yang

sementara tidak bekerja karena suatu sebab seperti menunggu

panenan. TPAK kabupaten Ponorogo tahun 2012 mencapai 73,41 %

(6)

dan Tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar 3,26 % mengalami

penurunan dari tahun 2011 menjadi sebesar 4,37 % turun sebesar

1,11 %.

Tabel 2.3

Penduduk Berumur 15 tahun ke atas menurut kegiatan Kabupaten PonorogoTahun 2012

KEGIATAN Tahun

2011 2012

Angkatan Kerja 472.067 494.714

1 Bekerja 451.450 478.573

2 Pengangguran Terbuka 10.711 16.141

Bukan Angkatan Kerja 201.826 179.194

1 Sekolah 38.598 43.639

2 Mengurus Rumah Tangga 123.246 78.773

3 Lainnya 39.982 56.782

Total 673.893 673.908

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 63.54 73.41

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 4.37 3.26

Sementara itu berdasarkan lapangan usaha utama, penduduk yang

bekerja bergerak pada sektor pertanian, industri pengolahan dan

(7)

A. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Ponorogo

Tabel 2.4

Penduduk Berumur 15 tahun ke atas Yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Kabupaten Ponorogo Tahun 2012

Lapangan Pekerjaan Tahun 2012

Orang %

1 Pertanian 247.833 51,78

2 Industri Pengolahan 36.558 7,63

3 Bangunan 39.740 8,30

4 Perdagangan 82.973 9,33

5 Angkutan dan Komunikasi 8.385 1,75

6 Keuangan dan Jasa 62.849 13,13

7 Pertambangan dan Penggalian, LGA 235 0,04

Jumlah 478.573 100,00

2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.1.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Perekonomian Kabupaten Ponorogo Tahun 2012 menunjukkan tren

pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan tahun

sebelumnya yakni tahun 2011, utamanya di sektor pengangkutan dan

komunikasi, perdagangan hotel dan restoran serta sektor kontruksi.

Dinamika positif perekonomian tersebut memberikan dorongan dan

sekaligus harapan dalam mempercepat akselerasi perbaikan ekonomi

sehingga ekonomi Kabupaten Ponorogo pada tahun 2012 mampu

tumbuh sebesar 6,52 persen dari target RPJMD sebesar 5,97 persen

dan mengalami kenaikan dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi

yang terjadi pada tahun 2011 sebesar 6,21 persen.

(8)

A.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000

dilakukan secara sektoral maupun lintas sektor. Sektor ekonomi yang

mendukung PDRB meliputi sektor primer, sekunder dan tersier.

Kontribusi sektor primer sebesar 35,70% meliputi : sektor pertanian,

pertambangan dan galian. Sektor sekunder mempunyai kontribusi

sebesar 8,46% terdiri dari sektor industri pengolahan, sektor LGA dan

kontruksi sedangkan sektor Tersier meliputi sektor PHR, Angkutan

dan Komunikasi memberikan kontribusi sebesar 55,84%.

Gambar 2.5

Struktur Ekonomi Kabupaten Ponorogo Tahun 2012

Nilai PDRB ADHK Kabupaten Ponorogo Tahun 2012 mencapai Rp.

3.768.417.450.000,00 mengalami kenaikan sebesar Rp.

230.549.340.000,00 (6,12 %) dari tahun 2011 sebesar Rp.

3.537.868.110.000,00. Apabila dilihat dari tahun ke tahun selama 5

tahun terakhir pertumbuhan nilai PDRB ADHK mengalami

peningkatan secara terus menerus sebagaiman terlihat dalam tabel

berikut.

Tersier, 55.84

Sekunder, 8.46 Primer,

(9)

Gambar 2.6

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2012

Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan sebagaimana

disampaikan diatas tersebut berasal dari sektor pertanian;

Perdagangan Hotel dan restoran; Jasa-jasa; Persewaan; Angkutan dan

komunikasi; Industri pengolahan; Pertambangan dan penggalian;

konstruksi bangunan serta Listrik, Gas dan Air.

500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000 3,500,000 4,000,000

2008 2009 2010 2011 2012

2,998,669 3,148,982

3,331,058

(10)

A.2 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) 2000

Tabel 2.5

Nilai dan Kontribusi Sektor Dalam PDRB ADHK Tahun Dasar 2000 Kabupaten Ponorogo (juta rupiah) 2011-2012

No Sektor 2011 2012

Rp. % Rp. %

1 Pertanian 1.193.914,57 33,75 1.229.499,54 32,63

2 Pertambangan dan Penggalian 77.532,95 2,19 79.396,43 2,11

3 Industri Pengolahan 160.532,22 4,54 170.137,42 4,51

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 59.215,40 1,67 62.590,90 1,66

5 Konstruksi 77.856,46 2,20 84.758,73 2,25

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.019.089,52 28,81 1.122.704,83 29,79

7 Pengangkutan dan Komunikasi 197.618,46 5,59 216.298,72 5,74

8 Keuangan, Sewa, Jasa Perusahaan

260.509,18 7,36 282.482,40 7,50

9 Jasa – Jasa 491.599,36 13,90 520.548,47 13,81

PDRB ADHK 3.537.868,11 100,00 3.768.417,45 100,00

Nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten Ponorogo

Tahun 2012 mencapai Rp. 9.486.200.090.000,00. Naik dari tahun

2011 sebesar Rp. 8.404.945.130.000,00. Selama tiga tahun terakhir

yakni tahun 2010, 2011 dan 2012 struktur Perekonomian Kabupaten

Ponorogo didominasi oleh Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan

Hotel dan Restoran dan Sektor Jasa – Jasa. Sektor Pertanian dari

tahun ke tahun mengalami penurunan sebesar 0,71 point, Tahun

2011 memberikan kontribusi sebesar 34,55 % dan tahun 2012

sebesar 33,84 % sedangkan sektor Perdagangan Hotel dan Restoran,

Sektor Bangunan, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dan Sektor

(11)

B. Pertumbuhan Ekonomi

Tabel 2.6

Nilai dan Kontribusi Sektor Dalam PDRB ADHB Tahun Dasar 2000 Kabupaten Ponorogo (juta rupiah) 2011-2012

No Sektor 2011 2012

Rp. % Rp. %

1 Pertanian 2.903.580,37 34,55 3.210.357,52 33,84

2 Pertambangan dan Penggalian 160.467,67 1,91 175.984,18 1,86

3 Industri Pengolahan 417.086,30 4,96 466.820,55 4,92

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 110.568,43 1,32 118.680,46 1,25

5 Konstruksi 185.843,36 2,21 217.100,32 2,29

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.410.135,46 28,68 2.790.641,75 29,42

7 Pengangkutan dan Komunikasi 456.360,23 5,43 517.426,38 5,45

8 Keuangan, Sewa, Jasa Perusahaan

620.435,30 7,38 712.782,39 7,51

9 Jasa – Jasa 1.140.468,01 13,57 1.276.406,55 13,46

PDRB ADHB 8.404.945,14 100,00 9.486.200,09 100,00

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo dapat dilihat dari Product

Domestic Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan (ADHK)

tahun dasar 2000 yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo pada tahun 2009

sebesar 5,16%, tahun 2010 sebesar 5,78% naik 0,62 point dan pada

tahun 2011 ekonomi mampu tumbuh sebesar 6,21%. Sementara itu

capaian pertumbuhan ekonomi Tahun 2012 pada posisi angka sangat

sementara mampu tumbuh sebesar 6,52%. Dengan demikian

ekonomi Kabupaten Ponorogo tahun 2012 mampu tumbuh melebihi

target dalam RPJMD Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 – 2015

sebesar 6,15 % dan melebihi pertumbuhan ekonomi pada tahun

2011, bahkan kalau dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi

nasional lebih tinggi 0,32 digit dimana ekonomi nasional tahun 2012

(12)

Gambar 2.7

Pertumbuhan ekonomi Nasional, Propinsi Jawa Timur dan Kabupaten Ponorogo Tahun 2007 – 2012

Nilai PDRB ADHK 2000 yang merupakan indikator pertumbuhan

ekonomi pada tahun 2012 mencapai 3.768.417,45 juta. Apabila

dilihat dari struktur PDRB maka sektor paling dominant adalah sektor

Pertanian memberikan kontribusi sebesar 33,84 dengan tingkat

pertumbuhan sebesar 2,98 %, sektor perdagangan, hotel dan restoran

memberikan kontribusi sebesar 29,42 % dengan tingkat pertumbuhan

sebesar 10,17 % sedangkan jasa-jasa memberikan kontribusi sebesar

13,46% dengan tingkat pertumbuhan sebesar 5,89 %. Kalau dilihat

trend selama 5 tahun terakhir maka tampak pada sektor pertanian,

kontribusi terhadap PDRB terus mengalami penurunan sedangkan

pada sektor perdagangan, hotel restoran dan Jasa-jasa kontribusi

terhadap PDRB mengalami peningkatan terus menerus. Penurunan

kontribusi sektor pertanian pada PDRB merupakan indikasi adanya

transformasi structural dari perekonomian yang bertumpu pada sektor

primer (sektor pertanian) menuju perekonomian yang bertumpu pada

5.69

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Nasional

Jawa Timur

(13)

B.1 Pertumbuhan Menurut Sektor

sektor skunder (sektor perdagangan dan industri) atau sektor tersier

(sector jasa dan keuangan).

Tabel 2.7

Capaian PDRB ADHK dan PDRB ADHB Kabupaten Ponorogo Tahun 2006 - 2012

NO TAHUN PDRB ADHB

(Juta Rupiah)

PDRB ADHK

(Juta Rupiah)

1 2006 4.396.397,29 2.694.520,72

2 2007 5.002.064,19 2.871.341,71

3 2008 5.805.450,60 3.034.363,54

4 2009 6.575.434,92 3.190.837,45

5 2010 7.449.774,32 3.331.058,41

6 2011 8.404.945,13 3.537.868,11

7 2012 9.486.200,08 3.768.417,45

Sumber : BPS Kabupaten Ponorogo, 2013

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo tahun 2012 sebesar

6,52 %. Secara sektoral laju pertumbuhan yang paling besar adalah

sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (10,17 %), sektor Angkutan

dan Komunikasi (9,45 %) dan sektor keuangan, persewaan jasa

perusahaan mampu tumbuh sebesar 8,43 %. Ke empat sektor

tersebut apabila dilihat selama kurun waktu lima tahun terakhir mulai

tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012 mengalami pertumbuhan

yang terus meningkat. Sementara itu sektor yang laju

pertumbuhannya paling kecil adalah sektor pertambangan dan galian

yang hanya mampu tumbuh sebesar 2,40 % dan tingkat

(14)

B.2 PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita

tumbuh sebesar 3,95 % tahun 2010 tumbuh sebesar 4,20 % dan

tahun 2011 tumbuh sebesar 4,45%.

Gambar 2.8

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo menurut Sektor Tahun 2008 – 2012

Salah satu indikator yang juga dapat digunakan untuk mengukur

tingkat kesejahteraan masyarakat dan kemajuan ekonomi suatu daerah

adalah PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita. Kedua

indikator tersebut dipengaruhi oleh jumlah penduduk pertengahan

tahun. PDRB Perkapita Kabupaten Ponorogo pada tahun 2012 Rp.

11,061 juta meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar

Rp. 9,812 juta, dan tahun 2010 mencapai Rp. 8,710 juta. Sedangkan

pendapatan regional perkapita Kabupaten Ponorogo tahun 2012

sebesar Rp. 10,330 juta, naik dari tahun 2011 dan tahun 2010

masing – masing sebesar Rp. 9.164 juta dan Rp. 8,135 juta. 0

2008 2009 2010 2011 2012

(15)

C. Inflasi

Gambar 2.9

PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 - 2012

Inflasi suatu barang dapat dilihat dari tingkat perkembangan harga

suatu barang dan dapat dihitung dengan melihat perubahan indek

implisit yang diturunkan dari pembagian PDRB ADHB dengan PDRB

ADHK. Perkembangan laju inflasi barang – barang di Kabupaten

Ponorogo mengalami fluktuatif dari tahun 2010 sampai dengan tahun

2012. Inflasi tahun 2012 sebesar 5,96 % lebih rendah dibanding

tahun 2011 sebesar 6,23 % dan tahun 2010 sebesar 9,49 %.

8,135,328.02 9,164,662.29 10,330,987.27 8,710,219.58

9,812,292.85

11,061,037.42

2010 2011 2012

(16)

D. Kemiskinan

Gambar 2.10

Inflasi menurut Indeks Implisit PDRB Tahun 2010 – 2012

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan (pangan), pakaian

(sandang), tempat berlindung (papan), terbatasnya aksesibilitas

terhadap pelayanan dasar pendidikan dan terbatasnya aksesibilitas

terhadap pelayanan kesehatan. Jumlah penduduk miskin Tahun 2010

secara nasional mencapai 13,33 % atau 31,02 juta jiwa penduduk

hidup dibawah garis kemiskinan dan tingkat Provinsi sebesar 15,25 %

sedangkan Kabupaten Ponorogo sebesar 13,22 % atau 127.514 jiwa

mengalami penurunan sebesar 14.508 jiwa dari tahun 2009 sebesar

14,63 % atau 113.006 jiwa dengan garis kemiskinan tahun 2009

sebesar Rp. 177.006,00 per bulan dan tahun 2010 sebesar Rp.

193.047,00 per bulan. Pada tahun 2011 prosentase penduduk miskin

sebesar 105.867 jiwa atau 12,29 %, masih belum memenuhi target

RPJMD 2010 – 2015 sebesar 8,79 % dan pada tahun 2012

prosentase penduduk miskin sebesar 11,70 % atau 100.400 jiwa

belum mampu mencapai target RPJMD sebesar 7,65 %, tahun 2013

turun menjadi 7,08 % dan tahun 2014 menjadi 7,00 %. 9.49

6.23

5.96

0 2 4 6 8 10

(17)

Tabel 2.8

Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten Ponorogo, Provinsi dan Nasional

Tahun 2008 – 2012

Tahun Nasional (%)

Sumber Data : TNP2K Tahun 2012

* Target terkoreksi

Gambar 2.11

Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten Ponorogo, Provinsi dan Nasional Tahun 2008 – 2012

2008 2009 2010 2011 2012

(18)

E. Angka Kriminalitas

A. Angka Melek Huruf

Kriminalitas merupakan segala macam bentuk tindakan dan perbuatan

yang merugikan secara ekonomis dan psikologis yang melanggar

hukum yang berlaku dalam Negara Indonesia dengan norma – norma

sosial dan agama. Kriminalitas yang terjadi di Kabupaten Ponorogo

dengan jenis tindak pidana pencurian dengan pemberatan, pencurian

dengan kekerasan, pencurian kendaraan bermotor, pencurian kayu jati

(illegal loging), pencurian hewan/ternak, penganiayaan berat,

penganiayaan ringan, pembunuhan, pembakaran, judi, miras, sajam,

korupsi, migas (BBM) dan lain – lain dari tahun 2008, 2009, 2010,

2011 dan 2012 cenderung mengalami peningkatan.

Tabel 2.9

Angka Kriminalitas di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 – 2012

No Uraian Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah Tindak Kriminalitas

372 591 558 798 1.300

2 Jumlah Penduduk 895.921 899.328 855.281 856.573 857.623

3 Angka Kriminalitas (%)

0,04 0,06 0,06 0,09 0,15

2.1.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial

Angka Melek Huruf di cerminkan dari kemampuan membaca dan

menulis. Kemampuan baca tulis dianggap penting karena melibatkan

pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut

dapat mencapai tujuannya. Hal ini terkait langsung bagaimana

seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya dan

berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas. Angka Melek

Huruf atau disebut juga Angka Melek Aksara adalah tolok ukur penting

dalam mempertimbangkan kemampuan sumber daya manusia yang

didasarkan pada pemikiran bahwa melatih orang yang mampu baca

(19)

B. Angka Rata – Rata Lama Sekolah

rata – rata Angka Melek Huruf di Kabupaten Ponorogo Tahun 2009

sebesar 85,76 % naik dari Tahun 2008 sebesar 84,93 % atau

mengalami peningkatan sebesar 0,98 %. Artinya penduduk usia 15

tahun keatas yang buta huruf berkurang sebesar 0,98 %. Sedangkan

untuk Tahun 2010, 2011 dan 2012 berturut – turut angka melek huruf

Kabupaten Ponorogo adalah 85,73 %, 87,32 % dan 88,99 %.

Gambar 2.12

Angka Melek Huruf Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 – 2012

Indikator yang digunakan untuk mengetahui rata – rata tingkat

pendidikan adalah dengan mengetahui rata – rata lama sekolah yaitu

rata – rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk diseluruh

jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani. Rata – rata lama

sekolah (MYS) penduduk Kabupaten Ponorogo tahun 2009 mencapai

6,61 tahun meningkat dari tahun 2008 sebesar 6,46 tahun. Pada

tahun 2010 mencapai 6,68 tahun, pada tahun 2011 mencapai 6,69

tahun dan pada tahun 2012 mencapai 7,18. 84.93

85.72

85.73

87.32

88.99

82 83 84 85 86 87 88 89 90

2008 2009 2010 2011 2012

(20)

C. Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu

Gambar 2.13

Rata – rata Lama Sekolah Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 – 2012

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator

pencapaian target MDGs. AKB Kabupaten Ponorogo dari tahun 2008

sampai dengan 2012 mengalami fluktuasi yang cukup tinggi, hal ini

memberikan gambaran adanya naik turunnya kualitas hidup dan

pelayanan kesehatan masyarakat. Disamping Angka Kematian Bayi

indikator lain dalam melihat derajad kesehatan masyarakat dengan

melihat Angka Kematian Ibu.

Tabel 2.10

Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2012

No Tahun AKB AKI

1 2008 13,50 103,39

2 2009 8,31 115,70

3 2010 13,90 123,38

4 2011 15,20 105,20

5 2012 15,15 98,82

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

2008 2009 2010 2011 2012

6.46 6.61 6.68 6.99 7.18

(21)

D. Umur Harapan Hidup

E. Rasio Penduduk Yang Bekerja

Indikator derajad Kesehatan dapat dilihat dari Umur Harapan Hidup

(Life Expectancy at Birth). Meningkatnya usia harapan hidup

masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

meningkatnya gizi dan meningkatnya tingkat kesadaran terhadap

pentingnya hidup sehat. Usia harapan hidup masyarakat Kabupaten

Ponorogo dari tahun 2008 – 2012 mengalami peningkatan. Tahun

2008 sebesar 60,00 th, Tahun 2009 sebesar 69,30 th, tahun 2010

sebesar 69,60 th dan tahun 2011 sebesar 69,90 th serta tahun 2012

sebesar 72.00 th.

Gambar 2.14

Umur Harapan Hidup Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2012

Mengacu kepada Ponorogo Dalam Angka Tahun 2013 bahwa jumlah

penduduk yang bekerja yang masuk pada angkatan kerja di Kabupaten

Ponorogo Tahun 2012 berjumlah 478.573 orang dari angkatan kerja

berjumlah 494.714 orang. Dari data penduduk yang bekerja

dibandingkan dengan angkatan kerja akan diperoleh angka rasio 69.31 69.30 69.60 69.90

72.00

67.50 68.00 68.50 69.00 69.50 70.00 70.50 71.00 71.50 72.00 72.50

2008 2009 2010 2011 2012

(22)

2.1.2.3 Fokus Seni Budaya dan Olah Raga

Tabel 2.11

Jumlah Penduduk yang Bekerja, Angkatan Kerja dan Rasio di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2012

Tahun Penduduk yang

Bekerja Angkatan Kerja

Rasio Penduduk Bekerja / Angkatan Kerja (%)

2008 493.096 512.193 96,27

2009 527.254 546.117 96,55

2010 474.044 492.942 96,17

2011 451.450 472.067 95,63

2012 478.573 494.714 96,74

Sumber : BPS Kabupaten Ponorogo, 2012

Dalam rangka mengembangkan sektor kepariwisataan salah satu

upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan seni

budaya melalui beberapa even regional, nasional maupun

internasional. Untuk melihat perkembangan seni dan budaya

dilakukan dengan mengevaluasi jumlah, jenis, organisasi kesenian

yang ada di masing – masing Kecamatan. Organisasi kesenian yang

cukup dikenal di Kabupaten Ponorogo adalah Reog. Melalui berbagai

even untuk melestarikan sekaligus mengembangkan kesenian Reog

dimaksud cukup berhasil, hal ini dapat dilihat perkembangan

kesenian Reog dari tahun 2008 – 2012 mengalami peningkatan yang

cukup signifikan.

Tabel 2.12

Perkembangan Seni Budaya dan Olah Raga di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2012

No Capaian 2008 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah Group Kesenian 776 784 824 754 767

2 Jumlah Gedung Kesenian 1 1 1 1 1

3 Jumlah Club Olah Raga 156 156 156 156 156

4 Jumlah lapangan Olah

Raga 148 148 176 176 176

(23)

Angka Partisipasi Sekolah (APS)

2.1.3 ASPEK PELAYANAN UMUM

2.1.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib

Urusan Pendidikan

Angka Partisipasi Sekolah (APS) menunjukkan besaran penduduk

usia sekolah yang sedang bersekolah. APS merupakan ukuran daya

serap pemerataan dan akses terhadap Pendidikan khususnya

penduduk usia sekolah. APS terdiri dari Angka Partisipasi Kasar

(APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). APK menunjukkan tingkat

partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan

sedangkan APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia

sekolah ditingkat pendidikan tertentu.

APS pada kelompok usia 7 – 12 tahun Kabupaten Ponorogo Tahun

2012 sebesar 98,80 % dan untuk usia 13 – 15 tahun sebesar 97,50

% dan usia 16 – 18 tahun sebesar 65,70 % sedangkan untuk angka

buta huruf usia 15 tahun keatas sebesar 9,40 %.

Gambar 2.15

Perkembangan APS menurut kelompok Usia di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 – 2012

Sumber : BPS Kabupaten Ponorogo, 2013

0 20 40 60 80 100 120

16 - 18 tahun 13 - 15 tahun

7 - 12 tahun 2012

2011

2010

2009

(24)

Nilai Tukar Petani

2.1.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan

2.1.4 ASPEK DAYA SAING DAERAH

2.1.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator yang dapat

digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani yaitu dengan

membandingkan kemampuan tukar produk / komoditas yang

dihasilkan / yang dijual petani dengan produk yang dihasilkan petani

baik untuk produksi (usaha) maupun untuk konsumsi rumah tangga.

Pada tahun 2008 NTP mencapai 102,74, tahun 2009 mencapai

106,88, tahun 2010 mencapai 108,46, tahun 2011 mencapai 112,53,

tahun 2012 mencapai 115,79 dan tahun 2013 mencapai 118,92.

Gambar 2.16

Nilai Tukar Petani di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2013

Sumber : BPS Kabupaten Ponorogo, 2013 102.74

106.88 108.46

112.53

115.79

118.92

90 95 100 105 110 115 120 125

2008 2009 2010 2011 2012 2013

(25)

2.2.1.2 Fokus Fasilitas Wilayah / Infrastruktur

Berdasarkan penggunaan lahan di Kabupaten Ponorogo meliputi

lahan untuk pekarangan/bangunan, tegal, kebon, ladang, hutan negara

seluas 39.199 Ha dan untuk lahan sawah seluas 34.800 Ha. Dari luas

lahan sawah tersebut yang merupakan sawah dengan pengairan teknis

seluas 30.091 Ha, sedangkan sisanya lahan sawah berpengairan

setengah teknis, non teknis dan tadah hujan.

Gambar 2.17

Luas Wilayah Berdasarkan Penggunaan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2012

Gambar 2.18

(26)

A. Angka Kriminalitas

A. Kualitas Tenaga Kerja

2.2.1.3. Fokus Iklim Investasi

Tindak kejahatan yang terjadi di Kabupaten Ponorogo dari tahun ke

tahun mengalami fluktuasi (naik turun), tahun 2008 jumlah total 372

kali tindak kejahatan meningkat menjadi 591 kali tindak kejahatan

pada tahun 2009. Namun demikian pada tahun 2010 mengalami

penurunan menjadi 558 kali dibanding tahun 2009, tetapi meningkat

pada tahun 2011 menjadi 798 kali.

Tabel 2.13

Jenis dan Jumlah Kejahatan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2009 - 2012

Kualitas tenaga kerja sangat tergantung dari tingkat pendidikan dan

keterampilan yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang yang didukung oleh keterampilan yang memadai, maka

akan semakin tinggi pula kualitas tenaga kerja, sehingga probabilitas

(27)

B. Tingkat

Ketergantungan

Gambar 2.19

Tingkat Pendidikan Pencari Kerja di Kabupaten Ponorogo Tahun 2009 - 2012

Tingkat ketergantungan dihitung berdasarkan perbandingan antara

banyaknya penduduk yang belum produktif (umur dibawah 15 tahun)

dan tidak produktif (umur diatas 65 tahun) dengan jumlah penduduk

yang termasuk usia produktif secara ekonomi (umur 15 – 64 tahun).

Tabel 2.14

Tingkat Ketergantungan Usia Produktif di Kabupaten Ponorogo Tahun 2009 - 2011

No Uraian 2009 2010 2011

1 Umur <15 tahun 194.278 187.694 188.757

2 Umur 15 – 64 tahun 641.337 575.390 579.629

3 Umur diatas 64 tahun 63.713 97.197 92.707

4 Tingkat Ketergantungan 40,22 % 48,64 % 48,56 %

- 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000

2009 2010 2011 2012

SARJANA

SARMUD

SLTA

SLTP

(28)

Gambar 2.20

Tingkat Ketergantungan Usia Produktif di Kabupaten Ponorogo Tahun 2009 - 2011

2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD tahun lalu.

Pada hakekatnya tujuan Pembangunan adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, melalui pelaksanaan Program dan Kegiatan

yang ditetapkan dalam dokumen perencanaan tahunan yaitu Rencana

Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan penjabaran dari

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang

memuat visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati terpilih. Untuk dapat

menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah pada tahun n+1 atau

tahun yang akan dating maka diperlukan data dasar dan capaian

kinerja tahun sebelumnya (n-1) dan tahun berjalan. RKPD Tahun

2015 disusun berdasarkan capaian target kinerja RKPD Tahun 2013

sebagaimana tertuang dalam Perbup Nomor 24 Tahun 2012 tentang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2013. RKPD Tahun 2013

memuat 13 Program prioritas dan 3 Program prioritas lainnya yang

merupakan hasil usulan aspirasi masyarakat melalui Musrenbang

(perencanaan partisipatif), program prioritas Pemerintah dan

Pemerintah Daerah Provinsi (perencanaan Top Down) dan dipadukan

dengan perencanaan tekhnokratik. 40.22

48.64 48.56

0 10 20 30 40 50 60

2009 2010 2011

(29)

1. Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkeadilan

Adapun capaian kinerja Program dan Kegiatan dalam RKPD Tahun

2013 adalah sebagai berikut :

Pertumbuhan Ekonomi merupakan tolok ukur perkembangan suatu

daerah yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai

dengan pemerataan pertumbuhan maka akan dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat yang pada akhirnya meningkat pula

pendapatannya. Capaian pertumbuhan ekonomi tahun 2012 sebesar

6,52 % menandakan bahwa ekonomi Kabupaten Ponorogo bergerak

kearah positip dari tahun sebelumnya yang juga tumbuh sebesar 6,21

%. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo banyak dipicu oleh

sector dominan yaitu sector pertanian, sector perdagangan, hotel dan

restoran dan sector jasa lainnya. Walaupun kenyataanya sector

pertanian tingkat pertumbuhannya dari tahun ke tahun mengalami

penurunan, sedangkan untuk sector perdagangan, hotel dan restoran

dalam kurun waktu lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang

sangat positip. Hal ini merupakan pertanda adanya pergeseran

transpormasi structural dari sector primer menuju ke sector sekunder.

Gambar 2.21

(30)

2. Pendidikan Berkualitas dan Terjangkau

3. Peningkatan Akses Pelayanan

Kesehatan

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap warga Negara

yang harus tersedia, terjangkau dan sekaligus berkualitas. Pendidikan

juga sebagai upaya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup,

pendewasaan pola pikir, upaya merubah tingkah laku menuju kea rah

yang lebih baik. Untuk melihat tingkat kualitas pendidikan dapat

dilihat dari angka melek huruf, angka partisipasi sekolah, angka

partisipasi murni, angka partisipasi kasar, angka putus sekolah, angka

kelulusan, rata – rata nilai Ujian Nasional, rasio pendidik yang

memiliki sertifikat pendidik, tingkat pendidikan yang ditamatkan dan

rata – rata lama sekolah.

Tabel 2.15

Target dan Realisasi Kinerja Pendidikan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2011

12 Rasio Pendidik yg bersertifikat 15,73 26,49

13 IPM 71,41 71,15

Kompleksnya permasalahan di Bidang Kesehatan seperti infrastruktur

kesehayan yang masih belum optimal, pemerataan dan

keterjangkauan pelayanan yang terbatas merupakan kendala yang

(31)

4. Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

optimal. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja

kesehatan adalah mendorong masyarakat hidup sehat, meningkatkan

akses masyarakat terhadap kesehatan, memberikan subsidi

pembiayaan kepada masyarakat khususnya masyarakat miskin melalui

jaminan kesehatan. Kinerja bidang kesehatan dapat dilihat dari

meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi,

menurunnya angka kematian ibu melahirkan dan menurunnya

prevalensi gizi buruk pada balita.

Tabel 2.16

Target dan Realisasi Kinerja Kesehatan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2011 – 2012

1 Cakupan Balita Gizi buruk yg

mendapat perawatan 100,00 100,00 100,00 100,00

2 Cakupan kunjungan Bayi 88,00 95,79 87,00 97,97

3 Cakupan kunjungan Ibu hamil 86,00 77,51 87,00 91,66 4 Cakupan pelayanan Anak Balita 78,00 78,04 88,00 75,43 5 Cakupan peserta KB aktif 70,00 83,13 69,00 78,92 6 Cakupan pelayanan dasar Maskin 100,00 223,39 15,00 28,84

7 Cakupan pelayanan Kesehatan

rujukan Maskin 100,00 10,62 1,50 1,50

8 Indeks Harapan Hidup 70,48 72,00 75,17 70,24

Infrastruktur menjadi kebutuhan dasar bagi masyarakat dalam

kerangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebagai sector

penggerak. Seperti kita yakini bersama bahwa infrastruktur merupakan

pemicu pembangunan suatu kawasan dimana pembangunan

infrastruktur berbasis wilayah semakin penting untuk di prioritaskan.

Penyediaan infrastruktur seperti transportasi, ketenagalistrikan, jalan,

jembatan, sumber daya air, perumahan, sarana air minum dan

(32)

5. Penanganan Kemiskinan

Tabel 2.17

Target dan Realisasi Kinerja Infrastruktur di Kabupaten Ponorogo Tahun 2011 – 2012

1 Panjang Jalan Kabupaten dalam

kondisi baik 48,03 85,78 46,06 46,06

2 Luas Irigasi Kabupaten dalam

kondisi baik 16,39 89,95 16,35 89,90

3 Rumah Tangga bersanitasi 88,01 88,27 87,76 87,76

4 Kawasan Kumuh 2,72 2,72 2,75 2,58

Kemiskinan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat

berlindung dan terbatasnya aksebilitas terhadap pelayanan pendidikan

dan kesehatan. Masalah kemiskinan merupakan masalah nasional

yang harus menjadi perhatian semua pihak untuk diupayakan

penurunannya melalui program kegiatan yang langsung menyentuh

kepentingan masyarakat.

Tabel 2.18

Prosentase Target dan Realisasi Kinerja Penangan Kemiskinan Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 – 2012

Program penanganan kemiskinan harus dikoordinasikan dengan

sungguh sungguh agar sasarannya tidak tumpang tindih antara

program satu dengan program program yang lainnya antara sumber

(33)

6. Perluasan

Kesempatan Kerja

kemiskinan menjadi atensi dan tanggug jawab semua pihak yakni

pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat melaui wadah

TKPKD (Tim koordinasi penanggulangan kemiskinan daerah).

Perluasan penciptaan lapangan kerja merupakan upaya pemerintah

dalam mengurangi tingkat pengangguran yang dari ke hari semakin

bertambah cukup besar seiring dengan bertambahnya lulusan sekolah

yang memasuki usia kerja dan tidak dibarengi dengan tersedianya

lapangan kerja yanag memadai. Dampak social dari bertambahnya

pengangguran sangat significant yakni bersifat multidimensional.

Ditahun 2011 saja jumlah penduduk yang bekerja mencapai 451.450

jiwa dari angkatan kerja yang ada 472.067 orang atau rasio penduduk

yang bekerja disbanding dengan angkatan kerja hanya mencapai

95,63%. Tingkat pengangguran terbuka tahun 2010 mencapai 3,83%

masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan TPT propinsi yang

mencapai 4,25% dan TPT nasional mencapai 7,14%.

Tabel 2.19

Prosentase Target dan Realisasi Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 – 2012

No Tahun Target RPJMD (%) Capaian (%) Keterangan

1 2008 3,73 3,73

2 2009 3,45 3,45

3 2010 3,83 3,83

4 2011 2,02 4,37

5 2012 1,86 3,26

Upaya terus menerus dilakukan untuk semaskin mengurangi

pengangguran dengan melaksanakan program kegiatan dalam upaya

menciptakan peluang kesempatan kerja baik melalui program

kegiatan yang langsung menyentuh atau menyerap tenaga kerja

Gambar

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Ponorogo
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Gambar 2.2 Jumlah penduduk di Kabupaten Ponorogo Tahun 2012
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kahadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya yang telah dilimpahkan pada kita semua, meskipun dengan kemampuan dan waktu yang

Bangunan ini memiliki susunan atap seperti pada rumah limasan pokok yaitu mempunyai 4 buah sisi yang ditambahkan 4 buah emper yang mengelilingi bangunan tersebut dan mempunyai

Dampak pertumbuhan ekonomi di sektor industri dan pertanian terhadap kualitas lingkungan hidup yang diukur dengan emisi gas rumah kaca di Negara Berkembang dan Negara Maju

Maka untuk keperluan analisa, manajemen harus tahu benar mengenai data: harga jual per unit, biaya variabel per unit, jumlahnya biaya tetap yang terdiri dari biaya tetap tunai

Makalah Ilmu Budaya Dasar yang diberi judul Peran Kebudayaan Dalam Membentuk Kepribadian ini, saya susun sebagai pelengkap tugas dan mempunyai tujuan untuk menambah wawasan

Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan adalah penelitian Rekomendasi Prioritas Perbaikan Jalan di Kota Malang menggunakan metode AHP untuk pembobotak

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara self-regulation dengan perilaku makan sehat pada mahasiswa yang