• Tidak ada hasil yang ditemukan

19716 23757 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " 19716 23757 1 PB"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PROSES BERPIKIR SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PERSAMAAN GARIS LURUS DITINJAU DARI PERBEDAAN JENIS KELAMIN

Afridah Nurrohmanawati

Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : afridahn @ mhs.unesa.ac.id Endah Budi Rahaju

Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : endahrahaju@unesa.ac.id

Abstrak

Proses berpikir adalah langkah-langkah yang dilakukan seseorang dengan melibatkan aktivitas mental untuk mendapatkan suatu kesimpulan dalam menyelesaikan masalah atau soal. Proses berpikir dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu proses berpikir tipe predikatif dan proses berpikir tipe fungsional. Proses berpikir tipe predikatif yaitu proses berpikir yang cenderung melihat hubungan diantara dua konsep atau lebih dalam pengambilan keputusan. Sedangkan proses berpikir tipe fungsional yaitu proses berpikir yang menitikberatkan untuk melihat mata rantai dan cara melaksanakan keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir siswa dalam menyelesaikan soal persamaan garis lurus.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang dilaksanakan di kelas IX-A SMP Negeri 1 Kauman tahun ajaran 2016/2017. Subjek penelitian terdiri dari satu siswa perempuan dan laki-laki dengan proses berpikir tipe predikatif dan satu siswa perempuan dan laki-laki dengan proses berpikir tipe fungsional. Instrumen penelitian terdiri dari tes persamaan garis lurus dan pedoman wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menyelesaikan soal persamaan garis lurus, subjek perempuan dan laki-laki predikatif melihat hubungan antara konsep persamaan garis lurus dengan konsep materi lain yang sudah dipelajari sebelumnya. Sedangkan, subjek perempuan dan laki-laki fungsional lebih menitikberatkan pada rumus yang sudah ada tanpa mengaitkannya dengan materi lain yang sudah dipelajari sebelumnya. Subjek perempuan dan laki predikatif menggunakan langkah secara terperinci, sedangkan subjek perempuan dan laki-laki fungsional ingin segera memperoleh jawaban akhir. Subjek perempuan predikatif mengerjakan soal persamaan garis lurus dengan menggunakan hubungan titik dengan titik serta titik dengan garis. Subjek laki-laki fungsional menggunakan cara yang berbeda dengan yang diajarkan oleh guru. Subjek perempuan dan laki-laki predikatif menyelesaikan soal hingga jawaban paling sederhana, sedangkan subjek perempuan fungsional menyelesaikan soal belum dalam bentuk paling sederhana. Subjek perempuan dan laki-laki predikatif mengilustrasikan yang ada pada soal, sedangkan laki-laki fungsional mengerjakan soal tanpa mengilustrasikan yang ada pada soal.

Kata kunci: proses berpikir, predikatif, fungsional, jenis kelamin

Abstract

Thinking process is measures undertaken involving a person with mental activity to get a conclusion in solving problems. Thinking process in this research grouped into two types of predicative thought processes and thought processes of functional types . The thought process is the type of predicative thought processes tend to look at the relationship between two or more concepts in decision making . While the thought processes of functional type is the thought process that focuses on the chain saw and how , to implement the decision. This study aimed to describe the thinking of students in solving equations straight line.

This is a descriptive qualitative research in class IX-A SMPN 1 Kauman on school year 2016/2017. Subjects consisted of one female and male with the thought processes of predicative type and one female and male with the thought processes of functional type. The research instruments consisted of the test straight line equation and guide the interview.

The results of this research showed that in solving straight line equation, female’s and male’s subject predicative able to see the relationship between the concept of straight line equation with other material concepts that have been studied previously. Whereas, female’s and male’s subject functional are more focused on the existing formulas without associating it with other materials that have been studied previously. Female’s and male’s subject functional want an immediate answer to the final. Female subjects predicative work on the problems straight line equation by using the relationship as well as point by point to the line. Male subjects functional use a different way to those taught by the teacher. Female’s and male’s subject predicative solve problems to the simplest answer, while female subjects yet functional solve problems in the simplest form. Female’s and male’s subject predicative illustrates that there is in question, while male subjects functional work on the problems without illustrating exist in matter.

(2)

PENDAHULUAN

Semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan

teknologi sangat

berpengaruh terhadap pendidikan.

Perkembangan teknologi tersebut menuntut hadirnya individu-individu yang kreatif, beretos kerja tinggi, profesional dan memiliki kepedulian atau kepekaan terhadap fenomena yang timbul dalam masyarakat. Salah satu mata pelajaran yang berperan penting dalam pendidikan adalah matematika.

Berdasarkan

Permendikbud nomor 58 tahun 2014, matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan manusia dan

juga mendasari

perkembangan teknologi modern, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Oleh karena itu, dalam Kurikulum 2013, membekali peserta didik

dengan kemampuan

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, inovatif, kreatif, serta kemampuan kerjasama. Kemampuan berpikir tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,

mengelola, dan

memanfaatkan informasi untuk hidup lebih baik pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan sangat kompetitif di masa mendatang.

Menurut Suryabrata

(2006) berpikir

merupakan proses dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya. Marpaung (1986) menambahkan bahwa proses berpikir merupakan proses yang terdiri dari penerimaan informasi (dari luar atau

dalam siswa),

pengelolaan,

penyimpanan, dan

pemanggilan kembali informasi itu dari ingatan siswa. Artinya dalam berpikir seseorang pasti melakukan sebuah proses untuk menemukan suatu

kesimpulan atau

penyelesaian tentang sesuatu yang dipikirkan.

Ada beberapa

pendapat mengemukakan tentang jenis-jenis proses berpikir. Schwank (dalam

Hatip, 2008)

mengemukakan bahwa proses berpikir seseorang memiliki dua cara berpikir yaitu cara berpikir predikatif dan cara berpikir fungsional. Sedangkan menurut Zuhri (1998), proses berpikir berpikir yang digunakan

adalah tipe berpikir yang

diungkapkan oleh

Schwank yaitu cara berpikir fungsional dan cara berpikir predikatif.

Marpaung (1986) mengemukakan bahwa tipe berpikir fungsional dan tipe berpikir predikatif merupakan elemen dasar dalam mempelajari algoritma yang mengarahkannya untuk memilih strategi

tertentu dalam

mempelajari atau

menemukan suatu konsep matematis. Menurut Schwank (dalam Hatip, 2008: 38—39), proses berpikir tipe predikatif yaitu proses berpikir cenderung melihat hubungan antar dua konsep atau lebih dalam pengambilan keputusan. Ciri khas tipe berpikir predikatif yaitu siswa

mampu melihat

keterkaitan konsep satu dengan konsep lainnya yang berhubungan dengan soal. Saat mengerjakan soal, siswa dengan proses berpikir tipe predikatif akan mengerjakannya secara terperinci tahap demi tahap dan mampu menghubungkan dengan konsep lain yang sesuai dengan soal yang dihadapi dan mampu menuliskan kesimpulan dari soal yang diberikan. Sedangkan proses berpikir tipe fungsional yaitu lebih menitikberatkan mata

rantai dan cara

melaksanakan keputusan. Ciri khas tipe berpikir

fungsional yaitu siswa hanya menitikberatkan pada rumus yang berhubungan dengan soal. Saat mengerjakan soal, siswa dengan proses berpikir tipe fungsional akan terfokus pada satu rumus saja yang diketahuinya berdasarkan soal yang dikerjakan, dan siswa akan cenderung

penelitian proses berpikir yang dilakukan oleh Hatip (2013), siswa dengan kemampuan tinggi dan

sedang tergolong

memiliki cara berpikir fungsional dan predikatif,

sedangkan yang

berkemampuan rendah tergolong memiliki cara berpikir predikatif dalam menyelesaikan soal-soal faktorisasi suku aljabar. Berdasaran uraian di atas, peneliti akan melakukan penelitian sejenis untuk mendeskripsikan proses berpikir siswa. Materi yang dipilih adalah materi persamaan garis lurus. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Reni (2013), materi SMP yang dirasa sulit oleh siswa adalah materi persamaan garis lurus. Berdasarkan hasil penelitiannya, ada beberapa kesalahan yang

dilakukan dalam

mengerjakan soal

(3)

komputasi aljabar,

kesalahan dalam

menggambar grafik pada bidang Cartesius,

kesalahan dalam

menentukan gradien suatu garis, kurang teliti dalam memahami soal, dan

kesalahan dalam

membaca grafik garis. Hal ini didukung dengan data

dari Balitbang

Kemendikbud bahwa daya serap ujian nasional SMP tahun ajaran 2014/2015 pada materi persamaan garis lurus mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2013/2014, yaitu dari 55,72% menjadi 52,90%.

Berdasarkan

penjelasan di atas, siswa mengalami kesulitan pada materi persamaan garis lurus sehingga siswa melakukan kesalahan

yang dikarenakan

kurangnya ketelitian siswa dalam memahami soal. Untuk itu dalam

mengerjakan soal

persamaan garis lurus membutuhkan kecermatan dalam memahami soal dan

dalam menggambar

grafik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Krutetzki (dalam Hatip, 2008) menyatakan bahwa dalam berpikir siswa perempuan lebih unggul

dalam ketepatan,

kecermatan, ketelitian dan keseksamaan, berbeda dengan siswa laki-laki yang cenderung kurang teliti, terburu-buru dan cenderung menyelesaikan sesuatu dengan cara

singkat. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap siswa termasuk laki-laki dan perempuan memiliki tingkat ketelitian yang berbeda termasuk dalam mengerjakan soal persamaan garis lurus. Karena adanya Perbedaan berpikir laki-laki dan perempuan, maka tidak tertutup kemungkinan adanya perbedaan proses berpikir antara keduanya.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti

akan melakukan

penelitian yang berjudul “Proses Berpikir Siswa

SMP dalam

Menyelesaikan Soal Persamaan Garis Lurus ditinjau dari Perbedaan Jenis Kelamin”.

Tujuan penelitian ini

yaitu untuk

mendeskripsikan proses berpikir siswa SMP dalam menyelesaikan soal merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang dilaksanakan di kelas IX SMP Negeri 1 Kauman tahun ajaran 2016/2017. Subjek penelitian terdiri dari satu siswa perempuan dan laki-laki predikatif dan satu siswa perempuan dan laki-laki fungsional.

Instrumen penelitian terdiri dari tes persamaan garis lurus dan pedoman wawancara. Instrumen tes

persamaan garis lurus terdiri dari 3 soal uraian yang dibuat oleh peneliti tentang menentukan persamaan garis lurus dan menggambar grafik persamaan garis lurus. Pedoman wawancara terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang disusun oleh peneliti yang disesuaikan dengan indikator-indikator proses berpikir yang telah yang diberikan kepada seluruh siswa kelas IX-A. Selanjutnya, setiap siswa

diminta untuk

menyelesaikannya secara individu dalam batas waktu 60 menit. Hasil tes persamaan garis lurus

digunakan untuk

mengelompokkan siswa menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dengan proses berpikir predikatif dan kelompok dengan tipe berpikir fungsional. Setelah dibedakan menjadi dua kelompok, peneliti memilih masing-masing satu siswa perempuan dan laki-laki dari proses berpikir predikatif dan proses berpikir fungsional

dengan kemampuan

matematika yang setara untuk dijadikan subjek penelitian. bertujuan untuk memperoleh subjek

penelitian. Wawancara yang dilakukan berupa wawancara berbasis tes dan dilakukan setelah subjek melakukan tes persamaan garis lurus.

Proses wawancara

direkam dengan bantuan alat audio recorder sehingga peneliti dapat mendengarkan hasil wawancara berulang-ulang untuk keperluan analisis data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Analisis hasil tes

persamaan garis lurus Data hasil tes persamaan garis lurus dianalisis dengan teknik sebagai berikut.

a. Menggunakan pedoman

penskoran tes persamaan garis lurus dengan cara memeriksa hasil pekerjaan subjek. Skor tes yang diperoleh

digunakan sebagai patokan dalam pemilihan subjek penelitian.

b. Menggunakan indikator-indikator proses berpikir

yang telah

ditentukan di bab II untuk

(4)

2. Analisis hasil wawancara

Data hasil wawancara dianalisis sesuai langkah-langkah sebagai berikut. a. Reduksi data

Reduksi dapat diartikan sebagai proses

penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan data yang diperoleh untuk menjadi data yang bermakna. Tahap reduksi data dalam penelitian ini meliputi kegiatan yang mengacu pada proses pemilihan, pembuangan informasi yang tidak perlu, dan pengorganisasian hasil wawancara yang diperoleh

peneliti di

lapangan untuk memeroleh data yang benar-benar dibutuhkan dalam mendeskripsikan proses berpikir

siswa dalam

menyelesaikan soal persamaan garis lurus ditinjau dari Perbedaan jenis kelamin.

Data yang

diperoleh dari wawancara

dituangkan secara tertulis dengan cara mentranskrip

ucapan yang

dituturkan subjek

penelitian selama wawancara dan peneliti

mendengarkan kembali rekaman

pada saat

wawancara untuk mengurangi kesalahan penulisan transkrip. b. Penyajian data

Dalam penelitian ini, yang dimaksud sebagai penyajian data adalah uraian atau deskripsi hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada subjek dalam menyelesaikan soal persamaan garis lurus. Data hasil wawancara yang sudah ditranskrip disajikan dalam kode-kode

percakapan agar pembaca dapat memahami hasil wawancara dengan mudah. Setelah data disajikan dalam bentuk kode-kode

percakapan, selanjutnya data tersebut

diidentifikasi, ditafsirkan dan dimaknai. Pada tahap ini peneliti menngambarkan deskripsi singkat

dari hasil

wawancara yang telah diolah dalam tahap reduksi data.

c. Penarikan kesimpulan

Langkah terakhir dalam kegiatan analisis

data adalah

penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan didasarkan atas data yang telah dianalisis, meliputi

data hasil

wawancara.

HASIL DAN

PEMBAHASAN Penelitian dengan judul proses berpikir siswa SMP dalam

menyelesaikan soal persamaan garis lurus ditinjau dari Perbedaan jenis kelamin dilakukan di SMP Negeri 1 Kauman tahun ajaran 2016/2017 yaitu pada tanggal 25 Juli 2016 dan 28 Juli 2016. Data Hasil Tes

Persamaan Garis Lurus

Setelah pelaksanaan tes, dilakukan penskoran terhadap pengerjaan siswa dan dianalisis sesuai indikator proses berpikir. Berdasarkan hasil tes persamaan garis lurus, diperoleh data seperti yang disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1 Hasil Tes Persamaan Garis Lurus

No. Nama Jenis

Kelamin Proses Berpikir

Jenis Kelamin

Tipe Proses Berpikir Nilai Kode

Perempuan PredikatifFungsional 8380 LFLP

(5)

1. AAF L

Berdasarkan hasil tes persamaan garis lurus tersebut diperoleh 13 siswa dengan proses berpikir predikatif, yaitu 2 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Dan diperoleh 19 siswa dengan proses berpikir fungsional, yaitu 8 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Subjek yang diambil adalah satu siswa laki-laki dan perempuan pada

Tabel 2. Subjek

Penelitian

Proses Berpikir Subjek Perempuan Predikatif (PP) dalam Menyelesaikan Soal Persamaan Garis Lurus

Dalam

menyelesaikan soal persamaan garis lurus, subjek PP memenuhi lima indikator proses berpikir predikatif. Berikut ini proses berpikir subjek perempuan predikatif dalam menyelesaikan soal persamaan garis lurus nomor 1 sampai dengan nomor 3.

Subjek

menggunakan konsep operasi pembagian dan perkalian bentuk aljabar dan konsep pembagian melihat hubungan antara konsep materi pada soal dengan konsep materi lain yang sudah dipelajari untuk menyelesaikan soal. Subjek mengerjakan soal dengan menuliskan yang diketahui dan ditanya pada soal serta langkah-langkah

penyelesaian dengan hitungan yang benar, jelas dan runtut. Pada soal nilainya dan mengerjakan soal dengan langkah-langkah secara terperinci.

Subjek mengaitkan hubungan titik dengan titik dan titik dengan garis sehingga menjadi grafik persamaan garis lurus. Subjek mengerjakan soal hingga jawaban akhir yang paling sederhana.

Subjek

menggambarkan apa yang dia pahami dari soal dengan mengilustrasikan variabel f pada sumbu mendatar dan variabel c pada sumbu tegak bidang koordinat, tetapi subjek kurang teliti dalam operasi hitung bentuk aljabar. Dalam hal ini, subjek menyelesaikan soal dengan mengilustrasikan atau menggambarkan permasalahan yang ada dalam soal.

Proses Berpikir Subjek Laki-laki Predikatif (LP) dalam Menyelesaikan Soal Persamaan Garis Lurus

Dalam Berikut ini proses berpikir subjek laki-laki predikatif dalam menyelesaikan soal persamaan garis lurus nomor 1 sampai dengan nomor 3.

Dalam mengerjakan soal persamaan garis lurus, subjek mengaitkan materi persamaan garis lurus dengan materi lain, yaitu materi sistem koordinat dan materi operasi aljabar. Dalam hal ini, subjek mengaitkan materi yang ada pada soal dengan materi lain yang

sudah dipelajari

sebelumnya.

Subjek menuliskan diketahui, ditanya dan subjek mengerjakan soal dengan langkah-langkah secara terperinci serta mengubah persamaan garis lurus yang ada menjadi persamaan garis lurus baru tanpa mengubah nilainya.

(6)

tanda kurung untuk bilangan negatif saat dioperasikan, sehingga menimbulkan kesalahan pada hasil, tetapi subjek menyelesaikan soal dengan jawaban yang paling sederhana.

Subjek

mengilustrasikan soal dengan menggambarkan variabel c pada sumbu tegak dan variabel f pada sumbu mendatar bidang koordinat. Dalam hal ini, subjek menyelesaikan soal dengan mengilustrasikan atau menggambarkan permasalahan yang ada pada soal.

Proses Berpikir Subjek Perempuan Fungsional (PF) dalam Menyelesaikan Soal Persamaan Garis Lurus

Dalam

menyelesaikan soal persamaan garis lurus, subjek PF memenuhi tiga indikator proses berpikir fungsional. Berikut ini proses berpikir subjek perempuan fungsional dalam menyelesaikan soal persamaan garis lurus nomor 1 sampai dengan nomor 3.

Subjek hanya

terpaku pada rumus yang sudah ada saja, yaitu rumus persamaan garis lurus tanpa mengaitkan dengan materi lain. Dalam hal ini, subjek lebih menitikberatkan pada rumus yang sudah ada tanpa mengaitkannya dengan materi yang sudah dipelajari sebelumnya.

Subjek ingin segera pada jawaban akhir tanpa menggunakan langkah-langkah yang jelas dan terperinci. Subjek juga tidak mengubah bentuk persamaan garis lurus yang ada pada soal menjadi persamaan garis lurus baru.

Subjek mengerjakan soal belum sampai pada Laki-laki Fungsional (LF) dalam Menyelesaikan Soal Persamaan Garis Lurus

Dalam Berikut ini proses berpikir subjek laki-laki fungsional dalam menyelesaikan soal persamaan garis lurus nomor 1 sampai dengan nomor 3.

Subjek tidak

menghubungkan materi persamaan garis lurus dengan materi lain yang

sudah dipelajari

sebelumnya. Subjek hanya menggunakan rumus yang sudah ada saja dalam mencari gradien dan persamaan garis lurusnya. Dalam hal ini, subjek lebih menitikberatkan pada rumus yang sudah ada.

Subjek menjelaskan jawabannya tidak begitu terperinci tetapi jelas, ada beberapa langkah yang dijelaskan yang langsung didapatkan hasilnya tanpa menunjukkan caranya. Dalam hal ini, subjek ingin segera pada jawaban akhir tanpa menggunakan langkah-langkah

terperinci. Subjek

menggunakan rumus yang sudah diubah sedemikian rupa agar subjek bisa mengerjakan soal dengan mudah. Dalam hal ini, subjek menggunakan kaidah-kaidah

penyelesaian yang berbeda dengan yang diajarkan oleh guru.

Subjek langsung mengerjakan apa yang

ditanyakan tanpa

mengilustrasikan apa yang ada pada soal. Dalam hal ini, subjek menyelesaikan

soal tanpa

mengilustrasikan atau menggambarkan

permasalahan yang ada dalam soal.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil

penelitian dan

pembahasan, dapat diambil simpulan sebagai berikut.

1. Proses Berpikir Siswa Perempuan Predikatif

Dalam

mengerjakan soal persamaan garis lurus,

subjek melihat

hubungan antara konsep persamaan

garis lurus dengan

konsep operasi

perkalian dan

pembagian aljabar serta perkalian dan pembagian pecahan yang sudah dipelajari untuk menyelesaikan

soal. Subjek

mengubah bentuk persamaan garis lurus

menuliskan langkah-langkah pengerjaan secara terperinci mulai dari yang diketahui, hingga jawaban paling sederhana. Subjek menggambarkan atau mengilustrasikan yang ada pada soal.

2. Proses Berpikir Siswa Laki-laki Predikatif Dalam mengerjakan soal persamaan garis

lurus, subjek

mengaitkan materi persamaan garis lurus dengan materi sistem koordinat, operasi

aljabar serta

pembagian dan

perkalian pecahan yang sudah dipelajari sebelumnya. Subjek mengerjakan soal dengan

(7)

terperinci serta dengan mengubah persamaan garis lurus yang diketahui pada soal menjadi persamaan garis lurus baru tanpa mengubah nilainya. Dalam menggambar persamaan garis lurus, subjek mengetahui hubungan titik dengan titik serta titik dengan garis dalam membuat

grafik. Subjek

menyelesaikan soal dengan jawaban yang paling sederhana. 3. Proses Berpikir Siswa

Perempuan Fungsional Dalam

mengerjakan soal persamaan garis lurus,

subjek lebih

menitikberatkan pada rumus persamaan garis lurus yang sudah ada tanpa mengaitkanya dengan materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Subjek

ingin segera

memperoleh jawaban

akhir tanpa

menggunakan langkah-langkah terperinci. Subjek tidak menyelesaikan soal hingga jawaban yang paling sederhana. 4. Proses Berpikir Siswa

Laki-laki Fungsional Dalam

mengerjakan soal subjek cenderung

untuk lebih

menitikberatkan pada rumus yang sudah ada tanpa mengaitkannya dengan materi lain yang sudah pernah

diajarkan. Subjek tidak menggunakan

langkah-langkah secara terperinci dan cenderung ingin segera memperoleh hasil

akhir. Subjek

menggunakan cara penyelesaian yang berbeda dengan apa yang dijelaskan oleh

guru karena

menganggap cara yang digunakan lebih cepat.

Subjek tidak

menyelesaikan soal hingga jawaban yang paling sederhana..

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan diskusi, peneliti memberikan saran sebagai berikut.

1. Seharusnya dalam soal yang diberikan, dicantumkan perintah untuk menuliskan semua ide yang dipikirkan siswa. Hal tersebut bertujuan agar dapat menggali proses berpikirnya dengan mudah dan mendalam jika siswa memiliki lebih dari satu ide. Selain itu, dalam membelajarkan pemecahan masalah pembuktian, guru perlu meminta siswa untuk menuliskan lebih dari satu ide. Hal tersebut untuk melatih kemampuan siswa dalam pemecahan masalah pembuktian, karena agar dapat menambah wawasan siswa bahwa dalam pemecahan masalah

pembuktian tidak hanya dapat dilakukan dengan satu cara. 2. Untuk mengungkap

proses berpikir siswa Rational dalam memeriksa kembali

harus melalui

wawancara. Hal

tersebut dikarenakan Rational memiliki sifat tidak suka membuang-buang waktu, sehingga

menurut subjek

memeriksa kembali akan menghabiskan waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Hatip, Ahmad. 2008. Proses Berpikir Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal-soal Faktorisasi Suku Aljabar Ditinjau dari Perbedaan

Kemampuan

Matematika dan Perbedaan Gender.

Tesis tidak “Proses Berpikir Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal-soal Faktorisasi Suku aljabar Ditinjau dari Perbedaan

Kemampuan

Matematika dan Perbedaan Gender”. Jurnal Ilmiah “FONEMA”. Vol.1(1): hal. 22-30. Jendral Dikti. 2014.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 58 Tahun

2014 Tentang Kurikulum SMP. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan. 2014. Laporan Hasil Ujian Nasional Tahun 2014. Jakarta:

Badan Pusat

Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian

Pendidikan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Laporan Hasil Ujian Nasional Tahun 2015. Jakarta:

Badan Pusat

Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian

Pendidikan.

Marpaung, Yansen. 1986. Proses Berpikir dalam Pembentukan Konsep Algoritma Matematik.

Yogyakarta: pidato dies natalis XXXI IKIP Sanata Dharma. Reni. 2013. Proses Berpikir dalam Pengerjaan Soal Persamaan Garis Lurus dan Pemberian

Scaffolding pada Siswa SMP Negeri

Gambar

Tabel 1 Hasil Tes
Tabel 2. Subjek

Referensi

Dokumen terkait

Dengan membentuk tim yang kompak, maka pelaksanaan sistem pelayanan nasabah yang berkualitas akan menjadi lebih mudah dilakukan, karena dengan membentuk suatu

pengembangan kecakapan kemampu-kerjaan yang di- laksanakan guru pengajar program produktif SMK- BI; (3) dimensi kecakapan kemampu-kerjaan yang menurut guru pengajar

Teks interaksi transaksional lisan yang melibatkan tindakan memberi dan meminta informasi terkait pengandaian diikuti oleh perintah/saran. Menangkap makna teks

Baharuddin L, 2011, Pengaruh Pengetahuan, Keterampilan, Pengalaman, Sikap terhadap Kinerja petugas sensus ekonomi pada Kantor Bappeda Kota Makassar, Jurnal Manajemen Bisnis,

Saya betul-betul menyadari bahwa kedua orang tua saya pastinya lebih pintar dari saya yang masih SD pada saat itu, sehingga yang saya lakukan adalah sebisa

One can conceive of three main aspects in hair simulation – hair shape modeling, hair dynamics or animation, and hair rendering. Often these aspects are interconnected while

perlu membuat program yang meningkatkan penyadaran pengenda- lian diri ketika membuat keputusan investasi. Rendahnya pengendaian diri bisa menyebabkan masyarakat mengambil