1
Agenda
Anggaran Sektor Publik
1
Jenis Anggaran
2
Pendekatan Penganggaran
3
3
Perbedaan antara Akuntansi Manajemen dengan Akuntansi Keuangan
Akuntansi
Manajemen
•
Untuk pihak
internal
•
Laporan
Keuangan
prospektif untuk
perencanaan
Akuntansi
Keuangan
•
Untuk pihak
eksternal
•
Laporan
Keterkaitan antara Anggaran dan Akuntansi Manajemen
• Bagian yang tidak terpisahkan antara perencanaan
dan pengendalian.
• Dua jenis aktivitas perencanaan, yaitu:
– Perencanaan Strategis
perencanaan untuk tujuan dan sasaran yang bersifat mendasar.
sangat penting untuk menentukan tujuan organisasi secara keseluruhan.
– Perencanaan Operasional
perencanaan yang penting untuk
5 Keterkaitan antara Anggaran dan
Akuntansi Manajemen…cont’d
Proses Akuntansi Manajemen di Sektor Publik
Lima tahap penting dalam proses perencanaan dan pengendalian:
– Perencanaan strategis – Perencanaan operasional – Proses penganggaran
– Pengendalian dan pengukuran
– Pelaporan, analisis, dan umpan balik
• Informasi akuntansi dalam proses perencanaan
Keterkaitan antara Anggaran dan Akuntansi Manajemen…cont’d
Bagan Proses Akuntansi
1. Perencanaan Tujuan Dasar
(strategis)
2. Perencanaan Operasional
3. Budgeting
4. Pengendalian dan Pengukuran 5. Pelaporan,
analisis, dan Umpan Balik
Revisi Tujuan
Revisi Perencanaan Operasional
Revisi Budget
7
Siklus Perencanaan dan Pengendalian
Manajemen
• Perencanaan Operasional
– Merinci tujuan dasar dalam bentuk serangkaian target
yang harus dicapai dan kegiatan yang akan dilaksanakan.
– Waktu bervariasi antara satu 10-20 tahun kedepan. – Financial dan non financial terms.
• Budgeting
– Identifikasi atas kegiatan jangka pendek, yang
diwujudkan dalam financial terms menjadi anggaran/budget
• Pengendalian dan Pengukuran
– Membandingkan hasil yang dianggarkan dan hasil
sebenarnya
– Pada sektor publik, output measurement lebih sulit
dilakukan dibandingkan dengan input measurement
• Pelaporan, Analisis, dan Umpan Balik
Manajemen Akuntansi dan Perencanaan
• Investment Appraisal
• Anggaran dan Perencanaan Keuangan
– Perencanaan Keuangan – Perencanaan Modal
– Perencanaan Pendapatan
• Financial Modeling
• Target dalam Anggaran dan Perencanaan
– Financial Management Initiatives (FMI)
– Next Step Initiative • Output Target
• Performance Targets – Efficiency
– Quality of Service
9
Pengertian Anggaran
• The process of allocating resources to unlimited
demands) (Freeman dan Shoulders (2003)).
• Pernyataan mengenai estimasi kinerja yang
hendak dicapai selama periode waktu tertentu dalam ukuran finansial (Mardiasmo (2005)).
• Anggaran adalah rencana finansial yang menyatakan :
– Rencana – rencana organisasi untuk melayani
masyarakat atau aktivitas lain yang dapat mengembangkan kapasitas organisasi dalam pelayanan.
– Estimasi besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam
merealisasikan rencana tersebut.
– Perkiraan sumber – sumber yang akan menghasilkan
Fungsi Anggaran
1. Alat perencanaan, agar organisasi tahu apa yang harus dilakukan dan ke arah mana kebijakan dibuat.
2. Alat pengendalian, untuk menghindari pengeluaran yang terlalu besar atau penggunaan dana yang tidak semestinya.
3. Alat kebijakan, agar organisasi dapat menentukan arah atas kebijakan tertentu.
4. Alat politik, Merupakan komitmen pengelola dalam melaksanakan program-program yang dijanjikan.
5. Alat koordinasi dan komunikasi, agar bagian/unit kerja yang lain dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dan apa yang akan dilakukan.
11
Prinsip-prinsip Penyusunan Anggaran
1. Otorisasi oleh legislatif;
2. Komprehensif/menyeluruh;
3. Keutuhan, artinya semua penerimaan dan pengeluaran tercakup dalam satu dana umum;
4. Nondiscretionary apropriasi, jumlah yang disetujui legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis.;
Jenis-jenis Anggaran
1. Berdasarkan jenis aktivitas, dibedakan menjadi anggaran operasional dan anggaran modal (current budget vs capital budgets)
2. Berdasarkan status hukumnya, dibedakan menjadi
anggaran tentative dan anggaran enacted (tentative budget vs enacted budget)
3. Berdasarkan tujuan penggunaan dana, dibedakan menjadi
anggaran dana umum vs anggaran dana khusus
(general budget vs special budgets)
4. Berdasarkan jumlah appropriasi belanja, dibedakan menjadi
anggaran tetap vs anggaran fleksibel (fixed budget vs flexible budget)
13
Anggaran
O
perasional danA
nggaran ModalAnggaran Operasional (Current Budget)
Merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam kurun waktu satu tahun.
Dikelompokkan sebagai revenue expenditure
(Pengeluaran yang bersifat rutin dan jumlahnya kecil)
Anggaran Modal (Capital Budget)
Anggaran Tentatif dan Anggaran
Enacted
Anggaran tentatif (tentative budget)
Anggaran tentatif (tentative budget)
Kemunculannya dipicu oleh hal-hal yang tidak direncanakan sebelumnya.
Kemunculannya dipicu oleh hal-hal yang tidak direncanakan sebelumnya.
Tidak memerlukan pengesahan lembaga legislatif
Tidak memerlukan pengesahan lembaga legislatif
Anggaran enacted (enacted budget)
Anggaran enacted (enacted budget)
Direncanakan kemudian dibahas dan disetujui oleh lembaga legislatif Direncanakan kemudian dibahas dan disetujui oleh lembaga
15
Anggaran Dana Umum dan Anggaran Dana Khusus
Anggaran dana umum (general budget)
Anggaran dana umum (general budget)
Untuk membiayai kegiatan pemerintahan yang bersifat umum dan sehari-hari.
Untuk membiayai kegiatan pemerintahan yang bersifat umum dan sehari-hari.
Anggaran dana khusus (special budget)
Anggaran Tetap dan Anggaran
Fleksibel
Anggaran tetap (fixed budget)
Anggaran tetap (fixed budget)
Apropriasi belanja ditentukan jumlahnya di awal tahun anggaran dan tidak bisa dilmpaui.
Apropriasi belanja ditentukan jumlahnya di awal tahun anggaran dan tidak bisa dilmpaui.
Anggaran fleksibel (flexible budget),
Anggaran fleksibel (flexible budget),
Jumlah aktual belanja dapat melampaui jumlah appropiasi belanja asalkan ada peningkatan jumlah kegiatan yang dilakukan.
17
Anggaran
E
ksekutif dan Anggaran Legislatif• disusun oleh lembaga
eksekutif (pemerintah)
Anggaran Eksekutif
(executive budget)
• disusun oleh lembaga
legislatif tanpa melibatkan pihak eksekutif
Anggaran Legislatif
(legislative budget)
• disusun secara
bersama-sama antara lembaga eksekutif dan legislatif
Anggaran bersama (joint
budget)
• disusun oleh suatu komite
khusus
Anggaran komite
19
Siklus Anggaran I. Persiapan
Tahap-tahap dalam persiapan adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan format anggaran;
2. Mengajukan anggaran di unit masing-masing;
3. Konsolidasi anggaran masing-masing bagian/unit kerja;
4. Direviu dan diadakan dengar pendapat;
Siklus Anggaran
II. Persetujuan Lembaga Legislatif
Tahapan – tahapan adalah sebagai berikut:
1. Anggaran yang telah disetujui oleh Kepala Pemerintahan diajukan ke lembaga legislatif.
2. Lembaga legislatif membahas dan mengadakan
dengar pendapat (public hearing).
3. Berdasarkan tahap 2, lembaga legislatif
21
Siklus Anggaran
III. Administrasi
• Pengumpulan pendapatan yang ditargetkan
maupun pelaksanaan belanja yang telah
direncanakan.
• Selain itu, dilakukan juga proses administrasi
Siklus Anggaran
IV. Pelaporan
dilakukan pada akhir periode atau pada waktu-waktu tertentu yang ditetapkan
25
Isu dalam Klasifikasi Anggaran
•
Salah satu permasalahan dalam anggaran.
•
Klasifikasi yang benar akan memberikan
Government Finance Statistic
•
GFS membuat klasifikasi berdasarkan
fungsi dan ekonomi.
•
Penggunaan
disesuaikan
dengan
kebutuhan tiap negara.
27
Klasifikasi Fungsi
•
01 Pelayanan Umum
•
02 Ketertiban dan Ketentraman
•
03 Ekonomi
•
04 Lingkungan Hidup
•
05 Perumahan dan Fasilitas Umum
•
06 Kesehatan
•
07 Pariwisata dan Budaya
•
08 Agama
•
09 Pendidikan
Klasifikasi Ekonomi
•
1
Compensation of Employees
•
2
Use of Goods & Services
•
3
Consumption of Fixed Capital
•
4
Interest
•
5
Subsidies
•
6
Grants
•
7
Social Benefit
29
Klasifikasi Ekonomi
•
Wages and Salaries
–
Wages and Salaries in Cash
–
Wages and Salaries in Kind
•
Social Contribution
–
Actual Social Contribution
–
Inputed Social Contribution
Klasifikasi Ekonomi
•
To nonresident
•
To resident other then general
government
•
To other general government unit
31
Klasifikasi Ekonomi
•
To public corporation
–
To nonfinancial public corporation
–
To financial public corporation
•
To private enterprises
–
To nonfinancial private entreprises
–
To financial private enterprises
Klasifikasi Ekonomi
•
To foreign government
– Current – Capital
•
To international organization
– Current – Capital
•
To other general government unit
– Current
– Capital
33
Klasifikasi Ekonomi
•
Social Security Benefit
– Social Security Benefit in Cash – Social Security Benefit in Kind
•
Social Assistant Benefit
– Social Assistant Benefit in Cash – Social Assistant Benefit in Kind
•
Employer Social Benefit
– Employer social Benefit in Cash – Employer social Benefit in Kind
Klasifikasi Ekonomi
• Property expense other than interest – Devidens (public corporations only)
– Withdrawals from income of quasi-corporations (public
corporations only)
– Property expense attributed to insurance
policyholders
– Rent
• Miscellaneous expense
– Current – Capital
35
Pendekatan Penyusunan
Anggaran
Pendekatan
Tradisional
Pendekatan
Tradisional
Pendekatan
Pendekatan
Kinerja
Kinerja
Pendekatan Sistem
Perencanaan, Program
dan Anggaran Terpadu
(
Planning,Programming,
and Budgeting System—
PPBS)
Pendekatan Sistem
Perencanaan, Program
dan Anggaran Terpadu
(
Planning,Programming,
and Budgeting System—
PPBS)
Anggaran
Berbasis Nol
(
Zero Based
Budgeting—
ZBB)
Anggaran
Berbasis Nol
37
Pendekatan Tradisional
Ciri Utama
Penyusunannya berdasarkan pos-pos belanja menampilkan anggaran berdasarkan sifat dasar pengeluaran atau belanja.
Penggunaan konsep inkrementalisme anggaran
Pendekatan Tradisional…
cont’dProses
Pendekatan
Pengajuan permintaan anggaran dari pihak lembaga yang memerlukan kepada ketua eksekutif
Dikonsolidasi oleh kepala eksekutif dan hasilnya kemudian diajukan ke lembaga legislatif
39
Pendekatan Tradisional…
cont’dKelebihan
• Sederhana
• Cocok dengan pola akuntansi
pertanggungjawaban (responsibility accounting).
• Hampir semua program memiliki sifat dasar
berkesinambungan.
• Hampir semua pengeluaran memiliki sifat tidak
terhindarkan.
• Dapat memberikan perhatian untuk perubahan
yang ditawarkan.
• Tidak menghalangi pemberian data perencanaan
dan evaluasi.
• Mengakumulasi biaya dari unit organisasi yang
bersangkutan melalui biaya aktivitas.
41
Kelemahan
• Tidak menyediakan dasar informasi yang
memadai bagi pembuat keputusan.
• Terlalu berorientasi pengendalian dan kurang
memerhatikan proses perencanaan dan
evaluasi.
• Perhatian pada jangka pendek.
• Keputusan perencanaan penting bersifat
bottoom-up.
• Kurangnya perhatian pada perencanaan.
• Lembaga legislatif tidak memiliki data mengenai
fungsi, program, aktivitas, dan output dari
lembaga legislatif.
• Mendorong pengeluaran daripada
penghematan.
Pendekatan Kinerja
Pendahuluan
• Disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan
yang terdapat dalam anggaran tradisional tidak adanya tolok ukur untuk mengukur kinerja.
• Penekanan penganggaran kepada kinerja terukur
dari aktivitas dan program kerja.
• Fokus utama tingkat efisiensi penyelenggaraan
43
Karakteristik
1. Klasifikasi akun dalam anggaran berdasarkan fungsi, aktivitas, unit oragnisasi, dan rincian belanja.
2. Aktivitas diukur guna mendapatkan efisiensi maksimum dan untuk mendapatkan standar biaya.
3. Anggaran untuk periode yang akan datang biaya per unit standar dikalikan perkiraan jumlah unit aktivitas.
4. Total anggaran untuk suatu lembaga jumlah perkalian biaya per unit standar dengan perkiraan jumlah unit aktivitas
Pendekatan Kinerja
…cont’d45
Kelebihan
• Penekanan pada dimasukkannya deskripsi secara
naratif dari setiap aktivitas di setiap anggaran yang diajukan.
• Disusun berdasarkan aktivitas dan didukung oleh
estimasi biaya dan pencapaian yang diukur secara kuantitatif.
• Penekanannya pada kebutuhan untuk mengukur
output dan juga input.
• Memungkinan legislatif untuk manambah atau
mengurangi dari jumlah yang diminta untuk fungsi dan aktivitas tertentu.
• Menyediakan kepala eksekutif pengendalian yang
lebih terhadap bawahannya.
• Menekankan aktivitas yang memakai anggaran
daripada berapa jumlah anggaran yang terpakai.
Kelemahan
• Keterbatasan SDM yang mampu
mengidentifikasi unit pengukuran dan
melaksanakan analisis biaya.
• Banyak jasa dan aktivitas yang tidak dapat
langsung terukur dalam satuan unit output atau
biaya per unit.
• Akun anggaran dibuat dengan dasar anggaran
yang dikeluarkan (cash basis) sulitnya
pengumpulan data untuk mengukur kinerja sangat sulit.
• Tidak ada pertimbangan untuk menentukan
apakah aktivitas tersebut merupakan alat terbaik untuk mencapai tujuan organisasi.
47
(
Planning, Programming, and Budgeting
System—PPBS
)
Pendekatan Sistem Perencanaan, Program dan Anggaran Terpadu
Definisi
Karakteristik
• Fokus pada identifikasi perencanaan strategis organisasi dan menghubungkan seluruh aktivitas dengan perencanaan strategis tersebut.
• Implikasi di tahun tahun mendatang telah diidentifikasi secara eksplisit.
• Semua biaya yang timbul telah dipertimbangkan.
• Analisis sistematis dari alternatif dilakukan (misalnya berupa analisis biaya-manfaat, analisis sistem dan riset operasi).
Planning,Programming, and Budgeting System—
PPBS..cont’d
Konsep PPBS
49
Bagan Konsep PPBS
Planning,Programming, and Budgeting System—
Tahapan dalam PPBS
Planning,Programming, and Budgeting System—
51
Kelebihan
• Penekanan di perencanaan jangka panjang.
• Mengasumsikan bahwa semua program akan
dievaluasi secara tahunan program yang “jelek” akan dibuang dan program baru akan ditambahkan.
• Keputusan mengenai program dibuat pada
tingkat manajemen puncak harmonisasi dan kesesuaian dengan rencana strategis untuk,
penyesuaian aktivitas unit organisasi di
bawahnya untuk mencapai tujuan yang
disepakati.
Planning,Programming, and Budgeting System—
Kelemahan
• Sulit mencapai tujuan dan sasaran pemerintah
yang disetujui secara bersama.
• Sulit mengubah posisi pejabat.
• Periode waktu yang dipertimbangkan terbatas
pada masa jabatannya yang tersisa fokus jangka pendek.
• Mengasumsikan adanya basis data (database)
yang memadai dan kemampuan analitis yang baik.
• Pengukuran yang bersifat objektif.
• PPBS berfokus pada program dan kegiatan yang
selaras dengan perencanaan strategis. sering
Planning,Programming, and Budgeting System—
53
Anggaran Berbasis Nol (Zero Based Budgeting—ZBB)
Pendahuluan
• Pendekatan bahwa setiap aktivitas atau
program yang telah diadakan di tahun-tahun
sebelumnya tidak secara otomatis dapat
dilanjutkan.
• Setiap aktivitas harus dievaluasi setiap tahun
Kelebihan
• Dapat mereviu secara tahunan dari semua program, aktivitas, dan pengeluaran.
• Menghemat biaya melalui eliminasi program yang tidak relevan.
• Memfokuskan perhatian pada biaya dan manfaat dari jasa yang diberikan.
• Mendorong pencarian cara baru untuk
menyediakan jasa dan mencapai tujuan organisasi.
• Meningkatkan kemampuan manajemen untuk
merencanakan dan mengevaluasi.
• Memberikan justifikasi yang lebih baik untuk penyediaan anggaran.
• Meningkatkan kualitas keputusan yang dibuat oleh eksekutif atau legislatif di pemerintahan.
Anggaran Berbasis Nol
55
Kelemahan
• Memerlukan banyak sumber daya.
• Sulit mendapatkan data yang diperlukan untuk
menghitung biaya dari aktivitas alternatif untuk mencapai tujuan organisasi.
• Ada kemungkinan munculnya faktor-faktor lain
yang menghambat penghapusan pemberian jasa tertentu.
Anggaran Berbasis Nol
Medium Term Budgeting Framework
(MTBF)
•
Tujuan
–
Keseimbangan makro dengan
mengembangkan konsistensi sumber
daya secara realistis
–
Alokasi penggunaan sumber daya untuk
57
Medium Term Budgeting Framework
(MTBF)
•
Sasaran
– Menceptakan keseimbangan makro dengan
cara mengembangkan kerangka sumber daya yang konsisten dan strategis
– Meningkatkan alokasi sumber daya melalui
strategi prioritas listas sektoral
– Meningkatkan kemampuan untuk
memperkirakan kebijakan pembiayaan.
– Memberikan anggaran yang ketat terkait
Latar Belakang KPJM
– Tidak jelasnya keterkaitan antara kebijakan,
perencanaan, dan penganggaran.
– Rendahnya kinerja penyediaan pelayanan
masyarakat karena penekanan diberikan pada kontrol terhadap input bukan pada pencapaian
output dan outcomes, serta kurang
memerhatikan prediktabilitas dan
kesinambungan daripada pendanaannya.
– Kurangnya disiplin fiskal karena total belanja
59
Definisi KPJM
• Menurut PP 21/2004, Kerangka Pengeluaran
Jangka menengah (KPJM) adalah pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan
61
Proses dan tahapan penyusunan KPJM
• Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 054/PMK/2005, Penyusunan Anggaran Negara menggunakan KPJM adalah sebagai berikut:
1.Penyusunan proyeksi kerangka ekonomi makro untuk jangka menengah
2.Penyusunan proyeksi/rencana kerangka/target-target fiskal jangka menengah
3.Rencana kerangka anggaran (penerimaan,
pengeluaran, dan pembiayaan) jangka menengah (medium term budget framework), yang
menghasilkan pagu total belanja pemerintah (resources envelope)
4.Pendistribusian total pagu belanja jangka menengah ke masing-masing
kementerian/lembaga
5.Penjabaran pengeluaran jangka menengah (line ministries ceilings) masing-masing
Kerangka Ekonomi Makro
• Untuk dapat memperoleh berbagai proyeksi
fiskal diperlukan suatu proyeksi kerangka
ekonomi makro, yaitu peramalan (forecasting)
terhadap berbagai variabel ekonomi makro yang memengaruhi besaran penerimaan, pengeluaran defisit, dan pembiayaan.
• KPJM memuat sasaran-sasaran ekonomi makro,
misalnya pertumbuhan ekonomi, inflasi, suku bunga
• Ramalan ekonomi makro harus disiapkan
berdasarkan informasi yang tersedia dan harus
63
Penyusunan Target Fiskal Jangka Menengah
Kerangka fiskal jangka menengah (medium term fiscal
framework—MTFF) memuat arah dan target kebijakan fiskal dalam jangka menengah, antara lain tax ratio yaitu rasio penerimaan pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), rasio total pengeluaran terhadap PDB, rasio definist
anggaran terhadap PDB, dan rasio stok utang terhadap PDB yang sesuai dan konsisten dengan kerangka ekonomi
makro.
Penyusunan Kerangka APBN Jangka Menengah
Kerangka APBN jangka menengah (medium term budget framework—MTBF) menjabarkan kerangka fiskal jangka menengah (MTFF) ke dalam bentuk proyeksi penerimaan dan pengeluaran negara serta pembiayaan anggaran
dalam jangka menengah yang konsisten dengan
pencapaian sasaran terget-target fiskal yang meliputi: 1. Proyeksi pendapatan
2. Proyeksi pengeluaran
3. Proyeksi defisit (surplus) dan pendanaan/pembiayaan (financing)
65
Penyusunan Indikasi Pagu Kementerian/Lembaga Jangka Menengah (Line Minitries Ceilings)
• Berdasarkan proyeksi total belanja jangka menengah
yang tersedia, selanjutnya dilakukan proses pendistribusian ke masing-masing
kementerian/lembaga untuk memperoleh indikasi pagu jangka menengah untuk tiap-tiap kementerian/lembaga (line ministries ceilings). Proses ini merupakan tahapan yang sangat strategis dalam menentukan kuat
tidaknya keterkaitan dan konsistensi antara kebijakan, perencanaan, dan penganggaran.
• Proses ini biasanya diawali oleh penyusunan rancangan
alokasi pagu ke masing-masing kementrian/lembaga oleh komite anggaran dan kemudian akan dibawa ke sidang kabinet untuk diputuskan
Penyusunan kerangka pengeluaran jangka menengah
(MTEF)
• Indikasi pagu kementerian/lembaga jangka menengah yang telah ditetapkan, kemudian dijabarkan lebih lanjut ke dalam program dan kegiatan
• Tahapan ini juga sangat strategis dalam menentukan
adanya keterkaitan antara kebijakan, program, dan penganggaran. Dengan demikian di dalam proses dan tahapan penyusunan KPJM ada dua tahapan yang sangat strategis dalam menentukan keterkaitan antara
penyusunan kebijakan, perencanaan, dan penganggaran yaitu tahapan pendistribusian total belanja ke
masing-masing kementerian/lembaga dan tahapan penjabaran atau penyusunan rincian pagu kementerian/lembaga ke dalam masing-masing program.
67
Proses dan tahapan penyusunan KPJM…cont’d
Pengintegrasian Anggaran Tahunan
Dengan KPJM
• Pengintegrasian proses penyusunan KPJM ke
dalam mekanisme penganggaran tahunan
secara garis besar mencakup tahapan sebagai berikut:
1. Tahun pertama dari proyeksi KPJM digunakan
sebagai dasar dari proses penyiapan anggaran tahunan berikutnya
2. Pagu belanja untuk kementerian/lembaga
3. Penyusunan KPJM/Prakiraan Maju untuk tahun
69
Struktur (format) dan cakupan KPJM
Beberapa alternatif cakupan penyusunan KPJM antara lain
meliputi:
1. Tingkat pemerintah
2. Fungsi/organisasi
3. Sumber dana
Tingkat pemerintah
• Pengeluaran pemerintah yang diproyeksikan
dalam jangka menengah dapat mencakup: (i)
Pengeluaran pemerintah pusat (central
government) saja, atau (ii) Pengeluaran
pemerintah daerah saja (province/local
government). Jika keduanya dapat disusun, maka selanjutnya dapat pula disusun (iii) KPJM yang
mencakup pemerintah secara keseluruhan (general government).
71
Fungsi/organisasi
• KPJM dapat pula hanya mencakup: (i) Beberapa
fungsi pemerintah/bagian anggaran tertentu yang dinggap strategis saja seperti pendidikan,
kesehatan, pekerjaan umum dan pertanian; (ii) Fungsi/bagian anggaran mencakup seluruh
kementerian/lembaga.
Sumber dana
• Penganggaran KPJM dapat mencakup
pengeluaran yang bersumber dari dalam maupun luar negeri (pinjaman). Di negara-negara tertentu KPJM yang disusun hanya mencakup pengeluaran yang dibiayai dari sumber dalam negeri,
sedangkan bagi negara-negara yang sangat tergantung pada bantuan asing, dalam bentuk utang maupun hibah, cakupan yang demikian tidak dapat memberikan gambaran tentang implikasi pengeluaran yang menyeluruh.
Penyajian data KPJM tersebut selanjutnya dapat ditampilkan dalam denominasi mata uang lokal atau mata uang asing (valas).
73
Jenis belanja
• Ditinjau dari jenis belanja, KPJM dapat mencakup
proyeksi pengeluaran untuk program/kegiatan rutin ( re-current spending) saja atau program/kegiatan pengadaan aset fisik (capital spending) saja atau keduanya.
• Di Indonesia, penerapan KPJM pemerintah pusat, dan
dirinci menrut kementerian/lembaga. Sedangkan elemen-elemen yang diproyeksikan akan mencakup seluruh
elemen dalam pengeluaran, yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, dan bantuan sosial. Elemen yang terdapat dalam pengeluaran juga akan mencakup seluruh jenis belanja (klasifikasi ekonomi), fungsi, program, dan organisasi.
• Di Indonesia, penerapan KPJM pemerintah pusat,
dan dirinci menurut kementerian/lembaga.
Sedangkan elemen-elemen yang diproyeksikan akan mencakup seluruh elemen dalam
pengeluaran, yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, dan bantuan sosial.
Elemen yang terdapat dalam pengeluaran juga akan mencakup seluruh jenis belanja (klasifikasi ekonomi), fungsi, program, dan organisasi.
77
Kerangka Aktivitas Organisasi
(Cont’d)
• Strategi : dituangkan dalam sebuah visi dan
misi tersebut diterjemahkan dalam tujuan-tujuan yang bersifat rinci untuk dicapai dalam jangka waktu satu tahun.
• Tujuan : tujuan organisasi diformulasikan dalam
pernyataan-pernyataan kualitatif.
• Anggaran : dibuat untuk menyatakan
tujuan-tujuan tersebut dalam sebuah pernyataan kualitatif.
• Aktivitas : dibuat berdasarkan tujuan dan
Kerangka Logis Penyusunan Program
Tahapan Penyusunan
Penetapan Strategi Organisasi (Visi dan Misi)
Penetapan Strategi Organisasi (Visi dan Misi)
Pembuatan Tujuan
Pembuatan Tujuan
Penetapan Aktivitas
Penetapan Aktivitas
Evaluasi dan Pengambilan Keputusan
79
1. Penetapan Strategi Organisasi
(visi dan misi)
Visi dan misi cara pandang yang jauh ke depan
yang memberi gambaran tentang suatu kondisi yang harus dicapai oleh sebuah organisasi.
Dari sudut pandang lain, visi dan misi organisasi
harus dapat:
– Mencerminkan apa yang ingin dicapai;
– Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas;
– Menjadi perekat dan menyatukan berbagai
gagasan strategis;
– Memiliki orientasi masa depan;
– Menumbuhkan seluruh unsur organisasi; dan
– Menjamin kesinambungan kepemimpinan
2. Pembuatan Tujuan
Tujuan Hal yang akan dicapai dalam kurun waktu satu tahun Tujuan Operasional
Tujuan Operasional turunan visi dan misi dasar alokasi sumber daya untuk aktivitas harian serta
81
Tujuan Operasional
• Karakteristik:
– Merepresentasikan hasil akhir (true
ends/outcome) bukan keluaran (output).
– Dapat diukur untuk menentukan apakah hasil
akhir (outcome) yang diharapkan telah dicapai.
– Dapat diukur dalam jangka pendek agar
tindakan koreksi (corrective action).
– Harus tepat, artinya tujuan tersebut
3. Penetapan Aktivitas
Menjadi dasar penyusunan anggaran terutama dalam pendekatan PPBS
Menjadi dasar penyusunan anggaran terutama dalam pendekatan PPBS
83
4. Evaluasi dan Pengambilan
Keputusan
Melibatkan reviu dan penentuan ranking.
Melibatkan reviu dan penentuan ranking.
Penentuan kriteria ranking berdasarkan standar
baku organisasi atau kebebasan masing-masing unit.
Penentuan kriteria ranking berdasarkan standar
85
Agenda
Proses Penyusunan APBN
1
Pelaksanaan
Pertanggungjawaban
2
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara
PEMERINTAH
Hak Kewajiban
RENCANA YANG MENJADI PEDOMAN Untuk setiap kegiatan
87
•
Memuat rencana penerimaan dan belanja
atau pengeluaran dalam satu tahun.
•
Penyusuanannya
melibatkan
banyak
pihak:
– Departemen
– Lembaga
– DPR otoritas pengawas arus keluar dana
APBN
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara
UUD 1945 APBN diwujudkan dalam bentuk Undang-Undang.
Presiden berkewajiban:
• Menyusun; dan
• Mengajukan RAPBN kepada DPR
RAPBN memuat:
• Asumsi umum yang mendasari penyusunan APBN • Perkiraan penerimaan dan pengeluaran
• Transfer
89
Ruang Lingkup APBN
Bendaharawan Umum Negara (BUN) rekening
di BI
Pengeluara n
Ruang Lingkup APBN
• Saat pertanggungjawaban APBN, seluruh realisasi
penerimaan dan pengeluaran dalam rekening harus dikonsolidasikan ke dalam rekening BUN.
• Semua penerimaan dan pengeluaran yang telah
91
Perkiraan APBN
penerimaa n
penerimaa
n pengeluaran
pengeluar an
pembiaya an
pembiaya an
surplus/defisi t
surplus/defisi t
Sejarah Format APBN
•
TA 1969/70 sampai dengan 1999/2000
APBN
T-account.
•
Kelemahan
T-account
:
– tidak memberikan informasi yang jelas
mengenai pengendalian defisit ; dan
– kurang transparan.
•
Mulai TA 2000 format APBN
I-account
,
93
Tujuan Perubahan Format
APBN
–Meningkatkan transparansi ;
–Mempermudah analisis, pemantauan, dan
pengendalian dalam pelaksanaan dan pengelolaan APBN;
–Mempermudah analisis komparasi
(perbandingan); dan
–Mempermudah perhitungan dana perimbangan
T-Account
• Penerimaan dan pengeluaran dipisahkan di
kolom yang berbeda.
• Mengikuti anggaran dan format anggaran yang
berimbang dan dinamis.
• Berimbang dan dinamis:
– Penerimaan = Pengeluaran
– Jika Pengeluaran > Penerimaan
95
T-Account
(Cont’d)
Pengeluaran APBN
Pemda
Pusat
Tidak menunjukkan komposisi anggaran yang dikelola Pemda
dan Pusat
Anggaran terpusat
Pinjaman luar negeri penerimaan pembangunan
Pembayaran cicilan pinjaman luar negeri pengeluaran rutin
Pinjaman luar negeri penerimaan pembangunan Pembayaran cicilan pinjaman luar negeri
I-Account
• Penerimaan dan pengeluaran dalam satu kolom.
• Menerapkan anggaran defisit/surplus:
– Perubahan – perubahan itu dengan jelasnya
digambarkan oleh posisi overall balance
Defisit/Surplus Selisih Penerimaan + Hibah dengan Pengeluaran
Defisit/Surplus Selisih Penerimaan + Hibah dengan Pengeluaran
Defisit Pengeluaran > Penerimaan + Hibah
Defisit Pengeluaran > Penerimaan + Hibah
Surplus Pengeluaran < Penerimaan + Hibah
Surplus Pengeluaran < Penerimaan + Hibah
97
I-Account
(Cont’d)
Pengeluaran APBN
Pemda
Pusat
Menunjukkan komposisi
pengeluaran yang
dikelola Pemda
Pinjaman luar negeri dan cicilan pembiayaan
anggaran utang jumlahnya harus sekecil mungkin
Pinjaman luar negeri dan cicilan pembiayaan
Format I-Account
APBN
A. Pendapatan dan Hibah
I. Penerimaan Dalam Negeri 1. Penerimaan Pajak
2. Penerimaan Bukan Pajak II. Hibah
B. Belanja Negara
I. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat 1. Pengeluaran Rutin
2. Pengeluaran Pembangunan II. Dana Perimbangan
III. Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang
C. Keseimbangan Primer
D. Surplus/Defisit Anggaran (A-B) E. Pembiayaan
I. Dalam Negeri II. Luar Negeri
A. Pendapatan dan Hibah
I. Penerimaan Dalam Negeri 1. Penerimaan Pajak
2. Penerimaan Bukan Pajak II. Hibah
B. Belanja Negara
I. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat 1. Pengeluaran Rutin
2. Pengeluaran Pembangunan II. Dana Perimbangan
III. Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang
C. Keseimbangan Primer
D. Surplus/Defisit Anggaran (A-B) E. Pembiayaan
99
Komposisi APBN
Penerimaan
PPh
PPN
PBB
BPHTB
Pajak Lainnya
Cukai dan
Non Pajak
(misal:
penerimaan
SDA dan Laba
101
Komposisi APBN
Pengeluaran
Target yang tidak boleh dilampaui.
Pengeluaran yang dilakukan pada suatu
tahun anggaran harus ditutup dengan penerimaan pada tahun anggaran yang sama.
Tahapan proses terjadinya: 1. Kewenangan Anggaran
2. Pelimpahan Kewenangan Anggaran 3. Kewajiban
Komposisi APBN
Dana Perimbangan
Merupakan transfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka program
desentralisasi
Dana Bagi Hasil Penerimaan
Dana Alokasi Umum
103
Komposisi APBN
Diberikan kepada daerah yang memiliki
karakteristik khusus yang membedakan dengan daerah lain
Dana Otonomi Khusus
Tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
Komposisi APBN
Defisit dan Surplus
Merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran
105
Penjelasan Komposisi APBN
Keseimbangan
Defisit Anggaran Defisit Anggaran
Keseimbangan Primer total penerimaan
dikurangi belanja tidak termasuk pembayaran bunga
Keseimbangan Primer total penerimaan
dikurangi belanja tidak termasuk pembayaran bunga
Keseimbangan Umum total penerimaan dikurangi total pengeluaran termasuk
pembayaran bunga
Keseimbangan Umum total penerimaan dikurangi total pengeluaran termasuk
Komposisi APBN
Pembiayaan
Untuk menutup defisit anggaran
Pembiayaan DN obligasi, panjualan aset, privatisasi
Pembiayaan LN meliputi pinjaman proyek,
107
Penyusunan APBN
Menteri Keuangan
Badan
Perencanaan Nasional
Mengkoordinasikan penyusunan APBN Mengkoordinasikan penyusunan APBN
Menteri Keuangan Mengkoordinasikan penyusunan konsep anggaran belanja rutin
Bappenas dan
Menteri Keuangan Mengkoordinasikan penyusunan
anggaran belanja
109
Penyusunan APBN
• Pembicaraan pendahuluan antara
pemerintah dan DPR
• Pembicaraan pendahuluan antara
pemerintah dan DPR
• Pengajuan, pembahasan, dan
penetapan APBN
• Pengajuan, pembahasan, dan
Penyusunan APBN
Pembicaraan Pendahuluan
Pembahasan antara pemerintah dan DPR mekanisme dan jadwal pembahasan APBN
Pembahasan antara pemerintah dan DPR mekanisme dan jadwal pembahasan APBN
Persiapan rancangan APBN oleh pemerintah
Persiapan rancangan APBN oleh pemerintah
Finalisasi penyusunan RAPBN oleh pemerintah
111
Penyusunan APBN
•
Dilakukan oleh:
–
Menteri Keuangan dengan Panitia
Anggaran
–
Komisi dengan Departemen
•
Hasil UU APBN yang memuat
alokasi dana per satuan
Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN (Cont’d)
Penyusunan APBN
Satuan 3 (alokasi dana per
departemen/lembaga, sektor, sub sektor, program dan kegiatan)
Satuan 3 (alokasi dana per
departemen/lembaga, sektor, sub sektor, program dan kegiatan)
Dirjen Anggaran dan Menteri membahas detail pengeluaran rutin
Dirjen Anggaran dan Menteri membahas detail pengeluaran rutin
Pengeluaran pembangunan Dirjen Anggaran, Bappenas, dan Menteri teknis membahas
detail pengeluaran untuk setiap kegiatan
Pengeluaran pembangunan Dirjen Anggaran, Bappenas, dan Menteri teknis membahas
113 Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN
(Cont’d)
Penyusunan APBN
Jika DPR menolak RAPBN yang diajukan Pemerintah menggunakan APBN tahun sebelumnya
Jika DPR menolak RAPBN yang diajukan Pemerintah menggunakan APBN tahun sebelumnya
Pengeluaran tahun ini maksimal sama dengan pengeluaran tahun lalu
Hasil pembahasan didokumentasikan dalam:
• Daftar Isian Kegiatan otorisasi pengeluaran rutin
unit organisasi.
• Daftar Isian Proyek otorisasi pengeluaran
pembangunan proyek pada unit organisasi.
• Surat Pengesahan Alokasi Anggaran Rutin (SPAAR)
besaran alokasi anggaran rutin untuk setiap kantor/satuan kerja di daerah dibahas oleh Kantor Wilayah DJA dan Instansi Vertikal Departemen/ Lembaga DIK.
115
– Surat Pengesahan Alokasi Anggaran
Pembangunan (SPAAP) menetapkan besaran alokasi anggaran pembangunan untuk setiap proyek/bagian proyek dibahas oleh Kantor wilayah DJA dengan instansi vertikal/dinas DIP.
• Surat Keputusan Otorisasi (SKO) otorisasi
untuk penyediaan dana kepada
Peraturan Pelaksanaan
• PP No. 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
• PP No. 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) Tahun 2005
• PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
• PMK Nomor 571/PMK.06/2004 tentang Petunjuk Teknis Penyelesaian Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
117 Perubahan Format Anggaran Belanja
Pemerintah Pusat
• Penerapan sistem penganggaran terpadu
(unified budged) penyatuan anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan; dan
• Reklasifikasi rincian belanja negara menurut
Sasaran Perubahan
Format Anggaran Belanja Negara
Meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan belanja negara, melalui:
a. Minimalisasi duplikasi rencana kerja dan penganggaran dalam belanja negara
b. Meningkatkan keterkaitan antara keluaran
(output) dan hasil (outcomes) yang dicapai dengan penganggaran organisasi
Penyesuaian dengan klasifikasi
119
Penyusunan RKA-KL dan DIPA
• Kementerian Keuangan cq. DJAPK menelaah kesesuaian RKA-KL dengan pagu sementara, standar biaya, dan prakiraan maju; dan
• Bappenas menelaah sinkronisasi program dalam RKA-KL dengan RKP.
• Kementerian Keuangan cq DJPbn menelaah kesesuaian antara DIPA dengan Keppres tentang Rincian APBN
• Penelaahan RKA-KL oleh Kementerian Keuangan (cq DJAPK) dan Bappenas
• Penerbitan Keppres tentang Rincian APBN
• Pengajuan konsep DIPA oleh kementerian/lembaga
• Kementerian Keuangan cq Direktur Jenderal Perbendaharaan menelaah kesesuaian antara konsep DIPA oleh kementerian/lembaga dengan Keppres tentang Rincian APBN
Reformasi Penganggaran
• Unifikasi anggaran konsolidasi pengeluaran
rutin dan pengeluaran pembangunan;
• Penerapan kerangka pengeluaran jangka
menengah (medium term expediture
framework/MTEF) mempererat perencanaan dan penganggaran serta meningkatkan derajat
prediksi kemampuan anggaran jangka
menengah; dan
• Penerapan penganggaran berbasis kinerja
121
Dasar Perundangan APBD Berbasis
Kinerja
KepMen DN No.29/2000 ttg keuangan daerah& APBD PP 105/2000 ttgpengelolaan dan pertanggungjawa
ban keuangan daerah
UU No. 25/99 ttg Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah
UU No. 22/99 ttg Pemerintahan
Daerah
Anggaran
Berbasis
123
Perubahan Penganggaran
Line Item
Budgeting
Performance
Budgeting
Tidak dapat dinilai
efisiensi dan
efektifitas program
Berorientasi jangka
pendek
Belum mengaitkan
setiap pengeluaran dengan manfaatnya
Mengaitkan setiap
pengeluaran dengan manfaatnya
dapat dinilai efisiensi
dan efektifitas program
Berorientasi jangka
PROSES PENYUSUNAN APBD
2. Arah dan Kebijakan Umum
APBD
3. Strategi & Prioritas APBD 6. Pembahasan RAPBD 1. Kegiatan Pendahuluan 4. Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK) 5. Evaluasi dan
seleksi RASK
Penyusunan Anggaran Kinerja
Penetapan strategi organisasi (visi dan misi)
Pembuatan Tujuan
operasional
Penetapan Aktivitas
125
Proses Penyusunan APBD
•
Langkah penyusunan APBD dilakukan
dengan berdasar pada Rencana Strategis
Daerah (RENSTRADA) dokumen strategi
jangka panjang (strategic planning) yang
dimiliki Pemda
•
Siklus RENSTRADA biasanya lima tahunan
yang akan dijabarkan dalam bentuk
1. Kegiatan Pendahuluan
•
Penjaringan aspirasi masyarakat
sebagai bentuk partisipasi
masyarakat dalam mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas publik
•
Evaluasi kinerja tahun lalu untuk
mendapat feedback bagi
penyusunan APBD sekarang
•
Hasil penjaringan masyarakat dan
127
2. Arah dan Kebijakan Umum
APBD
PEMDA (eksekutif) Kebijakan Pemerintah Pusat Evaluasi kinerja2. Arah dan Kebijakan Umum APBD (cont’d)
Arah dan kebijakan umum APBD dapat disusun berdasarkan kriteria sebagai berikut :
– Sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan kebijakan yang ditetapkan dalam Rencana Strategis Daerah dan dokumen perencanaan lainnya.
– Sesuai aspirasi masyarakat dan
mempertimbangkan kondisi dan kemampuan daerah.
– Memuat arah yang diinginkan dan kebijakan umum yang sebagai pedoman penyusunan
strategi dan prioritas APBD serta penyusunan rancangan APBD dalam satu tahun anggaran. – Disusun dan disepakati bersama antara DPRD
129
3. Strategi & Prioritas
APBD
• Merupakan penjabaran lebih lanjut dari arah dan
kebijakan umum
• Merupakan strategi operasional jangka pendek,
sedangkan RENSTRADA merupakan strategi jangka panjang
• Strategi dan prioritas APBD adalah pendekatan
(metode) yang diprioritaskan dalam rangka pemanfaatan sumber daya yang dimiliki
3.
Strategi
& Prioritas APBD
(cont’d)
Contoh arah dan kebijakan umum APBD:
- Peningkatan rasio guru dengan siswa menjadi
1:30
- Peningkatan jumlah guru berkeahlian pada
tingkat pencapaian 10%
Contoh Strategi dan Prioritas APBD:
- Pengangkatan dan penempatan guru
131
4. Rencana Anggaran Satuan Kerja
(RASK)
•
Aktivitas dalam penyusunan APBD
dijelaskan dalam RASK
•
RASK dibuat oleh unit-unit kerja
pemerintah, sehingga sifatnya
usulan yang akan dibahas dan dibuat
penetapan oleh panitia anggaran
4. Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK) (cont’d)
•
RASK dibagi menjadi 3, yaitu :
S.1 : berisi tentang pernyataan strategi
organisasi (visi, misi, tujuan, dsb)
S.2 : berisi tentang rincian program dan
kegiatan
S.3 : berisi tentang anggaran atas program
dan kegiatam yang direncanakan
Contoh untuk “program pembinaan dan
pengembangan karier guru”:
-
Seminar tentang psikologi pengajaran
-
Pelatihan teknik-teknik pengajaran yang
133
5. Evaluasi dan seleksi RASK
•
Usulan dalam RASK dibahas dan
direview oleh Pemerintah (belum
melibatkan DPRD).
•
Hasilnya adalah Dokumen RAPBD
6.
Pembahasan
dan Penetapan
APBD
•
Hasil pembahasan Pemerintah
dengan DPRD APBD yang
135
MENJADI PENGGERAK DAN PENDORONG TERCIPTANYA MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN YANG SEHAT
MENCIPTAKAN STRUKTUR BIROKRASI YANG EFISIEN DAN EFEKTIF
RENCANA STRATEGIS UNIT DINAS
KESEHATAN DAERAH X
VISI
MISI
MENINGKATKAN SARANA DAN PRASANA KESEHATAN
Kesehatan
Kesehatan
Restrukturis asi Organisasi
Perspektif Masyarakat
Perspektif Keuangan
Perspektif Internal Proses
Perspektif Tumbuh dan Belajar Meningkatk an kualitas layanan Meningkatk an kualitas layanan Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Tenaga Medis Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Tenaga Medis Kesehatan
Kesehatan Restrukturisasi
Organisasi Restrukturis asi Organisasi Meningkatk an Kepuasan Masyarakat Meningkatk an Kepuasan Masyarakat Meningkatk an Produktivit as Kerja Meningkatk an Produktivit as Kerja Meningkatkan
137 VISI MISI INDIKATOR
DAMPAK TARGET TUJUAN INDIKATORMANFAAT TARGET MENJADI PENGGERAK DAN PENDORONG TERCIPTANYA MASYARKAT DAN LINGKUNGAN YANG SEHAT
M.1. KESEHATAN
MASYARAKAT
INDEX
KESEHATAN 75 T.1. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Index Kualitas Pelayanan Kesehatan 80 T.2.Meningkatkan Lingkungan Sehat & Bersih
Index
Lingkungan Sehat & Bersih
80
TUJUAN PROGRAM INDIKATOR HASIL
TAR GET
KEGIATAN INDIKATOR KELUARAN TAR GET T.1. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan P.1. Peningkatan Sarana dan Prasarana Kesehatan Tingkat Kepuasan Masyarakat 80 K.1. Penambahan Tenaga Medis
Jumlah Tenaga Medis /
puskesmas 5
K.2.
Pelatihan Tenaga Medis
Tingkat Keahlian 8
K.3.
Bantuan Penyediaan Fasilitas Kesehatan
Jumlah puskesmas /
kecamatan 1 T.2. Meningkatkan Lingkungan Sehat dan Bersih P.1. Pembinaan Kebersihan Lingkungan Tingkat Kesadaran Kebersihan Lingkungan 70 K.1. Sosialisasi Pentingnya Limgkungan Sehat dan Bersih
Jumlah Kehadiran KK /
Sosialisasi 60 TRANSLASI RENSTRA UNIT DINAS KESEHATAN
INDEX KESEHATAN SEBELUM ANGGARAN INDEX KESEHATAN SEBELUM ANGGARAN
NO INDIKATOR BOBOT CAPAIAN SCORE
1 INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN 25 % 17.5
2 INDEX AIR BERSIH 25 % 50 12.5
3 INDEX KUALITAS GIZI BAGI BAYI DAN BALITA 25 % 60 15
4 INDEX LINGKUNGAN SEHAT DAN BERSIH 25 % 60 15
INDEX KESEHATAN 60
INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN SEBELUM ANGGARAN INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN SEBELUM ANGGARAN
NO INDIKATOR BOBOT CAPAIAN SCORE 1 TINGKAT PASIEN SELAMAT 30 % 70 21
2 TINGKAT EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PELAYANAN 40 % 70 28
3 TINGKATKEPUASAN MASYARAKAT 30 % 21
INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN
70 70
70
139
PENYUSUNAN ANGGARAN KEGIATAN
Unit Kerja : DINAS KESEHATAN DAERAH X
Program : Peningkatan Sarana dan Prasarana Kesehatan Kegiatan : Penambahan Tenaga Medis
INDIKATOR TOLOK UKUR TARGET
Masukan : Jumlah Dana Anggaran Kegiatan Rp. 70,000,000 Keluar : Jumlah Tenaga Medis / Puskesmas 5
Hasil : Tingkat Kepuasan Masyarakat 80 Manfaat : Index Kualitas Pelayanan Kesehatan 80
INDEX KESEHATAN
INDEX KESEHATAN
NO INDIKATOR BOBOT CAPAIAN SCORE
1 INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN 25 % 20
2 INDEX AIR BERSIH 25 % 70 17.5
3 INDEX KUALITAS GIZI BAGI BAYI DAN BALITA 25 % 70 17.5
4 INDEX LINGKUNGAN SEHAT DAN BERSIH 25 % 90 22.5
INDEX KESEHATAN 77.5
INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN
NO INDIKATOR BOBOT CAPAIAN SCORE 1 TINGKAT PASIEN SELAMAT 30 % 75 22.5
2 TINGKAT EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PELAYANAN 40 % 80 32
3 TINGKATKEPUASAN MASYARAKAT 30 % 25.5
INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN
80 80
85
141
INDEX KESEHATAN
INDEX KESEHATAN
NO INDIKATOR SEBELUMSCORE SESUDAHSCORE TARGET KINERJASCORE
1 INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN 17.5 20 20 100 %
2 INDEX AIR BERSIH 12.5 17.5 17.5 100 %
3 INDEX KUALITAS GIZI BAGI BAYI DAN BALITA 15 17.5 17.5 100 %
4 INDEX LINGKUNGAN SEHAT DAN BERSIH 15 22.5 20 112.5 % INDEX KESEHATAN 60 77.5 75 103.33%
INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN
INDEX KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN
NO INDIKATOR SEBELUMSCORE SESUDAHSCORE TARGET
SCORE KINERJA
1 TINGKAT PASIEN SELAMAT 21 22.5 24 93.75 %
2 TINGKAT EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PELAYANAN 28 32 32 100 %