• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan penerapan absensi Fingerprint dengan disiplin guru di SMP Negeri 3 Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan penerapan absensi Fingerprint dengan disiplin guru di SMP Negeri 3 Surabaya."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENERAPAN ABSENSI

FINGERPRINT

DENGAN DISIPLIN GURU DI SMP NEGERI 3

SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

Rizka Maulida NIM: D73213064

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

▸ Baca selengkapnya: contoh absensi guru paud

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Rizka Maulida (D73213064), 2017: Hubungan Absensi Fingerprint Dengan Disiplin Guru di SMP Negeri 3 Surabaya, Dosen Pembimbing I, Dr. Ali Maksum, M.Ag., M. Si dan Dosen Pembimbing II, Ali Mustofa, M. Pd.

Penelitian ini dilatarbelakangi dengan adanya teknologi yang semakin canggih yaitu dengan adanya pengembangan alat absensi dengan menggunakan scan jari atau lebih dikenal dengan fingerprint. Pada era sekarang ini, banyak perusahan bahkan lembaga pendidikan sudah menggunakan alat tersebut sebagai alat absensi yang bertujuan untuk meningkatkan disiplin karyawan ataupun pegawainya. Seperti yang sudah diterapkan di SMP Negeri 3 Surabaya yang memanfaatkan fingerprint sebagai alat absensi dalam meningkatkan disiplin guru.

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana penerapan absensi fingerprint di SMP Negeri 3 Surabaya? (2) Bagaimana disiplin guru di SMP Negeri 3 Surabaya? (3) Bagaimana hubungan penerapan absensi fingerprint dengan disiplin guru di SMP Negeri 3 Surabaya?

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data melalui angket dan observasi. Peneliti mencoba menjawab dengan menggunakan analisa deskriptif, penjabaran hasil data dihitung dengan nilai frekuensi prosentase relatif. Sedangkan untuk mengetahui efektifitas tidaknya penerapan absensi fingerprint dalam disiplin guru di SMP Negeri 3 Surabaya digunakan rumus product moment dengan bantuan program SPSS 23 dan hasilnya diinterpretasikan dengan kalimat yang bersifat kualitatif.

Berdasarkan hasil analisis dari rumusan masalah yang pertama yaitu bagaimana penerapan absensi fingerprint di SMP Negeri 3 Surabaya tergolong baik, karena berada diantara (35%-65%) dengan nilai rata-rata 40,800 dan standar deviasi sebesar 3,34800. Sedangkan hasil analisis dari rumusan masalah yang kedua yaitu bagaimana disiplin guru di SMP Negeri 3 Surabaya tergolong tinggi, karena berada diantara (35% - 65%) dengan nilai rata-rata 42,288 dan standar deviasi sebesar 7,4303. Untuk rumusan masalah yang ketiga yaitu bagaimana hubungan penerapan absensi fingerprint dengan disiplin guru di SMP Negeri 3 Surabaya didapatkan bahwa nilai Sig (2-tailed) = 0,000. Karena nilai sig (2-tailed) < 0,05 pada table r Product Moment dengan taraf 5% nilai 0,294 maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara absensi fingerprint dengan disiplin guru. Sedangkan dari nilai person correlation yaitu r = 0,881. Dapat disimpulkan bahwa hubungannya sangat kuat, karena berada diantara (0,80 – 1,000) dan hubungan antara variabel absensi fingerprint dengan disiplin guru searah.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... v

ABSTRAK ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Penelitian ... 6

F. Penelitian Terdahulu ... 7

G. Hipotesis ... 9

H. Definisi Operasional ... 10

I. Sistematika Pembahasan ... 11

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Disiplin Guru ... 13

1. Pengertian Disiplin ... 13

2. Disiplin Dalam Perspektif Islam ... 13

3. Macam-macam Disiplin ... 15

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin ... 17

5. Regulasi tentang Disiplin ... 20

B. Absensi Fingerprint ... 22

1. Pengertian Absensi Fingerprint ... 22

2. Sejarah Fingerprint ... 22

3. Jenis Biometrika ... 24

4. Fungsi Fingerprint ... 25

5. Mekanisme Fingerprint ... 26

6. Teknik Pembacaan (Sensor) Fingerprint ... 27

(8)

8. Evaluasi Kinerja Sistem Sidik Jari (Fingerprint)... 30

9. Kelemahan dan Kelebihan Absensi Fingerprint ... 30

C. Hubungan Penerapan Absensi Finger Print Dengan Disiplin Guru ... 32

BAB III : METODE PENELITIAN

F. Instrumen Penelitian ... 37

G. Jenis dan Sumber Data ... 38

H. Pengolahan dan Analisis Data ... 39

1. Pengolahan Data ... 39

2. Analisis Data ... 39

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 43

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 3 Surabaya ... 43

2. Letak Geografis Obyek Penelitian ... 43

3. Visi Misi Sekolah ... 44

4. Profil SMP Negeri 3 Surabaya ... 44

5. Struktur Organisasi SMP Negeri 3 Surabaya ... 45

6. Sarana dan Prasarana SMP Negeri 3 Surabaya ... 45

7. Keadaan Guru ... 47

8. Keadaan Siswa ... 50

B. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 50

1. Persiapan Awal ... 50

2. Penyusunan Instrumen ... 50

3. Pelaksanaan Penelitian ... 51

C. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 51

1. Uji Validitas ... 51

2. Hasil Uji Reliabilitas ... 53

D. Penyajian Data Angket ... 53

1. Data Tentang Penerapan Fingerprint di SMP Negeri 3 Surabaya ... 54

2. Data Tentang Disiplin Guru di SMP Negeri 3 Surabaya ... 60

E. Analisis Data Penelitian ... 69

1. Data Tentang Penerapan Fingerprint di SMP Negeri 3 Surabaya ... 70

2. Data Tentang Disiplin Guru di SMP Negeri 3 Surabaya ... 71

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel : Sarana dan Prasarana SMP Negeri 3 Surabaya ... 45

Tabel : Data Guru SMP Negeri 3 Surabaya ... 47

Tabel : Data Siswa SMP Negeri 3 Surabaya ... 50

Tabel : Pelaksanaan Penelitian ... 51

Tabel : Hasil Uji Validitas Fingerprint ... 52

Tabel : Hasil Uji Validitas Disiplin Guru ... 52

Tabel : Hasil Uji Reliabilitas ... 53

Tabel : Data Nilai Angket Penerapan Absensi Fingerprint ... 55

Tabel : Daftar Prosentase Pertanyaan Absensi Fingerprint ... 56

Tabel : Data Nilai Angket Disiplin Guru ... 61

Tabel : Daftar Prosentase Pertanyaan Disiplin Guru ... 62

Tabel : Kategori Skor Penerapan Absensi Fingerprint ... 70

Tabel : Kategori Skor Disiplin Guru ... 71

Tabel : Kriteria Penilaian Korelasi ... 72

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan bagi perannya dimasa yang akan

datang. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah arah yang hendak dicapai demi

terwujudnya tujuan hidup manusia. Selain itu untuk terwujudnya tujuan

pendidikan tersebut, maka perlu didukung oleh guru yang merupakan salah satu

faktor penunjang keberhasilan keberhasilan dalan dunia pendidikan. Seperti dalam

kutipan dibawah ini:

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

Tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa “Guru adalah pendidik

Profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasarm dan pendidikan menengah.1

Guru memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk

kepribadian, akhlak, mentalitas, dan moral anak. Dengan demikian dapat

dikatakan tercapainya tujuan pendidikan di sekolah sangat dipengaruhi oleh sikap

guru dalam melaksanakan tugas dan profesinya. Kenyataan inilah yang

mengharuskan guru memiliki disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya, karena guru adalah tokoh yang menjadi panutan bagi peserta didik dan

lingkungannya. Seperti halnya pepatah jawa yang mengatakan bahwa guru

11

(11)

2

singkatan dari digugu dan ditiru, dalam hal ini semua apa yang dilakukan,

diperbuat dan diucapkan oleh seorang guru pasti akan di tirukan oleh muridnya

Seperti biasa suatu lembaga pendidikan/instansi lain memiliki daftar

hadir untuk mengetahui kehadiran para personelnya setiap hari, dalam hal ini

sekolah juga memiliki daftar hadir setiap hari yang akan menjadi laporan setiap

bulan kepada atasan atau Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di suatu daerah.

Tetapi pada kenyataannya guru dapat merapel tanda tangan untuk daftar hadir

yang disediakan. Kepala Sekolah biasanya dalam rapat telah menekankan

kehadiran guru secara kontinyu dan rajin mengajar sesuai dengan tugas

dibebankan. Memang tidak semua guru melakukan pelanggaran, tetapi jika

dikalkulasikan se-Kabupaten, se-Provinsi dan se-Indonesia maka memberikan

dampak yang negatif yakni pencapaian pembelajaran yang kurang optimal.

Kedisiplinan merupakan fungsi terpenting dalam manajemen sumber daya

manusia karena semakin baik disiplin pegawai, semakin tinggi pula hasil kerja

yang dapat tercapai. 2

Disiplin sangat penting bagi guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai

pendidik dan pengajar. Dengan disiplin, guru dapat melaksanakan tugas

profesinya. Masalah disiplin kerja erat kaitannya dengan sikap dan perilaku

seseorang dalam melaksanakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ada

beberapa faktor yang diduga turut mempengaruhi disiplin kerja guru, yang

merupakan bagian perilaku setiap individu dalam menjalankan aktivitas

pekerjaannya. Konsep disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan atau norma

2

(12)

3

dalam kehidupan bersama (yang melibatkan orang banyak). Menurut Moeliono

disiplin artinya adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib, aturan

atau norma dan lain sebagainya.3

Perkembangan ilmu teknologi dan pengetahuan di era globalisasi saat ini

terlihat sangat pesat. Perkembangan tersebut tidak hanya melahirkan era informasi

global, tetapi juga melahirkan media informasi dan telekomunikasi yang tidak

mengenal batas ruang dan waktu. Pengaruh global juga berdampak dalam bidang

pendidikan, misalnya saat ini muncul alat-alat canggih yang memudahkan

manusia terutama guru (pendidik) dan tenaga pendidik dalam meningkatkan

kinerjanya. Disamping kecanggihan teknologi tersebut, suatu lembaga pendidikan

juga dituntut untuk mampu menghadapi persaingan yang sangat tinggi dengan

memanfaatkan sumber daya yang ada.

Sistem sidik jari atau yang disebut dengan fingerprint pada awalnya

hanya digunakan untuk penyelidikan kriminal. Akan tetapi pada tahun 1970

beberapa perusahaan sedikitnya sudah menggunkana teknologi tersebut. Efisiensi

yang menjadi dasar penggunaan sistem identifikasi sidik jari diperusahaan atau

instansi. Alat ini mendorong perusahaan untuk menghemat waktu, tenaga,

sekaligus jaminan keamanan dan yang terpenting adalah tidak dapat

memanipulasikan absensi. Dari keunggulan sistem ini lah sehingga suatu lembaga

pendidikan mau menerapkan sistem sidik jari (fingerprint) sebagai alat absensi

kehadiran. Selain itu fingerprint juga memudahkan bagi administratornya untuk

merekap absensi para guru dan pembagian gaji guru.

3

(13)

4

Tujuan utama disiplin adalah untuk meningkatkan efisiensi semaksimal

mungkin dengan cara mencegah pemborosan waktu dan energi. Disiplin juga

dapat mencegah permulaan kerja yang lambat atau terlalu awalnya mengakhiri

kerja yang disebabkan karena keterlambatan atau kemalasan. Dari pernyataan

tersebut dapat disimpulkan bahwa apabila suatu lembaga pendidikan

menggunakan sistem absensi sidik jari (fingerprint) maka lembaga tersebut dapat

meminimalisir waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia. Karena absensi finger

print dapat mengurangi masalah-masalah yang ditimbulkan oleh penggunaan

sistem absensi manual. Misalnya manipulasi data dan penitipan absensi. 4

Berdasarkan data yang diperoleh penulis melalui wawancara terhadap

narasumber yang mana adalah Bapak Drs. M. Lutfi (selaku wakil kepala bidang

HUMAS SMP Negeri 3 Surabaya) bahwasannya pada tahun 2011, SMP Negeri 3

Surabaya mulai menerapkan absensi guru dengan menggunakan sidik jari

(fingerprint).5 Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya korupsi waktu atau

menitip absen kepada temannya atau guru yang lain. untuk itu pemerintah

menyediakan alat fingerprint pada masing-masing sekolah yang berstatus negeri.

Fingerprint tersebut adalah alat absensi yang canggih dimana alat ini bisa

merekam sidik jari guru saat jam hadir dan jam pulang. Alat ini juga bekerja

secara online dan dapat dipantau dari komputer yang terhubung. Akan tetapi pada

awal bulan Agustus SMP Negeri 3 Surabaya juga sudah menggunakan fingerprint

4

Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009) hal. 88

5

Interview, Drs.M. Lutfi selaku Wakil Kepala Sekolah Bid. Humas SMP Negeri 3 Surabaya, Pada

(14)

5

yang disertai dengan identifikasi wajah atau gambar muka. Hal ini dapat

mempermudah guru dalam mengisi absensi kehadiran.

Untuk itu, peneliti melakukan penelitian yang berhubungan dengan

absensi guru, dengan judul “Hubungan Penerapan Absensi Fingeprint dengan Disiplin Guru di SMP Negeri 3 Surabaya”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan absensi fingerprint di SMP Negeri 3 Surabaya?

2. Bagaimana disiplin guru di SMP Negeri 3 Surabaya?

3. Bagaimana hubungan penerapan absensi fingerprint dengan disiplin

guru di SMP Negeri 3 Surabaya?

C.Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan yang

jelas sebab dengan mempunyai tujuan yang jelas kegiatan itu tidak akan sia-sia.

Adapun tujuan dalam penelitian tersebut adalah :

1. Untuk mengetahui penerapan absensi fingerprint di SMP Negeri 3

Surabaya.

2. Untuk mengetahui disiplin guru di SMP Negeri 3 Surabaya.

3. Untuk membuktikan sejauhmana hubungan penerapan absensi finger

(15)

6

D.Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat

sebagai berikut:

1) Akademik Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu

pengetahuan di bidang pendidikan khususnya dalam menambah

pengetahuan, menambah wawasan keilmuan penelitian, dan disiplin guru

dalam mewujudkan guru yang profesional.

2) Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam

membentuk karakter guru yang profesional dalam meningkatkan disiplin

guru menuju tercapainya tujuan yang dicita-citakan.

E.Batasan Penelitian

Untuk membatasi ruang lingkup penelitian di SMP Negeri 3 Surabaya

sangat diperlukan batasan penelitian dengan maksud agar variabel yang diteliti

tidak meluas dan tetap fokus pada bagimana penerapan absensi fingerprint di

SMP Negeri 3 Surabaya dan bagaimana disiplin guru di SMP Negeri 3

(16)

7

F. Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Temuan/Kesimpula

n Persamaan Perbedaan

1. Ummul

Azizah dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis sangat berbeda dari segi objek sekolahnya

Penelitian yang dilakukan oleh saudari Febriani

Widyastuti dengan

(17)

instansi vertikal di bawah Kementerian

Penelitian yang dilakukan

oleh saudara Surya

Mahdalena,dkk dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis berbeda dari segi variabel Y nya.

(18)

9

G. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara

terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah sehingga

harus diuji secara empiris (hipotesis berasal dari kata hypo yang berarti

dibawah dan thesa yang berarti kebenaran).6

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1) Hipotesi Kerja (Ha) : menyatakan adanya hubungan yang signifikan

antara variabel X dan variabel Y, yaitu antara Penerapan absensi finger

print dengan disiplin guru di SMP Negeri 3 Surabaya. Dengan rumusan :

Jika penerapan absensi fingerprint baik, maka disiplin guru juga tinggi.

2) Hipotesis Nol (Ho) : menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua

variabel, atau tidak adanya hubungan antara variabel X dengan variabel

Y. Atau dengan kata lain tidak ada hubungan antara penerapan absensi

fingerprint dengan disiplin guru di SMP Negeri 3 Surabaya.

6

Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004) hal. 31 melaksanakan

shalat. Yang jelas

dengan adanya

(19)

10

H. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadapa judul, serta memudahkan

pembaca memahaminya, maka penulis perlu menjelaskan pengertian dalam

judul tersebut. Adapun judul skripsi ini adalah “Hubungan Penerapan Absensi Fingerprint Dengan Disiplin Guru di SMP Negeri 3 Surabaya. Adapun rincian

definisinya adalah :

1. Hubungan

Hubungan adalah sangkut-paut, ikatan.

2. Penerapan

Penerapan adalah proses, cara, perbuatan menerapkan.7

3. Absensi fingerprint

Absensi finger print adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengetahui

dan mendata kehadiran dengan mengndentifikasi tekstur sidik jari sebagai

media pendataan.8

4. Disiplin

Disiplin adalah sikap kejiwaan dari seseorang atau sekelompok orang yang

senantiasa berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi segala aturan/

keputusan yang telah ditetapkan.9

7

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2005) hal. 1180

8

Asmira , Efektifitas Penerapan Absensi (Finger Print) dalam meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai di Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara (eJournal Ilmu Pemerintah, 2016, 4 (3) :1009-1022). hal 1014

9

(20)

11

5. Guru

Guru adalah tenaga profesional yang membantu orang tua untuk mendidik

anak-anak pada jenjang pendidikan sekolah.10

6. Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah sekolah umum selepas sekolah

dasar, sebelum Sekolah Menengah Umum (SMU).11

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang tata urutan penelitian

ini, maka peneliti mencantumkan sistematika laporan penulisan sebagai

berikut:

Bab I, tentang Pendahuluan. Pada bab ini mengurai latar belakang

penelitian, rumusan Penelitian, manfaat penelitian, Peneliti tedahulu, hipotesis,

definisi operasional dan sistematika pembahasan.

Bab II, tentang Kajian Pustaka. Pada bab ini menjelaskan tentang

penelitian terdahulu yang relevan, kajian kepustakaan konseptual penjelasan

teori yang berkenaan tentang pengertian fingerprint, sejarah fingerprint,

kelebihan fingerprint dan kelemahan fingerprint. Selanjutnya di bahas tentang

pengertian disiplin serta faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin itu sendiri.

Setelah itu dijelaskan tentang efektifitas penerapan absensi fingerprint terhadap

disiplin guru di SMP Negeri 3 Surabaya.

10

Suparlan, Menjadi Guru Efektif (Yogyakarta : Hikayat Publishing, 2005) hal. 13

11

(21)

12

Bab III, tentang Metode Penelitian. Pada bab ini membahas secara detail

mengenai metode yang digunakan dalam upaya penelitian ini yang terdiri dari :

jenis penelitian,obyek penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, cara

pengumpulan data, sumber data dan analisis data.

Bab IV, tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini

menjelaskan mengenai gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data yang

memaparkan fakta-fakta mengenai masalah yang diangkat dan hasil analisis

data dan di uji keabsahan datanya dibandingkan dengan teori. Hasil uraian

tersebut tertulis sub bab pembahasan.

Bab V, tentang Penutupan. Pada bab ini berisi penutup yang menjelaskan

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Disiplin Guru

1. Pengertian Disiplin

Disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk memetuhi dan menaati

norma-norma peraturan yang berlaku di sekitarnya.1Misalnya guru. Sekarang ini mungkin

jarang bahkan sulit menemukan guru yang benar-benar disiplin. Disiplin waktu, disiplin

seragam juga disiplin hadir. Hadir bukan sekedar datang ke tempat tugas, tetapi hadir

untuk menjalankan tugasnya yaitu mengajar. Guru yang disiplin waktu, ia akan berusaha

sebisa mungkin datang tepat waktu sehingga ketika bel masuk berbunyi dan KBM

(Kegiatan Belajar Mengajar) dimulai guru telah siap dengan materi yang akan diajarkan.

Disiplin pegawai yang baik akan mempercepat tujuan lembaganya, sedangkan

disiplin yang merosot akan menjadi penghalang dan memperlambat pencapaian tujuan

lembaganya. Disiplin perlu untuk mengatur tindakan kelompok, dimana setiap anggotanya

harus mengendalikan dorongan hatinya dan bekerjasama demi kebaikan bersama.

Keteraturan adalah ciri utama organisasi dan disiplin merupakan salah satu metode

untuk memelihara keteraturan tersebut. Tujuan utama disiplin adalah untuk meningkatkan

efisiensi semaksimal mungkin dengan cara mencegah pemborosan waktu dan energi.

Selain itu disiplin juga mengatasi kesalahan dan keteledoran yang disebabkan karena

kurang perhatian, ketidakmampuan, dan keterlambatan. Disiplin berusaha mencegah

permulaan kerja yang lambat atau terlalu awalnya mengakhiri kerja disebabkan karena

keterlambatan atau kemalasan.

2. Disiplin Dalam Perspektif Islam

Rasulullah saw mengingatkan umatnya dalam sebuah haditsnya :

1

(23)

14

غ س لْ ق حص

ه لْ ق ب ش : سْ خ لْ ق سْ خ ْ ْغا

لْ ق غا ف ْ ف لْ ق

ْ لْ ق ح ْغش

Artinya: “ Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara : waktu mudamu sebelum

datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa fakirmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, hidupmu sebelum

datang matimu.” (H.R Baihaqi).

Selain hadits, dalam alquran juga terdapat ayat yang menjelaskan tentang diplin waktu

yaitu pada Surat Al-Jumuah Ayat 9-10 :

ْلا ْ ْ ا ل د اذإ ا آ لا أ

لإ ا ْ عْس ف ع ج

ْع ْ ْ ْ إ ْ ل ْ خ ْ لذ عْ ْلا ا ذ َ ْ ذ

َ لْضف ْ ا غ ْبا ْ أا ف ا ش ْ ف ا لا ضق اذإف

ح ْف ْ عل ا ث َ ا ْذا

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian diseru untuk menunaikan shalat

jum’at, maka bersegeralah untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian

itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kalian di muka bumi, dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah

banyak-banyak supaya kalian beruntung,” (QS. Al-Jumuah : 9-10).

Sikap disiplin dalam islam sangat dianjurkan, bahkan diwajibkan. Sebagaimana

manusia dalam kehidupan sehari-hari memerlukan aturan-aturan atau tata tertib dengan

tujuan segala tingkah lakunya berjalan sesuai dengan aturan yang ada. Apabila seseorang

tidak dapat menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, maka waktu itu akan membuat

kita sendiri sengsara, oleh karena itu kita hendaknya dapat menggunakan dan

(24)

15

Islam juga memerintahkan umatnya untuk selalu konsisten terhadap peraturan Allah

yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Huud ayat 112 :

ا ْ غْط َ ع ْ ْ أ ْ ْس ف

ْع ب ه إ

ب

Artinya : “Maka tetapkanlah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan

kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui

batas. Sesungguhnya dia maha melihat apa yang kamu kerjakan.”2

Dari ayat di atas menunjukkan bahwa, disiplin bukan hanya tepat waktu saja, tetapi

juga patuh pada peraturan-peraturan yang ada. Melaksanakan yang diperintahkan dan

meninggalkan segala yang dilarang-Nya. Disamping itu juga melakukan perbuatan

tersebut secara teratur dan terus-menerus walaupun hanya sedikit. Karena selain

bermanfaat bagi kita sendirijuga perbuatan yang kita kerjakan secara kontinyu dicintai

Allah walaupun hanya sedikit.

3. Macam-macam Disiplin

Disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendoorng para anggota organisasi

memenuhi tuntuan berbagai ketentuan tersebut. Dengan kata lain disiplin pegawai adalah

suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap

dan perilaku karyawan sehingga para karyawan tersebut secara sukarela berusaha bekerja

secara kooperatif dengan karyawan yang slaing sehingga dapat meningkatkan prestasi

kerjanya. 3 Ada dua jenis disiplin dalam organisasi yaitu:

2

Al u ’a , “u at Huud Ayat , Yayasa Pe yele gga a da Pe e je ah Al u a , Al u a da Te je ah ya, Depag RI, 2000, Hal. 344

3

(25)

16

a. Disiplin Preventif

Tindakan yang mendorong para karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan

yang berlaku dan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Artinya melalui kejelasan

dan penjelasan tentang pola sikap, tindakan dan perilaku yang diinginkan dari setiap

anggota organisasi diusahakan pencegahan jangan sampai para karyawan berperilaku

negatif.

Keberhasilan penerapan disiplin preventif terletak pada disiplin pribadi para

anggota organisasi. Akan tetapi agar disiplin pribadi tersebut semakin kokoh, paling

sedikit tiga hal perlu mendapat perhatian manajemen. Pertama : para anggota

organisasi didorong agar mempunyai rasa memiliki organisasi, karena secara logika

seseorang tidak akan merusak sesuatu yang merupakan miliknya.

Kedua: para karyawan perlu diberi penjelasan tentang berbagai ketentuan yang

wajib ditaati dan standar yang harus dipenuhi. Penjelasan bermaksud seyogianya

disertai oleh informasi lengkap mengenai latar belakang berbagai ketentuan yang

bersifat normatif tersebut. Ketiga: para karyawan didorong menentukan sendiri

cara-cara pendisiplinan diri dalam kerangka ketentuan-ketentuan ayng berlaku umum bagi

seluruh anggota organisasi.

b. Disiplin Korektif

Jika ada karyawan yang pada kenyataannya telah melakukan pelanggaran atas

ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal memenuhi standar yang telah ditetapkan

kepadanya harus dikenakan sanksi disipliner. Berat atau ringannya suatu sanksi

(26)

17

pun harus mempunyai nilai pelajaran dalam arti mencegah orang lain melakukan

pelanggaran serupa. 4

Pengenaan sanksi korektif diterapkan dengan memperhatikan paling sedikit tiga

hal. Pertama, karyawan yang dikenakan sanksi harus diberitahu pelanggaran atau

kesalahan apa yang telah diperbuatnya. Kedua, kepada yang bersangkutan diberi

kesempatan membela diri. Ketiga, dalam hal pengenaan sanksi terberat, yaitu

pemberhentian, perlu dilakukan “wawancara keluar”. Dengan wawancara seperti itu,

karyawan diharapkan memahami, meskipun barangkali tidak dapat menerima.

Disamping itu karyawan tersebut meninggalkan organisasi dengan perasaan antipati

sekecil mungkin terhadap organisasi.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin

Disiplin harus ditegaskan dalam berbagai aspek, karena tanpa dukungan

disiplin, proses untuk mewujudkan suatu tujuan akan sulit. Jadi kedisiplinan

merupakan kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan. Disiplin yang baik

mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang

diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan

terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Untuk memelihara dan

meningkatkan kedisiplinan yang baik adalah hal yang sulit, karena banyak faktor yang

mempengaruhinya. 5

Menurut Singodimedjo faktor yang mempengaruhi disiplin pegawai adalah : 6

1) Besar kecilnya pemberian kompensasi

4

Ibid, hal. 306

5

Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara, 2000) hal. 190

6

(27)

18

Besar kecilnya kompensasi dapat memengaruhi tegaknya disiplin. Para karyawan

akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia merasa mendapat jaminan balas

jasa yang setimpal dengan jerih payahnya yang telah dikonstribusikan bagi

perusahaan.

2) Ada tidaknya keteladanan kepala sekolah dalam lembaga pendidikan Keteladanan

pimpinan sangat penting sekali, karena dalam lingkungan perusahaan, semua

karyawan akan selalu memerhatikan bagaimana pimpinan dapat menegakkan disiplin

dirinya dan bagaimana ia dapat mengendalikan dirinya dari ucapan, perbuatan dan

sikap yang dapat merugikan aturan disiplin yang sudah ditetapkan.

3) Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan

Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam perusahaan, bila tidak ada

aturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan bersama. Disiplin tidak

mungkin ditegakkan bila peraturan yang dibuat hanya berdasarkan instruksi lisan

yang dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi.

4) Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan

Bila ada seorang karyawan yang melanggar disiplin, maka perlu ada keberanian

pimpinan untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan tingkat pelanggaran yang

dibuatnya. Dengan adanya tindakan terhadap pelanggar disiplin, sesuai dengan sanksi

yang ada, maka semua karyawan akan merasa terlindungi, dan dalam hatinya berjanji

tidak akan berbuat hal yang serupa.7

5) Ada tidaknya pengawasan pimpinan

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada pengawasan,

yang akan mengarahkan para karyawan agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan

7

(28)

19

tepat dan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Namun sudah menjadi tabiat manusia

pula bahwa mereka selalu ingin bebas, tanpa terikat atau diikat oleh peraturan apapun

juga. Dengan adanya pengawasan seperti demikian, maka sedikit banyak karyawan

akan terbiasa melaksanakan disiplin kerja. Mungkin untuk sebagian karyawan yang

sudah menyadari arti disiplin, pengawasan seperti ini tidak perlu, tetapi bagi karyawan

lainnya, tegaknya disiplin masih perlu agak dipaksakan, agar mereka tidak berbuat

semaunya dalam perusahaan.8

6) Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan

Karyawan adalah manusia yang mempunyai perbedaan karakter antara yang satu

dengan yang lain. Seorang karyawan tidak hanya puas dengan penerimaan

kompensasi yang tinggi, pekerjaan yang menantang, tetapi juga mereka masih

membutuhkan perhatian yang besar dari pimpinannya sendiri. Keluhan dan kesulitan

mereka ingin didengar, dan dicarikan jalan keluarnya, dan sebagainya. Pimpinan yang

berhasil memberi perhatian yang besar kepada para karyawan akan dapat menciptakan

disiplin kerja yang baik.

7) Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin.

Kebiasaan-kebiasaan positif itu antara lain :

a. Saling menghormati, bila ketemu di lingkungan pekerjaan

b. Melontarkan pujian sesuai dengan tempat dan waktunya, sehingga para karyawan

akan turut merasa bangga dengan pujian tersebut.

c. Sering mengikutsertakan karyawan dalam pertemuan-pertemuan, apalagi

pertemuan yang berkaitan dengan nasib dan pekerjaan mereka.

8

(29)

20

d. Memberi tahu bila ingin meninggalkan tempat kepada rekan sekerja, dengan

menginformasikan, ke mana dan untuk urusan apa, walaupun kepada bawahan

sekalipun.9

Sedangkan menurut Bedjo Siswanto hal-hal yang berkaitan dengan disiplin

kerja adalah10

a. Frekuensi kehadiran

b. Ketaatan pada standar kerja

c. Ketaatan pada peraturan kerja yang meliputi: bertanggung jawab atas semua

pekerjaan yang dibebankan

d. Etika kerja yang meliputi: berpakaian sopan dan rapi

e. Produktivitas yang meliputi: menghasilkan pekerjaan yang berkualitas serta

bekerja sesuai target dan kemampuan.

4. Regulasi tentang Disiplin

11

Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010 Pasal 1 berbunyi:

1) Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk

menaati kewajiban dan mengindari larangan yang ditentukan dalam peraturan

perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati

atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.

2) Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah PNS Pusat dan

PNS Daerah.

9

Ibid, hal. 92

10

Bedjo Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia,(Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2003) hal 291

11

(30)

21

3) Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan atau perbuatan PNS yang

tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS,

baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja.

4) Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada PNS karena

melanggar peraturan disiplin PNS.

5) Pejabat, Pembina Kepegawaian Pusat, Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah

Provinsi, dan Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/ Kota adalah

sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur

wewenang pegangkatan, pemindahan, dan pemberhentian PNS.

6) Upaya administratif adalah prosedur yang dapat ditempuh oleh PNS yang tidak

puas terhadap hukuman disiplin yang dijatuhkan kepadanya berupa keberatan

atau banding administratif.

7) Keberatan adalah upaya administratif yang dapat ditempuh oleh PNS yang tidak

puas terhadap hukuman disiplin yang djatuhkan oleh pejabat yang berwenang

menghukum kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum.

8) Banding administratif adalah upaya administratif yang dapat ditempuh oleh

PNS yang tidak puas terhadap hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan

hormat tidak atas permintaan sendiri atau pemberhentian tidak dengan hormat

sebagai PNS yang dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum, kepada

Badan Pertimbangan Kepegawaian.12

12

(31)

22

B.Absensi Fingerprint

1. Pengertian Absensi Fingerprint

Absensi adalah daftar kehadiran pegawai/siswa/pendidik/tenaga pendidik yang berisi

jam datang dan jam pulang serta alasan atau keterangan kehadirannya. Absensi ini

berkaitan dengan penerapan disiplin yang ditentukan oleh suatu masing-masing

perusahaan atau institusi atau lembaga pendidikan. Absensi diterapkan guna untuk

meningkatkan mutu atau kualitas lembaga tersebut.

Fingerprint berasal dari bahasa inggris yang adalah sidik jari. Sidik jari berarti

penyelidikan bekas jari untuk mengetahui dengan membeda-bedakan orang (dengan

meneliti garis-garis rekaman ujung jari).13

Jadi, absensi fingerprint adalah salah satu mesin absensi jenis biometrik yang

menggunakan metode pendeteksian melalui sidik jari karyawan untuk mendata daftar

kehadiran karyawan. Jenis fingerprint ini mulai dikenal dan digunakan sejak 1997. Awal

mulanya, penemu dan pencipta teknologi mesin absensi menyadari bahwa sidik jari

merupakan salah satu bagian pada tubuh manusia yang unik dan berbeda satu sama lain.

bahkan kembar identik sekalipun memiliki jenis dan bentuk sidik jari yang berbeda. Hal

inilah yang menjadi pemicu timbulnya gagasan mengintegrasikan mesin absensi

fingerprint.

2. Sejarah Fingerprint

Jauh sebelum adanya teori-teori modern tentang sidik jari itu bermunculan

(biometrik), sesungguhnya al-qur’an telah mengupasnya. Alqur’an telah memperhatikan

sidik jari sebagai sesuatu yang sangat vital dalam anggota tubuh kita. Allah berfirman :

13

(32)

23

“Apakah manusia mengira bahwa kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang

-belulangnya? Ya, bahkan kami mampu menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan

sempurna. “ QS. Al-Qiyamah (75:3-4).14

Menurut Harun Yahya dalam pesona al-qur’an ketika menjelaskan ayat di atas

menulis bahwa penekanan pada sidik jari memiliki makna sangat khusus. Ini dikarenakan

sidik jari setiap orang adalah khas bagi dirinya sendiri. Setiap orang yang hidup atau

pernah hidup di dunia ini memiliki serangkaian sidik jari yang unik dan berbeda dari orang

lain. itulah mengapa sidik jari dipakai sebagai kartu identitas yang sangat penting bagi

pemiliknya dan digunakan untuk tujuan ini diseluruh dunia. Harun Yahya melanjutkan,

sistem pengkodean lewat sidik jari ini dapat disamakan dengan sistem kode garis

(barcode) sebagaimana yang digunakan saat ini. Akan tetapi, yang penting bahwa

keunikan sidik jari sebagai lengkungan – lengkungan biasa tanpa makna khusus. Namun,

dalam al-qur’an Allah merujuk kepada sidik jari, yang sedikitpun tak menarik perhatian

orang waktu itu, dan mengarahkan perhatian kita pada arti penting sidik jari yang baru

mampu dipahami di zaman sekarang.

15

Ilmu sidik jari (fingerprint) di Indonesia dirintis oleh seorang desertir SS Nazi

Jerman yang bernama Gustav Poppeck. Di usia yang ke 21 tahun (1903) Gustav Poppeck

mendaftarkan diri sebagai tentara dan dikirim ke China. Berbagai bintang jasa diterimanya

selama bertugas di China (1914-1918). Sebelum kembali ke Jerman, para tentara jerman

diberi kesempatan untuk cuti ke Jepang. Di jepang, Gustav Poppeck membaca sebuah

poster besra di halaman kedutaan Besar Belanda yang mencari tenaga Besar Belanda yang

mencari tenaga untuk dipekerjakan sebagai polisi di Indonesia. Gustav Poppeck dikirim ke

Makassar dan ditempatkan di bagian kriminal, bidang daktiloskopi atau sidik jari.

14

Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahnya Al-Hikmah (Bandung : Diponegoro, 2010) hal. 577.

15

(33)

24

Seiring perkembangan zaman, pada abad ke 20 sidik jari sudah dikembangkan ke

arah security system yang berfungsi sebagai data keamanan. Seperti contoh mesin absensi

sidik jari dan akses kontrol pintu.

3. Jenis Biometrika

a. Biometrika fisiologis atau biometrika statis

Biometrika fisiologis merupakan jenis sistem biometrika yang dikembangkan

berdasarkan keberadaan fisik atau fisiologis seseorang, yang meliputi:

1) Sidik jari (fingerprint). Alur tonjolan (ridge) dan lembah (valley) pada

permukaan kulit digunakan sebagai identifikasi.

2) Ukuran jari (finger geometry). Ukuran 3 dimensi jari tangan digunakan

sebagai alat identifikasi.

3) Ukuran tangan (hard geometry). Ukuran 3 dimensi tangan digunakan sebagai

alat identifikasi, antara lain ukuran panjang jari, dan lebar telapak tangan.

4) Wajah (face recognition). Pola fitur wajah digunakan sebagai alat

identifikasi.

5) Iris mata. Iris adalah bagian hitam (kalau di Negara barat berwarna biru)

yang melingkar pada bola mata.

6) Retina mata. Retina adalah bagian mata yang berfungsi untuk menangkap

cahaya.

7) Telinga. Ukuran telinga dipergunakan sebagai alat identifikasi.

8) Vena tangan (han vein). Pola pembuluh darah orang juga dapat dipergunakan

untuk identifikasi.

9) Bau badan. Bau badan seseorang ternyata unik dan bisa mnejadi alat

(34)

25

10) DNA (Desoxi ribose nucleid acid). DNA seseorang digunakan menjadi alat

identifikas.

11) Panas wajah.

12) Sidik telapak tangan. 16

b. Biometrika perilaku atau biometrika dinamis

1) Suara (voice recognition). Identifikasi menggunakan analisis spektrum suara.

2) Tanda tangan (signature recognition). Pola, bentuk dan tekanan tanda tangan

seseorang dipergunakan sebagai alat identifikasi.

3) Cara mengetik (typing recognition). Cara mengetik seseorang juga dapat

menjadi alat identifikasi.

4) Gaya berjalan (gait). Cara berjalan seseorang juga dapat menjadi alat

identifikasi.17

Jadi jenis biometrika dalam mengindentifikasi atau mengenali seseorang

sangat bermacam-macam caranya, sedangkan dalam penelitian ini yang digunakan oleh

SMP Negeri 3 Surabaya untuk mengetahui disiplin guru yaitu dengan menggunakan

absensi fingerprint yang disertai dengan identifikasi wajah atau gambar muka.

4. Fungsi Fingerprint

Finger print berfungsi untuk memberi gaya gesek lebih besar agar jari dapat

memegang benda-benda lebih erat. Sidik jari manusia digunakan untuk keperluan

identifikasi karena tidak ada dua manusia yang memiliki sidik jari persis sama.

Selain itu fingerprint juga mempunyai fungsi lain yaitu sebagai pembaca

bentuk dari ulir pada jari,dan kemudian di convert ke dalam digital data digital. Finger

16

Eko Nugroho, Biometrika Mengenal Sistem Identifikasi Masa Depan, (Yogyakarta: ANDI, 2009), h. 1-2.

17

(35)

26

print biasanya digunakan sebagai absen, security door, dan security acses, akan tetapi

dalam perkembangannya sekarang telah digunakan pada laptop dan gadget atau

ponsel.

5. Mekanisme FingerPrint

Dalam pengoperasian alat fingerprint ada beberapa langkah yang harus

dilakukan yaitu: 18

a) Pengambilan contoh sidik jari

Untuk pengambilan sidik jari sebaiknya perhatikan hal-hal berikut ini:

1) Bersihkan perangkat pemindai sidik jari menggunakan kain yang halus. Jangan

menggunakan cairan pembersih atau alkohol atau kain yang kasar seperti tissue.

2) Bersihkan sidik jari dari kotoran, keringat atau air yang dapat menghalangi

pemindahan sidik jari.

3) Sidik jari yang digunakan dapat menggunakan jari manapun, tetapi upayakan

menggunakan jari yang kuat dan punya gambar yang tegas seperti jempol atau

telunjuk kiri maupun kanan. Lakukan pengambilan contoh sidik jari ini

berturut-turut sebanyak empat kali dengan jari yang sama.

b) Pemeriksaan duplikasi identitas sidik jari

Ada kemungkinan aplikasi kurang tepat mengindetifikasi karena kemiripan pola garis

sidik jari yang diambil. Oleh karena itu, ketika pengambilan contoh sidik jari ini,

perhatikan apakah aplikasi mendeteksi identitas lain pemilik sidik jari tersebut.

c) Penentuan identitas sidik jari

18

(36)

27

Setelah mengambil contoh sidik jari sebanyak empat kali berturut-turut dan

memastikan bahwa sidik jari tersebut adalah unik, langkah selanjutnya adalah menentukan

identitas pegawai pemilik sidik jari yang diambil.19

d) Verifikasi identitas sidik jari

Setelah sidik jari disimpan ke dalam basis data, lakukan langkah terakhir untuk

memverifikasi identitas sidik jari. Letakkan sidik jari di pemindai kemudian Apabila

identitas sidik jari benar, tekan tombol ya (di layar komputer yang sudah tersedia). Apabila

identitas salah tekan tombol tidak (di layar komputer yang sudah tersedia) dan ulangi lagi

pendataan sidik jari menggunakan jari yang lain. 20

6. Teknik Pembacaan (Sensor) Fingerprint

Pembacaan pola sidik jari (fingerprint) dilakukan dengan alat elektronik. Hasil

pembacaan lalu disimpan dalam format digital saat pertama kali seseorang mendaftarkan

sidik jarinya kedalam komputer. Proses ini disebut sebagai proses (enrollment). 21 Setelah

itu, rekaman sidik jari tersebut diproses dan dibuatkan daftar pola fitur sidik jari yang unik.

Pola fitur sidik jari yang unik tersebut yang kemudian disimpan dalam komputer. Pola sidik

jari yang unik disebut dengan istilah minutiae. Pola minutiae tersebut kemudian dicocokkan

dengan orang diperiksa sidik jarinya. Terdapat 3 cara pembacaan sidik jari, yaitu:

a. Optis

Dengan cara ini, pola sidik jari direkam dengan menggunakan cahaya. Alat

perekam yang digunakan berupa kamera digital. Tempat untuk meletakkan ujung

jari disebut permukaan sentuh. Dibawah permukaan sentuh terdapat cahaya yang

menerangi permukaan jari. Hasil pantulan cahaya dari ujung jari ditangkap oleh

20

Ibid, hal. 26

21

(37)

28

alat penerima yang selanjutnya menyimpan gambar sidik jari tersebut ke dalam

komputer. Tentu saja apabila permukaan sentuhnya kotor, atau ada goresan,

proses pembacaan sidik jari akan tergangggu. Kelemahan metode ini adalah hasil

dari pembacaan sangat tergantung pada kualitas kulit tangan. Metode ini mudah

ditipu dengan menggunakan sidik jari palsu. Kelemahan lain adalah bahwa sisa

cetakan sidik jari dapat diambil orang alin. Meskipun demikian, metode ini mudah

dilakukan dan tidak membutuhkan biaya yang mahal.

b. Ultrasonik

Dalam metode ini, digunakan dengan cara yang sama dengan metode ultrasonik

pada dunia kedokteran. Metode ini menggunakan suara frekuensi yang sangat

tinggi untuk menembus lapisan epidermal kulit. Suara frekuensi tinggi tersebut

dibuat dengan menggunakan tranduser piezoelectric. Selanjutnya, pantulan energi

tersebut ditangkap menggunakan alat yang sejenis. Pola pantulan ini dipergunakan

untuk menyusun citra sidik jari yang dibaca. Dengan cara ini, tangan yang kotor

tidak menjadi masalah. Demikian juga dengan permukaan sentuh yang kotor, juga

tidak akan menghambat proses pembacaan.

c. Kapasitans

Dalam metode ini, digunakan dengan cara pengukuran kapasitans untuk

membentuk citra sidik jari. Permukaan sentuh berfungsi sebagai lempeng

kapasitor, dan kulit tangan berfungsi sebagai lempeng kapasitor yang lain. karena

adanya punggung alur kulit (ridge) dan lembar alur (valleys), maka kapasitas dari

kapasitor masing-masing orang akan berbeda-beda. Kelemahan metode ini adalah

adanya listrik statis pada tangan. Untuk menghilangkan listrik statis ini, tangan

harus digrounding.

(38)

29

Dalam metode ini, digunakan pencarian perbedaan suhu antara punggung alur

(ridge) dengan lembah untuk mengetahui pola sidik jari. Cara yang dilakukan

adalah dengan menggosokkan ujung jari (swap). Bila ujung jari hanya dengan

diletakkan saja, maka dalam waktu singkat, suhunya akan sama karena adanya

proses keseimbangan.

7. Teknik Identifikasi dengan Fingerprint (Sidik Jari)

Pada dasarnya, teknik identifikasi sidik jari merupakan pencocokan antara

pola sidik jari yaang ada dalam database dengan pola sidik jari yangb dibaca. Teknik

identifikasi sidik jari terdiri atas dua jenis, yaitu:

a. Pattern Based atau Image Based atau Correlaton Based

Metode ini digunakan dengan mencocokkan pola sidik jari yang dibaca dengan

pola yang ada dalam database. Untuk itu, citra harus diatur pada arah yang sama.

Setelah itu, titik sentral sidik jari harus dicari, lalu dicatat tipe polanya, ukurannya,

dan orientasi polanya. Sidik jari yang diperiksa diukur kemiripannya dengan sidik

jari yang ada di dalam database.

b. Minutiae Based

Dalam metode ini, dilakukan perbandingan beberapa aspek minuate (seperti ridge

ending, bifurcation, short ridge, dll). Yang diambil dari sidik jari hasil pembacaan

maupun database. Biasanya, akan diperoleh sekitar 10-100 titik minutiae. Agar

pencocokkan berhasil, diperlukan minimal 7-20 titik minutiae. Minutiae

merupakan sebuah pola bentuk alur di ujung jari tangan yang unik pada setiap

orang. Terdapat berbagai macam pola alur jari tangan. Kombinasi dari alur-alur

(39)

30

8. Evaluasi Kinerja Sistem Sidik Jari (Fingerprint)

Tingkat keandalan biometrika dengan sidik jari adalah sebagai berikut:

a. False Accept Rate (FAR) atau kesalahan (error) menerima orang yang salah

adalah sekitar 2%.

b. False Reject Rate (FRR) atau kesalahan (error) menolak orang yang benar adalah

sekitar 0,1%.

Beberapa parameter aspek aplikasi pengukuran prestasi kinerja peralatan

biometrika adalah sebagai berikut:

Tingkatan pengukuran :

1) Sangat baik

2) Baik

3) Sedang

4) Kurang baik

5) Tidak baik

9. Kelemahan dan Kelebihan Absensi Fingerprint

Adapun kelemahan dari penerapan absensi fingerprint yaitu: 22

a) Tidak semua daerah di Indonesia aman terhadap pencurian, maka ini perlu

dirancang agar alat tidak diperlukan oleh pencuri dan mudah diganti, hanya

memori yang harus diamankan setiap hari agar data tidak berulangkali merekam.

b) Penggunaan daya listrik, baterai atau yang sejenisnya harus yang seefisien

mungkin, hal ini akan dijadikan alasan kepala sekolah dan guru untuk tidak

menggunakan alat perekam karena bisa diindikasikan kedisiplinan yang kurang.

22

(40)

31

c) Mengingat data ini harus direkam dan diaplikasikan ke Dapodik maka kepala

sekolah harus memahami hal ini walaupun tidak merekap operator tetapi tahu cara

penggunaan alat ini.

d) Jika terjadi kehilangan dan error maka seyogyanya dapat dicarikan pengganti yang

mudah didapat di daerah masing-masing.

e) Disamping data-data tersebut di aplikasi dapodik, perlu diperhatikan bahwa

terdapat kelemahan diantaranya pengentrian (pemasuakan) nilai PKG yang

dilakukan oleh yang bukan operator atau kepala sekolah akan menimbulkan

kekhawatiran para guru dan kepala sekolah, kekhawatiran itu diantaranya

dimungkinkan adanya suatu kelambatan dan persoalan lainnya.

Adapun berikut adalah kelebihan dari penerapan absensi fingerprint: 23

a) Pegunaannya yang praktis dan simpel. Pegawai dapat langsung mengabsen dan

membuktikan kehadirannya dengan cara menempelkan salah satu jari atau

seluruh jari tangannya pada layar atau monitor yang telah tersedia pada mesin

absensi.

b) Pendataan absensi lebih akurat. Karena media yang digunakan untuk mendata

absensi karyawan adalah sidik jari mereka masing-masing, maka akurasi absensi

akan terjamin. Tidak ada lagi karyawan yang suka berbuat curang dengan menitip

absen kepada yang lainnya.

c) Kapasitas pengguna tidak terbatas. Yang artinya mesin fingerprint dapat

menampung data sidik jari yang jumlahnya bisa puluhan atau ribuan bahkan tidak

terbatas karena tidak perlu ada produksi kertas atau kartu ID.

23

(41)

32

C. Hubungan Penerapan Absensi Fingerprint Dengan Disiplin Guru

Berdasarkan dari berbagai analisa dari suatu penelitian yang dilakukan oleh

perkumpulan Human Resource Development (HRD) dari berbagai perusahaan besar yang

ada di negara ini, menyatakan bahwa penerapan kedisiplinan terhadap pegawai dengan

menggunakan mesin absensi sidik jari sangatlah berpengaruh besar terhadap peningkatan

kedisiplinan kerja setiap karyawan untuk hadir tepat waktu ke kantor, menggunakan mesin

absensi sidik jari (fingerprint).

Penerapan absensi sidik jari (fingerprint) ini dilakukan agar memudahkan atasan

untuk melihat tingkat kedisiplinan kehadiran dari masing-masing pegawai. Selama ini

pada absensi manual, atasan atau pegawai lain yang melihat absensi tidak bisa melihat

tingkat kedisiplinan kehadiran pegawai, masalahnya pada absensi manual tidak ada

keterangan kapan pegawai tersebut datang dan pulang, pegawai bisa merapel di hari lain

atau menitip absen pada pegawai lain. Sehingga menyulitkan atasan untuk memberikan

sanksi yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010 tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil. 24

Dalam dunia pendidikan, penerapan absensi fingerprint juga sangat membantu kepala

sekolah untuk mengetahui tingkat kedisiplinan guru-gurunya. Karena masih banyak guru

yang melaksanakan tugasnya kurang optimal, guru masih banyak ditemui yang izin

dengan berbagai alasan, tetapi pada daftar hadir manualnya setiap bulan sebagai laporan di

tandatangani penuh sebulan, apalagi untuk guru bidang studi yang bersangkutan biasanya

masuk sekolah jika ada jam saja, jika tidak ada jam mengajar tidak masuk sekolah.

24

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian dalam suatu penelitian sangat penting, sebab dengan

menggunakan metode yang tepat maka akan mendapatkan hasil yang tepat pula. Artinya

apabila seseorang yang akan mengadakan penelitian ilmiah dengan menggunakan suatu

metode yang sesuai dengan apa yang akan diselidiki maka akan mendapatkan data yang

benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

Metodologi penelitian merupakan ilmu-ilmu yang mempelajari metode-metode dalam

penelitian. Sedangkan metode penelitian menurut Arif Furchan adalah strategi umum yang

dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang diperlukan guna menjawab

persoalan yang ada di dalam penelitian.1

A. Jenis Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya

pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika. Pada dasarnya,

pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial. (dalam rangka pengujian

hipotesis) dan menyadarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan

penolakan hipotesis nihil. Dengan metoda kuantitatif akan diperoleh signifikansi

perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti. 2

Salah satu ciri penelitian kuantitatif adalah menggunakan statistik. Kegunaan

statistik dalam penelitian bermacam-macam, yaitu sebagai alat untuk penentuan sampel,

pengujian validitas dan reliabilitas instrumen, penyajian data dan analisis data.

1

Arif Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hal. 50 2

(43)

34

B. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah para guru di SMP Negeri 3 Surabaya. Dimana

peneliti akan melakukan penelitian yang berhubungan dengan kedisiplinan para pegawai

dalam kehadiran jam datang dan jam pulang sekolah melalui diterapkannya absensi

fingerprint.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3

Surabaya yang terletak di jalan Praban No.3 Surabaya Jawa Timur Indonesia. Adapun

alasan peneliti memilih SMP Negeri 3 Surabaya, adalah :

1) SMP Negeri 3 Surabaya merupakan salah satu Sekolah Menengah Pertama favorit

yang ada di Provinsi Jawa Timur Indonesia.

2) SMP Negeri 3 Surabaya berstatus Sekolah Kawasan sejak tahun 2013.

3) SMP Negeri 3 Surabaya sudah menerapkan fingerprint (sejak tahun 2011).

4) Lokasi sekolah yang strategis dan mudah dijangkau oleh peneliti.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah kelompok dimana seseorang peneliti akan memperoleh hasil

penelitian yang dapat disamaratakan ( digeneralisasikan). Suatu populasi mempunyai

sekurang-kurangnya satu karakteristik yang membedakan populasi itu dengan

kelompok-kelompok yang lain.3

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di SMP

Negeri 3 Surabaya yang berjumlah 45 orang .

3

(44)

35

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang karakteristiknya hendak

diteliti. 4 Sedangkan mengenai jumlah sampel yang akan diambil, maka peneliti

mendasarkan kepada pendapat Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa, “

Apabila subyek penelitian kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semuanya,

sehingga penelitiannya adalah populasi, akan tetapi, bila subyeknya lebih dari 100

orang, maka diperbolehkan untuk mengambil sampel 10% - 15% atau 20% - 25% atau

lebih”.

Mengingat jumlah subyek yang diteliti kurang dari 100 orang, maka peneliti

menggunakan penelitian populasi. Artinya yang menjadi obyek penelitian adalah seluruh

Guru SMP Negeri 3 Surabaya yang berjumlah 45 orang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan permasalahan maka, metode penelitian yang digunakan pada

penelitian adalah :

1. Angket

Metode angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang di susun

secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, angket

dikirim kembali atau dikembalikan ke petugas atau peneliti. 5

Bentuk umum sebuah angket terdiri dari bagian pendahuluan berisikan

petunjuk pengisian angket, bagian identitas berisikan identitas responden seperti :

nama, alamat, umur, pekerjaan, jenis kelamin dan sebagainya.

Dipandang dari sudut jawaban yang diberikan, angket dibedakan menjadi 2

macam, yaitu:

4

Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta,2010) hal. 61

5

(45)

36

a. Angket langsung adalah angket yang diberikan kepada orang atau responden

untuk diminta tentang keadaan dirinya sendiri.

b. Angket tidak langsung adalah angket yang diberikan kepada orang atau

responden untuk dimintai keterangan tentang orang lain.

Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan angket langsung, yaitu memberi

angket atau pertanyaan kepada guru agar dijawab sesuai dengan keadaan diri sendiri.

Peneliti menggunakan metode ini untuk memperkuat hasil penelitian dan mendukung

data-data yang sudah diperoleh dari hasil observasi.

2. Observasi

Metode observasi atau pengamatan adalah alat pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala

yang diselidiki.6

a. Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:

1) Observasi partisipatif dan non partisipatif

2) Observasi sistematis dan observasi non sistematis

3) Observasi eksperimental

b. Kelebihan dan kelemahan observasi

Observasi sebagai alat penilaian non tes, mempunyai beberapa kelebihan antara

lain:

1) Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak

2) Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan

terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting

3) Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mengecek data yang

diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket

6

(46)

37

4) Observer tidak perlu tidak perlu menggunakan bahasan untuk

berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakna maka

hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.

Kelemahan:

1) Observer tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorang yang

sangat dirahasiakan

2) Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi

maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang

3) Observer bnayak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat

dikontrol sebelumnya.

Adapun data/ informasi yang ingin didapatkan penulis dalam menggunakan metode

observasi adalah gambaran umum dari obyek penelitian, pelaksanaan absensi fingerprint

serta kedisiplinan guru SMP Negeri 3 Surabaya.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk atau fasilitas yang digunakan dalam

penelitian untuk mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti hasilnya cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.7

Kebersihan penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang digunakan, sebab data yang

diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis diperoleh melalui

instrumen. Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang dan dibuat

sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya.

Dalam penelitian ini instrumen dalam mengumpulkan data sebagai berikut:

1. Instrumen berupa angket digunakan peneliti untuk mendapatkan data ketika menggunakan

metode angket. Dalam hal ini angket yang digunakan adalah terdiri dari

7

(47)

38

pertanyaan yang sudah disertai jawaban yang akan dipilih responden dengan memberi

tanda silang (x) pada alternatif jawaban yang sudah tersedia.

2. Instrumen berupa daftar cek, instrumen ini digunakan dalam mengumpulkan data melalui

metode observasi.

G. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Adapun data yang digunakan dalam pemelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif.

a. Data kualitatif, yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam

bentuk angka.8 Yang termasuk data kualitatif dalam penelitian ini yaitu gambaran

umum obyek penelitian, meliputi: sejarah singkat berdirinya, letak geografis

obyek, visi dan misi.

b. Data kuantitatif adalah jenis data yang diukur atau dihitumg secara langsung, yang

berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk

angka. Dalam hal ini data kuantitatif yang diperlukan adalah jumlah guru, jumlah

sarana dan prasarana, serta hasil angket.

2. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data

dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu:

a) Data Primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan

oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang

memerlukannya. 9 Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini

8

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rakesarasin, 1996) hal. 2 9

(48)

39

adalah angket yang sudah disebarkan ke kepala sekolah dan guru di SMP Negeri 3

Surabaya.

b) Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang

melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada.10 Data ini biasanya

diperoleh dari laporan-laporan penelitian terdahulu.

H. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data dilaksanakan.

Pada penelitian kuantitatif, pengolahan data secara umum dilaksanakan dengan melalui

tahap memeriksa (editing), proses pemberian identitas (coding) dan proses pembeberan

(tabulating).11

a) Editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai menghimpun

data di lapangan. Kegiatan ini menjadi penting karena kenyataannya bahwa data

yang terhimpun kadang kala belum memenuhi harapan peneliti, ada di antaranya

kurang atau terlewatkan, tumpang tindih, berlebihan bahkan terlupakan.

b) Pengkodean adalah mengklasifikasikan data-data tersebut melalui tahapan coding.

Maksudnya bahwa data yang telah diedit tersebut diberi identitas sehingga

memiliki arti tertentu pada saat dianalisis.

c) Tabulasi adalah memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dan mengatur

angka-angka serta menghitungnya.

2. Analisis Data

Analisis data dapat diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi

sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah difahami dan

10

Ibid, hal. 19

11

(49)

40

bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan

penelitian.12

a. Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama dan kedua yaitu bagaimana

penerapan absensi fingerprint dan bagaimana disiplin guru, penulis menggunakan

teknik analisa prosentase atau biasa disebut dengan frekuensi relatif dan juga

dengan analisis dekriptif. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

F

P = ── x 100% N

Keterangan:

P : Prosentase

F : Frekuensi

N : Jumlah responden

b. Untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga yaitu hubungan penerapan absensi

fingerprint dengan disiplin guru di SMP Negeri 3 Surabaya.

Maka penulis menganalisis dengan menggunakan mengkorelasikan

variabel-variabel penelitian yang ada untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara

variabel penggunaan absensi fingerprint dengan disiplin guru di SMP Negeri 3

Surabaya. Oleh karena itu teknik analisa untuk mencari ada tidaknya pengaruh atau

hubungan antara kedua variabel tersebut, penulis menggunakan rumusan korelasi

Product Moment sebagai berikut:

r

xy

=

12

Gambar

tabel berikut:
Tabel Prosentase Tiap Item Pertanyaan
Tabel soal 3: Apakah penerapan fingerprint dapat mempercepat dalam proses
Tabel soal 6: Dari segi harga, apakah fingerprint dapat dijangkau oleh semua lembaga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai penelitian awal yang akan diungkap dalam pembahasan tesis ini adalah hambatan yang dihadapi Museum Negeri Provinsi Lampung dalam memposisikan dirinya sebagai

Memasukkan tindakan yang diberikan SIRS Data Pasien 5 KIUP General Consent SPIPRM Bukti Registrasi RJ Admission Note Bukti Registrasi RI Dokumen RM RI Permintaan Radiologi 6

Standar kompetensi terbentuk atas kata standar dan kompetensi. Standar diartikan sebagai ”Ukuran” yang disepakati, sedangkan kompetensi telah didefinisikan sebagai kemampuan

Penelitian sebelumnya meneliti pengaruh surface acting pada kemangkiran perawat tetapi penelitian ini meneliti hal tersebut pada guru untuk menguji apakah

In view of decreasing interest in type B segment (primarily due to the popularity of listings of mainland Chinese companies on a stock exchange in Hong Kong and lifting of

Hasil penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetahuan tentang diet pasien DM dengan komplikasi gagal ginjal kronik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru menyatakan

Нова генерація українських композиторів та їх досягнення у різних жанрах музичної творчості (обробки народних пісень Л. Українська

Lebih lanjut, diperlukan suatu upaya dari kita untuk melakukan penelitian yang diharapkan memberikan suatu gambaran akan penerapan dalam hal pengelolaan brand image (citra