• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pembentukan Kesadaran Karyawan Akan Penerapan Kesetan dan Kesehatan Kerja di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia T2 912012009 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pembentukan Kesadaran Karyawan Akan Penerapan Kesetan dan Kesehatan Kerja di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia T2 912012009 BAB II"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB 2

TELAAH PUSTAKA

2.1 Kesadaran

Kesadaran adalah sebuah konsep yang mengandung beberapa dimensi

pengertian. Pertama, kesadaran merupakan suatu proses internalisasi

terhadap informasi yang didapatkan dan menjadi nilai-nilai yang dianut

sehingga dapat diwujudkan setiap hari (Yudhanto & Budiharto, 2007).

Kedua, kesadaran adalah reaksi terhadap kejadian-kejadian yang terjadi di

luar diri individu termasuk pengalaman dari suatu kondisi, yang dapat

mempengaruhi aktivitas manusia (King, 2010). Dengan kata lain, dalam

kesadaran terdapat pengetahuan yang diperoleh. Ketiga, kesadaran juga

harus memberikan kemampuan kepada manusia untuk belajar dari masa lalu,

agar dapat mengantisipasi hal-hal yang akan terjadi dimasa akan datang

(Rose, 2012). Empat, kesadaran adalah cara untuk mempertahankan diri

dari ancaman serta mengembangkan diri dari lingkungan.

Konsep-konsep mengenai kesadaran tersebut meliputi sikap dan

perilaku. Sikap merupakan pandangan-pandangan atau perasaan yang

(2)

6

sedangkan perilaku merupakan sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar

( Kohnstamm & Palland, 1984; Yang, 1994). Dari konsep tersebut dapat

disimpulkan bahwa hubungan antara sikap dan perilaku dapat terjadi ketika

individu tersebut melakukan tindakan terhadap di dalam suatu lingkungan.

2.2 Terbentuknya Kesadaran

Pembentukan kesadaran didasarkan atas berbagai fenomena yang

terjadi di sekitar individu baik secara langsung maupun tidak langsung,

sehingga individu memperoleh pengalaman, nilai-nilai, pendidikan (formal

dan tidak formal), sejarah, yang akhirnya membentuk kesadaran dari

individu dalam rangka aktivitas hidup setiap hari (Moran, 2000; Miller,

2002). Lebih jauh lagi, pembentukan kesadaran dapat dilihat dari berbagai

aktivitas manusia yang dipengaruhi oleh kemampuan sensorik dan motorik

(Ponty, 2004). Dari berbagai konsep di atas, pembentukkan kesadaran dapat

terjadi secara bertahap, kesadaran tidak terjadi dengan sendirinya.

Salah satu cara untuk menjelaskan pembentukkan kesadaran, dengan

menggunakan konsep persepsi. Persepsi itu sendiri adalah cara individu

dalam merespon segala sesuatu yang ada disekitarnya (Griffin, 2002). Pada

(3)

7

individu tersebut akan mendapatkan pemahaman khususnya berkaitan

dengan kesadaran.

2.3 Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Sistem manajemen K3 memiliki beberapa dimensi pengertian.

Pertama, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) mengacu pada perlindungan

terhadap kesejahteraan fisik seseorang, kondisi fisik, mental, dan stabilitas

emosi (Mathis & Jackson, 2002). Kedua, sistem manajemen keselamatan

dan kesehatan kerja merupakan suatu upaya yang terencana untuk mencegah

terjadinya musibah kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Siswowardojo,

2003). Disamping dimensi dari sistem manajemen K3, K3 itu sendiri

memiliki beberapa pemahaman. Pertama, K3 adalah suatu program yang

dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan

(preventive) terhadap kecelakaan dan penyakit di tempat kerja, dengan cara

mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit

dalam bekerja (Argama, 2006). Kedua, World Health Organization (WHO)

menyatakan K3 sebagai akses yang memberikan layanan kesehatan terhadap

pekerja yang ada di tempat kerja/perusahaan (Underhill & Quinlan, 2011).

(4)

8

menjadi aset bagi perusahaan dan diatur dalam undang-undang (Epstein,

2012).

Berbicara mengenai K3 sebagai suatu sistem, maka terdapat tiga

alasan mengapa K3 harus dilaksanakan. Pertama, moral artinya pihak

pengusaha berupaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit

ditempat kerja didasarkan alasan kemanusiaan. Tujuannya untuk

mengurangi penderitaan karyawan dan keluarganya yang mengalami

kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kedua, hukum artinya dengan adanya

aturan perundang-undangan mengenai K3 serta hukuman terhadap

pihak-pihak yang melanggar, maka setiap perusahaan yang melanggar ketentuan

K3 akan dikenakan denda dan supervisor dapat dipenjara atas kecelakaan

dan penyakit yang terjadi di perusahaan. Ketiga, ekonomi artinya kerugian

yang ditanggung perusahaan dapat jadi cukup tinggi walaupun kecelakaan

dan penyakit yang terjadi hanya kecil, kerugian tersebut meliputi biaya

asuransi sebagai kompensasi karyawan yang mengalami kecelakaan dan

penyakit akibat bekerja (Dessler, 2011). Beberapa aspek penting tentang K3

di perusahaan: (1) Pelatihan keselamatan kerja, bertujuan untuk melatih

karyawan khususnya karyawan baru yang belum mengetahui K3 yang ada

(5)

9

diantaranya ceramah, peragaan, serta simulasi kecelakaan. (2) Kontes dan

publisitas keselamatan, artinya pihak perusahaan melakukan publikasi

tentang keselamatan dalam bekerja dengan cara membuat poster, nota

khusus, dan artikel terbitan perusahaan. (3) Pengontrolan lingkungan kerja,

dimana menentukan tempat kerja dan peralatan kerja merupakan pendekatan

utama dalam mengantisipasi resiko kecelakaan kerja. (4) Periksaan dan

disiplin, artinya pemeriksaan dilakukan oleh pengawas, anggota komite

keselamatan, serta perwakilan dari pihak asuransi yang bertugas menangani

kompensasi karyawan (Dewi, 2006). Setiap perusahaan yang menjalankan

K3 dengan baik, maka perusahaan tersebut akan memperoleh manfaat

diantaranya: produktivitas yang meningkat karena menurunnya jumlah hari

kerja yang hilang, menurunnya biaya asuransi dan biaya kesehatan, serta

meningkatkan keuntungan perusahaan.

2.4 Sistem K3, Kesadaran, dan Perilaku Individu

Sistem K3 merupakan sebuah sistem yang dipakai perusahaan untuk

menjalankan semua kebijakan mengenai K3 dan mengelola resiko

kecelakaan (Baer & Frese 2003). Sehingga setiap perusahaan yang

menjalankan sistem K3 dapat efektif dalam mengontrol setiap lingkungan

(6)

10

K3, maka perusahaan tersebut dapat melakukan penilaian terhadap seluruh

karyawan khususnya berkaitan dengan penerapan K3 (Robson, and Sale,

2001). Apabila perusahaan menerapkan sistem K3, maka akan

meningkatkan citra perusahaan. Salah satu cara perusahaan dalam

menjalankan sistem K3 dengan menanamkan kesadaran kepada

karyawannya. (Cooper, 2000) menyatakan kesadaran karyawan akan sistem

K3 dapat mempermudah karyawan dalam melaksanakan K3 itu dan

sebaliknya apabila sistem K3 yang itu diterapkan, maka kesadaran karyawan

akan K3 juga baik. Apabila perusahaan dan karyawan sama-sama menyadari

betapa pentingnya K3 dalam bekerja, maka potensi-potensi yang dapat

menyababkan kecelakaan kerja dapat diatasi (Morrison, Payne, and Wall,

2003).

Perilaku juga dibahas dalam konteks ini, karena perilaku berkaitan

dengan bagaimana seseorang bertindak dalam sebuah konteks. Perilaku

manusia merupakan semua tindakan/ kegiatan setiap manusia yang dapat

diamati secara langsung maupun dapat diamati oleh pihak luar

(Notoatmodjo, 2003). Perilaku dapat dibagi ke dalam tiga unsur utama, yaitu

pengetahuan/kognitif, sikap/afektif, serta tindakan/psikomotor (Azwar,

(7)

11

yang berbeda-beda juga, misalnya perilaku pekerja yang pernah mengalami

suatu kecelakaan pada saat bekerja maka mereka akan cenderung

berhati-hati dalam bekerja dan memperberhati-hatikan segala sesuatu yang berhubungan

dengan keselamatan dirinya saat bekerja. Namun sebaliknya pekerja yang

tidak pernah mengalami kecelakaan pada saat bekerja maka mereka akan

kurang memperhatikan/tidak sadar akan hal-hal yang beresiko kecelakaan

dalam bekerja, dan perilakunya tidak akan berhati-hati dalam bekerja seperti

mereka yang pernah mengalami kecelakaan (Simanjuntak, 2003: King,

2010: Akpan, 2011: Rockers et al, 2012). Lebih lanjut lagi, pendekatan yang

dilakukan dalam menjalankan K3 adalah dengan menggunakan pendekatan

perilaku dan pendekatan fisik yang dimana perilaku mengarah pada peranan

dari setiap peserta/ karyawan serta pendekatan fisik mengarah kepada

pendidikan, pelatihan, dan pemakaian alat pelindung yang telah ditetapkan

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi sistem pertukaran udara yang yang kurang memadai selama ini membuat saya gerah saat bekerja, sehingga saya tidak. dapat bekerja

Tingkat ekonomi dari masyarakat Kauman Kidul yang terhitung rendah membuat masyarakat kurang memperhatikan program sekolah dan anak karena mereka sibuk mencari uang tambahan

Tetapi tidak dengan pedagang di pasar Akediri, baik Pak Adnan maupun Pak Ismail keduanya menegaskan hal yang sama, bahwa pemerintah daerah tidak akan mengeluarkan ijin

Hal ini bertujuan agar para ekspatriat dapat menjalankan tugas dengan baik dan lancar serta tidak mengalami culture shock yang berkepanjangan atau terhindar dari

Saya mengalami kebingungan yang merepotkan saya sendiri, saya pernah didatangi pengurus gereja pentakosta agar ikut mereka, tapi saya tidak mau karena ibadahnya rame, pada saat

Dulu ada permintaan untuk melayni masyarakat dalam beberapa hal, dengan adanya teman-teman yang baru mereka akan lebih banyak menginfomasikan, kita butuh seseorang

Sandy dan Tae Wo, tetapi akhirnya mereka luluh ketika Sandy yang saat itu akan.. ke bandara mengalami

mereka akan tato sebagai identitas soasial yang mana perempuan bertato. memiliki persepsi yang kurang baik dimasyarakat, mereka