• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Industri Basis Berdasarkan Pendekatan Location Quotient (LQ) Aspek Tenaga Kerja di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Industri Basis Berdasarkan Pendekatan Location Quotient (LQ) Aspek Tenaga Kerja di Kota Bandung."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

vi Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

Progress of development disparities in a district and one city in the province, causing gaps in development indicators in each district / city, so that the progress of each district / city in the province is also not balanced. Therefore, the provincial government must have a priority development area for each district / city that is diverse. One of the basic priority of development is to know that the industrial sector has a superiority in the district / city using the LQ method (location Quotient), through labor. This method calculates the value of LQ (Location Quotient) in a city in the province of West Java, especially in Bandung City, for three years (2005-2007), which can be specialized industrial in Bandung City. In addition, it can be known how kluster industry (industry cluster) in Bandung City, so it can be discovered: Comparison with industrial workers, number (input) of the industry or infrastructure that is required, find out the production of an industry and find out what kind of product is needed. LQ calculation method using a formula based on the data set using the secondary data in form of labor and industry according to the classification of business and industry as measurements Gross Domestic Income (GDP) in Bandung.

(2)

vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

(3)

viii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………..…...i

HALAMAN PENGESAHAN………..…...ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI………...…..iii

KATA PENGANTAR………..……….…….iv

ABSTRACT………..vi

ABSTRAK………..………..…….vii

DAFTAR ISI………...…….……viii

DAFTAR GAMBAR……….……ix

DAFTAR TABEL………...……...x

DAFTAR GRAFIK………..……….xi

DAFTAR LAMPIRAN………xii

BAB I PENDAHULUAN………..1

1.1 Latar Belakang Penelitian……….…..…….1

1.2 Identifikasi Masalah……….………9

1.3 Tujuan Penelitian………..9

1.4 Kegunaan Penelitian………...…..9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ………....11

2.1 Kajian Pustaka………...11

(4)

ix Universitas Kristen Maranatha

2.1.2 Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)……….14

2.1.3 Ekonomi Regional………..15

2.1.4 Kluster Industri………..17

2.1.5 Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia………..…23

2.1.6 Bisnis Jasa……….…23

2.1.7 Manajemen Strategis……….……31

2.2 Kerangka Pemikiran………...…32

2.3 Hipotesis………..…..32

BAB III METODE PENELITIAN………...………...34

3.1 Objek Penelitian………..……...34

3.2 Jenis Penelitian………..…..38

3.3 Teknik Pengumpulan Data………..…39

3.4 Analisis Data………..….39

3.4.1 Analisis Kuantitatif………..….39

3.4.2 Industri Cluster……….…40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..42

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……….84

DAFTAR PUSTAKA………...………….85

LAMPIRAN………...87

(5)

x Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Elemen-elemen dasar dari proses manajemen strategis……….32 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Analisis Industri Basis Berdasarkan

Pendekatan LQ Aspek Tenaga Kerja………33 Gambar 4.1 Matriks kesamaan antara sektor keuangan, sektor PHR, dan

sektor konstruksi dalam hal tenaga kerja (kompetensi

(6)

xi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Data Indeks Pembangunan Manusia Propinsi Jawa Barat

Tahun 2004-2006………..…….3

Tabel 1.2 Penduduk berumur 10 tahun ke atas Kota Bandung menurut jenis kegiatan utama seminggu yang lalu 2005………...4

Tabel 1.3 Penduduk berumur 10 tahun ke atas Kota Bandung menurut jenis kegiatan utama seminggu yang lalu 2006………...5

Tabel 1.4 Penduduk berumur 10 tahun ke atas Kota Bandung menurut jenis kegiatan utama seminggu yang lalu 2007………...….6

Tabel 2.1 Klasifikasi Jasa………...….27

Tabel 4.1 Hasil perhitungan LQ dengan pendekatan tenaga kerja di Kota Bandung tahun 2005-2007… ……….……42

Tabel 4.2 Perkembangan location quotient (LQ) Kota Bandung per sektor tahun 2005-2006 dan 2006-2007…….………...…47

Tabel 4.3 Kesamaan kompetensi tenaga kerja antarsektor………..……..51

Tabel 4.4 Kesamaan input antarsektor………....…….58

Tabel 4.5 Kesamaan infrastruktur antarsektor……….61

(7)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GRAFIK

(8)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

(9)

Bab I Pendahuluan

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Kelemahan strategi pembangunan ekonomi di masa lalu dan krisis ekonomi yang berkepanjangan, telah menimbulkan berbagai persoalan yang sangat parah dalam perekonomian Indonesia. Masalah kemiskinan, pengangguran, pendapatan yang rendah, ketimpangan ekonomi, ketahanan pangan yang labil, utang luar negeri yang besar, kemerosotan mutu lingkungan hidup dan ketertinggalan perekonomian daerah, merupakan sederetan masalah ekonomi yang sedang melilit perekonomian Indonesia. Untuk memecahkan masalah ekonomi yang begitu kompleks, Indonesia memerlukan penajaman (focusing) strategi pembangunan ekonomi yang dapat diharapkan mampu memberi solusi atas masalah-masalah yang ada, tanpa menimbulkan masalah baru. (Bungaran Saragih, 2001:2).

(10)

Bab I Pendahuluan 2

(11)

Bab I Pendahuluan 3

Universitas Kristen Maranatha Tabel 1.1

Data indeks pembangunan manusia propinsi Jawa Barat tahun 2004-2006*)

No. Kabupaten/Kota 2004 2005 2006

1. Kab.Bogor 68,10 68,99 69,79

14. Kab. Purwakarta 68,86 69,52 69,85

15. Kab. Karawang 65,04 66,35 66,95

(12)

Bab I Pendahuluan 4

Universitas Kristen Maranatha Sumber : Kompilasi data kabupaten/kota, 2007

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu alat yang dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan yang menggunakan paradigma "Human Centered Development" (lihat Human Centered Development). Ada tiga parameter yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan manusia, antara lain : (1) derajat kesehatan dan panjangnya umur yang terbaca dari angka harapan hidup (Life Expectacy Rate); (2) pendidikan yang diukur dari angka melek huruf rata-rata dan lamanya sekolah; (3) pendapatan yang diukur dengan daya beli masyarakat. (H. Faesal Tamin, 1997).

Pengangguran merupakan masalah tersendiri bagi Propinsi Jawa Barat . Untuk melihat Angkatan Kerja di Jawa Barat dapat dilihat dari tabel-tabel berikut:

Tabel 1.2

Penduduk berumur 10 tahun ke atas Kota Bandung menurut jenis kegiatan utama seminggu yang lalu

(13)

Bab I Pendahuluan 5

Universitas Kristen Maranatha sebesar 5.85% bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja di Jawa Barat.

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Daerah (Suseda) 2005, BPS Provinsi Jawa Barat

Tabel 1.3

Penduduk berumur 10 tahun ke atas Kota Bandung menurut jenis kegiatan utama seminggu yang lalu

(Orang)

*) Pada tahun 2006, Kota Bandung memiliki penduduk yang bekerja dengan jumlah 915.120 orang, sedangkan di Jawa Barat berjumlah 15.441.639 orang. Prosentase penduduk yang bekerja di Kota Bandung terhadap jumlah penduduk yang bekerja di Jawa Barat pada tahun 2005 dan 2006 adalah sebesar 5.85% dan 5.93%.

(14)

Bab I Pendahuluan 6

Universitas Kristen Maranatha Tabel 1.4

Penduduk berumur 10 tahun ke atas Kota Bandung menurut jenis kegiatan utama seminggu yang lalu

(Orang) *) Pada tahun 2007, Kota Bandung memiliki penduduk yang bekerja dengan jumlah 915.047 orang, sedangkan di Jawa Barat berjumlah 15.853.822 orang. Prosentase penduduk yang bekerja di Kota Bandung terhadap jumlah penduduk yang bekerja di Jawa Barat pada tahun 2005, 2006, dan 2007 adalah sebesar 5.85%, 5.93%, dan 5.77%.

Sumber : Publikasi Keadaan Angkatan Kerja Nasional Agustus 2007 di Provinsi Jawa Barat

(15)

Bab I Pendahuluan 7

Universitas Kristen Maranatha Sampai saat ini, BPS telah menerbitkan empat versi klasifikasi lapangan usaha. Tiga versi Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) yang diterbitkan berturut-turut pada tahun 1977, 1983, dan 1990 disusun berdasarkan International Standard Industrial Classification of All Economics Activities (ISIC). Versi terakhir

diterbitkan BPS pada tahun 1997. KLUI versi terakhir ini kemudian disempurnakan

menjadi KBLI 2000. Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional mencatat hingga Oktober 2006 jumlah

pengangguran di Indonesia mencapai 11,1 juta orang. Provinsi Jawa Barat menempati urutan pertama jumlah pengangguran, yaitu 3,9 juta orang.

Tingkat pengangguran di Jawa Barat, terutama di Kota Bandung, masih sangat tinggi. Pada tahun 2007. jumlah orang yang mencari pekerjaan di Kota Bandung sebesar 180.569 orang atau sebesar 16,48 % dari jumlah angkatan kerja di Kota Bandung. Sedangkan jumlah pengangguran terbuka di Jawa Barat sebesar 2.386.214 orang atau 13,08%. Pemicunya adalah angka urbanisasi yang tinggi, serta minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia karena belum sebanding dengan pertumbuhan angkatan kerja yang sangat tinggi.

Sejak tahun 2004 angka pengangguran di Bandung terus meningkat., Dari beberapa tabel penduduk dan tenagakerja di atas terlihat jumlah pengangguran terbuka di Kota Bandung tahun 2005-2007, yaitu 148.422 orang (tahun 2005), 134.992 orang (tahun 2006) dan 180.569 orang (tahun 2007). Penyerapan tenaga kerja terbilang kecil, hanya sekitar 10.000-15.000 orang. Adapun jumlah angkatan kerja terus meningkat sekitar 20.000-50.000 orang per tahun.

(16)

Bab I Pendahuluan 8

Universitas Kristen Maranatha yang padat karya. Kebijakan makro secara nasional, seperti kenaikan harga minyak, menyebabkan sektor industri banyak yang kolaps. Akibatnya, pengangguran itu lebih banyak tercipta dari pemutusan hubungan kerja.

Rendahnya tingkat investasi di Bandung juga menghambat penyerapan tenaga kerja. Padahal, investasi diharapkan bisa menjadi peluang dibukanya lapangan pekerjaan baru. Selain itu, mediasi perbankan belum membuahkan hasil nyata. Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia belum mendapatkan tanggapan positif karena suku bunga kredit masih tinggi.

Pada tahun 2007, sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja terbanyak di Bandung, yaitu sekitar 70 persen dari angkatan kerja yang ada. Salah satunya ialah peningkatan jumlah pedagang informal, yaitu pedagang kaki lima. Terlebih lagi, setelah dibuka Jalan Tol Cipularang, pertumbuhan ekonomi Bandung sangat bergantung pada sektor PHR. (anonim, 2007).

(17)

Bab I Pendahuluan 9

Universitas Kristen Maranatha 1.2. Identifikasi Masalah

Penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana nilai LQ di Kota Bandung dalam tiga tahun (2005-2007)? 2. Bagaimana kluster industri di Kota Bandung?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari Penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui nilai LQ (location quotients) sehingga dapat melihat spesialisasi industri di Kota Bandung terhadap Jawa Barat.

2. Untuk mengetahui kluster industri (industry cluster), sehingga dapat diketahui :

a. Perbandingan industri dengan tenaga kerja

b. Jumlah (input) industri atau infrastruktur yang dibutuhkan c. Mengetahui produksi dari suatu industri

d. Mengetahui produk apa yang dibutuhkan

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat bagi akademisi dan pemerintah

(18)

Bab I Pendahuluan 10

Universitas Kristen Maranatha lainnya; serta mendorong berkembangnya minat untuk dilakukannya studi terhadap perekonomian regional dan lokal kabupaten dan kota.

2. Manfaat bagi praktisi bisnis

(19)

Bab V Simpulan dan Saran

84 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

1. Metode LQ merupakan suatu metode untuk mengidentifikasi sektor basis di suatu kota atau propinsi. Dilihat dari nilai koefisien LQ, maka sektor keuangan merupakan sektor unggulan utama Kota Bandung pada tahun 2005-2007 (sektor basis dengan nilai LQ>1 dan merupakan nilai koefisien tertinggi di antara sektor-sektor lainnya selama kurun waktu penelitian, yaitu sebesar 3,2338; 2,7718; dan 1,8417). Selain sektor keuangan, terdapat 3 (tiga) sektor basis lainnya di Kota Bandung dalam tahun 2005-2007, yaitu sebagai berikut:

™ sektor jasa (=1,6995; 1,4186; dan 1,7196)

™ sektor Perdagangan besar dan eceran, hotel, dan restoran (=1,5; 1,3770; dan 1,4913 )

™ sektor industri pengolahan (=1,2798; 1,4996; dan 1,0327)

(20)

85 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

BPS Propinsi Jawa Barat (2006), Jawa Barat Dalam Angka 2006, BPS Propinsi Jawa Barat, Bandung.

BPS Propinsi Jawa Barat (2007), Jawa Barat Dalam Angka 2007, BPS Propinsi Jawa Barat, Bandung.

BPS Propinsi Jawa Barat (2008), Jawa Barat Dalam Angka 2008, BPS Propinsi Jawa Barat, Bandung.

BPS-Statistik Indonesia (2008), Produk Domestik Bruto Propinsi-Propinsi di Indonesia Menurut Lapangan Usaha, Jakarta, BPS-Statistics Indonesia.

Dada Rosada Center (2008), Targetnya ”Bandung Kota Seni 2006”. Diakses dari

http://www.dada-rosada.com/index.php?option=com_content&task=view&id=95&Itemid=58 pada tanggal 26 Juli 2009 pukul 21.16.

Dada Rosada Center (2008), Bandung Dalam Catatan. Bidang Seni Budaya, Juni 2008 diakses dari http://www.dada-rosada.com/index.php?option=com_content&task=view&id=95&Itemid=58 pada tanggal 26 Juli 2009 pukul 20.41.

Divisi Pelatihan LP3 E (2008), Pelatihan Ekonometrika (Panel Data Analysis). Diakses dari met.fe.unpad.ac.id/uploaded/files/Informasi%20Pelatihan.pdf pada tanggal 3 April 2009 pukul 15.03.

Hunger, D.J., dan Wheelen, T.L. (2003). Manjemen Strategis. Edisi kedua. Diterjemahkan oleh: Julianto Agung S. SE., S. Kom. Penerbit Andi, Yogyakarta.

http://bandung.detik.com/detailagenda/0801091310492667 diakses dari detikcom pada tanggal 26 Juli 2009 pukul 20.16.

J. B. Thomas, S. M. Clark, dan D.A. Gioia, “Strategic Sensemaking and Organizational Performance: Linkages Among Scanning , Interpretation, Action, anf Outcomes, “Academy of Management Journal (April 1993), hal. 239-270.

Litbang Kota Bandung (2007), Resume Hasil Penelitian Kantor Litbang Kota

Bandung Tahun 2006 diakses dari http://www.bandung.go.id/images/ragaminfo/daf_ringk_hsl_penelitian2006.pdf

(21)

86

Universitas Kristen Maranatha Munir, R. dan Fitanto B. (2007). Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif:

Masalah,KebijakanPanduan dan Pelaksanaan Kegiatan. Diakses dari

http://jambiprov.go.id/pages/jaip/laporan_antara_mp_jaip/laporan_antara_bab_ 3.pdf pada tanggal 23 April 2009 pukul 13.38.

Rachmat Hendayana (2003). Aplikasi Metode Location Quotient (LQ) Dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Diakses dari www.litbang.deptan.go.id/warta-ip/pdf-file/rahmadi-12.pdf pada tanggal 3 April 2009 pukul 14.57.

Tjiptono, F. (2001). Manajemen Jasa. Edisi Kedua, Peneribit Andi, Yogyakarta. www.bi.go.id/NR/rdonlyres/DF25864D-F84B-4C1A-8DD6

Gambar

Tabel 1.1 Data indeks pembangunan manusia propinsi  Jawa Barat tahun 2004-2006
Tabel 1.2 Penduduk berumur 10 tahun ke atas Kota Bandung menurut  jenis
Tabel 1.3
Tabel 1.4

Referensi

Dokumen terkait

 Pelaksannannya meliputi : mulai dari dari diri kita, menciptakan kebersihan dalam kelas,. lingkungan kelas, halaman sekolah/ lingkungan sekolah,membuang sampah

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh perbedaan suhu lingkungan dan lama thawing yang berbeda terhadap kualitas semen beku (motilitas, persen hidup

Indatex belum memiliki proteksi sprinkler , hidran, indikator arah dan eksit, serta terdapat penerapan yang kurang memenuhi peraturan mengenai label pemeriksaan dan

Indikasi terapi bedah sendiri dikerjakan bila secara klinis maupun neurologis tidak ada perbaikan atau cenderung memburuk dengan pemberian medikamentosa OAT fase

Berdasarkan dari kuisioner pada tabel 2 tersebut dapat dinyatakan bahwa dengan adanya sistem pendukung keputusan penentuan warga miskin dapat membantu kegiatan di kelurahan

Saldo piutang rata-rata adalah saldo rata-rata piutang bersih (setelah dikurangi piutang tak tertagih) ditambah saldo akhir dibagi dua. Perputaran piutang pada

Nilai Vertikal Ruang Bangunan di Rumah Susun Kranggan-Ambarawa yang mengacu pada harga sewa, diperoleh hasil bahwa akibat bekerjanya variabel ekonomi dan variabel

Pasca Operasi Pembebasan Irak (Operation Iraqi Freedom/OIF) yang terjadi pada pertengahan 2003, Amerika Serikat dan koalisinya serta berbagai bantuan organisasi