• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN IPA DI SDN JARAKAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS IV PADA MATA PELAJARAN IPA DI SDN JARAKAN."

Copied!
211
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS IV

PADA MATA PELAJARAN IPA DI SDN JARAKAN

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh: Desi Fitri Lestari NIM 13108244030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS IV

PADA MATA PELAJARAN IPA DI SDN JARAKAN

Oleh: Desi Fitri Lestari NIM 13108244030

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

project based learning terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA di SDN Jarakan.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan bentuk

nonequivalent control group design. Populasi subjek penelitian ini adalah 50 siswa kelas IV SDN Jarakan yang terbagi kedalam dua kelas. Kelas IV C sebagai kelompok kontrol dan kelas IV D sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah masing-masing setiap kelas adalah 25 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes dan observasi. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan rata-rata skor pretest dan posttest kedua kelompok baik kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen, membandingkan perolehan skor observasi aspek kemampuan berpikir kreatif pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, dan perolehan skor/persentase melalui proses model project based learning dalam mengahsilkan produk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran

project based learning terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA di SDN Jarakan. Rata-rata perolehan skor hasil pretest

kemampuan berpikir kreatif siswa kelompok kontrol dan eksperimen secara berturut-turut adalah 43,64 (kategori kurang) dan 42,08 (kategori kurang), sedangkan rata-rata perolehan skor hasil posttest kemampuan berpikir kreatif siswa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen secara berturut-turut adalah 63,48 (kategori cukup) dan 83,6 (kategori baik). Rata-rata perolehan skor observasi aspek kemampuan berpikir kreatif siswa selama proses pembelajaran kelompok kontrol dan kelompok eksperimen secara berturut-turut adalah 3,31/ 13,26% (kategori sangat kurang) dan 16,68/ 66,73% (kategori sangat baik). Perolehan skor/persentase melalui proses model project based learning dalam mengahsilkan produk adalah 332/ 88,53% (kategori sangat baik).

(3)

THE EFFECT OF PROJECT-BASED LEARNING MODEL ON THE CREATIVE THINKING SKILLS OF STUDENTS OF GRADE IV

IN SCIENCE SUBJECT AT JARAKAN ELEMENTARY SCHOOL

By

Desi Fitri Lestari NIM 13108244030

ABSTRACT

This study aims to reveal the effect of project-based learning model on the creative thinking skills of Grade IV students in science subject at Jarakan Elementary School.

The design of the research is quasi experiment with nonequivalent control group design. The population was 50 students from two different classes of Grade IV at Jarakan Elementary School. Class IV C was the control group, while Class IV D was the experiment group, and the number of the students in each class was 25 students. The data collection techniques applied in this study was test and observation. The data was analyzed by comparing the mean scores of the pretest and posttest of both groups, namely control group and experiment group; by comparing the acquired observation scores of the creative thinking skills in both groups as well, and the acquired score/ percentage of project-based learning process in generating product.

The findings show that project-based learning model leads to some effects on the Grade IV students’ creative thinking skills on science subject at Jarakan Elementary School. The mean scores of the creative thinking skills in the pretest of the control group was 43.64 (‘Fair’ category) and that of the experiment group was 42.08 (‘Fair’ category). The posttest’s mean scores of the creative thinking skills of the control group was 63.48 (‘Fair’ category), while that of the experiment group was 83.60 (‘Good’ category). The obtained mean score of the observation on the students’ creative thinking skills during the teaching and learning process were also different. The observation mean score of the control group was 3,31/ 13.26% (‘Fair’ category), on the other hand that of the experiment group was 16,73/ 66.73% (‘Very Good’ category). The acquired score/ percentage of project-based learning process in generating product was 332/ 88,53% (‘Very Good’ category).

(4)
(5)
(6)
(7)

HALAMAN MOTTO

“As ant do a million step to get the key”

because

(8)

HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahan untuk:

1. Ibu, Bapak, Nada, ka Arba, teman-teman dan segenap keluarga besar yang tidak henti-hentiya memberikan doa dan motivasi dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

(9)
(10)
(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

LEMBAR PERSETUJUAN... v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Masalah ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Pembelajaran IPA... 9

1. Hakikat IPA ... 9

2. Hakikat Pembeajaran IPA ... 11

3. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 14

B. Kajian tentang Karakteristik Siswa SD ... 18

C. Kajian tentang Berpikir Kreatif ... 22

1. Pengertin Berpikir kreatif ... 22

2. Ciri-ciri Kreatif ... 24

3. Tujuan Pengembangan Kreatif ... 26

4. Fungsi Pengembangan Kreatif pada Anak ... 27

5. Dimensi Kreatif ... 28

6. Karakteristik Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif ... 30

D. Kajian tentang Metode Pembelajaran Project Based Learning ... 33

(12)

Learning ... 36

3. Karakteristik Model Pembelajaran Project Based Learning ... 37

4. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Project Based Learning ... 40

5. Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning ... 42

6. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Project Based Learning ... 45

E. Kajian tentang Model 5M(Mengamati, Menanya, Menalar, Mencoba, Mengkomunikasikan) ... 48

F. Kerangka Berpikir ... 52

G. Hipotesis ... 54

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 55

B. Desain Penelitian ... 55

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 58

1. Tempat Penelitian ... 58

2. Waktu Peneitian... 58

D. Populasi dan Sample Penelitian ... 59

E. Definisi Operasional ... 60

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 60

2. Model Pembelajaran Project Based Learning ... 60

F. Teknik Instrumen dan Pengumpulan Data ... 60

1. Tes ... 61

2. Observasi ... 62

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 63

1. Uji Validitas Instrumen ... 63

2. Uji Reabilitas Instrmen ... 64

H. Teknik Pengumpulan Data ... 65

1. Tes ... 65

2. Observasi ... 65

I. Tekknik Analisis Data ... 66

1. Uji Hipotesis ... 66

2. Analisis Data Hasil Observasi Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif dan Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif ... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian ... 69

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 70

1. Data Hasil Pretest Kelompok Kontrol Dan Kelompok Eksperimen ... 70

2. Data Hasil Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif ... 72

(13)

Pembelajaran ... 75

b. Hasil Observasi Kelompok Eksperimen Pada Pembelajaran ... 76

c. Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Project Based Learning Untuk Menghasilkan Produk ... 79

C. Hasil Uji Hipotesis ... 81

D. Pembahasan ... 83

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 96

B. Implikasi ... 97

C. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Karakteristik Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif ... 32 Tabel 2. Tahap Pembelajaran Berbasisi Proyek ... 44 Tabel 3. Keterkaitan Antara Langkah Pembelajaran Dengan Kegiatan

Belajar dan Mengajar... 50 Table 4. Distribusi Subjek Penelitian Sd Negeri Jarakan ... 59 Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Tes Materi Gerak Benda Sebelum

Uji Coba ... 62 Tabel 6. Kriteria Penilaian Hasil Tes Berpikir Kreatif Siswa ... 67 Tabel 7. Hasil Pretest Kelompok Kontrol Dan Kelompok Eksperimen .. 71 Tabel 8. Nilai Rata-Rata Pretest Indikator Kemapuan Berpikir Kreatif .. 72 Tabel 9. Hasil Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif ... 73 Tabel 10. Nilai Rata-Rata Posttest Indikator Kemapuan Berpikir

Kreatif ... 74 Table 11. Data Perolehan Skor Observas Aspek Kemampuan Berpikir

Kreatif Siswa Kelompok Kontrol Pada Saat Pembelajaran ... 75 Tabel 12. Data Perolehan Skor Observas Aspek Kemampuan Berpikir

Kreatif Siswa Kelompok Eksperimen Pada Saat

Pembelajaran ... 77 Tabel 13. Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Project

Based Learnning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif ... 79 Table 14. Rekapitulasi Data Hasil Pretest Dan Posttest Kemampuan

Berpikir Kreatif Kelompok Kontrol dan Kelompok

Eksperimen ... 90 Tabel 15. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Aspek Kemampuan

Berpikir Kreatif Kelompok Kontrol Dan Kelompok

Eksperimen ... 91 Table 16. Rekapitulasi Data Hasil Oservasi Tingkat Keberhasilan

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Skema Hubungan Variabel Bebas Dan Variabel Terikat Pada

Pembelajaran IPA ... 53 Gambar 2. Rancangan Nonequivalent Contol Group Design ... 56 Gambar 3. Diagram Batang Perolehan Skor Observasi Aspek

Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Kontrol Saat

Pembelajaran ... 76 Gambar 4. Diagram Batang Perolehan Skor Observasi Aspek

Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Eksperimen Saat Pembelajaran ... 78 Gambar 5. Diagram Batang Perolehan Skor Observasi Proses Model

Project Based Learning Untuk Menghasilkan Produk ... 80 Gambar 6. Diagram Batang Rata-Rata Perolehan Skor Pretest ... 83 Gambar 7. Diagram Batang Rata-Rata Perolehan Skor Posttest ... 85 Gambar 8. Diagram Batang Observasi Aspek Kemampuan Berpikir

Kreatif Kelompok Kontrol Dan Kelompok Eksperimen ... 86 Gamaar 9. Diagram Batang Hasil Observasi Perolehan Skor Melalui

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rpp Kelas Kontrol ... 103

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 121

Lampiran 3. Lembar Kerja ... 147

Lampiran 4. Materi Ajar ... 150

Lampiran 5. Pedoman Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 154

Lampiran 6. Rubrik Penilaian Proses Produk Project Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif ... 155

Lampiran 7. Kunci Jawaban Tes Kemampuan Berikir Kreatif ... 156

Lampiran 8. Soal Kemampuan Berpikir Kreatif ... 160

Lampiran 9. Skor Kemampuan Berpikir Kreatif... 166

Lampiran 10. Data Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Kontrol ... 172

Lampiran 11. Data Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Eksperimen ... 173

Lampiran 12. Data Hasil Observasi Penilaian Proses Melalui Model Project Based Learning Dalam Menghasilkan Produk ... 174

Lampiran 13. Perhitungan Hasil Penelitian Kemampuan Berpikir Kreatif 179 Lampiran 14. Rincian Nilai Hasil Pretest Dan Posttest Kelas Kontrol .... 185

Lampiran 15. Rincian Nilai Hasil Pretest Dan Posttest Kelas Eksperimen 186 Lampiran 16. Dokumentasi Penelitian ... 187

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Implementasi Kurikulum 2013 membuat sekolah masih mengalami kesulitan, terutama pada jenjang Sekolah Dasar (SD). Pelaksanaan Kurikulum 2013 di SD pada mata pelajaran belum terlaksana secara maksimal, hal tersebut dikarenakan pelatihan mengenai Kurikulum 2013 yang ditujukan oleh guru belum maksimal dan beberapa SD masih binggung dalam penerapannya, diperlukan pelatihan berkelanjutan agar Kurikulum 2013 dapat sepenuhnya dipahami oleh guru. Kurikulum 2013 menuntut guru untuk mengetahui model pembelajaran

Scientific yaitu pembelajaran berpusat pada siswa. Pendekatan Scientific pada Kurikulum 2013 mengajak siswa untuk belajar secara aktif dan membuat sekolah mengarahkan agar siswa berpikir kreatif.

(18)

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdikbud, 2013:1).

(19)

Banyak model pembelajaran yang mendukung Kurikulum 2013 untuk diterapkan selama proses pembelajaran salah satunya yaitu model pembelajaran

Project Based Learning (PJBL). Model pembelajaran berbasis proyek ini belum banyak diterapkan di sekolah-sekolah terutama Sekolah Dasar (SD). Model pembelajaran PJBL adalah pembelajaran yang berpusat pada proses, relatif berjangka waktu, berfokus pada masalah dan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah. Model PJBL ini merupakan salah satu model pembelajaran yang disarankan dalam Kurikulum 2013 yaitu bertujuan untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individu maupun kelompok (Depdikbud, 2013:3). Fokus pembelajaran melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah, memberi kesempatan siswa bekerja secara otonom dalam mengonstruksi pengetahuan mereka sendiri dan mencapai puncak untuk menghasilkan produk nyata (Wena, 2010:145).

(20)

sendiri. Penggunaan buku paket masih menjadi acuan utama pada pembelajaran menggunakan metode ceramah, sehingga kreatifitas siswa belum sepenuhnya terbangun.

Model pembelajaran PJBL merupakan model pembelajaran yang dapat diterapkan pada mata pelajaran IPA. Melalui model pembelajaran PJBL,

kemampuan berpikir kreatif siswa dapat meningkat. Susanti (2012) dalam journalnya mengatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek lebih berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis proyek umumnya sangat baik, lebih menyenangkan dalam belajar, bisa mengubah sikap dan persepsi meningkatkan kreatifitas siswa. Namun, realitas menunjukkan bahwa di SD, khususnya SDN Jarakan belum pernah menerapkan model pembelajaran PJBL dalam pembelajaran IPA.

Atas dasar pemikiran inilah penulis ingin mengetahui pengaruh model pembelajaran Project Based Learning terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA. Dengan demikian, peneliti mengajukan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Kemampuan

Berpikir Kreatif Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran IPA di SDN Jarakan”.

B. Identifikasi Masalah

(21)

1. Pembelajaran yang dilaksanakan belum dapat mengembangkan kreatifitas pemikiran dan memberikan pengalaman langsung kepada siswa, karena model pembelajaran yang digunakan kurang tepat dan pada saat pembelajaran masih didominasi dengan menggunakan metode ceramah.

2. Keterlibatan dan keaktivan siswa dalam proses pembelajaran masih kurang, karena guru masih menjadi sumber informasi utama dalam pembelajaran. 3. Penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran lebih cepat membuat siswa

bosan dan belum bisa mengembangkan pemahaman, pengalaman dan keterampilan.

4. Proses pembelajaran di kelas guru masih mendominasi sebagai pemberi materi dan pusat pembelajaran.

5. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran karena kondisi kelas yang tidak mendukung.

6. Belum diketahui pengaruh model pembelajaran Project Based Learning

terhadap kemampuan berpikir kreatif.

C. Pembatasan Masalah

(22)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas maka rumusan masalah penelitian ini, yaitu “apakah model pembelajaran project based learning berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV SDN Jarakan pada mata pelajaran IPA?

E. Tujuan Penelitan

Berdasarkan uraian pembatasan masalah, tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh model pembelajaran Project Based Learning terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA di SDN Jarakan.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini secara umum diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis dan manfaat praktis bagi peneliti, siswa, serta guru.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat teoretis sebagai berikut.

a. Memberikan informasi bahwa ada model pembelajaran pembelajaran nonkonvensional yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA, yaitu model pembelajaran project based learning.

(23)

c. Memberikan informasi terkait pengaruh penerapan model pembelajaran

project based learing terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV dalam mata pelajaran IPA di SDN Jarakan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat praktis kepada peneliti, siswa, dan guru.

a. Bagi Peneliti

Bagi peneliti, manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Menambah pengalaman dalam melakukan penelitian.

2) Menambah pengetahuan dan wawasan dalam menggunakan model pembelajaran PJBL yang mampu melatih kemampuan berpikir reatif siswa. b. Bagi Siswa

Bagi siswa, manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Membantu siswa dalam mengembangkan sikap ilmiahnya sebagai bekal kecakapan siswa dalam kehidupan nyata.

2) Melatih kemampuan siswa untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun sekolah.

3) Meningkatkan aktivitas dalam proses pembelajaran dengan mengkondisikan siswa sebagai penemu baru.

(24)

c. Bagi Guru

Bagi guru, manfaat praktis yang diharapkan dari terlaksananya penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Memberikan motivasi kepada guru agar menggunakan model pembelajaran yang mampu pemunculan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam mata pelajaran IPA.

2) Memberikan pengetahuan guru terkait penerapan model pembelajaran project based learning dalam pembelajaran IPA.

3) Memberikan pengetahuan terkait tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran IPA di SD.

(25)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian tentang Pembelajaran IPA 1. Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang berasal dari bahasan inggris yaitu science. Kata science berasal dari bahsa latin scientia yang berarti saya tahu (Trianto, 2010: 136-137). Menurut Bundu (2006: 9), sains berasal dari keta natural science. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan alam secara harafiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam atau ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.

Menurut Asih dan Eka (2015: 23), IPA mempelajari tentang sebab dan akibat kejadian yang ada di alam ini, dengan pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah dengan segala sesuatu yang diketahui alam manusia. Sedangkkan Bundu (2006: 12), mengatakan bahwa IPA merupakan konsep dan skema konseptual yang saling berhubungan sebagai pengetahuan dalam memahami alam semesta melalui data yang dikumpulkan dan observasi dalam memecahkan masalah untuk memahami, menguasai, dan mengelolanya demi memenuhi kebutuhan.

(26)

merumuskan hipotesis, dan melakukan eksperimen (Bundu, 2006: 12). Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Asy’ari (2006: 12), mengatakan bahwa IPA sebagai proses merupakan cara kerja, cara berpikir dan cara memecahkan suatu masalah, yang meliputi kegiatan cara mengumpulkan data, menghubungkan fakta satu dengan yang lain, menginterpretasi data menarik kesimpulan.

Wirorahardjo (2011:12) menjelaskan bahwa, IPA adalah sekumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui metode tertentu dimana dari proses penyelidikan ilmiah yang dilaksanakan telah diuji kebenarannya secara bersama-sama oleh beberapa ahli sains. IPA merupakan serangkaian proses yang diwujudkan dalam metode ilmiah yang digunakan untuk menghimpun kebenaran dan memahami alam semesta dengan segala isinya. Produk IPA tidaklah muncul secara instan melainkan melalui dihasilkan dari penyelidikan (proses IPA) yang dilaksanakan secara empiris, sistematis, dan terstruktur melalui metode-metode ilmiah, bukan berdasarkan atas asumsi-asumsi. Hal tersebut diperkuat dengan adanya pendapat dari Zuchdi (2011: 12), bahwa IPA merupakan ilmu pegetahuan tentang gejala-gejala alam dengan mendasar dari teori yang telah diuji kebenarannya.

(27)

teori yang penerapan umumnya terbatas pada gejala-gejala alam yang terjadi, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti dari observasi dan eksperimen serta dalam melakukannya menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.

Dari beberapa penjelasan diatas secara umum dapat dikatakan bahwa IPA merupakan suatu system pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara observasi dan eksperimen terhadap gejala alam. Hal ini dapat dikatakan bahwa IPA mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa dan gejala-gejala yang muncul di alam. Ilmu yang mempelajari fenomena alam dan segaala sesuatu yang ada di alam tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi juga adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Sekumpulan pengetahuan tentang alam diperoleh dari hasil pemikiran ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan observasi dan eksperimen sehingga menghasilkan suatu teori yang telah diuji kebenarannya.

2. Hakikat Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA sangat penting, pengalaman langsung yang memegang peranan penting sebagai pendorong perkembangan anak, dengan itu akan meningkatkan kemampuan menalar, berprakarsa, dan berpikir kreatif pada anak didik (Samatowa, 2010: 3). Begitu juga pendapat yang dilontarkan Asy’ari (2006:37), bahwa pembelajaran IPA memerlukan adanya interaksi antara

(28)

mengamati dan memahami obyek sains sabagai sarana siswa untuk dapat menemukan konsep dan membangun dalam struktur kognitifnya.

Proses belajar mengajar IPA seharusnya lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiahnya yang dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses dan produk pendidikan Nur dan Wikandari (Trianto, 2010: 143). Sedangan menurut Samatowa (2010: 3), terdapat beberapa alasan yang menyebabkkan satu mata pelaaran dimasukan kedalam kurikulum suatu sekolah, alasan tersebut digolongkan menjadi empat golongan, yakni:

1) Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa.

2) Bila mengajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis dan obyektif, misalnya IPA diajarkan dengan mengikuti metode menemuan sendiri.

3) Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percoban atau eksperimen yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelaaran yang bersifat hafalan.

4) IPA mengandung nilai-nlai pendidikan yatu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

(29)

Dari uaraian diatas terdapat juga cara berpikir IPA menurut Asih dan Eka (2015: 24-25) diantaranya yaitu sebgaia berikut:

a. Percaya (Believe), kepercayaan bahwa hukum alam dapat dikonstruksi dari observasi dan diterangkan dengan pemikiran dan penalaran.

b. Rasa ingin tahu (Curiosity), bahwa alam dapat dimengerti didorong oleh rasa ingin tahu untuk menemukannya.

c. Imajinasi (Imagination), dalam berpikir sangat mengandalkan kemampuan imajenasinya dalam memcahan masalah gejala alam.

d. Penalaran (Reasoning), penalaran setingkat dengan imajenasi, para ilmuwan mengandalkan penalaran dalam memecahkan masalah gejaa alam.

e. Koreksi diri (Self examination), pemikiran ilmiah adalah suatu yang lebih tinggi daripada sekedar suatu usaha untuk mengerti tentang alam. Pemikiran ilmiah juga merupakan suatu sarana untuk memahami dirinya, untuk melihat seberapa jauh para ahli sampai pada kesimpulan tentang alam.

Asih dan Eka (2015: 25) menjelaskan tentang cara penyelidikan IPA meliputi:

a. Observasi (observation), untuk mengetahui alam, mengerti alam dan menemukan hukum alam harus mempelajari objek-objek dan kejadian-kejadian melalui observasi. Dari observasi diperoleh fakta dan rekaman fakta merupakan data, yang selanjtunya diolah menjadi hasil obervasi.

(30)

c. Matematika (mathematic), arti dari matemaika ini sangat diperlukan untuk menyatakan hubungan antar variabel dalam hukum dan teori. Matematika juga penting untuk membangu suatu model.

Dengan demikian, semakin jelas bahwa pendidikan tidak hanya menitik beratkan pada pengembangan pola pikir saja, namun juga untuk mengembangkan semua potensi yang ada pada diri anak. Melalui cara penyelidikan IPA, belajar melalui pengalaman langsung seperti melakukan eksperimen atau observasi dapat memperkuat daya ingat anak, sehingga anak tidak hanya mendapatkan pengatahuan tetapi juga pemahaman dalam belajar.

3. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pembelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa memperoleh pengetahuan yang dapat digunakan untuk mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan terorganisir. Kemendiknas (2011: 13) menyatakan bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esaberdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPAyang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadarantentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alamsekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segalaketeraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPAsebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

(31)

1. Mananamkan pengetahuan dan konsep-konsep sains yangbermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

2. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains danteknologi. 3. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alamsekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

4. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkunganalam. 5. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang

salingmempengaruhi antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 6. Menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satuciptaan Tuhan.

Pembelajaran IPA secara khusus memiliki tujuan sebagaimana diharapkan dapat memberikan pengalaman (kognitif), dengan memperoleh pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk dapat memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya keterangan serta keteraturannya (Trianto, 2010: 142). Pada prinsipnya pembelajaran sains di Sekolah Dasar membekali siswa kemampuan berbagai cara untuk “mengetahui” dan “cara

mengerjakan” yang dapat membantu siswa dalam memahami alam sekitar, sedang

secara rinci tujuan pembelajaran sians di Sekolah Dasar dapat dipaparkan bahwa: a. Menanamkan kepada siswa rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sians

dan teknologi masyarakat.

b. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar. c. Memecahkan masalah dan membuat keputusan.

d. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-kosep sains yang akan bermafaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

e. Ikut serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingungan alam. f. Menghargai alam sekitar dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan

(32)

Sebagai alat pendidik yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu, yaitu:

a) Memberikan pengetahuan kepada siswa bagaimana bersikap pada alam. b) Menanamkan sikap hidup ilmiah.

c) Memberikan keterampilan untuk melakukan pengematan.

d) Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuan penemunya.

e) Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan. Prihantro Laksmi, 1986 (Trianto 2010: 142).

Hakikat pembelajaran IPA dapat diartikan sebagai suatu disiplin ilmu tentang ilmu pengetahuan alam dalam rangkai mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dasar dari pengembangan IPA pada dasarnya dilakukan melalui kegiatan praktikum (eksperimen), proyek, dan penelitian. Karakter yang dapat dikembangakan dalam kegiatan ini meliputi aspek-aspek sikap IPA (ilmiah) antara lain: sikap ingin tahu, jujur obyektif, kritis, skentis, terbuki, disiplin, teliti, kreatif dan rasional. Maksud dari kegiatan praktikum (eksperimen) yaitu untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah IPA secara empirik serta ekplorasi abstrak-abstrak fisik (Zuchdi, 2011: 131-132).

Pendidikan IPA perlu diajarkan di Sekolah Dasar, sehingga pendidikan IPA mempunyai tujuan bila diajarkan di Sekola Dasar. Bundu (2006: 18) mejelaskan tujuan pendidikan IPA di Sekolah Dasar meliputi tiga aspek, diataranya:

(33)

2) Aspek proses, siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan, dan menerapkan konsep yang diperolehnya untuk menjelaskan dan memcahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Aspek sikap kelimuwan, siswa diharapkan mempunyai minat untuk mempelajari benda-benda di lingkungannya, bersikap ingin tahu, tekun, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, dapat bekerja sama, dan mandiri, serta mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar sehingga menyadari Tuhan Yang Maha Esa.

Dengan demikian, semakin jelas bahwa proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada penekatan keterampilan proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Selama ini proses belajar mengajar fisika hanya menghafalkan fakta, prinsip atau teori saja. Untuk itu perlu dikembangkan suatu model pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya. Guru hanya memberi tangga yang membantu siswa untuk mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa dapat menaiki tangga tersebut (Wikandari, 2000)

(34)

alam semesta tempat hidupnya, memberikan keterampilan yang berguna untuk siswa, mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Dengan tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar agar dapat terwujud serta dapat dirasakan oleh siswa, maka guru sebagai pengajar harus menerapkan model pembelajaran yang baik dan tepat serta menyesuaikan usia siswa SD agar siswa dapat terbentuk secara utuh, sehingga siswa mendapat pengalaman langsung dalam mengungkap objek dan persoalan IPA serta hasil belajar yang akan diperoleh pun lebih optimal.

B. Kajian tentang Karakteristik Siswa SD

Perkembangan kognitif anak dapat dibedakan antara beberapa tahap sejalan dengan usianya. Mengingat pada umumnya anak mulai masuk Sekolah Dasar pada usia 6 sampai dengan 7 tahun dan rentang waktu belajar di SD selama 6 tahun maka usia anak Sekolah Dasar bervariasi antara 6 sampai 12 tahun (Asy’ari,

2006: 38). Pada usia atau tahap tersebut umumnya anak memiliki sifat: 1. Memiliki rasa ingin tahu yang kuat.

2. Senang bermain atau suasana yang menggembirakan.

3. Mengatur dirinya sendiri, mengeksplorasi situasi sehingga suka mencoba-coba.

4. Memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi, tidak suka mengalami kegagalan.

(35)

Namun bila dicermati anak yang berada di kelas rendah dan kelas tinggi memiliki kekhasan berbeda. Oleh karena itu pembelajaran di Sekolah Dasar perlu ada perbedaan strategi pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik masing-masing.

Siswa kelas tinggi memiliki intelektual tingkat operasional konkret. Kemampuan yang dimiliki oleh siswa SD akan mempengaruhi seluruh kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru. Pengembangan kemampuan berpikir haruslah disesuaikan dengan biopsikologi siswa yang dijadikan tolak ukur dalam pembelajaran (Majid, 2014: 6-9). Diungkapkan oleh Asy’ari (2006: 42), siswa yang berada di kelas tinggi atau kelas 4 sampai kelas 6 pada umumnya memiliki usia anatar 9 sampai 12 tahun, sehingga berbeda klasifikasi perkembangan. Pada tahap ini memiliki kekhasan atara lain: (a) dapat berpikir reversibel atau bolak-balik, (b) dapat melakukan pengelompokan dan menentukan urutan, (c) telah mampu melakukan operasi logis tetapi pengalaman yang dipunyai masih terbatas.

(36)

tua dan kakak-kakaknya dianggap sebagai manusia idola yang sempurna, karena itu guru sering dianggap sebagai manusia yang serba tahu (Samatowa, 2006: 7-8).

Perkembangan akan perlu diperhatikan seiring berjalannya waktu, membahas ciri-ciri perkembangan baik kognitif, bahasa, dan afektif sangatlah penting. Ciri-ciri karakteristik secara ringkas mengenai anak sekolah dasar. Ciri pada siswa kelas tinggi adalah sudah mulai mandiri, sudah ada rasa tanggung jawab pribadi, penilaian terhadap dunia luar tidak hanya dipandang dari dirinya sendiri tetapi juga dilihat dari diri orang lain, dan sudah menunjukkan sikap kritis dan rasional (Samatowa, 2006: 11).

IPA sebagai disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum juga mempunyai ciri khusus/katakteristik sebagaimana disiplin ilmu lainnya. Adapun ciri umum daru suatu ilmu pengetahuan merupakan himpunan fakta serta aturan yang menyatakan hubungan suatu dengan lannya. Ciri-ciri khusus/karakteristik tersebut seperti yang dipaparkan berikut:

a. IPA mempunya nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan kembali oleh seorang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan oleh penemu terdahulu.

b. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. c. IPA merupakan pengetahuan teoritis, teori IPA diperoleh atau disusun dengan

(37)

bahawa teori tersebut benar. Hal ini dilakukan karena pengetahuan bersifat tentatif.

d. IPA merupakan suatu ringkasan konsep yang saling berkaitan , bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi dapat bermanfaat untuk meksperimentasi dan observasi lebih lanjut.

e. IPA meliputi empat unsur yaitu, produk, proses, aplikasi, dan skap. Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur pemechan masaah melalui metode ilmiah, metode imiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perencanaan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimen, evaluasi pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Aplikasi merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Sikap merupakan rasa ingin tahu tentang objek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.

(38)

menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa sehingga siswa akan dapat lebih mengkuti kegiatan pembelajaran.

C. Kajian tentang Berpikir Kreatif 1. Pengertian Berpikir Kreatif

Menurut istilah kreatif diartikan sebagai imajenasi, keaslian, beda pendapat, pendapat baru, ilham, petualangan, penjelajahan, dan penganugerahan (Sujarwo, 2011: 171). Kreatif merupak63

an kemampuan seseorang untuk menciptakan yang ditandai dengan orisinilitas dalam berekspresi yang bersifat imajenatif (Pamilu, 2007: 9). Begitu juga arti kreatif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 599), bahwa kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan, perihal berkreasi dan kekreativan.

Kreatif adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada Supriadi (Rachmawati, 2005: 15). Sama halnya pendapat yang diungkapkan oleh Sujarwo (2011: 171), bahwa kreatifitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, berupa gagasan maupun karya-karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada yang relative berbeda dengan yang telah ada. Hal tersebut juga didukun dengan adanya pendapat dari Munandar (1997: 47), bahwa kreatif merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada.

(39)

pemunculan gagasan dan konsep yang sudah ada dalam menciptakan suatu yang baru. Sedangkan Pamilu (2007: 44), menyatakan kreatif merupakan ungkapan dan keunikan individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dimana kemampuan untuk melihat hal yang baru dari sesuatu yang tampak lumrah. Anak mampu menciptakan barang yang tampak biasa menjadi barang baru yang unik. Kreatif mendorong munculnya perilaku yang alami dari dalam diri anak (Familia, 2006: 271-272).

Kreatifitas adalah hasil interaksi antar individu dan lingkungannya, kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang sudah dikenal sebelumnya baik dilingkungan sekolah, keluarga, maupun dari lingkunan masyaraka (Munandar, 2009:18). Sedangkan arti kreatif menurut Harsanto (2005: 65-66), suatu keterampilan berfikir kreatif dalam memecahkan suatu permasalahan ditunjukan dengan pengajuan ide yang berbeda dengan solusi pada umumnya. Pemikiran kreatif masing-masing orang akan berbeda, setiap orang mempunyai cara sendiri terkait dengan cara mereka berpikir dalam memecahkan suatu permasalahan. Seseorang yang kreatif selalu mencoba suatu gagasan terkait dengan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dan relevan dengan ide yang berkebalikan dengan yang dipikirkan oleh orang banyak.

(40)

sesuatu yang baru pada awalnya adalah sebuah ide. Pada dasarnya tidaklah sulit menciptakan sesuatu yang baru, hal yang baru merupakan resep-resep yang sudah ada lalu dikombinasikan sedemikian rupa, maka munculah resep baru. Untuk menjadi kreatif, seseorang tidak perlu genius, orang dapat memperoleh ide yang baik setiap hari, setiap kali kita menemukan sesuatu yang berbeda untuk mengatasi masalah yang kita hadapi.

2. Ciri-ciri Kreatif

Kreatif pada dasarnya ada pada semua orang, namun dalam kadar dan bentuk yang berbeda-beda. Menurut Munandar (2009: 10), ciri-ciri kreaifitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu ciri kognitif (aptitude) dan ciri non-kognitif (non-aptitude). Ciri kognitif (aptitude) dari kreatifitas terdiri dari orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran dan elaboratif. Sedangkan ciri non kognitif dari kreatifitas meliputi motivasi, kepribadian, dan sikap kreatif. Kreatifitas baik itu yang meliputi ciri kognitif maupun non-kognitif merupakan salah satu potensi yang penting untuk dipupuk dan dikembangkan.

Terdapat ciri-ciri anak kreatif yang dikemukakan oleh Pamilu (2007: 15), yaitu: 1) selalu ingin tahu, 2) memiliki minat yang sangat luas, 3) dan suka melakukan aktifitas yang kreatif. Anak yang kreatif lebih berani mengungkapkan pendapatnya dan tidak takut melakukan kesalahan, meskipun tidak disetujui atau bertentangan dengan pendapat orang lain. Begitu juga yang diungkapkan oleh Munandar (2009: 36-37), terdapat 10 ciri-ciri pribadi yang kreatif yang diperoleh dari kelompok pakar psikologi (30 orang) adalah sebagai berikut:

1) Imajenatif

(41)

3) Mempunyai minat luas 4) Mandiri dalam berpikir 5) Melit

6) Senang berpetulang 7) Penuh energy 8) Percaya diri

9) Bersedia mengambil resiko

10) Berani dalam pendirian dan keyakinan.

Kemampuan kreatif seseorang dapat dicerminkan melalui empat macam perilaku, yaitu: (1) fluency, kelancaran atau kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan. (2) flexibility, kemampuan menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan. (3) originality, kemampuan mencetuskan gagasan-gagasan asli, (4) elaboration, kemampuan menyatakan gagasan secara terperinci (Sujarwo, 2011: 172). Sedangkan pendapat dari Munandar (1999: 34), mengemukakan ciri-ciri kreatif yang didalamnya tercakup baik dari aspek yang berpikir kreatif maupun aspek sikap kreatif, seperti yang disebutkan dibawah ini:

a. Dorongan ingin tahu

b. Sering memengajukan pertanyaan yang baik

c. Memeberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah d. Bebas dalam menyatakan suatu pendapat

e. Mempunyai rasa keindahan f. Menonjol dalam suatu bidang seni

g. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain

(42)

j. Dalam memecahkan masalah menggunakan cara-cara orisinalitas, yang jarang diperlihatkkan oleh anak-anak lain

k. Dapat bekerja sendiri

l. Senang mencoba hal-hal baru

m. kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, yang di maksud kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan ide, gagasan, dan berkreasi untuk memecahkan masalah atau mengatasi permasalahan. Untuk mengukur kemampuan kreatif seseorang dapat dicerminkan melalui empat macam perilaku, yaitu fluency, flexibility, originality, elaboration.

3. Tujuan Pengembangan Kreatif

Pentingnya kreatifitas telah dicantumkan dalam Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003. Tujuan pendidikan diharapkan dapat mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, juga mandiri. Salah satu harapan dari Pendidikan Nasional adalah menjadikan peserta didik kreatif sehingga jelas bahwa kreatifitas siswa harus dikembangkan dalam proses pendidikan.

Kreatif merupakan sesuatu yang dimiliki oleh setiap orang. Ada alasan mengapa kreatif penting untuk dimunculkan, dipupuk dan dikembangkan dalam diri anak. Munandar (2002: 60), mengungkapkan pada salah satu bukunya Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, antara lain.

(43)

Kedua, kemampuan berpikir kreatif dapat melihat berbagai macam-mcam penyelesaian terhadap suatu masalah. Mengekspresikan pikiran-pikiran yang berbeda dari orang lain tanpa dibatasi pada hakikatnya akan mampu melahirkan berbagai macam gagasan.

Ketiga, kesibuk diri secara kreatif akan memberikan kepuasan kepada individu tersebut. Hal ini penting untuk diperhatikan karena tingkat ketercapaian kepuasan seseorang akan mempengaruhi perkembangan sosial emosinya.

Keempat, dengan kreatifitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Gagasan-gagasan baru sebagai buah pemikiran kreatif akan sangat diperlukan untuk menghadapi masa depan yang penuh tantangan.

Dari tujuan yang dipaparkan diatas diharapkan peserta didik dapat mengembangkan potensinya agar menjadi manusia yang bertakwa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, juga mandiri. Dengan demikian diharapkan pula peserta didik dapat berkreasi, menyelesaiakan masalah dengan berbagai cara yang dimilikinya, menyibukan diri, dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

4. Fungsi Pengembangan Kreatif pada Anak.

Pelaksanaan pengembangan kreativtas pada anak merupakan salah satu sarana pembelajaran yang menunjang pengembangan kreatifitas anak. Hal ini dapat dilihat dari fungsi pengembangan krativitas pada anak menurut Munandar (2004: 55), yaitu sebagai berikut:

(44)

memenuhi kebutuhan berekspresi menurut caranya sendiri, menciptakan sesuatu yang lain dan baru.

b. Fungsi perkembangan kreatif terhadap perkembanga jiwa. Pengembangan kratif mempunyai nilai terapis karena dalam kegiatan berekspresi itu anak dapat mmenyalurkan perasaan-perasaan yang dapat menyebabkan ketegangan-ketegangan pada dirinya, seperti perasaan lebih, kecewa, khawatir, tahu dan lain-lain yang mungkin tidak dapat dikatakannya.

c. Fungsi pengembangan kreatifitas terhadap perkembangan estetika. Selain kegiatan berekspresi yang bersifat mencipta anak juga dibiasakan dan dilatih untuk menghayati bermacam-macam keindahan seperti keindahan alam, lukisan tarian dan sebagainnya.

5. Dimensi Kreatif

Kreatif membuat pemahaman menjadi lebih mendalam. Seseorang akan berusaha mencari tau cara memecahkan masalah melalui berbagai proses perencanaan (Rubiyanto dan Haryanto, 2010: 195-196). Dalam dimensi process,

kreatifitas adalah proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide yang unik atau kreatif. Sebagai suatu proses, terdapat empat tahap dalam proses kreatif berdasarkan teori Wallas (1926) yaitu sebagai berikut:

(45)

2) Inkubasi, merupakan kegiatan mencari data dan menghimpun data/informasi atau dapat dikatakan sebagai pematangan dan pemahaman terhadap masalah yang dihadapi.

3) Iluminasi, merupakan munculnya gagasan kreatif dan inspiratif untuk memecahkan masalah. Proses iluminasi dapat kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat mengamati proses iluminasi ketika ada ungkapan spontan, “ya sekarang, aku tahu!”

4) Verifikasi, merupakan penyesuaian gagasan baru (hasil iluminasi) tahap realita kehidupanya. Dimana ide atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realita (Munandar, 2009: 39).

Kreatif dapat di tinjau dari berbagai konsep. Rhodes (dalam Munandar, 2009: 20-22), menyebutkan keempat jenis definisi tentang kreatifitas ini sebagai “Four P’s of Creativity: Person, Process, Press, Product”. Kebanyakan definisi

kreatifitas berfokus pada salah satu dari empat P ini atau kombinasinya, dimana keempat P ini saling berkaitan. Marilah kita melihat beberapa definisi tentang kreatifitas berdasarkan empat P, menurut para pakar.

a. Definisi Pribadi

Kreatifitas merupakan ungkapan diri dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Yang merupakan titik pertemuan antara aspek yaitu inteligensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi. Dari ketiga aspek tersebut membantu memahami apa yang melatar belakangi individu yang kreatif.

(46)

Torrance (1988) dalam Munandar (2009: 21), menyatakan kreatifitas pada dasarnya mempunyai langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu:

the process of 1) sensing difficulties, problems, gaps in information, missing elements, something asked; 2) making guesses and formulating hypotheses about these deficiencies; 3) evaluating and testing these guesses and hypotheses; 4) possibly revising and retesting them; and finally 5) communicating the resulta.

(... proses 1) merasakan kesulitan, masalah, kesenjangan dalam informasi, unsur yang hilang, sesuatu yang diminta; 2) membuat dugaan dan merumuskan hipotesis; 3) mengevaluasi dan menguji dugaan dan hipotesis; 4) merevisi dan menguji ulang; dan akhirnya 5) mengkomunikasikan hasilnya.) c. Definisi Produk

Kreatifitas adalah kemamapuan untuk membuat kombinasi-kombinasi yang menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Seseorang akan menciptakan produk kreatif yang bermakna dengan kondisi pribadi dan kondisi lingkungan secara kreatif dengan sendirinya.

d. Definisi Press

Krearifitas menekankan faktor “Press” atau dorongan. Arti dari dorongan yang dimaksud yaitu dorongan internal (dari dalam diri sendiri) dan dorongan eksternal (dari lingkungan sosial). Dorongan berupa keinginan atau hasrat seseorang untuk menciptakan adalah kreatifitas muncul dari faktor internal, sedangkan dorongan dari lingkungan sosialnya adalah kreatif yang muncul dari faktor eksternal.

6. Karakeristik Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif

Karakteristik tingkat kemampuan berpikir kreatif menurut Made Wena, (2011: 140) antara lain sebagai berikut:

(47)

b. Siswa didorong untuk menemukan sendiri konsep yang sedang dikaji melalui penafsiran dengan berbagai cara seperti observasi, diskusi, atau percobaan. c. Siswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas

bersama.

d. Untuk menjadi kreatif seseorang harus bekerja keras, berdedikasi tinggi, antusias, serta percaya diri.

(48)

Tabel 1. Karakteristik Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif

Tingkat Kemamapuan Karakteristik

Tingkat 4

(Sangat Kreatif)

Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan lebih dari satu

solusi dan dapat mengembangkan cara lain untuk

menyelesaikannya. Salah satu solusi memenuhi aspek

originality (kebaruan). Beberapa masalah yang dibangun memenuhi aspek originality, flexibility, fluency dan elaboration.

Tingkat 3

(Kreatif)

Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan lebih dari satu

solusi, tetapi tidak bisa mengembangkan cara lain untuk

menyelesaikannya. Satu solusi memenuhi aspek originality. Pada tingkat ini juga siswa dapat mengembangkan cara lain

untuk memecahkan permasalahan (flexibility), kemampuan

menyatakan gagasa (elaboration), namun tidak memiliki cara

yang berbeda dari yang lain (originality).

Tingkat 2

(Cukup Kreatif)

Siswa dapat memecahkan permasalahan dengan satu solusi

yang sifatnya berbeda dari yang lain (originality) namun

tidak memenuhi aspek fluency, flexibility dan elaboration atau siswa dapat menyelesaikan permasalahan dengan

mengembangkan solusinya (flexibility) namun bukan hal

yang baru dan bukan pula jawaban lancar.

Tingkat 1

(Kurang Kreatif)

Siswa dapat menyelesaikan permasalahan dengan lebih dari

satu solusi (fluency) tetapi tidak dapat mengembangkan

solusinya dan tidak memenuhi aspek kebaruan.

Tingkat 0

(Tidak Kreatif)

Siswa tidak dapat menyelesaikan permasalahan dengan

lebih dari satu solusi dan tidak dapat mengembangkan cara

lain untuk menyelesaikannya. Dia juga tidak bias

menimbulkan solusi baru.

(Siswono, 2011, hlm. 551).

Indikator kemampuan kreatif menurut Munandar (2010: 192) dalam penelitian ini meliputi:

(49)

a) Menghasilkan banyak gagasan/ jawaban yang relevan b) Arus pemikiran lancer

(2) Berpikir Luwes, yaitu:

a) Menghasilkan gagasan-gagasan yang bervariasi. b) Mampu mengubah cara atau pendekatan

c) Arah pemikiran yang berbeda-beda

(3) Berpikir Orisinal, yaitu memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang.

(4) Berpikir terperinci (elaborasi), meliputi: gagasan.

a) Mengembangkan, menambah, dan memperkaya suatu b) Memperici detail – detail

c) Memperluas suatu gagasan.

D. Kajian tentang Model Pembelajaran Project Based Learning (PJBL). 1. Hakikat Model Pembelajaran Project Based Learning.

(50)

produk karya siswa bernilai dan realistik. Bern dan Erickson (dalam Kokom Komalasari 2010:70), menegaskan bahwa pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) merupakan pendekatan yang memusat pada prinsip dan konsep utama suatu disiplin, melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainya, mendorong siswa untuk berkerja mandiri membangun pembelajaran, dan pada akhirnya menghasilkan karya nyata.

Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu pengajaran yang mencoba mengaitkan antara teknologi dengan masalah kehidupan sehari-hari yang akrab dengan siswa, atau dengan sutau proyek (Warsono dan Hariyanto, 2013: 153). Lain hal yang diungkapkan oleh Bellence (2012: 25-37) yang menyataiakn bahwa proyek pembelajaran dapat membantu memperkaya pengalaman belajar siswa, dimana siswa akan menunjukan kemampuan lebih baik untuk menemukan pengalaman dan mencari informasi yang relevan untuk menghasilkan hasil terbaik. Sedangkan pendapat yang dilontarkan oleh Fogarty (1997: 78), yang dimaksiud dengan Project Based Learning yaitu:

“Project learning is authentic learning. It involves tangible, visible, and persinally tailored projects for student. This is hands-on learning in all its glory. It’s learning with a know focus, expectations of productivity, and measurable results.

(51)

Wana (2011: 144), mengungkapkan PJBL atau pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja proyek. Dengan metode ini kreatif dan motivasi siswa akan meningkat, metode ini bagian dari proses pembelajaran yang memberi penekanan kuat pada pemecahan masalah yang dilakukan pada proses pembelajaran. Selanjutnya terkait dengan hal tersebut menurut Hamdani (2011: 218), PJBL adalah proyek perseorangan atau grup yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu dan menghasilkan sebuah produk, kemudian hasilnya ditampilkan atau dipresentasikan.

(52)

2. Landasan Pikiran Model Pembelajaran Project Based Learning

Pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) didasarkan pada teori konstruktivisme dan merupakan pembelajaran siswa aktif (student centered learning). Proses pembelajaran melalui PJBL memungkinkan guru untuk “belajar dari siswa” dan “belajar bersama siswa”. Pembelajaran melalui PJBL juga dapat

digunakan sebagai sebuah model pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam membuat perencanaan, berkomunikasi, menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan (Sani, 2015: 172-173).

(53)

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) merupakan penerapan dari pembelajaran aktif, teori kontruktivisme dari Peget serta teori kontruktivisme dari Seymour Papert. Pada teori kosntriuktivisme berprinsip bahwa setiap anak membangun model mentalnya untuk berpikir dan memahami dunia di sekelilingnya. Berbeda dengan yang diungkapkan oleh Papert berasumsi bahwa pembelajaran akan berlangsung dengan efektif jika para siswa aktif dalam membuat atau memproduksi suatu karya fisik ysng dapat dihadirkan dalam dunia nyata suatu artefak (Warsono dan Hariyanto, 2013: 153).

3. Karakteristik Model Pembelajaran Project Based Learning

Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik bagi siswa. Di dalam Pembelajaran berbasis proyek, siswa menjadi terdorong lebih aktif di dalam belajar mereka, instruktur berposisi di belakang dan pembelajar berinisiatif, instruktur memberi kemudahan dan mengevaluasi proyek baik kebermaknaannya maupun penerapannya untuk kehidupan mereka sehari-hari. Produk yang dibuat pembelajaran selama proyek memberikan hasil secara otentik dapat diukur oleh guru atau instruktur di dalam pembelajarannya.

(54)

isu-isu tugas yang akan dikerjakan, siapa yang bertanggung jawab untuk setiap tugas, dan bagaimana informasi akan dikumpulkan dan disajikan.

Bedasarkan hasil review tentang PJBL, dikemukakan beberapa karakteristik penting PJBL, yakni: a) Fokus pada pembelajaran agar dapat menguasai materi pelajaran, b) Pembuatan proyek dengan melibatkan siswa dalam melakukan investigasi konstruktif, c) Proyek harus realistis, d) Proyek direncanakan oleh siswa (Sani, 2015: 173). Sedangkan menurut Buck Institute for Education (1999), (Wena, 2011: 145), belajar berbasis proyek memilik karakteristik sebagai berikut.

a. Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja.

b. Terdapat masalah yang pemecahan masalahnya tidak ditentukan sebelumnya. c. Siswa merancang proses untuk mengerjakan proyek.

d. Siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan.

e. Siswa mencari informasi terus-menerus.

f. Siswa secara teliti melihat kembali apa yang mereka kerjakan. g. Hasil akhir berupa produk dinilai kualitasnya.

h. Terdapat kesepakatan dalam kelas yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan pada produk.

Sementara itu menurut Stipling, dkk. (2009), (Sani, 2015: 173-174), karakteristik PJBL yang efektif adalah:

a. Mengarahkan siswa untuk mencari ide dan pertanyaan penting.

(55)

c. Terkait dengan kebutuhan dan minat siswa.

d. Kegiatan berpusat pada siswa dengan membuat produk dan melakukan presentasi.

e. Penggunkan keterampilan berpikir kreatif, kritis dalam mencari informasi untuk menghasilkan produk.

f. Informasi yang didapat terkait dengan permasalahan dan isu dunia nyata yang dapat dipercaya kebenaranya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran PJBLWarsono dan Hariyanto (2013: 155) mengungkapkan, para siswa mencoba menyelesaikan masalah yang khas atau tidak umum (nontrivial problems) yaitu dengan cara sebagai berikut:

a. Merasakan dan mempertanyakan secara mendalam keberadaan masalah. b. Membedakan gagasan dalam timnya.

c. Membuat prediksi.

d. Merancang rencana kerja dan atau percobaan. e. Mengumpulkan dan menganalisis data.

f. Mengkomunikasikan gagasannya kepada orang lain, terutama rekan satu timnya.

g. Mempertanyakan kemungkinan adanya asalah baru yang timbul.

(56)

bermakna dilakukan melalui tugas-tugas dan pekerjaan yang dilakukan oleh siswa, (2) memperluas pengetahuan melalui proses kegiatan belajaran melakukan perencanaan atau investigasi, (3) proses membangun pengetahuan melalui pengalaman dunia nyata.

Model pembelajaran PJBL memiliki karakteriatik yang membedakannya dengan model pembelajaran lainnya. BIE (1999), (Trianto, 2015: 49-50) menyebutkan ciri-ciri Project Based Learning, di antaranya:

1. Isi, isi Project Based Learning difokuskan pada ide-ide siswa, yaitu dalam membentuk gambaran sendiri bekerja atas topik-topik yang relevan dan minat siswa yang seimbang dengan pengalaman siswa sehari-hari.

2. Kondisi, yaitu kondisi untuk mendorong siswa mandiri, yaitu dalam mengelola tugas dan waktu belajar.

3. Aktivitas, merupaka suatu strategi yang efektif dan menarik, yaitu dalam mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah menggunakan kecakapan.

4. Hasil, arti hasil disini adalah penerapan hasil yang produktif dalam membantu siswa mengembangkan kecakapan belajar dan mengintegrasikan dalam belajar yang sempurna, termasuk strategi dan kemampuan untuk menggunakan kognitif strategi pemecahan masalah.

4. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Project Based Learning

(57)

sebagai pembelajaran berbasis proyek bila memenuhi beberapa prinsip. Menurut Wena (2011:145-146) prinsip pembelajaran berbasis proyek yaitu:

1) Prinsip sentralistis (centrality) menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek.

2) Prinsip pertanyaan pendorong/ penuntun (driving question), bahwa kerja proyek berfokus pada pertanyaan atau permasalahan yang dapat mendorong siswa berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang tertentu. 3) Prinsip investigasi konstruktif (constrictive investigation), merupakan proses

yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep dan resolusi.

4) Prinsip otonomi (autonomy), dalam pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi dan bertanggung jawab.

5) Prinsip realistis (realism) berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata.

(58)

Model pembelajaran dapat dikatakan menggunakan model pembelajaran PJBL apabila memenuhi dari lima prinsip diatas. Siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Kerja proyek ini harus berfokus pada suatu permasalahan yang ada pada dunia kerja. Model pembelajaran PJBL diaharapkan mampu meningkatkan kemandirian siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

5. Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning

Langkah-langkah pembelajaran PJBL disusun agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik. Berikut adalah rencana pembelajaran dengan model PJBL (Sani, 2015: 183-185).

1) Mengajukan pertanyaan esensila atau pertanyaan penting.

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan essensial atau pertanyaan penting, yaitu pertanyaan yang dapat memberikan penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Pertanyaan yang diajukan sebaikanya bersfiat terbuka (divergen), provokatif, menatang, membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thingking), dan terkait dnegan kehidupan siswa. Guru dapat merumuskan pertanyaan dengan memperhatikan pertanyaan bahwa pertanyaan yang diajukan seharusnya dapat melibatkan siswa untuk belajar, bersifat terbuka (open ended), dan sejalan dengan tujuan pembelajaran. Guru menuntut siswa untuk dapat menemukan permaslahan dalam proyek.

(59)

Perencanaan untuk pengerjaan proyek dilakukans secara kolaboratif antar pelajar dan siswa. Dengan demikian siswa diharapkan akan memiliki atar proyek tersebut. Guru perlu mengarahkan siswa untuk memilih aktivitas yang sesuai dan memastikan agar proyek dapat dikerjakan berdasrakan ketersediaan behan dan sumber yang ada.

3) Membuat penjadwalan.

Pengajar dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal dalam pengerjaan proyek. Siswa diberi kebebasan dalam menetapkan tahap proyek secar rasional, namun disamping itu guru perlu memberikan arahan jika tahap tersebut tidak sesuai dengan yang seharusnya dilakukan. Jadwal yang telah disepakati harus disetujui berama agar guru dapat melakukan

monitoringkemajuan belajar dan pengerjaan proyek diluar kelas. 4) Mengawasi (monitor) kemajuan belajar.

Pengajar bertanggung jawab untuk melakukan monitoring terhadap aktivitas siswa selama penyelesaian proyek. Guru berperan sebagai fasilitator yang memberikan arahan, fasilitas dan memberikan suport kepada siswa untuk giat belajar dan mengerjakan proyek secara optimal.

5) Melakukan penilaian.

(60)

Pembelajaran berbasis proyek untuk peserta didik di Sekolah Dasar perlu dipandu oleh guru. Tahapan PJBL yang dapat diterapakan untuk Sekolah Dasar mengikuti tahap yaitu: 1) memperoleh ide; 2) merancang proyek; 3) menyetel proyek; 4) membuat proyek; 5) memamerkan proyek. Rincina pelaksanaan tahap tersebut datap dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Tahap Pembelajaran Berbasisi Proyek

Tahapan Rincian Pelaksanaan

a. Memperoleh ide Ide mmebuat proyek dapat diperoleh dari internet atau berdiskusi dengan teman sejawat, namun harus tetap terkait dengan kurikulum yang ditetapkan. Pertanyaan yang perlu diajukan terkait dengan proyek yang diusulkan adalah:

Apakah semua peserta didik terlibat dalam mengerjakan proyek ini?

Apakah peserta didik belajar sesuai harapan jika mengerjakan proyek ini?

b. Merancang proyek Guru menetapkan apa yang harus dipelajari oleh peserta didik dengan mengerjakan proyek. Sebaiknya guru membuat proyek terlebih dahulu untuk mengetahui kesukaran dan waktu yang diperlukan dalam membuat proyek, serta memahami hal-hal apa yang dapat dipelajari semala membuat proyek. Guru juga dapat merancang penilaian proses dan produk selama proses perancangan.

c. Menyetel proyek Menyetel proyek, maksudnya adalah membicarakan

rencana proyek yang akan dikerjakan oleh peserya didik. Tahap yang dapat dilakukan adalah:

i. Menyajika rencana membuat proyek; ii. Memperkenalkan proyek;

i. Diskusi untuk klarifikasi;

d. Membuat proyek Untuk peserta didik kelas rendah, guru dapat menunjukan

contoh yang sudah dibuat, sedangkan untuk elas tinggi, guru menetapkan harapan yang dikehendaki terhadap proyek yang dibuat. Guru perlu memonitor kemajian peserta didik dalam mengerjakan proyek.

e. Memamerkan proyek Kelompok guru perlu mentapkan waktu untuk

melaksanakan pameran produk yang telah dibuat oleh peserta didik . bahkan sekolah perlu mengoordinasikan hari pameran dengan mengundang orang tua peserta didik.

(61)

6. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Project Based Learning Metode pembelajaran dalam proses kegiatan belajar sangatlah penting guna menunjang kegiatan belajar. Saat ini sudah banyak berkembang berbagai metode pembelajaran. Setiap metode pembelajaran selalu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Menurut Moursund (Wena, 2011: 147), beberapa keuntungan dari pembelajaran berbasis proyek antara lain sebagai berikut.

1) Increased motivation.

Pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terbukti dari beberapa laporan penelitian tentang pembelajarran berbasis proyek yang menyatakan bahwa siswa sangat tekun, berusaha keras untuk menyelesaikan proyek, siswa merasa lebih bergairah dalam pembelajaran, dan keterlambatan dalam kehadiran sangat berkurang

2) Increased problem solving ability

Beberapa sumber mendiskripsikan bahwa lingkungan belajar pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih aktif dan berhasil memecahkan masalah yang bersifat kompleks.

3) Improved library research skills

Karena pembelajaran berbasis proyek mempersyaratkan siswa harus mampu secara cepat memperoleh informasi melalui sumber-sumber informasi, maka keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi akan meningkat.

4) Increased collaboration

Gambar

Tabel 2. Tahap Pembelajaran Berbasisi Proyek
Tabel 3. Keterkaitan antara langkah pembelajaran dengan kegiatan belajara dan maknannya
Gambar 1. Skema hubungan variabel bebas dan Variabel terikat Pada Pembelajaran IPA.
Gambar 2. Rancangan Nonequivalent Contol Group Design
+7

Referensi

Dokumen terkait

Atas dasar latar belakang, identifikasi serta rumusan masalah yang telah di uraikan, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui perbedaan partisipasi

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar Belakang Masalah ... Identifikasi Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Pembelajaran Tematik dengan Pendekatan

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah : “Apakah dengan menerapkan model pembelajaran

Pada akhirnya siswa lebih tertarik untuk mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam sehingga akan meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.Berdasarkan latar belakang

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut guru perlu mengatasi permasalahan yang ada, salah satu caranya dengan menerapkan strategi pembelajaran dan media pembelajaran

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah efektifitas penerapan model

Latar belakang masalah penelitian ini adalah pembelajaran IPA masih dilaksanakan dengan pembelajaran yang bersifat informatif atau hanya transfer ilmu pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada kelas IV SD 5 Kandangmas Dawe Kudus dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Project