PENGARUH PENGGUNAAN KARTU POSINEGA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN DAN
PENGURANGAN BILANGAN BULAT KELAS IV SD NEGERI SINDUADI 1 SLEMAN
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh Indri Puspita Sari NIM 13108241073
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
ii
PENGARUH PENGGUNAAN KARTU POSINEGA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN DAN
PENGURANGAN BILANGAN BULAT KELAS IV SD NEGERI SINDUADI 1 SLEMAN
Oleh: Indri Puspita Sari NIM 13108241073
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan kartu posinega terhadap hasil belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat kelas IV SD Negeri Sinduadi 1 Sleman.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan merupakan penelitian eksperimen yang termasuk dalam desain eksperimen semu (quasi-experimental design). Penelitian ini menggunakan
Nonequivalent Control Group, sehingga ada dua kelompok yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Penelitian dilakukan di SD Negeri Sinduadi 1. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Sinduadi 1 yang berjumlah 61 siswa yang terbagi dalam dua kelas, yaitu kelas IV A dan IV B. Kedua kelas tersebut digunakan sebagai subjek penelitian. Kelas IV A sebagai kelompok kontrol dan kelas IV B sebagai kelompok eksperimen. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian populasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan, yaitu membandingkan mean hasil pretest dan
posttest antara kelompok eksperimen dan kontrol. Selain membandingkan mean,
analisis data juga dilakukan dengan Uji Gain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan kartu posinega terhadap hasil belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat kelas IV SD Negeri Sinduai 1 Sleman. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai mean posttest antara kelompok eksperimen dan kontrol diperoleh 80,74 > 68,82 dan berdasarkan hasil uji gain, diperoleh mean pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 19,63 > 8,97, maka dapat diartikan bahwa kelompok eksperimen memiliki perubahan yang lebih tinggi dibanding kelompok kontrol.
iii
THE INFLUENCE OF POSINEGA CARDS TO THE RESULT OF LEARN MATH ADDITION AND SUBSTRACTION INTEGERS MATTER IN
FOURTH GRADE OF SD NEGERI SINDUADI 1 SLEMAN
By: matter fourth grade of SD Negeri Sinduadi 1 Sleman.
Approach that is used is the quantitative approach and is quasi-experimental design. This research used nonequivalent control group design, so that there are control group. Besides compared mean, data analysis was also done with gain test. The research results show that there is an influence of the use of posinega cards to the results of learn math of addition and subtraction integers matter fourth grade of SD Negeri Sinduadi 1 Sleman. This is evidenced by the posttest mean value between the experiment and control group is 80,74 > 68.82 and the results of the gain test between experiment and control group is 19,63 > 8,97, so can be defined that the experiment group had the changes higher than control group.
vii MOTTO
“Jika Anda berpikiran negatif, maka Anda akan selalu melihat keindahan hidup
sebagai kesengsaraan. Jika Anda selalu berpikiran positif, maka Anda akan melihat segala musibah sebagai kenikmatan.”
viii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan doa dan dukungan.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Kartu Posinega terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Kelas IV SD Negeri Sinduadi 1 Sleman”. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu sehingga penulisan skripsi ini berjalan baik.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan sehingga penulisan skripsi ini berjalan lancar.
3. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan pelayanan akademik dan ijin penelitian sehingga penulisan skripsi ini berjalan lancar.
4. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Rahayu Condro Murti, M.Si., Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pemikirannya untuk membimbing, memotivasi, serta memberikan saran dalam proses penyusunan skripsi ini. 6. Bapak Sri Rochadi, M.Pd dosen validator yang telah memvalidasi dan
memberi saran dalam proses penyusunan instrumen penelitian.
7. Ibu Unik Ambar Wati, M.Pd dosen validator media yang telah memvalidasi dan memberi saran dalam proses penyusunan media Kartu Posinega.
x
9. Bapak M. Thoharuddin, Kepala Sekolah SD Negeri Sinduadi 1 yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.
10. Ibu Riza Yuliantika, S.Pd, wali kelas IVB SD Negeri Sinduadi 1 yang telah memberikan bimbingan dan saran yang bermanfaat.
11. Ibu Poniyah, S.Pd. SD, wali kelas IVA SD Negeri Sinduadi 1 yang telah memberikan bimbingan dan saran yang bermanfaat.
12. Siswa kelas IVB dan IVA SD Negeri Sinduadi 1 yang telah bersedia sebagai subjek dalam penelitian.
13. Orang tuaku, Bapak Suranto, Bapak Sakri dan Ibu Sundari yang selalu mendoakan, memotivasi, dan selalu memberikan dorongan baik secara moril maupun materiil.
14. Adikku, Anis Dwi Lestari yang selalu memberikan semangat.
15. Penyemangatku, Nanda Akbar Rastiana yang selalu memberikan semangat. 16. Teman-teman kelas D PGSD angkatan 2013 yang selalu memberikan
semangat.
17. Teman-teman Kos Citro yang selalu menghibur dan memberikan semangat. 18. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas
motivasi dan dukungannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dalam memberikan sumbangan yang positif di bidang pendidikan dan pengajaran khususnya dalam pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.
xi A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Identifikasi Masalah ...4
2. Alat Peraga Matematika ...15
3. Kartu Posinega ...16
4. Garis Bilangan ...19
5. Penjumlahan Bilangan Bulat ...20
6. Pengurangan Bilangan Bulat ...24
7. Karakteristik Siswa Kelas IV SD ...26
B. Kerangka Pikir ...30
C. Penelitian yang Relevan ...32
D. Hipotesis Penelitian ...32
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ...34
B. Subjek Penelitian ...36
C. Tempat dan Waktu Penelitian ...37
D. Variabel Penelitian ...39
E. Definisi Operasional ...40
xii
G. Teknik Pengumpulan Data ...43
H. Instrumen Penelitian ...44
I. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...47
1. Uji Validitas Instrumen ...47
2. Uji Reliabilitas Instrumen ...49
J. Teknik Analisis Data ...51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi ...54
B. Pelaksanaan Penelitian ...56
C. Deskripsi Data Hasil Penelitian ...57
1. Data Hasil Perlakuan Kelompok Eksperimen yang Menggunakan Kartu Posinega ...57
2. Data Hasil Perlakuan Kelompok Kontrol yang Menggunakan Garis Bilangan ...61
3. Uji Gain Nilai Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen-Kontrol ...64
4. Data Hasil Observasi Pembelajaran Matematika Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...66
D. Teknik Analisis Data ...69
1. Analisis Mean Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat ...69
2. Analisis Uji Gain Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen-Kontrol ...72
3. Analisis Hasil Observasi Pembelajaran Matematika Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...73
E. Pembahasan Hasil Penelitian ...74
1. Pembahasan Mean Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat ...74
2. Pembahasan Uji Gain Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen-Kontrol ...75
3. Pembahasan Hasil Observasi Pembelajaran Matematika Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...76
F. Keterbatasan Penelitian ...77
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...78
B. Saran ...78
DAFTAR PUSTAKA ...80
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Pola Desain Penelitian ...36
Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Tes ...45
Tabel 3 Kisi-Kisi Lembar Observasi Kelompok Eksperimen ...46
Tabel 4 Kisi-Kisi Lembar Observasi Kelompok Kontrol ...46
Tabel 5 Hasil Hitung Uji Coba Tes ...48
Tabel 6 Interpretasi Nilai r ...50
Tabel 7 Daftar Jumlah Siswa Kelas IV SD N Sinduadi 1 ...55
Tabel 8 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ...56
Tabel 9 Kriteria Penilaian Hasil Belajar ...58
Tabel 10 Nilai Awal (Pretest) Kelompok Eksperimen ...58
Tabel 11 Hasil Statistik Tes Awal (Pretest) Kelompok Eksperimen ...59
Tabel 12 Nilai Akhir (Posttest) Kelompok Eksperimen ...60
Tabel 13 Hasil Statistik Tes Akhir (Posttest) Kelompok Eksperimen ...61
Tabel 14 Nilai Awal (Pretest) Kelompok Kontrol ...61
Tabel 15 Hasil Statistik Tes Awal (Pretest) Kelompok Kontrol ...62
Tabel 16 Nilai Akhir (Posttest) Kelompok Kontrol ...63
Tabel 17 Hasil Statistik Tes Akhir (Posttest) Kelompok Kontrol ...64
Tabel 18 Perbandingan Nilai Pretest-Posttest antara Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...64
xiv
Tabel 20 Hasil Observasi Langkah-Langkah Pembelajaran Guru Kelompok
Eksperimen ...66
Tabel 21 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Kelompok Eksperimen ...67
Tabel 22 Hasil Observasi Langkah-Langkah Pembelajaran Guru Kelompok Kontrol ...68
Tabel 23 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Kelompok Kontrol ...69
Tabel 24 Hasil Statistik Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...70
Tabel 25 Hasil Statistik Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...71
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Kartu Posinega ...17
Gambar 2 Garis Bilangan ...20
Gambar 3 Contoh Penggunaan Kartu Posinega ...23
Gambar 4 Penjumlahan dengan Garis Bilangan ...24
Gambar 5 Pengurangan Menggunakan Kartu Posinega...25
Gambar 6 Pengurangan Menggunakan Kartu Posinega...26
Gambar 7 Paradigma Penelitian ...32
Gambar 8 Kartu Posinega ...41
Gambar 9 Grafik Histogram Nilai Pretest Kelompok Eksperimen ...58
Gambar 10 Grafik Histogram Nilai Posttest Kelompok Eksperimen ...60
Gambar 11 Grafik Histogram Nilai Pretest Kelompok Kontrol ...62
Gambar 12 Grafik Histogram Nilai Posttest Kelompok Kontrol ...63
Gambar 13 Grafik Garis Nilai Pretest –posttest Kelompok Eksperimen ...65
Gambar 14 Grafik Garis Nilai Pretest –posttest Kelompok Kontrol ...66
Gambar 15 Diagram Batang Mean Pretest Kelompok Eksperimen-Kontrol ...70
Gambar 16 Diagram Batang Mean Posttest Kelompok Eksperimen-Kontrol ....72
Gambar 17 Diagram Batang Hasil Observasi Langkah-Langkah Pembelajaran Guru Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...73
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Subjek Penelitian ...83
Lampiran 2 Data Mentah Hasil Uji Coba Instrumen ...85
Lampiran 3 Instrumen Tes ...89
Lampiran 4 Instrumen Observasi ...96
Lampiran 5 Data Hasil Observasi ...100
Lampiran 6 Hasil Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...104
Lampiran 7 Data Mentah Skor Hasil Belajar (Pretest dan Posttest) Siswa ...106
Lampiran 8 Nilai Pretest dan Posttest Siswa ...110
Lampiran 9 Hasil Perhitungan Statistik Nilai Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen-Kontrol ...112
Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ...116
Lampiran 11 Dokumentasi ...150
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat memungkinkan berbagai pihak memperoleh informasi dengan cepat dan mudah. Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber di dunia. Perkembangan berjalan beriringan dengan perubahan, sehingga ketika perkembangan terjadi dengan pesat, maka perubahan pun akan terjadi dengan cepat. Beberapa kemampuan diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan cepatnya perubahan, yaitu kemampuan untuk mencari, mengolah, dan menggunakan informasi. Kemampuan tersebut diperlukan untuk bertahan hidup dalam dunia yang penuh dengan kompetisi. Kemampuan-kemampuan tersebut memerlukan pemikiran-pemikiran yang sistematis, logis, dan kritis yang dapat dipelajari melalui pembelajaran matematika.
2
Oleh karena itu, tidak salah jika matematika sudah diajarkan pada pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi.
Tingkat perkembangan kognitif siswa Sekolah Dasar (SD) menurut Piaget masih berada pada tahap operasional konkret, yaitu usia 7-12 tahun. Pada tahap operasional konkret, anak belajar memahami konsep melalui manipulasi benda-benda konkret. Maka, ini menjadi tugas seorang pendidik agar dalam menyajikan konsep dalam pembelajaran matematika harus menggunakan alat peraga-alat peraga dan ilustrasi konkret yang kontekstual dengan kehidupan nyata di sekitar anak. Dengan demikian, anak akan menjadi lebih mudah memahami konsep abstrak matematika.
3
Berdasarkan hasil observasi pada pembelajaran Matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang berlangsung di kelas IV SD N Sinduadi 1 Sleman, guru menggunakan metode yang tidak bervariasi. Guru cenderung menggunakan metode ceramah konvensional dalam menjelaskan materi sehingga membuat siswa mudah bosan dan menurunkan konsentrasi siswa selama pembelajaran. Untuk pemahaman, guru menggunakan garis bilangan dalam menjelaskan materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Namun siswa mengalami kesulitan dalam menghitung dan menentukan hasilnya positif atau negatif. Hal ini dibuktikan dengan data rata-rata nilai matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat siswa kelas IV A SD N Sinduadi 1 Sleman, yaitu 68,8 dari KKM Matematika sebesar 70. Sebanyak 58,8% siswa mendapatkan nilai dibawah KKM (70) pada evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru setiap akhir subbab pembelajaran. Permasalahan tersebut mungkin saja juga terjadi pada sekolah dasar lain.
4
Penanaman konsep matematika kepada siswa usia sekolah dasar harus menggunakan alat peraga. Salah satu alat peraga yang dapat digunakan guru dalam menjelaskan konsep pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat ini adalah menggunakan Kartu Positif Negatif (Posinega). Kartu Posinega menurut Akina, dkk. (2012: 41) dalam web jurnal.untad.ac.id merupakan dua kumpulan potongan-potongan karton yang berbeda. Perbedaan kedua kumpulan karton dapat dilihat dari segi ukurannya atau bentuknya atau warnanya. Kartu Posinega dalam teori belajar matematika Piaget (Pitajeng, 2001: 28), berada pada tahap semi konkret, sedangkan garis bilangan berada pada tahap semi abstrak. Jadi, Kartu Posinega memiliki keunggulan yang lebih daripada garis bilangan, yaitu dapat digunakan guru untuk lebih memudahkan siswa dalam mengenal konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat yang abstrak bagi siswa.
Dengan demikian, menimbang bahwa usia sekolah dasar kelas IV masih berada pada tahap operasional konkret dan penjumlahan serta pengurangan bilangan bulat mulai dipelajari anak di kelas IV sekolah dasar serta belum ada penelitian yang menggunakan kartu posinega untuk menjelaskan konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di SD N Sinduadi 1 Sleman, maka penelitian ini bermaksud menguji adakah pengaruh penggunaan Kartu Posinega terhadap hasil belajar Matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat kelas IV SD N Sinduadi 1 Sleman.
B. Identifikasi Masalah
5
1. Siswa mengalami kesulitan dalam belajar operasi hitung pada penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
2. Dalam menjelaskan konsep penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sinduadi 1 Sleman, guru hanya menggunakan garis bilangan yang masih bersifat semi abstrak untuk siswa, sehingga siswa kesulitan dalam memahami operasi hitung pada penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
3. Guru belum menggunakan alat peraga berupa Kartu Posinega untuk mewujudkan konsep abstrak penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat mennjadi lebih konkret agar lebih memudahkan siswa memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
4. Guru cenderung menggunakan metode ceramah, sehingga membuat siswa mudah bosan dan menurunkan konsentrasi siswa selama pembelajaran.
C. Batasan Masalah
Agar peneliti dapat mengkaji masalah secara mendalam, maka diperlukan adanya pembatasan masalah. Hal ini penting agar masalah yang dikaji menjadi jelas dan dapat mengarahkan perhatian dengan tepat, sehingga peneliti membatasi masalah pada.
1. Siswa mengalami kesulitan dalam belajar operasi hitung pada penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
6
abstrak untuk siswa, sehingga siswa kesulitan dalam memahami penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
3. Guru belum menggunakan alat peraga berupa Kartu Posinega untuk mewujudkan konsep abstrak penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat mennjadi lebih konkret agar lebih memudahkan siswa memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada pemaparan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh
Penggunaan Kartu Posinega terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Kelas IV SD Negeri Sinduadi 1 Sleman?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka diidentifikasi tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adakah pengaruh penggunaan kartu posinega terhadap hasil belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat kelas IV SD Negeri Sinduadi 1 Sleman.
F. Manfaat Penelitian
Apabila penelitian ini berhasil dalam pelaksanaannya, maka manfaat yang diperoleh adalah:
1. Manfaat Teoritis
7 2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kepala Sekolah dan Pengawas
1) Hasil penelitian dapat membantu meningkatkan pembinaan professional dan
supervise kepada guru secara lebih efektif dan efisien.
2) Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan dalam pembelajaran di sekolah.
b. Bagi para guru
1) Hasil penelitian bisa dijadikan bahan pertimbangan guna melakukan koreksi diri bagi pengembangan profesionalisme dalam melaksanakan tugas profesi. 2) Secara bertahap guru dapat mengetahui dan mengaplikasikan pembelajaran
matematika materi operasi penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat dengan menggunakan Kartu Posinega.
3) Guru dapat lebih menciptakan suasana kelas agar menjadi lebih menyenangkan.
c. Bagi Siswa
1) Siswa merasa senang dan lebih memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan digunakannya alat peraga berupa Kartu Posinega.
8 d. Bagi SD Negeri Sinduadi 1
1) Hasil penelitian dapat dijadikan alat evaluasi, terutama dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
1. Hasil Belajar
Hilgrad dalam Anitah (2008: 2.4) mengungkapkan learning is the process by which an activity originates or changed through training procedures (wether in
the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by
factors not attributable to training. Bagi Hilgrad, belajar itu adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi melalui latihan. Menurut Anitah (2008: 2.5) belajar adalah suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru.
Dapat dikaji bahwa perubahan itu diperoleh melalui proses latihan dan bersifat adanya penambahan dari perilaku sebelumnya yang lebih baik dan cenderung menetap (tahan lama dan tidak mudah dilupakan). Perubahan tersebut terjadi secara menyeluruh meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Walaupun terkadang hanya nampak salah satu saja yang domain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa belajar matematika adalah kegiatan yang dapat merubah tingkah laku manusia menjadi lebih baik dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep matematika dengan melalui proses latihan.
10
a. Belajar isyarat. Bentuk belajar ini yang paling sederhana, yaitu memberikan reaksi terhadap perangsang, misalnya reaksi mata mengedip ketika kemasukan debu. Contoh dalam pembelajaran adalah ketika guru matematika mengajarkan materi menggunakan strategi pembelajaran yang menyenangkan, maka sebagai reaksinya siswa akan menyukai pelajaran matematika.
b. Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, yaitu memberikan reaksi yang berulang-ulang manakala terjadi penguatan. Contoh dalam pembelajaran, yaitu siswa diberi penguatan berupa pujian ketika mencoba untuk menjawab pertanyaan, maka siswa akan berusaha mengulang perilaku tersebut.
c. Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar menghubung-hubungkan gejala yang satu dengan yang lain sehingga menjadi rangkaian yang berarti. Contoh dalam pembelajaran, misalnya siswa belajar perkalian. Pertama, siswa belajar berhitung menjumlahkan 2 angka terlebih dahulu, lalu belajar menjumlahkan lebih dari 2 angka, baru kemudian belajar menjumlahkan berulang (perkalian).
11
e. Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang berbeda terhadap perangsang yang diterimanya. Contoh dalam pembelajaran, siswa mampu membedakan bangun ruang berdasarkan sifat-sifatnya.
f. Belajar konsep, yaitu menempatkan objek menjadi satu klasifikasi tertentu. Contoh dalam pembelajaran, siswa mampu menyebutkan benda-benda yang menyerupai bangun ruang kubus.
g. Belajar prinsip, yaitu menghubungkan beberapa konsep. Contoh, rumus volume kubus adalah sisi x sisi x sisi.
h. Belajar memecahkan masalah, yaitu menggabungkan beberapa prinsip untuk memecahkan masalah. Contoh kemampuan untuk menghitung volume kolam renang yang berbentuk kubus yang akan dipasang keramik.
Kedelapan tipe belajar di atas tersusun secara hierarki, yaitu dari belajar yang paling sederhana hingga belajar yang paling kompleks, yang memberi petunjuk bagaimana terjadinya proses belajar, bukan petunjuk mengenai hasil belajar yang harus dicapai siswa.
Menurut Piaget (Pitajeng; 2006: 28) perkembangan belajar matematika anak melalui 4 tahap yaitu tahap konkret, semi konkret, semi abstrak, dan abstrak. a. Tahap Konkret
12 b. Tahap Semi Konkret
Pada tahap ini sudah tidak perlu memanipulasi objek-objek konkret lagi seperti pada tahap konkret, tetapi cukup dengan gambaran dari objek yang dimaksud. Contoh, siswa belajar penjumlahan menggunakan jeruk mainan dari plastik.
c. Tahap Semi Abstrak
Anak memanipulasi atau melihat tanda sebagai ganti gambar untuk dapat berpikir abstrak. Contoh, siswa belajar penjumlahan dengan mengamati gambar jeruk di sebuah kertas.
d. Tahap Abstrak
Anak mampu berpikir secara abstrak dengan melihat simbol tanpa kaitan dengan objek konkret. Contoh, siswa sudah memahami 2 + 3 = 5.
Jadi, untuk mengajarkan anak tentang materi penjumlahan bilangan bulat pada tahap permulaan sebaiknya menggunakan benda-benda konkret sampai akhirnya siswa memahami konsep abstraknya.
13
Hal tersebut didukung oleh pendapat Sudjana (2009: 3) yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa hakikatnya adalah perubahan tingkah laku siswa setelah mengalami proses belajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup segi kognitif, afektif, dan psikomotoris siswa.
Menurut pendapat Anitah, dkk dan Sudjana di atas dapat dikaji bahwa keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari perubahan tingkah laku siswa yang menjadi lebih baik setelah mengalami proses belajar mengajar, baik dari segi kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (tingkah laku) siswa. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan secara seksama supaya perilaku tersebut dapat dicapai sepenuhnya dan menyeluruh oleh siswa.
Dalam melaksanakan pembelajaran, selalu saja ditemukan berbagai kelemahan sehingga hasil belajar mengajar menjadi tidak maksimal. Oleh karena itu, perlu diadakan perbaikan proses belajar mengajar. Tanpa adanya refleksi, tidak mudah untuk mengetahui aspek-aspek pembelajaran mana yang harus diperbaiki. Refleksi terhadap proses pembelajaran ini dapat dilakukan melalui penilaian hasil belajar.
Evaluasi menurut Uno dan Koni (2013: 3) adalah pemberian makna atau ketetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Hasil pengukuran tersebut biasanya berupa angka ataupun pernyataan yang mencerminkan tingkat penguasaan materi, atau yang lebih dikenal dengan prestasi belajar.
14
Pendapat Sudjana tersebut sejalan dengan pendapat Akbar (2013: 88) yang menyatakan bahwa penilaian pembelajaran adalah proses memberi nilai berdasarkan hasil pengukuran dengan kualitas nilai tertentu.
Dapat dikaji berdasarkan pendapat Sudjana dan Akbar bahwa penilaian pembelajaran digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa menurut kriteria penilaian tertentu. Misal, penilaian hasil evaluasi dengan rentang skor 81-100 dinilai baik sekali, rentang skor 61-80 dinilai baik, rentang skor 41-60 dinilai cukup, rentang skor 21-40 dinilai kurang, dan rentang skor 0-20 dinilai kurang sekali.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa setelah mengalami proses belajar mengajar. Perubahan perilaku tersebut dilihat baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotor siswa. Jadi, penilaian hasil belajar itu didasarkan pada perubahan tingkah laku siswa setelah mengalami proses belajar mengajar.
Berdasarkan pengertian penilaian hasil belajar dari berbagai pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penilaian hasil belajar matematika adalah proses menentukan nilai berdasarkan kriteria tertentu untuk melihat perubahan tingkah laku siswa setelah mengikuti proses pembelajaran matematika.
Setelah guru melakukan kegiatan belajar mengajar, pada tahap akhir pembelajaran guru melakukan penilaian hasil belajar. Menurut Sudjana (2009: 4), tujuan penilaian adalah untuk:
15
b. mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan;
c. menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya;
d. memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Dari tujuan penilaian di atas, adanya penilaian adalah untuk mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan. Setelah mengetahui hasil pembelajaran, hendaknya sebuah penilaian diikuti dengan tindak lanjut nyata, supaya diketahui mana strategi pembelajaran yang salah dan lemah yang harus diperbaiki agar dapat mencapai tujuan atau kompetensi yang telah ditetapkan.
2. Alat Peraga Matematika
Alat peraga menurut Ruseffendi (1992: 141) adalah alat untuk menerangkan atau mewujudkan suatu konsep. Dari pengertian tersebut dapat dikaji bahwa alat peraga adalah suatu alat yang digunakan untuk memperjelas suatu konsep abstrak menjadi konsep yang lebih konkret melalui benda-benda di sekitar.
16
gambar atau diagramnya. Ada beberapa fungsi atau manfaat dari penggunaan alat peraga dalam pengajaran matematika menurut Ruseffendi (1992: 139-140), diantaranya.
a. Dengan adanya alat peraga, anak-anak akan lebih banyak mengikuti pelajaran matematika dengan gembira, sehingga minatnya dalam mempelajari matematika semakin besar.
b. Dengan disajikannya konsep abstrak matematika dalam bentuk konkret, maka siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti.
c. Anak akan menyadari adanya hubungan antara pengajaran dengan benda-benda yang ada disekitarnya
Jadi, dapat dikaji bahwa fungsi alat peraga dalam pengajaran matematika menurut Ruseffendi adalah untuk membuat anak tertarik dan bersikap positif terhadap pengajaran matematika serta menganggap bahwa matematika bukanlah mata pelajaran yang sulit, akan tetapi mata pelajaran yang mudah dan menyenangkan. Alat peraga membantu siswa mewujudkan konsep abstrak matematika menjadi konsep konkret melalui benda-benda di sekitar, sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi.
3. Kartu Posinega
17
Dari pendapat Akina, dkk. dan Subarinah dapat dikaji bahwa kartu posinega adalah alat peraga dalam matematika yang terdiri dari dua buah kartu dengan dua warna atau bentuk yang berbeda. Kartu posinega membantu siswa dalam memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Dalam penelitian, peneliti menggunakan kartu posinega yang berbeda dari segi warnanya, seperti pendapat Akina dan Sri Subarinah di atas. Peneliti menggunakan kartu posinega yang sama-sama berbentuk bintang yang berwarna merah dan biru yang meragakan bilangan positif dan negatif.
Gambar 1. Kartu Posinega
Ada beberapa aturan dalam penggunaan kartu posinega menurut Subarinah (2006: 50), sebagai berikut.
a. Buat kesepakatan untuk menetapkan kartu positif (untuk bilangan bulat positif) dan kartu negatif (untuk bilangan bulat negatif). Misalnya tetapkan kartu biru sebagai kartu positif dan kartu merah sebagai kartu negatif. Kartu-kartu tersebut diletakkan berbaris dalam dua susun dengan baris atas Kartu-kartu biru dan garis bawah kartu merah (atau sesuai dengan kesepakatan).
18
b. Definisikan bilangan nol sebagai semua kartu yang berpasangan, artinya banyak kartu biru sama dengan banyak kartu merah.
c. Definisikan suatu bilangan bulat positif sebagai banyaknya kartu biru yang tidak berpasangan, artinya jika ada 2 kartu biru yang tidak berpasangan, maka ini menunjukkan bilangan positif dua (2).
d. Definisikan suatu bilangan bulat negatif sebagai banyaknya kartu merah yang tidak berpasangan, artinya jika ada 3 kartu merah yang tidak berpasangan maka ini menunjukkan bilangan negatif tiga (-3).
Jadi, dalam penggunaan kartu posinega harus ditentukan terlebih dahulu kartu mana yang meragakan bilangan bulat positif dan kartu mana yang meragakan bilangan bulat negatif.
Kelebihan penggunaan kartu posinega dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat adalah sebagai berikut. a. Melibatkan siswa secara langsung dalam praktiknya sehingga siswa lebih
mudah memahami materi.
b. Dapat mengkonkretkan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. c. Membuat siswa lebih aktif dan senang belajar dengan mencoba menggunakan kartu posinega dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
19
a. Kesepakatan atau aturan penggunaan kartu yang kurang mudah diingat oleh siswa.
b. Suasana kelas menjadi tidak kondusif karena keaktifan siswa dalam menggunakan kartu, apabila guru tidak bisa menguasai kelas.
Berdasarkan kelebihan dan kekurangan kartu posinega dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di atas, maka dapat dijadikan referensi guru untuk menggunakan kartu posinega dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. 4. Garis Bilangan
Himpunan bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat negatif, bilangan nol, dan bilangan bulat positif (Subarinah, 2006: 41). Secara geometris menurut Soewito, dkk (1991: 101), himpunan bilangan ini dapat digambarkan dengan garis lurus. Garis lurus ini disebut juga dengan garis bilangan, yaitu garis yang menggambarkan himpunan bilangan bulat melalui titik-titik dengan interval tertentu. Garis ini sering digunakan guru untuk mengajarkan konsep matematika seperti konsep perkalian, pembagian, penjumlahan, dan pengurangan.
20
Gambar 2. Garis Bilangan
Dari gambar di atas terdapat dua titik, yaitu titik A dan titik B. Titik A dipasangkan dengan -4 sebab titik A berjarak 4 satuan dari titik 0 dan di sebelah kiri titik 0. Titik B dipasangkan dengan titik 4 sebab titik B berjarak 4 satuan dari titik 0 dan di sebelah kanan titik 0. Jadi titik-titik lain pada garis bilangan dipasangkan dengan bilangan menurut jarak dan arah dari titik 0. Jika titik itu berada di sebelah kiri titik 0, maka bilangan yang dipasangkan adalah bilangan bulat negatif. Sedangkan jika titik itu berada di sebelah kanan titik 0, maka bilangan yang dipasangkan adalah bilangan bulat positif.
5. Penjumlahan Bilangan Bulat
Darhim (1991: 268), mengemukakan bahwa bilangan bulat merupakan gabungan antara bilangan asli, dengan bilangan-bilangan negatifnya serta bilangan nol. Bila ditulis dalam suatu bentuk himpunan bilangan bulat, maka akan diperoleh A= {...., -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, ...}. Arti titik-titik yang terdapat di dalam himpunan A tersebut menunjukkan bahwa bilangan bulat selalu dimulai dari bilangan bulat negatif tak terhingga sampai dengan bilangan bulat positif tak terhingga. Hal itu sesuai juga dengan pendapat Karim, dkk (1997: 180) dalam Pitajeng (2006: 129) yang mengatakan bahwa gabungan semua bilangan cacah
21
dan himpunan semua bilangan bulat negatif, yaitu himpunan {...., -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5...} disebut himpunan bilangan bulat.
Operasi dua atau lebih bilangan-bilangan yang menggunakan tanda (+) lazimnya merupakan operasi tambah atau penjumlahan. Sedangkan tanda (-) adalah operasi kurang atau selisih. Tanda (+) dan (-) di dalam operasi bilangan bulat pada umumnya dikelompokkan sebagai tanda dari bentuk operasi penjumlahan. Misalkan untuk operasi (3 - 7) itu artinya menjumlahkan bilangan positif 3 dengan bilangan negatif 7, atau dapat ditulis ke dalam lambang akan diperoleh bentuk 3 + (-7).
Menurut Wakiman (2001: 61), oleh karena ada tiga kelompok bilangan bulat, yaitu bilangan bulat positif, bilangan bulat nol, bilangan bulat negatif, maka seharusnya ada 6 tipe penjumlahan bilangan bulat. Keenam tipe penjumlahan bilangan bulat tersebut adalah:
a. penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif, misal 2+9; b. penjumlahan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat nol, misal 9+0; c. penjumlahan bilangan bulat nol dengan bilangan bulat nol;
d. penjumlahan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif, terbagi menjadi 2, yaitu:
22
2) penjumlahan bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif dimana harga mutlak suku positif lebih kecil daripada harga mutlak suku negatif, misalkan 4+ (-7);
e. penjumlahan nol dan bilangan bulat negatif; misalkan 0 + (-9);
f. penjumlahan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif, misalkan (-2) + (-7).
Konsep matematika abstrak seperti itu tentu akan sangat meyulitkan siswa untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan operasi penjumlahan bilangan bulat. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi yang tepat dan menyenangkan agar siswa dapat mempelajari materi penjumlahan bilangan bulat secara efisien. Salah satunya adalah dengan digunakannya alat peraga Kartu Posinega. Tujuan dari menggunakan alat peraga dalam menanamkan konsep penjumlahan adalah agar siswa lebih mudah memahami materi tersebut. Berikut penjelasan mengenai penggunaan alat peraga Kartu Posinega dan garis bilangan dalam penjumlahan bilangan bulat.
23
papan tulis, berpasangan dengan kartu bintang biru. Kartu yang berpasangan dinilai 0, sedangkan kartu yang tidak berpasangan adalah hasilnya.
Gambar 3. Contoh Penggunaan Kartu Posinega
Gambar di atas meragakan pengurangan 2 + (-3) = -1. Kartu biru meragakan bilangan bulat positif 2 dan kartu merah meragakan bilangan bulat negatif 3. Ada sebanyak 2 pasang kartu biru dan merah yang berpasangan, dan menyisakan satu buah kartu merah yang meragakan bilangan bulat negatif. Maka, hasil penjumlahan 2 + (– 3) = -1.
Contoh penggunaan garis bilangan dalam menjelaskan konsep penjumlahan. Misalkan, untuk penjumlahan 2 + (–3), maka posisi awal anak panah berada di titik 0 menghadap ke arah kanan (arah bilangan positif), kemudian anak panah bergerak maju 2 satuan dari titik 0, sehingga berada di bilangan 2. Kemudian anak panah mengarah ke arah kiri (arah bilangan negatif), dan bergerak 3 satuan kearah kiri. Maka, anak panah akan berhenti di bilangan -1, sehingga dapat disimpulkan bahwa 2 + (– 3) = -1
+
+
24
Gambar 4. Penjumlahan dengan garis bilangan
Dengan menggunakan alat peraga diharapkan siswa akan menjadi lebih mudah memahami suatu konsep abstrak matematika. Setelah siswa memahami materi, maka hasil belajar akan meningkat dan tujuan pembelajaran pun tercapai dengan optimal.
6. Pengurangan Bilangan Bulat
Mengingat bahwa pengurangan tidak bersifat komutatif, maka Wakiman (2001: 67) menyatakan bahwa ada 9 tipe pengurangan bilangan bulat, yaitu: a. bilangan bulat positif dikurangi bilangan bulat positif dimana terkurang lebih
kecil daripada pengurang, misalkan 5-9;
b. bilangan bulat negatif dikurangi bilangan bulat negatif dimana terkurang lebih besar daripada pengurang, misalkan (-7) – (-4);
c. bilangan bulat negatif dikurangi bilangan bulat negatif dimana terkurang lebih kecil daripada pengurang, misalkan (-4) – (-7);
d. bilangan bulat negatif dikurangi bilangan bulat negatif dimana terkurang sama dengan pengurang, misalkan (-4) – (-4);
25
h. bilangan bulat positif dikurangi bilangan bulat negatif, misalkan 9 – (-10); i. bilangan bulat negatif dikurangi bilangan bulat positif, misalkan (-11) – 7.
Cara menggunakan alat peraga Kartu Posinega dalam operasi hitung pengurangan bilangan bulat, misalkan guru akan mengajarkan pengurangan 4 - 1 dengan menggunakan alat peraga Kartu Posinega. Pertama, guru menjelaskan bahwa 4 dan 1 merupakan bilangan positif. Guru menekankan bahwa tanda kurang dan negatif itu berbeda. Pengurangan berarti mengambil kartu yang dikurangkan. Guru mengambil 4 buah kartu bintang berwarna biru yang meragakan bilangan bulat positif dan menempelkannya di papan tulis. Karena dikurang 1, maka guru melepas kartu bintang biru sebanyak 1 buah dari papan tulis. Sehingga tersisa 3 buah kartu bintang berwarna biru. Jadi, 4 – 1 = 3.
Gambar 5. Pengurangan Menggunakan Kartu Posinega
Bagaimana jika terdapat soal bilangan pengurang lebih kecil daripada bilangan yang dikurang? Misalkan 2 – 4. Pertama, guru menjelaskan bahwa 2 dan 4 merupakan sama-sama bilangan positif. Guru menekankan bahwa tanda kurang dan negatif itu berbeda. Pengurangan berarti mengambil kartu yang dikurangkan. Guru mengambil 2 buah kartu bintang berwarna biru yang meragakan bilangan bulat positif dan menempelkannya di papan tulis. Karena pengurangan berarti diambil/ dilepas, maka seharusnya ada 4 kartu bintang berwarna biru yang dilepas. Tetapi hanya ada 2 kartu bintang berwarna biru yang tertempel di papan tulis.
26
Maka, cara yang digunakan adalah ditambah dengan bilangan nol (0), karena bilangan berapa pun jika ditambah dengan bilangan nol (0) hasilnya akan tetap. Bilangan nol (0) diperagakan dengan banyaknya kartu bilangan positif sama dengan kartu bilangan negatif. Maka tempelkan lagi 2 kartu bilangan positif dan 2 kartu bilangan negatif. Maka, terdapat 4 kartu bintang berwarna biru yang meragakan bilangan bulat positif dan 2 kartu berwarna merah yang meragakan bilangan bulat negatif. Sekarang sudah terdapat kartu bilangan positif yang sudah bisa dikurangkan/ dilepas dan tersisa 2 buah kartu bintang berwarna merah yang artinya hasilnya adalah -2. Berikut gambar penjelasan pengurangan bilangan bulat 2 – 4 agar lebih jelas.
Gambar 6. Pengurangan Menggunakan Kartu Posinega 7. Karakteristik Siswa Kelas IV SD
Salah satu hal yang perlu diketahui tentang anak adalah masa-masa perkembangannya. Salah satu teori untuk memahami perkembangan anak yang banyak digunakan adalah teori perkembangan kognitif Piaget. Menurut Piaget
+
+
27
(Sanjaya, 2008: 260), perkembangan kognitif setiap anak berlangsung dalam tahapan-tahapan tertentu.
a. Sensorimotor (0-2 tahun)
Tahap sensorimotor berlangsung dari anak lahir hingga usia 2 tahun, kognitif anak masih terbatas namun sangat mendasari dan menentukan perkembangan kognitif selanjutnya. Pada tahap ini anak belum memahami prinsip kekekalan. Anak belajar dengan mengandalkan inderanya. Contoh, anak memasukkan benda yang dipegangnya ke dalam mulut untuk mengetahui benda apa yang sedang dipegangya itu.
b. Praoperasional (2-7 tahun)
Pada tahap praoperasional anak mulai tertarik dengan benda-benda di sekitarnya dan sudah tidak lagi hanya mengandalkan inderanya seperti pada tahap sensorimotor. Anak mulai memanipulasi benda di sekitar dan sering menanyakan nama benda-benda di sekitar.
c. Operasional konkret (7-11 tahun)
Tahap operasional konkret merupakan usia anak sekolah dasar. Pada tahap ini, anak dapat memahami konsep abstrak melalui benda konkret. Maka dari itu, dalam proses belajar mengajar hendaknya menggunakan media pembelajaran (alat peraga).
d. Operasional Formal (12-14 tahun ke atas)
28
Anak usia SD usia 7-11 tahun jika dilihat dari perkembangan kognitifnya menurut teori perkembangan kognitif Piaget berada pada tahap operasional konkret, dimana anak dapat memahami konsep abstrak melalui benda-benda konkret. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan materi pembelajaran hendaknya menggunakan benda-benda konkret untuk mewujudkan konsep abstrak kepada siswa sekolah dasar.
Selain memahami perkembangan intelektual anak, seorang guru juga harus memahami sifat-sifat anak SD berdasarkan kelompok umurnya sehingga lebih mudah menangani anak didiknya dalam belajar. Menurut Kardi dalam Pitajeng (2006: 9), sifat anak SD dikelompokkan menjadi 2, yaitu pada umur 6-9 tahun (anak SD tingkat rendah) dan pada umur 9-12 tahun (anak SD tingkat tinggi). a. Sifat anak SD kelompok umur 6-9 tahun
Pada kelompok usia ini, anak duduk di kelas 1-3 SD. Anak kelompok umur ini sifat fisiknya sangat aktif sehingga mudah merasa letih dan memerlukan istirahat. Koordinasi otot-otot kecil belum sempurna, karena itu masih ada beberapa yang belum bisa memegang pensil dengan baik. Guru sebaiknya menghindari pembelajaran yang menuntut siswa untuk sering menulis. Sebaliknya, guru harus menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dagar siswa bersemangat untuk belajar.
29
dengan memperhatikan anggota kelompoknya. Guru sebaiknya tidak memaksakan anak untuk masuk ke dalam kelompok yang tidak disukainya.
Sifat-sifat emosional yang dimiliki oleh kelompok usia ini adalah mereka sangat menaruh perhatian pada apa yang dirasakan oleh teman-temannya. Mereka sangat sensitif terhadap celaan atau kritikan terhadap dirinya dan teman-temannya. Oleh karena itu, dalam pembelajaran sebaiknya guru harus bijaksana dalam memberikan kritikan. Guru tidak boleh langsung mengatakan ‘salah’ jika
pekerjaan siswa belum tepat, tetapi dibimbing untuk mengarahkan ke jawaban yang benar.
Sifat mental pada kelompok ini adalah senang belajar. Guru harus bijaksana dalam mengelola pembelajaran agar siswa selalu merasa senang, misalnya memberikan pujian ketika siswa menjawab dengan benar.
b. Sifat anak SD kelompok umur 9-12 tahun
Pada kelompok usia ini, anak berada di kelas 4-6 SD. Sifat-sifat fisik anak dalam usia ini adalah senang menggunakan benda-benda kecil. Untuk pembelajaran sebaiknya melakukan kegiatan-kegiatan seperti menggunting dan menyusun. Contohnya, membangun bangun-bangun dari potongan tangram atau pancagram
30
seperti bertanggung jawab, jujur, dan menghargai kelompok lain. Sifat mental kelompok ini adalah mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan kritis. Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada anak untuk mengkomunikasikan apa yang dia peroleh di depan kelas.
Siswa kelas IV masuk ke dalam kelompok usia 9-12 tahun, dimana sifat siswa kelas IV diantaranya adalah senang menggunakan alat-alat dan benda-benda. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran matematika pada kelas IV sangat perlu menggunakan benda-benda atau alat peraga untuk menjelaskan materi-materi pembelajaran.
B. Kerangka Pikir
31
pembelajaran matematika, selain mendengar penjelasan dari guru, siswa juga dapat mempraktikannya sehingga siswa belajar melalui pengalaman secara langsung. Siswa yang belajar melalui pengalaman secara langsung akan lebih mudah memahami dan mengingat materi yang disampaikan oleh guru.
Dalam penelitian pada pembelajaran matematika ini peneliti menggunakan alat peraga berupa Kartu Posinega untuk menyampaikan konsep mengenai operasi penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat di kelompok eksperimen. Alat peraga Kartu Posinega ini berfungsi untuk mewujudkan konsep abstrak penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat. Selain itu penggunaan kartu posinega juga melibatkan siswa secara langsung dalam praktiknya dan membuat siswa lebih aktif serta senang belajar dengan mencoba menggunakan kartu posinega dalam pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, sehingga siswa termotivasi untuk belajar.
Penggunaan garis bilangan dalam menjelaskan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat seperti yang sering digunakan oleh guru tidak dapat mengkonkretkan konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, sehingga siswa kesulitan dalam memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, walaupun bisa saja dalam pembelajaran guru dapat melibatan siswa secara langsung dalam praktiknya sehingga siswa lebih mudah mengingat materi.
32
Gambar 7. Paradigma Penelitian
X = pembelajaran menggunakan alat peraga Kartu Posinega Y = pembelajaran menggunakan garis bilangan
Z = hasil belajar materi penjumlahan pada bilangan bulat siswa kelas IV SD C. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dilakukan oleh Maslinawati (2015) dalam web idr.iain-antasari.ac.id tentang “Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bilangan Bulat dengan Menggunakan Media Kartu Posinega dan Garis Bilangan Di Kelas VII Mts.Izharussalam Baruh Jaya Kecamatan Daha Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016”. Dari hasil penelitian dan pembahasan diketahui bahwa hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan media kartu Posinega termasuk dalam kategori baik sekali dan hasil belajar dengan menggunakan Garis Bilangan termasuk dalam kategori baik. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan media kartu Posinega dan garis bilangan.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hipotesis kerja: “Ada pengaruh penggunaan
X
Y
33
34 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian menurut Nazir (2003: 84) adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian lebih sempit, desain penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisis data saja. Jadi desain penelitian yang baik adalah yang memuat pengumpulan dan analisis data dari penelitian yang dilakukan.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena data yang diperoleh berupa angka. Sementara itu Sugiyono (2007: 107) menjelaskan bahwa penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang termasuk dalam desain eksperimen semu (quasi-experimental design) karena dalam desain penelitian ini mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Alasan peneliti memilih penelitian eksperimen karena suatu eksperimen dalam bidang pendidikan dimaksudkan untuk menilai pengaruh suatu tindakan terhadap tingkah laku atau menguji ada tidaknya pengaruh tindakan itu. Tindakan di dalam eksperimen disebut treatment
atau perlakuan, yang artinya pemberian kondisi yang akan dinilai pengaruhnya. Ada persamaan antara desain eksperimen semu (quasi-experimental design)
35
dapat mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen dan sampel tidak dipilih secara random. Penelitian ini menggunakan seluruh anggota populasi sebagai sampel, karena tidak bermaksud membuat generalisasi. Perbedaan antara kedua desain tersebut terletak pada pola desain. Pada desain pra eksperimen, tidak ada pola desain yang menggunakan pretest
untuk mengetahui kemampuan atau kondisi awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sedangkan pada desain eksperimen semu, terdapat pola desain yang menggunakan pretest untuk mengetahui kemampuan atau kondisi awal kedua kelompok. Sehingga penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu
(quasi-experimental design).
Menurut Sugiyono (2010: 84), dalam eksperimen semu (quasi experimental) ada dua bentuk desain, yaitu Time-Series Design dan Nonequivalent Control Group Design. Penelitian ini menggunakan Nonequivalent Control Group Design (pretest-posttest yang tidak ekuivalen), sehingga ada dua kelompok yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Jadi dalam desain ini, dimulai dengan memberikan tes awal atau
36
siswa yang menggunakan kartu posinega dan hasil belajar kelompok siswa yang menggunakan garis bilangan. Berikut ini adalah desain penelitian eksperimen semu Nonequivalent Control Group Design.
Tabel 1. Pola Desain Penelitian
Keterangan:
: tes awal kelompok eksperimen (pretest)
: tes akhir kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan (posttest)
: tes awal kelompok kontrol (pretest)
: tes akhir kelompok kontrol (posttest) setelah diberi perlakuan
: pemberian perlakuan (treatment) berupa penggunaan kartu posinega pada
kelompok eksperimen
Y : pemberian perlakuan (treatment) yang biasa dilakukan oleh guru, yaitu penggunaan garis bilangan pada kelompok kontrol
B. Subjek Penelitian
Populasi menurut Sugiyono (2010: 90) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi dapat dimaknai bahwa populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Selain itu, populasi bukan juga sekedar jumlah yang ada pada obyek/ subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang melekat pada subyek atau obyek tersebut.
37
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Sinduadi 1 yang berjumlah 61 siswa dan dibagi dalam dua kelas, yaitu kelas IV A dan IV B. Peneliti menggunakan kedua kelas tersebut sebagai subjek penelitian. Kedua kelas memiliki kondisi dan kemampuan yang sama, maka berdasarkan saran dari kedua guru kelas, kelas IV A yang berjumlah 34 siswa dijadikan sebagai kelompok kontrol, yaitu kelompok pembanding dan mendapat perlakuan seperti yang biasa dilakukan oleh guru, yaitu penggunaan garis bilangan dan kelas IV B yang berjumlah 27 siswa sebagai kelompok eksperimen, yaitu kelompok yang mendapat perlakuan berupa penggunaan kartu posinega.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat di SD Negeri Sinduadi 1 yang beralamat di Jalan Magelang, Sinduadi, Mlati, Sleman. Lokasi tersebut dipilih karena memiliki semua aspek pendukung agar penelitian berjalan dengan baik, salah satunya adalah dekat dengan tempat tinggal peneliti. Selain itu, peneliti menentukan SD Negeri Sinduadi 1 sebagai tempat penelitian karena sekolah tersebut mempunyai kelas yang paralel sehingga memudahkan peneliti dalam menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
2. Waktu Penelitian
38 1. Pra Pelaksanaan Penelitian
a. Survei
Survei yang dilaksanakan peneliti disini adalah meninjau secara langsung lokasi penelitian yang akan dijadikan sebagai objek penelitian, yaitu SD Negeri Sinduadi 1.
b. Menentukan Judul dan Topik Penelitian
Setelah melakukan survei lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian dan diketahui bahwa ada suatu permasalahan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan judul penelitian yang diikuti rumusan masalah.
c. Menentukan Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini merupakan alat yang dapat digunkan untuk mengumpulkan data-data tentang hasil belajar siswa.
d. Pembuatan Proposal
Berdasar hasil dari survei lapangan dan kajian pustaka, maka disusunlah proposal penelitian untuk diajukan kepada dewan skripsi.
e. Menyelesaikan Administrasi Penelitian
39 2. Pelaksanaan
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan selama proses penelitian berlangsung. Proses pengumpulan data yaitu dengan menggunakan tes hasil belajar siswa tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
b. Proses Bimbingan
Proses bimbingan dengan dosen pembimbing telah peneliti lakukan mulai dari persiapan penelitian sampai dengan menjelang siding ujian skripsi. c. Pengolahan Data
Untuk menguji kebenaran informasi, dilakukan pengolahan data agar akurat dan valid.
3. Penyusunan Laporan
a. Penyusunan data
Penyusunan data dilakukan setelah data diolah, kemudian disusun menjadi suatu laporan yang sistematis.
b. Pengetikan Data
Data diketik setelah tersusun sistematis. c. Penggandaan Laporan Penelitian
Penggandaan laporan penelitian dilakukan setelah mendapat tanda tangan pihak-pihak terkait pada surat pengesahan.
D. Variabel Penelitian
40
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu variabel bebas
(independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab terjadinya perubahan atau timbulnya variabel terikat, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:
1. Variabel bebas (independent) adalah penggunaan alat peraga kartu posinega 2. Variabel terikat (dependent) adalah hasil belajar matematika materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat siswa kelas IV SD Negeri Sinduadi 1.
E. Definisi Operasional
1. Penggunaan Kartu Posinega
41
Gambar 8. Kartu Posinega
Jadi, yang dimaksud dengan penggunaan kartu posinega adalah penggunaan kartu bintang berwarna biru yang meragakan bilangan bulat positif dan kartu bintang berwarna merah yang meragakan bilangan bulat negatif untuk menjelaskan materi penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat.
2. Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat
Hasil belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat adalah nilai atau skor yang diperoleh peserta didik melalui tes kognitif berupa soal C2 sampai C3 tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan range 0 – 100 setelah mengikuti pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
F. Prosedur Penelitian
Setiap penelitian memiliki prosedur penelitian tersendiri yang sesuai dengan jenis penelitiannya. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Menurut Arikunto (2010: 209), strategi atau langkah-langkah penelitian eksperimen, yaitu mengadakan studi literatur, mengadakan identifikasi dan merumuskan masalah, merumuskan batasan masalah dan dukungan teori, menyusun rencana eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, dan mengolah data.
42
Berdasarkan langkah-langkah tersebut, maka disusun langkah-langkah penelitian sebagai berikut.
1. Pra-eksperimen
a. Peneliti melakukan survei ke tempat penelitian
b. Peneliti melakukan studi literatur terkait variabel-variabel penelitian
c. Peneliti menentukan metode penelitian, desain penelitian, dan teknik pengumpulan data
d. Peneliti membuat instrumen penelitian
e. Peneliti menyusun RPP dan LKS yang digunakan untuk penelitian f. Peneliti mengonsultasikan instrumen penelitian kepada ahli
g. Peneliti melaksanakan uji coba instrumen penelitian kepada responden dan menetapkan instrumen penelitian yang tepat
2. Eksperimen
a. Tes awal
Pada tahap ini, peneliti memberikan soal atau tes awal terkait materi yang akan diteliti kepada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum mendapatkan perlakuan.
b. Perlakuan
43 c. Tes akhir
Setelah diberi perlakuan, peneliti memberikan soal tes kepada kelompok kontrol dan eksperimen agar diketahui hasil belajar siswa kedua kelompok. 3. Pasca-eksperimen
a. Peneliti mengumpulkan data dari proses eksperimen
b. Menyusun data sesuai dengan variabel yang telah ditentukan c. Menganalisis data yang telah didapat
d. Menyimpulkan hasil penelitian e. Menyusun laporan penelitian G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2003: 174). Sedangkan menurut Arikunto (2010: 100), metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Jadi, dapat dikaji bahwa yang dimaksud teknik pengumpulan data adalah cara-cara untuk mengumpulkan data dengan prosedur yang sistematis untuk menguji hipotesis. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu.
1. Observasi
44
peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang atau obyek yang sedang diamati. Sedangkan observasi nonpartisipan, peneliti hanya sebagai pengamat, tidak terlibat langsung dalam kegiatan orang-orang yang sedang diamati.
2. Tes
Tes sebagai instrumen pengumpul data menurut Subana, dkk (2000: 28) adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Ada beberapa macam tes instrumen pengumpul data, yaitu.
1. Tes kepribadian, untuk mengungkapkan kepriadian seseorang 2. Tes bakat, untuk mengukur bakat seseorang
3. Tes prestasi, untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu
4. Tes inteligensi, untuk mengukur tingkat intelektual seseorang 5. Tes sikap, untuk mengukur berbagai sikap orang
Data yang dikumpulkan adalah data tentang hasil belajar siswa berupa kemampuan kognitif yang diperoleh melalui pretest dan posttest yang telah ditentukan oleh peneliti dan data pengamatan kegiatan guru dan siswa saat proses pembelajaran berlangsung.
H. Instrumen Penelitian
45
biasanya digunakan peneliti untuk mengamati atau menanyai responden sehingga diperoleh informasi yang dibutuhkan.
Penelitian ini menggunakan tes dan observasi sebagai instrumen penelitian. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai instrumen penelitian yang akan digunakan.
1. Soal Tes
Tes yang digunakan adalah tes objektif dalam bentuk isian (completion test).
Tes isian biasa kita sebut dengan tes melengkapi atau tes menyempurnakan. Sebelum tes disusun terlebih dahulu dibuat kisi-kisi tesnya dan setelah itu diujicobakan kepada siswa kelas IV Sekolah Dasar.
Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Tes
Variabel Kompetensi
Menjumlahkan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif
1, 2 2
Menjumlahkan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif
Menjumlahkan bilangan bulat positif dengan bilangan nol dan sebaliknya
12, 13 13
Menjumlahkan bilangan bulat negatif dengan bilangan nol dan sebaliknya
14, 15, 16 15, 16
Mengurangkan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif
17, 18, 19 18, 19
Mengurangkan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif
Mengurangkan bilangan bulat positif dengan bilangan nol dan sebaliknya
29, 30, 31 30, 31
Mengurangkan bilangan bulat negatif dengan bilangan nol dan sebaliknya
32, 33, 34, 35
34, 35
46 2. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati kesesuaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan oleh peneliti. Lembar observasi digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Lembar observasi pada kelompok eksperimen berisi langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan kartu posinega untuk menjelaskan materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, sedangkan lembar observasi pada kelompok kontrol berisi tentang langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan garis bilangan. Berikut kisi-kisi instrumen lembar observasi.
Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Observasi Kelompok Eksperimen
Kegiatan Pembelajaran
Aspek yang Diamati
Kegiatan Inti 1. Guru mengenalkan kartu posinega kepada siswa.
2. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa kartu bintang biru meragakan bilangan bulat positif dan kartu bintang merah meragakan bilangan bulat negatif.
3. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa bilangan bulat nol merupakan banyaknya kartu biru dan kartu merah yang berpasangan.
4. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa bilangan bulat positif merupakan banyaknya kartu biru yang tidak berpasangan.
5. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa bilangan bulat negatif merupakan banyaknya kartu merah yang tidak berpasangan.
Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Observasi Kelompok Kontrol
Kegiatan Pembelajaran
Aspek yang Diamati
Kegiatan Inti 1. Guru mengenalkan garis bilangan kepada siswa.
47 I. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Uji Validitas Instrumen
Sugiyono (2011: 121) menjelaskan bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen juga dapat menggambarkan data sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.
a. Uji Validitas Instrumen Soal Tes
Uji validitas tes hasil belajar kognitif yang digunakan adalah validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi dilakukan dengan cara membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran berdasarkan kisi-kisi instrumen. Validitas konstruk dilakukan dengan cara meminta pendapat ahli, yaitu kepada dosen ahli Konsep Dasar Matematika, Bapak Sri Rochadi, M.Pd. untuk mengetahui kesesuaian butir soal dengan kisi-kisi. Setelah instrumen dibuat, maka instrumen tersebut diujicobakan kepada siswa kelas IV SD Negeri Widoro yang memiliki karakteristik yang relatif sama dengan SD Negeri Sinduadi 1.
Setelah instrumen diujicobakan, maka peneliti akan memperoleh data. Data tersebut dihitung menggunakan rumus. Untuk pengukuran validitas tes digunakan rumus koefisien korelasi Product Moment dengan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
= korelasi antara variabel X dengan Y
48 = Jumlah nilai variabel X
= Jumlah nilai variabel Y
= Jumlah kuadrat nilai variabel X
= Jumlah kuadrat nilai variabel Y
(∑ = Jumlah kuadrat nilai variabel X dikuadratkan
(∑Y = Jumlah kuadrat nilai variabel Y dikuadratkan
∑ = jumlah hasil kali variabel X dan Y
Hasil perhitungan dari SPSS 16.0 kemudian dikonsultasikan dengan
dengan taraf signifikansi 5%. Butir soal instrumen hasil belajar dikatakan valid jika . Jika koefensi korelasi instrumen 0,497, maka instrumen
tersebut valid.
49 b. Uji Validitas Instrumen Lembar Observasi
Uji validitas instrumen lembar observasi yang digunakan adalah validitas isi dan validitas konstruk. Validitas konstruk dilakukan dengan cara meminta pendapat ahli, yaitu kepada dosen ahli Pembelajaran Matematika, bapak Sri Rochadi, M.Pd. sedangkan validitas isi dengan cara membandingkan antara isi instrumen dengan isi rancangan yang ditetapkan berdasarkan kisi-kisi instrumen. 2. Uji Reliabilitas Instrumen
Menurut Sugiyono (2011: 121), instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Sebagaimana penjelasan Arikunto (2010: 222) bahwa rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan nol atau satu, uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus K-R 20 dengan taraf signifikansi 5% karena jumlah butir pertanyaan ganjil dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
= reliabilitas instrumen