Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education 「1-「「 August, 2015.
IBSN ; 978-602-294-067-8
ix DAFTAR ISI
Kata Sambutan Ketua ASPBJI ... i Kata Sambutan Direktur JF Jakarta ... iv Daftar Isi ... ix
PEMAKALAH UTAMA
... 1 Ito Sukero
PEMAKALAH UNDANGAN DAN PEMAKALAH PENDAMPING
EFEKTIVITAS METODE ROLE PLAY DENGAN SISTEM
PENILAIAN PEER-ASSESSMENT DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERBICARA PEMBELAJAR SEMESTER DUA PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG STIBA SARASWATI
DENPASAR ... 9 A.A.Ayu Dian Andriyani, Komang Dian Puspita Candra,
Ni Wayan Meidariani, dan Sahidin
KEGIATAN MENULIS BLOG BAHASA JEPANG (PENERAPAN EVALUASI DIRI PEMBELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN
PORTFOLIO) ... 27 Arianty Visiaty
TAHAP AWAL IDENTIFIKASI KESULITAN MENYIMAK BAHASA
JEPANG DENGAN PENYUSUNAN TES DIAGNOSTIK ... 41 Desak Made Sri Mardani
MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN SAKUBUN
DAN DOKKAI DI UNIVERSITAS BUNG HATTA ... 58
Dewi Kania Izmayanti dan Irma
Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education 「1-「「 August, 2015.
IBSN ; 978-602-294-067-8
x
ANALISA VALIDITAS TAMPANG DAN VALIDITAS ISI TES MENYIMAK BUATAN GURU - STUDI KASUS UTS CHOUKAI 4
DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA –... 87 Dwi Astuti Retno Lestari
EVALUASI DAN ASSESMENT DALAM MATA KULIAH GAKUSHUU
HYOUKA ... 103
Dyah Prasetiani
GRAMMAR COMPREHENSION-BASED COMMUNICATION PRACTICE THROUGH SOCIOLINGUISTIC APPROACH... 117
Ely Triasih Rahayu
PENILAIAN HASIL BELAJAR DALAM PENDIDIKAN BAHASA
JEPANG DI SMA SESUAI KURIKULUM 2013 ... 127 Evi Lusiana dan Hatta Naomi
METODE PENGUKURAN PERSEPSI BUNYI BAHASA JEPANG OLEH PEMBELAJAR INDONESIA ... 143 Franky R. Najoan dan Yasuhiko Sukegawa
PENGARUH PENILAIAN AUTENTIK TERHADAP HASIL BELAJAR MEMBACA DAN MENULIS BAHASA JEPANG MAHASISWA
SEMESTER 1 TAHUN AKADEMIK 2014/2015 JURUSAN BAHASA
JEPANG UNJ ... 156 Frida Philiyanti
PROBLEM IDENTIFICATION IN CHOKAI/LISTENING ... 170
Hartati
THE CORRELATION BETWEEN LEVEL OF VOCABULARY MASTERY
AND STUDENTS’ JAPANESE READING SKILLS IN HYOUKI AND
DOKKAI SUBJECT... 179
Haryono
Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education 「1-「「 August, 2015.
IBSN ; 978-602-294-067-8
xi
PERINGKAT KESALAHAN PADA NASKAH PIDATO MAHASISWA SEMESTER VI PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG UNIVERSITAS
UDAYANA TAHUN AJARAN 2014/2015 ... 204 I Gede Oeinada
PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODEL KEMMIS DAN MCTAGGART
PADA MATA KULIAH NIHON BUNGAKU NYUUMON ... 218
Ida Ayu Laksmita Sari dan Ni Luh Putu Ari Sulatri
EVALUASI PEMBELAJARAN DOKKAI 2: STUDI KASUS PADA
PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG UNSOED ... 232 Idah Hamidah
PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN MODEL PEMBELAJARAN
ROLE PLAYING PADA MATA KULIAH KAIWA I ... 242
Imelda Indah Lestari dan Rina Yuniastuti
ANALISIS PENGGUNAAN HURUF KANA OLEH MAHASISWA
BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG UNIVERSITAS HASANUDDIN ... 253 Imelda
RESPON PUJIAN OLEH PEMBELAJAR BAHASA JEPANG ... 266 Ismatul Khasanah dan Adityo Bagus Prabowo
EKSPERIMEN EVALUASI DALAM MATA KULIAH NIHONGO
KYOGUKAIHATSU –MERUJUK PADA MODEL BELAJAR DAN
EVALUASI BERDASARKAN KECAKAPAN ABAD 21- ... 279 Joko Prasetyo dan Michiyo Takasaki
STRATEGI PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN MATA KULIAH SINTAKSIS DI JURUSAN SASTRA JEPANG DI UNIVERSITAS
ANDALAS ... 294 Lady Diana Yusri dan Dini Maulia
PERFORMANCE ASSESSMENT IN INTERMEDIATE JAPANESE
READING ... 305
Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education
「1-「「 August, 2015.
IBSN ; 978-602-294-067-8
xii
... 322 Lispridona Diner
KEMAMPUAN MENULIS MAHASISWA DEPARTEMEN SASTRA JEPANG SEMESTER II MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
PICTURE AND PICTURE ... 335
Mhd. Pujiono
ANALISIS ALIR NADA DAN POLA AKSEN PEMBELAJAR BAHASA
JEPANG DI KOTA MEDAN ... 347 Mintarsih
EVALUASI DAN ASESMEN DALAM UJIAN TENGAH SEMESTER TATA BAHASA IV TAHUN AKADEMIK 2014-2015 PADA
MAHASISWA SEMESTER IV ANGKATAN 2013 PROGRAM STUDI
SASTRA JEPANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA ... 366 Nadya Inda Syartanti
APLIKASI DAN EVALUASI POLA KALIMAT BAHASA JEPANG PADA MATA KULIAH JOUKYUU DOKKAI MELALUI POLA
BULAN SABIT ... 382 Ngurah Indra Pradhana
PEER CORRECTION SEBAGAI FEEDBACK DALAM ASESMEN
PEMBELAJARAN SAKUBUN ... 394
Ni Made Wiriani dan Ni Luh Kade Yuliani Giri
EVALUASI PENGUASAAN KOSAKATA MAHASISWA DENGAN
TEKNIK DOUBLE EVALUATION ... 402
Ni Putu Luhur Wedayanti dan Silvia Damayanti
― ― ... 414
Ni Wayan Prilyasinta dan Sakamoto Tadashi
Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education 「1-「「 August, 2015.
IBSN ; 978-602-294-067-8
xiii
― ― ... 444
Pika Yestia Ginanjar
EVALUATING AND ASSESSMENT BASE ON SOFTSKILLS IN
TSUYAKU COURSE ... 459
(TIDAK DIPRESENTASIKAN) Rahtu Nila Sepni
BENTUK DAN TES KEMAMPUAN MEMBACA DALAM
BAHASA JEPANG ... 474 Renny Anggraeny
PELAFALAN BUNYI PANJANG BAHASA JEPANG PADA MAHASISWA, PENGAJAR DAN PENUTUR ASLI BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA ... 488 Rike Febriyanti dan Sri Aju Indrowaty
INTERPRETING FOR TOURISM AS A WAY TO IMPROVE JAPANESE
SPEAKING EVALUATION AND ASSESSMENT STUDY... 503
Rita Susanti
HUBUNGAN KONSTITUEN PENGISI SUBJEK, OBJEK, KETERANGAN, MODIFIER, DAN QUALIFIER: SEBUAH KAJIAN TEORITIS
TERHADAP POLA SISTEM KALIMAT BAHASA JEPANG... 517 Roni
... 531 Sakamoto Tadashi dan Ito Sukero
PENINGKATAN PENGUASAAN KANJI DENGAN CHOKUSETSU
SUTORATEJI ... 543
Sherly Ferro Lensun
PENILAIAN PEMBELAJARAN CHOKAI PADA MATA KULIAH
CHODOKKAI ... 560
Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education 「1-「「 August, 2015.
IBSN ; 978-602-294-067-8
xiv
KORELASI KEMAMPUAN MAHASISWA TINGKAT II MENJAWAB SOAL ESAI BERBASIS PENILAIAN BERPIKIR ANALITIS KREATIF DENGAN KEMAMPUAN MENYUSUN RPP BAHASA JEPANG
BER-PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATA KULIAH NIHONGO JUGYO
KEIKAKU SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2014/2015 DI
PRODI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FSB UNESA ... 573 (TIDAK DIPRESENTASIKAN)
Siti Muharami Malayu dan Yuddi Adrian Muliadi
... 590 Susi Widianti
Can-do e
... 600 Takasaki Michiyo
PRAKTIK PENILAIAN PARTISIPASIF PEMELAJAR UNTUK MEMAJUKAN PEMBELAJARAN MANDIRI - STUDI KASUS YANG DILIHAT PADA KURSUS YANG DISELENGGARAKAN THE JAPAN
FOUNDATION JAKARTA - ... 614 Tetriana Sawitri dan Tomoko Nihei
TELAAH BUTIR SOAL KANJI CUP 2015 LEVEL DASAR
DI SURABAYA ... 632 Urip Zaenal Fanani
RUBRIK UNTUK PENILAIAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG PADA PROSES PEMBELAJARAN KOLABORATIF
—PENILAIAN INDIVIDU DAN PENILAIAN KOLEKTIF— ... 645 Vera Yulianti
Town Innovation Project 21
... 657 Yuni Susanto
PENERAPAN PEER EVALUATION PADA MATA KULIAH MENULIS
Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education
「1-「「 August, 2015.
IBSN ; 978-602-294-067-8
xv
PENGENALAN YOUYAKU UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN
MAHASISWA DALAM MEMBACA TINGKAT MENENGAH
I Gede Oeinada
- 204 -
PERINGKAT KESALAHAN PADA NASKAH PIDATO
MAHASISWA SEMESTER VI PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN AJARAN 2014/2015
I Gede Oeinada, S.S., M.Hum.
Program Studi Sastra Jepang, Universitas Udayana gede.oeinada@gmail.com
Abstract
An essay (sakubun) is one form of the writing skill performance of a language learner. For some students, sakubun is a less favored subject because of their inability to make a good and correct essays. This paper will provide an overview of errors in sakubun, namely speech scripts made by nine sixth semester students from the Japanese Literature Department of Udayana University when they prepare their manuscripts to participate in a speech contest in April 2015. The nine students are above the average students who have better academic ability compared to their colleagues. Therefore, by knowing the mistakes made by them, their language competence can be predicted so as to plan for future learning strategies to improve the learners’ language competence and performance. The method used in this paper is a quantitative descriptive. Errors found can be categorized into errors at the level of grammar and at the level of vocabulary. The results showed that at the level of grammar, most errors are errors in the use of particles which are then followed by the misapplication of sentence patterns. Meanwhile, at the level of vocabulary, word selection error (diction) is in the top of the list and then followed by writing errors. From these findings it can be concluded that the students still need training and a better understanding of the function and meaning of the vocabularies, particles, conjunctions, as well as Japanese sentence patterns in order to produce a good and correct sakubun. Training can be given by multiplying the input model in their learning process.
Key words: Error Analysis, Sakubun, Japanese Literature Department of Udayana University
1. PENDAHULUAN
Kozue (2002:13) mengatakan bahwa adalah sulit untuk menciptakan dan
mengorganisasikan ide-ide untuk sebuah presentasi lisan bahkan dalam bahasa
pertama, maka secara otomatis dapat dikatakan bahwa membuat sebuah
karangan dan mempresentasikannya secara lisan dalam bahasa kedua ataupun
bahasa asing tentunya merupakan hal yang lebih sulit lagi. Bahasa percakapan
Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education
「1-「「 Aつgつsっ, 2015. IBSN ; 978-602-294-067-8
- 205 -
presentasi lisan. Presentasi lisan mengharuskan kita untuk mengorganisasikan
hal-hal yang kita utarakan dengan urutan yang jelas. Terkait dengan hal ini,
Pastika mengatakan bahwa kesalahan struktur kalimat dan ketidakhematan
pilihan kata paling sering dilakukan akibat lemahnya pemahaman penulis
tentang tata bahasa dan kurangnya penguasaan perbendaharaan kata (2013:61).
Lebih lanjut, Kozue (2002:14-160) mengatakan ada beberapa hal yang
harus diperhatikan ketika menyusun sebuah naskah pidato untuk presentasi
lisan terkait dengan penyusunan naskah, yakni:
1) Adanya topik/isi pidato. Berbeda dengan percakapan sehari-hari yang
tidak mensyaratkan adanya persiapan topik/isi, dalam pidato kita perlu
mempersiapkan topik/isi pidato sebelumnya.
2) Ketika menyusun naskah pidato, kita harus memikirkan pendengar
kita. Topik yang dipilih sebaiknya yang menarik bagi mereka.
3) Hindari penggunaan kata-kata dan pola kalimat yang tidak dipahami
dengan baik oleh pendengar.
4) Meskipun pendengar pidato kita adalah penutur asli bahasa yang kita
gunakan dalam berpidato, kita harus menghindari seringnya
menggunakan kata-kata dan pola kalimat yang tidak kita pahami
dengan baik untuk kenyamanan kita dalam berpidato.
5) Mintalah guru atau teman Jepang Anda untuk mengecek naskah yang
telah Anda buat.
Meskipun telah berupaya menghasilkan naskah pidato (karangan/sakubun
) yang baik, seringkali masih terdapat kesalahan-kesalahan yang dibuat
oleh pembelajar bahasa dalam hal ini oleh para mahasiswa Prodi Sastra
Jepang Universitas Udayana yang hendak mengikuti lomba pidato bahasa
Jepang. Dengan mempelajari kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para
pembelajar ini, akan dapat diperoleh gambaran mengenai kompetensi bahasa
yang mereka miliki sehingga dapat direncanakan strategi pembelajaran ke
depannya untuk meningkatkan kompetensi dan performa bahasa mereka dan
I Gede Oeinada
- 206 -
Corder (dalam Matsumoto, 2011:3) mengatakan bahwa kesalahan (
-goyou/errors) yang dibuat oleh pembelajar merupakan informasi yang sangat
berharga bagi pengajar, peneliti bahasa, maupun pembelajar itu sendiri. Lebih
lanjut dikatakan bahwa hasil penelitian analisis kesalahan yang telah
dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi
selain disebabkan oleh pengaruh bahasa ibu pembelajar tersebut juga
diakibatkan oleh pelanggaran yang dilakukan secara sistematik terhadap
kaidah-kaidah bahasa sasaran yang dilakukan oleh pembelajar.
2. METODE PENULISAN
Tulisan ini mengambil data dari naskah pidato yang dibuat oleh 9
(sembilan) orang mahasiswa angkatan tahun 2012 yang pada saat tulisan ini
dibuat (bulan Mei hingga Juni 2015) merupakan mahasiswa semester VI. Data
yang diperoleh dianalisis menggunakan metode dekriptif kualitatif-kuantitatif.
Kesembilan mahasiswa ini termasuk dalam mahasiswa yang dengan indeks
prestasi di atas rata-rata kelas mereka dan kali ini ditunjuk untuk mewakili
program studi mengikuti lomba pidato yang diadakan rutin setiap tahunnya di
Sekolah Tinggi Bahasa Asing STIBA Saraswati Denpasar dan Pandan College
Denpasar. Dengan menganalisis hasil karangan para mahasiswa yang
termasuk dalam mahasiswa dengan indeks prestasi di atas rata-rata kelas ini
dapat diperoleh gambaran proses pembelajaran yang telah dilakukan sehingga
dapat pula dilakukan perbaikan pada aspek-aspek pembelajaran yang
dirasakan masih kurang baik ke depannya.
3. PEMBAHASAN
Sesuai dengan pengelompokkan jenis kesalahan yang ditemukan dalam
naskah pidato mahasiswa yang dijadikan sumber data, pada subnomor
pembahasan ini disajikan contoh-contoh kesalahan tersebut beserta saran
perbaikannya dan juga dugaan penyebab terjadinya kesalahan tersebut. Selain
itu, akan dibahas pula saran pemecahan terhadap kesalahan-kesalahan yang
ditemukan tersebut.
Berikut disajikan rangkuman pada naskah pidato 9 mahasiswa yang
Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education
「1-「「 Aつgつsっ, 2015. IBSN ; 978-602-294-067-8
- 207 -
No Nama
Jumlah Kesalahan pada Tataran Tata Bahasa
Jumlah Kesalahan pada
Tataran Kosakata Total
Partikel Pola Kalimat Diksi Penulisan
1 Michael A.S. 4 5 4 1 14
2 Melina A. 14 12 3 - 29
3 Sarhita C.P. 9 7 3 2 21
4 Prismayanti 12 13 2 1 28
5 Dwika Y.M. 12 10 10 1 33
6 Marina A. 6 7 1 2 16
7 Rosmala D. 2 1 - - 3
8 Indriyanti P. 8 12 8 2 30
9 Nova A. 9 8 2 2 21
Total Kesalahan 76 75 33 11 195
Prosentase dari Total
[image:12.595.98.497.100.368.2]Kesalahan 39 38 17 6 100
Tabel Rangkuman Kesalahan pada Naskah Pidato Mahasiswa Smt.VI
Dari tabel Rangkuman Kesalahan pada Naskah Pidato Mahasiswa
Semester VI dapat dilihat bahwa kesalahan terbanyak terdapat pada
penggunaan partikel ( -joshi) sebanyak 39% yang diikuti dengan
kesalahan penggunaan pola kalimat ( -bunpou bunkei) sebanyak 38%.
Pada tataran kosakata ( -goi), kesalahan pemilihan kata yang
digunakan/diksi berjumlah sekitar 17% dari total kesalahan dan kesalahan
penulisan/ejaan sebesar 6%.
3.1Kesalahan pada Tataran Tata Bahasa yakni pada Penggunaan
partikel
Kesalahan penggunaan partikel yang ditemukan di antaranya:
(1) Penggunaan partikel wo sebagai penanda objek kata kerja bentuk
bisa ( kanoukei). Partikel yang seharusnya digunakan adalah
ga.
(2) Penggunaan partikel wo sebagai penanda objek kalimat yang
berpredikat kata sifat. Partikel yang seharusnya digunakan adalah
I Gede Oeinada
- 208 -
(3) Penggunaan partikel wo sebagai penanda objek dari kalimat yang
berpredikat sama dengan kalimat sebelumnya. Partikel yang
seharusnya digunakan adalah mo.
(4) Pelesapan partikel ni yang merupakan satu kesatuan pola yang
menyatakan frekuensi kegiatan (~ ni ~ kai).
(5) Penggunaan partikel wo sebagai penanda tempat tujuan dari kata
kerja hairimasu. Partikel yang seharusnya digunakan adalah
ni.
(6) Penggunaan partikel ga sebagai penanda tempat keberadaan dari
kata kerja arimasu. Partikel yang seharusnya digunakan
adalah ni.
(7) Pelesapan partikel na ketika menghubungkan kata sifat-na dengan
kata sambung node.
(8) Penggunaan partikel wo sebagai penanda objek kalimat yang
berpredikat kata kerja yang menunjukkan kemampuan
wakarimasu. Partikel yang seharusnya digunakan adalah ga.
(9) Penggunaan partikel ga sebagai penanda topik kalimat. Partikel
yang seharusnya digunakan adalah wa.
(10) Penggunaan partikel no untuk memperkenalkan sebuah nama.
Partikel yang seharusnya digunakan adalah to iu.
(11) Penggunaan partikel no sebagai penyambung antara kata
sifat-na yang dibentuk dari kata benda yang ditambahkan akhiran teki
dengan kata benda. Partikel yang seharusnya digunakan adalah na.
(12) Penggunaan partikel wo sebagai penanda tujuan kalimat yang
berpredikat kata kerja partisipatif sanka shimasu. Partikel
yang seharusnya digunakan adalah ni.
(13) Penggunaan partikel ga sebagai penanda objek dari kata kerja
kachimasu. Partikel yang seharusnya digunakan adalah ni.
(14) Penggunaan partikel no untuk menyatakan makna ‘dalam
Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education
「1-「「 Aつgつsっ, 2015.
IBSN ; 978-602-294-067-8
- 209 -
Berikut ini disajikan contoh kesalahan yang dibuat oleh mahasiswa terkait
dengan penggunaan partikel.
... tsumaranai no kimochi wo kiemasu.
Terdapat dua kesalahan partikel yang dibuat oleh mahasiswa ini. Pertama,
penggunaan partikel no untuk menghubungkan kata sifat-i
tsumaranai ‘membosankan’ dengan kata benda kimochi ‘perasaan ’.
Seharusnya tidak perlu diberikan partikel no untuk menghubungkan kata
sifat-i dan kata benda. Kedua, penggunaan partikel wo untuk
menghubungkan kata benda kimochi dan kata kerja kiemasu
‘hilang’ tidak tepat karena kata kerja kiemasu merupakan kata kerja intransitif
sehingga partikel yang tepat adalah ga.
3.2Kesalahan pada Tataran Tata Bahasa yakni pada Penggunaan Pola
Kalimat
Sebagaimana kesalahan penggunaan partikel yang ditemukan, kesalahan
penggunaan pola kalimat yang ditemukan pun sebagian besar disebabkan
karena masih tidak dikuasainya kaidah-kadiah penggunaan pola kalimat
bahasa Jepang yang telah dipelajari sebelumnya. Contoh:
(1) Penggunaan pola ~ (kata benda) ni narimasu untuk menyatakan makna
‘ingin menjadi’. Seharusnya pola yang digunakan adalah ~ (kata
benda) ni naritai desu. Contoh:
Watashi wa honyakusha ni narimasu.
‘Saya akan menjadi penerjemah’
Watashi wa honyakusha ni naritai desu.
‘Saya ingin menjadi penerjemah’
(2) Penggunaan pola ~ (kata kerja bentuk-te) te shimaimashita untuk
menyatakan makna ‘mulai menyadari’. Seharusnya pola yang
digunakan adalah ~ (kata kerja bentuk-masu) hajimemashita. Contoh:
Sono kotoba de, watashi wa kizuiteshimaimashita..
‘Dengan kata-kata itu, saya tersadar’
Sono kotoba de, watashi wa kizukihajimemashita..
I Gede Oeinada
- 210 -
(3) Penggunaan pola ~ (kata kerja bentuk kamus) untuk menyatakan
makna ‘ajakan’. Seharusnya pola yang digunakan adalah ~ (kata kerja
bentuk maksud-biasa). Contoh:
“mou iya da, yameru!”.
‘sudah cukup, hentikan!’
“mou iya da, yameyou!”. ‘sudah cukup, ayo hentikan!’
(4) Penggunaan pola ~ (kata kerja bentuk pasif) untuk menyatakan makna
‘nama benda’. Seharusnya pola yang digunakan adalah ~ (kata kerja
bentuk aktif). Contoh:
Nihon no komikku wa manga to iwarete imasu.
‘Komik Jepang disebut Manga’
Komikku wa nihongo de manga to iimasu..
‘Komik, dalam bahasa Jepang disebut Manga’
(5) Penggunaan pola untuk menyatakan makna sebab-akibat. Contoh:
Doushite karate no supootsu ga suki desu kara karada ga tsuyoku naru koto ga dekimasu.
‘Kenapa karena suka olah raga karate, badan bisa menjadi kuat’
Doushite karate no supootsu ga suki ka to iu to karada ga tsuyoku nareru kara desu.
‘Alasan kenapa saya suka olah raga karate adalah karena bisa menjadikan badan kuat’
3.3Kesalahan pada Tataran Kosakata yakni pada Pemilihan Kata (Diksi)
Kesalahan pemilihan kata yang ditemukan sebagian besar berupa
penggunaan kata-kata yang memiliki nuansa makna yang kurang tepat. Hal ini
diakibatkan masih minimnya penguasaan kata atau perbendaharaan kosakata
yang dimiliki oleh mahasiswa yang diakibatkan oleh kurangnya pengalaman
membaca yang banyak dan juga ketidakgemaran membuka kamus untuk
mengetahui kolokasi. Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia (KBBI),
kolokasi adalah asosiasi tetap antara kata dan kata lain di lingkungan yang
Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education
「1-「「 Aつgつsっ, 2015.
IBSN ; 978-602-294-067-8
- 211 -
(1) Kekurangtepatan penggunaan kata yang mirip maknanya
Watashi wa isshoukenmei kangaete imashita.
‘‘saya berpikir dengan sungguh-sungguh’’
Watashi wa shinken ni kangaete imashita.
‘saya berpikir dengan sungguh-sungguh’
Kata isshoukenmei dan kata shinken ni dalam kamus Jepang-Indonesia
karangan Kenji Matsuura memang memiliki makna ‘dengan
sungguh-sungguh’. Namun, apabila kita telisik lebih jauh lagi, penggunaan kata
isshoukenmei lebih pada tenaga yang dicurahkan sedangkan kata
shinken ni lebih ditekankan pada keseriusan. Oleh karena itu, kata
yang tepat yang seharusnya digunakan pada kalimat (1) ini adalah
shinken ni ‘dengan sungguh-sungguh/dengan serius’. Hal ini dapat
dilihat dari contoh penggunaan kata isshoukenmei yang lainnya seperti
isshoukenmei ni doryoku suru ‘berusaha dengan sekuat tenaga’ dan
isshoukenmei ni benkyou shinasai ‘belajarlah sungguh-sungguh’
(Matsuura, 2005:346). Sedangkan contoh penggunaan kata shinken ni
yang lainnya seperti shinken ni tougi suru ‘berdiskusi dengan penuh
keseriusan’ dan kare wa shinken ni Hanako wo aishite iru wake
dewanai ‘Ia tidak serius mencintai Hanako’ (Matsuura, 2005:923).
(2) Kekurangtepatan penggunaan kolokasi
Sono toki no watashi no jikan wa subete, anime ya geemu no tame ni arimasu.
‘Saat itu, seluruh waktu saya ada di kartun dan permainan’
Sono toki no watashi no jikan wa subete, anime ya geemu no tame ni kakemasu.
‘Saat itu, saya menghabiskan seluruh waktu saya untuk kartun dan permainan’
Kata jikan ‘waktu’ apablia digunakan dengan maksud menyatakan
makna penggunaan maka ia akan berkolokasi dengan kata kakeru
‘memakai/menggunakan/menghabiskan’. Hal ini dapat dilihat dalam
kamus pada entri jikan ‘jam/waktu’ yang diberikan contoh
penggunaannya yakni kore wa jikan wo kakeru mondai dewanai ‘ini
bukan soal pengisi waktu’ (Matsuura, 2005:360). Oleh karena itu,
I Gede Oeinada
- 212 -
tepat. Kesalahan dilakukan kemungkinan disebabkan oleh adanya
partikel ni sebelum kata predikat/kata kerja yang harus diisikan
sehingga tanpa sadar menggunakan kata kerja arimasu tanpa
mempertimbangkan objek kalimat mengalami topikalisasi yakni jikan.
(3) Kekurangtepatan menggunakan kata keterangan waktu
Ima, watashi wa manga ni muchuu ni narimashita.
‘Sekarang, saya menjadi tergila-gila pada komik’
Saikin, watashi wa manga ni muchuu ni narimashita.
‘Akhir-akhir ini, saya menjadi tergila-gila pada komik’
Kata ima ‘sekarang’ lebih menekankan pada satu titik waktu dan
sifatnya lebih jangka pendek. Oleh karena itu, kata keterangan waktu
yang lebih cocok untuk dipakai pada kalimat (3) di atas adalah saikin
‘akhir-akhir ini’ yang bermakna jangka waktu yang lebih panjang.
(4) Pengulangan kata yang tidak perlu
Kono supootsu wo sanka shite irai motto motto supiritto ga fuete kimashita.
‘Semenjak mengikuti olah raga ini, semangat (saya) lebih-lebih meningkat.’
Kono supootsu wo sanka shite irai motto supiritto ga fuete kimashita.
‘Semenjak mengikuti olah raga ini, semangat (saya) lebih meningkat.’
Kata motto ‘lebih’ pada kalimat yang semula dibuat oleh mahasiswa
ini tidak perlu diulang karena ini merupakan wacana formal yakni
pidato.
(5) Pemilihan kata yang kurang tepat cakupan maknanya
Watashi no shumi wa iro iro na honbun wo yomu koto desu.
‘Hobi saya membaca bermacam-macam teks.’
Watashi no shumi wa iro iro na hon wo yomu koto desu.
‘Hobi saya membaca bermacam-macam buku.’
Kata honbun ‘teks’ dapat bermakna ‘teks dalam pidato’ seperti pada
frasa enzetsu no honbun, dapat pula merujuk pada bagian inti dari
Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education
「1-「「 Aつgつsっ, 2015.
IBSN ; 978-602-294-067-8
- 213 -
karena itu, kata yang tepat digunakan dalam kalimat yang dibuat oleh
mahasiswa ini seharusnya adalah hon ‘buku’.
(6) Kesalahan kelas kata yang digunakan
... nozomuraku wa shorai bari ni wa sonna densha ga arimasu yo.
‘Harapan (saya) di masa yang akan datang? Bali memiliki kereta seperti itu lho.’
... nozomi wa shourai bari ni wa sonna densha ga arimasu you ni. ‘Harapan (saya) supaya di masa yang akan datang Bali memiliki kereta seperti itu.’
Kata yang seharusnya dipergunakan adalah kata nozomi ‘harapan’
yang termasuk dalam kelas kata benda dan bukannya kelas kata kerja
di depan partikel penanda topik wa.
3.4Kesalahan pada Tataran Kosakata yakni pada Penulisan
Kesalahan penggunaan penulisan yang ditemukan di antaranya:
(1) Penambahan sokuon / (tsu kecil) sebagai tanda penggandaan
konsonan pada konjugasi bentuk-te dari kata kerja benkyou
shimasu. Seharusnya bentuk-te dari kata kerja benkyou shimasu
adalah benkyou shite tanpa sokuon / (tsu kecil).
(2) Urutan suku kata yang terbalik sehingga menghasilkan kata yang tidak
bermakna, misalnya: kata sedangkan kata yang dimaksudkan
dari konteks kalimatnya adalah karate ‘(olahraga) karate’.
(3)Tidak adanya tanda baca seperti tanda koma sehingga menyulitkan
pembaca memenggal kata ataupun frasa dalam kalimat yang dibuat.
Selain itu, tidak adanya tanda baca untuk menunjukkan judul buku
misalnya ”oku no hosomichi” ‘(sebuah judul buku
karangan Matsuo Basho)’.
(4) Tidak adanya penanda bunyi vokal panjang baik pada gairaigo (kata
serapan) yang ditulis, misalnya: kata appurodo yang
seharusnya ditulis appuroodo ‘mengunggah’ maupun
pada wago (kata asli bahasa Jepang) yang ditulis, misalnya: kata
I Gede Oeinada
- 214 -
(5)Dilesapkannya suku kata pada kata motte masu yang
seharusnya ditulis motte imasu ‘mempunyai’.
(6) Tidak adanya penutup paragraf sebagai penanda akhir dari pidato.
3.5Pemecahan Masalah
Abe dan Nakamura (2007:2-3) mengatakan bahwa terdapat dua hal yang
perlu dikuasai untuk dapat berkomunikasi dengan baik dalam bahasa Jepang.
Kedua hal tersebut adalah pengetahuan bahasa ( -gengo no
chishiki) dan keterampilan bahasa ( -gengo no ginou). Yang
termasuk dalam kelompok pengetahuan di antaranya penguasaan (arti)
kosakata ( ( )-tango (no imi no rikai)), ungkapan (
-hyougen), tata bahasa ( -bunpou), huruf ( -moji). Yang termasuk
dalam kelompok keterampilan di antaranya penguasaan pelafalan (
-hatsuon), penulisan huruf ( -hyouki), pemahaman huruf/bacaan (
-dokkai).
Lebih lanjut, dijelaskan pula oleh Abe dan Nakamura (2007:12-13) bahwa
tahapan proses pemerolehan bahasa adalah sebagai berikut:
Bagan Tahapan Proses Pemerolehan Bahasa
Dari bagan urutan proses pemerolehan bahasa dapat diketahui bahwa
Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education
「1-「「 Aつgつsっ, 2015.
IBSN ; 978-602-294-067-8
- 215 -
item bahasa yang sedang dipelajarinya. Kemudian, dilanjutkan dengan
mengingat makna item tersebut, aturan kebahasaan, serta pemakaiannya (cara
pakai) dengan baik. Setelah itu, barulah pembelajar tersebut akan mampu
menggunakan item bahasa yang telah dipelajarinya itu pada situasi
kebahasaan yang nyata dengan lancar. Ditambahkan pula oleh Abe dan
Nakamura (2007:27-28) bahwa dalam tahapan proses pembelajaran tersebut,
latihan dasar yang diberikan pun berbeda. Pada tahapan memahami (
-wakaru), pembelajar sebaiknya melakukan latihan membuat kalimat bermakna
yang benar sesuai dengan aturan kebahasaan item bahasa yang sedang
dipelajarinya. Pada tahapan mengingat ( -oboeru), pembelajar sebaiknya
melakukan latihan-latihan yang cukup yang berpusat pada pengajar berkaitan
dengan item bahasa yang sedang dipelajarinya agar dapat menjawab secara
otomatis. Latihan-latihan seperti ini disebut dengan istilah pattern practice
antara lain seperti: -hanpuku renshuu ‘latihan pengulangan’
-dainyuu renshuu ‘latihan penggantian’ -henkan renshuu ‘latihan
pengubahan’ -outou renshuu ‘latihan tanya-jawab’ (lihat Abe dan
Nakamura, 2007:19). Pada tahapan mengunakan ( -tsukaeru),
pembelajar sebaiknya melakukan latihan-latihan yang dekat dengan komunikasi pada
situasi nyata, dengan kata lain, pembelajar berlatih mengatakan, mendengar,
membaca, dan menulis kalimat-kalimat yang diinginkannya. Lebih lanjut, pada
tahapan menggunakan ini, pembelajar seharusnya menghubungkannya dengan
pemanfaatan kompetensi komunikatif agar dapat berkomunikasi dengan baik. Canale
(dalam Abe dan Nakamura, 2007:4) membagi 4 (empat) kompetansi
komunikatif, yakni: kompetensi gramatikal ( -bunpou nouryoku),
kompetansi sosiolinguistik ( -shakai gengo nouryoku),
kompetansi wacana ( -danwa nouryoku), kompetensi strategis (
-sutoratejii nouryoku).
Penelitian kali ini lebih difokuskan pada kompetensi gramatikal atau yang
oleh Chomsky disebut dengan kompetensi kebahasaan yaitu pengetahuan
tentang tata bahasa yang dapat diamati dari kemampuan pembelajar tersebut
I Gede Oeinada
- 216 -
4. SIMPULAN
Hasil analisis menunjukkan bahwa kesalahan pada tataran tata bahasa
yakni kesalahan penggunaan partikel menempati peringkat teratas jumlah
kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa semester VI tahun ajaran
2014/2015. Kesalahan ini tampaknya terletak pada tahapan kedua dari proses
pemerolehan bahasa yang telah disajikan dalam Bagan Tahapan Proses
Pemerolehan Bahasa yakni pada tahapan mengingat dengan baik. Hal ini
dapat diketahui dari jawaban para mahasiswa yang ketika ditunjukkan
kesalahan mereka dan diberikan jawaban yang benar, mereka menjawab, “oh,
iya”. Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa sebenarnya para mahasiswa
yang melakukan kesalahan sudah pernah mendengarkan penjelasan item
bahasa dalam hal ini partikel (beserta makna, aturan kebahasaan, cara pakai)
tersebut sebelumnya tetapi karena tidak mengingatnya dengan baik sehingga
pada tahapan ketiga yakni pemakaian dalam situasi nyata masih melakukan
kesalahan.
Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan lebih banyak
memberikan model input berupa contoh-contoh kalimat yang lebih banyak
lagi dan bervariasi yang di dalamnya terdapat partikel yang dimaksud.
Demikian juga dengan jenis kesalahan pola kalimat dapat diperbaiki dengan
memperbaiki tahapan kedua dari proses pemerolehan bahasa pula yakni
dengan memberikan dan meminta mahasiswa untuk menghafalkan model
input yang banyak. Selama ini dengan penerapan target pembelajaran yakni 50
pelajaran Minna no Nihongo Shokyu yang harus diberikan secara tuntas dalam
dua semester menyebabkan kurangnya latihan yang diberikan kepada
masing-masing pembelajar di kelas. Mata kuliah Bunpo merupakan mata kuliah
dengan bobot 4 sks dengan 2 kali pertemuan setiap minggunnya sehingga
selama satu semester total pertemuan (termasuk UTS dan UAS) adalah 32 kali
pertemuan. Jumlah ini dirasakan masih kurang. Apabila latihan tidak
diberikan secara cukup pada tiap tahapan pembelajaran/pemerolehan bahasa
maka akan mengakibatkan kekurangmatangnya pemahaman pembelajar
Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education
「1-「「 Aつgつsっ, 2015.
IBSN ; 978-602-294-067-8
- 217 -
komunikasi nyata sebagaimana yang dapat dilihat dari hasil naskah pidato
para mahasiswa yang dijadikan sumber data pada tulisan kali ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abe, Yoko dan Nakamura Masako. 2007. Kokusaikoryukikin Nihongokyokuho Shirizu Dai 9 kan –Shokyu o Oshieru-. Tokyo: Hitsuji Shobo.
Pastika, I Wayan. 2013. Analisis Penggunaan Bahasa Indonesia Media Cetak Nasional Terbit di Bali. Dalam Dinamika Bahasa Media. Denpasar: Udayana University Press. Hal.60-126.
Kozue, Uzawa. 2002. Lessons in Composition and Oral Presentation. Tokyo: ALC.
Matsumoto, Kyoko. 2011. Aru Chuugokujin Jidou Rainichi 2-nen 9-getsukan no goyou no Henka –Chuugokujin Jidou no Juudanhatsuwashiryou to Sakubunshiryou no Bunseki– (jurnal). Jurnal Nihongo, vol.3, no. 1, Maret 2011. Hal.1-17. ASPBJI.