• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peringkat Kesalahan pada Naskah Pidato Mahasiswa Semester VI Program Studi Sastra Jepang Universitas Udayana Tahun Ajaran 2014-2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peringkat Kesalahan pada Naskah Pidato Mahasiswa Semester VI Program Studi Sastra Jepang Universitas Udayana Tahun Ajaran 2014-2015."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education 「1-「「 August, 2015.

IBSN ; 978-602-294-067-8

ix DAFTAR ISI

Kata Sambutan Ketua ASPBJI ... i Kata Sambutan Direktur JF Jakarta ... iv Daftar Isi ... ix

PEMAKALAH UTAMA

... 1 Ito Sukero

PEMAKALAH UNDANGAN DAN PEMAKALAH PENDAMPING

EFEKTIVITAS METODE ROLE PLAY DENGAN SISTEM

PENILAIAN PEER-ASSESSMENT DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERBICARA PEMBELAJAR SEMESTER DUA PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG STIBA SARASWATI

DENPASAR ... 9 A.A.Ayu Dian Andriyani, Komang Dian Puspita Candra,

Ni Wayan Meidariani, dan Sahidin

KEGIATAN MENULIS BLOG BAHASA JEPANG (PENERAPAN EVALUASI DIRI PEMBELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN

PORTFOLIO) ... 27 Arianty Visiaty

TAHAP AWAL IDENTIFIKASI KESULITAN MENYIMAK BAHASA

JEPANG DENGAN PENYUSUNAN TES DIAGNOSTIK ... 41 Desak Made Sri Mardani

MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN SAKUBUN

DAN DOKKAI DI UNIVERSITAS BUNG HATTA ... 58

Dewi Kania Izmayanti dan Irma

(3)

Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education 「1-「「 August, 2015.

IBSN ; 978-602-294-067-8

x

ANALISA VALIDITAS TAMPANG DAN VALIDITAS ISI TES MENYIMAK BUATAN GURU - STUDI KASUS UTS CHOUKAI 4

DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA –... 87 Dwi Astuti Retno Lestari

EVALUASI DAN ASSESMENT DALAM MATA KULIAH GAKUSHUU

HYOUKA ... 103

Dyah Prasetiani

GRAMMAR COMPREHENSION-BASED COMMUNICATION PRACTICE THROUGH SOCIOLINGUISTIC APPROACH... 117

Ely Triasih Rahayu

PENILAIAN HASIL BELAJAR DALAM PENDIDIKAN BAHASA

JEPANG DI SMA SESUAI KURIKULUM 2013 ... 127 Evi Lusiana dan Hatta Naomi

METODE PENGUKURAN PERSEPSI BUNYI BAHASA JEPANG OLEH PEMBELAJAR INDONESIA ... 143 Franky R. Najoan dan Yasuhiko Sukegawa

PENGARUH PENILAIAN AUTENTIK TERHADAP HASIL BELAJAR MEMBACA DAN MENULIS BAHASA JEPANG MAHASISWA

SEMESTER 1 TAHUN AKADEMIK 2014/2015 JURUSAN BAHASA

JEPANG UNJ ... 156 Frida Philiyanti

PROBLEM IDENTIFICATION IN CHOKAI/LISTENING ... 170

Hartati

THE CORRELATION BETWEEN LEVEL OF VOCABULARY MASTERY

AND STUDENTS’ JAPANESE READING SKILLS IN HYOUKI AND

DOKKAI SUBJECT... 179

Haryono

(4)

Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education 「1-「「 August, 2015.

IBSN ; 978-602-294-067-8

xi

PERINGKAT KESALAHAN PADA NASKAH PIDATO MAHASISWA SEMESTER VI PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG UNIVERSITAS

UDAYANA TAHUN AJARAN 2014/2015 ... 204 I Gede Oeinada

PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODEL KEMMIS DAN MCTAGGART

PADA MATA KULIAH NIHON BUNGAKU NYUUMON ... 218

Ida Ayu Laksmita Sari dan Ni Luh Putu Ari Sulatri

EVALUASI PEMBELAJARAN DOKKAI 2: STUDI KASUS PADA

PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG UNSOED ... 232 Idah Hamidah

PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN MODEL PEMBELAJARAN

ROLE PLAYING PADA MATA KULIAH KAIWA I ... 242

Imelda Indah Lestari dan Rina Yuniastuti

ANALISIS PENGGUNAAN HURUF KANA OLEH MAHASISWA

BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG UNIVERSITAS HASANUDDIN ... 253 Imelda

RESPON PUJIAN OLEH PEMBELAJAR BAHASA JEPANG ... 266 Ismatul Khasanah dan Adityo Bagus Prabowo

EKSPERIMEN EVALUASI DALAM MATA KULIAH NIHONGO

KYOGUKAIHATSU –MERUJUK PADA MODEL BELAJAR DAN

EVALUASI BERDASARKAN KECAKAPAN ABAD 21- ... 279 Joko Prasetyo dan Michiyo Takasaki

STRATEGI PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN MATA KULIAH SINTAKSIS DI JURUSAN SASTRA JEPANG DI UNIVERSITAS

ANDALAS ... 294 Lady Diana Yusri dan Dini Maulia

PERFORMANCE ASSESSMENT IN INTERMEDIATE JAPANESE

READING ... 305

(5)

Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education

「1-「「 August, 2015.

IBSN ; 978-602-294-067-8

xii

... 322 Lispridona Diner

KEMAMPUAN MENULIS MAHASISWA DEPARTEMEN SASTRA JEPANG SEMESTER II MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

PICTURE AND PICTURE ... 335

Mhd. Pujiono

ANALISIS ALIR NADA DAN POLA AKSEN PEMBELAJAR BAHASA

JEPANG DI KOTA MEDAN ... 347 Mintarsih

EVALUASI DAN ASESMEN DALAM UJIAN TENGAH SEMESTER TATA BAHASA IV TAHUN AKADEMIK 2014-2015 PADA

MAHASISWA SEMESTER IV ANGKATAN 2013 PROGRAM STUDI

SASTRA JEPANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA ... 366 Nadya Inda Syartanti

APLIKASI DAN EVALUASI POLA KALIMAT BAHASA JEPANG PADA MATA KULIAH JOUKYUU DOKKAI MELALUI POLA

BULAN SABIT ... 382 Ngurah Indra Pradhana

PEER CORRECTION SEBAGAI FEEDBACK DALAM ASESMEN

PEMBELAJARAN SAKUBUN ... 394

Ni Made Wiriani dan Ni Luh Kade Yuliani Giri

EVALUASI PENGUASAAN KOSAKATA MAHASISWA DENGAN

TEKNIK DOUBLE EVALUATION ... 402

Ni Putu Luhur Wedayanti dan Silvia Damayanti

... 414

Ni Wayan Prilyasinta dan Sakamoto Tadashi

(6)

Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education 「1-「「 August, 2015.

IBSN ; 978-602-294-067-8

xiii

... 444

Pika Yestia Ginanjar

EVALUATING AND ASSESSMENT BASE ON SOFTSKILLS IN

TSUYAKU COURSE ... 459

(TIDAK DIPRESENTASIKAN) Rahtu Nila Sepni

BENTUK DAN TES KEMAMPUAN MEMBACA DALAM

BAHASA JEPANG ... 474 Renny Anggraeny

PELAFALAN BUNYI PANJANG BAHASA JEPANG PADA MAHASISWA, PENGAJAR DAN PENUTUR ASLI BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA ... 488 Rike Febriyanti dan Sri Aju Indrowaty

INTERPRETING FOR TOURISM AS A WAY TO IMPROVE JAPANESE

SPEAKING EVALUATION AND ASSESSMENT STUDY... 503

Rita Susanti

HUBUNGAN KONSTITUEN PENGISI SUBJEK, OBJEK, KETERANGAN, MODIFIER, DAN QUALIFIER: SEBUAH KAJIAN TEORITIS

TERHADAP POLA SISTEM KALIMAT BAHASA JEPANG... 517 Roni

... 531 Sakamoto Tadashi dan Ito Sukero

PENINGKATAN PENGUASAAN KANJI DENGAN CHOKUSETSU

SUTORATEJI ... 543

Sherly Ferro Lensun

PENILAIAN PEMBELAJARAN CHOKAI PADA MATA KULIAH

CHODOKKAI ... 560

(7)

Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education 「1-「「 August, 2015.

IBSN ; 978-602-294-067-8

xiv

KORELASI KEMAMPUAN MAHASISWA TINGKAT II MENJAWAB SOAL ESAI BERBASIS PENILAIAN BERPIKIR ANALITIS KREATIF DENGAN KEMAMPUAN MENYUSUN RPP BAHASA JEPANG

BER-PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATA KULIAH NIHONGO JUGYO

KEIKAKU SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2014/2015 DI

PRODI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FSB UNESA ... 573 (TIDAK DIPRESENTASIKAN)

Siti Muharami Malayu dan Yuddi Adrian Muliadi

... 590 Susi Widianti

Can-do e

... 600 Takasaki Michiyo

PRAKTIK PENILAIAN PARTISIPASIF PEMELAJAR UNTUK MEMAJUKAN PEMBELAJARAN MANDIRI - STUDI KASUS YANG DILIHAT PADA KURSUS YANG DISELENGGARAKAN THE JAPAN

FOUNDATION JAKARTA - ... 614 Tetriana Sawitri dan Tomoko Nihei

TELAAH BUTIR SOAL KANJI CUP 2015 LEVEL DASAR

DI SURABAYA ... 632 Urip Zaenal Fanani

RUBRIK UNTUK PENILAIAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG PADA PROSES PEMBELAJARAN KOLABORATIF

—PENILAIAN INDIVIDU DAN PENILAIAN KOLEKTIF— ... 645 Vera Yulianti

Town Innovation Project 21

... 657 Yuni Susanto

PENERAPAN PEER EVALUATION PADA MATA KULIAH MENULIS

(8)

Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education

「1-「「 August, 2015.

IBSN ; 978-602-294-067-8

xv

PENGENALAN YOUYAKU UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN

MAHASISWA DALAM MEMBACA TINGKAT MENENGAH

(9)

I Gede Oeinada

- 204 -

PERINGKAT KESALAHAN PADA NASKAH PIDATO

MAHASISWA SEMESTER VI PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN AJARAN 2014/2015

I Gede Oeinada, S.S., M.Hum.

Program Studi Sastra Jepang, Universitas Udayana gede.oeinada@gmail.com

Abstract

An essay (sakubun) is one form of the writing skill performance of a language learner. For some students, sakubun is a less favored subject because of their inability to make a good and correct essays. This paper will provide an overview of errors in sakubun, namely speech scripts made by nine sixth semester students from the Japanese Literature Department of Udayana University when they prepare their manuscripts to participate in a speech contest in April 2015. The nine students are above the average students who have better academic ability compared to their colleagues. Therefore, by knowing the mistakes made by them, their language competence can be predicted so as to plan for future learning strategies to improve the learners’ language competence and performance. The method used in this paper is a quantitative descriptive. Errors found can be categorized into errors at the level of grammar and at the level of vocabulary. The results showed that at the level of grammar, most errors are errors in the use of particles which are then followed by the misapplication of sentence patterns. Meanwhile, at the level of vocabulary, word selection error (diction) is in the top of the list and then followed by writing errors. From these findings it can be concluded that the students still need training and a better understanding of the function and meaning of the vocabularies, particles, conjunctions, as well as Japanese sentence patterns in order to produce a good and correct sakubun. Training can be given by multiplying the input model in their learning process.

Key words: Error Analysis, Sakubun, Japanese Literature Department of Udayana University

1. PENDAHULUAN

Kozue (2002:13) mengatakan bahwa adalah sulit untuk menciptakan dan

mengorganisasikan ide-ide untuk sebuah presentasi lisan bahkan dalam bahasa

pertama, maka secara otomatis dapat dikatakan bahwa membuat sebuah

karangan dan mempresentasikannya secara lisan dalam bahasa kedua ataupun

bahasa asing tentunya merupakan hal yang lebih sulit lagi. Bahasa percakapan

(10)

Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education

「1-「「 Aつgつsっ, 2015. IBSN ; 978-602-294-067-8

- 205 -

presentasi lisan. Presentasi lisan mengharuskan kita untuk mengorganisasikan

hal-hal yang kita utarakan dengan urutan yang jelas. Terkait dengan hal ini,

Pastika mengatakan bahwa kesalahan struktur kalimat dan ketidakhematan

pilihan kata paling sering dilakukan akibat lemahnya pemahaman penulis

tentang tata bahasa dan kurangnya penguasaan perbendaharaan kata (2013:61).

Lebih lanjut, Kozue (2002:14-160) mengatakan ada beberapa hal yang

harus diperhatikan ketika menyusun sebuah naskah pidato untuk presentasi

lisan terkait dengan penyusunan naskah, yakni:

1) Adanya topik/isi pidato. Berbeda dengan percakapan sehari-hari yang

tidak mensyaratkan adanya persiapan topik/isi, dalam pidato kita perlu

mempersiapkan topik/isi pidato sebelumnya.

2) Ketika menyusun naskah pidato, kita harus memikirkan pendengar

kita. Topik yang dipilih sebaiknya yang menarik bagi mereka.

3) Hindari penggunaan kata-kata dan pola kalimat yang tidak dipahami

dengan baik oleh pendengar.

4) Meskipun pendengar pidato kita adalah penutur asli bahasa yang kita

gunakan dalam berpidato, kita harus menghindari seringnya

menggunakan kata-kata dan pola kalimat yang tidak kita pahami

dengan baik untuk kenyamanan kita dalam berpidato.

5) Mintalah guru atau teman Jepang Anda untuk mengecek naskah yang

telah Anda buat.

Meskipun telah berupaya menghasilkan naskah pidato (karangan/sakubun

) yang baik, seringkali masih terdapat kesalahan-kesalahan yang dibuat

oleh pembelajar bahasa dalam hal ini oleh para mahasiswa Prodi Sastra

Jepang Universitas Udayana yang hendak mengikuti lomba pidato bahasa

Jepang. Dengan mempelajari kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para

pembelajar ini, akan dapat diperoleh gambaran mengenai kompetensi bahasa

yang mereka miliki sehingga dapat direncanakan strategi pembelajaran ke

depannya untuk meningkatkan kompetensi dan performa bahasa mereka dan

(11)

I Gede Oeinada

- 206 -

Corder (dalam Matsumoto, 2011:3) mengatakan bahwa kesalahan (

-goyou/errors) yang dibuat oleh pembelajar merupakan informasi yang sangat

berharga bagi pengajar, peneliti bahasa, maupun pembelajar itu sendiri. Lebih

lanjut dikatakan bahwa hasil penelitian analisis kesalahan yang telah

dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi

selain disebabkan oleh pengaruh bahasa ibu pembelajar tersebut juga

diakibatkan oleh pelanggaran yang dilakukan secara sistematik terhadap

kaidah-kaidah bahasa sasaran yang dilakukan oleh pembelajar.

2. METODE PENULISAN

Tulisan ini mengambil data dari naskah pidato yang dibuat oleh 9

(sembilan) orang mahasiswa angkatan tahun 2012 yang pada saat tulisan ini

dibuat (bulan Mei hingga Juni 2015) merupakan mahasiswa semester VI. Data

yang diperoleh dianalisis menggunakan metode dekriptif kualitatif-kuantitatif.

Kesembilan mahasiswa ini termasuk dalam mahasiswa yang dengan indeks

prestasi di atas rata-rata kelas mereka dan kali ini ditunjuk untuk mewakili

program studi mengikuti lomba pidato yang diadakan rutin setiap tahunnya di

Sekolah Tinggi Bahasa Asing STIBA Saraswati Denpasar dan Pandan College

Denpasar. Dengan menganalisis hasil karangan para mahasiswa yang

termasuk dalam mahasiswa dengan indeks prestasi di atas rata-rata kelas ini

dapat diperoleh gambaran proses pembelajaran yang telah dilakukan sehingga

dapat pula dilakukan perbaikan pada aspek-aspek pembelajaran yang

dirasakan masih kurang baik ke depannya.

3. PEMBAHASAN

Sesuai dengan pengelompokkan jenis kesalahan yang ditemukan dalam

naskah pidato mahasiswa yang dijadikan sumber data, pada subnomor

pembahasan ini disajikan contoh-contoh kesalahan tersebut beserta saran

perbaikannya dan juga dugaan penyebab terjadinya kesalahan tersebut. Selain

itu, akan dibahas pula saran pemecahan terhadap kesalahan-kesalahan yang

ditemukan tersebut.

Berikut disajikan rangkuman pada naskah pidato 9 mahasiswa yang

(12)

Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education

「1-「「 Aつgつsっ, 2015. IBSN ; 978-602-294-067-8

- 207 -

No Nama

Jumlah Kesalahan pada Tataran Tata Bahasa

Jumlah Kesalahan pada

Tataran Kosakata Total

Partikel Pola Kalimat Diksi Penulisan

1 Michael A.S. 4 5 4 1 14

2 Melina A. 14 12 3 - 29

3 Sarhita C.P. 9 7 3 2 21

4 Prismayanti 12 13 2 1 28

5 Dwika Y.M. 12 10 10 1 33

6 Marina A. 6 7 1 2 16

7 Rosmala D. 2 1 - - 3

8 Indriyanti P. 8 12 8 2 30

9 Nova A. 9 8 2 2 21

Total Kesalahan 76 75 33 11 195

Prosentase dari Total

[image:12.595.98.497.100.368.2]

Kesalahan 39 38 17 6 100

Tabel Rangkuman Kesalahan pada Naskah Pidato Mahasiswa Smt.VI

Dari tabel Rangkuman Kesalahan pada Naskah Pidato Mahasiswa

Semester VI dapat dilihat bahwa kesalahan terbanyak terdapat pada

penggunaan partikel ( -joshi) sebanyak 39% yang diikuti dengan

kesalahan penggunaan pola kalimat ( -bunpou bunkei) sebanyak 38%.

Pada tataran kosakata ( -goi), kesalahan pemilihan kata yang

digunakan/diksi berjumlah sekitar 17% dari total kesalahan dan kesalahan

penulisan/ejaan sebesar 6%.

3.1Kesalahan pada Tataran Tata Bahasa yakni pada Penggunaan

partikel

Kesalahan penggunaan partikel yang ditemukan di antaranya:

(1) Penggunaan partikel wo sebagai penanda objek kata kerja bentuk

bisa ( kanoukei). Partikel yang seharusnya digunakan adalah

ga.

(2) Penggunaan partikel wo sebagai penanda objek kalimat yang

berpredikat kata sifat. Partikel yang seharusnya digunakan adalah

(13)

I Gede Oeinada

- 208 -

(3) Penggunaan partikel wo sebagai penanda objek dari kalimat yang

berpredikat sama dengan kalimat sebelumnya. Partikel yang

seharusnya digunakan adalah mo.

(4) Pelesapan partikel ni yang merupakan satu kesatuan pola yang

menyatakan frekuensi kegiatan (~ ni ~ kai).

(5) Penggunaan partikel wo sebagai penanda tempat tujuan dari kata

kerja hairimasu. Partikel yang seharusnya digunakan adalah

ni.

(6) Penggunaan partikel ga sebagai penanda tempat keberadaan dari

kata kerja arimasu. Partikel yang seharusnya digunakan

adalah ni.

(7) Pelesapan partikel na ketika menghubungkan kata sifat-na dengan

kata sambung node.

(8) Penggunaan partikel wo sebagai penanda objek kalimat yang

berpredikat kata kerja yang menunjukkan kemampuan

wakarimasu. Partikel yang seharusnya digunakan adalah ga.

(9) Penggunaan partikel ga sebagai penanda topik kalimat. Partikel

yang seharusnya digunakan adalah wa.

(10) Penggunaan partikel no untuk memperkenalkan sebuah nama.

Partikel yang seharusnya digunakan adalah to iu.

(11) Penggunaan partikel no sebagai penyambung antara kata

sifat-na yang dibentuk dari kata benda yang ditambahkan akhiran teki

dengan kata benda. Partikel yang seharusnya digunakan adalah na.

(12) Penggunaan partikel wo sebagai penanda tujuan kalimat yang

berpredikat kata kerja partisipatif sanka shimasu. Partikel

yang seharusnya digunakan adalah ni.

(13) Penggunaan partikel ga sebagai penanda objek dari kata kerja

kachimasu. Partikel yang seharusnya digunakan adalah ni.

(14) Penggunaan partikel no untuk menyatakan makna ‘dalam

(14)

Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education

「1-「「 Aつgつsっ, 2015.

IBSN ; 978-602-294-067-8

- 209 -

Berikut ini disajikan contoh kesalahan yang dibuat oleh mahasiswa terkait

dengan penggunaan partikel.

... tsumaranai no kimochi wo kiemasu.

Terdapat dua kesalahan partikel yang dibuat oleh mahasiswa ini. Pertama,

penggunaan partikel no untuk menghubungkan kata sifat-i

tsumaranai ‘membosankan’ dengan kata benda kimochi ‘perasaan ’.

Seharusnya tidak perlu diberikan partikel no untuk menghubungkan kata

sifat-i dan kata benda. Kedua, penggunaan partikel wo untuk

menghubungkan kata benda kimochi dan kata kerja kiemasu

‘hilang’ tidak tepat karena kata kerja kiemasu merupakan kata kerja intransitif

sehingga partikel yang tepat adalah ga.

3.2Kesalahan pada Tataran Tata Bahasa yakni pada Penggunaan Pola

Kalimat

Sebagaimana kesalahan penggunaan partikel yang ditemukan, kesalahan

penggunaan pola kalimat yang ditemukan pun sebagian besar disebabkan

karena masih tidak dikuasainya kaidah-kadiah penggunaan pola kalimat

bahasa Jepang yang telah dipelajari sebelumnya. Contoh:

(1) Penggunaan pola ~ (kata benda) ni narimasu untuk menyatakan makna

‘ingin menjadi’. Seharusnya pola yang digunakan adalah ~ (kata

benda) ni naritai desu. Contoh:

Watashi wa honyakusha ni narimasu.

‘Saya akan menjadi penerjemah’

Watashi wa honyakusha ni naritai desu.

‘Saya ingin menjadi penerjemah’

(2) Penggunaan pola ~ (kata kerja bentuk-te) te shimaimashita untuk

menyatakan makna ‘mulai menyadari’. Seharusnya pola yang

digunakan adalah ~ (kata kerja bentuk-masu) hajimemashita. Contoh:

Sono kotoba de, watashi wa kizuiteshimaimashita..

‘Dengan kata-kata itu, saya tersadar

Sono kotoba de, watashi wa kizukihajimemashita..

(15)

I Gede Oeinada

- 210 -

(3) Penggunaan pola ~ (kata kerja bentuk kamus) untuk menyatakan

makna ‘ajakan’. Seharusnya pola yang digunakan adalah ~ (kata kerja

bentuk maksud-biasa). Contoh:

“mou iya da, yameru!”.

‘sudah cukup, hentikan!

“mou iya da, yameyou!”. ‘sudah cukup, ayo hentikan!

(4) Penggunaan pola ~ (kata kerja bentuk pasif) untuk menyatakan makna

‘nama benda’. Seharusnya pola yang digunakan adalah ~ (kata kerja

bentuk aktif). Contoh:

Nihon no komikku wa manga to iwarete imasu.

‘Komik Jepang disebut Manga

Komikku wa nihongo de manga to iimasu..

‘Komik, dalam bahasa Jepang disebut Manga’

(5) Penggunaan pola untuk menyatakan makna sebab-akibat. Contoh:

Doushite karate no supootsu ga suki desu kara karada ga tsuyoku naru koto ga dekimasu.

‘Kenapa karena suka olah raga karate, badan bisa menjadi kuat’

Doushite karate no supootsu ga suki ka to iu to karada ga tsuyoku nareru kara desu.

‘Alasan kenapa saya suka olah raga karate adalah karena bisa menjadikan badan kuat’

3.3Kesalahan pada Tataran Kosakata yakni pada Pemilihan Kata (Diksi)

Kesalahan pemilihan kata yang ditemukan sebagian besar berupa

penggunaan kata-kata yang memiliki nuansa makna yang kurang tepat. Hal ini

diakibatkan masih minimnya penguasaan kata atau perbendaharaan kosakata

yang dimiliki oleh mahasiswa yang diakibatkan oleh kurangnya pengalaman

membaca yang banyak dan juga ketidakgemaran membuka kamus untuk

mengetahui kolokasi. Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia (KBBI),

kolokasi adalah asosiasi tetap antara kata dan kata lain di lingkungan yang

(16)

Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education

「1-「「 Aつgつsっ, 2015.

IBSN ; 978-602-294-067-8

- 211 -

(1) Kekurangtepatan penggunaan kata yang mirip maknanya

Watashi wa isshoukenmei kangaete imashita.

‘‘saya berpikir dengan sungguh-sungguh’’

Watashi wa shinken ni kangaete imashita.

‘saya berpikir dengan sungguh-sungguh’

Kata isshoukenmei dan kata shinken ni dalam kamus Jepang-Indonesia

karangan Kenji Matsuura memang memiliki makna ‘dengan

sungguh-sungguh’. Namun, apabila kita telisik lebih jauh lagi, penggunaan kata

isshoukenmei lebih pada tenaga yang dicurahkan sedangkan kata

shinken ni lebih ditekankan pada keseriusan. Oleh karena itu, kata

yang tepat yang seharusnya digunakan pada kalimat (1) ini adalah

shinken ni ‘dengan sungguh-sungguh/dengan serius’. Hal ini dapat

dilihat dari contoh penggunaan kata isshoukenmei yang lainnya seperti

isshoukenmei ni doryoku suru ‘berusaha dengan sekuat tenaga’ dan

isshoukenmei ni benkyou shinasai ‘belajarlah sungguh-sungguh’

(Matsuura, 2005:346). Sedangkan contoh penggunaan kata shinken ni

yang lainnya seperti shinken ni tougi suru ‘berdiskusi dengan penuh

keseriusan’ dan kare wa shinken ni Hanako wo aishite iru wake

dewanai ‘Ia tidak serius mencintai Hanako’ (Matsuura, 2005:923).

(2) Kekurangtepatan penggunaan kolokasi

Sono toki no watashi no jikan wa subete, anime ya geemu no tame ni arimasu.

‘Saat itu, seluruh waktu saya ada di kartun dan permainan’

Sono toki no watashi no jikan wa subete, anime ya geemu no tame ni kakemasu.

‘Saat itu, saya menghabiskan seluruh waktu saya untuk kartun dan permainan’

Kata jikan ‘waktu’ apablia digunakan dengan maksud menyatakan

makna penggunaan maka ia akan berkolokasi dengan kata kakeru

‘memakai/menggunakan/menghabiskan’. Hal ini dapat dilihat dalam

kamus pada entri jikan ‘jam/waktu’ yang diberikan contoh

penggunaannya yakni kore wa jikan wo kakeru mondai dewanai ‘ini

bukan soal pengisi waktu’ (Matsuura, 2005:360). Oleh karena itu,

(17)

I Gede Oeinada

- 212 -

tepat. Kesalahan dilakukan kemungkinan disebabkan oleh adanya

partikel ni sebelum kata predikat/kata kerja yang harus diisikan

sehingga tanpa sadar menggunakan kata kerja arimasu tanpa

mempertimbangkan objek kalimat mengalami topikalisasi yakni jikan.

(3) Kekurangtepatan menggunakan kata keterangan waktu

Ima, watashi wa manga ni muchuu ni narimashita.

‘Sekarang, saya menjadi tergila-gila pada komik’

Saikin, watashi wa manga ni muchuu ni narimashita.

‘Akhir-akhir ini, saya menjadi tergila-gila pada komik’

Kata ima ‘sekarang’ lebih menekankan pada satu titik waktu dan

sifatnya lebih jangka pendek. Oleh karena itu, kata keterangan waktu

yang lebih cocok untuk dipakai pada kalimat (3) di atas adalah saikin

‘akhir-akhir ini’ yang bermakna jangka waktu yang lebih panjang.

(4) Pengulangan kata yang tidak perlu

Kono supootsu wo sanka shite irai motto motto supiritto ga fuete kimashita.

‘Semenjak mengikuti olah raga ini, semangat (saya) lebih-lebih meningkat.’

Kono supootsu wo sanka shite irai motto supiritto ga fuete kimashita.

‘Semenjak mengikuti olah raga ini, semangat (saya) lebih meningkat.’

Kata motto ‘lebih’ pada kalimat yang semula dibuat oleh mahasiswa

ini tidak perlu diulang karena ini merupakan wacana formal yakni

pidato.

(5) Pemilihan kata yang kurang tepat cakupan maknanya

Watashi no shumi wa iro iro na honbun wo yomu koto desu.

‘Hobi saya membaca bermacam-macam teks.’

Watashi no shumi wa iro iro na hon wo yomu koto desu.

‘Hobi saya membaca bermacam-macam buku.’

Kata honbun ‘teks’ dapat bermakna ‘teks dalam pidato’ seperti pada

frasa enzetsu no honbun, dapat pula merujuk pada bagian inti dari

(18)

Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education

「1-「「 Aつgつsっ, 2015.

IBSN ; 978-602-294-067-8

- 213 -

karena itu, kata yang tepat digunakan dalam kalimat yang dibuat oleh

mahasiswa ini seharusnya adalah hon ‘buku’.

(6) Kesalahan kelas kata yang digunakan

... nozomuraku wa shorai bari ni wa sonna densha ga arimasu yo.

‘Harapan (saya) di masa yang akan datang? Bali memiliki kereta seperti itu lho.’

... nozomi wa shourai bari ni wa sonna densha ga arimasu you ni. ‘Harapan (saya) supaya di masa yang akan datang Bali memiliki kereta seperti itu.’

Kata yang seharusnya dipergunakan adalah kata nozomi ‘harapan’

yang termasuk dalam kelas kata benda dan bukannya kelas kata kerja

di depan partikel penanda topik wa.

3.4Kesalahan pada Tataran Kosakata yakni pada Penulisan

Kesalahan penggunaan penulisan yang ditemukan di antaranya:

(1) Penambahan sokuon / (tsu kecil) sebagai tanda penggandaan

konsonan pada konjugasi bentuk-te dari kata kerja benkyou

shimasu. Seharusnya bentuk-te dari kata kerja benkyou shimasu

adalah benkyou shite tanpa sokuon / (tsu kecil).

(2) Urutan suku kata yang terbalik sehingga menghasilkan kata yang tidak

bermakna, misalnya: kata sedangkan kata yang dimaksudkan

dari konteks kalimatnya adalah karate ‘(olahraga) karate’.

(3)Tidak adanya tanda baca seperti tanda koma sehingga menyulitkan

pembaca memenggal kata ataupun frasa dalam kalimat yang dibuat.

Selain itu, tidak adanya tanda baca untuk menunjukkan judul buku

misalnya ”oku no hosomichi” ‘(sebuah judul buku

karangan Matsuo Basho)’.

(4) Tidak adanya penanda bunyi vokal panjang baik pada gairaigo (kata

serapan) yang ditulis, misalnya: kata appurodo yang

seharusnya ditulis appuroodo ‘mengunggah’ maupun

pada wago (kata asli bahasa Jepang) yang ditulis, misalnya: kata

(19)

I Gede Oeinada

- 214 -

(5)Dilesapkannya suku kata pada kata motte masu yang

seharusnya ditulis motte imasu ‘mempunyai’.

(6) Tidak adanya penutup paragraf sebagai penanda akhir dari pidato.

3.5Pemecahan Masalah

Abe dan Nakamura (2007:2-3) mengatakan bahwa terdapat dua hal yang

perlu dikuasai untuk dapat berkomunikasi dengan baik dalam bahasa Jepang.

Kedua hal tersebut adalah pengetahuan bahasa ( -gengo no

chishiki) dan keterampilan bahasa ( -gengo no ginou). Yang

termasuk dalam kelompok pengetahuan di antaranya penguasaan (arti)

kosakata ( ( )-tango (no imi no rikai)), ungkapan (

-hyougen), tata bahasa ( -bunpou), huruf ( -moji). Yang termasuk

dalam kelompok keterampilan di antaranya penguasaan pelafalan (

-hatsuon), penulisan huruf ( -hyouki), pemahaman huruf/bacaan (

-dokkai).

Lebih lanjut, dijelaskan pula oleh Abe dan Nakamura (2007:12-13) bahwa

tahapan proses pemerolehan bahasa adalah sebagai berikut:

Bagan Tahapan Proses Pemerolehan Bahasa

Dari bagan urutan proses pemerolehan bahasa dapat diketahui bahwa

(20)

Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education

「1-「「 Aつgつsっ, 2015.

IBSN ; 978-602-294-067-8

- 215 -

item bahasa yang sedang dipelajarinya. Kemudian, dilanjutkan dengan

mengingat makna item tersebut, aturan kebahasaan, serta pemakaiannya (cara

pakai) dengan baik. Setelah itu, barulah pembelajar tersebut akan mampu

menggunakan item bahasa yang telah dipelajarinya itu pada situasi

kebahasaan yang nyata dengan lancar. Ditambahkan pula oleh Abe dan

Nakamura (2007:27-28) bahwa dalam tahapan proses pembelajaran tersebut,

latihan dasar yang diberikan pun berbeda. Pada tahapan memahami (

-wakaru), pembelajar sebaiknya melakukan latihan membuat kalimat bermakna

yang benar sesuai dengan aturan kebahasaan item bahasa yang sedang

dipelajarinya. Pada tahapan mengingat ( -oboeru), pembelajar sebaiknya

melakukan latihan-latihan yang cukup yang berpusat pada pengajar berkaitan

dengan item bahasa yang sedang dipelajarinya agar dapat menjawab secara

otomatis. Latihan-latihan seperti ini disebut dengan istilah pattern practice

antara lain seperti: -hanpuku renshuu ‘latihan pengulangan’

-dainyuu renshuu ‘latihan penggantian’ -henkan renshuu ‘latihan

pengubahan’ -outou renshuu ‘latihan tanya-jawab’ (lihat Abe dan

Nakamura, 2007:19). Pada tahapan mengunakan ( -tsukaeru),

pembelajar sebaiknya melakukan latihan-latihan yang dekat dengan komunikasi pada

situasi nyata, dengan kata lain, pembelajar berlatih mengatakan, mendengar,

membaca, dan menulis kalimat-kalimat yang diinginkannya. Lebih lanjut, pada

tahapan menggunakan ini, pembelajar seharusnya menghubungkannya dengan

pemanfaatan kompetensi komunikatif agar dapat berkomunikasi dengan baik. Canale

(dalam Abe dan Nakamura, 2007:4) membagi 4 (empat) kompetansi

komunikatif, yakni: kompetensi gramatikal ( -bunpou nouryoku),

kompetansi sosiolinguistik ( -shakai gengo nouryoku),

kompetansi wacana ( -danwa nouryoku), kompetensi strategis (

-sutoratejii nouryoku).

Penelitian kali ini lebih difokuskan pada kompetensi gramatikal atau yang

oleh Chomsky disebut dengan kompetensi kebahasaan yaitu pengetahuan

tentang tata bahasa yang dapat diamati dari kemampuan pembelajar tersebut

(21)

I Gede Oeinada

- 216 -

4. SIMPULAN

Hasil analisis menunjukkan bahwa kesalahan pada tataran tata bahasa

yakni kesalahan penggunaan partikel menempati peringkat teratas jumlah

kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa semester VI tahun ajaran

2014/2015. Kesalahan ini tampaknya terletak pada tahapan kedua dari proses

pemerolehan bahasa yang telah disajikan dalam Bagan Tahapan Proses

Pemerolehan Bahasa yakni pada tahapan mengingat dengan baik. Hal ini

dapat diketahui dari jawaban para mahasiswa yang ketika ditunjukkan

kesalahan mereka dan diberikan jawaban yang benar, mereka menjawab, “oh,

iya”. Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa sebenarnya para mahasiswa

yang melakukan kesalahan sudah pernah mendengarkan penjelasan item

bahasa dalam hal ini partikel (beserta makna, aturan kebahasaan, cara pakai)

tersebut sebelumnya tetapi karena tidak mengingatnya dengan baik sehingga

pada tahapan ketiga yakni pemakaian dalam situasi nyata masih melakukan

kesalahan.

Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan lebih banyak

memberikan model input berupa contoh-contoh kalimat yang lebih banyak

lagi dan bervariasi yang di dalamnya terdapat partikel yang dimaksud.

Demikian juga dengan jenis kesalahan pola kalimat dapat diperbaiki dengan

memperbaiki tahapan kedua dari proses pemerolehan bahasa pula yakni

dengan memberikan dan meminta mahasiswa untuk menghafalkan model

input yang banyak. Selama ini dengan penerapan target pembelajaran yakni 50

pelajaran Minna no Nihongo Shokyu yang harus diberikan secara tuntas dalam

dua semester menyebabkan kurangnya latihan yang diberikan kepada

masing-masing pembelajar di kelas. Mata kuliah Bunpo merupakan mata kuliah

dengan bobot 4 sks dengan 2 kali pertemuan setiap minggunnya sehingga

selama satu semester total pertemuan (termasuk UTS dan UAS) adalah 32 kali

pertemuan. Jumlah ini dirasakan masih kurang. Apabila latihan tidak

diberikan secara cukup pada tiap tahapan pembelajaran/pemerolehan bahasa

maka akan mengakibatkan kekurangmatangnya pemahaman pembelajar

(22)

Proceeding International Seminar on Evaluation and Assessment in Japanese Language Education

「1-「「 Aつgつsっ, 2015.

IBSN ; 978-602-294-067-8

- 217 -

komunikasi nyata sebagaimana yang dapat dilihat dari hasil naskah pidato

para mahasiswa yang dijadikan sumber data pada tulisan kali ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abe, Yoko dan Nakamura Masako. 2007. Kokusaikoryukikin Nihongokyokuho Shirizu Dai 9 kan –Shokyu o Oshieru-. Tokyo: Hitsuji Shobo.

Pastika, I Wayan. 2013. Analisis Penggunaan Bahasa Indonesia Media Cetak Nasional Terbit di Bali. Dalam Dinamika Bahasa Media. Denpasar: Udayana University Press. Hal.60-126.

Kozue, Uzawa. 2002. Lessons in Composition and Oral Presentation. Tokyo: ALC.

Matsumoto, Kyoko. 2011. Aru Chuugokujin Jidou Rainichi 2-nen 9-getsukan no goyou no Henka –Chuugokujin Jidou no Juudanhatsuwashiryou to Sakubunshiryou no Bunseki– (jurnal). Jurnal Nihongo, vol.3, no. 1, Maret 2011. Hal.1-17. ASPBJI.

(23)

Gambar

Tabel Rangkuman Kesalahan pada Naskah Pidato Mahasiswa Smt.VI

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Demikian atas kehadir an dan ker jasamanya disampaikan ter ima kasih. Panitia Pengadaan Bar ang /

Any public offering of securities to be made in the United States will be made by means of an offering circular that may be obtained from the Company and will contain

Evaluasi program pelatihan keterampilan shiatsu dalam meningkatkan kemandirian peserta pelatihan penyandang tunanetra yang dilakukan oleh PSBN Wyata Guna Bandung ………

adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak. lain terhadap keaslian dari karya

(2) gameplay pada level 1 yaitu menempatkan jenis larutan yang diminta dalam tabung. Permainan pada level 1 menampilkan simulator rangkaian alat percobaan

Mata kuliah ini memberikan keterampilan mahasiswa dalam merancang dan mengembangkan program bimbingan dan konseling komprehensif sesuai dengan kebutuhan siswa dan konteks lingkungan

Dimohon kehadiran Direktur Utama/ Pimpinan Perusahaan/Pengurus Perusahaan yang disebutkan namanya dalam Akta Pendirian/ Anggaran Dasar, yang telah didaftarkan sesuai