• Tidak ada hasil yang ditemukan

kesalahan penggunaan bahasa jepang mahasiswa dengan dosen pada mahasiswa sastra jepang universitas udayana.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "kesalahan penggunaan bahasa jepang mahasiswa dengan dosen pada mahasiswa sastra jepang universitas udayana."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BAHASA INDONESIA DALAM PENGGUNAAN BAHASA JEPANG MAHASISWA DENGAN DOSEN

TIM PENELITI

Ni Putu Luhur Wedayanti, S.S., M.Hum. (0830118301) Ni Luh Kade Yuliani Giri, S.S., M.Hum. (0022078002)

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

(2)
(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

DAFTAR ISI ... iii

RINGKASAN ... iv

JUDUL PENELITIAN ... 1

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Kajian Pustaka ... 4

2.3 Kerangka Teori... 5

III METODE PENELITIAN ... 6

3.1 Metode dan Teknik Penyediaan Data ... 7

3.2 Metode dan Teknik Analisis Data ... 8

3.2 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data... 8

IV PEMBAHASAN ... 13

V SIMPULAN.. ... 28

UCAPAN TERIMA KASIH ... 29 DAFTAR PUSTAKA

(4)

RINGKASAN

Penelitian ini dimotivasi oleh banyaknya kesalahan yang terjadi saat mahasiswa menggunakan bahasa Jepang dalam berkomunikasi dengan dosen. Kesalahan-kesalahan mahasiswa tersebut terdapat bukan hanya dalam tuturan lisan, tetapi juga tulisan. Dengan meneliti konsep kesalahan mahasiswa, diharapkan pengajar dapat menemukan solusi dan dapat melakukan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan yang ditemukan.

Data dikumpulkan melalui kuisioner, dengan responden adalah mahasiswa sastra Jepang, Universitas Udayana semester empat dan semester enam. Data yang didapat kemudian diklasifikasikan sesuai dengan klasifikasi kesalahan berbahasa berdasarkan kesalahan fonologis, kesalahan leksikal, kesalahan sintaktik, kesalahan intrepretif, dan kesalahan pragmatik. Data yang telah terklasifikasi kemudian dianalisis menggunakan teori taksonomi kesalahan berbahasa oleh Tarigan (2009:83). Dalam menganalisis taksonomi kesalahan berbahasa tersebut, dibandingkan juga dengan sistem bahasa dalam Bahasa Indonesia untuk mengetahui pengaruh dari bahasa tersebut terhadap bentuk tuturan mahasiswa Sastra Jepang.

(5)

JUDUL PENELITIAN: PENGARUH BAHASA INDONESIA DALAM PENGGUNAAN BAHASA JEPANG MAHASISWA DENGAN DOSEN (Studi Kasus Mahasiswa Sastra Jepang, Universitas Udayana)

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembelajaran bahasa asing, sebagai bahasa kedua, yang dilakukan setelah dewasa kerap menemui kesulitan karena sistem bahasa ibu telah tertanam dalam di otak pembelajar bahasa kedua tersebut. Hal ini dapat menjadi faktor penghalang pembelajar bahasa asing untuk dapat menguasai bahasa asing tersebut dengan baik. Meskipun melakukan kesalahan dalam mempelajari bahasa kedua (bahasa asing) dianggap sebagai sesuatu yang wajar, tetapi dengan analisis kesalahan berbahasa, kesalahan tersebut dapat diuraikan konsep kesalahannya, sehingga dapat menjadi jalan yang lebih singkat untuk memperbaiki kesalahan dan menguasai bahasa yang dipelajari lebih sempurna.

Permasalahan mengenai pengaruh bahasa Ibu dalam pembelajaran bahasa asing juga disampaikan oleh Juaningsih (2010:2) bahwa pemerolehan bahasa asing sebagai bahasa kedua bagi pembelajar dewasa bukan merupakan hal yang mudah, karena dalam diri mereka telah tertanam kaidah bahasa ibu mereka (B1). Pengaruh sistem bahasa Indoenesia atau bahasa daerah (bahasa Bali) pada bahasa Jepang disebut fenomena interferensi. Fenomena interferensi seperti ini dikatakan sebagai masalah yang diakibatkan kurangnya informasi kebahasaaan yang mestinya dimiliki oleh setiap individu dalam rangka berkomunikasi dalam bahasa Asing (Sudipa, 2012:108).

(6)

dengan Sensei Yanti , yang seharusnya adalah Yanti sensei „Ibu (guru) Yanti‟. Hal tersebut diakibatkan oleh pengaruh bahasa Indonesia yang memiliki susunan inti mendahului modifier yaitu Ibu Yanti. Tipe kesalahan sejenis juga terjadi saat mahasisa berkomunikasi dengan dosen dalam proses belajar mengajar. Mahasiswa kerap menerjemahkan langsung sistem bahasa Indonesia ke dalam kalimat berbahasa Jepang yang menyebabkan kalimat tersebut tidak alamiah dan rancu dalam sistem bahasa Jepang.

Kesalahan-kesalahan yang disebabkan pengimplementasian sistem bahasa satu ke bahasa lainnya harus segera diidentifikasi dengan tepat. Hal ini tidak saja terkait pada ketidaktepatan pemilihan strategi pembelajaran yang dapat mengakibatkan kesalahan terendapkan dan tidak terperbaiki, tetapi juga kekhawatiran mahasiswa akan lulus dan menghadapi dunia profesional dengan bekal kemampuan bahasa yang tidak matang. Melihat banyaknya kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa sebagai pembelajar bahasa Jepang, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut permasalahan kesalahan berbahasa mahasiswa saat berbicara menggunakan bahasa Jepang dengan dosen. Orientasi idealis penelitian ini adalah teridentifikasinya kesalahan-kesalahan berbahasa mahasiswa, sehingga dapat dengan segera dievaluasi dan ditemukan langkah-langkah untuk memperbaiki kesalahan tersebut sebagai solusi konkrit bagi proses pembelajaran bahasa Jepang, di Universitas Udayana.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut, maka dirumuskan dua permasalahan, yaitu :

1. Bagaimana klasifikasi kesalahan berbahasa mahasiswa sastra Jepang sesuai dengan taksonomi kesalahan berbahasa?

(7)

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian mengenai analisis kesalahan berbahasa mahasiswa sastra Jepang terhadap dosen ini, memiliki beberapa tujuan, yakni :

1 Untuk mengetahui tipe-tipe kesalahan yang konseptual dalam tuturan bentuk sopan bahasa Jepang mahasiswa ketika berkomunikasi dengan dosen, di Universitas Udayana,

2 Untuk memperoleh tipe-tipe perawatan yang tepat setelah mengetahui konsep atau tipe kesalahan berbahasa yang terjadi pada mahasiswa,

(8)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

Beberapa tinjauan pustaka dan teori digunakan untuk membantu proses analisis dalam penelitian ini. Pengamatan mengenai kesalahan berbahasa telah dilakukan oleh banyak ahli diantaranya adalah Sudipa (2012), Prasetya, dkk (2013), dan Nugraha (2001).

Sudipa (2012) meneliti mengenai “Pengaruh Negatif Sintaksis dan Semantik Bahasa Indonesia pada Bahasa Inggris Tulis Mahasiswa di Bali”. Dalam penelitian tersebut, Sudipa menemukan bahwa adanya interferensi dari bahasa Indonesia yang memengaruhi pilihan penggunaan kata secara semantis, dan sintaksis ketika menulis karangan berbahasa Inggris. Data dikumpulkan dari empat universitas di Bali yang memiliki jurusan bahasa Inggris, yaitu, Universitas Udayana, Universitas Mahasaraswati, Universitas Warmadewa, dan Universitas Pendidikan Ganesha. Data yang terkumpul diklasifikasikan menjadi kesalahan pemilihan leksikon secara semantik, dan kesalahan penggunaan leksikon secara sintaksis. Data yang telah terklasifikasi kemudian disandingkan dengan sistem semantik dan sintaksis bahasa Indonesia. Ditemukan bahwa banyak mahasiswa yang masih menggunakan aturan bahasa Indonesia dalam karangan berbahasa Inggris.

Penelitian yang dilakukan oleh Sudipa digunakan sebagai referensi karena kesalahan serupa juga terjadi pada mahasiswa sastra Jepang, Universitas Udayana. Meskipun objek penelitian dan teori yang digunakan berbeda, penelitian ini sangat berguna karena memberikan masukan penulis mengenai konsep interferensi bahasa Indonesia terhadap bahasa Inggris mahasiswa yang diteliti.

(9)

kalimat yang tidak efektif, kalimat yang tidak sesuai aturan bahasa Indonesia, sehingga tuturan mahasiswa tersebut sulit untuk dipahami. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Kemudian setelah dianalisis, didapatkan empat tipe kesalahan yang membuat kalimat bahasa Indonesia mahasiswa menjadi tidak efektif, yakni kesalahan penghilangan, kesalahan penambahan, kesalahan formasi, kesalahan susun. Kesalahan-kesalahan tersebut menyebabkan banyak tuturan yang sulit untuk dipahami bahkan tidak dimengerti oleh peserta seminar.

Nugraha (2001) meneliti mengenai “Kesalahan-kesalahan Berbahasa Indonesia Pembelajar Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing: Sebuah

Penelitian Pendahuluan”. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh pembelajar bahasa Indonesia. Kesalahan yang ditemukan setelah dianlisis berupa kalimat tidak efektif, pemilihan leksikon, afiks, konjugasi, susunan kata, penggunaan kata sambung “yang”, kata jamak, dan penggunaan preposisi. Kemudian, untuk menyelesaikan permasalahan kesalahan berbahasa tersebut ditawarkan program remedial, yaitu : pemberian informasi tentang kesalahan-kesalahan berbahasa yang dilakukan pembelajar, koreksi secara berpasangan dan koreksi individual, pemberian contoh-contoh yang benar atas kesalahan-kesalahan yang terjadi, pemberian deretan-deretan morfologis dan kata-kata bersinonim dalam konteks, serta diskusi bersama pembelajar tentang penyebab kesalahan pembelajar.

2.2 Kerangka Teori

Penelitian ini menggunakan teori analisis kesalahan berbahasa dan tahap-tahap pelaksanaan remidi yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kesalahan berbahasa yang disampaikan oleh Tarigan. Teori yang disampaikan oleh Tarigan dianggap paling tepat untuk menganalisis data sesuai tujuan penelitian.

(10)

Tarigan, berkaitan dengan istilah kesalahan berbahasa, terdapat dua istilah yang memiliki makna yang hampir sama, yaitu kesalahan dan kekeliruan. Kesalahan berbahasa menurutnya adalah penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa tersebut, sedangkan kekeliruan berbahasa didefinisikan sebagai penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa tersebut namun tidak dipandang sebagai pelanggaran berbahasa (Tarigan, 1997:70). Berikut adalah tabel perbandingan kesalahan dan kekeliruan berbahasa.

Kategori Sudut Pandang Kesalahan Berbahasa Kekeliruan Berbahasa

1. Sumber Kompetensi Performansi

2. Sifat Sistematis, berlaku secara umum

Acak,tidak sistematis, secara individual

3. Durasi Permanen Temporer/Sementara

4. Sistem Linguistik Sudah dikuasai Belum dikuasai

5. Produk Penyimpangan kaidah

bahasa

Penyimpangan kaidah bahasa

6. Solusi Dibantu oleh guru

melalui latihan pengajaran remedial

Diri sendiri (siswa) : mawas diri, pemusatan perhatian

Selain itu, Corder (dalam Indihadi, 2009: 45) juga membahasa mengenai kesalahan berbahasa. Corder menggunakan tiga istilah untuk memetakan ruang lingkup kesalahan berbahasa yaitu :

(11)

2. Error didefinisikan sebagai kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan tata bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah memiliki aturan (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain, sehingga itu berdampak pada kekurangsempurnaan atau ketidakmampuan penutur.

3. Mistake adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih kata atau ungkapan untuk situasi tertentu. Kesalahan ini mengacu kepada kesalahan akibat penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang diketahui benar, bukan karena kurangnya penguasaan bahasa kedua (B2). Kesalahan disebabkan oleh produk tuturan yang tidak benar.

Kesalahan-kesalahan berbahasa ini kemudian dipetakan/dibedakan wilayah atau klasifikasi kesalahannya (taksonomi kesalahan). Beberapa ahli memberikan berbagai macam taksonomi kesalahan berbahasa diantaranya adalah Burt, Dulay, Krashen, Nurhadi maupun Tarigan. Tarigan (2009:83) memberikan empat taksonomi berbahasa yang cakupannya lebih luas, yakni taksonomi kategori linguistik, taksonomi siasat permukaan, taksonomi komparatif, dan taksonomi efek komunikatif.

Nurhadi (dalam Indihadi, 2009 7--8) juga memberikan empat kategori taksonomi kesalahan berbahasa yaitu taksonomi kategori linguistik, taksonomi kategori strategi performansi, taksonomi kategori komparatif, dan taksonomi kategori efek komunikasi. Taksonomi kategori linguistik mengklasifikasikan kesalahan berbahasa berdasarkan kesalahan yang terjadi pada komponen bahasa maupun konsistensi bahasa, yaitu kesalahan pada tataran fonologi, kesalahan pada tataran morfologi dan sintaksis, kesalahan pada tataran semantik dan kata, dan kesalahan tuturan wacana.

(12)

1. Penanggalan (omission) yaitu penutur bahasa menanggalkan satu atau lebih unsur-unsur bahasa yang diperlukan dalam suatu frase atau kalimat. Akibatnya terjadi penyimpangan konstrusksi frase atau kalimat.

2. Penambahan (addition) yaitu penutur bahasa menambahkan satu atau lebih unsur-unsur bahasa yang tidak diperlukan dalam suatu frase atau kalimat. Akibatnya terjadi penyimpangan konstruksi suatu frasa atau kalimat. 3. Kesalahbentukkan (misformation) yaitu penutur membentuk suatu frasa

atau kalimat yang tidak sesuai kaidah bahasa itu. Akibatnya konstruksi frasa atau kalimat menjadi salah.

4. Kesalahurutan (misordering) yaitu penutur menyusun atau mengurutkan unsur-unsur bahasa dalam suatu konstruksi frasa atau kalimat di luar kaidah bahasa tersebut.

Berdasarkan taksonomi komparatif, kesalahan dibedakan menjadi empat tataran kesalahan, yaitu :

1. Kesalahan interlingual yang disebut juga kesalahan interferensi, yakni kesalahan yang bersumber dari pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa kedua.

2. Kesalahan intralingual yakni kesalahan berbahasa yang diakibatkan penguasaan atau pemahaman terhadap bahasa kedua yang kurang memadai.

3. Kesalahan ambigu yakni kesalahan berbahasa yang merefleksikan kesalahan intralingual dan interlingual, yakni kesalahan yang diakibatkan oleh kesalahan interlingual dan kesalahan intralingual.

4. Kesalahan unik adalah kesalahan yang tidak dapat dideskripsikan berdasarkan tataran kesalahan intelingual dan intralingual. Kesalahan ini tidak dapat dilacak atau diprediksi penyebabnya apakan kesalahan interlingual ataupun intralingual.

(13)

yang ditanggalkan salah satu unsurnya akibatnya proses komunikasi menjadi terganggu. Dan kesalahan global yaitu kesalahan pada tataran bahasa yang menyebabkan seluruh tuturan atau isi yang dipesankan dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan menjadi tidak dapat dipahami.

Setelah mengklasifikasikan taksonomi kesalahan berbahasa, Tarigan menjelaskan langkah-langkah prosedur untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan sama sekali kesalahan-kesalahan berbahasa tersebut sebagai berikut: (1) mengumpulkan data yang berupa kesalahan-kesalahan berbahasa yang dibuat pembelajar, (2) mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan; tahap pengenalan dan pemilah-milahan kesalahan berdasarkan kategori ketatabahasaan, (3) membuat peringkat kesalahan yang berarti membuat urutan kesalahan berdasarkan keseringan kesalahan-kesalahan itu muncul, (4) menjelaskan kesalahan dengan mendeskripsikan letak kesalahan, sebab-sebabnya dan pemberian contoh yang benar, (5) membuat perkiraan daerah atau butir kebahasaan yang rawan menyebabkan kesalahan, dan (6) mengoreksi kesalahan berupa pembetulan dan penghilangan kesalahan berupa penyusunan bahan yang tepat dan penentuan strategi pembelajaran yang serasi (Tarigan, 2009: 71-72).

(14)
(15)

III METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan dengan jelas suatu hal/fenomena, sekaligus menerangkan hubungan, menentukan prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Populasi penelitian ini adalah kesalahan berbahasa dalam tes tertulis pembelajar bahasa Jepang di Universitas Udayana semester empat dan enam tahun 2015. Sumber data primer dari penelitian ini adalah jawaban dari kuisioner yang disebarkan kepada 120 orang mahasiswa. Instrumen penelitian adalah kuisioner yang berisi dua puluh pertanyaan terkait tuturan yang harusnya diucapkan mahasiswa jika berkomunikasi dengan dosen. Mahasiswa yang digunakan sebagai responden adalah mahasiswa semester empat dan enam, karena mahasiswa tersebut dalam kurikulum Program Studi Sastra Jepang telah mengambil mata kuliah yang tata bahasa maupun percakapan bentuk honorifik bahasa Jepang.

3.1Metode dan Teknik Penyediaan Data

(16)

3.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis permasalahan kesalahan

penggunaan bahasa Jepang bentuk sopan mahasiswa kepada dosen adalah metode

kualitatif. Sedangkan, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik

klasifikasi dan menguraikan (Ratna, 2010: 211). Teknik yang pertama digunakan

agar data yang dianalisis telah diklasifikasikan sesuai dengan masalah yang

dianalisis. Selanjutnya, diuraikan sesuai dengan tipe kesalahan berbahasa

taksonomi kesalahan berbahasa menurut Tarigan. Setelah diklasifikasikan dan

dianalisis kesalahan berbahasa mahasiswa sesuai taksonomi kesalahan

berbahasanya, lalu dianalisis proses remidi yang paling tepat untuk

masing-masing tipe kesalahan berbahasa tersebu.

3.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

(17)

IV. PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan kuisioner sebagai instrument dalam mengumpulkan data. Kuisioner yang terkumpul sangat bervariasi, dan sebagian besar masih sangat dipengaruhi oleh pola kalimat bahasa Indonesia. Kuisioner yang terkumpul sebanyak 54 lembar, yang merupakan mahasiswa sastra Jepang, Universitas Udayana semester enam. Mahasiswa yang menjadi responden adalah mereka yang dominan menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi sehari-harinya.

Analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu, data diklasifikasikan berdasarkan kesalahan yang dilakukan paling sering. Setelah terpilah, kemudian dianalisis kalimat-kalimat yang dibuat tersebut dibandingkan dengan kalimat dalam bahasa Jepang yang seharusnya. Dari kalimat-kalimat yang salah tersebut, dicari kalimat-kalimat yang memiliki kesalahan sama atau mirip dan kemudian dianalisis penyebab kesalahannya. Kalimat bahasa Jepang tersebut dibandingkan dengan kalimat bahasa Jepang dari data secara langsung sehingga akan terlihat kesalahan-kesalahan yang ada dengan lebih jelas. Berikut adalah kalimat bahasa Jepang yang benar dari kuisioner yang diberikan.

Pertanyaan dalam kuisioner :

1. Bagaimanakah cara anda memastikan janji tugas bimbingan dengan dosen?

2. Bagaimanakah cara anda menolak suruhan dosen untuk menjadi panitia pada seminar yang diadakan program studi?

3. Bagaimana cara anda memberitahu bahwa dosen anda salah menulis kanji yang ada di papan tulis?

4. Bagiamana cara anda mengusulkan agar tenggat waktu pengumpulan tugas diperpanjang dua hari?

(18)

6. Bagaimana cara anda untuk meminta diijinkan meminjam buku milik dosen?

7. Bagaimana cara anda untuk menawarkan diri membawakan tape yang dibawa oleh dosen?

8. Bagaimana cara anda untuk meminta tolong agar dijelaskan kembali oleh dosen mengenai bab yang belum dipahami?

9. Bagaimana cara anda meminta ijin tidak mengikuti perkuliahan karena ada urusan mendadak?

10.Bagaimana cara anda menyampaikan pada dosen jika ingin meminjam tape untuk dibawa ke kelas?

Pertanyaan dalam kuisioner adalah konteks situasi yang harus dibuat oleh mahasiswa. Meskipun hanya sepuluh pertanyaan yang diminta untuk dibuat kalimatnya, akan tetapi dari sepuluh kalimat tersebut telah dapat menjawab pengaruh bahasa Indonesia dalam bahasa Jepang mahasiswa program studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana. Konteks percakapan dengan dosen dijadikan sebagai situasi dalam kuisioner karena percakapan dengan dosen merupakan percakapan semiformal yang sarat dengan nilai kesantunan dan terkadang terdapat kesungkanan di beberapa hal. Oleh sebab itu, dalam percakapan tersebut, apakah mahasiswa beralih kode menggunakan bahasa Indonesia dicampur dengan bahasa Jepang, ataukah bahasa Jepang dengan sistem tata bahasa bahasa Indonesia.

Data-data kuisioner yang terkumpul kemudian dianalisis bentuk-bentuk kesalahannya (taksonomi kesalahan berbahasanya) dengan harapan dapat menjadi bahan evaluasi demi usaha memperbaiki kesalahan-kesalahan mahasiswa tersebut. Berikut adalah contoh data-data yang dipilih dari kumpulan data, yang memiliki kesalahan paling sering dilakukan.

(19)

Ibu (dosen), maaf, saya (mahasiswa) tingkat tiga yanti. Apa besok ada waktu? Kalau ada waktu saya ingin mendiskusikan mengenai tugas saya.‟ 2. Sensei, sumimasen, zemi no toki, watashi wa odaran ga arimasu kara,

iinkai ni naru kotow o dekimasen.

„Ibu, maaf, saat seminar, karena saya ada odalan jadi saya tidak bisa menjadi panitia‟

3. sensei, sumimasen, sono kokuban de kaita kanji ga chotto machigaemashita.

„Ibu, maaf, kanji yang ibu tulis di papan itu salah‟

4. Sensei, sumimasen, kono shukudai wo atsumaru jikan wa ninichi enchou shitemo ii desuka.

„Ibu, maaf, jam pengumpulan tugas ini, bolehkah diundur hari dua?‟ 5. Sensei, sumimasen, toire e ikasetemo ii deshouka.

„Ibu, maaf, bolehkah saya ke toilet?‟

6. Sensei, sumimasen, sono hon wo karitemo ii deshouka. „Ibu, maaf, bolehkah saya meminjam buku itu?‟

7. Sensei, sumimasen, ano teepu wa motte tetsudaimasen ka. „Ibu, maaf, saya bantu bawa tape itu?‟

8. Sensei, sumimasen, ano bun wa wakarimasen kara, mouichido setsumei shite kudasai.

„Ibu, maaf, bagian itu saya belum mengerti, tolong jelaskan lagi.‟

9. Sensei, sumimasen, taisetsu na youji ga arimasu kara, watashi wa kougi wo suru koto ga dekimasen.

„Ibu, maaf, karena ada urusan penting, saya tidak bisa memberi kuliah.‟ 10.Sensei, sumimasen, watashi wa A sensei no kurasi ni teepu wo totte

ikimasu.

„Ibu, maaf, saya mau ambil tape untuk dibawa ke kelasnya Ibu A.‟

(20)

(Data 1) Sensei, sumimasen, watashi wa yanti san nensei desu. Ashita jikan ga arimasu ka. jikan ga attara soudan shiyou to omoimasu.

„Ibu, maaf, saya Yanti mahasiswa tingkat tiga. Besok ada waktu? Kalau ada waktu saya ingin bimbingan.

Data (1) menunjukkan kesalahan yang dipengaruhi oleh sistem bahasa pada bahasa Indonesia. Dimulai dari klausa Sensei, sumimasen „Ibu (dosen), saya minta maaf‟. Klausa tersebut sangat kental akan pengaruh dari budaya masyarakat Indonesia yang masih memegang erat anggah-ungguh berbahasa dengan para senior, atau mereka yang lebih tua, ataupun mereka yang dihormati. Dalam kehidupan sehari-hari telah menjadi pemahaman (yang tidak selalu benar) bahwa mahasiswa jika menghubungi dosen disamaartikan mengganggu dosen, oleh sebab itu kebanyakan mahasiswa jika menghubungi dosen dengan telepon ataupun pesan pendek di telepon seluler selalu diawali dengan kata maaf. Hal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai sesuatu yang salah mengingat kesopanan menunjukkan jati diri seseorang. Hanya saja, mahasiswa kerap menggunakan aturan tersebut dalam bahasa Jepang yang memiliki budaya berbahasa yang berbeda. Dalam berpesan singkat di telepon seluler, mahasiswa tidak meminta maaf, akan tetapi langsung memperkenalkan diri mereka dan tujuan menghubungi dosen. Biasanya aturan-aturan meminta maaf, mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan, sesegera mungkin disampaikan di surel. Seandainyapun meminta maaf, mahasiswa seharusnya menggunakan leksem honorifik karena meminta maaf pada dosen yang notabene seseorang yang dihormati.

(21)

„maaf‟ yang sama-sama berarti maaf dalam bahasa Indonesia, akan tetapi merupakan bentuk honorifik dalam bahasa Jepang.

Pada frasa watashi wa yanti sannensei desu „Saya Yanti mahasiswa tingkat tiga‟ terdapat penanggalan partikel yang sangat penting dalam kalimat/frasa bahasa Jepang, dan kesalahbentukan frasa. Frasa tersebut harusnya watashi wa sannensei no Yanti desu. Kesalahan seperti ini kerap terjadi karena perbedaan sistem modifier+inti antara bahasa Indonesia dan bahasa Jepang. Dalam bahasa Jepang inti didahului modifier dan tetap harus ada partikel yang yang memiliki fungsi gramatikal. Sedangkan dalam bahasa Indonesia inti diikuti oleh modifier tanpa harus ada partikel apapun.

Bahasa Indonesia (Inti + Modifier) watashi wa yanti sannensei desu (x) saya Top Yanti tingkat 3 Kop Saya Yanti (mahasiswa) tingkat tiga.

Bahasa Jepang (modifier + inti) watashi wa sannensei no Yanti desu. (o)

saya Top tingkat 3 Gen Yanti Kop. Saya, Yanti (mahasiswa) tingkat tiga

Dari perbandingan struktur kedua bahasa yang berbeda tersebut, sangat jelas terlihat mahasiswa masih terpengaruh sistem tata bahasa dalam bahasa Indonesia saat membuat kalimat dalam bahasa Jepang.

(22)

Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai perbedaan tersebut, berikut adalah kedua data :

Data mahasiswa salah : Sensei, sumima sen, watashi wa yanti san nensei desu. Ashita jikan ga arimasu ka. jikan ga attara soudan shiyou to omoimasu.

„Ibu (dosen) maaf, saya Yanti (mahasiswa) tinggat tiga. Apa besok ada waktu? Jika ada waktu saya ingin bimbingan‟.

Kalimat ini seharusnya : Sensei,sannensei no Yanti desu. Shukudai no goshidou ni tsuite, itsu sureba yoroshii deshouka?

„Ibu (dosen), saya Yanti (mahasiswa) tingkat tiga. Mengenai bimbingan tugas saya, kapankah sebaiknya bisa dilakukan?‟

Kesalahan yang terjadi adalah penanggalan, kesalahbentukan, dan kesalahan intralingual.

(data 2) Sensei, sumimasen, zemi no toki, watashi wa odaran ga arimasu kara, iinkai ni naru koto wo dekimasen.

„Ibu (dosen) maaf, saat seminar, karena saya ada odalan,tidak bisa menjadi panitia seminar.‟

(23)

Data dalam bahasa Jepang salah :

Sensei, sumimasen, zemi no toki, watashi wa odaran ga arimasu kara, iinkai ni naru koto wo dekimasen.

„Ibu (dosen) maaf, saat seminar, karena saya ada odalan, tidak bisa menjadi panitia seminar.‟

Data dalam bahasa Jepang yang seharusnya :

Sensei, seminaa no iinkai ni tsuite, konkai wa chotto…… watashi, dekinakunaru node, taihen moushiwake gozaimasen. „Ibu (dosen) mengenai seminar nanti, saat ini sepertinya …… Saya sungguh minta maaf karena tidak dapat berpartisipasi kali ini‟

Kesalahan berbahasa yang terjadi adalah kesalahbentukan dan kesalahan intralingual. Kesalahbentukan adalah ditemukannya kesalahan penggunaan partikel dalam frasa ~naru koto wo dekimasen yang seharusnya ~na ru koto ga dekimasen „tidak bisa menjadi…‟. Hal tersebut berkaitan dengan status verba dekiru „bisa‟ yang merupakan verba intransitif, sehingga partikel yang menerangkannya adalah partikel ga.

(Data 3) sensei, sumimasen, sono kokuban de kaita kanji ga chotto machigaemashita.

„Ibu (dosen), maaf, kanji yang ditulis di papan itu sedikit salah‟

(24)

Secara pragmatik, data 3 juga kurang tepat karena sangat tidak sopan mengucapkan kata salah secara langsung terhadap kesalahan yang dilakukan dosen di depan kelas baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Hal tersebut seharusnya dikemas dalam bahasa yang lebih sopan dan tidak langsung. Berikut perbandingan dua kalimat bahasa Jepang :

Kalimat bahasa Jepang yang masih salah : sensei, sumimasen, sono kokuban de kaita kanji ga chotto machigaemashita.

„Ibu (dosen), maaf, kanji yang ditulis di papan itu sedikit salah‟ Kalimat bahasa Jepang yang lebih baik : Sensei, sumimasen, kokuban no

kanji no kakijun wa sukoshi chigawanai dewa arimasen ka. „Ibu (dosen), kanji yang ditulis di papan, apa tidak sedikit berbeda?‟ Frasa chigawanai dewa arimasenka „tidakkah itu salah‟ lebih tepat digunakan karena tidak langsung mengacu pada kesalahan, akan tetapi menggunakan dasar ketidaklangsungan. Alih-alih mengatakan machiagemashita „salah‟, machigawanai dewa arimasenka „tidakkah itu salah‟ dapat dikatakan lebih baik. Adverbia yang digunakan juga adalah sukoshi „sedikit‟ yang lebih tepat pada konteks tersebut.

(Data 4) : Sensei, sumimasen, kono shukudai wo atsumaru jikan wa ninichi enchou shitemo ii desuka.

„Ibu (dosen), maaf, waktu mengumpulkan tugas ini, bolehkah ditangguhkan hari dua?‟

(25)

„pekerjaan rumah‟ maka kata shukudai wo dashimasu akan berarti „mengumpulkan tugas‟.

Kata ninichi yang tidak memiliki arti dalam bahasa Jepang karena kesalahurutan kata tesebut adalah pengaruh dari bahasa Indonesia yang untuk mengungkapkan maksud mengucapkan kata dua hari, adalah menggunakan kata dua (ni) dan hari (nichi) digabungkan apaadanya. Sedangkan dalam bahasa Jepang, kata ni dan nichi jika digabungkan tersebut tidak memiliki arti yang beterima, karena kata dua hari telah memiliki leksem sendiri, yaitu futsukakan „dua hari‟. Kata „bolehkah…‟ adalah ungkapan yang biasa digunakan dalam bahasa Indonesia untuk meminta sesuatu (meminta ijin, meminta pertolongan). Akan tetapi dalam bahasa Jepang terdapat frasa yang lebih tepat dan sopan untuk meminta sesuatu (waktu pengumpulan tugas yang diperpanjang) kepada dosen, yaitu ~shite itadakemasen ka „berkenankah anda‟. Kata ini terkesan tidak memaksa dan cenderung tidak langsung sehingga membuat yang mendengar juga lebih nyaman karena tidak dipaksa untuk melakukan atau memutuskan sesuatu. Berikut adalah kalimat bahasa Jepang yang seharusnya. Berikut adalah penggalan kesalahan pada data empat yang dipenggal menjadi beberapa frasa :

Frasa I data yang salah : Sensei, sumimasen „Ibu, maaf‟

Frasa yang seharusnya : Sensei, onegai ga arimasu ga „Ibu, saya ada permohonan‟

Ungkapan yang salah : kono shukudai wo atsumaru jikan jam pengumpulan tugas ini‟

Ungkapan yang seharusnya: shukudai wo dasu no hi wa „hari pengumpulan tugas‟ atau shukudai no shimekiri hi ‘hari pengumpulan tugas‟

Ungkapan yang salah : ninichi enchou shitemo ii desuka. bolehkah diperpanjang hari dua‟

(26)

Data 5 : Sensei, sumimasen, toire e ikasetemo ii deshouka. „Ibu (dosen), maaf, bolehkah saya pergi ke toilet?‟

Data mengenai konteks ini paling kerap mengalami kesalahan yang disebabkan kultur berbahasa dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, mahasiswa biasanya menggunakan kata bolehkah untuk meminta ijin melakukan sesuatu. Kata bolehkah ini yang secara langsung padanannya adalah ~temo ii desu ka, sering membuat mahasiswa melakukan kesalahan dengan menerjemahkan semua bentuk meminta ijin atau meminta pertolongan menjadi bentuk ~te mo ii desuka. Kerancuan ini dipengaruhi oleh konsep bahasa Indonesia yang dipelajari mahasiswa terlebih dahulu. Padahal dalam bahasa Jepang terdapat bentuk ~sasete itadakemasenka untuk menyatakan permohonan ijin (memohon agar diijinkan melakukan sesuatu). Hanya saja frasa ~saseru ini juga digunakan untuk mengungkapkan bentuk kausatif, hal tersebut juga menimbulkan keraguan pada mahasiswa untuk menggunakan bentuk ~saseru untuk meminta ijin, karena kawatir malah mengesankan ketidaksopanan. Berikut adalah kalimat yang benar untuk menyatakan keinginan minta ijin pergi ke toilet

Kalimat bahasa Jepang yang salah : Sensei, sumimasen, toire e ikasetemo ii deshouka.

„Ibu (dosen), maaf, bolehkah saya pergi ke toilet?‟

Kalimat bahasa Jepang yang benar : Sensei, toire e ikasete itadakemasenka. „Ibu, apakah saya diijinkan untuk pergi ke belakang?

Data 6. Sensei, sumimasen, sono hon wo karitemo ii deshouka. „Ibu (dosen), maaf, apa saya boleh meminjam buku itu?‟

(27)

dalam kalimat ini cenderung karena terpengaruh oleh sistem bahasa Indonesia. Dalam bahasa Jepang kata meminjam dan meminjamkan memiliki verba yang berbeda. Jika kita menggunakan kata kariru „meminjam‟ verba tersebut hanya mengacu pada aktivitas kita yang melakukan sesuatu. Akan tetapi, jika menggunakan kata kasu yang berarti „meminjamkan‟, secara pragmatik kalimat tersebut akan menjadi lebih sopan karena disertai makna yang menyatakan bahwa sensei (dosen) telah bersedia meminjamkan (melakukan sesuatu untuk mahasiswa, yang merupakan perbuatan yang patut dihargai) buku.

Kalimat bahasa Jepang yang salah : Sensei, sumimasen, sono hon wo karitemo ii deshouka.

„Ibu (dosen), maaf, apa saya boleh meminjam buku itu?‟

Kalimat bahasa Jepang yang benar : Sensei, sono hon wo kashite itadakemasen ka. ‘Sensei, apakah mungkin meminjamkan buku itu kepada saya.‟

Data 7 Sensei, sumimasen, ano teepu wa motte tetsudaimasen ka. „Ibu (dosen), maaf, apa bisa saya bantu membawa tape itu?‟

Data ini juga sering mengecoh karena dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jepang, cara menawarkan bantuan sangat berbeda. Kalau dalam bahasa Indonesia sering terdengar kata „bantu‟, „membantu‟ yang berarti melakukan sesuatu untuk seseorang. Dalam bahasa Jepang, pada kalimat yang berarti memberikan bantuan, jarang sekali kata yang berarti membantu digunakan. Jika ingin menawarkan bantuan atau sesuatu biasanya digunakan frasa ~te ageru (memberikan bantuan kepada ~), frasa ~te ageru tersebut dapat juga ditambahkan bentuk ~mashouka menjadi ~te agemashouka ataukah hanya (verba)~mashouka yang digunakan untuk menghaluskan tawaran bantuan.

(28)

penggunaan bentuk ~mashouka sebagai bentuk mengajak lebih sering sehingga mahasiswa tidak terbiasa menggunakan bentuk ini untuk menawarkan bantuan.

Kalimat bahasa Jepang yang salah : Sensei, sumimasen, ano teepu wa motte tetsudaimasen ka.

„Ibu (dosen), maaf, apa bisa saya bantu membawa tape itu?‟

Kalimat bahasa Jepang yang benar : Sensei, teepu omochi shimashouka. „Ibu, biar saya yang membawa tape-nya‟

Data 8 : Sensei, sumimasen, ano bun wa wakarimasen kara, mouichido setsumei shite kudasai.

„Ibu, maaf, karena saya tidak mengerti kalimat itu, tolong jelaskan sekali lagi‟

Kalimat ini menunjukkan kesalahan karena tidak menunjukkan sopan santun saat meminta bantuan kepada dosen. Penggunaan bentuk imperatif ~te kudasai meskipun dalam bahasa Indonesia kerap diterjemahkan menjadi kata „tolong‟, akan tetapi ~te kudasai adalah bentuk imperatif yang biasanya digunakan kepada orang yang sebaya atau berkedudukan di bawah pembicara. Oleh sebab itu, ~ te kudasai tidak tepat digunakan dalam konteks tersebut. Dalam situasi ini dan seharusnya diganti dengan bentuk permintaan tolong onegai shimasu yang meskipun sama-sama dapat diterjemahkan menjadi kata „tolong‟ dalam bahasa Indonesia, akan tetapi mengandung bentuk hormat (honorifik) sehingga lebih sopan.

(29)

digunakan pada konteks yang lebih formal. Adakalanya juga diganti dengan partikel ga yang terkadang menjadi penanda topik, tetapi jika berada diakhir kalimat/klausa kerap digunakan untuk menyatakan kesungkanan atau keragu-raguan. Mengungkapkan atau memperlihatkan kesungkanan saat meminta tolong adalah hal yang baik karena perilaku tersebut memperlihatkan kesadaran pembicara bahwa meminta tolong tersebut merupakan perbuatan yang merepotkan atau menyusahkan sehingga sebaiknya tidak meminta tolong dengan ringan hati.

Kalimat yang salah : Sensei, sumimasen, ano bun wa wakarimasen kara, mouichido setsumei shite kudasai.

„Ibu, maaf, karena saya tidak mengerti kalimat itu, tolong jelaskan sekali lagi‟

Kalimat yang benar : Sensei, ano mondai wa mada yoku wakarimasen ga, mouichidou setsumei shiteitadakemasen ka.

„Ibu, saya masih belum mengerti dengan baik perihal bab ini, apa Ibu bisa menjelaskannya sekali lagi?‟

(Data 9) Sensei, sumimasen, taisetsu na youji ga arimasu kara, watashi wa kougi wo suru koto ga dekimasen.

„Ibu, maaf, karena ada urusan penting, saya tidak dapat memberi kuliah‟

Data ini menunjukkan kesalahan pada frasa taisetsu na youji ga arimasu kara „karena ada urusan penting‟. Secara harfiah frasa ini tidak ada kesalahan dari segi tata bahasanya, ungkapan ini memang berarti „karena ada urusan penting‟, akan tetapi biasanya taisetsu na youji ini jarang disebutkan dalam percakapan terutama dengan dosen apabila mengenai urusan pribadi mahasiswa. Hal ini adalah hal yang sering dilakukan mahasiswa di Indonesia jika meminta ijin dengan menjelaskan alasan ketidakhadiran. Untuk menyampaikan ketidakhadiran biasanya hanya disampaikan kyuuyou ga arimasu „ada urusan mendadak‟ yang dapat juga menyatakan itu penting. Alasan yang terlalu pribadi tidak akan disampaikan kecual diperlukan untuk disampaikan kepada dosen.

(30)

kekurangtahuan mahasiswa terhadap verba yang benar. Konteks kalimat yang diberikan adalah agar mahasiswa mengatakan tidak dapat mengikuti kuliah, akan tetapi verba yang digunakan oleh mahasiswa adalah kougi wo suru „memberikan kuliah‟. Hal ini berdasarkan pada pemahaman mahasiswa bahwa suru tersebut berarti „melakukan‟ sehingga jika kougi „kuliah‟ digabungkan dengan suru „melakukan‟ mahasiswa otomatis akan berpikir bahwa melakukan kuliah sama dengan kuliah itu sendiri. Hal ini juga dikarena mahasiswa telah mempelajari verba bentuk mengajar oshieru dan untuk belajar benkyou suru, oleh sebab itu mahasiswa tidak terbiasa menggunakan variasi leksem yang lain. Padahal untuk kata mengikuti perkuliahan itu sendiri sudah ada verba sendiri yaitu kougi ni deru. Verba kougi ni deru jika diurai berasal dari kata kougi „kuliah‟ dan kata deru „keluar‟, arti kata deru ini kerap mengecoh mahasiswa yang tidak mengetahui makna verba ini, kata deru yang berarti keluar cenderung menggiring mahasiswa untuk berpikir bahwa verba ini bukan berarti mengikuti perkuliahan akan tetapi sebaliknya keluar dari perkuliahan atau membolos.

Kalimat bahasa Jepang yang salah : Sensei, sumimasen, taisetsu na youji ga arimasu kara, watashi wa kougi wo suru koto ga dekimasen.

„Ibu, maaf, karena ada urusan penting, saya tidak dapat memberi kuliah‟

Kalimat bahasa Jepang yang benar : Sensei, kyuuyou ga arimasu node, honjitsu no kougi ni deru koto ga dekimasen.

„Ibu, karena ada urusan mendadak, saya tidak dapat mengikuti perkuliahan hari ini.‟

(Data 10) Sensei, sumimasen gakka no teepu wo jugyou no tame ni kurasu ni omochi yoroshii deshou ka.

„Ibu, apa tape milik jurusan boleh saya pinjam untuk dibawa ke kelas?‟

(31)

jurusan‟ karena jimusho lebih bermakna kantor itu sendiri dibandingkan dengan gakka yang sifatnya abstrak. Kemudian, penanggalan verba shite dan morfem -mo sebelum yoroshii juga membuat kalimat tersebut salah. Kata omochi akan menjadi kata bentuk honorifik yang ditujukan pada orang yang lebih tua, sedangkan yang sedang berbicara adalah mahasiswa. Oleh sebab itu, kata omochi seharusnya ditambahkan shimasu sehingga menjadi omochi shimasu, yang berarti membawa dan memiliki aspek menunjukkan posisi yang berbicara lebih kecil, lebih muda atau kedudukannya lebih rendah. Kata yoroshii „baik‟ tidak dapat menjadi bermakna minta ijin dikarenakan tidak ada kata ~te mo yang merupakan satu kesatuan frasanya. Oleh sebab itu, kata shimasu harus diubah bentuknya menjadi bentuk ~te (renyoukei) menjadi shite dan diikuti kata mo yoroshii menjadi omochi shitemo yoroshii „bolehkah saya bawa‟. Berikut adalah perbandingan kalimat yang salah dan kalimat yang benar :

Kalimat yang salah : Sensei, sumima sen gakka no teepu wo jugyou no tame ni kurasu ni omochi yoroshii deshou ka.

„Ibu, apa tape milik jurusan boleh saya pinjam untuk dibawa ke kelas?‟

Kalimat yang benar : Sensei, shitsurei itashimasu, jimushou no teepu wo jugyou no tame ni, kurasu ni omochi shitemo yoroshii deshouka. „Ibu, maaf mengganggu (permisi), apa boleh saya bawa tape yang ada di kantor (jurusan) ke kelas untuk belajar?

V. SIMPULAN DAN SARAN

(32)

kesalahpahaman mahasiswa terhadap konsep sistem bahasa bahasa Jepang. Hal-hal tersebut terjadi karena adanya overgeneralitation oleh mahasiswa terhadap tata bahasa bahasa Jepang dan makna kosakatanya. Kekurangpahaman mahasiswa terhadap bahasa target membawa banyak kekurangan dalam penguasaannya. Faktor transfer budaya yang tidak sempurna juga mewarnai kesalahan-kesalahan berbahasa mahasiswa.

Oleh sebab itu, saat menyampaikan materi apapun, terutama materi tatabahasa sangat penting untuk menyertakan materi budaya agar mahasiswa dapat menggunakan materi yang dipelajari bukan hanya dengan benar tetapi juga dengan tepat dan alami.

Ucapan Terima kasih

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Udayana atas dukungan serta bantuan Dana PNPB Universitas Udayana, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Juaningsih, Juju. 2010. Analisis Kesalahan Bahasa Jepang Dilihat Dari Latar Belakang Cara Pemerolehan Bahasanya. Seminar Gakkai Korwil Jabar. Mahsun,M.S.2005.Metode Penelitian Bahasa.Jakarta:Rajawali Pers.

Nugraha, Tri Setya. 2001. Kesalahan-kesalahan Berbahasa Indonesia Pembelajar Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing : Sebuah Penelitian Pendahuluan. Jurnal Penelitian Lembaga Penelitian Universitas Sanata Darma.

Prasetya, Ika Wahyu, dkk. 2013. Analisis Kesalahan Berbahasa Tuturan Mahasiswa dalam Seminar Proposal Skripsi Mahasiswa. Jurnal Pancaran, Vol.2, No. 2.

Sudipa, I Nengah. 2012. Pengaruh Negatif Sintaksis dan Semantik Bahasa Indonesia pada Bahasa Inggris Tulis Mahasiswa di Bali. Jurnal Pustaka Volume XII, No. 1.

Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung : Penerbit Angkasa.

(34)

Material Justifikasi

Pemakaian Kuantitas

Harga Satuan (Rp) Harga Peralatan Penunjang (Rp) Pengadaan materi penelitian -fotokopi referensi sumber data -fotokopi kuisioner -fotokopi referensi penunjang -fotokopi proposal, laporan

10.120 lmbr 250 2.538.778

Pengadaan materi penelitian

Jilid proposal dan laporan penelitian

10 jilid 10.000 100.000

SUB TOTAL (Rp) 2.638.778 2. Bahan Habis Pakai

Material Justifikasi

Pemakaian Kuantitas

Harga Satuan (Rp) Biaya per Tahun (Rp) Tinta Printer HP Laser Jet

1010-1020/Q2612 A/RA

3 Buah 957.000 2.871.000

Kertas A4 80 gram sinar dunia

3 Rim 45.000 135.000

Pembelian ballpoint faster warna hitam untuk responden

5 lusin 35.000 175.000

SUB TOTAL (Rp) 3.181.000 3. Lain-lain

Kegiatan Justifikasi Kuantitas

Harga Satuan (Rp) Biaya per Tahun (Rp) Pembelian Materai

Untuk proposal dan penandatangan kontrak

16 lembar 6000 96.000

Biaya Publikasi

Biaya pendaftaran di SENASTEK

1 1.000.000 1.000.000

Biaya publikasi

Cetak poster untuk SENASTEK

1 lmbar 107.000 107.000

Konsumsi rapat

Konsumsi nasi kotak dan snack

7 kali Nasi kotak : 20.000

(35)

responden dan saat wawancara data Pulsa

internet

Pembelian pulsa internet untuk download dan upload referensi dan laporan

4 bulan 60.000 240.000

Pajak Pembayaran pajak untuk konsumsi, ATK, Fotokopi

PPH DAN PPN

227.222

SUB TOTAL (Rp) 4.180.222

TOTAL ANGGARAN YANG DITERIMA 10.000.000

(36)

Program Penelitian : Penelitian Dosen Muda

Judul Penelitian : PENGARUH BAHASA INDONESIA DALAM PENGGUNAAN BAHASA JEPANG MAHASISWA DENGAN DOSEN

No Tanggal Uraian Kegiatan Nomor

Bukti

Jumlah (Rp) 1. 23-1- 2015 Pengadaan ATK untuk cetak dokumen bahan dan kelengkapan

pengarsipan penelitian (Kertas A4 80 gram cap sinar dunia 1 rim Rp. 45.000 , Tinta printer HP LaserJet 1010-1020/Q2612 A/RA Rp 957.000)

ATK-01 1.002.000

2. 29-1-2015 Fotokopi angket (195 lembar x Rp 200) FC -01 39.000 3. 30-1-2015 Konsumsi responden (snack @10.000,- x 60 org = 600.000,-) Kons-02 600.000 4. 30-1-2015 Pembelian ballpoint faster warna hitam utk responden 3lusin x 35.000,- ATK-02 175.000 5. 9-1-2015 Pembelian materai @6.000 x 16 lembar ATK-03 96.000 6. 10-1-2015 Fotokopi proposal dan jilid 2 kali FC-02 81.000

7. 10-1-2015 Fotokopi proposal FC-03 24.000

8. 24-1-2015 Pengadaan ATK untuk cetak dokumen bahan dan kelengkapan pengarsipan penelitian (Kertas A4 80 gram cap sinar dunia 1 rim Rp. 45.000 , Tinta printer HP LaserJet 1010-1020/Q2612 A/RA Rp 957.000)

ATK-04 1.002.000

9. 4-1-2015 Fotokopi referensi penunjang penelitian FC-05 654.700 10. 9-1-2015 Rapat Konsolidasi III (nasi kotak @20.000,-x5= 100.000,-)

(snack @10.000,- x 5= 50.000,-) 2 org dosen dan 3 mahasiswa membantu klasifikasi data

Kons-04 150.000

11. 9-1-2015 Fotokopi referensi penunjang penelitian FC-06 559.300 12. 16-1-2015 Fotokopi untuk pengklasifikasian data

(175 lembar x Rp 200)

FC-07 35.000

13. 23-1-2015 Rapat Konsolidasi IV (nasi kotak @20.000,-x5= 100.000,-) (snack @10.000,- x 5= 50.000,-) 2 org dosen dan 3 mahasiswa membantu klasifikasi data

Kons-05 150.000

14. 15-1-2015 Pengadaan ATK untuk cetak dokumen bahan dan kelengkapan pengarsipan penelitian (Kertas A4 80 gram cap sinar dunia 1 rim Rp. 45.000 , Tinta printer HP LaserJet 1010-1020/Q2612 A/RA Rp 957.000)

ATK-05 1.002.000

15. 1-1-2015 Rapat Konsolidasi VI (nasi kotak @20.000,-x2 = 40.000,-) (snack @10.000,- x 2 = 20.000,-)

Kons-07 60.000

16. 1-1-2015 Fotokopi untuk penyajian analisis (100 lembar x Rp 200)

FC-08 20.000

17. 31-1-2015 Pembelian pulsa internet untuk mengundah berbagai referensi Internt-1 60.000

18. 3-1-2015 Pembelian pulsa internet untuk mengundah berbagai referensi dan upload laporan penelitian 70%

Internt-2 60.000

19. 19-1-2015 Fotokopi pelaporan kemajuan hasil penelitian (500 lembar x Rp 200&&7jilid x 10.000)

(37)

(snack @15.000,- x 2 = 30.000,-) Tiga orang mahasiswa membantu dalam penelitian (nasi kotak @20.000,-x3 = 60.000,-) (snack @15.000,- x 3 = 45.000,-)

24 5-9-2015 Fotokopi dan Jilid laporan 100% FC-A-01 500.000,- 25 11-9-2015 Rapat Konsolidasi I (nasi kotak @20.000,-x2 = 40.000,-)

(snack @15.000,- x 2 = 20.000,-) Tiga orang mahasiswa membantu dalam penelitian (nasi kotak @20.000,-x3 = 60.000,-) (snack @10.000,- x 3 = 30.000,-)

Kons-10 175.000,-

26 14-9-2015 Fotokopi dan Jilid Laporan untuk diserahkan ke LPPM dan Fakultas FC-A-02 500.000,- 27 30-9-2015 Rapat Konsolidasi I (nasi kotak @20.000,-x2 = 40.000,-)

(snack @15.000,- x 2 = 20.000,-) Tiga orang mahasiswa membantu dalam penelitian (nasi kotak @20.000,-x3 = 60.000,-) (snack @10.000,- x 3 = 30.000,-)

Kons-11 175.000,-

28 14-10-2015 Rapat Konsolidasi III (nasi kotak @20.000,-x5= 100.000,-) (snack @10.000,- x 5= 50.000,-) 2 org dosen dan 3 mahasiswa membantu klasifikasi data

Kons-12 150.000

29 28-10-2015 Cetak Poster untukseminar luaran 107.000,- 30 11-11-2015 Rapat Konsolidasi III (nasi kotak @20.000,-x5= 100.000,-)

(snack @10.000,- x 5= 50.000,-) 2 org dosen dan 3 mahasiswa membantu klasifikasi data

Kons-13 150.000

31 12-11-2015 Pulsa internet untuk upload laporan Intrnt-4 60.000,-

32 12-11-2015 PAJAK 227.222

TOTAL 10.000.000,-

Bukit Jimbaran, 16 November 2015 Ketua Peneliti,

Referensi

Dokumen terkait

bahasa yang baik agar dalam proses pembelajaran terjadi komunikasi yang interaktif antara guru dan siswa.. Namun dalam prakteknya sering terjadi kesalahan dalam memahami

boleh berkurang dengan yang tersebut di dalam gambar

Secara garis besar kegiatan sosialisasi yang dilakukan secara terpadu oleh Tim Ditjen Dikti dan Ditjen PMPTK diawali dengan penyusunan pedoman program sertifikasi, sosialisasi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. ©

adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak. lain terhadap keaslian dari karya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis perhitungan pendapatan mudharabah, murabahah, dan perlakuan akuntansi pada bank syariah yang terdaftar di bursa

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat disiplin kerja, tingkat kualitas pelayanan pegawai serta adakah hubungan dari disiplin

PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA Universitas Pendidikan Indonesia |