• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Ethnic Identity Pada Kelompok Pemuda Bali di Pura "X" Bandung Utara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Ethnic Identity Pada Kelompok Pemuda Bali di Pura "X" Bandung Utara."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai ethnic identity pada individu

remaja akhir (18-22 tahun) yang tergabunng dalam suatu kelompok pemuda yang

berasal dari etnis Bali di Pura “X” Bandung Utara. Ethnic identity adalah suatu

gagasan kompleks yang mencakup proses eksplorasi dan komitmen seseorang dalam

mengidentifikasikan diri terhadap kelompok etnisnya, memiliki perasaan

kebersamaan dengan terhadap kelompok etnisnya, memiliki evaluasi positif maupun

negatif tentang kelompoknya, serta adanya keterlibatan dalam aktivitas sosial

etnisnya

Teori yang digunakan adalah ethnic identity dari J.S Phinney (1998), ethnic

identity diperoleh melalui dimensi eksplorasi dan komitmen yang ditunjukan melalui

komponen identifikasi diri & etnisitas, rasa memiliki, sikap positif terhadap kelompok

etnis dan keterlibatan etnis. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ethnic identity

adalah internalisasi orang tua, kontak budaya dan tingkat pendidikan.

Metode yamg digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

dengan menggunakan teknik survey Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner

yang disusun oleh peneliti berdasarkan dimensi dan komponen ethnic identity dari

J.S Phinney (1998) yang terdiri dari 35 item. Data yang diperoleh disajikan dengan

teknik distribusi frekuensi dan tabulasi silang.

(2)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Abstract

Galih Arya Ramadhan, 0730125, "Descriptive Study about Ethnic Identity in

Balinese’s Youth Group in Temple "X" North Bandung". The research was conducted

to determine the illustration of ethnic identity on the individual late adolescence

(18-22 years) who joined together in a group of youths from Balinese ethnic in Temple

"X" North Bandung. Ethnic identity is a complex notion that includes the process of

exploration and commitment of a person identifying him/herself against his/her ethnic

group, have a sense of togetherness with his/her ethnic group, have a positive or

negative evaluations about the group, and involvement in social activities of his/her

ethnic.

The theory that is used is the ethnic identity of JS Phinney (1998), ethnic identity

is obtained through the dimensions of exploration and commitment shown by the

identification component & ethnicity, sense of belonging, positive attitudes towards

ethnic groups and ethnic involvement. The factors that influence ethnic identity are

the internalization of parental, cultural contacts and educational level.

The method which is used in this research is descriptive method with survey,

measuring tool which is used is form of a questionnaire compiled by the researchers

based on the dimensions and components of ethnic identity from JS Phinney (1998)

which consists of 35 items. The data which has been obtained were presented with a

frequency distribution techniques and cross tabulations.

The results show that 41.18% of Balinese Youth in Temple "X" North Bandung

are in diffuse status of ethnic identity which is indicated by the dimensions of low

exploration and commitment. That means, respondents have not made a commitment

to explore and so, have less interest in ethnic groups and lack of understanding about

their indigenous. External factor that most affects the Balinese youth is their

neighborhood that the majority ethnic is Sudanese. As for the suggestions for further

research is, it can be done on Balinese ethnic respondents outside Bandung such as

in Jakarta which its cultural contact is relatively heterogeneous, to find out whether

there are any differences in the status of ethnic identity in different places and they

can be linked with other variables such as family upbringing, culture contact, or

adjustment.

(3)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

LEMBAR JUDUL

……….…i

LEMBAR PENGESAHAN

...ii

ABSTRAK

……….iii

KATA PENGANTAR

………...v

DAFTAR ISI

………...vii

DAFTAR BAGAN

……….x

DAFTAR TABEL

……….xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang masalah………1

1.2

Identifikasi Masalah………..9

1.3

Maksud dan Tujuan Penelitian………..9

1.3.1. Maksud Penelitian………..9

1.3.2. Tujuan Penelitian………9

1.4

Kegunaan Penelitian………..9

1.4.1.

Kegunaan Teoritis………..9

1.4.2.

Kegunaan Praktis………..10

1.5

Kerangka Pikir………...10

(4)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

2.1

Ethnic Identity……….

23

2.1.1 Definis Ethnic Identity………...23

2.1.2 Kerangka Pikir Konseptual………23

2.1.3 Komponen

Ethnic Identity………

34

2.2

Ego Identity………...

39

2.3

Remaja ………..49

2.3.1 Pengertian remaja………..……….49

2.3.2 Ciri-ciri remaja………...50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Rancangan Penelitian……….53

3.2

Bagan Rancangan Penelitian………..53

3.3

Variable Penelitian dan Definisi Operasional………54

3.3.1 Variable Penelitian……….54

3.3.2 Definisi Operasional………...…54

3.4

Alat Ukur………58

3.4.1 Alat Ukur

Ethnic Identity

……..………..58

3.4.2 Sistem Penilaian………..59

3.4.3 Data Pribadi dan Data Penunjang………...60

3.5

Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur………...60

3.5.1 Validitas Alat Ukur……….60

3.5.2 Reliabilitas Alat Ukur………..61

(5)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

3.7

Teknik Analisis Data………...63

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Responden………64

4.1.1 Jenis kelamin………...64

4.1.2 Usia……….64

4.1.3 Pendidikan terakhir……….65

4.1.4 Lama tinggal di Bandung………...65

4.2 Data hasil penelitian………..66

4.3 Pembahasan………...66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ………..75

5.2 Saran……….76

5.2.1 Saran teoritis………..77

5.2.2 Saran praktis………..77

DAFTAR PUSTAKA

………..78

DAFTAR RUJUKAN

……….79

(6)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

DAFTAR BAGAN

(7)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Tabel 2.2

Marcia’s Ego Identity Statuses………...

34

Tabel 3.1 Dimensi dan Indikator Alat Ukur

Ethnic Identity………..

58

Tabel 3.2 Tabel nilai jawaban responden………59

Tabel 3.2 Tabel kategorisasi status ethnic identity………..59

Tabel 4.1 Tabel jenis kelamin responden……….64

Tabel 4.2 Tabel usia responden………64

Tabel 4.3 Tabel pendidikan terakhir……….65

Tabel 4.4 Tabel lama tinggal di Bandung……….65

Tabel 4.5 Tabel gambaran status ethnic identity responden……….66

(8)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I

PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang banyak

dan tersebar luas. Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk tahun 2010,

jumlah penduduk Indonesia adalah sebesar 237.556.363 orang.

(http://nasional.kompas.com/read/2010/06/23/12593833/Tahun.2010.Pendudu

k.Indonesia.234.2.Juta ) Setiap pulau memiliki banyak keunikan dan ciri khas

tersendiri, sehingga Indonesia dapat dikatakan sebagai negara yang memiliki

keragaman budaya atau biasa disebut dengan multikultur, mulai dari suku

bangsa, ras, agama, bahasa, budaya, dan masih banyak lagi. Semboyan

Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tapi tetap satu, rukun, dan

berjalan seiringan, merupakan semboyan yang menggambarkan keragaman

yang ada di Indonesia namun keragaman tersebut tidak memecah belah bangsa

justru menjadi pemersatu bangsa.

Salah satu suku bangsa yang sangat terkenal di Indonesia adalah Suku

Bali. Suku Bali adalah suku bangsa yang mendiami pulau Bali dan mereka

menggunakan bahasa Bali sebagai sarana komunikasi sehari-hari. Budaya

yang berkembang di pulau Bali dikenal juga sebagai budaya Bali. Budaya

yang berkembang antara lain tarian bali seperti tarian barong, pendet, tari

kecak dan sebagainya, serta upacara keagamaan seperti upacara ngaben,

nyepi, galungan dan sebagainya. Kehidupan sosial budaya masyarakat Bali

(9)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA agama Hindu Darma yang mereka anut sejak beberapa abad yang lalu. Kurang

lebih 90% dari seluruh populasi etnis Bali menganut agama Hindu. sedangkan

sisanya beragama Buddha, Islam dan Kristen. Agama Hindu Darma yang

mereka anut mempercayai Tuhan Yang Maha Esa dalam konsep Tri Murti,

yaitu Tuhan yang mempunyai tiga wujud: Brahma (Pencipta), Wisnu

(Pelindung) dan Syiwa (Pelebur Segala yang Ada). Selain itu ada pula

beberapa tokoh Dewa yang derajatnya lebih rendah. Untuk menghormati

dewa-dewa Hindu, para penganut agama Hindu mengadakan upacara dan

sesajian. Mereka menganggap penting konsepsi tentang roh abadi yang

disebut Athman, adanya buah dari setiap perbuatan yang disebut dengan

Karmapal, kelahiran kembali sang jiwa atau dikenal dengan Purnabawa dan

kebebasan jiwa dari kelahiran kembali atau moksa.

Suku Bali memiliki kekentalan budaya yang sangat khas dan hampir

seluruh dunia mengenal Bali. Budaya dipertahankan sebagai identitas suatu

daerah secara turun temurun. Identitas suatu suku bangsa yang dimiliki oleh

anggota suku bangsanya disebut ethnic identity. Ethnic identity didefinisikan

sebagai komponen dari identitas sosial dan bagian dari konsep diri individu

yang diturunkan dari pengetahuannya atas keanggotaan dirinya dalam suatu

kelompok atau kelompok-kelompok sosial, beserta nilai-nilai dan signifikansi

emosional yang terkait keanggotaan tersebut. Terbentuknya ethnic identity

didasarkan atas dua dimensi yang ada didalam diri individu, yaitu komitmen

dan eksplorasi. Dimensi eksplorasi merupakan suatu periode perkembangan

(10)

3

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA berarti dan pada akhirnya mengembangkan dan mencari tahu bahkan terjun

dalam pilihannya. Dimensi komitmen yaitu bagian dari perkembangan

identitas dimana seseorang menunjukan investasi pribadi atau ketertarikan

pada apa yang akan mereka pilih dan apa yang mereka lakukan. (Phinney,

1989, dalam Organista, Pamela Balls., Kevin M. Chun., Gerardo Marin,

1998).

Keunikan budaya Bali di Kota Bandung dapat dijumpai pada Pura “X”

Bandung Utara. Pura “X” Bandung Utara ini adalah salah satu tempat ibadah

umat Hindu dan juga sebagai pusat berkumpulnya masyarakat etnis Bali di

kota Bandung. Masyarakat yang beribadah di Pura “X”, sebanyak 95% berasal

dari keturunan Bali, sedangkan sisanya berasal dari Suku Jawa yang menganut

agama Hindu. Ciri khas dari Pura “X” ini adalah memiliki tiga macam area

batas suci. Area yang pertama adalah Nistaning Mandala, yaitu area dari

bagian pura yang biasanya digunakan untuk acara-acara syukuran, arisan, atau

diluar dari kegiatan keagamaan. Di area Nistaning Mandala inilah yang sering

digunakan oleh para pemuda untuk berkumpul dan mempersiapkan sesaji dan

kebutuhan lainnya untuk upacara adat. Area yang kedua Madyaning Mandala,

adalah area batas suci yang sudah tidak diperbolehkan untuk melakukan

kegiatan diluar keagamaan seperti dilarang makan di area ini. Kegiatan yang

masih bisa dilakukan pada area ini salah satunya musik gamelan. Dan yang

terakhir yaitu area Utamaning Mandala yaitu area yang hanya diperkenankan

untuk kegiatan ibadah. Wanita yang sedang datang bulan tidak diperkenankan

(11)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Pura “X” ini tidak hanya dijadikan tempat ibadah bagi para umat Hindu

Bali saja, namun juga sebagai tempat berkumpul bersama sesama etnis Bali.

Lokasi Pura tersebut berdekatan berdekatan dengan beberapa kampus

Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, sehingga banyak mahasiswa yang

datang ke Pura“X”ini untuk melakukan ritual keagamaannya. Para mahasiswa

tersebut berasal dari berbagai kota di Indonesia yang sedang melanjutkan

kuliah di Kota Bandung dan juga berasal dari Kota Bandung

sendiri.Heterogenitas budaya yang ada di Kota Bandung membuat para

pemuda hindu Bali di Pura “X” harus bisa menyesuaikan diri dengan

keberagaman tersebut. Secara tidak langsung budaya Bali yang mereka miliki

akan bercambur dengan budaya lingkungan tempat tinggal mereka sekarang,

yaitu etnis Sunda. Walaupun mereka berada dalam tahap penyesuaian budaya,

diharapkan mereka tetap dapat mempertahankan budaya etnis mereka. Salah

satu bentuk usaha untuk mempertahankan identitas etnik tersebut para

mahasiswa etnis Bali membentuk sebuah kelompok kepemudaan.

Tujuan dibentuknya kelompok pemuda di Pura “X” adalah memberi

pembinaan keagamaan dan untuk mempersatukan rasa kebersamaan antar

pemuda Bali. Salah satu pembinaan keagamaan yang dilakukan oleh

kelompok pemuda Bali meliputi kegiatan ceramah tentang fenomena yang

terjadi di lingkungan yang dikaitkan dengan pandangan agama Hindu dalam

menyikapi hal tersebut. Kegiatan pembinaan keagamaan yang lainnya yaitu

diskusi. Diskusi yang biasa dilakukan adalah mengenai kehidupan pribadi

(12)

5

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA pengurus kepemudaan, pemuda yang dari kecil tinggal di dalam lingkungan

Bandung memiliki minat yang cukup tinggi untuk mencari tahu mengenai apa

maknanya dari praktik-praktik budaya yang menjadi kewajiban mereka.

Sedangkan pemuda yang berasal dari Bali, kurang memiliki minat untuk

berdiskusi tentang etnis Bali secara lebih dalam.

Kegiatan kepemudaan yang dilakukan oleh kelompok pemuda di Pura “X”

selain untuk memupuk rasa keimanan pada pemuda Bali juga untuk

meningkatkan kebersamaan antar pemuda. Seperti dapat dilihat melalui

beberapa kegiatan seperti melakukan persiapan upacara keagamaan di Pura,

para pemuda dilibatkan dalam proses persiapannya. Seperti pada saat sebelum

perayaan galungan para pemuda membantu mempersiapkan sesaji dan hal apa

saja yang diperlukan. Selain itu juga kelompok pemuda ini melakukan

pelestarian budaya Bali melalui mengenalkan gamelan Bali pada para pemuda

sehingga mereka dapat mengenal lebih jauh tentang budaya Bali dan juga

dapat berpartisipasi dalam kegiatan upacara keagamaan dengan menjadi

pemain musik gamelan Bali. Selain memperkenalkan musik gamelan

kelompok pemuda Bali di Pura “X” juga mengadakan pagelaran pertunjukan

seni tari Bali yang bekerja sama dengan kelompok pemuda Bali yang lain.

Pemuda-pemudi yang tergabung dalam kelompok Pemuda di Pura “X” ini

adalah mereka aktif beirbadah di Pura “X” yang telah berusia kurang lebih 18

tahun atau sedang duduk di bangku SMA hingga usia 25 tahun atau sudah

lulus kuliah. Secara tidak langsung mereka menjadi bagian dari kelompok

(13)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Pura “X” tersebut dapat dikategorikan sebagai remaja akhir. Pada masa remaja

akhir adalah suatu periode dalam rentang kehidupannya saat untuk pertama

kalinya seseorang mencapai kematangan atas banyak identitas (Marcia,1993).

Berkaitan dengan ini Waterman (dalam Marcia, 1993) menyatakan hipotesis

dasar perkembangan identitas dengan rumusan “transisi dari masa remaja

menjadi dewasa melibatkan menguatnya pemahaman tentang identitas secara

progresif.” Masa transisi ini berlangsung dalam proses eksplorasi atau

pencarian identitas-identitasnya dan berujung pada komitmen atau tanggung

jawab terhadap pilihan idnetitasnya tersebut. Individu yang memasuki pada

tahap remaja akhir sudah dapat mengetahui etnisitas mereka namun masalah

yang muncul lebih terarah pada label seperti apa yang mereka pilih untuk

mereka sendiri (Phinney, 1992)

Ketika etnis Bali berada dalam lingkungan minoritas, maka akan terjadi

kontak budaya dengan kelompok etnis mayoritas yang dominan. Hal ini dapat

berdampak pada proses penyesuaian psikologis pada anggota etnis Bali,

seperti seberapa jauh individu tersebut mempertahankan identitas etniknya.

“Mesti diakui bahwa umat Hindu asli di luar Bali bukannya tidak punya

identitas akan etnisnya, namun identitas fisik kehinduan mereka sudah lama

terkubur, tergusur, tidak dikenali lagi, bahkan kemungkinan besar juga sudah

hilang. Seperti kebanyakan terjadi di tanah Jawa, mereka telah lama

kehilangan dasar-dasar tekstual (sumber susastra-agama), bahkan juga

kehilangan sangat banyak bentuk-bentuk arsitektural (artefak), pola-pola ritus,

(14)

7

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA diistilahkan dengan pura, misalnya, sebagai identitas bersama maka Bali

dijadikan sebagai rujukan, karena dasar tuntunan tekstual yang terstruktur dan

tersistem jelas, baku, ada di Bali, hingga kini”( I Putu Gede Satya. 2004).

(http://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2009/11/04/sistem-kemasyarakatan-di-bali/)

Berdasarkan survey awal yang dilakukan pada 10 anggota kelompok

pemuda Bali di Pura “X” Bandung Utara, diperoleh informasi bahwa 6 orang

(60%) dari mereka tidak meluangkan waktu secara khusus untuk mencari tahu

lebih dalam mengenai etnis Bali maupun etnis lainnya. Mereka merasa puas

dengan informasi yang telah diberikan oleh orang tuanya selama ini.

Sedangkan 4 orang (40%) responden mengatakan bahwa mereka meluangkan

waktunya untuk mencari tahu lebih dalam mengenai etnis Bali melalui

bertanya pada kerabatnya yang lebih tua, guru disekolah, website di internet

dan juga mendatangi perpustakaan untuk mencari tahu sejarah dan informasi

lainnya tentang etnis Bali. Hal ini menggambarkan komponen identifikasi diri

dan etnisitas.

Dari survey awal juga didapatkan hasil bahwa 2 orang (20%) dari

responden mengatakan tidak terlibat secara aktif dalam kelompok pemuda

Bali, hanya terdaftar sebagai anggota saja. Mereka mengatakan kurang

memiliki minat dalam kegiatan yang dilakukan oleh kelompok pemuda di

Pura “X”, mereka hanya mau mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan acara

syukuran karena mereka akan mendapatkan makanan gratis. Sedangkan 8

orang (80%) dari mereka aktif ikut terlibat dan bahkan mengurus kegiatan

(15)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA mengikuti kegiatan-kegiatan kepemudaan Bali. Hal ini menujukkan komponen

rasa memiliki yang ada dalam kelompok pemuda Bali di pura tersebut.

Keterlibatan etnis pada pemuda Bali di pura ini dapat dilihat melalui 6

orang (60%) dari mereka menggunakan bahasa Bali dalam berkomunikasi

dengan sesama anggota kelompok pemuda Bali. Sedangkan sebanyak 4 orang

(40%) mengatakan tidak lancar menggunakan bahasa Bali dalam

berkomunikasi dengan sesama etnis Bali, sehingga mereka merasa kesulitan

jika ada dari kelompok pemuda Bali yang berbicara menggunakan bahasa Bali

karena lingkungan tempat tinggal mereka memang tidak pernah menggunakan

bahasa Bali. Selain itu 7 orang (70%) dari mereka mengatakan melakukan

kegiatan upacara adat secara teratur yang dilaksanakan di Pura. Sedangkan

sisanya 3 orang (30%) dari mereka tidak melakukan kegiatan upacara secara

aktif, jadi mereka hanya melakukan sembahyang yang dilakukan di rumah

mereka seperti Tri Shandya yang dilakukan tiga kali sehari.

Sikap positif terhadap kelompok etnis dapat dilihat dari 9 orang (90%)

pemuda mengatakan bahwa mereka bangga dan mengakui etnis Bali sebagai

etnisnya. Mereka bangga dengan kebudayaan Bali yang terkenal hingga

seluruh penjuru dunia, serta mereka merasa sebagai bagian dari etnis Bali dan

merasa tersinggung jika ada orang lain yang mengkritik etnisnya. Sedangkan

sisanya 1 orang (10%) mengaku tidak terlalu bangga atau biasa saja,

menurutnya dia lebih bangga menjadi bangsa Indonesia namun tetap

(16)

9

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Berdasarkan data-data faktual yang telah dijelaskan serta berdasarkan

survey awal yang dilakukan, mengingat salah satu tujuan dari kelompok

pemuda Bali tersebut adalah untuk meningkatkan kebersamaan diantara

anggota kelompok pemuda Bali yang berada pada lingkungan budaya yang

heterogenitas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

ethnic identity pada kelompok pemuda Bali di Pura “X” Bandung.

1.2Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana gambaran ethnic identity

pada kelompok pemuda Bai di Pura “X” Bandung Utara.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Memperoleh gambaran mengenai ethnic identity pada kelompok

pemuda Bali di Pura “X” Bandung Utara

1.3.2 Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran secara detail mengenai ethnic identity pada

kelompok pemuda Bali di Pura “X” Bandung Utara dilihat dari dimensi

eksplorasi dan komitmen.

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Diharapkan dapat menambah informasi bagi ilmu pengetahuan dalam

bidang psikologi khususnya Psikologi Sosial dan Psikologi Lintas

(17)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi peneliti

lain yang tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

ethnic identity khusunya pada etnis Bali.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi dan pemahaman kepada praktisi yang

berhubungan dengan mahasiswa, terutama yang memiliki atau

mengalami hambatan dalam pencapaian ethnic identity agar dapat

membantunya dalam menyesuaikan dan mengembangkan diri di

lingkunganya.

1.5Kerangka Pikir

Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa

anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan

sosioemosional. Masa remaja juga merupakan masa pencarian jati diri yang

yang paling intensif. Pada masa ini, remaja mengalami suatu fase tugas

perkembangan yang oleh Erikson disebut juga sebagai identity versusidentity

confusion. Remaja dihadapkan pada tugas untuk memutuskan siapa dirinya,

apa dirinya, dan kemana ia akan mengarahkan langkah ke masa depannya.

Kelompok pemuda Bali di Pura “X” Bandung Utara termasuk dalam tahap

perkembangan remaja akhir yaitu berusia antara 18 sampai 22 tahun.

(Santrock, 2003)

Nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh kelompok pemuda Bali yang

tergolong remaja akhir merupakan hasil dari berbagai sumber yang ada di

(18)

11

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA kebingungan kelompok pemuda Bali dalam menentukan ethnic identity apa

yang akan dihayatinya. Pada saat kelompok pemuda Bali berada dalam

periode remaja akhir, kemampuan kognitif pemuda Bali berada pada kondisi

dimana mereka dapat mengatur pemikiran operasional formal mereka dengan

baik yaitu dapat merencanakan dan membuat hipotesis tentang

masalah-masalah dengan lebih sistematis ketika mendekati masalah-masalah tersebut.

Pemuda Bali yang memasuki pada tahap remaja akhir sudah dapat

mengetahui etnisitas mereka namun masalah yang muncul lebih terarah pada

label seperti apa yang mereka pilih untuk mereka sendiri (Phinney, 1992).

Ketika pemuda Bali masuk ke lingkungan, mereka sadar dan tahu label etnis

apa yang mereka pilih, namun kebanyakan dari mereka memiliki label etnis

yang diturunkan dari orangtuanya. Sedangkan pada saat mereka berbaur

dengan lingkungan di luar keluarganya, pemuda Bali dapat memilih dan

menentukan label etnis apa yang mereka pilih untuk dirinya. Baik label etnis

yang merupakan bawaan dari orangtuanya atau bahkan pilihan mereka sendiri,

keduanya akan mewakili ethnic identity yang mereka pilih untuk dirinya.

Ethnic identity didefinisikan sebagai komponen dari identitas sosial dan

bagian dari konsep diri individu yang diturunkan dari pengetahuannya atas

keanggotaan dirinya dalam suatu kelompok atau kelompok-kelompok sosial,

beserta nilai-nilai dan signifikansi emosional yang terkait keanggotaan

tersebut. Terbentuknya ethnic identity didasarkan atas dua dimensi yang ada

didalam diri individu, yaitu komitmen dan eksplorasi. Dimensi eksplorasi

(19)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Bali memilih dari sekian pilihan yang tersedia dan berarti dan pada akhirnya

mengembangkan dan mencari tahu bahkan terjun dalam pilihannya. Dimensi

komitmen yaitu bagian dari perkembangan identitas dimana kelompok

pemuda Bali menunjukan investasi pribadi atau ketertarikan pada apa yang

akan mereka pilih dan apa yang mereka lakukan. Beberapa individu remaja

akhir belum melakukan salah satunya atau ada yang sudah melakukan salah

satunya bahkan ada yang sudah dapat melakukan keduanya (Phinney, 1989,

dalam Organista, Pamela Balls., Kevin M. Chun., Gerardo Marin, 1998).

Proses eksplorasi dan komitmenlah yang menentukan status ethnic identity

pada kelompok pemuda Bali. Proses tersebut dapat ditunjukan melalui

beberapa komponen, yaitu komponen identifikasi diri dan etnisitas, komponen

rasa memiliki, komponen sikap positif dan negatif terhadap kelompok etnik,

serta komponen keterlibtan etnik. Komponen pertama adalah komponen

identifikasi diri dan etnisitas, dalam komponen ini dimensi eksplorasi

ditunjukan melalui seberapa besar keinginan individu meluangkan waktu

untuk mencoba mencari tahu lebih banyak tentang etnis Bali, seperti

bagaimana sejarahnya, tradisi, adat, dan menghabiskan banyak waktu untuk

mencoba mempelajari lebih banyak lagi tentang budaya dan sejarah etnis Bali

misalnya dengan orang-orang kelompok etnis Bali untuk mempelajari latar

belakang budaya etnis Bali lebih mendalam. Hal tersebut menentukan apakah

individu memiliki pemahaman etnisitas yang mendalam atau tidak tentang

etnis Bali, seperti apa saja yang baik dan dilarang untuk dilakukan sehingga

(20)

13

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA pada saat mereka berada di perkumpulan yang kebanyakan anggotanya etnis

Bali. Jika mereka merasa nyaman di lingkungan tersebut maka mereka

memutuskan untuk ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan etnis Bali.

Komponen identifikasi diri dan etnisitas dapat menunjukan sejauh mana

proses komitmen terjadi dalam diri individu yaitu melalui sejauh mana

kelompok pemuda Bali melakukan kegiatan etnis Bali disertai dengan

pengertian yang jelas mengenai latar belakang kebudayaan etnis Bali dan apa

artinya bagi kehidupannya dan sejauh mana kelompok pemuda tersebut

menghayati peran etnisitas Bali dalam kehidupannya dan mengerti apa arti

keanggotaanya dalam kelompok etnis Bali dan bagaimana hubungan

kelompok etnis Bali dan kelompok etnis lainnya. Disini jika kelompok

pemuda Bali telah mengambil keputusan untuk terlibat dalam kegiatan etnis

Bali maka mereka akan melakukan dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan

budaya Bali. Pada proses ini kelompok pemuda Bali telah mengetahui

perilaku-perilaku apa saja yang diharapkan dan sesuai dengan budaya etnis

Bali, sehingga dapat diterima, diakui, dan dihargai oleh orang-orang sesama

etnis Bali. Hal ini menyebabkan kelompok pemuda Bali akan merasa nyaman

berada ditengah-tengah lingkungan etnis Bali sehingga akan mengulangi

perilaku tersebut yang dampak komitmennya akan lebih tinggi yang

ditunjukan dengan cara terlibat lebih dalam dan mengikuti

kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi kebudayaan etnis Bali.

Proses eksplorasi sekaligus proses komitmen juga dapat dilihat melalui

(21)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA melalui sejauh mana kelompok pemuda Bali yang berada di Kota Bandung

aktif dalam organisasi atau kelompok sosial yang kebanyakan anggotanya

adalah beretnis Bali dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan praktis budaya

etnis Bali, seperti makanan khas, musik khas atau kebiasaan-kebiasaan khas

etnis Bali. Disini jika kelompok pemuda Bali langsung berpartisipasi dalam

kegiatan etnis Bali sehingga akan mendapatkan informasi tentang etnis Bali

dan dapat mengambil keputusan untuk aktif terlibat dan berpartisipasi dalam

kegiatan etnis Bali yang di lakukan berulang kali.

Proses komitmen juga dapat ditunjukkan melalui komponen rasa memiliki

dan komponen sikap positif terhadap kelompok etnik. Hal ini dapat dilihat dari

sejauh mana kelompok pemuda Bali merasa bahagia karena menjadi bagian

dari kelompok etnis Bali dan merasa memiliki rasa persaudaraan yang kuat

terhadap kelompok etnis Bali. Hal lainnya sejauh mana individu merasa

bangga terhadap etnis Bali sekaligus merasa memiliki kedekatan yang cukup

kuat dengan etnis Bali. Dalam komponen rasa memiliki dan komponen sikap

positif terhadap kelompok etnik, kelompok pemuda Bali memiliki ketertarikan

untuk berinteraksi dan bergaul dalam masyarakat kota Bandung dan mereka

memiliki rasa kedekatan antar sesama etnis sehingga memunculkan

perasaan-perasaan dan sikap-sikap positif terhadap kelompok etnis Bali dalam bentuk

rasa senang dan bangga terhadap kelompok etnis Bali. Sehingga kelompok

pemuda Bali dapat menunjukan perasaan saling memiliki dan merasakan suatu

(22)

15

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Dalam pembentukan ethnic identity juga dipengaruhi oleh faktor eksternal

dan faktor internal. Faktor eksternal tersebut muncul ketika kelompok pemuda

Bali berinteraksi dengan lingkungan yang berasal dari berbagai latar belakang

budaya yang berbeda, yang juga merupakan budaya mayoritas. Hal ini

mengakibatkan kelompok pemuda Bali melakukan kontak budaya dengan cara

yang berbeda-beda. Kontak budaya pertama yang dapat terjadi jika kelompok

pemuda Bali tidak terlalu ingin memelihara budaya aslinya yaitu budaya Bali

dan lebih mengidentifikasikan dirinya dengan budaya yang mayoritas. Maka

individu akan memiliki komitmen dan eksplorasi yang lemah terhadap etnis

Bali. Kontak budaya kedua dapat terjadi jika kelompok pemuda Bali tetap

berusaha memelihara budaya Bali namun tetap bersedia melakukan interaksi

serta melakukan identifikasi terhadap budaya mayoritas. Jika hal ini terjadi

maka individu akan fleksibel dengan kedua budaya.

Kontak budaya ketiga yang dapat terjadi jika dalam melakukan kontak

budaya, kelompok budaya Bali sangat berpegang kuat dan menjalankan

nilai-nilai budaya Bali yang mereka miliki. Individu yang melakukan hal ini akan

memiliki komitmen dan eksplorasi yang lemah terhadap budayanya. Kontak

budaya keeempat yang dapat terjadi jika kelompok pemuda Bali kehilangan

identitas budaya Bali tapi disamping itu mereka juga tidak berhasil masuk ke

budaya mayoritas, hasilnya mereka akan memiliki komitmen dan eksplorasi

terhadap etnis Bali yang lemah namun mereka pun sulit melakukan

penyesuaian diri dengan budaya mayoritasnya sehingga mereka tidak berhasil

(23)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Hal lain yang juga berpengaruh adalah kuat atau lemahnya nilai-nilai

mengenai budaya Bali yang diberikan orantuanya. Ketika kelompok pemuda

Bali diberikan pengaruh yang kuat mengenai budaya Bali maka komitmen

mereka terhadap etnis Bali akan tinggi namun komitmen tersebut dapat saja

tidak disertai dengan eksplorasi yang tinggi pula. Disamping itu jika hal

tersebut terjadi sebaliknya dimana orangtua kurang atau bahkan tidak

menanamkan budaya Bali dengan cukup kuat semenjak dini maka individu

memiliki komitmen yang rendah dan juga eksplorasi yang rendah terhadap

etnis Bali.

Salah satu internalisasi dari lingkungan yang dapat mempengaruhi ethnic

identity kelompok pemuda Bali adalah pergaulan mereka sejak kecil, mulai

dari mereka memasuki lingkungan sekolah. Jika semenjak kecil orangtua

sudah menempatkan anak pada lingkungan mayoritas maka komitmen mereka

terhadap etnis Bali akan rendah, namun tidak selalu disertai dengan eksplorasi

yang rendah juga. Sebaliknya jika ketika semenjak kecil anak berada dalam

lingkungan pergaulan yang kebanyakan etnis Bali maka individu tersebut akan

memiliki komitmen yang tinggi dan melakukan eksplorasi yang tinggi pula

terhadap etnis hindu bali. Begitu pun hal ini dapat dapat terjadi jika ketika

mereka memasuki dunia pekerjaan, ketika individu yang lingkungan

pekerjaanya terdapat sedikit orang beretnis Bali dan mereka sudah merasa

nyaman maka komitmen terhadap etnis Bali akan rendah juga eksplorasi yang

(24)

17

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA lingkungan pekerjaan yang kebanyakan etnis Bali maka individu tersebut

akan memiliki komitmen yang tinggi dan eksplorasi yang tinggi pula.

Internalisasi dari lingkungan yang dapat mempengaruhi ethnic identity

adalah adanya media massa yang dapat memperkuat atau bahkan

memperlemah ethnic identity kelompok pemuda Bali. Terdapatnya

siaran-siaran baik dari televisi dalammaupun luar negeri, bahkan radio juga koran

dan majalah. Semua fasilitas tersebut menyediakan acara berbahasa Bali,

film-film yang dilakukan di Bali, lagu-lagu atau tarian Bali. Namun hal tersebut

akan mempengaruhi ethnic identity kelompok pemuda Bali tergantung sejauh

mana kelompok pemuda Bali menanggapi hal itu semua. Apabila kelompok

pemuda Bali lebih sering menonton atau mendengarkan atau membaca

acara-acara tersebut maka mereka memiliki komitmen yang tinggi terhadap tenis

hindu bali dan melakukan eksplorasi yang tinggi terhadap etnisnya. Namun

apabila mereka lebih memilih untuk menyaksikan film-film non Bali maka

kelompok pemuda Bali melakukan eksplorasi yang rendah namun tidak selalu

komitmen kelompok pemuda rendah pula.

Faktor internal yang juga dapat mempengaruhi ethnic identity kelompok

pemuda Bali adalah tingkat pendidikan mereka. Semakin tinggi tingkat

pendidikan mereka, maka akan memiliki pemikiran yang lebih terbuka dalam

menerima informasi yang baru dan berbeda. Biasanya semakin tinggi

pendidikan mereka maka akan semakin membuka kesempatan individu untuk

(25)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Setelah melalui mekanisme pembentukan ethnic identity melalui beberapa

komponen, maka terbentuklah status ethnic identitiy. Status yang pertama

yaitu Unexamined Ethnic Identity. Pada tahap ini kelompok pemuda Bali

belum melakukan eksplorasi mengenai budaya. Pada tahap ini seseorang yang

kurang berminat terhadap kelompok etnisnya tampak tidak banyak

mengetahui tentang hal-hal yang berkaitan denga etnis tersebut, tidak mengerti

tentang adat dan falsafath etnisnya, tidak bisa atau tidak biasa menggunakan

bahasa daerahnya , hal ini dinamakan sebagai status diffusion, kemudian ada

panggota kelompok pemuda Bali yang hanya menggunakan bahasa daerahnya

hanya kepada orang tuanya di rumah yang berasal dari etnis Bali, tetapi tidak

digunakan di luar rumah karena tidak ada kebanggan untuk menggunakanya,

orang tua juga sering mendorong agar anaknya dapat bergaul atau bahkan

harus bergaul dengan kelompok etnis yang sama dengan dirinya. Sehingga

pada kenyataanya anak bergaul lebih banyak dengan etnis lain tapi

menyembunyikan hal tersebut dari orang tuanya , hal ini dinamakan status

foreclosure. (Phinney, 1989, dalam Organista, Pamela Balls., Kevin M. Chun.,

Gerardo Marin, 1998).

Status yang kedua, yaitu Ethnic Identity Search. Pada tahap ini kelompok

pemuda Bali mulai banyak bertanya pada orang-orang sekitar mengenai

tentang adat, falsafah dan seni budaya etnis yang bersangkutan, mencoba

untuk belajar berbicara bahasa daerahnya, dan mulai mengunjungi acara-acara

adat etnis tersebut. Hal ini memang mereka lakukan namun belum

(26)

19

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA terjadi karena adanya pengalaman signifikan yang mendorong munculnya

kewaspadaan seseorang atas etnis asalnya atau bahkan untuk beberapa orang,

tahap ini bisa disertai adanya penolakan terhadap nilai-nilai dari budaya yang

dominan atau budaya mayoritas.

Status ketiga adalah Achieved Ethnic Identity. Pada tahap ini ditandai

adanya komitmen akan penghayatan kebersamaan dengan kelompknya

sendiri,berdasarkan pada pengetahuan dan pengertian yang diperoleh dari

eksplorasi aktif kelompok pemuda Bali tentang latar belakang budayanya

sendiri. Pada tahap ini juga, kelompok pemuda etnis Bali telah menghayati

dan bangga sebagai anggota dari suatu kelompok etnis Bali, kelompok etnis

tersebut memberi pengaruh yang kuat pada kehidupan kelompok pemuda Bali

di berbagai bidang kehidupanya, misalnya suatu nilai budaya yang diterapkan

saat bekerja atau berinteraksi dengan orang lain, serta aktif dan mengerti

dengan pasti tentang praktik-praktik budaya kelompok etnisnya, misalnya

seseorang dari etnis tertentu fasih berbicara daerah etnisnya, mengerti tentang

sejarah, falsafah etnis, adat dan seni budayanya; juga aktif berperan serta

(27)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir

Kelompok pemuda di Pura

“X” Bandung Utara

Faktor Eksternal :

- Adanya kontak budaya - Internalisasi Orangtua - Internalisasi

Faktor internal :

Status pendidikan Eksplorasi Komitmen Status Ethnic Identity Komponen :

1. Identifikasi diri dan etnisitas

2. Rasa memiliki

3. Sikap positif terhadap kelompok etnis

4. Keterlibatan Etnik Tahap

perkembangan remaja akhir (18-22 tahun) menurut

Santrock Diffuse ethnic identity foreclosure ethnic identity search ethnic identity

(28)

21

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 1.6 Asumsi

1. Pembentukan status ethnic identity pada kelompok pemuda Bali di pura

“X” Bandung Utara ditentukan oleh dimensi eksplorasi dan komitmen

yang dilakukan oleh individu yang berkaitan dengan etnis Hindu Bali.

2. Status ethnic identity seseorang ditentukan melalui tinggi atau rendahnya

usaha individu untuk mencari informasi lebih banyak mengenai etnisnya

dan melakukan keputusan untuk terlibat dalam kegiatan etnis yang

ditunjukan dalam komponen identifikasi diri dan etnisitas dan komponen

keterlibatan etnik, jika tinggi atau rendahnya individu menjalankan

keputusan untuk aktif terlibat pada kegiatan-kegiatan etnisnya yang

ditunjukan dalam komponen identifikasi diri dan etnisitas, komponen

keterlibatan etnik, komponen sikap positif terhadap kelompok etnik dan

komponen rasa memiliki.

3. Terdapat faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi ethnic

identity seseorang. Faktor internal yang mempengaruhi status ethnic

identity adalah tingkat pendidikan sedangkan faktor eksternal yang

berpengaruh adalah adanya internalisasi dari orang tua, lingkungan, dan

kontak budaya mayoritas.

4. Status yang mungkin terjadi adalah status diffuse ethnic identitiy yaitu eksplorasi yang rendah disertai dengan komitmen yang rendah, status

foreclosure ethnic identity yaitu eksplorasi yang rendah disertai dengan

(29)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA tinggi disertai komitmen yang rendah, status achieved ethnic identity yaitu

(30)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian maka

didapat suatu gambaran mengenai ethnic identity pada kelompok pemuda Bali di

Pura “X” Bandung Utara dengan kesimpulan sebagai berikut :

1. Kelompok pemuda Bali di Pura “X” Bandung Utara paling banyak berada

pada status diffuse ethnic identity 41,18% yang ditunjukan melalui dimensi

eksplorasi dan komitmen yang rendah. Sedangkan yang paling sedikit

berada status search ethnic identity 5,88% yang ditunjukan melalui

eksplorasi yang rendah dan komitmen yang tinggi.

2. Lingkungan tempat tinggal mempengaruhi eksplorasi dan komitmen pada

kelompok pemuda Bali di Pura “X” Bandung Utara. Kelompok pemuda

Bali yang memiliki status diffuse ethnic identity tinggal pada lingkungan

yang mayoritasnya dalah etnis Sunda sedangkan kelompok pemuda

dengan status achieved ethnic identity tinggal pada lingkungan yang

mayoritasnya adalah etnis Bali.

3. Pemuda Bali dengan status diffuse ethnic identity sebanyak 31,4% lebih

banyak menghabiskan waktu dengan melakukan aktivitas bersama

orang-orang yang berasal dari keturunan Bali dan juga dengan orang-orang-orang-orang yang

berasal dari suku yang berbeda, begitu juga dengan mayoritas teman dekat

mereka 15,7% berasal dari berbagai macam suku bangsa. Sedangkan

(31)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA banyak menghabiskan waktu dengan melakukan aktivitas bersama

orang-orang yang sama berasal dari keturunan Bali saja, begitupun dengan teman

dekat mereka sebanyak 31,4% mayoritas berasal dari etnis yang sama

yaitu Bali.

4. Keluarga yang masih mempertahankan budaya Bali dan menerapkannya

dalam kehidupan menjadi faktor yang cukup penting dalam menentukan

ethnic identity pada kelompok pemuda Bali di Pura “X” Bandung Utara

sebagai etnis Bali.

5. Mayoritas kelompok pemuda Bali tinggal di kota Bandung sejak 2 hingga

4 tahun yang lalu dan sebanyak 25,5% (lampiran 10) berada pada status

achieved ethnic identity dan sebanyak 23,5% (lampiran 10) berada pada

status diffuse ethnic identity. Hal ini dapat diakibatkan pemuda Bali yang

berasal dari luar Bandung akan melakukan interaksi dengan lingkungan

yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda sehingga dapat

mengakibatkan kontak budaya dengan cara masing-masing.

6. Sebagian besar kelompok pemuda Bali di pura “X” Bandung Utara

sebanyak 96,1% lebih menghayati dan mengikuti diri sebagai suku Bangsa

Bali.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya

(32)

71

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 1. Saran Teoritis

• Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada responden etnis Bali di

luar kota Bandung seperti di Jakarta yang kontak budayanya

relative heterogen untuk mengetahui apakah ada perbedaan status

ethnic identity pada tempat yang berbeda.

• Penelitian selanjutnya dapat mengkaitkan ethnic identity dengan

variabel lain misalnya pola asuh keluarga, kontak budaya, atau

penyesuaian diri.

2. Saran Praktis

• Kepada kelompok pemuda Bali di Pura “X” Bandung Utara

diharapkan dapat mengadakan berbagai macam pagelaran seni

budaya Bali seperti tarian, kuliner, yang dikemas secara menarik

juga menyediakan informasi mengenai etnis Bali sehingga mampu

menarik minat para pemuda dengan adanya pemahaman yang

mendalam akan etnis Bali.

• Kepada orang tua diharapkan dapat melakukan komunikasi dua

arah yang terbuka dengan anak-anaknya saat memberikan

informasi mengenai etnis Bali. Kemudian memberikan kesempatan

kepada anak untuk melakukan eksplorasi terhadap etnis Bali

(33)
(34)

73

DAFTAR PUSTAKA

Berry, John W., Ype H.Poortinga., Marshall H.Segall., Pierre R.Dasen. 1999.

Psikologi Lintas Budaya : Riset Dan Aplikasi

. Jakarta : Gramedia.

Marcia, J.E 1998.

Ego Identity: A Handbook pf Psychosocial Research

. New

York: Springer-Verlag.

Meinarno, Eko A., Bambang Widianto., Rizka Halida. 2011.

Manusia Dalam

Kebudayaan Dan Masyarakat

. Jakarta : Salemba Humanika

Nazir, Moh. 1999.

Metode Penelitian.

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Organista, Pamela Balls., Kevin M.Chun., Geraldo Marin. 1998.

Readings In

Ethnic Psychology.

New York: Routledge

Phinney, Jean S. April 1992.

The Multigroup Ethnic Identity Measure; a new

scale for use with diverse group. Journal pf adolescent research, vol 7

Samovar, Larry A., Richard E.Porter., Edwin R.Mcdaniel. 2010.

Komunikasi

Lintas Budaya

. Jakarta : Salemba Humanika

Santrock, John W. 2003.

Adolescence 6th.

Jakarta: Erlangga.

Santrock, John W.2002.

Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup

.

Jilid I. Jakarta: Erlangga

(35)

74

http://sensuspenduduk.com/article/28972/informasi-umum-sensus-penduduk--sp2010.html

http://www.lestariweb.com/Indonesia/Bali-People-Balinese.htm

http://nince.wordpress.com/2009/01/23/adat-istiadat-bali/

http://nasional.kompas.com/read/2010/06/23/12593833/Tahun.2010.Penduduk.Indon

esia.234.2.Juta

http://pojok-bali.blogspot.com/

http://smartpsikologi.blogspot.com/2007/08/apa-sih-identitas-etnik.html

http://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2009/11/04/sistem-kemasyarakatan-di-bali/

Referensi

Dokumen terkait

Adapun untuk jadwal perawatan jangka panjang dilakukan selama te rjadinya kegiatan giling pabrik atau setiap 6

[r]

Jika ukuran dalam mengubah pola dasar badan lebih kurang dari 0,5 cm pada perhitungan keterangan pembuatan pola dan terdapat 2 kesalahan antara lain: Letak garis leher sesuai

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas karunianya yang telah dilimpahkan kepada penulis “ Program Bantu Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan

Judul Tesis : Dampak Pengembangan Sektor Perikanan terbadap Perekonomian Jaws Tengab.. Nama Mabasiswa : Abdul Kobar Mudzakir NomorPokok :

Untuk keterangan lebih lanjut mengenai SMA Negeri 3 Salatiga, dapat menghubungi kami : Alamat:Jalan Kartini No.34 Salatiga 50711 Telp:(0298) 323300 FAX: +458-4578 Others: +301 - 0125

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (a) Apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran portofolio lebih baik dari pada

KtrSIMPULAN DAN