PELAKSANAAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
DAN PENGARUHNYA PADA TUGAS-TUGAS GURU
f
(Studi Pendapat Guru Tentang Kepemimpinan Kepala
Sekolah Dasar di Kotamadya Bandar Lampung)
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Program Pasca Sarjana (S2)
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
Oleh : EDY SANTOSO
389/A/XVI-8
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
B A N D U N GHalaman Pengesahan
Disetujui dan disahkan
JzuaJ^
Prof. Dr.
A. SANUSI. S.H. M.P^A.
Pembimbing
Prof. Dr. Oteng Sutisna,J)*rSc
ABSTRAK
Tesis yang berjudul : 'Pelaksanaan
Kowm.i.rnPi n:m
Kepala Sekolah' dan Pengaruhnya •. Pada Tugas - Tugas
Guru
(Studi Pendapat Guru Tentang Kepemimpinan; ,Kepala Sekolah
Dasar di Kotamadya Bandar Lampung)..
berawal dari
nilai
hasil ujian EBTANAS siswa Sekolah Dasar di Kotamadya Ban
dar Lampung yang kurang memuaskan.
EBTANAS siswa Sekolah Dasar tidak memberikan
kri-teria lulus atau tidak lulus, tetapi hanya member!
pem-bobotan terhadap kemampuan siswa dalam mengikuti
ujian.
Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan dalam
peneli-tian ini ialah: Bagaimana pendapat guru tentang
kepemim
pinan yang dilakukan Kepala Sekolah dan bagaimana
penda-patnya tentang tugas-tugas yang dilakukannya.
Mengacu teori kepemimpinan dan paradigma
Getzel &
Guba, bahwa tugas pemimpin dihadapkan kepada dua dimensi
yaitu dimensi tugas untuk mencapai tujuan dan dimensi
hu-bungan dengan stafnya, serta Buku Petunjuk
Administrasi
Sekolah Dasar hasil Keputusan Bersama Menteri
Pendidikan
dan Kebudayaan dengan Menteri Dalam Negeri No. 33
tahun
1983 dan No. 02a/U/1983, peneliti berusaha membuktikan
hipotesis yang diajukan.
Menggunakan analisis deskriptif dari jawaban
ang-ket yang peneliti berikan kepada 150 orang guru
sebagai
sampel, didapatkan hasil sebagai berikut:
Guru-guru yang berpendapat dalam kategori senang
sampai
dengan senang sekali terhadap kepemimpinan yang
dilaku-kan Kepala Sekolah sebanyak 121 orang (80%),
sedangkan
dalam kategori netral sebanyak 17 orang (11,3$) dan
ka
tegori kurang senang sampai dengan sangat kurang
senang
24 orang (8,7 #).
Pendapat guru tentang tugas yang dilakukannya
ter-dapat:
Kategori senang sampai dengan sangat senang
sekali
102
orang (68$), kategori netral 37 orang (24,6$) dan
kate
gori kurang senang sampai dengan kurang senang
sekali
11 orang (7,4%).
Unsur-unsur kepemimpinan yang sangat disenangi
oleh guru-guru ialah:
Pemeriksaan kebersihan kelas oleh Kepala Sekolah;
Kesalahan guru ditegur secara terbuka dalam rapat;
Evaluasi penyelesaian kurikulum dan GBPP.
Unsur-unsur pelaksanaan kepemimpinan yang kurang
disenangi guru:
Kunjungan kelas ketika guru mengajar;
Meneliti kesalahan guru;
Penyusunan grafik absensi guru.
Unsur-unsur pelaksanaan tugas guru yang
sangat
disenangi:
Menyusun Satuan Pelajaran (S.P);
Mencatat siswa yang tertinggal pelajaran;
Menyusun daftar hadir siswa menurut nomor urut nomor.
Unsur-unsur yang kurang disenangi ialah:
Ditegur Kepala Sekolah karena tidak menyusun S.P;
Mencatat siswa yang mengalami kelainan;
Mengarsipkan nama-nama siswa beserta nama dan pekerjaan
orang tua/wali.
Hal-hal tersebut hanya berlaku untuk 150
orang
sampel penelitian.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ±±±
KATA PENGANTAR vi
UGAPAN TSRIMA KASIH ;• viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A.-Latar Belakang Masalah
1
1. Pendidikan Sebagai Organisasi... 1
2. Kekuasaan (power) dan Otoritas 7
B. Identifikasi Masalah 12
1. Masalah Organisasional
16
2. Masalah Motivasi Kerja 17
3. Masalah Suasana Kerja 19
4. Kepemimpinan dan Administrasi Pen
didikan 20
C. Perumusan Masalah 22
BAB II. KERANGKA TEORI • 25
A. Kepemimpinan Pendidikan
25
B. Model-Model Kepemimpinan 29
1. Model Perilaku 29
2. Model Kepemimpinan Kontinum 31
3. Model Managerial Grid 33
C. Pengaruh Tipe Kepemimpinan Kepada Staf
36
D. Pendapat (Perception) Staf Terhadap
Pimpinan
40
Halaman
1. Pengertian Pendapat (Perception)
40
2. Pendapat (Perception) Staf
43
E. Administrasi Pendidikan
45
1. Fungsi Administrasi
45
2. Tanggung Jawab Kepala Sekolah sebagai
Administrator
•
4'
3. Tugas Guru Sekolah Dasar
49
F. Beberapa Hasil Penelitian Terdahulu
50
G. Paradigma Penelitian
52
55
H. Hipotesxs
BAB III MET0D0L0GI PENELITIAN
57
A. Populasi dan Sampel
->'
1. Populasi Penelitian
5?
2. Sampel Penelitian
58
B. Teknik Pengumpulan Data 61
1. Data Pendapat Guru tentang Kepemimpin
an yang dilakukan oleh Kepala Sekolah
o±
2. Data Pendapat Guru tentang Tugas-
Tu-gas yang Dilakukannya
•b3
C. Definisi Operasional dan Cara Pengukuran
63
D. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ...
69
1. Validitas Alat Ukur
69
2. Reliabilitas Alat Ukur
69
70
E. Uji Hipotesxs
BAB IV. DATA LAPANGWAN ANALISIS UJI HIPOTESIS
72
72
A. Data Lapang<^
1. Keadaan Umum Kodya Bandar Lampung....
72
2. Perkembangan Pendidikan di Kotamadya
Bandar Lampung
'b
3. Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Sekolah Dasar Kodya Bandar Lampung...
O
4. Hubungan Dinas P & K dengan Kepala
Sekolah Dasar
Halaman
5. Tugas dan Wewenamg Kepala Sekolah
Dasar *
6. Tugas Administrasi oleh Kepala Seko
lah DasarB.
Validitas Angket dan Hasil Uji Coba ...
1. Validitas Isi (Content Validity.)
2. Hasil Uji Coba (T££ Qut)
C. Pembuktian Hipotesis
BAB V. KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN DISKUSI
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
C. Diskusi
DAFTAR KEPUSTAKAAN
vii
82
83
86
88
93
122
1?2
125
12?
DAFTAR TABEL
Tabel
1. REKAPITULASI PENGELOMPOKAN NILAI MATA
PELAJARAN HASIL EBTANAS SEKOLAH DASAR
NEGERI DAN SWASTA DI KOTAMADYA BANDAR
LAMPUNG, 1986/1987 :
Tabel
2. JUMLAH SEKOLAH DASAR NEGERI DAN SWAS
TA SERT4. JUMLAH GURU SEKOLAH
DASAR
NEGERI DAN SWASTA DI KOTAMADYA BANDAR
LAMPUNG 1987
Tabel
3. SAMPEL PENELITIAN DENGAN MENGGUNAKAN
TEKNIK PROPORTIONAL RANDOM
SAMPLING
GURU-GURU SEKOLAH DASAR
KOTAMADYA
BANDAR LAMPUNG
Tabel
4. NAMA-NAMA SEKOLAH DASAR NEGERI
DAN
SWASTA DI KOTAMADYA BANDAR
LAMPUNG
YANG DIJADIKAN SAMPEL PENELITIAN
Tabel
5. WILAYAH KOTAMADYA TANJUNGKARANG TELUK
BETUNG (PRA P.P. NO. 3/1982)
Tabel '6. WILAYAH KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG
(POST P.P. NO. 3/1982)
••
Tabel
7. JUMLAH KECAMATAN, DESA, RUMAT .TANGGA,
PENDUDUK SERTA RATA-RATA PENDUDUK/KM*
AKHIR TAHUN 1961, 1971, SAMPAI DENGAN
1984 DI KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG
Tabel
8. PENDUDUK MENURUT KECAMATAN,
DESASA,
ANAK-ANAK DAN JENIS KELAMIN DI KOTA
MADYA BANDAR LAMPUNG 1984
Tabel
9. PERKEMBANGAN SEKOLAH DASAR NEGERI
DI
KOTAMADYA DATI II BANDAR LAMPUNG
Tabel 10. JUMLAH KELAS, SISWA DAN GURU
SEKOLAH
DASAR NEGERI DI KOTAMADYA BANDAR LAM
PUNG TAHUN 1987
Tabel 11. JUMLAH SEKOR JAWABAN BUTIR PERTANYAAN
GENAP (X) DAN GANJIL (Y) UNTUK ANGKET
PENDAPAT GURU TENTANG KEPEMIMPINAN
YANG DILAKUKAN OLEH KEPALA SEKOLAH...
x i i i
Halaman
Tabel 12. TABEL INTERPRETASI NILAI r
91
Tabel 13. JUMLAH SEKOR JAWABAN BUTIR PERTANYAAN
GENAP (X) DAN GANJIL (Y) UNTUK ANGKET
GURU TENTANG TUGAS-TUGAS YANG DILAKSA
NAKANNYA
*
yi
Tabel 14. PENDAPAT GURU TENTANG SUPERVISI
YANG
DILAKUKAN OLEH KEPALA SEKOLAH
b>4
Tabel 15. PENDAPAT GURU TENTANG PENGAWASAN YANG
DILAKUKAN OLEH KEPALA SEKOLAH
W
Tabel 16. PENDAPAT GURU TENTANG EVALUASI
(PENI
LAIAN) KEPADA GURU YANG DILAKUKAN
OLEH KEPALA SEKOLAH
±{J?
Tabel 17. PENDAPAT GURU TENTANG PELAKSANAAN PRO
SES BELAJAR MENGAJAR (P.B.M.)
YANG
DILAKUKANNYA
±Ut>
Tabel 18. PENDAPAT GURU TENTANG BIMBINGAN
KEPA-DA SISWA YANG DILAKUKANNYA
±1U
Tabel 19. PENDAPAT GURU TENTANG PELAKSANAAN
AD-a
^ MINISTRASI SEKOLAH YANG DILAKUKANNYA.
114
Tabel 20. REKAPITULASI PENDAPAT GURU TENTANG KE
PEMIMPINAN YANG DILAKUKAN OLEH KEPALA
SEKOLAH DASAR BANDAR LAMPUNG
UNTUK
SAMPEL 150 ORANG GURU
1J-0
Tabel 21. REKAPITULASI PENDAPAT GURU
TENTANG
TUGAS-TUGAS YANG DILAKUKANNYA
a?
DAPTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1. Model Struktur Inisiasi dan Considerasi
dari Dimensi Kepemimpinan oleh Andrew
W. Halpin
29
Gambar
2. Kontinum Hubungan Pimpinan
Dengan
Ba
wahan Menurut Tannembaum dan W.H.Schmxdt 3-L
Gambar
3. Basic Leader Behavior Styles dari Model
Managerial Grid R.R. Blake & J Mounton
33
Gambar
4. Paradigma Getzel dalam
Administrative
Theory as a Guide to Action
35
Gambar
5. Hubungan Motivasi dan Probabilitas
un
tuk Sukses Menurut D.C. McClelland &
J.W. Atkinson
39
Gambar
6. Bagan Pendapat (Perception)
Menurut
Mar* at • 4U
Gambar
7. Hubungan Kepribadian, Kognisi, Pendapat
(Perception) dengan Si^ap Individu
4^
Gambar 8. Hubungan Pendapat (Perception),
fxkap
dan Kecenderungan Bertindak pada Indx-vidu. Diadaptasikan dari Krech,
Baliachey & Crutchfield
44
Gambar
9. Hubungan Unsur-unsur Administrasi
Pen
didikan dengan Fungsi-fungsi -Admxnxstra
si Pendidikan
53
Gambar 10. Paradigma Penelitian
54
Gambar 11. Struktur Organisasi Data Tatakerja
Di
nas P & K Kotamadya Dati II Bandar
Lam-pung ♦
Gambar 12. Kurva Pendapat Guru Tentang
Supervisi
yang Dilakukan Kepala Sekolah
Berdasar-kan X±eu dan X&ct#
90
Gambar 13. Kurva Pendapat Guru tentang Pengawasan
yang Dilakukan Kepala Sekolah
Berdasar-kan Xid dan X&ct
Gambar 14. Kurva Pendapat Guru tentang
Bvaluasi
yang Dilakukan Kepala Sekolah
Berdasar-kanX.d dan X&ct
xu>
Gambar 15. Kurva Pendapat Guru tentang Proses
Belajar Mengajar yang DilakukannyaBerdasarkan X. , dan
^-ac^m
Gambar 16. Kurva Pendapat Guru tentang Bimbim
bingan Kepada Siswa yang Dilakukan
nya Berdasarkan Xid< dan X&ct>••••
Gambar 17. Kurva Pendapat Guru tentang Admi
-nistrasi Sekolah dilakukannya,ber
dasarkan Xj^ dan Xact ^
•
Gambar 18. Orientasi Kepala Sekolah Terhadap
Guru-Gurux v x
Halaman
110
113
118
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A. ANGKET UNTUK GURU-GURU SEKOLAH DASAR
KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG
LAMPIRAN B. TABULASI SEKOR ANGKET: PENDAPAT GURU
TENTANG KEPEMIMPINAN YANG.DILAKUKAN OLEH KEPALA SEKOLAH DASAR KOTAMADYA
BANDAR LAMPUNG
LAMPIRAN C. TABULASI SEKOR ANGKET: PENDAPAT GURU
GURU TENTANG TUGAS YANG DILAKUKANNYA PADA SEKOLAH DASAR KOTAMADYA BANDAR
LAMPUNG
LAMPIRAN D.
LAMPIRAN E.
[image:13.595.74.513.100.696.2]LAMPIRAN G.
TABEL KERJA UJI RELIABILITAS ANGKET: PENDAPAT GURU TENTANG PELAKSANAAN TU GAS YANG DILAKUKANNYA PADA GURU-GURU SEKOLAH DASAR KOTAMADYA BANDAR LAM
PUNG
TABEL KERJA UJI RELIABILITAS ANGKET: PENDAPAT GURU TENTANG PELAKSANAAN KE PEMIMPINAN YANG DILAKUKANNYA OLEH KE PALA SEKOLAH DASAR KOTAMADYA BANDAR
LAMPUNG
LAMPIRAN F. KISI-KISI ANGKET PENELITIAN PENDAPAT
GURU TENTANG KEPEMIMPINAN YANG DI-LAKSANAKAN OLEH KEPALA SEKOLAH DASAR
KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG
KISI-KISI ANGKET PENDAPAT GURU TEN TANG TUGAS YANG DILAKUKANNYA. PADA SEKOLAH DASAR DI BANDAR LAMPUNG
x v x x
Halaman
131
139
11+5
155
156
157
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1. Pendidikan sebagai Organisasi Formal
Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi,
mem-punyai tatanan dan aturan yang harus ditaati oleh semua
fihak yang terlibat di dalamnya.
Pimpinan organisasi pendidikan sebagai pengendali
staf dalam melaksanakan tugas, diharapkan dapat
menumbuh-kan suatu kondisi kerjasama yang baik. Kerjasama
itu
akan baik, kalau hubungan yang terjalin merupakan hubung
an saling mengisi untuk mencapai tujuan secara
efektif,
tetapi apabila hubungan tersebut kurang harmonis,
maka
organisasi pendidikan akan berjalan secara kurang wajar.
Hubungan pimpinan organisasi dengan
staf
akan
mempunyai pengaruh pada produktivitas, baik ditinjau da
ri segi kuantitas (jumlah) maupun dari segi
kualitas
(mutu), lebih-lebih apabila ditinjau dari segi
efektifi-tasnya.
Hubungan yang baik dan harmonis juga akan
ber-pengaruh terhadap suasana kerja yang menyenangkan
dan
iklim organisasi yang sehat, lebih-lebih dalam
organi
sasi pendidikan hal ini sangat dibutuhkan.
Organisasi
pendidikan mengelola manusia dengan berbagai ragam
si-fat dan latar belakangnya, baik kultur, ekonomi dan
so-sialnya. Suasana kerja yang menyenangkan adalah
suatu
situasi kerja yang saling membantu antara anggota
staf,
tanpa menimbulkan rasa takut dan curiga mencurigai anta
ra sesama anggota.
Sedangkan iklim organisasi yang sehat ialah
kon-disi organisasi yang berjalan sesuai dengan tatanan
or
ganisasi, serta nasing-masing pihak menduduki posisinya.
Kondisi-kondisi yang telah peneliti paparkan di
atas akan menunjukkan kepada kita, apakah seorang kepala
organisasi itu juga seorang pemimpin organisasi.
Studi
tentang kepemimpinan menunjukkan bahwa ada perbedaan an
tara seorang kepala (pimpinan) dengan seorang pimpinan .
Seorang pemimpin organisasi dituntut untuk memiliki
ke-mampuan mengorganisir staf dan menggerakkan serta
mem-pengaruhinya untuk melakukan hal-hal yang harus
dilaksa-nakan atau tidak melakukan hal-hal yang dilarang untuk
dilakukan agar tujuan organisasi dapat dicapai.
Kemampu-an-kemampuan demikian disebut dengan istilah kepemimpin
an. Sedangkan seorang Kepala hanyalah seorang yang se
cara formal diangkat untuk mengepalai suatu
organisasi.
Pungsi utama kepemimpinan terutama mengarah kepa
da dua hal, yaitu:
dicapai oleh organisasi.
Fungsi yang bertalian dengan penciptaan suasana kerja un
tuk mencapai tujuan tersebut.
Fungsi yang bertalian dengan pencapaian tujuan meliputi:
Merumuskan tujuan dengan jelas berdasarkan
kesepakatan
organisasi, sehingga setiap anggota merasa
berkepenti-ngan dan turut bertanggung jawab.
Pembagian tugas sesuai dengan kemampuan masing - masing
anggota secara adil dan merata. Dalam pembagian
tugas
tersebut harus jelas:
siapa yang melaksanakan tugas-tugas tertentu (who),
kapan tugas itu harus selesai (when),
kepada siapa dia harus bertanggung jawab (to whom).
Menyusun rencana kerja yang mantap, yang berarti rencana
kerja tersebut harus sudah dipertimbangkan dengan baik,
dengan memperhatikan:
faktor-faktor penunjang dan penghambat yang
diperkira-kan bakal terjadi,
memperhatikan tingkat kemampuan para pelaksana
yang
diberi tugas,
memperhitungkan waktu yang tersedia,
memperhitungkan dana yang tersedia, serta faktor-faktor
lain yang datangnya tiba-tiba di luar dugaan.
Menyusun kriteria keberhasilan (evaluasi keberhasilan)
ketepatan pelaksanaan kerja dengan perintah yang
di-berikan,
ketepatan waktu kerja yang sesuai dengan waktu
yang
sesuai dengan waktu yang disediakan,
kerapihan kerja,
kerjasama antara anggota. «
Fungsi yang bertalian dengan penciptaan
suasana
kerja yang harmonis dalam mencapai tujuan meliputi:
Menciptakan hubungan kerja yang harmonis antara pimpinan
dengan staf (hubungan vertikal), serta hubungan kerjasa
ma antara anggota (hubungan horisontal).
Menciptakan suasana kerja yang tanang, sehingga
menimbul-kan gairah kerja. Staf amenimbul-kan bekerja dengan rasa
aman,
tanpa merasa adanya tekanan-tekanan dan rasa takut untuk
berinisiatif dan takut untuk mendapatkan hukuman.
Menciptakan kepuasan kerja bagi para anggota, mereka me
rasa dihargai hasil kerjanya, mendapatkan imbalan
yang
sesuai dengan beban tugasnya dengan waktu yang
tepat
tanpa potongan-potongan yang tidak resmi (sah).
Menghindarkan diri dari janji-janji yang sukar
dipenuhi
atau bahkan tidak mungkin dipenuhi, yang akhirnya
-
jus-tru akan menimbulkan kekecewaan anggota.
Janji-janji tersebut misalnya tentang promosi untuk sua
tu jabatan tertentu.
Disiplin kerja yang baik, berarti bukan suatu
disiplin
yang kaku (rigid)
tanpa mau menerima suatu
alasanpun
untuk setiap kesalahan stafnya.
Dalam hal yang demikian maka tugas pimpinan adalah
meng-adakan perbaikan terhadap setiap kesalahan, karena
hu-kuman adalah merupakan jalan terakhir apabila semua
usa-ha perbaikan menemui kegagalan.
Pada Sekolah Dasar Negeri, tatanan yang
demikian
telah diatur oleh Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No. 33 tahun 1983 dan No. 026a/U/l983, tentang
Petunjuk
Administrasi Sekolah Dasar.
Garis besar keputusan tersebut berisl:
Petunjuk Umum Administrasi Sekolah Dasar terdapat
dalam
Buku I;
Administrasi Program Pengajaran, terdapat dalam Buku II;
Administrasi Kemuridan, terdapat dalam Buku III;
Administrasi Kepegawaian, terdapat-dalam;-Buku IV;
Administrasi Keuangan, terdapat dalam Buku V;
Administrasi Perlengkapan/Barang, terdapat dalam
Buku
VI.
Sebenarnya Kepala Sekolah Dasar dalam
hal
ini
hanya sebagai pelaksana peraturan yang sudah
disusun
atasan. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan
un
suasana kerja yang berbeda antara sekolah dasar satu de
ngan yang lain.
Suasana kerja yang demikian, akhir-akhir ini
me-nyelubungi situasi pendidikan kita pada umumnya.
Sekolah Dasar-Sekolah Dasar dituntut meningkatkan
produktivitasnya, dalam arti jumlah lulusan yang banyak,
sehingga para guru dihadapkan pada dilema antara
jumlah
dan mutu lulusan.
Kesulitan yang dihadapi para peneliti pada
Seko
lah Dasar, ialah apabila kita mengadakan pelacakan
mela-lui nilai guru dalam DP3 (Daftar Penilaian
Pelaksanaan
Pekerjaan). Obyektivitas penilaian penilaian sangat
di-ragukan, disebabkan DP3 lebih cenderung diartikan
seba
gai persyaratan kenaikan pangkat bagi guru daripada
ke-adaan-nyata dari setiap individu.
Dalam Buku IV Petunjuk Administrasi Sekolah Dasar
(halaman 10), dituliskan bahwa persyaratan kenaikan pang
kat seorang guru antara lain:
Lampiran yang diperlukan:
- Salinan sah Surat Keputusan Pengangkatan
dalam
pangkat terakhir.
- Salinan sah Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
tahun terakhir.
Pada halaman berikutnya (halaman 11) tertulis: "Dan
mem-punyai nilai rata-rata baik, tidak ada nilai kurang da
lam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan 2 (dua) tahun
Adapun sebaran nilai dalam Daftar Penilaian
Pelaksanaan
Pekerjaan ialah sebagai berikut:
1. Amat baik dengan nilai 91 s.d 100
2. Baik, dengan nilai 76 s.d. 90
3. Cukup, dengan nilai 61 s.d. 75
4. Sedang, dengan nilai 51 s.d. 60
5. Kurang dengan nilai 50 ke bawah.
Memperhatikan sebaran nilai yang telah ditentukan
oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan serta
persya
ratan tersebut, maka Kepala Sekolah dihadapkan
kepada
suatu dilema, yaitu memberi nilai secara obyektif
dalam
mengisi DP3 yang berarti ada kemungkinan menghambat
ke
naikan pangkat, atau hanya memperhatikan unsur
kemanu-siaan demi kenaikan pangkat para bawahan, yang
berarti
penilaian dilakukan tidak secara obyektif.
2. Kekuasaan (Power) dan Otoritas (Authority)
Kepala Sekolah Dasar di Indonesia juga
dianggap
sebagai seorang pemimpin. Pemimpin di sini akan
mem-punyai konotasi kekuasaan (power) dan otoritas
(autho
rity). Kekuasaan (power) merupakan kemampuan seseorang
atau kelompok untuk mengubah tingkah laku orang lain se
suai dengan yang dia inginkan (Materi Dasar
Pendidikan
Program Akta V, Buku II C, Administrasi Pendidikan 1983/
8
Otoritas (authority) adalah kekuasaan yang
sah
yang dipunyai seseorang dan diakui oleh kelompoknya.Oto
ritas (authority) biasanya lebih ditaati bawahan, karena
dia mempunyai dasar hukum yang sah. Keterpaduan kekuasa
an dengan otoritas akan lebih menguatkan kedudukan
se
orang pemimpin atau Kepala Sekolah Dasar.
Terjadinya pola-pola perilaku yang berbeda
pada
guru, sebagai anggota suatu organisasi pendidikan salah
satu sebabnya ialah kurang mempunyai Kepala Sekolah
me-madukan kekuasaan dan otoritas (Materi Dasar
Pendidikan
Program Akta Mengajar V, 1983/1984: 58).
Pola perilaku yang berbeda tersebut tentu
saja
akan menghambat tercapainya tujuan organisasi,
karena
antara pimpinan dengan anggota tidak serasi,
sehingga
seolah-olah pemimpin akan berusaha sendiri mencapai
tu
juan yang diharapkan tanpa mendapat dukungan dari
ang
gota.
Tidak terpadunya kekuasaan (power) dengan
oto
ritas. (authority), akan mengakibatkan beberapa
kemungkin-an, yaitu:
Lembaga akan berjalan dengan baik, dengan kondisi
hu
bungan yang baik.
Lembaga akan berjalan dengan baik, dengan kondisi
hu
bungan yang buruk.
hubungan yang buruk.
Lembaga akan berjalan dengan buruk, dengan kondisi
hu
bungan yang baik.
Lembaga berjalan dengan baik, artinya bahwa guru
guru menunaikan tugas dengan rasa tanggung jawab.
Lembaga berjalan dengan buruk, apabila guru-guru
melaksanakan tugas kurang bertanggung jawab, sehingga tu
gas-tugasnya menjadi terbengkalai.
Kondisi hubungan yang baik, artinya hubungan ker
ja antara guru dengan Kepala Sekolah harmonis, akrab dan
saling mempercayai.
Kondisi hubungan yang buruk artinya hubungan ker
ja Kepala Sekolah dengan guru-guru kurang harmonis
dan
saling mencurigai.
Sebagai akibat hal-hal tersebut di atas, maka da
lam pelaksanaannya di Sekolah Dasar akan terjadi
empat
kemungkinan:
Kemungkinan kondisi pertama: guru tetap melaksanakan tu
gasnya dengan rasa tanggung jawab, hubungan kerja Kepala
Sekolah dengan guru-guru akrab, sehingga
menghasilkan
jumlah lulusan yang banyak dengan nilai yang baik.
10
Kemungkinan kondisi kedua: guru melaksanakan tugasnya de
ngan rasa tanggung jawab, tetapi hubungan kerja
terjalin
kurang akrab, produktivitas lulusan dapat tetap tinggi
jumlahnya, tetapi nilai yang didapat rata-rata cukup.
Kemungkinan kondisi ketiga: guru melaksanakan tugas ku
rang bertanggung jawab, hubungan kerja dengan Kepala Se
kolah kurang akrab, hasil yang didapat kurang memuaskan
baik dalam jumlah maupun nilainya.
Kemungkinan keempat: Guru melaksanakan tugas kurang ber
tanggung jawab, tetapi hubungan kerja cukup akrab
jumlah
lulusan tetapi tinggi namun nilainya kurang memuaskan.
Apabila kita hubungkan dengan kriteria
penggolong-an nilai hasil belajar siswa, maka sebarpenggolong-an tersebut ada
lah sebagai berikut:
Kategori nilai hasil belajar baik terdiri dari:
Angka 10 dengan pengertian nilai istimewa.
Angka 9 dengan pengertian nilai baik sekali.
Angka 8 mempunyai pengertian nilai baik.
Kategori nilai belajar cukup terdiri dari:
Angka 7 mempunyai pengertian nilai lebih dari cukup.
Angka 6 mempunyai pengertian nilai cukup.
Angka 5 mempunyai pengertian nilai hampir cukup.
Kategori nilai hasil belajar kurang terdiri dari:
Angka 4 mempunyai pengertian nilai kurang.
11
Kategori nilai hasil belajar buruk terdiri dari:
Angka 2 mempunyai pengertian nilai buruk.
Angka 1 mempunyai pengertian nilai buruk sekali.
Kondisi-kondisi yang peneliti ungkapkan
di rauka
merupakan kondisi yang umum terjadi pada setiap
lembaga
pendidikan. Kepala sekolah harus mampu memantau
kondisi
lembaga yang dipimpinnya, terutama tentang
pelaksanaan
tugas guru serta hubungan kerja yang terjadi antara
Ke
pala Sekolah itu sendiri dengan guru-guru yang dipimpin
nya. Adakalanya Kepala Sekolah terjebak oleh
keadaan
yang terselubung, yaitu hubungan kerja yang tidak
riil,
sebagai contoh: apabila Kepala Sekolah hadir di
sekolah
maka kelihatan, bahwa guru-guru bersungguh-sungguh dalam
melaksanakan tugasnya, dan akrab dengan Kepala
Sekolah,
tetapi hal ini akan berubah sekali apabila Kepala
Seko
lah sedang berhalangan sehingga tidak dapat hadir di se
kolah, guru-guru akan bekerja semaunya dan kurang
ber
tanggung jawab.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka latar bela
kang masalah penelitian ini ialah berpangkal dari
ren-dahnya nilai EBTANAS yang disebabkan oleh belum
berfung-sinya Kepala Sekolah dalam melaksanakan tugas
kepemimpin-annya, sehingga berpengaruh kepada pelaksanaan tugas gu
12
B. Identifikasi Masalah
Pendidikan di Sekolah Dasar dihadapkan pada dilema
antara jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas). Jumlah lu
lusan yang banyak dengan nilai rata-rata yang banyak
de
ngan nilai rata-rata yang tinggi merupakan idaman
semua
lembaga pendidikan, tetapi biasanya hal tersebut
sukar
dicapai secara bersamaan.
Nilai-nilai lulusan siswa yang tinggi dapat ter
jadi apabila diawali dengan seleksi nilai kenaikan
kelas
yang ketat. Tetapi biasanya Kepala Sekolah lebih
menekan-kan kepada jumlah yang banyak untuk setiap kenaimenekan-kan kelas
tetapi kurang memperhatikan nilai-nilai siswa.
Berpijak pada situasi yang demikian, maka
timbul-lah persaingan antara sekotimbul-lah satu dengan sekotimbul-lah
lain-nya, baik dalam jumlah siswa yang naik kelas maupun dalam
jumlah kelulusan (output). Hal yang demikian akan merupa
kan kebanggaan tersendiri baik Kepala Sekolah maupun gu
ru- gurunya.
Hal tersebut akan terlihat pada data pra peneliti
an Hasil EBTANAS Sekolah Dasar di Kotamadya Bandar Lam
TABEL 1
REKAPITULASI PENGELOMPOKAN NILAI MATA PELAJARAN HASIL EBTANAS SEKOLAH DASAR NEGERI DAN SWASTA
DI KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG, 1986/1987
13
S t a t u s Jumlah Jumlah Mat a Kip. Jumlah
£
S.D. S.D. P e s e r t a Pljr n i l a i siswa
Negeri 168 9.875 P.M.P 6,01 6,00 5,99 7.463 271 2.141 76 3 21
Swasta 34 2.402 P.M.P 6,01
6,00 5,99 1.953 85 364 81 4 15
Negeri 168 9.875 B.Ind. 6,01 6,00 5,99 7.559 159 2.157 77 2 21
Swasta 34 2,402 B.Ind 6,01
6,00 5,99 1.356 48 498 77 2 21
Negeri 168 9.875 Mat em 6,01
6,00 5,99 1.752 408 7.725 18 4 78
Swasta 34 2,402 Mat em 6,01 6,00 5,99 882 134 1.386 37 6 57
Negeri 168 9.875 I . P . S 6,01 6,00 5,99 3.297 244 6.33 A 34 2 64
Swasta 34 2,402 I . P . S 6,01
6,00 5,99 1.209 131 1.062 50 5 45
Negeri 168 9.875 I . P . A 6,01 6,00 5,99 4.001 360 5.514 41 4 55
Swasta 34 2.4P2 I . P . A 6,01
6,00
1.103 75
47 3
5,99 1,224 50
Slumber deit a: Laporsin Penyedenggar*lan EBTi
•>-. T l n v
INAS
Lampung"1986/1987 hal. 121, 122
14
Berdasarkan data tersebut, maka apabila
dirata-ra-takan adalah sebagai berikut: Sekolah Dasar Negeri:
*T-n • a o-. 76 + 77 + 18 + 34 + 41
Nxlax
6,01 = _____
x i £ = 49,2 £
5
3 + 2 + 4 + 2 + 4
6,00 =
— x 1 £ - 3 $>
5
2 1 + 2 1 + 7 8 + 6 4 + 5 5
— x 1 + = 47,8 £
Sekolah Dasar Swasta:
81 + 77 + 37 + 50 + 46
6,01 =
—
x 1 <$> = 58,2
5
4 + 2 + 6 + 5 + 3
6,00 =
— xl^= 4 %
1 5 + 2 1 + 5 7 + 5 0 + 4 5
5,99 _
x 1 $> = 37,8 #
Nilai-nilai tersebut di atas ialah untuk melihat bobot
pengetahuan siswa pada Nilai EBTANAS Murni (NEM), sedang
kan untuk menentukan nilai dalam STTB digunakan rumus
sebagai berikut :
P + Q + nR
15
Keterangan:
P = Nilai Rapor Caturwulan I kelas VI
Q - Nilai Rapor Caturwulan II kelas VI
R = Nilai EBTANAS Murni
n = Koefisien R yang nilainya bergerak antara
2 - 0,5 yaitu: 2, 1, 0, 9, 8, 0, 7, 0, 6,
0, 5).
Sedangkan untuk menentukan nilai bidang studi yang
di-cantumkan dalam STTB yang diperoleh dari EBTA digunakan
rumus sebagai berikut :
P + Q + 2R
Keterangan:
P = nilai rapor Caturwulan I kelas VI
Q = nilai rapor caturwulan II kelas VI
R = nilai rapor yang diperoleh pada EBTA
(SK Kakanwil DEPDIKBUD Propinsi Lampung, 1986: 17-18)
Memperhatikan ketentuan tersebut di atas,
makin
jelaslah bahwa EBTA maupun EBTANAS lebih cenderung
me
nentukan bobot pengetahuan seorang siswa pada
kelompok-nya dan bukan menentukan lulus atau tidakkelompok-nya seorang sis
wa Sekolah Dasar.
Kondisi hasil EBTA siswa Sekolah Dasar
tersebut
secara organisasi menurut Warren Benis (1978: 281-193 )
16
dimensi konsep dan dimensi manusia.
Dimensi teknis lebih cenderung berhubungan dengan
tatanan organisasi berdasarkan organisasi, yaitu
yang
berhubungan dengan mekanisme organisasi, jalur tatakerja,
jalur informasi, pembagian tugas dan wewenang.
Dimensi konsep lebih cenderung berhubungan dengan
filsafat organisasi, tujuan organisasi, alasan
didirikan-nya suatu organisasi serta kriteria keberhasilan organi
sasi .
Dimensi manusia erat hubungannya dengan unsur pa
ra pelaksana. Unsur pelaksana merupakan unsur yang
sa
ngat menentukan.
Masalah yang dihadapi oleh seorang pemimpin or
ganisasi dalam hubungan ini ialah:
Masalah organisasional, masalah motivasi kerja dan masa
lah suasana kerja.
1. Masalah Organisasional
Masalah ini menyangkut usaha memadukan
kepen-tingan organisasi dan kepenkepen-tingan anggota. Seorang
mema-suki suatu organisasi disebabkan oleh adanya
kepentingan-kepentingan tertentu, demikian juga suatu organisasi
di-dirikan karena adanya maksud-maksud tertentu juga.
Seorang Kepala Sekolah Dasar Negeri
merupakan
17
berupaya untuk memajukan Sekolah yang dipimpinnya.
Upaya
tersebut tercermin dalam perilaku kepemimpinannya yang
dapat terlihat dalam cara memberi perintah kepada
guru-guru, membagi tugas, membimbing guru-guru maupun tindakan
tindakan yang lain.
Dalam melaksanakan tugas, baik guru-guru maupun
Kepala Sekolah, mempunyai keterbatasan
yaitu
karakteris-tik individu dan karakteriskarakteris-tik organisasi.
Karakteristik individu meliputi :
Tingkat kemampuan individu,
Tingkat kebutuhan individu, dan
Kepercayaan individu terhadap dirinya,
Pengalaman,
Sifcap individu.
Sedangkan karakteristik organisasi menyangkut
masalah
yang berhubungan dengan:
hirargi,
tugas-tugas,
wewenang,
imbalan,
kontrol.
2. Masalah Motivasi Kerja
18
Tingkat pencapaian prestasi individu dalam bekerja
pada
suatu lembaga tidak seluruhnya tergantung dari
imbalan
yang diterima.
Motiv berprestasi ini akan menjadi makin
tinggi
apabila :al tersebut dapat menimbulkan kebahagiaan
ter-sendiri (kepuasan kerja). Pengakuan pimpinan
terhadap
prestasi kerja staf akan menarnbah gairah kerja staf,
se-baliknya apabila pimpinan kurang dapat menghargai
pres
tasi kerja staf, maka secara tidak langsung akan
menira-bulkan motivasi kerja yang^bergairah. Hal xnx akan mem
punyai akibat terlambatnya pencapaian tujuan yang
diha
rapkan, hasil kerja yang kurang bermutu, serta
hambatan-hambatan lain yang senantiasa mengganggu kelancaran orga
nisasi.
Teori Thorndike yang diterapkan dalam
organisa
si tentang konsep penguatan (reinforcement concept),
sa
ngat erat hubungannya dengan motivasi. Perbedaannya
ada
lah apabila motivasi cenderung timbul
dari dalam
diri
individu, maka teori penguatan (reinforcement)
merupakan
perilaku yang ditimbulkan oleh adanya pendorong dari luar
atau adanya rangsangan tertentu (Edgar H. Schein,
1983:
101).
Ada tiga unsur penguat (reinforce) yang dapat
me
nimbulkan penguatan (reinforcement) tindakan individu :
19
Adanya unsur-unsur yang menyenangkan.
Adanya unsur-unsur yang membuahkan kenaikan hubungan
(association) antara respon dan stimulus yang
dihasilkan-nya. Sifat konsep yang ketiga ini dapat bersifat
menye
nangkan atau tidak menyenangkan (Edgar H. Schein,
1983:
101-102).
McClelland dalam hal yang demikian mengemukakan
teori kebutuhan yang dihubungkan dengan n Ach ( need
for
achievement), yaitu kebutuhan akan prestasi,
kebutuhan
akan afiliasi dan kebutuhan akan kekuasaan. Kesan yang
diperoleh dari hasil penelitiannya ialah :
Orang yang mempunyai n Ach tinggi lebih senang
menghindari tujuan hasil karya yang mudah dan
sukar.
Mereka sebenarnya lebih menyenangi tujuan yang
seba-tas kemampuannya yang dapat mereka capai.Orang yang mempunyai n Ach tinggi lebih
menyenangi
umpan balik yang cepat, tampak dan efisien
mengenai
hasil karya mereka.
Orang yang mempunyai n Ach tinggi senang
bertanggung
jawab akan pemecahan persoalan.
(Djurban Wahid, 1984: 100).
3. Masalah Suasana Kerja
Suasana kerja timbul sebagai akibat dari adanya
iklim organisasi. Sedangkan iklim organisasi itu
sendiri
timbul sebagai akibat hubungan kerja yang harmonis atau
tidak harmonis dalam suatu organisasi.
Iklim organisasi yang menunjang akan dapat
menim
bulkan suasana kerja.yang sehat dan baik, dan sebaliknya
20
iklim organisasi yang buruk. Hubungan kerja yang
buruk
apabila pimpinan organisasi bersifat birokratis,
kurang
memperhatikan situasi stafnya pada saat tertentu.
Kondisi-kondisi seperti tersebut di atas akan mem
punyai pengaruh kepada sikap dan perilaku staf dalam
me
laksanakan tugasnya. Sikap senang akan menimbulkan
ke-cenderungan staf untuk bekerja secara sungguh-sungguh
serta penuh tanggung jawab.
Suasana kerja yang penuh gairah, sebenarnya
akan
sangat menguntungkan bagi pimpinan organisasi,
terutama
bagi pencapaian tujuan organisasi itu sendiri. Staf
yang
kurang bergairah dalam bekerja sukar diharapkan
untuk
mencapai target tertentu. Guru-guru beranggapan bahwa
ke-berhasilannya dalam bekerja lebih c nderung hanya
untuk
kepentingan Kepala Sekolah, karena guru-guru
mendapat
perlakuan yang sama baik guru yang raj in maupun yang ku
rang raj in, misalnya dalam hal kenaikan pangkat
pangkat
ataupun nilai guru dalam DP3.
4. Kepemimpinan dan Administrasi Pendidikan
Administrasi merupakan alat, alat tersebut
dapat
membantu kelancaran usaha organisasi untuk mencapai tuju
an dengan efektif. Untuk kelancaran usaha tersebut diper
lukan aturan-aturan tertentu, yang mengikat semua anggo
melaksa-21
nakan tugasnya dengan tanggung jawab.
Keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai
tujuan
yang diharapkan adalah menjadi tanggung jawab
sepenuhnya
pimpinan yang mengatur pelaksanaan administrasi tersebut.
Pemimpin harus mampu mengatur tiga unsur pokok administra
si yang dikenal dengan sebutan "the 3. M_sM, yaitu : Man,
Material and Money.
Untuk kelancaran pelaksanaan tugasnya,seorang pe
mimpin membagi-bagi tugas yang ada pada anggota
stafnya
sesuai dengan kemampuan staf tersebut masing-masing.
Da
lam hal yang demikian maka tugas seorang pemimpin
hanya-lah membagi tugas, mengawasi dan mengevaluasi hasil kerja
yang didapat.
Administrasi pendidikan mempunyai
prinsip-prinsip
dan aturan-aturan yang tidak jauh berbeda dengan
prinsip
prinsip serta aturan administrasi pada umumnya.
Administrasi pendidikan mencakup semua
kegiatan
dan pengurusan masalah pendidikan, termasuk juga kegiatan
dan pengaturan tentang administrasi sekolah. Administrasi
pendidikan tidak akan menjadi baik, kalau pengelolaan ad
ministrasi sekolahnya kurang baik, oleh sebab itu
peran
seorang Kepala Sekolah sangat penting.
Kepala Sekolah sebagai pengelola administrasi
se
kolah yang dipimpinnya dituntut untuk menguasai
22
Tugas-tugas administrasi sekolah yang
menjadi
tanggung jawabnya meliputi:
Administrasi keuangan.
Administrasi kepegawaian
Administrasi pengajaran
Administrasi kesiswaan
Administrasi perlengkapan
Administrasi umum.
Secara operasional maka Kepala Sekolah hanya
se
bagai pengatur terhadap pelaksana administrasi sekolah,
sedangkan pelaksana yang sebenarnya ialah para guru-guru.
Tugas Kepala Sekolah adalam hal ini ialah:
mengorganisa-sikan guru dalam tugas-tugas tertentu, mengawasi
pelak-sanaannya dan mengevaluasi hasil kerja yang
dilakukan
oleh guru-guru tersebut.
C. Perumusan Masalah
Kepemimpinan Kepala Sekolah Dasar yang
dimaksud
dalam penelitian ini ialah pelaksanaan tugas-tugas Kepa
la Sekolah Dasar yang berhubungan dengan guru,untuk men
capai tujuan pendidikan.
Seperti telah diungkapkan di muka tugas-tugas Ke
pala Sekolah Dasar tersebut meliputi:
23
Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan pokok
dalam penelitian ini ialah: pelaksanaan kepemimpinan Ke
pala Sekolah dan pelaksanaan tugas guru, sedangkan
pe-rumusan masalahnya ialah: Bagaimana pendapat guru tentang
pelaksanaan Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan
bagaimana
pendapat guru tentang tugas-tugasnya.
Komponen pembahasan yang berhubungan dengan masa
lah tersebut meliputi:
Pendapat guru tentang supervisi yang dilakukan Kepala Se
kolah;
Pendapat guru tentang pengawasan yang dilakukan Kepala
Sekolah;
Pendapat guru tentang evaluasi yang dilakukan Kepala Se
kolah;
Pendapat guru tentang pelaksanaan proses belajar
meng
ajar yang dilakukannya;
Pendapat guru tentang bimbingan siswa yang dilakukannya;
Pendapat guru tentang administrasi kelas yang dilakukan
nya;
Berdasarkan komponen-komponen tersebut di
atas,
maka tujuan penelitian ini ialah:
Mengungkapkan pendapat guru tentang supervisi yang dila
kukan oleh Kepala Sekolah;
Mengungkapkan pendapat guru tentang pengawasan yang di
24
Mengungkapkan pendapat guru tentang penilaian yang
di
lakukan oleh Kepala Sekolah;
Mengungkapkan pendapat guru tentang proses belajar meng
ajar yang dilakukannya.
Mengungkapkan pendapat guru tentang bimbingan kepada sis
wa yang dilakukannya;
Mengungkapkan pendapat guru tentang administrasi
kelas
yang dilakukannya;
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi para
Kepala Sekolah di Bandar Lampung khususnya untuk
lebih
raeningkatkan diri sebagai pemimpin sekolahnya, sedangkan
bagi guru-guru diharapkan untuk lebih memahami dan
meng-hayati tugas-tugasnya sebagai suatu kewajiban dan bukan
sebagai suatu beban yang memberatkan dirinya,
sehingga
akan timbul suatu hubungan yang harmonis antara
Kepala
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, maka populasi
penelitian ini mengacu kepada karakteristik pendapat gu
ru tentang kepemimpinan yang dilakukan oleh Kepala Seko
lah dan pendapat guru tentang tugas yang dilaksanakannya,
dengan wilayah penelitian di Kotamadya Bandar Lampung.
Karakteristik yang diharapkan dapat dipantau oleh
penelitian ini meliputi:
Kepemimpinan yang dilakukan Kepala Sekolah:
Supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah;
Pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah;
Evaluasi kerja guru yang dilakukan Kepala Sekolah.
Pendapat guru tentang yang dilaksanakannya meliputi:
Pendapat guru tentang proses belajar mengajar yang dila
kukannya;
Pendapat guru tentang bimbingan kepada siswa yang dila
kukannya;
Pendapat guru tentang tugas aiministrasi sekolah yang
dilakukannya.
Adapun subyek populasi penelitian ini sebanyak
58
3.652 orang guru yang bertugas di Kotamadya Bandar Lam
pung, yang terdiri dari 3.283 guru Sekolah Dasar Negeri
dan 369 orang guru Sekolah Dasar Swasta.
TABEL 2
JUMLAH SEKOLAH DASAR NEGERI DAN SWASTA SERTA JUMLAH GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DAN SWASTA
DI KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG 1987
No Nama Kecamatan Jml. lah
Seko-Swasta
. r .
Jml. Gurur
Neg. Swt Neg. Swt.
1. T. Karang Barat 28 3 31 448 38 486
2. T. Karang Pusat .19 6 25 • 525
62 587
3. T, Karang Timur 21 4 25 484 39 523
4. T. Betung Utara 23 6 29 385 69 454
5. T. Betung Sel. 23 3 26 389 22 411
6. T.Betung Barat 7 2 9 107 38 145
7. Sukarame 10 2 12 167 20 187
8. Panjang 14 4 18 253 39 292
9. Kedaton 23 4 27 525 42 567
Jumlah 168 34 202 3283 369 3652
Sumber: Laporan Bulanan Dinas DIKBUD. Kodya Bandar
Lampung 1987.
2. Sampel Penelitian
Menginagt jumlah populasi yang cukup besar, maka penelitian ini menggunakan sampel. Alasan penggunaan sam
pel dalam penelitian ini ialah:
Waktu yang tersedia terbatas;
59
Agar sampel yang diambil cukup representatif,ser
ta mampu mewakili populasi yang ada, maka digunakan tek
nik random sampling berdasarkan proporsi guru pada se
tiap kecamatan. Adapun besarnya proporsi pada setiap
ke-capatan ialah 4$.
TABEL 3
SAMPEL PENEL: jTTAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ' PROPORTIONAL RANDOM SAMPLING GURU-GURU
SEKOLAH DASAR KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG
^^^Sekolah Dasar
Kecama- ^^\^^
tan
^"-^^
Negeri Sampel (4*) Swasta • Sampel (4#)^
T. Karang Barat
T. Karang Pusat
T. Karang Timur
T. Betung Utara
T. Betung Seltn.
T. Betung Barat
Sukarame Panjang Kedaton 448 525 484 385 389 107 167 253 525 18 21 20 15 16 4 7 10 21 38 62 39 69 22 38 20 39 42 2 3 2 3 1 2 1 2 2 20 24 22 13 17 6 8 12 24
Jumlah Sampel 132 18 150
Berdasarkan tabel tersebut maka sampel yang diguna
kan dalam penelitian ini sebesar 150 orang guru yang
ter-sebar pada 9 kecamatan.
60
mengadakan undian, yang menghasilkan lokasi seperti pada
tabel berikut:
TABEL 4
NAMA-NAMA SEKOLAH DASAR NEGERI DAN SWASTA DI KOTAMADYA BANDAR LAMPUNG YANG
DIJADIKAN SAMPEL PENELITIAN
No.' Kecamatan
Nama Sekolah Dasar
Negeri Swasta
1. T.Karang Barat
SDN 5 Kemiling SDN 14 Sukajawa SD Inpres GD.Air
SD Dharmawijata
2. T.Karang Pusat
SDN 1 Simpur SDN 2 Penengahan SDN 2 Penengahan
SD Persit K.C.K
3. T.Karang Timur
SDN 2 Kp. Sawah
SDN 4 Kedamaian SDN 5 Wonosari
SD K. Lydia
4. T.Betung Utara
SDN 3 Pengajaran
SDN 3 Smr. Batu
SD Inpres Peng
ajaran
SD Kaverius
5. T.Betung Sltn SDN 3 Gd.Pakuon
SDN 6 Sukaraja
SDN 1 Gd.Pakuon
SD Bodhisatwa
6. T.Betung Barat SDN 2 Pahoman
SDN 1 Longsir
SD Muhammadiyah
7. Sukarame SDN 1 Sukabumi SDN 4 Sukarame
SD Tunas Karya
8. Panjang SDN 4 Way Lunik
SDN 1 Srengsem
SD Muhammadiyah
9. Kedaton SDN 2 Kmp.Baru
SDN 4 Kedaton
SDN 2 Labuhan Ratu
61
B. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Pendapat Guru tentang Kepemimpinan yang
Dilakukan Kepala Sekolah
Teknik pengumpulan data tentang kepemimpinan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam penelitian ini meng
gunakan teknik angket. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
berisi tentang pendapat guru yang dihubungkan dengan ke
pemimpinan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah.
Pertanyaan-pertanyaan yang mengacu tentang kepe
mimpinan Kepala Sekolah terdiri atas tiga kelompok, ya
itu:
Supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah;
Pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah;
Evaluasi (penilaian) kepada guru yang dilakukan
oleh Kepala Sekolah.
Angkat yang harus dijawab oleh guru berupa
pernyataan-pernyataan (statement). Pada setiap nomor pernyataan-pernyataan,ha
nya ada dua alternatif jawaban, yaitu: senang - tidak se
nang.
Jumlah item perkelompok adalah sebagai berikut :
Supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah terdiri da
ri 12 item -pernyataan;
Pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah terdiri da
62
Evaluasi (penilaian) kepada guru yang dilakukan oleh Ke
pala Sekolah terdiri dari 5 item pernyataan.
2. Data Pendapat Guru tentang Tugas-tugas yang
Dilakukannya
Seperti halnya pada pengumpulan data Pelaksanaan
Kepemimpinan Kepala Sekolah, maka di sini juga digunakan
teknik angket.
Tugas-tugas guru dalam penelitian ini
dikelompok-an dalam tiga kelompok, yaitu:
Tugas melaksanakan administrasi sekolah;
Tugas melaksanakan Proses Belajar, Mengajar;
Tugas melaksanakan bimbingan kepada siswa.
Item disusun berdasarkan pernyataan (statement),
dan bukan pertanyaan.
Alternatif jawaban setiap pernyataan ialah:
setu-ju atau tidak setusetu-ju. Banyaknya item pada setiap kelom
pok adalah sebagai berikut:
Tugas melaksanakan administrasi sekolah terdiri dari 95
pernyataan.
Tugas melaksanakan Proses . Belajar Mengajar terdiri da
ri 15 pernyataan.
Tugas melaksanakan bimbingan kepada siswa terdiri dari
11 pernyataan.
63
untuk pilihan tidak setuju ialah 0 (nol). C. Definisi Operasional dan Cara Pengukuran
1. Definisi Operasional variabel X
Kepemimpinan ialah suatu kegiatan pimpinan untuk
membantu bawahan dalam mencapai tujuan bersama, dengan melaksanakan fungsi yang bertalian dengan tujuan dan fungsi yang bertalian dengan hubungan dan suasana kerja
(J.F. Tahalele, 1975: 3).
Sesuai dengan Buku Petunjuk Administrasi Sekolah
Dasar, maka tugas Kepala Sekolah Dasar ialah melaksana
kan supervisi kepada guru, pengawasan kepada guru dan
evaluasi (penilaian) terhadap pelaksanaan tugas guru.
Berdasarkan hal tersebut maka untuk memahami pelaksanaan
kepemimpinan tersebut peneliti menyusun angket tentang
supervisi yang dilakukan Kepala Sekolah, Pengawasan yang
dilakukan Kepala Sekolah dan evaluasi (penilaian) yang
dilakukan Kepala Sekolah.
Supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah.
Definisi operasional: "Supervisi ialah kegiat
an pelayanan yang membantu guru untuk menyelesaikan tu
gasnya dengan baik".(Kimbal Wiles, 1953: 3).
Cara pengukuran: Pendapat guru tentang supervisi yang di
lakukan oleh Kepala Sekolah diukur dengan menjumlahkan
sekor pendapat guru, senang sekor 1 (satu) dan tidak se
64
yang dilakukan oleh Kepala Sekolah sesuai dengan Buku Pe tunjuk Administrasi Sekolah Dasar, meliputi:
Mengadakan rapat-rapat rutin dengan guru, mengadakan kun
jungan kelas ketika guru mengajar, mengadakan rapat de
ngan guru dalam hal memutuskan sesuatu, mengadakan rapat
khusus kalau terjadi hal-hal yang mendesak, menyelesaikan
perselisihan antar guru, mengadakan rapat dalam membagi
tugas, memeriksa daftar hadir guru, menegur guru yang ti
dak hadir tanpa ijin, memeriksa Satuan Pelajaran (S.P)
guru, memeriksa guru untuk bertanggung jawab terhadap tu
gasnya, membimbing guru menyusun rencana kegiatan.
Pengawasan Kepala Sekolah.
Definisi operasional: Pengawasan Kepala Sekolah ialah kegiatan Kepala Sekolah memantau pelaksanaan tugas
guru. (J.F. Tahalele, 1975: 89).
Cara pengukuran pendapat guru tentang pengawasan
Kepala Sekolah dengan menjumlahkan sekor pendapat guru.
Pendapat senang dengan sekor 1 (satu), tidak senang se
kor 0 (nol).
Adapun kegiatan-kegiatan tersebut beliputi:
Menegur kesalahan guru dalam forum rapat;
Mengadili guru secara terbuka;
Menegur guru secara pribadi;
Mengawasi guru melalui laporan guru lain;
Mempercayai informasi guru
65
Evaluasi (penilaian) Kepala Sekolah kepada guru.
Definisi operasional: Evaluasi (penilaian) Kepala
Sekolah ialah kegiatan Kepala Sekolah dalam
mempertim-bangkan pelaksanaan tugas guru.
Cara Pengukuran evaluasi (penilaian) Kepala Seko
lah: Pengukuran pendapat guru tentang penilaian yang di
lakukan Kepala Sekolah dengan menjumlahkan sekor penda
pat guru, senang dengan sekor 1 (satu) dan tidak
senang
dengan sekor 0 (nol).
Adapun kegiatan-kegiatan evaluasi (penilaian) ter
sebut meliputi:
Membuat catatan tentang penyelesaian tugas guru;
Membuat daftar hadir guru;
Memberhatikan catatan harian yang dibuat untuk mengisi
DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan).
Mencatat guru-guru yang bermasalah;
Mendisiplinkan guru-guru melalui pengisian DP3;
Mengisi DP3, secara obyektif;
Memperhatikan tingkat penyelesaian GBPP guru setiap akhir
semester.
2. Definisi operasional tentang pendapat pendapat
guru dalam melaksanakant tugasnya ialah: kon disi psikologis yang mengiringi guru dalam me
laksanakan proses belajar mengajar, melksana -kan bimbingan kepada siswa dan melaksana-kan ad
66
Untuk mengetahui hal tersebut, maka dalam peneli
tian ini diadakan pembahasan setiap komponen yang
dise-susaikan dengan Buku Petunjuk Administrasi Sekolah Dasar
yaitu: Pendapat guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar.
Definisi operasional: ialah kondisi psikologis guru yang
bersifat senang atau tidak senang pada waktu melakukan
kegiatan pengajaran.
Kegiatan tersebut meliputi:
Menyusun Satuan Pelajaran (S.P.) sebagai suatu kewajiban
Menyusun alat peraga;
Melaksanakan kegiatan tatap muka; Menyiapkan materi pelajaran;
Menghadapi murid yang tertinggal secara individual;
Mengajar menggunakan Satuan Pelajaran (S.P)
Menyusun Satuan Pelajaran (S.P) dibimbing Kepala Sekolah;
Satuan Pelajaran (S.P) dikontrol Kepala Sekolah; Rapat sebelum mendapatkan tugas mengajar;
Dikunjungi Kepala Sekolah ketika sedang mengajar;
Ditegur Kepala Sekolah karena tidak menyusun Satuan Pel
ajaran (S.P);
Mengajar sesuai dengan GBPP;
Mengajar sesuai dengan jadwal yang telah disusun.
Sekor pendapat senang adalah 1 (satu), tidak senang ada
67
*
Pendapat guru dalam melaksanakan bimbingan kepa
da siswa.
Definisi operasional: Pendapat guru dalam melak
sanakan bimbingan kepada siswa ialah kondisi psikologis
yang mengiringi guru dalam membantu siswa mengatasi ke
sulitan belajar. Kondisi psikologis tersebut bisa se
nang atau tidak senang.
Cara pengukuran pendapat guru dalam melaksanakan
bimbingan kepada siswa tersebut dengan menggunakan ang
ket tentang:
Pendapatnya dalam mengadakan absensi siswa;
Pendapatnya dalam memberi bimbingan secara indivdual ke
pada siswa;
Pendapatnya dalam membuat catatan tentang kemajuan bel
ajar siswa;
Pendapatnya dalam mencatat siswa yang mengalami
kelain-an;
Pendapatnya dalam memecahkan masalah siswa;
Pendapatnya tentang pelaksanaan kunjungan ke rumah sis
wa;
Pendapatnya dalam membuat buku penghubung;
Pendapatnya tentang raemperbaiki kesalahan siswa;
Pendapatnya tentang hukuman kepada siswa.
Sekor untuk ini didapat dengan menjumlahkan pen
dapat yang senang adalah 1 (satu) dan tidak senang ada
68
Pendapat Guru melaksanakan tugas administrasi se
kolah
Definisi operasional tentang pendapat guru dalam
melaksanakan tugas administrasi sekolah ialah: kondisi
psikologis yang mengiringi guru dalam membantu Kepala Se
kolah untuk mencatat atau menyusun laporan tentang kegia
tan atau situasi sekolah.
Cara pengukuran pendapat guru dalam melaksanakan tugas
administrasi sekolah ialah dengan angket yang berisi
per-tanyaan tentang:
Pendapat guru dalam menyusun daftar siswa menurut urutan
nomor induk;
Membuat catatan kelompok kemampuan siswa;
Mengarsipkan nama-nama siswa berikut identitas orang tua/
walinya;
Membuat catatan tentang situasi sekolah;
Membuat catatan tentang hasil rapat dengan Kepala Sekolah;
Mengisi buku nilai harian siswa;
Mengisi papan absensi harian siswa;
Membuat rekapitulasi absensi siswa;
Membuat laporan siswa pada awal dan akhir tahun;
Membuat catatan tentang siswa yang drop-out.
Sekor diperoleh dengan menjumlahkan pendapat guru. Pen
69
D. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Validitas Alat Ukur
Validitas alat ukur yang digunakan dalam peneliti
an ini menggunakan validitas rasional, sedangkan secara
operasional digunakan validitas isi (content validity ).
Validitas isi (content validity) didapat berdasarkan pe
ngetahuan peneliti terhadap fenomena penelitian (Manasse
Malo, 1985: 123).
Validitas isi (content validity) dapat ditempuh
dengan cara:
Menetapkan fenomena yang akan diukur, yaitu mementapkan
variabel penelitian secara konkrit operasional;
Masing-masing variabel tersebut disusun secara operasio nal, sehingga indikator-indikator yang ada mampu
menja-wab konsep variabel yang ada;
Menyusun item berdasarkan indikator variabel operasional.
2. Reliabilitas alat ukur
Reliabilitas alat ukur yang digunakan dalam pe
nelitian ini ialah rumus K - R 20.
Rumus K - R 20 digunakan dengan alasan:
a. Sekor setiap item 1 (satu) atau 0 (nol).
b. Jumlah item yang ada ganjil (Suharsimi Arikunto, 1986:
70
Secara operasional penjabaran rumus K - R 20 ia
lah sebagai berikut:
K
> / s? - c pq
. W t
-•(•
11 "V
K- 1 / V
St2
(Suharsimi Arikunto, 1986: 153)
Keterangan:
r,-, adalah reliabilitas instrumen;
K adalah banyaknya butir pertanyaan;
p
S+ adalah varians total;
p adalah proporsi subyek yang menjawab ya,
betul, senang, dengan sekor 1 untuk setiap
butir item, sehingga:
_ banyaknya subyek dengan sekor 1
N
q adalah proporsi subyek yang mendapat sekor
0, sehingga q = 1 - p.
E. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini digunakan se kor rata-rata pada setiap kelompok komponen, yaitu de
ngan rumus
fd .
X = AM + x x
71
Setelah didapatkan sekor rata-rata tersebut kita
mencari simpangan baku pada setiap kelompok sekor
de
ngan menggunakan rumus :
SD
' n > n '
Berdasarkan penggunaan dua rumus tersebut peneliti
akan
mengerti berapa orang yang setuju atau termasuk
dalam
rata-rata sekor, dan berapa orang men impang baik secara
positif 1 SD, 2 SD maupun 3 SD, dan berapa orang
yang
BAB V
KESIMPULAN DAN RHKOMENDASI
A. Kesimpulan
Sesuai dengan perkembangan pendidikan di Propinsi
Lampung pada umumnya dan Kotamadya Bandar Lampung
khusus-nya, maka pendidikan di Kotamadya Bandar Lampung
memer-lukan pen&nganan yang serius dan profesional. Laju per tambahan penduduk baik yang disebabkan oleh angka kela-hiran maupun pertambahan penduduk yang disebabkan oleh
perpindahan penduduk dari daerah lain menyebabkan sarana
dan. prasarana pendidikan pemerintah yang tersedia kurang
mampu menampung seluruh anak usia sekolah dasar menerima
layanan pendidikan pemerintah (negeri), sehingga lembaga
pendidikan swasta sangat diperlukan kehadirannya.
Dalam penelitian yang terbatas ini peneliti tak
mampu mengungkapkan semua hal tersebut, oleh sebab itu
sesuai dengan permasalahan yang diajukan dan tujuan pe
nelitian ini, maka beberapa kesimpulan dapat diungkapkan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisis terayata dari 150 orang
sampel penelitian, sebagian besar guru-guru di Kota
madya Bandar Lampung mempunyai pendapat senang ter
hadap kepemimpinan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah
nya masing-masing.
123
Sebagian tersebut adalah meliputi pendapat dalam ka
tegori senang maupun kategori senang dengan
penyimpa-ngan positif (+ 1 SD,+ 2 SD maupun + 3 SD).
2. Sebagian besar guru-guru Sekolah Dasar di Kotamadya
Bandar Lampung berpendapat senang terhadap tugas- tu
gas yang dilakukannya. Sebagian besar tersebut meli
puti guru-guru yang berpendapat dalam ka.tegori senang
maupun kategori senang dengan penyimpangan positif
(+ 1 SD, + 2 SD maupun + 3 SD).
3. Sebagian kecil yang berpendapat dalam kategori senang
dengan. penyimpangan negatif (- 1 SD, - 2 SD, maupun
- 3 SD) terhadap kepemimpinan yang dilakukan oleh Ke
pala Sekolah.
4. Sebagian kecil guru-guru berpendapat senang dalam ka
tegori penyimpangan negatif (- 1 SD, - 2 SD maupun
- 3 SD) terhadap tugas-tugas yang dilakukannya.
5. Hubungan kerja Kepala Sekolah Dasar dengan guru -guru
rata-rata berjalan dengan baik, hal ini 'ditunjukkan
dengan pendapat guru-guru tentang kepemimpinan Kepala
Sekolah sebagian besar berpendapat dalam kategori se
nang, sehingga mempunyai dampak pada pelaksanaan tu
gas-tugas yang dilakukan oleh guru-guru tersebut. 6. Rata-rata Kepemimpinan Kepala Sekolah Dasar di Bandar
Lampung lebih menekankan kepada orientasi hubungan
124 guru, untuk mencapai produktivitas yang tinggi baik
mutu maupun jumlahnya.
7. Berdasarkan hal tersebut, maka dapatlah dikatakan bah
wa rata-rata Kepemimpinan Kepala Sekolah Dasar di Ban
dar Lampung termasuk dalam tipe Kepemimpinan yang de
mokratis, dengan ciri-ciri:
a. Keputusan berdasarkan musyawarah.
b. Menekankan kepada hubungan kerja yang baik dan me
nyenangkan.
8. Guru-guru senang dan menyetujui tipe tersebut,
walau-pun secara riil hal ini berakibat kepada nilai lulusan
yang rata-rata rendah, walaupun jumlah (kuantitas) lu
lusan cukup besar. Hal tersebut tergambar sebagai ber
ikut:
——r
6,1= 49,2$
5^99= 47,8$
6,0 = 3,0$
Rata-rata nilai
Gambar 18. Perbandingan persentase nilai EBTA
125
B. Rekomendasi
Pendidikan pada Sekolah Dasar merupakan landasan
bagi pendidikan pada tahap-tahap berikutnya. Isu-isu ten
tang kerancuan pendidikan disertai dengan menurunnya
mu-tu pendidikan merupakan kasus-kasus yang tidak
pernah
selesai.
Hasil penelitian ini, merupakan suatu sumbangan
tersendiri terutama bagi pendidikan dasar di
Kotamadya
Bandar Lampung. Guru-guru menerima kehadiran Kepala
Se
kolahnya sebagai seorang pemimpin yang dijadikan panutan.
Tentu saja hal ini dengan persyaratan-persyaratan ter
tentu, hal terbukti, bahwa beberapa sekolah tertentu ter
dapat adanya pendapat senang (setuju) dengan keputusan
Kepala Sekolah dengan penyimpangan negatif.
Berdasarkan hasil yang dicapai penelitian ini,ma
ka beberapa catatan dan rekomendasi perlu kiranya peneli
ti ajukan di sini antara lain:
1. Bahwa kategori senang yang dimaksud dalam peneliti
an ini juga mempunyai pengertian setuju pada pernyata
an yang peneliti ajukan, sehingga kategorisasi terse
but tidak akan salah diartikan sebagai suatu pengerti
an kepada hal-hal yang menjurus kepada asal menyenang
kan pimpinan saja.
2. Hubungan yang baik antara kepala sekolah dengan
126 antara guru-guru dengan kepala sekolah.
Hal ini dapat menumbuhkan suatu iklim kerjasama
yang
baik, apabila disertai dengan pembinaan prestasi ker
ja dengan cara penataran atau diskusi-diskusi.
3. Khusus di Propinsi Lampung.umumnya dan Kotamadya Ban
dar Lampung khususnya, dengan kondisi budaya yang
he-terogin, Kepala Sekolah dihadapkan pada suatu dilema
perbedaan ethis. Hal ini tak akan menjadikan hambatan
apabila Kepala Sekolah mampu mendudukan diri
dengan
tepat, baik dalam mengambil keputusan dan melakukan
keputusan itu sendiri.
4. Peningkatan diri bagi guru-guru dalam hal
pengetahu
an adalah sarat mutlak sehingga guru-guru tidak beker
ja dan mengajar secara monoton. Persiapan — persiapan
yang matang sebelum tugas dilakukan akan memudahkan
bagi guru itu sendiri selain juga siswa akan lebih
mudah memahami pelajaran yang diberikan.
5. Rasa memiliki dan rasa kebersamaan baik bagi
Kepala
Sekolah maupun guru-guru akan menimbulkan kerjasama
yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan, selain ju
ga untuk meningkatkan kuantitas maupun kualitas pen
didikan.
Demikianlah sebagai penutup tesis ini, semoga ada
127
C. Diskusi
Tinjauan tentang pendapat guru terhadap kepemimpin
an Kepala Sekolah dan hubungannya dengan pelaksanaan
tu
gas-tugas guru ini terdapat beberapa kelemahan.
Keleraahan yang pertama ialah bahwa peneliti
dalam
hal ini tidak menilai kadar hubungan yang ada, sehing
ga hasil penelitian ini hanya memisah-misahkan jumlah gu
ru yang senang atau setuju terhadap pelaksanaan kepemimpi
nan yang dilakukan Kepala Sekolah, serta jumlah guru yang
senang atau setuju dalam melaksanakan tugasnya
sebagai
akibat pelaksanaan kepemimpinan Kepala Sekolah.
Seyogyanya para peneliti yang akan datang meninjau
juga kadar keeratan hubungan tersebut, apakah
bimbingan
pelaksanaan kepemimpinan dan pelaJcsanaan tugas-tugas guru
tersebut cukup erat, erat atau bahkan sangat erat. Karena
dengan mengetahui kadar hubungannya tersebut kita
akan
mampu menciptakan suasana yang dikehendaki bersama
baik
oleh Kepala Sekolah maupun oleh guru.
Kelemahan yang kedua ialah penelitian ini
tidak
meraisah-misahkan latar belakang pengalaman pekerjaan
dan
pendidikan Kepala Sekolah, sehingga penelitian ini
tidak
mengungkapkan apakah hal itu juga mempengaruhi pelaksana
an kepemimpinan Kepala Sekolah walaupun secara teori
hal
tersebut memang diakui.
Keleraahan-kelemahan hasil penelitian ini diharap
kan dapat terungkapkan oleh para peneliti pada
periode
^
DAFTAR PUSTAKA
Bappeda Propinsi Lampung, Lampung Dalam Angka Tahun 1980,
Kantor Statistik Propinsi Lampung.
Beeby, C.E., Pendidikan di Indonesia, LP3ES, Terjemahan
BP3K Yiss, Jaya Pirusa, Jakarta, 1982.
Bennis, W., 0rganizational Dynamics, McGraw Hill, Inter national Book Company, New York, I966
Cartwright, .0. & Zander, A., Group Dynamics, Reseearch &
Theory, Harper & Row, Publisher, New York, 1968.
Gastetter, W.B., The Personnel Function In Educational Administration, Mcmillan Publishing Company, New
York, 1981.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Dep. P & K., Ma
teri Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V, Bu ku II C, Administrasi Pendidikan, Proyek
Peng