ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon konsumen atas implementasi store atmosphere pada Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung dan untuk mengetahui besar pengaruh Store Atmosphere terhadap minat beli konsumen Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung. Data penelitian merupakan data primer yang dikumpulkan dengan teknik survey menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 155 responden. Data penelitian dianalisis menggunakan analisis regresi berganda dengan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon konsumen terhadap store atmosphere Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung termasuk kategori baik. Secara keseluruhan, store atmosphere berpengaruh terhadap minat beli konsumen Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung sebesar 52,8%. Hasil uji secara parsial menunjukkan bahwa sub variabel display and layout, lighting, dan cleanliness berpengaruh terhadap minat beli konsumen. Sedangkan sub variabel music dan faktor pendukung tidak berpengaruh terhadap minat beli konsumen di Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung.
viii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
This study aims to determine consumer response on implementation of store atmosphere at Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung and to determine the influence of Store Atmosphere on consumer purchase intention at Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung. The research data is primary data that is collected by survey techniques using questionnaire. Sampling technique used is purposive sampling with total sample of 155 respondents. Data were analyzed using multiple regression analysis using SPSS software. Study results showed that the consumer response to store atmosphere Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung categorized as good. Overall, store atmosphere influence on consumer purchase intention at Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung by 52.8%. Partial test results showed that sub-variable display and layout, lighting and cleanliness affect the consumers purchase intention. While the sub-variable music and supporting factors had no effect on consumer purchase intention at Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... iv
KATA PENGANTAR ... v
2.1.1.1 Pengertian Manajemen Pemasaran ... 13
2.1.2 Bauran Pemasaran dan Tempat / Saluran Pemasaran ... 14
2.1.2.1 Bauran Pemasaran ... 14
2.1.4.2 Elemen-Elemen Store Atmosphere ... 26
x Universitas Kristen Maranatha
BAB III METODE PENELITIAN ... 40
3.1 Jenis Penelitian ... 40
3.2 Populasi dan Sampel ... 40
3.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 41
3.4 Operasional Variabel Penelitian ... 41
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 49
4.1.1.4 Pernah Mengunjungi dan Membeli Produk Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung ... 56
4.1.2 Hasil Tanggapan Responden ... 56
4.1.2.1 Tanggapan Responden Tentang Display and Layout ... 56
4.1.2.2 Tanggapan Responden Tentang Music ... 59
4.1.2.3 Tanggapan Responden Tentang Lighting ... 62
4.1.2.4 Tanggapan Responden Tentang Cleanliness ... 65
4.1.2.5 Tanggapan Responden Tentang Faktor Pendukung 68
4.1.2.6 Tanggapan Responden Tentang Minat Beli Konsumen ... 71
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Proyeksi pertumbuhan CAGR ... 5
Gambar 2.1 Tingkat Saluran Pemasaran ... 17
Gambar 2.2 The Elements of Atmosphere ... 27
Gambar 2.3 Rerangka Pemikiran ... 36
xii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Analisis Store Atmosphere terhadap Minat Beli Konsumen di
Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung ... 37
Tabel 3.1 Kuesioner Penelitian“Effect of Store Atmosphere on Consumer Purchase Intention in International retail chain outlet of Karachi, Pakistan” ... 42
Tabel 3.2 Kuesioner Penelitian “The Influence of Store Atmosphere on Customer Patronage Intention towards Clothing Stores in Malaysia” ... 48
Tabel 4.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54
Tabel 4.2 Profil Responden Berdasarkan Usia ... 55
Tabel 4.3 Profil Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan ... 55
Tabel 4.4 Profil Responden Berdasarkan Pernah Mengunjungi dan Membeli Produk Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung ... 56
Tabel 4.5 Tanggapan Responden Terhadap Koridor Starbucks Coffee PVJ Menyediakan Sirkulasi yang Bagus ... 57
Tabel 4.6 Tanggapan Responden Terhadap Letak Posisi Produk Starbucks Coffee PVJ yang Mudah Dijangkau ... 57
Tabel 4.7 Tanggapan Responden Terhadap Posisi Bagian Dalam Starbucks Coffee PVJ yang Teratur ... 58
Tabel 4.8 Tanggapan Responden Terhadap Tampilan Jendela Starbucks Coffee PVJ yang Jelas Terlihat ... 58
Tabel 4.9 Tanggapan Responden Terhadap Informasi Produk yang Jelas pada Rak/Display Starbucks Coffee PVJ ... 59
Tabel 4.10 Tanggapan Responden Terhadap Ritme Background Musik Dalam Gerai Starbucks Coffee PVJ Mampu Memberikan Kenyamanan Konsumen ... 60
Tabel 4.11 Tanggapan Responden Terhadap Volume Background Musik Starbucks Coffee PVJ Terdengar Dengan Baik ... 60
Tabel 4.12 Tanggapan Responden Terhadap Jenis Musik Dalam Gerai Starbucks Coffee PVJ Merupakan Jenis Musik yang Sering Konsumen Dengar ... 61
Tabel 4.13 Tanggapan Responden Terhadap Background Musik Membuat Konsumen Starbucks Coffee PVJ Nyaman ... 61
Tabel 4.14 Tanggapan Responden Terhadap Background Musik Dapat Meningkatkan Kebahagiaan dan Kenyamanan dalam gerai Starbucks Coffee PVJ... 62
Tabel 4.15 Tanggapan Responden Terhadap Pencahayaan Sekitar Produk Membantu Konsumen Untuk Mengevaluasi Produk ... 62
Tabel 4.16 Tanggapan Responden Terhadap Sudut-Sudut Gerai Starbucks Coffee PVJ Memiliki Cahaya yang Terang ... 63
Tabel 4.18 Tanggapan Responden Terhadap Pengaturan Cahaya Dalam Gerai Starbucks Coffee PVJ Mampu Meningkatkan Kenyamanan
Konsumen... 64
Tabel 4.19 Tanggapan Responden Terhadap Tingkat Kecerahan Pencahayaan Dalam Gerai Starbucks Coffee PVJ Akan Meningkatkan Kebahagiaan dan Kenyamanan Konsumen ... 64
Tabel 4.20 Tanggapan Responden Terhadap Lantai Starbucks Coffee PVJ Dalam Kondisi Bersih ... 65
Tabel 4.21 Tanggapan Responden Terhadap Rak Starbucks Coffee PVJ Dalam Kondisi Bersih ... 66
Tabel 4.22 Tanggapan Responden Bahwa Gerai Starbucks Coffee PVJ Merupakan Gerai Kopi yang Bersih ... 66
Tabel 4.23 Tanggapan Responden Bahwa Produk Dalam Gerai Starbucks Coffee PVJ Telah Rapih dan Tidak Rusak... 67
Tabel 4.24 Tanggapan Responden Bahwa Gerai Starbucks Coffee PVJ Terjaga Kebersihan dan Kerapihannya Untuk Dapat Meningkatkan Kesenangan dan Kenyamanan Konsumen ... 67
Tabel 4.25 Tanggapan Responden Bahwa Penampilan Karyawan Starbucks Coffee PVJ Merupakan Hal Penting ... 68
Tabel 4.26 Tanggapan Responden Bahwa Kesopanan Karyawan Starbucks Coffee PVJ Merupakan Hal Penting ... 69
Tabel 4.27 Tanggapan Responden Bahwa Komunikasi Antara Karyawan dan Konsumen Starbucks Coffee PVJ Merupakan Hal Penting ... 69
Tabel 4.28 Tanggapan Responden Bahwa Para Karyawan Starbucks Coffee PVJ Memberikan Kualitas Pelayanan yang Baik ... 70
Tabel 4.29 Tanggapan Responden Bahwa Keramaian Konsumen Dapat Meningkatkan Daya Tarik Starbucks Coffee PVJ ... 70
Tabel 4.30 Tanggapan Responden Bahwa Keyamanan dan Kepuasan Konsumen Starbucks Coffee PVJ Merupakan Faktor Pendorong Peningkatan Jumlah Konsumen Starbucks Coffee PVJ ... 71
Tabel 4.31 Tanggapan Responden Bahwa Responden Ingin Berbelanja di Gerai Starbucks Coffee PVJ ... 71
Tabel 4.32 Tanggapan Responden Bahwa Responden Ingin Berbelanja Lebih Lama di Gerai Starbucks Coffee PVJ ... 72
Tabel 4.33 Tanggapan Responden Bahwa Responden Ingin Mengunjungi Kembali Gerai Starbucks Coffee PVJ ... 73
Tabel 4.34 Tanggapan Responden Bahwa Responden Ingin Membeli Kembali Produk di Starbucks Coffee PVJ ... 73
Tabel 4.35 Tanggapan Responden Bahwa Responden Akan Merekomendasikan Starbucks Coffee PVJ Pada Keluarga dan Teman-Temannya... 74
Tabel 4.36 Hasil Uji Validitas Variabel Display and Layout ... 75
Tabel 4.37 Hasil Uji Validitas Variabel Music ... 75
Tabel 4.38 Hasil Uji Validitas Variabel Lighting ... 76
Tabel 4.39 Hasil Uji Validitas Variabel Cleanliness ... 76
Tabel 4.40 Hasil Uji Validitas Variabel Faktor Pendukung ... 77
Tabel 4.41 Hasil Uji Validitas Variabel Minat Beli Konsumen ... 77
xiv Universitas Kristen Maranatha
Tabel 4.43 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 80
Tabel 4.44 ANOVAa ... 80
Tabel 4.45 Coefficientsa ... 81
Tabel 4.46 Model Summaryb ... 85
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Kuesioner ... 96
Lampiran B Skor Kuesioner ... 100
Lampiran C Profil Responden ... 114
Lampiran D Tanggapan Responden... 115
Lampiran E Hasil Analisis Data Dengan SPSS ... 122
1
Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini industri ritel sudah banyak menjamur di Indonesia, industri ini tumbuh
dan berkembang sedemikian cepat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk.
Industri ini juga semakin popupler sejak masuknya ritel modern di Indonesia,
yakni Mart-Mart (Indomart, Alfamart, dan afiliasinya), hingga yang paling
fenomenal ketika ritel asing asal Perancis, Carrefour, masuk ke Indonesia
(Nurviani, 2013). Industri ritel menjadi perhatian bagi kalangan para pelaku bisnis
dengan adanya persaingan antara ritel traditional dan ritel modern. Hal ini terjadi
karena pihak ritel traditional ditempatkan dalam posisi lemah, karena adanya
perbedaan karakteristik (Utomo, 2011).
Industri ritel diprediksi terus meningkat tiap tahunnya dan di pandang
sebagai industri yang menguntungkan untuk segala jenis ritel seperti Food
Retailer (Supermarket dan Convinience Store), General Merchandise Retailer
(Department Store) dan Nonstore Retailer (E-Commerce). Meningkatnya Industri
ritel di Indonesia disebabkan oleh struktur demografi Indonesia yang didominasi
penduduk usia muda yang akan meningkatkan jumlah tenaga kerja produktif
dengan disposable income dan kebutuhan yang semakin tinggi. Selain itu adanya
perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat Indonesia. Namun, pada
tahun 2015 terjadi perlambatan ekonomi di Indonesia yang menyebabkan industri
ritel pun terkena imbas. Perkembangan industri ritel terpantau melambat yang
BAB I PENDAHULUAN 2
(IKK) dan lemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat. Dalam
hal potensi di masa depan, Industri ritel di Indonesia memiliki potensi besar
untuk jangka menengah dan panjang mengingat Indonesia menempati posisi ke 12
dari 30 negara berkembang tujuan industri ritel. Industri ritel juga masih akan
berkontribusi mengurangi angka pengangguran di Indonesia karena industri ini
cukup memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan perekonomian skala
lokal dan nasional. Dukungan pemerintah dan masyarakat terhadap
pengembangan potensi lokal pun menjadi salah satu faktor berkembangnya
perusahaan-perusahaan di sektor industri ritel sehingga dapat meningkatkan
kebutuhan tenaga kerja baru yang potensial dan berkualitas. Menghadapi Tahun
2016, trend industri ritel diprediksi akan lebih banyak di jenis usaha Nonstore
Retailer atau yang lebih familiar dengan istilah E-Commerce atau Online Store.
Seiring dengan tambahnya pengguna internet dan smartphone di Indonesia
(linkedin.com).
Pertumbuhan ekonomi yang di gadang-gadang pemerintah maupun Bank
Indonesia (BI) telah mencapai lebih dari 5 % di tahun 2016. Tetapi ketika daya
beli masyarakat belum pulih maka pertumbuhan yang besar sulit dicapai. Tahun
lalu perekonomian hanya tumbuh 4,79% tapi di tahun 2016 pemerintah dan BI
menargetkan suku bunga tinggi . Pemerintah mematok pertumbuhan antara
5,3%-5,5% sedangkan BI 5,2%-5,6%. Menurut Enny Srihartati selaku Direktur
Eksekutif INDEF menyatakan bahwa tak hanya tekanan global, dari internal juga
bermasalah. Tingkat daya beli masyarakat masih rendah, sehingga kalau seperti
itu terus tidak mungkin pertumbuhan mencapai 5%. Untuk mengatasi tingkat daya
BAB I PENDAHULUAN 3
Universitas Kristen Maranatha
untuk mendorong sektor produktif agar berjalan secara maksimal
(NBCIndonesia.com).
Awal tahun 2016 pemerintahan Presiden Joko Widodo mengeluarkan
kebijakan yaitu Penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif dasar
listrik (TDL) serta elpiji 12kg. Eric Sugandi, Ekonom Kenta Institute menilai
kebijakan ini akan memperbaiki daya beli masyarakat. Apalagi bila
dikombinasikan dengan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) yang ikut naik
dampaknya akan membuat daya beli masyarakat lebih besar. Diketahui dalam
setahun kebelakang daya beli masyarakat Indonesia memang sedikit melambat .
Seiring dengan makin rendah harga komoditas dan berdampak pada industri
utama di dalam negeri, yakni perkebunan dan pertambangan. Kemudian menular
ke sektor lainnya, khususnya perhotelan , makanan dan minuman. Dengan ini
pemerintah membuat sebuah langkah kenaikan batas Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) menjadi Rp. 3.000.000/bulan. Hingga akhirnya konsumsi rumah
tangga tetap berjaga di sekitar 5%. Menurut David Sumual, Ekonom PT Bank
BCA Tbk memperkirakan konsumsi rumah tangga di 2016 bisa di atas 5%,
sehingga dapat menjadi penopang utama dalam pertumbuhan ekonomi 2015 yang
ditargetkan pemerintah sebesar 5,3%. Dengan terjadi penurunan BBM akan
mendorong daya beli masyarakat tetap bagus dan inflasi harus dikendalikan pada
batas sesuai APBN, yakni 4,7% (finance.detik.com).
Perkembangan Industri ritel di Indonesia dilihat dari beberapa sektor yakni
pariwisata, food and beverages, fashion dan Elektronik. Jumlah yang paling
diminati konsumen yaitu Food and Beverages. Pada tahun 2015 sektor food and
BAB I PENDAHULUAN 4
sedangkan industri non-migas berkontribusi sebesar 86,4% terhadap industri
pengolahan atau sebesar 18,27% terhadap PDB nasional. Pertumbuhan industri
makanan dan minuman nasional mencapai 8,16% dibanding pertumbuhan migas
sebesar 5,12% pada kuartal I tahun 2015. Untuk sektor pariwisata , jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke indonesia pada Februari 2015
naik 11,95% dibandingkan jumlah kunjungan wisman Februari 2014
(bisnis.liputan6.com).
Dari data di atas , Sektor yang paling besar yaitu Sektor Food and
Beverages. Secara keseluruhan, packaged food selama periode 2013-2017 di
proyeksikan tumbuh rata-rata 12,6%/tahun. Beberapa jenis makanan yang identik
dengan lifestyle masyarakat middle class income diperkirakan tumbuh lebih
tinggi, di antara canned/preserved food (16,7%), Frozen processed food (16,6%),
Ice cream (18%) dan noodles (13,5%). Sementara itu minuman ringan
diperkirakan tumbuh rata-rata 12%/tahun. Pertumbuhan yang tinggi diperkirakan
terjadi untuk produk ready to drink (RTD) coffee (18,8%), Fruit/vegetable juice
(15,6%), sports and energy drink (14,8%) dan RTD tea (13,7%). Dari berbagai
aspek makanan dan minuman yang paling di sukai konsumen yaitu Coffee sebesar
BAB I PENDAHULUAN 5
Universitas Kristen Maranatha
Gambar 1.1 Proyeksi pertumbuhan CAGR
Melihat kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap bisnis ritel modern
perlu meningkatkan kekuatan yang ada dalam perusahaannya dengan cara
memunculkan perbedaan atau keunikan yang dimiliki perusahaan dibanding
dengan pesaing untuk dapat menarik minat beli konsumen. Menyikapi hal ini,
peritel yang bermain bisnis dituntut untuk selalu melakukan inovasi, kreatif dan
dinamis mengikuti perkembangan perilaku konsumen. Oleh karena itu situasi
pembelian terutama lingkungan fisik seperti warna dinding, pencahayaan, suhu
udara, kebersihan, dan pengaturan ruangan perlu di perhatikan retailer, karena
dengan adanya lingkungan fisik yang menarik diharapkan mampu menarik
konsumen untuk melakukan pembelian (Achmad, 2010:1).
Penciptaan suasana yang menyenangkan, menarik, serta mampu membuat
konsumen merasa nyaman ketika berada di dalam toko merupakan salah satu cara
agar bisa menarik konsumen untuk melakukan tindakan pembelian (Levy dan
BAB I PENDAHULUAN 6
menarik kesimpulan bahwa bisnis ritel yang menarik minat beli konsumen harus
mempunyai keunikan dan perbedaan dengan menggunakan store atmosphere.
Karena aspek yang pertama kali konsumen lihat pada toko saat berkunjung adalah
aspek lingkungan fisik.
Citra peritel bergantung pada store atmosphere, yakni perasaan psikologi
konsumen ketika berkunjung pada gerai peritel. Hal ini meliputi karakteristik
toko, katalog toko, mesin penjualan, website toko. Citra peritel akan lebih luas
dan mampu dikembangkan jangka panjang tergantung pada program komunikasi
yang digunakan peritel. Untuk peritel Store Atmosphere merujuk pada
karakteristik toko fisik yang menunjukkan dan menggambarkan citra
pelanggannya. Untuk pengelolaan Store Atmosphere merujuk pada karakteristik
katalog, mesin penjual, website dan sebagainya. Aspek atribut fisik seperti tata
letak peritel, musik, aroma, dan atribut fisik lainnya berkontribusi terhadap
persepsi pelanggan.
Atmosphere peritel mampu untuk mempengaruhi pengalaman berbelanja
konsumen, seperti waktu yang mereka habiskan untuk melihat barang, keinginan
untuk berdiskusi dengan tenaga penjualan, dan bereksplorasi dalam fasilitas toko.
Konsumen akan menilai perusahaan berdasarkan analisis mereka terhadap
atmosphere, barang dagangan dan harga. Menurut Berman & Evans (2007), Store
Atmosphere terdiri dari elemen kunci yaitu Exterior, General interior, Store
Layout dan Interior Display. Exterior toko memiliki pengaruh yang kuat pada
citra toko sehingga peritel harus pro aktif untuk membangun exterior fisik yang
menjual. General Interior meliputi elemen-elemen fisik toko yang mampu
BAB I PENDAHULUAN 7
Universitas Kristen Maranatha dinding, aroma dan suara yang mampu mempengaruhi emosi konsumen. Store
layout meliputi pengaturan produk-produk atau merek yang dijual dalam toko
tersebut, penataan letak produk membutuhkan lokasi yang ideal, baik berdasarkan
ukuran, harga, warna, dan merek, sehingga mampu meningkatkan penjualan untuk
masing-masing produk tersebut. Interior display memberikan informasi kepada
konsumen, mempromosi produk sehingga memiliki kemampuan yang persuasif
untuk meningkatkan pengalaman kemampuan berbelanja konsumen.
Di era modern ini, konsumen ingin mengunjungi toko karena tata letak
toko itu menarik (Seock, 2009) dan pelanggan membeli lebih banyak barang,
menghabiskan lebih banyak waktu berbelanja, dan menghabiskan lebih banyak
uang ketika toko dirancang seunik mungkin (Vieira, 2010). Berdasarkan
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa product dan price bukan lagi faktor
utama untuk menarik minat beli konsumen , yang menjadi peran penting yaitu
Store Atmosphere.
Kota Bandung merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang terus
berkembang dengan laju pertumbuhan perekonomian, perubahan teknologi dan
mobilitas masyarakat yang semakin meningkat. Hal ini menjadi salah satu faktor
pendorong terciptanya persaingan ketat di dalam dunia bisnis (Lisan dan
Meldarianda, 2010). Selama lima tahun terakhir, dari sejumlah usaha kuliner yang
berkembang cepat adalah coffee shop (Das, 2010). Di kota Bandung terdapat 3000
cafe dan dari jumlah cafe yang ada saat ini ternyata tidak semua cafe sudah
memili surat izin. Dari 3000 cafe yang memiliki izin sebesar 627 dan tidak
BAB I PENDAHULUAN 8
Saat ini, produk minuman kopi mulai digemari oleh semua kalangan,
hingga menjadi salah satu trend yang marak di perkotaan besar. Selain
menyediakan pilihan menu minuman kopi, para pengusaha kedai kopi biasanya
juga menyediakan menu makanan pendamping dan fasilitas tempat yang nyaman
disertai jaringan internet/wifi untuk membantu konsumen merasa nyaman berada
di kedai kopi. Selain pengusaha lokal, ada juga pengusaha kopi global yang ikut
meramaikan bisnis kopi di Indonesia yaitu Starbucks.
Dalam buku “Starbucks Experience: 5 Principles for Turning Ordinary
into Extraordinary” (Joseph A. Michelli, 2007), dijelaskan bahwa Starbucks
Coffee yang berasal dari Amerika Serikat berkantor pusat Seattle, Washington di
dirikan oleh Howard Schultz. Ada 5 prinsip kunci kesuksesan dari pengalaman
Starbucks yang mengubah hal biasa menjadi luar biasa yakni, Make it your own,
Everything matters, Suprise and Delight, Embrace resistence , dan Leave your
mark. Prinsip pertama Make it your own (Lakukan dengan cara anda) , Starbucks
membangun sebuah hubungan personal untuk mengingat kebutuhan dan selera
pelanggan karena pengetahuan adalah kekuatan. Dengan bersikap ramah,
Starbucks menciptakan sebuah ikatan yang mengundang pelanggan untuk
berkunjung lagi. Di Starbucks, bersikap tulus berarti berhubungan, menemukan,
dan merespons. Bisnis juga harus bisa menemukan kebutuhan dan kondisi unik
dari setiap pelanggan serta kemudian mencari cara untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
Prinsip kedua Everything Matters, bisnis retail adalah bisnis detail . Detail
kecil kadangkala membedakan antara kesuksesan dan kegagalan. Komitmen
BAB I PENDAHULUAN 9
Universitas Kristen Maranatha pembisnis mengabaikan hal-hal kecil yang di anggap penting oleh orang-orang
yang dilayani, maka pembisnis ini akan gagal menciptakan pengalaman yang
konsumen harapkan. Para pemimpin Starbucks sangat peduli pada semua hal
seperti lingkungan fisik, mutu produk, perlunya penyusunan prioritas kerja,
pentingnya reputasi perusahaan, bahkan budaya yang menyenangkan.
Prinsip ketiga Suprise and delight, Seorang petugas mengingatkan seorang
CEO Starbucks tentang betapa pentingnya mengingatkan para prajurit yang
sedang bertugas bahwa pegawai Starbucks juga memikirkan mereka. Dengan
menambah senyuman disana-sini bisa mengubah hari-hari orang lain. Bahkan
Starbucks menjadi tempat ketiga setelah rumah dan kantor. Starbucks
menyediakan tempat untuk berbincang, berhubungan dan menyambung kembali
hubungan. Selain itu jangan lupakan barang langka dan berharga bernama
konsistensi. Ketika sebuah bisnis bisa memenuhi selera sejumlah besar orang
secara konsisten, individu lainnya akan ikut bergabung dengan komunitas
tersebut. Jadi untuk dapat berhasil, maka carilah kebutuhan masyarakat, dan
masuk, serta penuhilah. Jangan lupa memberi suprise.
Prinsip keempat Embrace resistence, Starbucks berani menerima kritikan
dari pelanggannya. Kritik merupakan kesempatan untuk belajar lebih banyak
mengenai apa yang bisa dilakukan, bagaimana menjadi lebih baik, dan bagaimana
menangani masalah secara berbeda. Ketika bersalah, akuilah, perbaikilah, dan
tetap pada jalur dimana anda dapat membuat perubahan positif. Starbucks telah
belajar untuk tidak mengurangi kritik yang masuk dan mengingkarinya tetapi
mendengarkan untuk memetik kesempatan belajar yang datang dari suara-suara
BAB I PENDAHULUAN 10
Prinsip kelima Leave your mark, Starbucks ingin memberikan kontribusi
positif pada komunitas dan lingkungan. Starbucks berkomitmen terhadap peran
kepemimpinan berwawasan lingkungan di semua aspek bisnisnya. Dengan cara
memahami masalah lingkungan dan berbagi informasi dengan mitra Starbucks,
menciptakan solusi inovatif dan fleksibel untuk membawa perubahan, berusaha
keras membeli, menjual, menggunakan produk yang ramah lingkungan, dan
menanam tanggung jawab terhadap lingkungan sebagai nilai perusahaan.
Berdasarkan 5 prinsip pengalaman starbucks dapat di simpulkan Starbucks
mencerminkan sebuah budaya kerja yang penuh pemberdayaan dan kemandirian,
mampu mengembangkan kesetiaan pelanggan yang konsisten, menciptakan Store
Atmosphere yang nyaman dengan memperhatikan hal detail dan Starbucks dapat
membuat hari-hari pelanggan menjadi lebih baik ketika berada di Starbucks.
Starbuck pertama kali dibuka di plaza Indonesia, Jakarta pada tanggal 17
mei 2002, kehadirannya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan fungsional para
pencinta kopi tetapi sudah mengarah ke kebutuhan emosional, dan aktualisasi diri
konsumen. Perkembangan gerai Starbucks di nilai agresif, terbukti bahwa di kota
Bandung sendiri Starbucks Coffee memiliki 5 (lima) gerai yaitu di mal Bandung
Indah Plaza (BIP), mal Trans Studio Bandung, mal Paris Van Java, Cihampelas
Walk, dan di jalan Braga No. 99-100.
Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung mempunyai tatanan ruangan
yang baik serta luas bangunan yang memadai untuk menciptakan store
atmosphere kedai yang mampu menarik minat beli konsumen. Starbucks Coffee
Paris Van Java Bandung melakukan penataan ruang sebaik mungkin untuk
BAB I PENDAHULUAN 11
Universitas Kristen Maranatha hidangan yang dipesan. Contohnya, disediakan ruangan indoor maupun outdoor.
Fasilitas seperti ruangan outdoor atau indoor tersebut diberikan untuk
kenyamanan para konsumennya, jika konsumen tersebut merokok maka di
sediakan tempat diluar ruangan atau outdoor.
Starbucks Coffee sangat memahami perilaku masyarakat di Indonesia,
yang membutuhkan makanan dan minuman berkualitas, dan suasana toko yang
nyaman. Selain itu Starbucks Coffee juga memberikan fasilitas pendukung
seperti: wifi, sofa, toilet yang bersih dan pendingin ruangan yang sejuk. Maka
tidak heran, jika gerai kopi tersebut selalu ramai dengan dukungan lokasi yang
strategis di Bandung. Para pebisnis sangat tertarik untuk melakukan penataan
store atmosphere semata-mata untuk menarik minat beli konsumen. Minat beli
sendiri timbul karena kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau
mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan
tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Mowen dalam
Meldarianda dan S. Lisan, 2010). Maka dari itu store atmosphere sangat berperan
penting karena akan mempengaruhi penilaian awal dari pandangan atau persepsi
konsumen dalam melakukan minat beli terhadap suatu toko.
Dilihat dari Isu bisnis di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Analisis Store Atmosphere terhadap minat beli
konsumen di Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung”.
1.2 Rumusan masalah
Dari permasalahan yang dibahas sebelumnya, maka dapat diidentifikasikan
BAB I PENDAHULUAN 12
1. Bagaimana respon konsumen terhadap store atmosphere Starbucks Coffee
Paris Van Java Bandung ?
2. Berapa besar pengaruh store atmosphere terhadap minat beli konsumen
Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui :
1. Respon konsumen atas implementasi store atmosphere pada Starbucks Coffee
Paris Van Java Bandung.
2. Besar pengaruh Store Atmosphere terhadap minat beli konsumen Starbucks
Coffee Paris Van Java Bandung.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna dan bermanfaat bagi :
1. Akademisi
Dapat memberikan manfaat untuk mengembangkan strategi pengelolaan
industri ritel melalui rancangan store atmosphere untuk meningkatkan minat
beli konsumen.
2. Praktisi
Dapat membantu perusahaan yang bergerak di bidang Coffee retail dalam
mengembangkan store atmosphere gerai tokonya sehingga mampu
menghasilkan pengalaman konsumen yang positif dan mendorong minat beli
90
Universitas Kristen Maranatha
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari analisis dan pembahasan penelitian sebelumnya tentang pengaruh
store atmosphere terhadap minat beli konsumen di Starbucks Coffee Paris Van
Java Bandung, penulis dapat menyimpulkan:
1. Respon konsumen terhadap store atmosphere Starbucks Coffee Paris Van
Java Bandung termasuk kategori baik. Hal ini ditunjang antara lain:
a. Display and layout meliputi koridor yang memiliki sirkulasi yang bagus,
letak posisi produk, pengaturan posisi bagian dalam cafe, tampilan jendela
untuk melihat produk dengan jelas, rak /display produk yang mampu
membuat konsumen merasa senang dan nyaman.
b. Music yang dilihat dari ritme background musik cafe, pengaturan volume
musik, jenis musik yang dimainkan, mampu membuat suasana hati
konsumen menjadi bahagia dan nyaman.
c. Lighting yang ditunjang oleh pencahayaan di sekitar produk yang
memperjelas kualitas produk, pencahayaan terang di seluruh bagian gerai
termasuk sudut-sudut gerai sudah diatur untuk meningkatkan kebahagiaan
dan kenyamanan konsumen.
d. Cleanliness juga terlihat dari kebersihan lantai, produk dalam gerai yang
tersusun rapi dan tidak rusak, sehingga mampu meningkatkan kesenangan
BAB V PENUTUP 91
e. Faktor pendukung seperti penampilan karyawan, kesopanan karyawan,
komunikasi antara karyawan dan konsumen, kualitas pelayanan yang baik,
keramaian konsumen yang meningkatkan daya tarik, serta kenyamanan
dan kepuasan konsumen yang mendorong terjadinya peningkatan jumlah
konsumen Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung.
2. Store atmosphere berpengaruh terhadap minat beli konsumen Starbucks
Coffee Paris Van Java Bandung sebesar 52,8% sedangkan sisanya sebesar
47,2% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti misalnya atribut
produk seperti diskon harga (promosi), kualitas produk, kelengkapan produk
dan sebagainya. Secara parsial, sub variabel display and layout, lighting, dan
cleanliness berpengaruh terhadap minat beli konsumen. Sedangkan sub
variabel music dan faktor pendukung tidak berpengaruh terhadap minat beli
konsumen di Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan yang telah diperoleh, maka penulis
mencoba memberikan beberapa saran, antara lain:
1. Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung perlu mempertahankan store
atmosphere pada gerainya karena terbukti mempengaruhi minat beli
konsumen. Akan tetapi, indikator pernyataan nomor 17 dan 18 pada sub
variabel cleanliness mendapat penilaian responden paling rendah. Untuk itu
perusahaan disarankan agar lebih memperhatikan kebersihan rak pajangan
pada gerai kopi. Hal ini sangat penting terutama meningkatkan minat beli
BAB V PENUTUP 92
Universitas Kristen Maranatha
2. Penelitian ini hanya mengkhususkan pada aspek tempat bagian dalam. Oleh
karena itu, peneliti selanjutnya disarankan untuk memasukkan aspek bagian
luar dari lokasi penelitian, seperti ketersediaan lahan parkir. Selain itu,
peneliti selanjutnya juga bisa menambahkan aspek bauran pemasaran lainnya
misalnya strategi promosi Starbucks, atribut produk yang meliputi
kualitas/mutu produk, kelengkapan produk, kemasan produk. Aspek harga
juga bisa diteliti terutama pada diskon atau penetapan harga.
3. Music pada Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung belum mampu
mempengaruhi minat beli konsumen secara signifikan. Dalam hal ini,
background musik yang ditampilkan pada gerai perlu perlu dievaluasi
misalnya melakukan update database lagu agar lebih mampu meningkatkan
kebahagiaan dan kenyamanan konsumen di dalam gerai.
4. Faktor pendukung store atmosphere pada Starbucks Coffee Paris Van Java
tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen
terutama dari segi keramaian konsumen. Dalam hal ini, tidak semua
konsumen menilai bahwa keramaian pengunjung merupakan daya tarik pada
Starbucks Coffee Paris Van Java. Salah satu faktor yang lebih penting adalah
suasana dan tempat yang nyaman. Oleh karena itu, alur keluar masuk
konsumen perlu lebih diperhatikan agar terlihat lebih teratur dan konsumen
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, A. I. (2010). Pengaruh Store Atmosphere terhadap Keputusan Pembelian Survei pada Konsumen yang Berbelanja di Giant Hypermarket Mall Olympic Garden Kota Malang. Skripsi. Universitas Brawijaya.
Alma, B. (2009). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.
Berman, B., & Evans, J. R. (2007). Retail Management. New Jersey: Prentice Hall.
Dougherty, C. (2002). Introduction to Econometrics. 2nd ed. New York: Oxford University Press.
Hair, J. F. JR., Anderson, R.E, Tatham, R.L. & Black, W.C. (2006). Multivariate Data Analysis. Six Edition. New Jersey: Pearson Educational, Inc.
Hartono, Jogiyanto. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Edisi Kelima. Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Hermawan, A. (2009). Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta: Grasindo.
Hussain, R. & Ali, M. (2015). Effect of Store Atmosphere on Consumer Purchase Intention. International Journal of Marketing Studies; Vol. 7, No. 2, 2015. ISSN 1918-719X E- ISSN 1918-7203. Published by Canadian Center of
DAFTAR PUSTAKA 94
Universitas Kristen Maranatha Meldarianda, R. & Lisan S. H. (2010). Pengaruh Store Atmosphere Terhadap
Minat Beli Konsumen Pada Resort Café Atmosphere Bandung. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. September 2010, Vol. 17, No. 2, Hal. 97 –108. ISSN: 1412-3126.
Michelli, J.. A. (2007). The Starbucks Experience: 5 Principles for Turning Ordinary Into Extraordinary. New York: McGraw Hill.
Nurviani, N (2013). Perpres Ritel VS Persaingan Usaha. Diakses dari http://www.kppu.go.id/id/2013/03/perpres-ritel-vs-persaingan-usaha/.
Purwaningsih. (2011). Pengertian store atmosphere. Diakses dari
http://www.retailmanajemen.com/2011/06/pengertian-store atmosphere.html.
Rietvield, P. & Sunaryanto, L. T. (1994). 87 Masalah Pokok dalam Regresi Berganda. Yogyakarta: Andi Offset.
Sani, A. & Maharani, V. (2013). Metodologi Penelitian Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori, Kuisioner dan Analisis Data). Cetakan Ke-2. Malang: UIN MALIKI Press.
Sarwono, J. & Martadijera, T. (2008). Riset Bisnis. Yogyakarta: Andi Offset.
Schiffman, L. G. & Kanuk, L. L. (2007). Perilaku Konsumen. Edisi Kedua. Jakarta: Indeks Gramedia.
Seock, Y. K. (2009). Influence of Retail Store Environmental Cues On Consumer Patronage Behaviour Across Different Retail Store Formats: An Empirical Analysis of US Hispanic Consumers. Journal of Retailing and Consumer Services. Vol.16 (2009), pp. 329-339.
Sharma, B. & Garg, N. (2015). Impact of Store atmosphere on Customers’ Buying
Behavior in Super Market Environment. International Journal in Management and Social Science, Vol.03 Issue-02, February, 2015. ISSN: 2321-1784.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sunjoyo et al. (2013). Aplikasi SPSS untuk Smart Riset. Cetakan Kedua. Bandung: Alfabeta.
Sunyoto, D. (2013). Perilaku konsumen. Yogyakarta: CAPS (Center of Academy Publishing Service).
Tjiptono, F. (2008). Strategi Pemasaran. Edisi III. Yogyakarta: Andi Offset.
DAFTAR PUSTAKA 95
Zeithaml, V. A. & Bitner, M. J. (2008). Service Marketing. New York: The McGraw Hill Companies, Inc.
https://www.linkedin.com/pulse/perkembangan-industri-ritel-di-indonesia-larasaty-ashara?forceNoSplash=true
http://indonesia.vow.news/2016/02/daya-beli-masyarakat-melorot-claim.html
http://finance.detik.com/read/2016/01/06/075202/3111534/1034/harga-bbm-dan-listrik-turun-daya-beli-masyarakat-ri-makin-tinggi-di-2016
http://www.kemenperin.go.id/artikel/12163/Industri-Makanan-dan-Minuman-RI-Tumbuh-8,16.
http://duniaindustri.com/penjualan-packaged-food-dan-minuman-ringan-tumbuh-paling-tinggi/.