ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Hubungan Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Pada Mata Pelajaran
PKn Dengan Karakter Siswa Kelas VI Di SD Dharma Karya UT Pondok Cabe
Pamulang disusun oleh Aprilliyani, NIM. 1112018300052, Jurusan Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan
dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang
munaqasah sesuai yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 27 Desember 2016
Yang Mengesahkan,
Pembimbing
v
ABSTRAK
Aprilliyani “Hubungan Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Pada Mata Pelajaran Pkn Terhadap Karakter Siswa Kelas VI Di SD Dharma Karya UT Pondok Cabe
Pamulang”. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru MI/SD UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Latar belakang penelitian ini adalah karena terjadinya kerapuhan karakter yang cukup parah yang salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan. Pendidikan di Indonesia saat ini hanya terfokus pada otak kiri (hard skill) saja dan kurang memperhatikan perkembangan otak kanan (soft skill). Kemudian semakin meningkatnya karakter bangsa Indonesia yang tidak baik terutama karakter para pelajar yang tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai yang sangat penting karena mengandung nilai-nilai luhur bangsa ini dan sangat relevan untuk dijadikan dasar dalam pembentukan karakter bangsa. Dengan demikian peneliti melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman nilai-nilai Pancasila terhadap karakter siswa.
Teknik penelitian yang digunakan pada peneliti ini adalah menggunakan metode Kuantitatif, penelitian dilakukan di SD Dharma Karya UT Pondok Cabe Pamulang. Sampel peneliti berjumlah 36 Siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah berupa Tes, Angket, Observasi, dan Wawancara. Teknik analisis data menggunakan Korelasi Product Moment Hasil perhitungan dengan hasil Koefisien Korelasi yang ditandai dengan nilai r sebesar 0,71 yang berarti menandakan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pemahaman nilai-nilai Pancasila dengan karakter siswa SD Dharma Karya UT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penelitian ini adanya Hubungan yang signifikan antara pemahaman nilai-nilai Pancasila dengan karakter siswa SD Dharma Karya UT.
vi
ABSTRACT
Aprilliyani “The relation of the understanding of Pancasila Values on Civic Subject toward The Student's Character on the 6th grade at SD Dharma Karya UT
Pondok Cabe Pamulang”
The background of this research is caused by the fragility of the characters are severe enough and one of that caused is by the non optimal the character development in educational institutions. Education in Indonesia is currently focused only on the left brain (hard skills) and less attention on the right brain (soft skills). Then, the increasing of the Indonesian nation's character that is not good, especially the character of the students who do not reflect the values of Pancasila. Pancasila values is a very important value, because it contains the noble values of this nation and particularly relevant to used as a base for the formation of national character. Thus, the researcher conducted a study with the aim to determine whether there is a significant relationship between the understanding of Pancasila Values toward the student's character.
A research technique that is used in this research is using quantitative methods, the research is conducted at SD Dharma Karya UT Pondok Cabe Pamulang. The sample of this research is 36 students. The research instrument that is used consist of a test, questionnaire, observation, and interviews. Technique of data analysis is using Product Moment correlation. The results of correlation coefficients marked with the r value of 0.71, it means there is a significant relationship between the understanding of Pancasila values toward the student's character.
The result of this study showed the existence of a significant relationship between the understanding of Pancasila Values toward the student's character.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, tidak ada ungkapan yang Maha dahsyat, yang lebih indah, untuk diungkapkan selain rasa syukur yang sedalam-dalamnya kepada Allah
SWT, sang pemilik taqdir. Yang memberikan nikmat dan hidayahNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyyah dan Keguruan di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sholawat salam selalu tercurahkan kepada junjungan mulia Nabi Muhammad SAW. Seorang revolusioner, sang pemimpin, sang pencerah bagi
umat Islam.
Banyak tantangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam penulisan
skripsi ini, namun berkat kesungguhan hati kerja keras, dorongan dan juga
bantuan berbagai pihak sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Hambatan dan kesulitan tersebut ada yang tidak berguna (sia-sia), penulis akui
semua itu menjadi pelajaran yang berharga.
Selanjutnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan
pengetahuan penulis sangat terbatas, namun dengan adanya bimbingan dan arahan
serta motivasi dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelasaikan
skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih
sedakam-dalamnya kepada pihak yang telah berjasa dalam penulisan skripsi ini, kepada
semia yang tercinta dan tersayang :
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Prof. Dr. Ahmad
Thib Raya, MA., yang selalu menginspirasi seluruh mahasiswa Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)..
2. Dr. Khalimi, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah dan dosen pembimbing akademik yang selalu membimbing,
memotivasi dan memfasilitasi seluruh mahasiswa PGMI untuk dapat
3. Bapak Takiddin. M.Pd sebagai dosen Pembimbing akademik yang dengan
kerja kerasnya dan sukarela membimbing penulis selama penulisan
berlangsung.
4. Almarhumah Dra. Djunaidatul Munawwaroh. M.Ag yang telah menemani
perjuangan penulis, walau hanya selama setengah perjuangan.
5. Seluruh jajaran dosen pengajar di Jurusan PGMI, terutama para dosen
yang selama ini berbagi ilmu dan pengalaman serta memberikan teladan
bagi pada mahasiswa PGMI angkatan 2012
6. Kepala Sekolah SD Dharma Karya UT Pondok Cabe Pamulang Bapak
Warjoko M.M beserta guru dan jajarannya yang telah memberikan izin
untuk penelitian yang telah dilaksanakan.
7. Guru Kelas VI-2 SD Dharma Karya UT Pondok Cabe Pamulang Ibu Dra.
Endah Sumarni yang selalu membantu peneliti selama penelitian.
8. Skaha 26 SD Dharma Karya UT Pondok Cabe Pamulang yang telah
bekerjasama untuk membantu penulis dalam penelitian.
9. Yang teristimewa untuk ayahanda dan ibunda tercinta yang selalu
memberikan cinta kasih, do’a, semangat serta restu kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10.Kakak tersayang Sehu Ali Akbar S.Kom yang selalu mendoakan dan
memberi dukungan skripsi ini.
11.Saudara-saudaraku yang selalu mendoakan dan memberi dukungan skripsi
ini.
12.Teristimewa pula untuk yang tersayang Keluarga dan Sahabat “Aku rindu” yang selalu memberikan cinta, doa, dukungan dan pengorbanannya untuk
membantu penulis dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas
pertemanan yang berdampak energi positif, sehingga penulis selalu
semangat dalam kuliah sehingga sampaiseperti sekarang ini. Semoga
pertemanan kita selalu terjaga sampai tua nanti. Amin.
13.Untuk sahabat-sahabat dan teman-teman seperjuangan PGMI 2012, dan
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ILMIAH ... i
SURAT PENGESAHAN PEMBIMBIMBING SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
SURST KETERANGAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Perumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN TEORI ... 11
A. Deskripsi Teori ... 11
1. Nilai-nilai Pancasila ... 11
2. Mata Pelajaran PKn Berbasis Nilai ... 21
3. Karakter ... 24
B. Penelitian yang Relevan ... 43
C. Kerangka Berfikir... 45
D. Hipotesis Penelitian ... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN` ... 47
A. Tempat dan Waktu penelitian ... 47
C. Populasi dan Sampel ... 48
D. Tehnik Pengumpulan Data ... 49
E. Instrumen Penelitian... 50
F. Tehnik Analisis Data ... 57
G. Hipotesis Statistik ... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 63
A. Deskripsi Data ... 63
B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 79
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 69
BAB V PENUTUP ... 87
A. Kesimpulan ... 87
B. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 88
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 7
\Tabel 2.1 Deskripsi Indikator Karakter ... 38
Tabel 3.1 Waktu dan Kegiatan Penelitian ... 47
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Tes Objektif Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila ... ... 50
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Karakter Siswa kelas VI SD Dharma Karya UT ... 51
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Lembar Observasi ... 52
Tabel 3.5 Interprestasi Nilai r ... 60
Tabel 4.1 Nilai Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila ... 64
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila ... 65
Tabel 4.2 Distribusi Kategorisasi Variabel Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila ... 67
Tabel 4.3 Skor Angket Karakter Siswa Kelas VI SD Dharma Karya UT ... 68
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakter Siswa Kelas VI SD Dharma Karya UT ... 69
Tabel 4.5 Distribusi Kategorisasi Variabel Karakter Siswa ... 71
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas ... 80
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir ... 46
Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila ... 65
Gambar 4.2 Piechart Variabel Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila ... 67
Gambar 4.3 Histogram Distribusi Frekuensi Karakter Siswa ... 70
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tes Uji Coba Instrumen Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila ... 93
Lampiran 2 Kunci Jawaban Tes Uji Coba ... 98
Lampiran 3 Uji Validitas, Realibilitas, dam Taraf Sukar Tes ... 99
Lampiran 4 Daya Beda Tes ... 102
Lampiran 5 Angket Uji Coba Karakter Siswa Kelas VI SD Dharma Karya UT ... 105
Lampiran 6 Kunci Jawaban Angket Uji Coba ... 108
Lampiran 7 Uji Validitas dan Realibilitas Angket ... 109
Lampiran 8 Soal Tes Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila ... 111
Lampiran 9 Kunci Jawaban Soal Tes Penelitian ... 116
Lampiran 10 Soal Angket Karakter Siswa Kelas VI SD Dharma Karya UT ... ... 117
Lampiran 11 Kunci Jawaban Soal Angket ... 120
Lampiran 12 Lembar Observasi Karakter Siswa Kelas VI SD Dharma Karya UT ... 121
Lampiran 13 Hasil Observasi Karakter Siswa Kelas VI SD Dharma Karya UT ... 122
Lampiran 14 Daftar Wawancara Kepala Sekolah SD Dharma Karya UT ... 124
Lampiran 15 Daftar Wawancara Wali Kelas VI-2 SD Dharma Karya UT ... ... 127
Lampiran 16 Daftar Wawancara Siswa Kela VI-2 SD Dharma Karya UT ... ... 132
Lampiran 17 Uji Normalitas Tes Pemahaman Nilaai-Nilai Pancasila ... 135
Lampiran 19 Uji Liniearitas ... 140
Lampiran 20 Uji Hipotesis ... 142
Lampiran 21 Dokumentasi ... 143
Lampiran 22 Uji Referensi ... 146
Lampiran 24 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 150
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai arti penting dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa. Pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam proses
pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh
menjadi manusia yang mandiri, bertanggungjawab, kreatif, berilmu, sehat, dan
berakhlak mulia baik dilihat dari aspek jasmani maupun rohani. Hal ini sejalan
dengan Undang undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Undang-undang tersebut membuktikan pendidikan harus dibarengi
dengan penanaman nilai-nilai karakter, seperti yang dipaparkan oleh Bapak Ki
Hajar Dewantara:
Pendidikan merupakan daya upaya umtuk memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar pendidikan mampu memajukan kesempurnaan hidup anak sebagai peserta didik. Hakikat, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional tersebut meyiratkan bahwa melalui pendidikan hendak diwujudkan peserta didik yang secara utuh memiliki berbagai kecerdasan, baik kecerdasan spiritual, emosional, sosial, intelektual maupun kecerdasan kinestetika.2
Paparan di atas menunujukan bahwa tujuan pendidikan harus bersifat
holistik atau menyeluruh untuk membentuk manusia yang berkarakter dengan
mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan
1
Syafaruddin, Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Medan: Perdana Publishing, 2012), h. 184.
2
intelektual secara optimal sehingga siswa mampu bersaing, beretika, bermoral,
sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Karakter merupakan
komponen utama dalam pendidikan dasar, untuk itulah pendidikan karakter
perlu dikembangkan karena pada dasarnya pendidikan karakter bukan hanya
sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu
pendidikan karakter merupakan usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang
baik (habituation) sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan
biasa melakukannya (psikomotorik). Dengan kata lain, pendidikan karakter
yang baik tidak hanya melibatkan aspek pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling) dan perilaku yang baik (moral action).3
Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat ternyata
kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh
soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill.4 Pendidikan
di Indonesia saat ini hanya terfokus pada otak kiri (hard skill) saja dan kurang memperhatikan perkembangan otak kanan (soft skill). Banyak anggapan bahwa orang yang memiliki kecerdasan otak, memiliki gelar tinggi akan
menjadi orang sukses di dunia pekerjaan. Kenyataanya korupsi yang banyak
terjadi di Indonesia dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kecerdasan
otak dan gelar yang tinggi. Hasil survei menunjukkan bahwa bangsa Indonesia
masih menempati negara terkorup di dunia, di samping Cina, Mexico, dan
3
Kemendinas, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, (Jakarta: Badan Litbang Kementrian Pendidikan Nasional, 2010), h. 6.
4
India.5 Korupsi merupakan gejala paling nyata dari gagalnya pembangunan
karakter bangsa yang membuat rakyat tetap miskin sehingga membuat negara
Indonesia tertinggal dengan negara lainnya yang membuat generasi kita
menganggur, kurang pendidikan, dan sebagainya.
Selain itu budaya kekerasan juga masih sering terjadi di lingkungan
pendidikan. Guru masih sering melakukan kekerasan fisik, juga banyak
kekerasan psikologis dan emosional. Hal ini juga terjadi dikalangan remaja,
terutama dikalangan pelajar yang sedang menempuh dunia pendidikan dengan
mereka mudah terprovokasi dan sikap emosional yang tidak terkendali
sehingga berujung pada perkelahian, tawuran, dan kekerasan antar pelajar,
ditambah lagi dengan penggunaan obat-obat terlarang, dan diperparah dengan
adanya penyimpangan sosial yang mereka lakukan dalam bentuk pergaulan
bebas. Pelajar saat ini juga terkesan kurang hormat kepada orang tuanya, guru
dan tokoh-tokoh masyarakat yang ada. Ditambah lagi contek masal ketika UN
bahkan contekan itu diberikan oleh pihak sekolah secara langsung.
Semua perilaku negatif di atas, jelas menunjukkan kerapuhan karakter
yang cukup parah yang salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya
pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping karena kondisi
lingkungan yang tidak mendukung. Persoalan tersebut tidak akan berkurang
jika tidak segera memulai pendidikan karakter dalam konteks pendidikan.
Melalui pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang dapat
menumbuh kembangkan karakter positif. Bila berbicara tentang pendidikan
yang langsung teringat adalah sekolah. Sekolah merupakan sebuah lembaga
sosial yang dipilih oleh pemerintah untuk pembinaan warga masyarakat untuk
membentuk karakter bangsa. Tugas sekolah tidak hanya mengajar, tetapi juga
mendidik sehingga siswa tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja
tetapi juga memiliki karakter yang baik sehingga dapat membentuk siswanya
menjadi manusia yang cerdas, terampil dan berakhlak mulia sesuai aturan
yang berlaku. Dalam riwayat Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda :
5 M. Karman, “Pendidikan Karakter : Sebuah Tawaran Model Pendidikan Holistik
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang
paling baik akhlaknya . . .”6
Untuk itulah pendidikan karakter seharusnya membawa siswa ke
pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan
akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata, karena itulah semua mata pelajaran
yang dipelajari oleh siswa di sekolah harus bermuatan pendidikan karakter
yang bisa membawanya menjadi manusia yang berkarakter.
Nilai yang bisa dijadikan dasar dalam pendidikan karakter adalah
nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai yang sangat penting
karena mengandung nilai-nilai luhur bangsa ini dan sangat relevan untuk
dijadikan dasar dalam pembentukan karakter bangsa. Pancasila memuat nilai
karakter yang baik dan bisa dijadikan rujukan untuk pembentukan karakter
siswa. Para pendiri bangsa ini merumuskan Pancasila dengan memasukkan
unsur-unsur nilai yang lengkap didalamnya. Diantaranya adalah nilai
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan (demokrasi) dan Keadilan.
Dari kelima sila Pancasila, dalam masing-masing sila terdapat nilai karakter
yang saling melengkapi antara nilai yang satu dengan nilai yang lain seperti
nilai religius, toleransi, demokrasi, peduli sosial, cinta tanah air, semangat
kebangsaan, dan jujur. Oleh karena itu, nilai Pancasila tersebut relevan jika
dijadikan acuan membentuk karakter yang ideal.
SD Dharma Karya UT merupakan salah satu sekolah yang menerapkan
pendidikan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila di atas. Seperti
yang peneliti amati ketika melaksanakan kegiatan PPKT (Praktek Profesional
Keguruan Terpadu) nilai religius yang terdapat pada sila pertama terlihat
ketika siswa berdoa sebelum dan sesudah belajar kemudian kegiatan solat
Dzuhur berjamaah dan kegiatan ibadah pada jam 12.00 siang. Mereka
mengikut kegiatan itu dengan khidmat, meskipun ada wanita yang sedang
6
Muthofa Al-Adawy, Buku dari Fiqih Akhlak, Terj. dari Fiqh al-Akhlaq wa al-Mu’amalat baina al-Mu’minim oleh Salim Bazemool dan Taufik Damas, (Jakarta: Qisthi Press, 2005), h. 5
berhalangan atau guru agama (katolik,kristen, hindu, budha) tidak masuk
mereka tetap berada di dalam kelas agar tidak mengganggu temannya yang
sedang solat dan ibadah. Hal ini menunjukkan adanya sikap toleransi di antara
mereka.
Jiwa kemanusiaan yang dimiliki siswa SD Dharma Karya UT sudah
cukup baik hal ini terlihat ketika mereka saling membantu temannya yang
kesulitan seperti memberikan temannya makanan ketika temannya tidak
membawa uang. Selain itu mereka juga menunjukkan nilai persatuan dengan
berteman dengan siapa saja tanpa memandang agama, suku, dan budaya.
Kemudian pemilihan ketua kelas dengan cara voting dan menjalankan
kegiatan piket merupakan bukti pengamalan nilai demokrasi. Terakhir nilai
keadilan, peneliti melihat bahwa siswa SD Dharma Karya UT berani berkata
jujur meskipun ia akan dimarahi gurunya dan mereka terbiasa mengerjakan
ulangan sendiri tanpa menyontek dengan temannya.
Sikap tersebut menunjukan bahwa siswa SD Dharma Karya UT
mempunyai karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang cukup baik
meskipun terdapat beberapa siswa yang menunujukkan karakter yang kurang
mencerminkan nilai-nilai Pancasila tetapi itu sangat sedikit. Namun jika
dibiarkan tentu saja siswa yng belum memiliki karakter yang cukup baik akan
menimbulkan efek yang negatif bagi siswa yang lain. Karena tentu saja
kegiatan belajar mereka di sekolah akan terganggu. Selain itu bisa saja dengan
berjalannya waktu siswa yang mempunyai karakter yang belum ideal ini akan
mempengaruhi siswa lain untuk mengikuti jejaknya. Berdasarkan keterangan
Kepala Sekolah SD Dharma Karya UT Pondok Cabe untuk menangani siswa
yang menunujukkan karakter yang kurang mencerminkan nilai-nilai Pancasila
dilakukan dengan memberikan nasihat, pengarahan serta bimbingan serta terus
memberikan contoh dan pembiasaan karakter yang baik kepada anak tersebut.
Salah satu cara pembiasaan dalam pembentukan pendidikan karakter
dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai Pancasila., penanaman nilai-nilai
Pancasila sudah diterapkan sejak kelas 1 baik berupa contoh sikap yang
sikap disiplin kepada siswa, serta melalui materi pelajaran yang diajarkan
seperti pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.7
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara
Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD 1945.8
Adapun tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan berdasarkan
Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Kurikulum Nasional
adalah untuk menjadikan peserta didik memiliki kemampuan9 :
1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2) Berpartisipasi secara aktif, bertanggung jawab, bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi.
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Dengan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di atas, selayaknya
pembelajaran tentang Pancasila dalam Pendidikan Kewarganegaraan dapat
membekali siswa dengan pengetahruan, keterampilan intelektual dan
pengalaman. Materi Pancasila yang merupakan salah satu ruang lingkup mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pembahasannya meliputi kedudukan
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara proses perumusan
Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-sehari, dan Pancasila sebagai ideologi terbuka.10
Pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila merupakan hal yang harus
dilakukan untuk membentuk karakter siswa yang sesuai dengan nilai–nilai
7
Warjoko, Kepala Sekolah SD Darma Karya UT, Wawancara, Tangerang, 1 April 2016.
8
Dasim Budimansyah dan Karim Suryadi, PKn dan Masyarakat Multikultural, (Bandung:
UPI, 2008), h. 14-15.
9
Moh. Murtado, Pembelajaran PKn MI, (Surabaya, LAPIS-PGMI, 2009), h. 1.8-1.9.
10
Pancasila. Pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila bukanlah sekedar tahu
terhadap nilai-nilai tersebut, namun harus benar-benar memahami nilai-nilai
tersebut. Selain pemahaman nilai-nilai Pancasila, pengamalan nilai-nilai
Pancasila seperti yang tertuang dalam butir pengamalan akan membentuk
karakter siswa yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Siswa kelas VI SD Dharma Karya UT menerima pembelajaran
mengenai Pancasila pada awal semester satu dengan judul materi “Nilai-nilai Juang dalam perumusan Pancasila”. Dengan tingkat pemahaman nilai-nilai
yang baik maka hal tersebut akan menjadi modal untuk pembentukan karakter
siswa. Berikut ini adalah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar materi
Pancasila:
Tabel 1.1 : Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar
Menghargai
nilai-nilai juang dalam
proses perumusan
Pancasila sebagai
dasar negara
Mendeskripsikan nilai-nilai juang dalam proses
perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
Menceritakan secara singkat nilai kebersamaan dalam
proses perumusan Pancasila sebagai dasar Negara
Meneladani nilai-nilai juang para tokoh yang berperan
dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar
Negara dalam kehidupan sehari-hari
Dalam kegiatan pembelajaran pada materi tersebut siswa mempelajari
tentang isi dari Pancasila dan siswa harus memahami nilai-nilai yang
terkandung dalam setiap butir Pancasila tersebut. Hal tersebut tentu akan
menambah pemahaman siswa terhadap nilai-nilai Pancasila. Dengan tingkat
pemahaman yang baik terhadap nilai-nilai Pancasila akan memudahkan siswa
dalam pengimplementasian agar membentuk karakter yang baik. Namun tidak
pemahaman nilai-nilai Pancasila siswa akan meningkat, karena penyerapan
siswa terhadap nilai-nilai Pancasila berbeda-beda berdasarkan beberapa faktor.
Oleh karena itu, dengan adanya materi mengenai nilai-nilai Pancasila
diharapkan siswa mempunyai karakter yang baik karena untuk membangun
bangsa yang baik perlu adanya fondasi nilai dan Pancasila yang mempunyai
nilai yang sangat lengkap untuk dijadikan fondasi tersebut. Namun
pengimplementasian itu juga perlu pembiasaan karena karakter membutuhkan
proses sehingga membutuhkan waktu untuk menghasilkan karater yang baik.
Hal inilah yang menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian tentang
hubungan pemahaman nilai-nilai pancasila pada mata pelajaran PKn terhadap
karakter siswa kelas VI di SD Dharma Karya UT Pondok Cabe Pamulang.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidesntifikasikan ke
dalam beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Kerapuhan karakter yang cukup parah yang salah satunya disebabkan oleh
tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan
2. Materi nilai-nilai Pancasila tidak mutlak membuat pemahaman nilai-nilai Pancasila siswa akan meningkat
3. Terdapat beberapa siswa SD Dharma Karya UT yang belum memiliki karakter yang baik.
C. Pembatasan Masalah
Pada dasarnya permasalahan antara pemahaman nilai-nilai Pancasila
dalam mata pelajaran PKn dan karakter siswa begitu kompleks, maka peneliti
membatasi penelitian ini pada pokok pernyataan berikut :
1. Pemahaman nilai-nilai Pancasila dalam mata pelajaran PKn pada penelitian
dan penulisan ini adalah pemahaman nilai pada tiap butir Pancasila yaitu
nilai ketuhanan pada sila pertama, nilai kemanusiaan pada sila kedua, nilai
persatuan pada sila ketiga, nilai kerakyataan pada sila keempat, dan nilai
2. Karakter siswa pada penelitian dan penulisan ini adalah : Karakter siswa
dalam kehidupan sehari-hari di sekolah yang sesuai dengan nilai-nilai
pancasila di antaranya nilai religius, toleransi, demokrasi, peduli sosial,
cinta tanah air, semangat kebangsaan, dan jujur.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah penetian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana pemahaman siswa terhadap nilai-nilai Pancasila pada mata
pelajaran PKn kelas 6 SD Dharma Karya UT Pondok Cabe Pamulang ?
2. Bagaimana karakter siswa kelas 6 SD Dharma Karya UT Pondok Cabe
Pamulang ?
3. Apakah ada hubungan antara pemahaman siswa terhadap nilai-nilai
Pancasila pada mata pelajaran PKn dengan karakter siswa kelas 6 SD
Dharma Karya UT Pondok Cabe Pamulang ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai
dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap nilai-nilai Pancasila pada
mata pelajaran PKn kelas 6 SD Dharma Karya UT Pondok Cabe Pamulang.
2. Untuk mengetahui karakter siswa kelas 6 SD Dharma Karya UT Pondok
Cabe Pamulang
3. Untuk mengetahui hubungan pemahaman siswa terhadap nilai-nilai
Pancasila pada mata pelajaran PKn dengan karakter siswa kelas 6 SD
Dharma Karya UT Pondok Cabe Pamulang.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik
secara teoritis maupun secara praktis, manfaat tersebut antara lain :
a. Untuk memperkaya dunia pendidikan dan menjadi pijakan bagi
penelitian-penelitian lebih lanjut.
b. Ditemukannya model pendidikan nilai karakter secara praktis melalui
proses pembinaan di Sekolah.
2. Secara Praktis
a. Memberikan informasi tentang hubungan pemahaman nilai-nilai
Pancasila dengan karakter siswa.
b. Bagi penulis sendiri, sebagai latihan pengembangan ilmu pengetahuan
dan menambah wawasan untuk mendalami karakter siswa sebagai
pendidik dan pengajar.
c. Bagi sekolah, diharapkan dapat mempengaruhi sekolah dalam
mengambil kebijakan guna menanmkan nilai-nilai karakter kepada siswa
11 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Deskripsi Teoritik
1. Nilai-nilai Pancasila
Secara estimologi Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta (India)
yang mengandung dua macam arti yaitu Pancasyila, panca artinya lima dan syila dengan huruf i yang dibaca pendek yang artinya dasar, batu sendi atau alas sehingga pancasyila memiliki arti lima dasar. Sedangkan syiila
dengan huruf ii yang dibaca panjang artinya peraturan tingkah laku yang
penting sehingga pancasyiila memiliki arti lima aturan tingkah laku.1 Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan
suatu nilai yang menjadi satu kesatuan dengan sila-sila pancasila tersebut.
Nilai-nilai pancasila merupakan nilai-nilai yang digali, tumbuh dan
berkembang dari budaya bangsa Indonesia yang telah berakar dari
keyakinan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu nilai-nilai pancasila
menjadi ideologi yang tidak diciptakan oleh negara melainkan digali dari
harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat Indonesia sendiri. 2
Nilai berasal dari bahasa latin “vale’re” yang artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu
yang dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan
seseorang atau sekelompok orang.3 Sedangkan dalam dalam bahasa
Inggris nilai disebut “value”yang termasuk salah satu cabang padang
bidang kajian filsafat yaitu filsafat nilai (Axiology, Theory of Value). Filsafat diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai dan dipakai untuk
1
Pandji Setijo, Pendidikan Pancasila: Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa, (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 7-8.
2
Dadang Sundawa, dkk, Contextual Teaching and Learning Pendidikan Kewarganegaraan
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII Edisi 4, (Jakarta: Depdiknas, 2008), h. 23.
3
menunjuk kata benda abstrak yang artinya “keberhargaan” (Worth) atau
“kebaikan” (goodness), dan kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian.4 Djahiri juga
mengartikan nilai sebagai harga, makna, isi, dan pesan, semangat, atau
jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep, dan teori sehingga
bermakna secara fungsional.5 Sehingga dapat di simpulkan nilai adalah
harga atau kuallitas dari sesuatu sehingga sesuatu itu dapat menjadi
semacam objek untuk kepentingan tertentu.
Untuk mengetahui hakikat nilai-nilai Pancasila perlu diketahui
makna dan arti dari setiap sila Pancasila secara hakiki. Dalam setiap sila
terkandung nilai-nilai yang memiliki perbedaan antara suatu kesatuan yang
sistematis. Oleh karena itu, meskipun dalam uraian berikut ini menjelaskan
nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila, namun kesemuannya itu
tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan sila-sila lainnya. Adapun
nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila adalah sebagai berikut6 :
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan ialah pencipta segala yang
ada dan semua makhluk. Yang Maha Esa atau Yang Maha Tunggal,
tiada sekutu, esa dalam zatnya, esa dalam sifatnya, esa dalam
perbuatannya. Jadi, Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung
pengertian dan keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa yang
menciptakan semesta beserta isinya.
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ditegaskan
meskipun bukan negara agama, juga bukan negara sekuler. Bukan
negara agama adalah negara beragama karena tidak menerapkan
hukum agama tertentusebagai hukum positif. Bukan pula negara
sekuler yang memisahkan urusan negara dan urusan agama,
sedangkan sebagai negara beragama dimaksud bahwa NKRI perlu
4
Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2014), cet. 10, h.80.
5
Junaedi, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan Edisi Pertama, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2009), h. 2-1
6
hukum positif yang disepakati oleh seluruh bangsa, termasuk seluruh
penyelenggaraan negara (MPR, DPR, pemerintah) yang agamanya
beraneka ragam dan negara wajib melindungi segenap agama yang
diakui keberadaannya serta negara tidak dibenarkan mencampuri
urusan akidah agama apapun.7
Dalam sila pertama terkandung nilai ketuhanan, makna nilai
tersebut antara lain 8:
1) Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai
pencipta segala sesuatu dengan segala sifat-sifatnya yang sempurna
dan suci, seperti Maha Pengasih, Maha Adil, Maha Kuasa, Maha
Bijaksana dan sebagainya.
2) Kebebasan untuk memeluk agama dan kepercayaan
masing-masing, tanpa ada paksaan bagi para pemeluk agama dan
kepercayaan.
Dengan demikian NKRI yang Berketuhanan Yang Maha Esa
adalah bukan negara agama, dalam arti negara yang berdasarkan pada
salah satu ajaran agama tertentu, meskipun agama terbesar sekalipun
dengan cara memaksakan kepada semua warga Negara untuk
menjalankan agama tertentu dalam kehidupan kenegaraan.9
Implementasi dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa antara lain:10
1) Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
2) Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga
terbina kerukunan hidup.
7
Pandji Setijo, Pendidikan Pancasila: Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa, (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 10-11.
8
M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Pendidikan Pancasila, (Jakarta: Grasindo, 2002), h. 202.
9
Kaelan, Op.cit, h.73.
10
3) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya.
4) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang
lain.
b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab secara sistematis
didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa serta
mendasari dan menjiwai ketiga sila berikutnya. Kemanusiaan berasal
dari kata manusia, yaitu makhluk berbudi yang memiliki potensi
pikir,rasa,karsa, dan cipta karena berpotensi menduduki (memiliki)
martabat yang tinggi. Dengan akal budinya menusia berkebudayaan
dan dengan budi naruninya manusia menyadari nilai-nilai dan
norma-norma.
Adil mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan
didasarkan atas norma-norma yang objektif, tidak subjektif apalagi
sewenang-wenang dan otoriter. Beradab berasal dari kata adab,
memiliki arti budaya yang telah berabad-abad dalam kehidupan
manusia. Jadi, beradab berarti kebudayaan yang lama berabad-abad,
bertatakesopanan, berkesusilaan (bermoral) adalah kesadaran sikap
dan perbuataan manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan
kebudayaan umumnya, baik terhadap diri pribadi, sesama manusia,
terhadap alam, dan sang pencipta.11 Kemanusian yang adil dan
beradab mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah
laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia
dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan pada
umumnya baik terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia
maupun terhadap lingkungannya. 12
Selain disebutkan di atas, NKRI merupakan negara yang
menjujunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM), negara memiliki
11
Pandji Setijo, Op.cit 12
hukum yang adil dan negara berbudaya yang beradab.Negara ingin
menerapkan hukum secara adil berdasarkan sepremasi huku serta
ingin mengusahakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Di
samping itu, mengembangkan budaya Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) berdasarkan adab cipta, karsa, rasa, dan karya
yang berguna bagi nusa dan bangsa tanpa melahirkan primordial
dalam budaya.13
Uraian di atas menunjukkan bahwa sila Kemanusiaan yang adil
dan beradab mengandung nilai kemanusiaan yang mempunyai makna:
1) Pengakuan terhadap harkat dan martabat manusia dengan segala
hak dan kewajiban asasinya.
2) Perilaku adil terhadap sesama manusia, terhadap diri sendiri, alam
sekitar dan Tuhan.
3) Manusia sebagai makhluk beradab atau berbudaya yang memiliki
daya cipta, rasa, karsa, dan keyakinan.14
Implementasi dari sila Kemanusiaan yang adil dan beradab :
1) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia.
2) Saling mencintai sesama manusia.
3) Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4) Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5) Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7) Berani membela kebenaran dan keadilan.
8) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat
manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan
bekerja sama dengan bangsa lain.15
13
Pandji Setijo, Loc.cit. 14
M. Iqbal Hasan, Op.cit, h. 202.
15
c. Sila Persatuan Indonesia
Sila Persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa dan sila Kemanusiaan yang adil dan
beradab. Demikian pula sila Persatuan Indonesia mendasari dan
menjiwai sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan
dalam permusyawaratan/perwakilan dan sila Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. 16
Persatuan berasal dari kata satu, yang berarti utuh tidak
terpecah-belah, mengandung bersatunya bermacam corak yang
beraneka ragam yang bersifat kedaerahan yang menjadi satu kebulatan
secara nasional dan persatuan segenap unsur NKRI dalam
mewujudkan secara nyata Bhineka Tunggal Ika yang meliputi wilayah, sumber daya alam, dan sumber daya manusia dalam kesatuan
yang utuh. Selain itu, persatuan bangsa yang berbudaya bebas dalam
wadah negara RI yang merdeka dan berdaulat, menuju terbentuknya
suatu masyarakat madani. 17
Jadi makna Persatuan Indonesia adalah sifat dan keadaan
Negara Indonesia yang harus sesuai dengan hakikat satu yang beratri
mutlak tidak dapat dibagi, sehingga bangsa dan Negara Indonesia
yang menempati suatu wilayah tertentu merupakan suatu Negara yang
berdiri sendiri memiliki sifat dan keadaannya sendiri yang terpisah
dari Negara lain di dunia ini. Sehingga Negara Indonesia merupakan
suatu diri pribadi yang memiliki ciri khas, sifat, dan karakter sendiri
yang berarti memiliki suatu kesatuan dan tidak terbagi-bagi.18
Dapat disimpulkan bahwa sila persatuan Indonesia mengandung
nilai persatuan bangsa. Nilai ini mengandung makna, antara lain19 :
1) Pengakuan terhadap kebhinekaan tunggal ika, unsur-unsur bangsa
Indonesia, seperti suku, agama, bahasa, dan adat istiadat,
16
Kaelan, op.cit, h.74.
17
Pandji Setijo, Op.cit, h.20-21.
18
Kaelan, Filsafat Pancasila, Op.cit, h. 180.
19
2) Pengakuan terhadap persatuan bangsan dan wilayah Indonesia
serta wajib membela dan menjunjungnya (Patriotisme),
3) Cinta dan bangga akan bangsa dan negara Indonesia
(Nasionalisme).
Implementasi dari sila Persatuan Indonesia antara lain :20
1) Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan,
2) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara,
3) Cinta tanah air dan bangsa,
4) Bangga sebagai bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia,
5) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bagsa yang
ber-Bhineka Tunggal Ika,
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Nilai yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
didasari oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil
dan beradab serta Persatuan Indonesia, dan mendasari serta menjiwai
sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 21
Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yang berarti sekelompok
yang berdiam dalam satu wilayah tertentu. Kerakyatan berarti bahwa
kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat, disebut pula kedaulatan
rakyat (rakyat yang berdaulat/berkuasa) atau demokrasi (rakyat yang
memerintah).
Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran/ratio yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan
bangsa, kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur,
bertanggung jawab serta didorong oleh itikad baik sesuai dengan hati
nurani.
20
C.S.T. Kansil, op.cit, h.153.
21
Permusyawaratan artinya susatu tata cara khas kepribadian
Indonesia untuk merumuskan atau memutuskan sesuatu hal
berdasarkan kehendak rakyat hingga tercapai keputusan yang
berdasarkan kkebulatan pendapat/mufakat.
Perwakilan artinya suatu sistem dalam arti tata cara (prosedur)
mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam
kehidupan bernegara, antara lain dilakukan dengan melalui
badn-badan perwakilan. Rakyat dalam NKRI menjalankan keputusannya
dengan jalan musyawarah yang dipimpin oleh pikiran yang sehat serta
penuh tanggung jawab dari para pemimpin yang profesional, baik
kepada Tuhan YME, maupun kepada rakyat yang diwakilinya.22
Rakyat merupakan subjek pendukung Negara karena Negara adalah
dari, oleh, dan untuk rakyat , oleh karena itu rakyat merupakassn asal
mula kekuasaan Negara sehingga dalam sila Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawatan/perwakilan terkandung nilai demokrasi yang secara
mutlak harus dilaksanakan dalam hidup Negara.23
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sila keempat dari
sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan mengandung nilai kerakyatan yang
mempunyai makna sebagai berikut :24
1) Negara adalah untuk kepentingan rakyat,
2) Kedaulatan adalah di tangan rakyat,
3) Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama,
4) Pimpinan kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi
akal sehat,
22
Pandji Setijo, Op.cit, h.21.
23
Kaelan, Op.cit, h. 76.
24
5) Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat oleh
wakil-wakil rakyat.
Implementasi dari sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan antara lain :25
1) Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat,
2) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain,
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama,
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan,
5) Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah,
6) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur,
7) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan
keadilan.
e. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia merupakan
suatu kesatuan dengan sila-sila yang lain. Oleh karena itu sila kelima
ini merupakan pengkhususan sila-sila yang mendahuluinnya. Selain
itu sila kelima didasari dan dijiwai sila-sila yang mendahuluinnya,
yaitu sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawatan/perwakilan. 26
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat
dalam segenap bidang kehidupan, baik material, maupun spiritual.
Seluruh rakyat Indonesia artinya setiap orang yang menjadi rakyat
25
C.S.T. Kansil, op.cit, h.153-154.
26
Indonesia, baik yang berdiam di wilayah RI sebagai warga NKRI,
maupun WNI yang berada di luar negeri. Jadi, keadilan sosial bagi
seluruh rakyat indonesia mengandung arti bahwa setiap bangsa
Indonesia mendapat perlakuan yang adil dan seimbang dalam bidang
hukum, politik, sosial, ekonnomi, dan kebudayaan.27
Sila kelima ini mengadung nilai keadilan sosial yang
mengandung makna:28
1) Perlakuan yang adil di segala bidang kehidupan, terutama di
bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya,
2) Perwujudan keadilan sosial meliputi seluruh rakyat Indonesia,
3) Keseimbangan antara hak dan kewajiban,
4) Menghormati hak milik orang lain,
5) Cita-cita masyarakat adil dan makmur yang merata material dan
spiritual bagi seluruh rakyat Indonesia,
6) Cinta akan kemajuan dan pembangunan.
Implementasi sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia:29
1) Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotong-royongan,
2) Bersikap adil,
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban,
4) Menghormati hak-hak orang lain,
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain,
6) Menjahi sikap pemerasan terhadap orang lain,
7) Tidak bersikap boros.
Dapat disimpukan bahwa dengan kelima sila dari Pancasila secara
bulat dan untuh memilki makna bahwa di dalam setiap sila terkandung
27
Pandji Setijo, Op.cit, h. 21-22.
28
M. Iqbal Hasan, Op,cit, h. 203.
29
atau berisi sila-sila lainnya. Sila yang berada di nomor atas menjadi dasar
sila berikutnya dan sila yang berikutnya menjadi acuan dari sila-sila yang
sebelumnya. Kemudian nilai-nilai yang terkandung dalam sila satu sampai
dengan lima merupakan cita-cita, harapan,dan dambaan bangsa Indonesia
yang akan diwujudkan dalam kehidupannya yang menjadi dasar atau
acuan.
2. Mata Pelajaran PKn Berbasis Nilai
Mata Pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan
pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan
Pancasila dan UUD 1945 yang diatur dalam UU No 2 tahun 1949, UU No.
62 tahun 1958, UU No 12 tahun 2006 tentang status warganegara. Dalam
pandangan Zamroni, pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan
demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga msyarakat berpikir
kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran
kepada masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat.
Berbeda dengan Zamroni, Somantri meyatakan bahwa pendidikan
kewarganegaraan ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut30 :
a. Merupakan kegiatan yang meliputi seluruh program sekolah
b. Meliputi berbagai macam kegiatan mengajar yang dapat
menumbuhkan hidup dan perilaku yang lebih baik dalam masyarakat
demokratis
c. Menyangkut pengalaman, kepentingan masyarakat, pribadi, dan
syarat-syarat objektif untuk hidup bernegara.
Lebih lanjut tujuan pembelajaran PKn berdasarkan Permendiknas
No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Kurikulum Nasional adalah untuk
menjadikan peserta didik memiliki kemampuan31 :
30
Moh. Murtado, Pembelajaran PKn MI, (Surabaya, LAPIS-PGMI, 2009), h. 1.7-1.8.
31
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara aktif, bertanggung jawab, bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti
korupsi.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
Adapun ruang lingkup materi pembelajaran PKn meliputi :
a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam
perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indoesia,
sumpah pemuda, keutuhan negara keatauan Republik Indonesia,
partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap negara
kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan
keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat,
peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan bangsa
dan negara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan
peradilan internasional.
c. Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan
kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional
hak asasi manusia, pemajuan, penghormatan dan perlindungan hak
asasi manusia.
d. Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri
sebagai warga mayarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan
mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri,
e. Konstitusi negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi
yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di
Indonesia, hubungan dasar negara dengan kostitusi.
f. Kekuasaan dan politik meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan,
pemerintah daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan
sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat
madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.
g. Pancasila meliputi kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara,
pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
Pancasila sebagai ideologi terbuka.
h. Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkunganya, politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, dampak gl obalisasi, hubungan
internasional dan organisasi intenasional, dan mengevaluasi
globalisasi.32
Berdasarkan ruang lingkup materi pembelajaran PKn MI di atas
dapat dikemukakan bahwa pembelajaran PKn MI salah satunya berkaitan
dengan nilai dengan tujuan membentuk warga Negara yang baik sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. Aspek nilai yang terkandung dalam dalam
materi pembelajaran PKn MI misalnya nilai persaatuan, tenggang rasa,
saling menghargai suku bangsa, rela berkorban, tanggung jawab, bela
bangsa, cinta tanah air, kerjasama, gotong royong dan sebagainya.
Nilai-nilai tersebut akan senantiasa berkembang baik kualitas
maupun kuantitasnya, contoh nilai gotongroyong. Jika perbuatan gotong
royong dimaknai sebagai nilai, akan lebih bermakna jika nilai gotong
royong tersebut telah menjadi pola piker, pola sikap, dan pola tindak
seseorang secara individu maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh
karena itu, nilai gotongroyong seperti yang dicontohkan tadi adalah
perilaku yang menunjukkan adanya rasa saling membantu sesama dalam
melakukan sesuatu yang bias dikerjakan secara bersama-sama sebagai
32
perwujudan dari rasa solidaritas yag memiliki makna kebersamaan dalam
kegiatan bergotong royong.33
3. Karakter
a. Pengertian dan Unsur-unsur Karakter
Kata karakter diambil dalam bahasa Inggris character, yang juga dalam bahasa Yunani character. Pada awalnya, kata character
digunakan untuk menandai hal yang mengesankan dari koin atau
keping uang, namun belakangan ini secara umum istilah character
digunakan untuk mengartikan hal yang berbeda antara satu hal dan
yang lainnya, dan akhirnya juga digunakan untuk menyebutkan
kesamaan kualitas pada tiap orang yang membedakannya dengan
kualitas lain.34
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karakter merupakan
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan yang lain. Scerenco mendefinisikan karakter sebagai
atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri
etis, dan kompleksitas mental dari sesorang, suatu kelompok atau
bangsa.35
Menurut F.W Foerster karakter merupakan sesuatu yang
mengualifikasi pribadi seseorang, yang memberikan kesatuan dan
kekuatan atas keputusan yang diambilnya. Oleh karena itu karakter
seperti menjadi identitas yang mengalami pengalaman kontinegn yang
selalu berubah dan dari kematengan karakter inilah kualitas pribadi
seseorang dapat diukur.36
F.R. Paulhan menganggap karakter sebagai apa yang membuat
pribadi seseorang itu menjadi dirinya sendiri dan bukan yang lain.
33
Ibid, h. 2-9.
34 Fatchul Mu’in,
Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik & Praktik, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h.162.
35
Muchlas Samana dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 42.
36
Spranger mendefinisikan karakter sebagai perilaku tipikal berbeda yang
diyakini oleh pribadi yang berhadapan dengan nilai-nilai estetis,
ekonomis, politis, sosial, dan religius. Sedangkan menurut Doni
Koesoema A. karakter merupakan sebuah kondisi dinamis struktur
antropologis individu, yang tidak mau sekedar berhenti atas dterminasi
kodratinya melainkan juga sebuah usaha hidup untuk menjadi semakin
integral mengatasi determinasi alam dalam dirinya demi proses
penyempurnaan dirinya terus-menerus.37
Menurut Simon Philps, karakter adalah kumpulan tata nilai
yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan
perilaku yang ditampilkan.38 Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa karakter merupakan ciri khas sesorang yang membuat dirinya
menjadi dirinya sendiri sehingga membedakan seseorang tersebut
dengan orang lain.
Karakter yang baik (good character) terdiri atas proses-proses yang meliputi, tahu mana yang baik (knowing the good), keinginan melakukan yang baik (desiring the good), dan melakukan yang baik (doing the good). 39
Lickona menekankan pentingnya 3 komponen karakter yang baik,
yaitu :40
1) Moral Knowing, terdapat enam hal yang menjadi tujuan dari diajarkannya moral knowing yaitu : moral awereness, knowing moral values, perspective taking, moral reasoning, decision making, self knowledge.
2) Moral Feeling, terdapat 6 hal yang merupakan aspek dari emosi yang harus mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi
37
Ibid, h.103-104.
38Fatchul Mu’in,
op.cit, h. 160.
39
Muchlas Samana dan Hariyanto, op.cit , h.49-50.
40
manusia berkarakter yaitu : conseience, self esteem, empathy, loving the good, self control, humility.
3) Moral Action, perbuatan/tindakan moral ini merupakan hasil dari dua komponen karakter lainnya.
Sedangkan Fatchul Mu’in mengungkapkan beberapa unsur yang
dapat membentuk karakter manusia:
1) Sikap
Harrel mendefinisikan sikap sebagai cara berpikir atau
merassakan dalam kaitannya dengan sejumlah persoalan. Sikap
merupakan cerminan hidup. Dengan mempelajari sikap, akan
membantu kita dalam memahami proses kesadaran yang
menetukan tindakan nyata dan tindakan yang mungkin dilakukan
individu dalam kehidupan sosialnya. Oskamp mengemukakan
bahwa sikap dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor
genetik dan fisiologis, pengalaman, pengaruh orang tua, pengaruh
teman sebaya, dan media massa.41
2) Emosi
Emosi diadopsi dari bahasa latin emovere (e yang berarti
luar dan movere artinya bergerak) . sedangkan, dalam bahasa
Perancis adalah emouvoir yang artinya kegembiraan. sehingga
dapat disumpulkan emosi adalah gejala dinamis dalam situasi yang
dirasakan manusia, yang disertai dengan efeknya paa kesadaran,
perilaku, dan juga merupakan proses fisiologis.42
3) Kepercayaan
Kepercayaan merupakan komponen kognitif manusia dari
faktor sosiopsikologis. Kepercayaan dapat memperkukuh
eksistensi diri dan memperkukuh hubungan dengan orang lain.
Hal-hal yang dapat membentuk kepercayaan antara lain
pengetahuan, karena apa yang kita ketahui membuat kita
41Fatchul Mu’in,
op.cit, h. 168-171.
42
menentukan pilihan karena kita percaya apa yang kita ambil
berdasarkan apa yang kita ketahui.kemudian kepercayaan juga
dapat dibentuk oleh kebutuhan atau kepentinan serta sikap
keterbukaan.43
4) Kebiasaan dan Kemauan
Kebiasan adalah aspek perilaku manusia yang menetap,
berlangsung secaara otomatis dan tidak direncanakan. Sedangkan
kemauan merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan.44
5) Konsepsi Diri
Hal penting lainnya yang berkaitan dengan pembangunan
karakter adalah konsepsi diri. Proses konsepsi diri merupakan
proses totalitas, baik sadar maupun tidak sadar, tentang bagaimana
karakter dan diri kita dibentuk.45
b. Nilai-nilai Karakter
Nilai pembentuk karakter yang merupakan hasil kajian empirik
Pusat Kurikulum merupakan nilai-nilai yang bersumber dari agama,
Pancasila, Budaya, dan tujuan pendidikan yaitu:46
1) Religius
Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk
agama lain. Berikut adalah indikator dari karakter religius menurut
Muhammad Yaumi:
a) Kepatuhan dalam menjalankan ajaran agama.
b) Mengakui keberagaman agama dan kepercayaan tanpa harus
memaksa peganut yang berbeda untuk mengikuti agama atau
kepercayaan yang kita anut.
c) Kerukunan hidup antara penganut agama.47
43
ibid, h.176.
44
ibid, h. 178.
45
ibid, h.179.
46
2) Jujur
Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Kejujuran hanya bisa
ditandai dengan kriteria yang ditunjukan yang dapat diamati
melalui perbuatan yang dihasilkan. Adapun pikiran, perasaaan, dan
kesadaran hanya dapat dirasakan oleh yang berbuat dan disaksikan
oleh Tuhannya. Menurut Muhammad Yaumi peserta didik yang
jujur dapat dilihat dari indikator berikut:
a) Mengatakan sesuatu yang benar walaupun itu pahit.
b) Menghindari perbuatan menipu, menyontek, plagiat, atau
mencuri.
c) Memiliki keberanian untuk melakukan sesuatu yang benar.
d) Dapat dipercaya.
e) Menjaga reputasi dan martabat yang baik dan terpuji.48
3) Toleransi
Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang
lain yang berbeda dari dirinya. Sikap toleran terhadap perbedaan
merupakan keharusan untuk membangun suatu kesatuan yang utuh.
Berikut adalah indikator untuk mengukur dan menilai sikap
toleransi menurut Muhammad Yaumi:
a) Terbuka dalam mempelajari tentang keyakinan dan
pandangann orang lain.
b) Menunjukkan sikap positif untuk menerima sesuatu yang baru.
c) Mengakomodasi adanya keberagaman suku, ras, agama, dan
lain-lain.
47
Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar, & Implementasinya, (Jakarta: Prenadamedia group, 2014), h. 85-86.
48
d) Berpartisipasi dalam bebagai kegiatan dan mendengarkan
pandangan orang lain dengan penuh hormat.
e) Menunjukkan keinginan kuat untuk mempelajari sesuatu dari
orang lain.49
4) Disiplin
Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Orang yang
disiplin dapat membuat aturan sendiri dan menerapkannya dalam
aktivitas sehari-hari untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Dalam ruang lingkup sekolah, disiplin dapat dibangun dan
dikembangkan melalui aktivitas seperti mengikuti upacara bendera,
berpakaian seragam, melakukan tugas kebersihan, mengumpulkan
tugas tepat waktu , datang ke sekolah lebih awal dari jam pelajaran,
mengerjakan tugas terstruktur walaupun tidak diperiksa atau belum
sampai batas waktu yang ditentukan. Semua kegiatan itu dilakukan
atas dasar kesadaraann mendalam dan dorongan kuat yang lahir
dari dalam. Menurut Muhammad Yaumi ada beberapa ciri yang
melambangkan karakter disiplin adalah:
a) Menetapkan tujuan dan melakukan apa yang perlu diperlukan
untuk memerolehnya.
b) Mengontrol diri sehingga dorongan tidak memengaruhi
keseluruhan tujuan.
c) Menggambarkan apa yang akan terjadi jika telah mencapai
tujuan.
d) Menghindari orang-orang yang mungkin mengalihkan
perhatian-perhatian dari apa yang ingin dicapai.
e) Menentukan rutinitas yang dapat membantu mengontrol
perilaku.
49
5) Kerja Keras
Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi bebagai hambatan belajar dan
tugas, serta menyelesaikann tugas dengan sebaik-baiknya.dalam
hal ini kerja keras berhubungan dengan peserta didik dalam
memperoleh dan mengkonstruksi ilmu pengetahuna, sikap, dan
keterampilan. Adapun indikator dari karakter kerja keras menurut
Muhammad Yaumi adalah:
a) Selalu mencari jenis pekerjaan yang disenangi, kemudian
melakukannya tanpa disuruh atau dikontrol oleh orang lain.
b) Menghargai hadiah yang diperoleh dari hasil kerja keraasnya.
c) Tidak terlalu maniak bekerja, hanya menjadi rutinitas dan
kebiasaan, tetapi mengharigai waktu untuk sesuatu yang lain
dalam hidup.
d) Senang bekerja hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat.
e) Menghindari pekerjaan yang tidak menarik dan tidak
bermanfaat bagi banyak orang.
6) Kreatif
Kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
Tidak semua orang dapat menjadi kreatif, memiliki ide dan
pandangan baru, berjiwa inovatif dan visioner, tetapi hanya
orang-orang tertentu yang terlahir dari lingkungan dan keadaan yang
membuatnya harus kreatif dan inovatif. Menurut Muhammad
Yaumi untuk mengukur dan mengembangkan pribadi kreatif pada
anak-anak diamati dengan karakteristik di bawah ini :
a) Berani mencoba sesuatu yang sama sekali baru.
b) Bernalar tentang sesuatu dari berbagai perspektif, melihat dari
berbagai arah.
c