iv
ABSTRAK
ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 670 K/PDT/2012 ANTARA PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk. MELAWAN LIM
LIAN KUANG
Merek sebagai salah satu tanda pengenal asal usul dari suatu barang dan jasa sekaligus tanda dari reputasi serta kualitas suatu barang dan/atau jasa menjadikan merek sebagai daya tarik bagi konsumen. Merek yang sudah terkenal dengan reputasi yang baik tak jarang mendatangkan itikad tidak baik bagi beberapa pihak lain yang ingin mendapatkan keuntungan secara praktis. Salah satunya adalah menggunakan merek terkenal di atas suatu barang atau jasa yang diperdagangkan. Perbuatan menggunakan merek terkenal atas suatu barang atau jasa yang berbeda jenis sehingga merusak eksklusifitas merek tersebut disebut dengan dilusi. Konsep dilusi sebagai belum dikenal di sistem hukum Indonesia khususnya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek. Suatu pelanggaran merek tentu membawa kerugian bagi pemilik merek yang sah. Menurut Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata diwajibkan bagi orang yang menimbulkan kerugian karena perbuatannya untuk mengganti kerugian tersebut. Secara khusus Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek telah mengakomodir hal tersebut seperti pemalsuan merek beserta pemidaan dan sanksi denda pada Pasal 90 Undang Undang Merek.
Penulisan tugas akhir ini menggunakan metode pengumpulan data baik data primer maupun data sekunder. Data yang digunakan berupa bahan kepustakaan untuk menganalisis putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 670K/PDT/2012 dan dikaitkan dengan asas serta teori yang ada dalam Hukum Kekayaan Intelektual dan Hukum Perdata.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 670K/PDT/2012 tentang penggunaan merek Tiga Roda secara tanpa izin oleh Lim Lian Kuang menunjukkan bahwa perbuatan yang dilakukan oleh Lim Lian Kuang selaku Tergugat tidak dapat dikualifikasikan sebagai perusakkan merek atau dilusi melainkan pemalsuan
atau counterfeiting. Selanjutnya putusan Mahkamah Agung yang menolak