• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Polimorfisme pada Patin Konsumsi dan Hias Menggunakan Primer RAPD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Polimorfisme pada Patin Konsumsi dan Hias Menggunakan Primer RAPD."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan hasil

perikanan yang beranekaragam, sehingga mendatangkan devisa negara yang

cukup besar terutama dari hasil ekspornya ke beberapa negara-negara Uni Eropa,

Jepang, Thailand, dan negara-negara lainnya. Melimpahnya hasil perikanan ini

dapat dimanfaatkan pula dalam rangka pemenuhan gizi bagi masyarakat Indonesia

sendiri dengan mengkonsumsi hasil perikanannya atau dapat dijadikan berbagai

produk diversifikasi pangan yang bernilai ekonomis tinggi.

Ikan-ikan air tawar memiliki nilai gizi serta nilai ekonomis yang tinggi,

selain karena rasanya banyak disukai oleh penduduk Indonesia dan juga penduduk

di negara-negara lain sehingga banyak dilakukan kegiatan ekspor untuk

memenuhi permintaan pasarnya. Ikan air tawar memiliki nilai gizi yang tinggi

seperti halnya ikan laut, mudah dalam pemeliharaannya dan harganya relatif

murah, selain itu permintaannya yang tinggi di pasar domestik maupun pasar

internasional, menyebabkan keberlanjutan usaha budidayanya dapat berlangsung

dalam jangka panjang.

Salah satu komoditi perikanan darat yang memiliki nilai gizi yang tinggi

serta nilai ekonomis yang tinggi pula adalah ikan patin. Hal ini dibuktikan dengan

meningkatnya permintaan akan kebutuhan pemenuhan ikan ini ke sejumlah

negara. Sebenarnya ada 13 jenis ikan patin, namun yang berhasil dibudidayakan

di Indonesia pada saat ini diantaranya adalah patin siam (Pangasius

hypophthalmus) dan patin jambal (Pangasius djambal Bleeker). Ikan patin dikenal

sebagai komoditi yang berprospek cerah, rasa dagingnya yang lezat dan gurih

mengakibatkan harga jualnya tinggi (Susanto dan Amri 2005). Negara Amerika

Serikat menempatkan ikan catfish ini sebagai pilihan bagi mereka yang

menginginkan hidup sehat (Hernowo 2005). Selain sebagai ikan konsumsi,

beberapa jenis patin pun dapat dijadikan sebagai ikan hias, diantaranya yang

(2)

dan Mekong Giant Catfish (Pangasionodon gigas) yang keduanya dapat diperoleh

dari beberapa importir yang mendatangkan langsung ikan-ikan tersebut dari

negeri asalnya.

Seiring berkembangnya teknologi, rekayasa terhadap berbagai kegiatan

perikanan banyak dilakukan, diantaranya adalah rekayasa hibridisasi yang

merupakan salah satu rekayasa dalam proses persilangan dengan kesamaan famili,

genus, maupun spesies. Hibridisasi terhadap ikan patin pun telah dilakukan

dengan mengawinsilangkan antara ikan patin jambal dan patin siam sehingga

menghasilkan spesies baru yaitu patin pasupati (Pangasius sp.). Hingga kini, bibit

untuk indukan patin pasupati ini bisa diproduksi di Loka Riset Pemuliaan dan

Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar (LRPTBAT) Sukamandi, Subang, Jawa

Barat. Munculnya patin pasupati adalah jawaban atas ketidakmampuan Indonesia

dalam memenuhi kuota ekspor patin berdaging putih. Hasil persilangan ini

mampu mengeliminasi sifat patin jambal yang dagingnya berwarna merah

(Khairuman dan Amri 2013).

Tingginya kegiatan persilangan patin dengan jenis yang sama banyak

terjadi pada kegiatan unit pembenihan rakyat sehingga menyebabkan sifat genetik

yang diturunkan dari indukan pendahulunya mengalami degradasi. Hal ini banyak

menimbulkan gen yang bersifat homozigot resesif muncul lebih banyak, sehingga

sifat dominannya mulai berkurang. Gen yang bersifat homozigot resesif tidak

akan terekspresi fenotipnya, sedangkan gen yang bersifat dominan akan

terekspresi fenotipnya, sehingga variasi gen yang terekspresi ini disebut sebagai

polimorfisme. Polimorfisme didefinisikan sebagai adanya individu-individu

dengan sifat genetik yang berlainan tetapi hidup secara bersamaan dalam populasi,

dimana frekuensi masing-masing selalu tetap dan tidak berubah oleh karena

adanya mutasi genetik (Nursida 2011). Penentuan tingkat polimorfisme dapat

diketahui dengan beberapa metode PCR, salah satu diantaranya adalah RAPD

(Random Amplified Polymorphic DNA), penggunaan metode ini memerlukan

primer RAPD sebagai titik awal untuk mengamplifikasi fragmen DNA polimorfik

secara acak. PCR memanfaatkan enzim DNA polimerase yang secara alami

(3)

Namun demikian, primer RAPD hanya dapat menyalin fragmen pendek DNA,

karena ukuran sekuen primer tersebut hanya berkisar 1020 basa nukleotida (Liu

et al. 1998a). Polimorfisme erat kaitannya dengan kegiatan hibridisasi yang

dilakukan dalam kegiatan akuakultur, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk

melihat adanya polimorfisme pada ikan, dalam hal ini pada ikan patin, baik patin

konsumsi maupun patin hias dengan menggunakan metode RAPD-PCR untuk

mengetahui keragaman genetik yang dihasilkan sebagai akibat dari kegiatan

hibridisasi dan perbedaan lokasi pemeliharaan ikan-ikan tersebut.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka identifikasi

masalah yang dirumuskan yaitu seberapa banyaknya variasi genetik yang dapat

dihasilkan dari penggunaan metode PCR dengan beberapa jenis primer RAPD

untuk melihat tingkat polimorfisme dari ikan patin, baik patin konsumsi maupun

patin hias dari beberapa jenis spesies yang berbeda serta hubungan kekerabatan

diantara jenis-jenis ikan patin tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman genetik

yang ditimbulkan dari beberapa spesies ikan patin konsumsi dan patin hias dan

memperoleh pohon filogeni yang menggambarkan tingkat kekerabatan antar

spesies ikan patin tersebut.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

pembudidaya dan peneliti ikan patin sehingga dapat diketahuinya variasi genetik

yang memiliki korelasi dengan potensi sifat unggul ikan tersebut dalam upaya

mencegah kemungkinan terjadinya penurunan kualitas genetik. Selain itu, hasil

dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai sifat-sifat

genetik pada ikan patin dari beberapa spesies dalam perlindungan terhadap

(4)

1.5 Kerangka Pemikiran

Budidaya ikan patin konsumsi (patin jambal, patin siam, dan patin

pasupati) dewasa ini berkembang pesat di Indonesia dikarenakan sifat

pertumbuhannya yang cepat. Manajemen genetika induk patin perlu dilakukan

dengan program seleksi untuk memperoleh induk unggul. Penerapan program ini

juga menguntungkan dilakukan dalam program budidaya patin hias diantaranya

patin Genghis Khan (Pangasius sanitwongsei) dan Mekong Giant Catfish

(Pangasionodon gigas) yang saat ini sudah masuk dalam jalur perdagangan

internasional.

Aplikasi program hibridisasi telah diterapkan pada persilangan patin siam

betina dan patin jambal jantan yang menghasilkan patin pasupati (Pangasius sp.).

Patin pasupati merupakan jenis ikan patin baru dan asli dari Indonesia

(Khairuman dan Amri 2013). Patin pasupati merupakan patin hibrid yang

memiliki beberapa keunggulan dari segi warna daging, kecepatan pertumbuhan,

produksi telur, dan bobot badan yang lebih unggul yang merupakan gabungan dari

kedua spesies indukannya. Namun persilangan antar spesies yang banyak

dilakukan ini menimbulkan kerugian diantaranya adalah hilangnya sifat dominan

dan superior pada ikan hasil hibridisasi. Hilangnya sifat dominan pada gen ikan

hibrid ini menyebabkan epistasis alel dominan sehingga yang muncul adalah alel

resesif.

Deteksi alel-alel dominan yang terekspresi dapat dilakukan dengan analisis

tingkat polimorfisme (keragaman genetik). Keanekaragaman genetika diakibatkan

adanya perubahan nukleotida penyusun DNA. Perubahan ini terjadi karena adanya

mutasi, rekombinasi, atau migrasi gen dari satu tempat ke tempat lain sehingga

mempengaruhi fenotipe suatu organisme (Suryanto 2003).

Beberapa teknik yang biasanya digunakan untuk melihat keanekaragaman

hayati pada tingkat molekuler DNA yang didasarkan pada polimorfisme gen

secara langsung diantaranya adalah Random Amplified Polymorphic DNA

(RAPD), Restricted Fragment Length Polymorphism (RFLP), Degradative

Gradien Gel Electrophoresis (DGGE), analisis sekuen, dan Macro-restricted

(5)

Metode RAPD adalah salah satu metode yang berdasarkan pada teknik

Polymerase Chain Reaction (PCR). RAPD merupakan salah satu teknik yang

paling luas dipergunakan karena kesederhanaannya. Primer yang digunakan

adalah primer oligonukleotida dimana urutan basanya dibuat secara random (acak)

(Layla 2001). Kemampuan teknik RAPD untuk mengungkapkan variasi

intra-spesifik dapat digunakan dalam skrining untuk perkawinan sedarah dalam spesies

hewan komersial untuk mencegah peningkatan frekuensi alel resesif yang

merugikan dalam populasi (Bardakci 2001). Penggunaan metode RAPD

membutuhkan beberapa primer yang komplementer dengan urutan DNA ikan uji

yang akan diamplifikasi. Khusus untuk ikan patin, primer yang digunakan

mengacu pada penelitian Champasri et.al. (2010) dan Muharam (2012), terutama

primer OPA dari Operon Technology.

Pita-pita polimorfisme yang akan dihasilkan pada lokus-lokus yang

berbeda tersebut menunjukkan adanya keragaman genetik yang bervariasi pula,

ini berarti sifat genetik yang akan timbul atau diturunkan juga akan berbeda-beda.

Informasi polimorfisme ini dapat menjadi acuan para pelaku budidaya untuk

menghasilkan keturunan ikan patin yang unggul dan tetap dapat mempertahankan

tingkat keragaman genetiknya sehingga kualitas keturunannya terjaga untuk

generasi selanjutnya. Informasi ini bermanfaat bagi pembenih dan pembudidaya

patin, jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk keperluan rekayasa genetik dengan

tujuan untuk menciptakan spesies ikan patin dengan sifat-sifat genetik yang baru.

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas dapat diuraikan bahwa ikan patin

konsumsi yang sering mengalami perkawinan antar spesies memiliki tingkat

polimorfisme yang lebih rendah daripada ikan patin hias.

1.6 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, hipotesis yang dirumuskan yaitu

tingkat polimorfisme yang tinggi diperoleh pada patin hias, dibandingkan dengan

patin konsumsi menggunakan beberapa primer RAPD yang berbeda. Hubungan

kekerabatan patin yang memiliki polimorfisme tinggi lebih jauh dibandingkan

Referensi

Dokumen terkait

Memberikan gambaran tentang pengaruh kesiapan kerja dan konsep diri terhadap kecemasan menghadapi wawancara kerja pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi

Desain dalam penelitian ini menggunakan Desain kuantitif, artinya penelitian dilakukan pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen

Kepentingan kepada jurulatih : Jurulatih pasukan UTM juga boleh mengenalpasti tahap sebenar kelajuan dan ketangkasan setiap pemain seterusnya dapat merancang program latihan

2 yaitu Mengelola diskusi dengan menarik sehingga seluruh peserta berpartisipasi aktif memperoleh skor 3,05 dengan kategori Baik dan Kinerja nomor 3 Memberi

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga skripsi dengan judul Uji Efek Sedasi dan Durasi Waktu Tidur Ekstrak Etanol 96%

Dari penjabaran yang telah disebutkan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan nilai akurasi PSA dalam beberapa kelompok kadar serum yang telah dibandingkan

Adapun faktor ancaman tersebut meliputi jumlah pesaing, perkembangan fasilitas kesehatan yang dimiliki pesaing, Regulasi/aturan yang membatasi dokter untuk